Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN “An. F” DENGAN NEFROTIK SYNDROM
DI RUANG PUDAK RSUP SANGLAH
TANGGAL 13 – 15 FEBRUARI 2016

OLEH :

NAMA : I MADE NURESTU APRINATA


NIM : P07120014004
TINGKAT : 2.1 D-III KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2016
LAPORAN PENDAHULUAN
NEFROTIK SYNDROM

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
Nefrotik Syndrom adalah kumpulan gejala klinis yang timbul dari
kehilangan protein karena kerusakan glomerulus yang difus. (Luckmans,
1996: 953).
Nefrotik Syndrom adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia kadang-kadang terdapat hematuria,
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal. (Ngastiyah, 1997).

2. Etiologi
Sebab penyakit nefrotik Syndrom yang pasti belum diketahui, akhir-
akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Jadi merupakan suatu
reaksi antigen-antibodi. Umumnya para ahli membagi etiologinya menjadi:
a. Nefrotik Syndrom bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal.
Gejalanya adalah edema pada masa neonatus. Nefrotik Syndrom jenis ini
resisten terhadap semua pengobatan. Salah satu cara yang bisa dilakukan
adalah pencangkokan ginjal pada masa neonatus namun tidak berhasil.
Prognosis buruk dan biasanya penderita meninggal dalam bulan-bulan
pertama kehidupannya.
b. Nefrotik Syndrom sekunder
Disebabkan oleh:
1) Malaria kuartana atau parasit lain.
2) Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura
anafilaktoid.
3) Glumeronefritis akut atau glumeronefritis kronis, trombisis vena
renalis.
4) Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas,
sengatan lebah, racun oak, air raksa.

1
5) Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis
membranoproliferatif hipokomplementemik.
c. Nefrotik Syndrom idiopatik ( tidak diketahui sebabnya )
Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dengan
pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron, Churg dkk
membagi dalam 4 golongan yaitu: kelainan minimal,nefropati
membranosa, glumerulonefritis proliferatif dan glomerulosklerosis fokal
segmental.

3. Patofisiologi
Kelainan yang terjadi pada Nefrotik Syndrom yang paling utama
adalah proteinuria sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi
sekunder. Kelainan ini disebabkan oleh karena kenaikan permeabilitas
dinding kapiler glomerulus yang sebabnya belum diketahui yang terkait
dengan hilannya muatan negative gliko protein dalam dinding kapiler. Pada
Nefrotik Syndrom keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan
protein yang sebelumnya terjadi filtrasi protein didalam tubulus terlalu
banyak akibat dari kebocoran glomerolus dan akhirnya diekskresikan dalam
urin. (Husein A Latas, 2002 : 383).
Pada Nefrotik Syndrom protein hilang lebih dari 2 gram perhari yang
terutama terdiri dari albumin yang mengakibatkan hipoalbuminemia, pada
umumnya edema muncul bila kadar albumin serum turun dibawah 2,5
gram/dl. Mekanisme edema belum diketahui secara fisiologi tetapi
kemungkinan edema terjadi karena penurunan tekanan onkotik/ osmotic
intravaskuler yang memungkinkan cairan menembus keruang intertisial, hal
ini disebabkan oleh karena hipoalbuminemia. Keluarnya cairan keruang
intertisial menyebabkan edema yang diakibatkan pergeseran cairan. (Silvia A
Price, 1995: 833).
Akibat dari pergeseran cairan ini volume plasma total dan volume
darah arteri menurun dibandingkan dengan volume sirkulasi efektif, sehingga
mengakibatkan penurunan volume intravaskuler yang mengakibatkan
menurunnya tekanan perfusi ginjal. Hal ini mengaktifkan system rennin

2
angiotensin yang akan meningkatkan konstriksi pembuluh darah dan juga
akan mengakibatkan rangsangan pada reseptor volume atrium yang akan
merangsang peningkatan aldosteron yang merangsang reabsorbsi natrium
ditubulus distal dan merangsang pelepasan hormone anti diuretic yang
meningkatkan reabsorbsi air dalam duktus kolektifus. Hal ini mengakibatkan
peningkatan volume plasma tetapi karena onkotik plasma berkurang natrium
dan air yang direabsorbsi akan memperberat edema. (Husein A Latas, 2002:
383).
Stimulasi renis angiotensin, aktivasi aldosteron dan anti diuretic
hormone akan mengaktifasi terjadinya hipertensi. Pada Nefrotik Syndrom
kadar kolesterol, trigliserid, dan lipoprotein serum meningkat yang
disebabkan oleh hipoproteinemia yang merangsang sintesis protein
menyeluruh dalam hati, dan terjadinya katabolisme lemak yang menurun
karena penurunan kadar lipoprotein lipase plasma. Hal ini dapat
menyebabkan arteriosclerosis. (Husein A Latas, 2002: 383).
Pathways
Idiopatik

Reaksi auto imun

Penyakit sekunder

Tekanan hidrostatik

Tekanan
Osmotic plasma

Transudasi air dan elektrolit ke ruang intertisiil

Edema

Sel terjepit

Gangguan metabolisme sel

Stimulasi jaringan tubuler
Kelelahan

3

Intoleransi aktivitas

Aktivasi mekanisme renin angiotensin



Stimulasi duktus kolektifus

Aktivasi mekanisme renin angiotensin

Stimulasi jaringan tubuler

Stimulasi duktus kolektifus

Kontriksi pembuluh darah

Reabsorbsi Na
Reabsorbsi air

oliguri

hipertesi

Edema anasarka
immobilitas

Penekanan lama pada tubuh

Gg. Integritas kulit

bedrest

Sulit bergerak

Perubahan penampilan

Intoleransi aktivitas

Gg. Body image

4
Retensi cairan diseluruh tubuh

Kelebihan volume cairan

Paru-paru

Ekspansi dada dan paru

Ventilasi tidak adekuat

Sesak nafas

Perubahan pola nafas

Abdomen

Menekan gaster

Mual, muntah

anoreksia

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

Edema disaluran pencernaan


usus

Absorbsi tidak adekuat

Gg. Pola eliminasi diare

4. Klasifikasi
Whaley dan Wong (1999 : 1385) membagi tipe-tipe Nefrotik
Syndrom:
a. Nefrotik Syndrom Lesi Minimal ( MCNS : minimal change nephrotic
syndrome).

5
Kondisi yang sering menyebabkan Nefrotik Syndrom pada anak
usia sekolah. Anak dengan Nefrotik Syndrom ini, pada biopsi ginjalnya
terlihat hampir normal bila dilihat dengan mikroskop cahaya.
b. Nefrotik Syndrom Sekunder
Terjadi selama perjalanan penyakit vaskuler seperti lupus
eritematosus sistemik, purpura anafilaktik, glomerulonefritis, infeksi
system endokarditis, bakterialis dan neoplasma limfoproliferatif.
c. Nefrotik Syndrom Kongenital
Faktor herediter Nefrotik Syndrom disebabkan oleh gen resesif
autosomal. Bayi yang terkena Nefrotik Syndrom, usia gestasinya pendek
dan gejala awalnya adalah edema dan proteinuria. Penyakit ini resisten
terhadap semua pengobatan dan kematian dapat terjadi pada tahun-yahun
pertama kehidupan bayi jika tidak dilakukan dialysis.

5. Gejala Klinis
Gejala klinis yang muncul pada anak yang mengalami Nefrotik
Syndrom adalah:
a. Edema umum (anasarka), terutama jelas pada muka dan jaringan
periorbital atau sembab pada kelopak mata
b. Proteinuria dan albuminemia
c. Hipoproteinemi
d. Hiperlipidemi khususnya hipercholedterolemi
e. Lipid uria
f. Mual, anoreksia, diare
g. Anemia, pasien mengalami edema paru dam kadang-kadang sesak karena
ascites
h. Rentan terhadap infeksi sekunder
i. Hematuria, azotemeia, hipertensi ringan
j. Produksi urine berkurang

6
6. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dilakukan untuk mencari tanda atau gejala penyakit
sistemik, seperti lupus eritematosus sistemik dan purpura HenochSchonlein.
Pada pemeriksaan fisik nefrotik syndrom dapat ditemukan edema di
kedua kelopak mata, tungkai, atau adanya asites dan edema skrotum/labia.
Kadang-kadang ditemukan hipertensi.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Urine
Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguria). Warna
urine kotor, sediment kecoklatan menunjukkan adanya darah,
hemoglobin, mioglobin, porfirin.
2) Darah
Hemoglobin menurun karena adanya anemia. Hematokrit menurun.
Natrium biasanya meningkat, tetapi dapat bervariasi. Kalium
meningkat sehubungan dengan retensi seiring dengan perpindahan
seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah
merah). Klorida, fsfat dan magnesium meningkat. Albumin <>
b. Biosi ginjal dilakukan untuk memperkuat diagnosa.

8. Diagnose
Diagnosis nefrotik syndrome didapatkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Kriteria diagnostik nefrotik
syndrom meliputi:
a. Proteinuria massif >3-3.5 g/24 jam atau rasio protein:kreatinin urin spot
>300-350 mg/mmol.
b. Serum albumin <2,5 gr/dl.
c. Manifestasi klinis edema perifer.
d. Hiperlipidemia (kolesterol total sering >10 mmol/l) sering menyertai.

7
9. Terapi
a. Diperlukan tirah baring selama masa edema parah yang menimbulkan
keadaan tidak berdaya dan selama infeksi yang interkuten. Juga
dianjurkan untuk mempertahankan tirah baring selama diuresis jika
terdapat kehilangan berat badan yang cepat.
b. Diit. Pada beberapa unit masukan cairan dikurangi menjadi 900 sampai
1200 ml/ hari dan masukan natrium dibatasi menjadi 2 gram/ hari. Jika
telah terjadi diuresis dan edema menghilang, pembatasan ini dapat
dihilangkan. Usahakan masukan protein yang seimbang dalam usaha
memperkecil keseimbangan negatif nitrogen yang persisten dan kehabisan
jaringan yang timbul akibat kehilangan protein. Diit harus mengandung 2-
3 gram protein/ kg berat badan/ hari. Anak yang mengalami anoreksia
akan memerlukan bujukan untuk menjamin masukan yang adekuat.
c. Perawatan kulit. Edema masif merupakan masalah dalam perawatan kulit.
Trauma terhadap kulit dengan pemakaian kantong urin yang sering,
plester atau verban harus dikurangi sampai minimum. Kantong urin dan
plester harus diangkat dengan lembut, menggunakan pelarut dan bukan
dengan cara mengelupaskan. Daerah popok harus dijaga tetap bersih dan
kering dan scrotum harus disokong dengan popok yang tidak
menimbulkan kontriksi, hindarkan menggosok kulit.
d. Perawatan mata. Tidak jarang mata anak tertutup akibat edema kelopak
mata dan untuk mencegah alis mata yang melekat, mereka harus diswab
dengan air hangat.
e. Kemoterapi:
1) Prednisolon digunakan secra luas. Merupakan kortokisteroid yang
mempunyai efek samping minimal. Dosis dikurangi setiap 10 hari
hingga dosis pemeliharaan sebesar 5 mg diberikan dua kali sehari.
Diuresis umumnya sering terjadi dengan cepat dan obat dihentikan
setelah 6-10 minggu. Jika obat dilanjutkan atau diperpanjang, efek
samping dapat terjadi meliputi terhentinya pertumbuhan, osteoporosis,
ulkus peptikum, diabeters mellitus, konvulsi dan hipertensi.

8
2) Jika terjadi resisten steroid dapat diterapi dengan diuretika untuk
mengangkat cairan berlebihan, misalnya obat-obatan spironolakton
dan sitotoksik ( imunosupresif ). Pemilihan obat-obatan ini didasarkan
pada dugaan imunologis dari keadaan penyakit. Ini termasuk obat-
obatan seperti 6-merkaptopurin dan siklofosfamid.
a. Penatalaksanaan krisis hipovolemik. Anak akan mengeluh nyeri abdomen
dan mungkin juga muntah dan pingsan. Terapinya dengan memberikan
infus plasma intravena. Monitor nadi dan tekanan darah.
b. Pencegahan infeksi. Anak yang mengalami Nefrotik Syndrom cenderung
mengalami infeksi dengan pneumokokus kendatipun infeksi virus juga
merupakan hal yang menganggu pada anak dengan steroid dan
siklofosfamid.
c. Perawatan spesifik meliputi: mempertahankan grafik cairan yang tepat,
penimbnagan harian, pencatatan tekanan darah dan pencegahan
dekubitus.
d. Dukungan bagi orang tua dan anak. Orang tua dan anak sering kali
tergangu dengan penampilan anak. Pengertian akan perasan ini
merupakan hal yang penting. Penyakit ini menimbulkan tegangan yang
berta pada keluarga dengan masa remisi, eksaserbasi dan masuk rumah
sakit secara periodik. Kondisi ini harus diterangkan pada orang tua
sehingga mereka mereka dapat mengerti perjalanan penyakit ini. Keadaan
depresi dan frustasi akan timbul pada mereka karena mengalami relaps
yang memaksa perawatan di rumahn sakit.

10. Komplikasi
a. Shock akibat sepsis, emboli atau hipovolemia
b. Thrombosis akibat hiperkoagulabilitas
c. Infeksi sekunder, terutama infeksi kulit yang disebabkan oleh
Streptokokus, Stafilokokus
d. Hambatan pertumbuhan
e. Gagal ginjal akut atau kronik

9
Efek samping steroid, misalnya sindrom Cushing, hipertensi,
osteoporosis, gangguan emosi dan perilaku

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Lakukan pengkajian fisik, termasuk pengkajian luasnya edema.
b. Kaji riwayat kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan adanya
peningkatan berat badan dan kegagalan fungsi ginjal.
c. Observasi adanya manifestasi dari Nefrotik Syndrom : Kenaikan berat
badan, edema, bengkak pada wajah ( khususnya di sekitar mata yang
timbul pada saat bangun pagi , berkurang di siang hari ), pembengkakan
abdomen (asites), kesulitan nafas ( efusi pleura ), pucat pada kulit, mudah
lelah, perubahan pada urin ( peningkatan volum, urin berbusa ).
d. Pengkajian diagnostik meliputi meliputi analisa urin untuk protein, dan
sel darah merah, analisa darah untuk serum protein ( total
albumin/globulin ratio, kolesterol ) jumlah darah, serum sodium.
2. Prioritas Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan b. d. penurunan tekanan osmotic plasma. (
Wong, Donna L, 2004 : 550)
b. Perubahan pola nafas b.d. penurunan ekspansi paru.(Doengoes, 2000:
177)
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. anoreksia.
(Carpenito,1999: 204)
d. Resti infeksi b.d. menurunnya imunitas, prosedur invasif (Carpenito,
1999:204).
e. Intoleransi aktivitas b.d. kelelahan. (Wong, Donna L, 2004:550)
f. Gangguan integritas kulit b.d. immobilitas.(Wong,Donna,2004:550)
g. Gangguan body image b.d. perubahan penampilan. (Wong, Donna,
2004:553).
h. Gangguan pola eliminasi:diare b.d. mal absorbsi.

3. Perencanaan Keperawatan

10
a. Kelebihan volume cairan b. d. penurunan tekanan osmotic plasma
(Wong, Donna L, 2004 : 550)
Tujuan : tidak terjadi akumulasi cairan dan dapat
mempertahankan keseimbangan intake dan output.
Kriteria Hasil : menunjukkan keseimbangan dan haluaran, tidak
terjadi peningkatan berat badan, tidak terjadi edema.
Intervensi Rasional
1. Catat intake dan output Evaluasi harian keberhasilan
secara akurat terapi dan dasar penentuan
tindakan
2. Kaji dan catat tekanan darah, Tekanan darah dan BJ urine dapat
pembesaran abdomen, BJ menjadi indikator regimen terapi
urine Estimasi penurunan edema tubuh
Mencegah edema bertambah berat
3. Timbang berat badan tiap Pembatasan protein bertujuan
hari dalam skala yang sama untuk meringankan beban kerja
4. Berikan cairan secara hati- hepar dan mencegah bertamabah
hati dan diet rendah garam. rusaknya hemdinamik ginjal.
5. Diet protein 1-2 gr/kg
BB/hari.

b. Perubahan pola nafas b.d. penurunan ekspansi paru.(Doengoes,


2000: 177)
Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai program dan monitor efeknya
Tujuan : Pola nafas adekuat
Kriteria Hasil : Frekuensi dan kedalaman nafas dalam batas normal
Intervensi Rasional
1. Auskultasi bidang paru Monitoring edema paru
2. Pantau adanya gangguan Mengetahui adanya reaksi edema
bunyi nafas paru
3. Berikan posisi semi fowler Memberikan posisi nyaman pada
anak untuk mempermudah

11
bernapas
4. Observasi tanda-tanda vital Mengetahui keadaan umum
pasien teutama pola dan frekuensi
pernapasan anak
5. kolaborasi pemberian obat Memperlancar saluran napas
diuretic pasien

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. anoreksia.


(Carpenito,1999: 204)
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil : tidak terjadi mual dan muntah, menunjukkan
masukan yang adekuat, mempertahankan berat badan
Intervensi Rasional
1. Catat intake dan output Monitoring asupan nutrisi bagi
makanan secara akurat tubuh
2. Kaji adanya anoreksia, mual Gangguan nuirisi dapat terjadi
dan muntas, hipoproteinemia, secara perlahan. Diare sebagai
diare. reaksi edema intestinal
3. Pastikan anak mendapat Mencegah status nutrisi menjadi
makanan dengan diet yang lebih buruk
cukup
4. Anjurkan keluarga untuk Membantu anak merasa nyaman
mrndampingi anak pada saat dan menambah nafsu makan
makan
5. Berikan informasi pada Penting untuk kelanjutan diet
keluarga tentang diet klien pasien

d. Resiko infeksi b.d. menurunnya imunitas, prosedur invasif.


(Carpenito, 1999:204).
Tujuan : tidak terjadi infeksi

12
Kriteria Hasil : tidak terdapat tanda-tanda infeksi, tanda-tanda vitl
dalam batas normal, leukosit dalam batas normal.
Intervensi Rasional
1. Lindungi anak dari orang- Meminimalkan masuknya
orang yang terkena infeksi organisme
melalui pembatasan
pengunjung.
2. Tempatkan anak di ruangan Mencegah terjadinya infeksi
non infeksi nosokomial
3. Cuci tangan sebelum dan Mencegah terjadinya infeksi
sesudah tindakan. nosokomial
4. Lakukan tindakan invasif Membatasi masuknya bakteri ke
secara aseptic dalam tubuh. Deteksi dini adanya
infeksi dapat mencegah sepsis.
5. Pantau a danya tanda-tanda Mengetahui infeksi secara dini
infeksi
6. Kolaborasi pemberian Menekan terjadinya infeksi
antibiotic

e. Intoleransi aktivitas b.d. kelelahan. (Wong, Donna L, 2004:550)


Tujuan : pasien dapat mentolerir aktivitas dan mrnghemat
energi
Kriteria Hasil : menunjukkan kemampuan aktivitas sesuai dengan
kemampuan, mendemonstrasikan peningkatan toleransi
aktivitas
Intervensi Rasional
1. Pantau tingkat kemampuan Mengetahui perkembangan pasien
pasien dalan beraktivitas dalam beraktivitas mandiri
2. Rencanakan dan sediakan Membantu dalam peningkatan
aktivitas secara bertahap aktivitas
3. Anjurkan keluarga untuk Mendampingi anak agar

13
membantu aktivitas pasien meminimalkan risiko yang tidak
diinginkan
4. Berikan informasi Agar anak dan keluarga
pentingnya aktivitas bagi memahami pentingnya latihan
pasien aktivitas

f. Gangguan integritas kulit b.d. immobilitas.(Wong,Donna,2004:550)


Tujuan : tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Kriteria Hasil : integritas kulit terpelihara, tidak terjadi kerusakan
kulit
Intervensi Rasional
1. Inspeksi seluruh Mengetahui tingkat keparahan
permukaan kulit dari kerusakan integument
kerusakan kulit dan iritasi
2. Berikan bedak/ talk untuk Membantu mengurangi iritasi
melindungi kulit pada kulit akibat gesekan
3. Ubah posisi tidur setiap 4 Mencegah terjadinya dekubitus
jam
4. Gunakan alas yang lunak Untuk mengurangi penekanan
pada kulit.
g. Gangguan body image b.d. perubahan penampilan. (Wong, Donna,
2004:553).
Tujuan : tidak terjadi gangguan boby image
Kriteria Hasil : menytakan penerimaan situasi diri, memasukkan
perubahan konsep diri tanpa harga diri negatif
Intervensi Rasional
1. Gali perasaan dan perhatian Mengetahui tingkat ganguan body
anak terhadap image pada anak
penampilannya
2. Dukung sosialisasi dengan Membantu mengurangi
orang-orang yang tidak kecemasan dan malu anak
terkena infeksi

14
3. Berikan umpan balik posotif Untuk memberikan penghargaan
terhadap perasaan anak dan anak merasa diperhatikan.

h. Gangguan pola eliminasi:diare b.d. mal absorbsi.


Tujuan : tidak terjadi diare
Kriteria Hasil : pola fungsi usus normal, mengeluarkan feses lunak
Intervensi Rasional
1. Observasi frekuensi, Mengetahui tingkat keparahan
karakteristik dan warna diare yang terjadi pada anak
feses
2. Identifikasi makanan yang Agar dapat membatasi asupan
menyebabkan diare pada makanan yang dapat
pasien menyebabkan diare
3. Berikan makanan yang Untuk mengurangi diare yang
mudah diserap dan tinggi terjadi.
serap.

15
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2003. Medical Surgical Nursing (Perawatan Medikal Bedah),
alih bahasa: Monica Ester. Jakarta : EGC.

Carpenito, L. J.1999. Hand Book of Nursing (Buku Saku Diagnosa Keperawatan),


alih bahasa: Monica Ester. Jakarta: EGC.

Doengoes, Marilyinn E, Mary Frances Moorhouse. 2000. Nursing Care Plan:


Guidelines for Planning and Documenting Patient Care (Rencana Asuhan
Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien), alih bahasa: I Made Kariasa. Jakarta: EGC.

Donna L, Wong. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Anak, alih bahasa: Monica
Ester. Jakarta: EGC.

Husein A Latas. 2002. Buku Ajar Nefrologi. Jakarta: EGC.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Nurqalbi, Fathin. 2015. Catatan Coas. Diakses pada tanggal 14 Februari 2015 Pukul
10.10 http://catatancoas.blogspot.co.id/2015/01/sindrom-nefrotik.html

Price A & Wilson L. 1995. Pathofisiology Clinical Concept of Disease Process


(Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit), alih bahasa: Dr. Peter
Anugrah. Jakarta: EGC.

16
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN “An. F” DENGAN NEFROTIK
SYNDROM DI RUANG PUDAK RSUP SANGLAH
TANGGAL 13 – 15 FEBRUARI 2016

Tanggak masuk : 12 Februari 2016


Tanggal pengkajian : 13 Februari 2016 Jam 20.30 WITA
Ruang / bangsal : Pudak
Pengkaji : I Made Nurestu Aprinata

I. IDENTITAS DATA
a. Identitas klien
Nama : An. F
Anak yang ke :3
Pendidikan : SD
Usia : 11 tahun
Alamat : Jalan Pulau Moyo N0. 33B
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
No. RM : 006575
Diagnosa : Nefrotik Syndrom

b. Penanggung jawab
Nama : Tn. D
Usia : 45 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Suku : Jawa
Hubungan : Orang tua klien
Alamat : Jalan Pulau Moyo N0. 33B

II. KELUHAN UTAMA


Klien mengatakan Panas

17
III. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat kesehatan sekarang
Klien datang di IGD RSUP Sanglah pada hari Jumat tanggal 12 Februari
2016 jam 18:30 WITA dengan keluhan panas kurang lebih 3 hari, dengan
disertai mual muntah. BB : 22 kg. TD : 100/80 mmHg, RR 32 x/menit, N :
104 x/menit, S : 38,60 C mendapatkan terapi O2 2-4 L/menit, inj Cefotaxin
4x500 mg, samnol 220 mg, Medixon 4x12 amp, samnol song 500 mg 4x12
tbl, IVFD RL 20 tpm
Klien dipindahkan masuk Bangsal Pudak/Anak jam 21:00 WITA dengan
keluhan badan lemas, mual muntah, dan panas. Pada tanggal 13 Februari
2016 jam 10:00 WITA Didapatkan hasil dengan TD : 100/80 mmHg, S :
36,70 C, RR : 22 x/menit, N: 80 x/menit.
2. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Orang tua klien mengatakan, sebelumnya klien tidak pernah mengalami
penyakit yang menyebabkan klien harus dirawat. Keadaan klien mulai
memburuk setelah kurang lebih 3 hari yang lalu sebelum masuk Rumah
Sakit.
3. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Orang tua klien mengatakan, tidak ada anggota keluarganya yang pernah
mengalami masalah yang dialami klien saat ini dan anggota keluarga tidak
ada yang memiliki penyakit menular (misal : TBC, Lepra, dll) dan penyakit
keturunan (misal : DM, Hipertensi).

IV. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


1. Prenatal
Riwayat penyakit yang dialami sebelum masa kehamilan seringnya demam,
batuk-batuk dan pusing. Tindakan yang sering dilakukan untuk mengobati
penyakit dengan membeli obat-obat dari warung dan dibawa ke mantri

18
terdekat. Selama kehamilan ibu melakukan pemeriksaan ke bidan lebih dari
6 kali, imunisasi TT, tidak pernah menderita sakit selama hamil.
2. Intranatal
Orang tua klien mengatakan, selama masa kehamilan mengalami mual dan
muntah. Saat lahir An F ditolong bidan kemudian lahir secara spontan
langsung menangis, badan lahir 2700 gram, panjang badan 45 cm, umur
kehamilan 9 bulan.
3. Postnatal
Bayi diasuh oleh kedua orang tua, diberikan ASI eksklusif, mulai 2
bulan sudah diberikan makanan tambahan selerac.
4. Riwayat Kehamilan
Ibu pasien teratur memeriksakan kehamilannya ke bidan, tidak ada keluhan
yang berarti selama kehamilannya. Bayi lahir cukup bulan, spontan,
langsung menangis, berat badan lahir 2700 gram
Riwayat Makanan
Umur : 0 - 4 bulan : Susu formula
4 - 5 bulan : Susu formula + Bubur susu + Buah
5 – 8 bulan : Susu formula + Bubur susu + Buah + Nasi tim saring
5. Riwayat Pernah dirawat di rumah sakit
An. F belum pernah dirawat di RS sebelumnya
6. Obat-obatan yang digunakan
Ibu mengatakan An.F pernah mendapatkan paracetamol sirup dari
puskesmas atau mantri terdekat
7. Tindakan operasi
An.F belum pernah dilakukan tindakan operasi.
8. Alergi
An.F tidak mempunyai riwayat alergi
9. Kecelakaan
An.F tidak pernah jatuh / cedera sampai dirawat di RS

10. Imunisasi
B C G : 1x, umur 1 bulan

19
Polio : 3x, umur 2,3,4 bulan
Campak

V. RIWAYAT KELUARGA BESERTA GENOGRAM

Keterangan
: Perempuan : Klien

: laki- laki
------- : Tinggal serumah
: Menikah
Klien adalah anak ke dua dari dua saudara, kakaknya perempuan. Klien
tinggal serumah dengan ayah dan ibunya.

VI. RIWAYAT SOSIAL


1. Yang mengasuh
Yang mengasuh klien sejak bayi sampai sekarang ini adalah kedua orang
tuanya dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.
2. Hubungan dengan anggota keluarga
Hubungan klien dengan anggota keluarga yang lain baik-baik saja, klien
lebih dengan dengan ibunya.
3. Hubungan dengan teman sebaya

20
Hubungan klien dengan teman sebaya baik, dengan teman rumah maupun
teman diluar rumah seperti sekolah.
4. Pembawaan secara umum
Klien terlihat pendiem kurang bergaul dengan teman sebayanya
5. Lingkungan rumah
Kondisi lingkungan rumah klien baik mendukung dalam proses
perkembangan klien

VII. KEBUTUHAN DASAR MENURUT GORDON


A. Pola napas
Sebelum sakit : Pasien bernapas dengan normal
Saat dikaji : Pasien tidak mengalami sesak napas
B. Pola nutrisi
Sebelum dikaji : Pasien sering mengonsumsi makanan dan
minuman, dengan lauk tahu dan tempe, serta sayuran, kadang
minum susu.
Saat dikaji : Pasien makan dengan diit TKTP yang diberikan
dari RS dan nafsu makan berkurang, hanya menghabiskan ½ dari
porsi Diit yang diberikan
C. Pola istirahat
Sebelum sakit : Pasien istirahat biasanya kalau siang hari dari jam 1-
2,dan pada malam hari dari jam 8
Saat dikaji : Pasien hanya berbaring karena lemas dan tidurnya
kurang teratur hanya sekitar 1 sampai 2 jam kalau siang, sedangkan malam
sekitar 5-7 jam
D. Pola aktivitas
Sebelum sakit : Pasien beraktifitas seperti biasa belajar dan bermain
Saat dikaji : Pasien hanya berbaring ditempat tidur,dan semua aktifitas
dibantu oleh keluarganya seperti makan mandi
E. Pola eliminasi
Sebelum sakit : Pasien BAB 1x/hari dengan konsistensi padat, dan
BAK 5-6 x/hari dengan konsisitensi encer, berwarna kuning

21
Saat dikaji : Pasien BAB 5-6 x/hari dengan konsisitensi cair dan
BAK 1x/hari
F. Pola personal hygiene
Sebelumt dikaji : Pasien dapat melakukan kebersihan dirinya
Secara mandiri, walaupun masih dibantu dengan keluarganya
Saat dikaji : Pemenuhannya kebersihanya dengan bantuan
keluarga karena klien lemas dan hanya istirahat aktivitas terbatas
diranjang
G. Temperature suhu
Sebelum sakit : Suhu pasien normal
Saat dikaji : Suhu pasien 36,7 C
H. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Sebelum sakit : Pasien merasa nyaman dan lebih senang saat
berada dirumah, bermain, dan kumpul dengan keluarganya
Saat dikaji : Pasien telihat tidak nyaman dengan keadaan
penyakitnya dan keadaan RS mengeluh minta cepat pulang
I. Kebutuhan rekreasi
Sebelum sakit : Pasien hanya bermain berkumpul dengan
teman dan keluarganya, kadang rekreasi ke pantai Pangandaran yang dekat
dengan rumahnya
Saat dikaji : Pasien hanya bisa bermain ditempat tidur
J. Kebutuhan belajar
Sebelum sakit : Pasien belajar dirumah dan keluarga
Saat dikaji : Pasien tidak belajar

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Hasil laboratorium :
7 Mei 2013 Jam 07:50 WITA 8 Mei 9 Mei
Pemeriksaan Hasil Hasil Hasil
WBC 7,6 x103/Ul 5,4 x103/Ul 7,2 x103/Ul
RBC 4,76x106/Ul 4,36 x106/Ul 4,43 x106/Ul

22
HGB 13,5 a/dl 12,5 a/dl 12,9 a/dl
HCT 37,6 % - 34,6 % - 35,2 %
MCV 79 Fl - 79,4 Fl - 79,5 Fl
MCH 28,4 pq 28,7 pq 29,1 pq
MCHC 35,9 Q/dl 26,7 Q/dl 36,6 Q/dl
PLT 43 x103/dl 90 x103/dl 59 x103/dl
Lym 55,2 % 79,4 % 41,5 %
RDW TD 41,5 fl 41,2 fl 42,2 fl
RDW CV 13,9 % 13,4 % 13,8 %
PDW 15,7 fl 22,4 fl
MPV 10,1 fl 12,6 fl

2. Hasil rontgen : -
3. Data tambahan :
Diberikan Terapi
Inj Cefotaxim 4x500 mg
Inj Medixon 4x1/2 amp
IVFD RL 20 tpm

IX. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum : Lemah
2. Kesadaran : Apatis
3. TB / TB : 22 kg/125 cm
4. Kepala : Bentuk bulat, simetris, rambut hitam, lurus, tidak mudah
dicabut
5. Mata : Simetris, konjungtiva anemis, sklera anitterik
6. Hidung : Simetris, tidak ada polip, bersih
7. Mulut : Mukosa bibir kering pecah-pecah, bersih, sianosis,
8. Telinga : Simetris, tidak ada serumen, bersih
9. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, simetris
10. Dada
a. Jantung

23
- Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, reguler,
- Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
- Perkusi : Batas atas sela iga II garis parasternal sinistra, batas
jantung kanan sela iga IV garis parasternal dextra, batas jantung
kiri sela iga IV garis midklavikula sinistra
b. Paru-paru
Inspeksi : Simetris, tidak ada penggunaan otot bantu napas
Auskultasi : Tidak ada ronchi, tidak ada whezing
Palpasi : Tidak ada fokal fremitus
Perkusi : Sonor
c. Perut
- Inspeksi : Simetris, ada timpani apa tidak
- Auskultasi : Bising usus (+) normal 17
- Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba.
- Perkusi : Timpani.
11. Genitalia : Laki-laki, tidak terpasang DC
12. Ekstrimitas
a. Atas : tidak ada edema, lemas pada ektremitas bagian atas
b. Bawah : tidak ada edema, lemas pada ekstremitas bagian bawah
13. Kulit :
14. Tanda vital
a. TD : 100/80 mmHg
b. Nadi : 80 x/menit
c. Suhu : 36,7 0 C
d. RR : 22 x/menit

X. ANALISA DATA

No Analisa data Pathway Etiologi Problem


1 DS : Orang tua klien Virus Intake yang tidak Nutrisi
mengatakan An. F lemas, adekuat kurang dari

24
nafsu makan kurang Hepatomegali kebutuhan
DO : tubuh
- Klien terlihat lemas Menekan diafragma
- Klien hanya
menghabiskan ½ porsi Mual muntah
makan diit yang
diberikan di RS Nafsu makan
- Klien hanya berbaring menurun
ditempat tidur
- Mukosa bibir kering, Intake yang tidak
pecah-pecah adekuat

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

2 DS : Orang tua klien Virus Kelemahan Intoleransi


mengatakan An. F lemas, aktifitas
hanya tiduran ditempat HB turun
tidur dan aktifitas dibantu
keluarga Bedrest
DO : - Klien terlihat hanya
berbaring ditempat tidur Lemah
- HB
- Aktifitas klien dibantu Intoleransi aktifitas
oleh keluarganya
- TD : 100/80 mmHg, N
: 80 x/menit, S : 360 C,
RR : 22 x/menit

25
XI. PRIORITAS MASALAH
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat
2. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan

26
XII. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Hasil Intervensi


oo Keperawatan
1. Nutrisi kurang Tujuan : 1). Jelaskan kepada Kx dan
dari kebutuhan Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi keluarganya tentang
tubuh b.d intake dalam waktu 2 x 24 jam manfaat / nutrisi, untuk
yang tidak KH : meningkatkan
adekuat - Nafsu makan meningkat pengetahua tentang
- Px tidak mengeluh mual dan nutrisi sehingga motivasi
muntah untuk makan meningkat.
2). Timbang BB Klien tiap 2
hari, untuk mengetahui
peningkatan dan
penurunan BB.
3). Beri nutrisi dengan diet
lembek, tidak
mengandung banyak
serat, tidak merangsang
atau banyak
menimbulkan gas dan
dihidangkan saat masih
hangat, untuk
mengurangi kerja usus
sehingga mudah
absobsinya
4). Berikan makanan dalam
porsi kecil dan frekuensi
sering, untuk
menghindari mual dan
muntah.
5). Kolaborasi dengan

27
dokter untuk pemberian
antisida dan nutrisi
parenteral, Antisida
menghambat produksi
HCl lambung rasa mual
dan muntah nutrisi
parenteral dibutuhkan
terutama jika kebutuhan
nutrisi peroral sangat
kurang.

2. Intoleransi Tujuan : 1. Observasi tanda-tanda


aktifitas b.d Peningkatan terhadap aktifitas vital
kelemahan dapat diukur tidak adanya 2. Berikan lingkungan
kelemahan berlebihan dalam 2 x 24 tenang dan batasi
jam pengunjung selama fase
- KH : akut
Tanda-tanda vital dalam batas 3. Jelaskan pentingnya
normal, dapat baktifitas, Kebutuhan istirahat dalam rencana
personal terpenuhi pengobatan
4. Bantu pasien memilih
posisi nyaman untuk
istirahat
5. Bantu aktifitas perawatan
diri yang diperlukan
6. Berikan latihan mobilisasi
secara bertahap sesudah
demam hilang, untuk
menghindari kekakuan
sendi dan mencegah -
adanya dekubitus.
7. Kaji kemampuan Px

28
dalam beraktivitas
(makan, minum), untuk
mengetahui sejauh mana
kelemahan yang terjadi.

29
XII. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgl Dx Implementasi Respon Paraf
Jam Kep.
13-2- Nutrisi 1. Memberikan terapi obat 1. Klien kooperatif menerima dengan
2016 kurang baik, obat inj masuk
21:00 dari
WITA kebutuhan
tubuh b.d 2. Menjelaskan kepada 2. Keluarga klien kooperatif menerima
21:30 intake keluarga klien tentang penjelasan tentang manfaat nutrisi
WITA yang tidak manfaat nutrisi dan
adekuat menganjurkan supaya
klien makan sedikit tapi
sering
3. Mengatur posisi pasien 3. Pasien merasa nyaman posisi semi
22:00 senyaman mungkin dan fowler kooperatif dan dapat istirahat
WITA anjurkan klien istirahat dengan baik
4. Memantau tetesan 4. Tetesan infuse lancar RL 20 tpm
23:00 infuse
WITA 5. Memberikan terapi obat 5. Inj masuk
03:00
WITA 6. Memberikan air hangat 6. Klien diseka oleh keluarganya
05:00 untuk menyeka klien
WITA

Intoleransi 1. Menganjurkan klien 1. Klien kooperatif miring kanan dan


20:30 aktifitas miring kanan dan kiri kiri dengan baik
WITA b.d 2. Menganjurkan klien 2. Klien istirahat
21:00 kelemahan istrirahat cukup
WITA 3. Memberikan 3. Klien merasa nyaman dan aman
22:00 lingkungan yang
WITA nyaman dan aman
4. Mengukur TTV 4. TD : TD: 150/100 mmhg, RR: 28

30
05:00 x/mnt, N: 78 x/mnt, S : 36,6 0 C
WITA 5. Menanyakan 5. Klien menjawab makan, minum,
06:30 kemampuan yang bab dan bak
WITA masih bisa dilakukan
klien secara mandiri
6. Menganjurkan klien 6. Klien kooperatif
07:00 untuk mobilisasi
WITA berjalan

Nutrisi 1. Menganjurkan klien 1. Klien kooperatif makan sering


14-2- kurang untuk makan sedikit walaupun sedikit
2016 dari tapi sering
14:30 kebutuhan 2. Memberikan terapi inj 2. Terapi inj masuk
WITA tubuh b.d
15:10 intake 3. Memantau tetesan 3. Tetesan infuse lancar 20 tpm
WITA yang tidak infuse
16:00 adekuat 4. Mengukur TTV 4. TD : 120/80 mmHg, S:36,80 C,
WITA RR:20 x/m, N:80x/m
16:30
Intoleransi 1. Menanyakan 1. Klien menjawab sudah mau
aktifitas kemampuan klien berjalan secara mandiri
14:00 b.d secara mandiri
WITA kelemahan 2. Membatasi 2. Klien istirahat dan aktifitas
aktivitas/pergerakan dibatasi
16:30 pasien
WITA

31
J. EVALUASI

Tgl/ Dx Kep Evaluasi Paraf


Jam
14-2- Nutrisi S: Orang tua klien mengatakan An. F lemas, nafsu
2016 kurang dari makan kurang
07:30 kebutuhan O: - Klien terlihat lemas
WITA tubuh b.d - Klien hanya menghabiskan ½ porsi makan diit
intake yang yang diberikan di RS
tidak - Klien hanya berbaring ditempat tidur
adekuat - Mukosa bibir kering, pecah-pecah
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Menganjurkan klien untuk terus makan sedikit
tapi sering
- Mengukur tetesan infuse
- Anjurkan pasien untuk tidak melakukan
aktivitas secara berlebihan

Intoleransi S: Orang tua klien mengatakan An. F lemas, hanya


14-2- aktifitas b.d tiduran ditempat tidur dan aktifitas dibantu keluarga
2016 kelemahan O: - Klien terlihat hanya berbaring ditempat tidur
07:30 - HB 13,5 a/dl
WITA - Aktifitas klien dibantu oleh keluarganya
- TD : 100/80 mmHg, N : 80 x/menit, S : 360 C, RR
: 22 x/menit
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Pantau KU dan TTV
- Anjurkan klien mobilisasi
Nutrisi S: Orang tua klien mengatakan An. F sudah tidak
kurang dari lemas, nafsu meningkat makan

32
15-2- kebutuhan O: - Klien terlihat masih lemas
2016 tubuh b.d - Klien hanya menghabiskan 1 porsi makan diit
16:45 intake yang yang diberikan di RS
WITA tidak - Klien mulai beraktifitas
adekuat - HB 12,9 a/dl
A: Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Menganjurkan klien untuk terus makan sedikit
tapi sering
- Mengukur tetesan infuse
- Menimbang BB klien kembali
- Anjurkan pasien untuk tidak melakukan
aktivitas secara berlebihan

Intoleransi S: Orang tua klien mengatakan An. F mulai


aktifitas b.d beraktifitas seperti jalan-jalan tidak dibantu
kelemahan keluarganya lagi
15-2- O: - Klien terlihat sudah jalan-jalan bersama
2016 keluarganya
16:45 - HB 12,9 a/dl
WITA - Aktifitas klien tidak dibantu oleh keluarganya lagi
- TD : 100/80 mmHg, N : 85 x/menit, S : 36,40 C,
RR : 22 x/menit
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Pantau KU dan TTV
- Anjurkan klien terus mobilisasi

33
34

Anda mungkin juga menyukai