A DENGAN BRONKOPNEUMONIA
DI RUANG ANAK LANTAI 1 RSUP DR. KARIADI
DISUSUN OLEH :
TATI ZULAICHAH
(G3A017194)
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Anak merupakan aset masa depan yang akan melanjutkan pembangunan di suatu
negara. Masa perkembangan tercepat dalam kehidupan anak terjadi pada masa balita.
Masa balita merupakan masa yang paling rentan terhadap serangan penyakit.
Terjadinya gangguan kesehatan pada masa tersebut, dapat berakibat negatif bagi
pertumbuhan anak itu seumur hidupnya (Soetjiningsih, 1995). Seiring dengan
meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat di Indonesia, pola penyakit saat ini
telah mengalami transisi epidemiologi yang ditandai dengan beralihnya penyebab
kematian yang semula didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit yang
tidak menular (non communicable disease).
Sepuluh penyakit terbanyak rawat jalan rumah sakit dan dua puluh satu penyakit
direkapitulasi profil kesehatan kabupaten atau kota di Jawa Tengah dan diketahui
bronkopneumonia menempati ukuran sepuluh setelah faringitis dan campak, dengan
presentasi sebesar 1,53 %. Pada tahun 2001 presentasinya meningkat 1,61 % setelah
bronchitis akut. Bronkopneumonia merupakan penyakit saluran pernafasan bagian
bawah yang biasanya didahului dengan infeksi saluran pernafasaan bagian atas dan
sering dijumpai dengan gejala awal batuk, dispnea, demam. Selain disebabkan oleh
infeksi dari kuman atau bakteri juga didukung oleh kondisi lingkungan dan gizi pada
anak. Salah satu penyebab bronkopneumonia pada anak adalah karena kebiasaan yang
kurang bersih pada anak, contoh; anak tidak mencuci tangan sebelum makan, suka
memasukkan benda ke dalam mulut dan kurangnya keluarga tentang pola hidup sehat.
Akibat kebiasaan yang salah dan tidak disadari ini dapat menimbulkan gangguan saluran
pernafasan dan kurangnya pengetahuan orang tua terhadap kondisi anaknya, sehingga
pada umumnya anak dengan bronkopneumonia dibawa ke rumah sakit jika kondisinya
sudah parah, antara lain; sesak nafas, sianosis, dan pernafasan cuping hidung.
B. Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran dan pengaplikasian berdasarkan jurnal evidence based
nursing riset asuhan keperawatan pada kasus bronkopneumonia pada anak.
b. Tujuan khusus
a. Mampu mengetahui tinjauan teori asuhan keperawatan bronkopneumonia pada
anak
b. Mampu melakukan resume asuhan keperawatan bronkopneumonia pada anak
c. Mampu melakukan aplikasi jurnal evidence based nursing riset asuhan
keperawatan bronkopneumonia pada anak
d. Mampu melakukan pembahasan aplikasi evidence based nursing asuhan
keperawatan bronkopneumonia pada anak
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep dasar
1. Pengertian dan klasifikasi
Bronkopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen
infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengenai daerah
3. Manifesatasi klinis
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
Nyeri pleuritik
Nafas dangkal dan mendengkur
Takipnea
b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
Mengecil, kemudian menjadi hilang
Krekels, ronki, egofoni
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8 °C sampai 41,1 °C, delirium
e. Diafoesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk kental, produktif
Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau
berkarat
i. Gelisah
j. Sianosis
Area sirkumoral
Dasar kuku kebiruan
k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
4. Patofisiologi
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang
disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophilus influenza atau karena aspirasi
makanan dan minuman. Dari saluran pernafasan dengan gambaran sebagai berikut:
a. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh
darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
b. Ekspansi kuman melaui pembuluh darah kemudian masuk kedalam saluran
pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora
normal dalam usus, peristaltic meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan
kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit
5. Pathways
6. Pemeriksaan diagnostic
a. Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses
luas/infiltrat, empyema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi
(bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia
mikoplasma sinar x dada mungkin bersih.
b. GDA : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada.
c. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsy jarum,
aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk
mengatasi organisme penyebab.
d. JDL : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi pada infeksi
virus, kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
e. Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
f. LED : meningkat
g. Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar);
tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun, hipoksemia.
h. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
i. Bilirubin : mungkin meningkat
j. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka :menyatakan intranuklear tipikal
dan keterlibatan sitoplasmik (CMV) (Doenges, 1999)
7. Komplikasi
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
d. Infeksi sitemik
e. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
f. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
8. Penatalaksanaan
a. Terapi oksigen jika pasien mengalami pertukaran gas yang tidak adekuat. Ventilasi
mekanik mungkin diperlukan jika nilai normal GDA tidak dapat dipertahankan
b. Blok saraf interkostal untuk mengurangi nyeri
c. Pada pneumonia aspirasi bersihkan jalan nafas yang tersumbat
d. Perbaiki hipotensi pada pneumonia aspirasi dengan penggantian volume cairan
e. Terapi antimikrobial berdasarkan kultur dan sensitivitas
f. Supresan batuk jika batuk bersifat nonproduktif
g. Analgesik untuk mengurangi nyeri pleuritik
BAB III
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama Anak : An. A
Tempat/Tanggal Lahir : Semarang, 09 Mei 2016
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Nama Orang Tua/Wali : Ny M
Alamat : Bandarharjo, Semarang
Suku : Jawa
Agama : ISLAM
Kewarganegaraan : Indonesia
Tanggal Pengkajian : 25 Mei 2018
Pemberi Informasi : Ibu Klien
GENOGRAM KELUARGA
60 58
TAHUN THN
41 34
THN THN
8 2
TAHUN TAHUN
Keterangan genogram :
Atau : Pria, Wanita sehat
: Klien
: Hubungan Keluarga
b. Keluhan utama
Sesak napas
f. Pengkajian fisik
1) Pengukuran umum
BB : 7,5 kg
Lingkar kepala : 48 cm
Lingkar perut : 40 cm
Lingkar lengan atas : 14 cm
2) Tanda vital
Suhu : 36,9 ˚C
TD : 120/80
Nadi : 142x/ menit
RR : 42x/ menit
SpO2 : 95%
3) Kepala
Bentuk kepala simetris
Tekstur rambut halus
Bentuk wajah simetris
4) Kebutuhan oksigen
a) Hidung simetris
b) Dada
Bentuk : asimetris
Ada retraksi intercostal
Suara perkusi dinding dada sonor
c) Paru - paru
Pola pernafasan irreguler
Ada suara nafas tambahan : ronkhi
Istilah yang di gunakan untuk makan dan Maem dan Maem dan
minum mimik mimik
6) Kebutuhan eliminasi
Pola buang air besar ( BAB ) Sehat Sakit
7) Kebutuhan istrahat
Pola tidur Sehat Sakit
MCH 24 Pg 23-31
12) Terapi
Nasal canul 1L/ menit
Captopril 3,125mg/12 jam (oral)
Digoxin 0,03mg/ 12 jam (IV)
Ampisilin 200mg/6 jam (IV)
Furosemide 4 mg/12 jam (oral)
2. Analisa data
Data subyektif dan obyektif Masalah ( p ) Etiologi ( E )
3. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ppenyakit jantung bawaan (ASD)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
4. Intervensi
No Tujuan dan kriteria hasil ( noc ) Rencana intervensi ( NIC ) TTD
dx
1. Dalam waktu 3 x 24 jam bersihan 1. Kaji TTV klien
jalan nafas teratasi dengan kriteria 2. Monitor status oksigen klien
hasil : 3. Posisikan pasien untuk semi
a) Tidak ada suara ronchi fowler
b) Produksi sputum berkurang 4. Lakukan fisioterapi dada dan
postural drainage
5. Kolaborasikan pemberian obat
3. 1. Monitor respon
S : ibu klien mengatakan klien hanya
kardiovaskuler terhadap
beraktivitas di tempat tidur
aktivitas (takikardi, sesak
O:
nafas, pucat)
Klien tampak lemah
2. Bantu klien mengidentifikasi Sesak sedikit berkurang
aktivitas yang dapat TD : 110/90
dilakukan N : 120x/menit
3. Bantu klien mengidentifikasi RR = 40 x/menit
aktivitas yang disukai Nadi teraba lemah
4. Bantu klien/keluarga untuk Terpasang nasal kanul 1l/menit
mengidentifikasi A : masalah intoleransi aktivitas
kekurangan dalam belum teratasi
beraktivitas P : lanjutkan intervensi
5. Monitor respon fisik Monitor respon kardiovaskuler
terhadap aktivitas (takikardi,
sesak nafas, pucat)
Monitor respon fisik
28 Juni 1. 1. Mengkaji TTV klien S : ibu klien mengatakan keadaan
2018 2. Memonitor status oksigen klien sudah lebih baik dari kemarin
klien O:
3. Memposisikan pasien TD : 100/80
untuk semi fowler RR : 40x/menit
4. Melakukan fisioterapi dada N : 106x/menit
dan postural drainage SpO2 = 96 %
5. Mengkolaborasikan Sesak berkurang
pemberian obat Suara ronchi masih sedikit
terdengar
Sputum keluar sedikit
Terpasang Nasal kanul 1
liter/menit
A:
Masalah bersihan jalan nafas
teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
Mengkaji TTV klien
Memonitor status oksigen klien
Memposisikan pasien untuk
semi fowler
Melakukan fisioterapi dada dan
postural drainage
Mengkolaborasikan pemberian
obat
3. 1. Monitor respon
S : ibu klien mengatakan klien sudah
kardiovaskuler terhadap
mulai beraktivias seperti
aktivitas (takikardi, sesak
bermain hp daan menonton
nafas, pucat)
film kesukaan
2. Bantu klien mengidentifikasi
O:
aktivitas yang dapat
Klien tampak sedikit lemah
dilakukan
Sesak berkurang
3. Bantu klien mengidentifikasi
TD : 100/80
aktivitas yang disukai N : 106x/menit
4. Bantu klien/keluarga untuk RR = 40 x/menit
mengidentifikasi Terpasang nasal kanul 1l/menit
kekurangan dalam A : masalah intoleransi aktivitas
beraktivitas teratasi sebagian
5. Monitor respon fisik P : lanjutkan intervensi
Monitor respon kardiovaskuler
terhadap aktivitas (takikardi,
sesak nafas, pucat)
Monitor respon fisik
29 Juni 1. 1. Mengkaji TTV klien S : ibu klien mengatakan keadaan
2018 2. Memonitor status oksigen klien sudah semakin membaik
klien O:
3. Memposisikan pasien TD : 100/80
untuk semi fowler RR : 32x/menit
4. Melakukan fisioterapi dada N : 100x/menit
dan postural drainage SpO2 = 96 %
5. Mengkolaborasikan Tidak sesak
pemberian obat Suara ronchi tidak terdengar
Sputum tidak ada
A:
Masalah bersihan jalan nafas
teratasi
P : intervensi dihentikan
A. Identitas
Nama Anak : An. A
Tempat/Tanggal Lahir : Semarang, 09 Mei 2016
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Nama Orang Tua/Wali : Ny M
Alamat : Bandarharjo, Semarang
Suku : Jawa
Agama : ISLAM
Kewarganegaraan : Indonesia
Tanggal Pengkajian : 25 Mei 2018
Pemberi Informasi : Ibu Klien
Bakteri
( Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis.
Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa )
Proses peradangan
Dan kemudian di temukan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif dengan
penigkatan produksi sputum.
4. Intervensi
Proses peradangan dari proses penyakit bronkopneumonia mengakibatkan
produksi sekret meningkat sampai menimbulkan manifestasi klinis yang ada
sehingga muncul masalah dan salah satu masalah tersebut adalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
merupakan keadaan dimana individu tidak mampu mengeluarkan sekret dari
saluran nafas untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas. Apabila masalah
bersihan jalan nafas ini tidak ditangani secara cepat maka bisa menimbulkan
masalah yang lebih berat seperti pasien akan mengalami sesak yang hebat bahkan
bias menimbulkan kematian. Salah satu cara mengatasi ketidakefektifan bersihan
jalan nafas dapat melalui tindakan Fisioterapi dada. Fisioterapi dada merupakan
tindakan drainase postural, pengaturan posisi, serta perkusi dan vibrasi dada ,
tehnik fisioterapi dada dapat dilakukan dengan cara penepukkan ringan pada
dinding dada dengan tangan dimana tangan membentuk seperti mangkuk yang
merupakan metode untuk memperbesar upaya klien dan memperbaiki fungsi
paru (Jauhar, 2013).
b. Pemukulan/perkusi
Teknik pemukulan ritmik dilakukan dengan telapak tangan yang melekuk pada
dinding dada atau punggung. Tujuannya melepaskan lendir atau sekret-sekret
yang menempel pada dinding pernapasan dan memudahkannya mengalir ke
tenggorok. Hal ini akan lebih mempermudah anak mengeluarkan lendirnya.
Caranya:
Lakukan postural drainage. Bila posisinya telentang, tepuk-tepuk (dengan
posisi tangan melekuk) bagian dada sekitar 3-5 menit. Menepuk bayi cukup
dilakukan dengan menggunakan 3 jari.
Dalam posisi tengkurap, tepuk-tepuk daerah punggungnya sekitar 3-5 menit.
Dalam posisi miring, tepuk-tepuk daerah tubuh bagian sampingnya. Setelah
itu lakukan vibrasi (memberikan getaran) pada rongga dada dengan
menggunakan tangan (gerakannya seperti mengguncang lembut saat
membangunkan anak dari tidur). Lakukan sekitar 4-5 kali.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bronkopneumonia merupakan salah satu penyakit yang menyerang saluran
pernafasan dimana manifestasi penyakit ini bervariasi mulai dari batuk, pilek,
disertai dengan panas. Pada anak dengan bronkopnemoni berat akan muncul
manifestasi klinik sesak nafas yang hebat apabila tidak di tangani dengan segera.
Salah satu cara yang dapat mengatasi masalah tersebut jika manifestasi klinis batuk
disertai dengan produksi sputum berlebih yang sulit untuk dikeluarkan yaitu
fisioterapi dada.
Dengan data yang didapatkan pada pasien bernama An. A berusia 2 tahun,
jenis kelamin laki-laki, dengan keluhan utama batuk berdahak yang sulit untuk
dikeluarkan. Data subyektif yang didapatkan ibu mengatakan bahwa anaknya batuk
berdahak yang sulit untuk dikeluarkan. Sedangkan data obyektif yang didapatkan
ialah terdapat suara ronkhi, sehingga dapat ditegakkan diagnosa keperawatan
bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum. Hasil yang dicapai setelah di lakukan tindakan fisioterapi dada pada An. A
yaitu klien dapat mengeluarkan sputum.
B. Saran
Dengan pembuatan makalah ini, diharapkan perawat dapat memberikan
informasi, pengertian dan pendidikan tentang bronkopneumonia, serta tindakan
yang perlu dilakukan untuk menanganibeberapa manifestasi yang muncul. Perawat
juga diharapkan mampu memberikan pelayanan yang penuh terhadap pasien yang
mengalami bronkopneumonia. Pada mahasiswa, diharapkan mahasiswa
keperawatan memahami tentang penyakit bronkopneumonia yang terjadi pada
anak dan menetapkan masalah keperawatan serta mampu memberikan intervensi
yang tepat pada klien bronkopneumonia pada anak.
DAFTAR PUSTAKA