Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA An.

A DENGAN BRONKOPNEUMONIA
DI RUANG ANAK LANTAI 1 RSUP DR. KARIADI

DISUSUN OLEH :
TATI ZULAICHAH
(G3A017194)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Anak merupakan aset masa depan yang akan melanjutkan pembangunan di suatu
negara. Masa perkembangan tercepat dalam kehidupan anak terjadi pada masa balita.
Masa balita merupakan masa yang paling rentan terhadap serangan penyakit.
Terjadinya gangguan kesehatan pada masa tersebut, dapat berakibat negatif bagi
pertumbuhan anak itu seumur hidupnya (Soetjiningsih, 1995). Seiring dengan
meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat di Indonesia, pola penyakit saat ini
telah mengalami transisi epidemiologi yang ditandai dengan beralihnya penyebab
kematian yang semula didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit yang
tidak menular (non communicable disease).

Prevalensi nasional Infeksi Saluran Pernafasan Akut (berdasarkan diagnosis tenaga


kesehatan dan keluhan responden) adalah 25,50%. Sebanyak 16 provinsi mempunyai
prevalensi Infeksi Saluran Pernafasan Akut di atas prevalensi nasional tertinggi yaitu
Nanggroe Aceh Darussalam. Secara nasional, kabupaten/kota dengan prevalensi Infeksi
Saluran Pernafasan Akut tertinggi adalah Kaimana (63,8%), sedangkan kabupaten/kota
dengan prevalensi Infeksi Saluran Pernafasan Akut terendah adalah Seram Bagian Barat
(3,9%) (Riskesdas,2007).

Sepuluh penyakit terbanyak rawat jalan rumah sakit dan dua puluh satu penyakit
direkapitulasi profil kesehatan kabupaten atau kota di Jawa Tengah dan diketahui
bronkopneumonia menempati ukuran sepuluh setelah faringitis dan campak, dengan
presentasi sebesar 1,53 %. Pada tahun 2001 presentasinya meningkat 1,61 % setelah
bronchitis akut. Bronkopneumonia merupakan penyakit saluran pernafasan bagian
bawah yang biasanya didahului dengan infeksi saluran pernafasaan bagian atas dan
sering dijumpai dengan gejala awal batuk, dispnea, demam. Selain disebabkan oleh
infeksi dari kuman atau bakteri juga didukung oleh kondisi lingkungan dan gizi pada
anak. Salah satu penyebab bronkopneumonia pada anak adalah karena kebiasaan yang
kurang bersih pada anak, contoh; anak tidak mencuci tangan sebelum makan, suka
memasukkan benda ke dalam mulut dan kurangnya keluarga tentang pola hidup sehat.
Akibat kebiasaan yang salah dan tidak disadari ini dapat menimbulkan gangguan saluran
pernafasan dan kurangnya pengetahuan orang tua terhadap kondisi anaknya, sehingga
pada umumnya anak dengan bronkopneumonia dibawa ke rumah sakit jika kondisinya
sudah parah, antara lain; sesak nafas, sianosis, dan pernafasan cuping hidung.

Bronkopneumonia dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan


perkembangan pada anak karena kondisi lingkungan dan gizi sangat berpengaruh pada
masa pertumbuhan dan perkembangan anak. Dimana anak memerlukan nutrisi yang
adekuat untuk mencukupi kebutuhan energi sehari-hari dan tumbuh kembang. Peran
perawat sangat besar dalam upaya membantu menemukan dan mencegah angka
kesakitan atau angka kematian. Untuk pelayanan yang benar dan komprehensif dapat
diterapkan melalui Asuhan Keperawatan yang optimal guna menghindari komplikasi
lebih lanjut. Data yang didapat dari rumah sakit Roemani Bronkopneumonia pada anak
di ruang lukman selama tahun 2011 kurang lebih adalah 120 anak, sedangkan dari bulan
januari 2012 sampai bulan mei didapatkan kurang lebih 43 anak. Dari data yang
dipeoleh tesebut, penulis tertarik untuk mengambil kasus penyakit pernapasan
bronchopneumonia

B. Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran dan pengaplikasian berdasarkan jurnal evidence based
nursing riset asuhan keperawatan pada kasus bronkopneumonia pada anak.

b. Tujuan khusus
a. Mampu mengetahui tinjauan teori asuhan keperawatan bronkopneumonia pada
anak
b. Mampu melakukan resume asuhan keperawatan bronkopneumonia pada anak
c. Mampu melakukan aplikasi jurnal evidence based nursing riset asuhan
keperawatan bronkopneumonia pada anak
d. Mampu melakukan pembahasan aplikasi evidence based nursing asuhan
keperawatan bronkopneumonia pada anak
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep dasar
1. Pengertian dan klasifikasi
Bronkopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen
infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengenai daerah

bronkus dan sekitar alveoli.

Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001) :


a. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
 Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas
lobus atau lobularis.
 Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat lambat
dengan gambaran infiltrat paru bilateral yang difus.
b. Berdasarkan faktor lingkungan
 Pneumonia komunitas
 Pneumonia nosocomial
 Pneumonia rekurens
 Pneumonia aspirasi
 Pneumonia pada gangguan imun
 Pneumonia hipostatik
c. Berdasarkan sindrom klinis
 Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama
mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia
lobar serta pneumonia bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan
penyakit ringan dan jarang disertai konsolidasi paru.
 Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan
Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau Legionella.
2. Etiologi
a. Bakteri
 Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)

3. Manifesatasi klinis
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
 Nyeri pleuritik
 Nafas dangkal dan mendengkur
 Takipnea
b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
 Mengecil, kemudian menjadi hilang
 Krekels, ronki, egofoni
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8 °C sampai 41,1 °C, delirium
e. Diafoesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk kental, produktif
 Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau
berkarat
i. Gelisah
j. Sianosis
 Area sirkumoral
 Dasar kuku kebiruan
k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

4. Patofisiologi
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang
disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophilus influenza atau karena aspirasi
makanan dan minuman. Dari saluran pernafasan dengan gambaran sebagai berikut:
a. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh
darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
b. Ekspansi kuman melaui pembuluh darah kemudian masuk kedalam saluran
pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora
normal dalam usus, peristaltic meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan
kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit
5. Pathways

6. Pemeriksaan diagnostic
a. Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses
luas/infiltrat, empyema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi
(bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia
mikoplasma sinar x dada mungkin bersih.
b. GDA : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada.
c. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsy jarum,
aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk
mengatasi organisme penyebab.
d. JDL : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi pada infeksi
virus, kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
e. Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
f. LED : meningkat
g. Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar);
tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun, hipoksemia.
h. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
i. Bilirubin : mungkin meningkat
j. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka :menyatakan intranuklear tipikal
dan keterlibatan sitoplasmik (CMV) (Doenges, 1999)

7. Komplikasi
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
d. Infeksi sitemik
e. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
f. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

8. Penatalaksanaan
a. Terapi oksigen jika pasien mengalami pertukaran gas yang tidak adekuat. Ventilasi
mekanik mungkin diperlukan jika nilai normal GDA tidak dapat dipertahankan
b. Blok saraf interkostal untuk mengurangi nyeri
c. Pada pneumonia aspirasi bersihkan jalan nafas yang tersumbat
d. Perbaiki hipotensi pada pneumonia aspirasi dengan penggantian volume cairan
e. Terapi antimikrobial berdasarkan kultur dan sensitivitas
f. Supresan batuk jika batuk bersifat nonproduktif
g. Analgesik untuk mengurangi nyeri pleuritik
BAB III
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas
Nama Anak : An. A
Tempat/Tanggal Lahir : Semarang, 09 Mei 2016
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Nama Orang Tua/Wali : Ny M
Alamat : Bandarharjo, Semarang
Suku : Jawa
Agama : ISLAM
Kewarganegaraan : Indonesia
Tanggal Pengkajian : 25 Mei 2018
Pemberi Informasi : Ibu Klien

GENOGRAM KELUARGA

60 58
TAHUN THN

41 34
THN THN

8 2
TAHUN TAHUN

Keterangan genogram :
Atau : Pria, Wanita sehat

: Klien
: Hubungan Keluarga

b. Keluhan utama
Sesak napas

c. Riwayat penyakit sekarang


± 1 minggu SMRS anak demam, demam naik turun, batuk, pilek, BAB & BAK dalam
batas normal, tidak ada sesak, tidak muntah, tidak diare, tidak ada nyeri kepala
dan tidak ada nyeri otot. Kemudian anak di bawa ke IGD RSDK dan dilakukan
pemeriksaan laboratorium pada tanggal 17 Juni 2018 dengan hasil HB: 12,6, Ht :
38,7, L : 8100, tr : 241.000, urin kuning jernih, bakteri (+) 1, pasien diperbolehkan
rawat jalan dan diberi obat paracetamol & asenisitein. Setelah pulang di rumah,
keluarga mengatakan demam masih naik turun, batuk pilek belum ada perbaikan,
± 1 hari SMRS batuk semakin kencang disertai napas cepat dan anak tampak
sesak. BAB cair 2x warna kuning, muntah 1x karena batuk. Setelah di RSDK anak
terdiagnosa ASD sejak usia 8 bulan dan telah dilakukan kateterisasi pada bulan
Mei 2018.

d. Riwayat penyakit masa lalu


 Ibu klien mengatakan klien pernah di rawat di RS karena terdiagnosa ASD
 Ibu klien mengatakan klien pernah dilakukan kateterisasi pada bulan Mei 2018
 Ibu klien mengatakan melakukan persalinan secara spontan
 Ibu klien mengatakan klien tidak memiliki suatu alergi apapun
 Ibu klien mengatakn klien mendapatkan imunisasi lengkap

e. Riwayat penyakit keluarga


Saat ini ayah klien di rawat di RS Tugu karena penyakit paru-paru

f. Pengkajian fisik
1) Pengukuran umum
 BB : 7,5 kg
 Lingkar kepala : 48 cm
 Lingkar perut : 40 cm
 Lingkar lengan atas : 14 cm

2) Tanda vital
 Suhu : 36,9 ˚C
 TD : 120/80
 Nadi : 142x/ menit
 RR : 42x/ menit
 SpO2 : 95%

3) Kepala
 Bentuk kepala simetris
 Tekstur rambut halus
 Bentuk wajah simetris

4) Kebutuhan oksigen
a) Hidung simetris
b) Dada
 Bentuk : asimetris
 Ada retraksi intercostal
 Suara perkusi dinding dada sonor
c) Paru - paru
 Pola pernafasan irreguler
 Ada suara nafas tambahan : ronkhi

5) Kebutuhan nutrisi dan cairan


a) Mulut
 Membrane mukosa lembab
 Gusi pink
 Warna lidah pink
b) Abdomen
 Bentuk simetris
 Bising usus 12 x/ menit
Pola nutrisi dan cairan Sehat Sakit

Jam makan Pagi 07.00 WIB 07.00 WIB

Siang 12.00 WIB 13.00 WIB

Malam 17.00 WIB 17.00 WIB

Porsi makan 3-4 kali sehari 2-3 kali sehari


terkadang dalam porsi
lebih yang sedikit
dan makanan
tidak
dihabiskan

Jenis makanan pokok ASI ASI

Jenis makanan selingan Susu Susu, roti

Makanan kesukaan Sayur sup Sayur sup

Makanan yang tidak di sukai Sayur bayam Sayur bayam

Istilah yang di gunakan untuk makan dan Maem dan Maem dan
minum mimik mimik

6) Kebutuhan eliminasi
Pola buang air besar ( BAB ) Sehat Sakit

Frekuensi 1 kali sehari 2 hari sekali

Konsistensi Lunak Lunak

Warna Kekuningan Kekuningan

Keluhan saat BAB Tidak ada Tidak ada

Istilah yang di gunakan anak untuk BAB Eek Eek


Pola buang air kecil ( BAK ) Sehat Sakit

Frekuensi 2-3 kali sehari Berkurang

Warna Jernih Kuning jernih

Volume - Setiap 8 jam


ganti pampers

Keluhan saat BAK Tidak ada Tidak ada

Istilah yang di gunakan anak untuk BAK Pipis Pipis

7) Kebutuhan istrahat
Pola tidur Sehat Sakit

Jam tidur-bangun Malam 22.00 WIB -

Siang 12.00 WIB -

Ritual sebelum tidur - -

Gangguan tidur - Batuk

8) Kebutuhan interaksi social


 Komunikasi anak dengan orang tua baik
 Anak mengerti bahasa yang di ucapakan ibunya

9) Kebutuhan hygiene personal


 Frekuensi mandi 2 kali sehari
 Klien mandi, berpakaian, berhias, dilakukan oleh ibunya
 Selama di rumah sakit klien di sibin menggunakan tisu basah dari RS
 Warna kuku pink
 Hygiene : bersih
 Kondisi kuku pendek

10) Organ sensoris


 Mata : simetris, ukuran pupil simetris
 Telinga sejajar, kanan dan kiri bersih
 Kulit putih, tekstur halus, kelembaban lembab,
 Capillary refill time : 3 detik

11) Pemeriksaan diagnostic


Nama tes Hasil Satuan Nilai Normal

Hemoglobin 13,1 g/dl 11,0-13,0

Eritrosit 5,3 Pg 3-5,4

Hematocrit 40,0 % 36-44

Trombosit 547000 /mm³ 150000-400000

Leukosit 27,6 10*3μL 5,5-15,5

MCV 76,0 Fl 77-103

MCH 24 Pg 23-31

MCHC 32,8 g/dl 29-36

MPV 9,7 Fl 4,00-11,00

12) Terapi
 Nasal canul 1L/ menit
 Captopril 3,125mg/12 jam (oral)
 Digoxin 0,03mg/ 12 jam (IV)
 Ampisilin 200mg/6 jam (IV)
 Furosemide 4 mg/12 jam (oral)
2. Analisa data
Data subyektif dan obyektif Masalah ( p ) Etiologi ( E )

Data subjektif : Bersihan jalan nafas tidak Peningkatan produksi


Ibu klien mengatakan anaknya efektif sputum
sesak napas dan batuk berdahak
Data objektif :
 Ronchi
 Produksi sputum berlebih
 N : 142x/menit
 RR = 42 x/menit
 SpO2 = 95 %
 Terpasang nasal kanul O2 1
liter/ menit
Data subjektif : ibu klien Penyakit jantung Penurunan curah
mengatakan klien terdiagnosa bawaaan (ASD) jantung
ASD sejak usia 8 bulan
Data objektif :
 Klien tampak lemah
 Klien tampak sesak
 Klien tampak gelisah
 TD : 120/80
 N : 142x/menit
 RR = 42 x/menit
 Nadi teraba lemah
 Warna kulit pucat
 Capillary refill time <2 detik
 Batuk
Data subjektif : ibu klien Kelemahan Intoleransi aktivitas
mengatakan klien lebih cepat
merasa lelah saat beraktivitas
yang berlebih
Data objektif :
 Klien tampak lemah
 Klien tampak sesak
 RR : 42x/menit
 Nadi : 142x/menit
 Nadi teraba lemah

3. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ppenyakit jantung bawaan (ASD)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

4. Intervensi
No Tujuan dan kriteria hasil ( noc ) Rencana intervensi ( NIC ) TTD
dx
1. Dalam waktu 3 x 24 jam bersihan 1. Kaji TTV klien
jalan nafas teratasi dengan kriteria 2. Monitor status oksigen klien
hasil : 3. Posisikan pasien untuk semi
a) Tidak ada suara ronchi fowler
b) Produksi sputum berkurang 4. Lakukan fisioterapi dada dan
postural drainage
5. Kolaborasikan pemberian obat

2. Dalam waktu 3 x 24 jam penurunan 1. Monitor TTV secara rutin


curah jantung teratasi dengan 2. Catat tanda dan gejala penurunan
kriteria hasil : curah jantung
a) Tidak sesak 3. Monitor sesak nafas
b) TTV dalam batas normal 4. Monitor kelelahan
c) Warna kulit tidak pucat 5. Dorong aktivitas yang tidak berisiko
terhadap gangguan fungsi jantung
6. Susun waktu istirahat untuk
mencegah kelelahan
3. Dalam waktu 3 x 24 jam intoleransi 1. Monitor respon kardiovaskuler
aktivitas terhadap aktivitas (takikardi, sesak
teratasi dengan kriteria hasil : nafas, pucat)
a) TTV dalam batas normal 2. Bantu klien mengidentifikasi
b) Klien mampu melakukan aktivitas aktivitas yang dapat dilakukan
3. Bantu klien mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
4. Bantu klien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
5. Monitor respon fisik

5. Implementasi dan Evalusi


Waktu No Tindakan keperawatan Evaluasi TTD
DX
26 Juni 1. 1. Mengkaji TTV klien S : ibu klien mengatakan keadaan
2018 2. Memonitor status oksigen klien lebih baik dari kemarin/
klien pertama masuk
3. Memposisikan pasien untuk O :
semi fowler  RR : 40x/menit
4. Melakukan fisioterapi dada  N : 120x/menit
dan postural drainage  SPO2 = 95 %
5. Mengkolaborasikan  Sesak sedikit berkurang
pemberian obat  Suara ronchi masih terdengar
 Sputum keluar sedikit
 Terpasang Nasal kanul 1
liter/menit
A:
Masalah bersihan jalan nafas
teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
 Mengkaji TTV klien
 Memonitor status oksigen klien
 Memposisikan pasien untuk
semi fowler
 Melakukan fisioterapi dada dan
postural drainage
 Mengkolaborasikan pemberian
obat

2. 1. Monitor TTV secara rutin S : ibu klien mengatakan klien


2. Catat tanda dan gejala sedikit sulit untuk beristirahat
penurunan curah jantung O:
3. Monitor sesak nafas  TD : 110/90
4. Monitor kelelahan  N : 120x/menit
5. Dorong aktivitas yang tidak  RR = 40 x/menit
berisiko terhadap gangguan  Nadi teraba lemah
fungsi jantung  Warna kulit masih sedikit terlihat
6. Susun waktu istirahat untuk pucat
mencegah kelelahan  Capillary refill time <2 detik
 Terpasang nasal kanul 1l/menit
 Klien tampak lemah
 Sesak sedikit berkurang
 Klien tampak gelisah
A : masalah penurunan curah
jantung belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
 Monitor TTV secara rutin
 Catat tanda dan gejala
penurunan curah jantung
 Monitor sesak nafas
 Monitor kelelahan

3. 1. Monitor respon
S : ibu klien mengatakan klien hanya
kardiovaskuler terhadap
beraktivitas di tempat tidur
aktivitas (takikardi, sesak
O:
nafas, pucat)
 Klien tampak lemah
2. Bantu klien mengidentifikasi  Sesak sedikit berkurang
aktivitas yang dapat  TD : 110/90
dilakukan  N : 120x/menit
3. Bantu klien mengidentifikasi  RR = 40 x/menit
aktivitas yang disukai  Nadi teraba lemah
4. Bantu klien/keluarga untuk  Terpasang nasal kanul 1l/menit
mengidentifikasi A : masalah intoleransi aktivitas
kekurangan dalam belum teratasi
beraktivitas P : lanjutkan intervensi
5. Monitor respon fisik  Monitor respon kardiovaskuler
terhadap aktivitas (takikardi,
sesak nafas, pucat)
 Monitor respon fisik
28 Juni 1. 1. Mengkaji TTV klien S : ibu klien mengatakan keadaan
2018 2. Memonitor status oksigen klien sudah lebih baik dari kemarin
klien O:
3. Memposisikan pasien  TD : 100/80
untuk semi fowler  RR : 40x/menit
4. Melakukan fisioterapi dada  N : 106x/menit
dan postural drainage  SpO2 = 96 %
5. Mengkolaborasikan  Sesak berkurang
pemberian obat  Suara ronchi masih sedikit
terdengar
 Sputum keluar sedikit
 Terpasang Nasal kanul 1
liter/menit
A:
Masalah bersihan jalan nafas
teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
 Mengkaji TTV klien
 Memonitor status oksigen klien
 Memposisikan pasien untuk
semi fowler
 Melakukan fisioterapi dada dan
postural drainage
 Mengkolaborasikan pemberian
obat

2. 1. Monitor TTV secara rutin S : ibu klien mengatakan klien dapat


2. Catat tanda dan gejala beristirahat
penurunan curah jantung O:
3. Monitor sesak nafas  TD : 100/80
4. Monitor kelelahan  N : 106x/menit
5. Dorong aktivitas yang tidak  RR = 40 x/menit
berisiko terhadap gangguan  Warna kulit normal
fungsi jantung  Capillary refill time <2 detik
6. Susun waktu istirahat untuk  Terpasang nasal kanul 1l/menit
mencegah kelelahan  Klien tampak sedikit lemah
 Sesak berkurang
A : masalah penurunan curah
jantung teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
 Monitor TTV secara rutin
 Catat tanda dan gejala
penurunan curah jantung
 Monitor sesak nafas
 Monitor kelelahan

3. 1. Monitor respon
S : ibu klien mengatakan klien sudah
kardiovaskuler terhadap
mulai beraktivias seperti
aktivitas (takikardi, sesak
bermain hp daan menonton
nafas, pucat)
film kesukaan
2. Bantu klien mengidentifikasi
O:
aktivitas yang dapat
 Klien tampak sedikit lemah
dilakukan
 Sesak berkurang
3. Bantu klien mengidentifikasi
 TD : 100/80
aktivitas yang disukai  N : 106x/menit
4. Bantu klien/keluarga untuk  RR = 40 x/menit
mengidentifikasi  Terpasang nasal kanul 1l/menit
kekurangan dalam A : masalah intoleransi aktivitas
beraktivitas teratasi sebagian
5. Monitor respon fisik P : lanjutkan intervensi
 Monitor respon kardiovaskuler
terhadap aktivitas (takikardi,
sesak nafas, pucat)
 Monitor respon fisik
29 Juni 1. 1. Mengkaji TTV klien S : ibu klien mengatakan keadaan
2018 2. Memonitor status oksigen klien sudah semakin membaik
klien O:
3. Memposisikan pasien  TD : 100/80
untuk semi fowler  RR : 32x/menit
4. Melakukan fisioterapi dada  N : 100x/menit
dan postural drainage  SpO2 = 96 %
5. Mengkolaborasikan  Tidak sesak
pemberian obat  Suara ronchi tidak terdengar
 Sputum tidak ada
A:
Masalah bersihan jalan nafas
teratasi
P : intervensi dihentikan

2. 1. Monitor TTV secara rutin S : ibu klien mengatakan klien dapat


2. Catat tanda dan gejala beristirahat
penurunan curah jantung O:
3. Monitor sesak nafas  TD : 100/80
4. Monitor kelelahan  N : 100x/menit
5. Dorong aktivitas yang tidak
 RR = 32 x/menit
berisiko terhadap gangguan
 Warna kulit normal
fungsi jantung
 Capillary refill time <2 detik
6. Susun waktu istirahat untuk
 Klien tampak membaik
mencegah kelelahan  Tidak sesak
A : masalah penurunan curah
jantung teratasi
P : intervensi dihentikan

3. 1. Monitor respon S : ibu klien mengatakan klien sudah


kardiovaskuler terhadap mulai beraktivias seperti
aktivitas (takikardi, sesak bermain hp, menonton film
nafas, pucat) kesukaan dan bermain game
2. Bantu klien mengidentifikasi O :
aktivitas yang dapat  Klien tampak membaik
dilakukan  Tidak sesak
3. Bantu klien mengidentifikasi  TD : 100/80
aktivitas yang disukai  N : 100x/menit
4. Bantu klien/keluarga untuk  RR = 32 x/menit
mengidentifikasi A : masalah intoleransi aktivitas
kekurangan dalam teratasi
beraktivitas P : intervensi di hentikan
5. Monitor respon fisik
BAB IV
APLIKASI JURNAL EVIDENCE BASED NURSING RISET

A. Identitas
Nama Anak : An. A
Tempat/Tanggal Lahir : Semarang, 09 Mei 2016
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Nama Orang Tua/Wali : Ny M
Alamat : Bandarharjo, Semarang
Suku : Jawa
Agama : ISLAM
Kewarganegaraan : Indonesia
Tanggal Pengkajian : 25 Mei 2018
Pemberi Informasi : Ibu Klien

B. Data fokus pasien


Data subyektif dan Masalah ( p ) Etiologi ( E )
obyektif
Data subjektif : Bersihan jalan nafas tidak Peningkatan produksi
Ibu klien mengatakan efektif sputum
anaknya sesak napas dan
batuk berdahak
Data objektif :
 Ronchi
 Produksi sputum
berlebih
 N : 142x/menit
 RR = 42 x/menit
 SpO2 = 95 %
 Terpasang nasal kanul
O2 1 liter/ menit
C. Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan jurnal evidence based
nursing riset yang diaplikasikan
“Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum”

D. Analisa sintesa justifikasi

Bakteri
( Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis.
Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa )

Saluran pernapasan atas

Infeksi saluran pernapasan bawah

Kuman berlebih di bronkus

Proses peradangan

Akumulasi secret di bronkus

Bersihan jalan nafas tidak efektif


BAB V
PEMBAHASAN

A. Pembahasan diagnosa keperawatan


1. Pengertian diagnose keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan secret
atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.

2. Batasan karakteristik diagnosa keperawatan


 Tidak ada batuk
 Suara napas tambahan
 Perubahan frekuensi napas
 Sputum dalam jumlah yang berlebihan

3. Alasan ditegakkannya diagnosa keperawatan


Perawat menegakan diagnosa keperawatan karena ditemukannya data sebagai
barikut:
Data subyektif :
Ibu klien mengatakan anaknya batuk dahak dan susah keluar
Data obyektif :
 Ronchi
 Produksi sputum berlebih
 terdapat suara tambahan : ronchi
 RR = 42 x/menit
 SpO2 = 95 %
 Terpasang nasal kanul 1 liter/ menit

Dan kemudian di temukan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif dengan
penigkatan produksi sputum.
4. Intervensi
Proses peradangan dari proses penyakit bronkopneumonia mengakibatkan
produksi sekret meningkat sampai menimbulkan manifestasi klinis yang ada
sehingga muncul masalah dan salah satu masalah tersebut adalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
merupakan keadaan dimana individu tidak mampu mengeluarkan sekret dari
saluran nafas untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas. Apabila masalah
bersihan jalan nafas ini tidak ditangani secara cepat maka bisa menimbulkan
masalah yang lebih berat seperti pasien akan mengalami sesak yang hebat bahkan
bias menimbulkan kematian. Salah satu cara mengatasi ketidakefektifan bersihan
jalan nafas dapat melalui tindakan Fisioterapi dada. Fisioterapi dada merupakan
tindakan drainase postural, pengaturan posisi, serta perkusi dan vibrasi dada ,
tehnik fisioterapi dada dapat dilakukan dengan cara penepukkan ringan pada
dinding dada dengan tangan dimana tangan membentuk seperti mangkuk yang
merupakan metode untuk memperbesar upaya klien dan memperbaiki fungsi
paru (Jauhar, 2013).

5. Hasil evaluasi dan rencana tindak lanjut


Waktu No SOAP TTD
DX
26 mei 1. S : ibu klien mengatakan keadaan klien lebih baik dari

2018 kemarin/ pertama masuk


O:
 RR : 40x/menit
 N : 120x/menit
 SPO2 = 95 %
 Sesak sedikit berkurang
 Suara ronchi masih terdengar
 Sputum keluar sedikit
 Terpasang Nasal kanul 1 liter/menit
A:
Masalah bersihan jalan nafas teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
 Mengkaji TTV klien
 Memonitor status oksigen klien
 Memposisikan pasien untuk semi fowler
 Melakukan fisioterapi dada dan postural drainage
Mengkolaborasikan pemberian obat

B. Pembahasan aplikasi evidence based nursing


1. Justifikasi pemilihan tindakan berdasarkan EBPN
Fisioterapi dada merupakan cara yang mudah untuk dilakukan dan dapat di
praktekkan pada ibu klien di rumah.

2. Mekanisme penerapan EBPN


Menurut jurnal yang di dapatkan bahwa tehnik fisioterapi dada dilakukan dengan
cara penepukkan ringan pada dinding dada dengan tangan dimana tangan
membentuk seperti mangkuk. Tehnik fisioterapi dada terdiri dari tindakan
drainase postural, pengaturan posisi, serta perkusi dan vibrasi dada

3. Hasil yang di capai


Setelah di lakukan tindakan fisioterapi dada dapat di simpulkan :
a. Klien dapat mengeluarakan sedikit lendir setelah di lakukan fisioterapi dada
b. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari Pengaruh
Fisioterapi Dada Terhadap Pengeluaran Sputum Pada Anak Dengan Penyakit
Gangguan Pernafasaan.

4. Kelebihan dan kekurangan selama EBPN


a. Kelebihan
Tehnik fisioterapi dada adalah tehnik yang mudah dilakukan untuk membantu
pengeluaran lendir. Ibu klien juga sangat kooperatif terhadap tindakan yang
dilakukan.
b. Kekurangan
Tidak ada kekurangan yang berarti dalam melakukan aplikasi EBPN ini terhadap
pasien anak dengan bronkopneumonia di ruang Anak Lantai 1 RSUP Dr. Kariadi
Semarang

5. Tehnik fisioterapi dada


a. Pengaturan posisi tubuh
Tahapan ini disebut juga dengan postural drainage, yakni pengaturan posisi tubuh
untuk membantu mengalirkan lendir yang terkumpul di suatu area ke arah cabang
bronkhus utama (saluran napas utama) sehingga lendir bisa dikeluarkan dengan
cara dibatukkan. Untuk itu, orang tua mesti mengetahui di mana letak lendir
berkumpul.
Caranya:
 Taruh tangan di bagian dada atau punggung anak.
 Dekatkan telinga kita ke tubuhnya dan dengarkan asal bunyi lendir. Biasanya
lendir yang mengumpul akan menimbulkan suara. Atau, rasakan getarannya.
 Setelah letak lendir berhasil ditemukan, atur posisi anak
 Bila lendir berada di paru-paru bawah maka letak kepala harus lebih rendah
dari dada agar lendir mengalir ke arah bronkhus utama. Posisi anak dalam
keadaan tengkurap
 Kalau posisi lendir di paru-paru bagian atas maka kepala harus lebih tinggi
agar
lendir mengalir ke cabang utama. Posisi anak dalam keadaan telentang.
 Kalau lendir di bagian paru-paru samping/lateral, maka posisikan anak
dengan miring ke samping, tangan lurus ke atas kepala dan kaki seperti
memeluk guling.

b. Pemukulan/perkusi
Teknik pemukulan ritmik dilakukan dengan telapak tangan yang melekuk pada
dinding dada atau punggung. Tujuannya melepaskan lendir atau sekret-sekret
yang menempel pada dinding pernapasan dan memudahkannya mengalir ke
tenggorok. Hal ini akan lebih mempermudah anak mengeluarkan lendirnya.
Caranya:
 Lakukan postural drainage. Bila posisinya telentang, tepuk-tepuk (dengan
posisi tangan melekuk) bagian dada sekitar 3-5 menit. Menepuk bayi cukup
dilakukan dengan menggunakan 3 jari.
 Dalam posisi tengkurap, tepuk-tepuk daerah punggungnya sekitar 3-5 menit.
 Dalam posisi miring, tepuk-tepuk daerah tubuh bagian sampingnya. Setelah
itu lakukan vibrasi (memberikan getaran) pada rongga dada dengan
menggunakan tangan (gerakannya seperti mengguncang lembut saat
membangunkan anak dari tidur). Lakukan sekitar 4-5 kali.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bronkopneumonia merupakan salah satu penyakit yang menyerang saluran
pernafasan dimana manifestasi penyakit ini bervariasi mulai dari batuk, pilek,
disertai dengan panas. Pada anak dengan bronkopnemoni berat akan muncul
manifestasi klinik sesak nafas yang hebat apabila tidak di tangani dengan segera.
Salah satu cara yang dapat mengatasi masalah tersebut jika manifestasi klinis batuk
disertai dengan produksi sputum berlebih yang sulit untuk dikeluarkan yaitu
fisioterapi dada.
Dengan data yang didapatkan pada pasien bernama An. A berusia 2 tahun,
jenis kelamin laki-laki, dengan keluhan utama batuk berdahak yang sulit untuk
dikeluarkan. Data subyektif yang didapatkan ibu mengatakan bahwa anaknya batuk
berdahak yang sulit untuk dikeluarkan. Sedangkan data obyektif yang didapatkan
ialah terdapat suara ronkhi, sehingga dapat ditegakkan diagnosa keperawatan
bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum. Hasil yang dicapai setelah di lakukan tindakan fisioterapi dada pada An. A
yaitu klien dapat mengeluarkan sputum.

B. Saran
Dengan pembuatan makalah ini, diharapkan perawat dapat memberikan
informasi, pengertian dan pendidikan tentang bronkopneumonia, serta tindakan
yang perlu dilakukan untuk menanganibeberapa manifestasi yang muncul. Perawat
juga diharapkan mampu memberikan pelayanan yang penuh terhadap pasien yang
mengalami bronkopneumonia. Pada mahasiswa, diharapkan mahasiswa
keperawatan memahami tentang penyakit bronkopneumonia yang terjadi pada
anak dan menetapkan masalah keperawatan serta mampu memberikan intervensi
yang tepat pada klien bronkopneumonia pada anak.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika

Marini, G & Wulandari, Y. (2016). Efektifitas Fisioterapi Dada (Clapping) Untuk


Mengatasi Masalah Bersihan Jalan Napas Pada Anak Dengan
Bronkopneumonia Di Ruang Anak RSUD. DR. MOH. Soewandhi Surabaya.
UM Surabaya : Fakultas Kesehatan

Nettina, Sandra M. (2001). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC

Reevers, Charlene J, et all . (2000). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba


Medica

Smeltzer, Suzanne C. (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah . Volume I,


Jakarta : EGC.

Somantri, I. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem


Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai