Anda di halaman 1dari 11

[Type text]

LAPORAN PENDAHULUAN

A.Definisi miastenia gravis

Miastenia gravis merupakan gangguan yang mempengaruhi tranmisi neuromuscular pada otot
tubuh yang kerjanya di bawah kesadaran seseorang (volunter). Karakteristik yang muncul
berupa kelemahan yang berlebihan, dan umumnya terjadi kelelahan pada otot-otot volunteer
dan hal itu dipengaruhi oleh fungsi saraf cranial, serangan dapat terjadi pada beberapa usia,
ini terlihat paling sering pada wanita 15 sampai 35 tahun dan pada pria sampai 40 tahun.

B.Etiologi

Kelainan primer pada Miastenia gravis dihubungkan dengan gangguan transmisi pada
neuromuscular junction, yaitu penghubung antara unsur saraf dan unsur otot. Pada ujung
akson motor neuron terdapat partikel -partikel globuler yang merupakan penimbunan
asetilkolin (ACh). Jika rangsangan motorik tiba pada ujung akson, partikel globuler pecah
dan ACh dibebaskan yang dapat memindahkan gaya sarafi yang kemudian bereaksi dengan
ACh Reseptor (AChR) pada membran postsinaptik. Reaksi ini membuka saluran ion pada
membran serat otot dan menyebabkan masuknya kation, terutama Na, sehingga dengan
demikian terjadilah kontraksi otot.

Penyebab pasti gangguan transmisi neromuskuler pada Miastenia gravis tidak diketahui. Dulu
dikatakan, pada Miastenia gravis terdapat kekurangan ACh atau kelebihan kolinesterase,
tetapi menurut teori terakhir, faktor imunologik yang berperanan.

C.Klasifikasi

Klasifikasi menurut osserman ada 4 tipe :


1. Oeular miastenia
terkenanya otot-otot mata saja, dengan ptosis dan diplopia sangat ringan dan tidak ada
kematian
2. A.Mild generalized myiasthenia
Permulaan lambat, sering terkena otot mata, pelan-pelan meluas ke otot-otot skelet dan
bulber. System pernafasan tidak terkena. Respon terhadap otot baik.
B. Moderate generalized myasthenia
Kelemahan hebat dari otot-otot skelet dan bulbar dan respon terhadap obat tidak memuaskan.

3. Severe generalized myasthenia

A. Acute fulmating myasthenia

1
[Type text]

Permulaan cepat, kelemahan hebat dari otot-otot pernafasan, progesi penyakit biasanya
komlit dalam 6 bulan. Respon terhadap obat kurangmemuaskan, aktivitas penderita terbatas
dan mortilitas tinggi, insidens tinggi thymoma.

B. Late severe myasthenia

Timbul paling sedikit 2 tahun setelah kelompok I dan II progresif dari myasthenia gravis
dapat pelan-pelan atau mendadak, prosentase thymoma kedua paling tinggi. Respon terhadap
obat dan prognosis jelek.

4. Myasthenia crisis

Menjadi cepat buruknya keadaan penderita myasthenia gravis dapat disebabkan :


- pekerjaan fisik yang berlebihan
- emosi
- infeksi
- melahirkan anak
- progresif dari penyakit
- obat-obatan yang dapat menyebabkan neuro muskuler, misalnya streptomisin, neomisisn,
kurare, kloroform, eter, morfin sedative dan muscle relaxan.
- Penggunaan urus-urus enema disebabkan oleh karena hilangnya kalium

D.Patofisiologi

Dasar ketidaknormalan pada miastenia gravis adalah adanya kerusakan pada tranmisi impuls
saraf menuju sel otot karena kehilangan kemampuan atau hilangnya reseptor normal
membrane postsinaps pada sambungan neuromuscular. Penelitian memperlihatkan adanya
penurunan 70 % sampai 90 % reseptor asetilkolin pada sambungan neuromuscular setiap
individu. Miastenia gravis dipertimbangkan sebagai penyakit autoimun yang bersikap
lansung melawan reseptor asetilkolin (AChR) yang merusak tranmisi neuromuscular.

E.Komplikasi

Ø Bisa timbul miastenia crisis atau cholinergic crisis akibat terapi yang tidak diawasi
Ø Pneumonia
Ø Bullous death

F.Penatalaksanaan

Penatalaksanaan diarahkan pada perbaikan fungsi melalui pemberian obat antikolinestrase


dan mengurangi serta membuang antibodi yang bersikulasi

Obat anti kolinestrase

2
[Type text]

1. piridostigmin bromide (mestinon), ambenonium klorida (Mytelase), neostigmin bromide


(Prostigmin).
2. diberikan untuk meningkatkan respon otot terhadap impuls saraf dan meningkatkan
kekuatan otot, hasil diperkirakan dalam 1 jam setelah pemberian.

Terapi imunosupresif

1. ditujukan pada penurunan pembentukan antibody antireseptor atau pembuangan antibody


secara langsung dengan pertukaran plasma.
2. kortikostreoid menekan respon imun, menurunkan jumlah antibody yang menghambat
3. pertukaran plasma (plasmaferesis) menyebabkan reduksi sementara dalam titer antibodi
4. Thimektomi (pengangkatan kalenjer thymus dengan operasi) menyebabkan remisi
subtansial, terutama pada pasien dengan tumor atau hiperlasia kalenjer timus. kalenjer timus.
kalenjer timus. kalenjer timus. kalenjer timus.

3
[Type text]

ASUHAN KEPERAWATAN
MIASTHENIA GRAVIS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien : Meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, status
2. Keluhan utama : Kelemahan otot
3. Riwayat kesehatan : Diagnosa miasenia didasarkan pada riwayat dan pesentasi klinis.
Riwayat kelemahan otot setelah aktivitas dan pemulihan kekuatan pasial setelah
istirahat sangatlah menunukkan miastenia gravis, pasien mugkin mengeluh kelemahan
setelah melakukan pekerjaan fisik yang sederhana. riwayat adanya jatuhnya kelopak
mata pada pandangan atas dapat menjadi signifikan, juga bukti tentang kelemahan otot.
4. B1 (Breathing)
Dispnea, resiko terjadi aspirasi dan gagal pernafasan akut
5. B2 (Bleeding)
Hipotensi atau hipertensi, takikardi atau bradikardi
6. B3 (Brain)
Kelemahan otot ektraokular yang menyebabkan palsi ocular, jatuhnya kelopak mata
atau dislopia intermien, bicara klien mungkin disatrik
7. B4 (Bladder)
Menurunkan fungsi kandung kemih, retensi urine, hilangnya sensasi saat berkemih.
8. B5 (Bowel)
Kesulitan menelan-mengunyah, disfagia, kelemahan otot diafragma dan peristaltic usus
turun.
9. B6 (Bone)
Gangguan aktifitas atau mobilitas fisik, kelemahan otot yang berlebihan.

B. RENCANA KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan.


2. Kelemahan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kelemahan otot – otot volunter.
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sputum, penurunan
energi, keletihan, kerusakan neuromuskular.

4
[Type text]

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagia, intubasi,
paralis otot.
5. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan
diagnostik, rencana pengobatan, tindakan terhadap ketidak mampuan yang permanen,
dan ancaman kematian.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan /
Tujuan dan Kriteria
Masalah Intervensi Rasional
Hasil
Kolaborasi
1. Pola Nafas tidak NOC: NIC:
efektif
berhubungan - Respiratory status: 1. Kaji frekuensi 1. Manifestasi distres
dengan: Ventilation nafas, kedalaman, pernafan tergantung pada
Kelemahan otot- dan bunyi nafas indikasi derajat
- Respiratory status: keterlibatan paru dan
otot pernapasan
Airway patency status kesehatan umum
DS :
 Kesulitan 2. Catat adanya atau 2. Disfungsi pernafasan
- Vital sign Status
menelan- derajat dispnea. adalah variabel yang
Setelah dilakukan
mengunyah Misalnya keluhan tergantung pada tahap
tindakan keperawatan
DO: “lapar udara”. proses kronis selain
selama ………..pasien
 Dispnea proses akut yang
menunjukkan
menimbulkan perawatan
 Hipotensi atau keefektifan pola nafas,
3. Berikan oksigen di rumah sakit. Misalnya
hipertensi, dibuktikan dengan
tambahan infeksi, reaksi alergi
takikardi atau kriteria hasil:
4. Terapi fisik dada 3. Memaksimalkan
bradikardi.
- Mendemonstrasikan (drainase postural) bernafas.
batuk efektif dan
suara nafas yang 4. Untuk memobilisasi
bersih, tidak ada sekresi dan penghisapan
sianosis dan untuk mengeluarkan
dyspneu (mampu sekret.
mengeluarkan
sputum, mampu
bernafas dgn mudah,
tidakada pursed lips)
- Menunjukkan jalan
nafas yang paten
(klien tidak merasa
tercekik, irama
nafas, frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal,

5
[Type text]

tidak ada suara nafas


abnormal)
- Tanda Tanda vital
dalam rentang
normal (tekanan
darah, nadi,
pernafasan)
2. Bersihan jalan NOC: NIC:
nafas tidak 1. Anjurkan pasien 1. Menurunkan resiko
efektif  Respiratory status : untuk aspirasi atau masuknya
berhubungan Ventilation mengosongan seseatu benda asing ke
dengan  Respiratory status : mulut dari faring.
peningkatan Airway patency benda/zat tertentu
sputum,  Aspiration Control jika fase aura
penurunan energi, Setelah dilakukan terjadi dan untuk
keletihan, tindakan Keperawatan mengindari rahang
kerusakan selama … pasien mengatup jika
neuromuskular menunjukkan kejang tanpa 2. Meningkatkan aliran
DS: keefektifan jalan nafas ditandai gejala drainase (sekret),
dibuktikan dengan awal. mencegah lidah jatuh
- Dispneu kriteria hasil: 2. Letakkan pasien dan menyumbat jalan
DO: pada posisi miring, nafas
1. Mendemonstra permukaan datar,
- Penurunan suara sikan batuk efektif miringkan kepala
nafas dan suara nafas yang selama serangan
- Orthopneu bersih, tidak ada kejang 3. Ekspansi dada.
- Cyanosis sianosis dan 3. Tanggalkan
- Kelainan suara dyspneu (mampu pakaian pada
nafas (rales, mengeluarkan daerah leher/dada 4. Untuk membuka rahang,
wheezing) sputum, bernafas dan abdomen mencegah tergigitnya
- Kesulitan dengan mudah, tidak 4. Masukan spatel lidah, memfasilitasi saat
berbicara ada pursed lips) lidah/jalan napas melakukan penghisapan
- Batuk, tidak efektif 2. Menunjukkan buatan atau lendir atau memberi
atau tidak ada jalan nafas yang gulungan benda sokongan pada
- Produksi sputum paten (klien tidak lunak sesuai pernafasan jika
- Gelisah merasa tercekik, dengan indikasi. diperlukan. Jalan nafas
- Perubahan irama nafas, buatan mungkin
frekuensi dan frekuensi pernafasan diindikasikan setelah
irama nafas dalam rentang meredanya aktifitas
normal, tidak ada kejang, jika pasien
suara nafas tersebut tidak sadar dan
abnormal) tidak dapat
3. Mampu mempertahankan posisi
mengidentifikasikan lidah yang aman
dan mencegah faktor 5. Lakukan 5. Menurunkan resiko
yang penyebab. penghisapan sesuai aspirasi atau asfiksia.
4. Saturasi O2 indikasi. 6. Dapat meneurunkan
dalam batas normal 6. Berikan tambahan hipoksia selebral sebagaian
5. Foto thorak oksigen. dari sirkulasi yang menurun
dalam batas normal atau oksigen sekunder

6
[Type text]

terhadap spasme vaskuler


selama serangan kejang

3. Gangguan NOC : NIC:


mobilitas fisik 1. Kaji faktor faktor 1. Untuk menentukan
Berhubungan - Joint Movement : penyebab. tindakan keperawatan
dengan : Active 2. Kaji derajat pada pasien.
DS : - Mobility Level mobilitas 0-4. 2. Pasien mampu mandiri
- Gangguan - Self care : ADLs (nilai 0), memerlukan
metabolisme sel - Transfer bantuan dengan alat
- Keterlembatan performance (nilai 1), dengan
perkembangan Setelah dilakukan pengawasan dan
- Pengobatan tindakan keperawatan pengajaran (nilai 2),
- Kurang support selama….gangguan memerlukan bantuan
lingkungan mobilitas fisik teratasi 3. Penggunaan peralatan terus menerus
- Keterbatasan dengan kriteria hasil : medikasi 30 menit (nilai 3), tergantung
ketahan sebelum makan. sepenunya dengan
- Klien meningkat 4. Berikan
Kardiovaskuler asuhan (nilai 4)
dalam aktivitas fisik perawatan mata 3. Memaksimalkan
- Kehilangan
- Mengerti tujuan dari kekuatan otot.
integritas struktur
peningkatan
tulang
mobilitas 4. Untuk membantu
- Terapi pembatasan
- Memverbalisasikan mengurangi ptosis
gerak
perasaan dalam
- Kurang
meningkatkan
pengetahuan kekuatan dan
tentang kegunaan kemampuan
pergerakan fisik berpindah
- Indeks massa - Memperagakan
tubuh diatas 75 penggunaan alat
tahun percentil Bantu untuk
sesuai dengan usia mobilisasi (walker).
- Kerusakan
persepsi sensori
- Tidak nyaman,
nyeri
- Kerusakan
muskuloskeletal
dan neuromuskuler
- Intoleransi
aktivitas /
penurunan
kekuatan dan
stamina
- Depresi mood atau
cemas
- Kerusakan kognitif
- Penurunan
kekuatan otot,
kontrol dan atau
masa

7
[Type text]

- Keengganan untuk
memulai gerak
- Gaya hidup yang
menetap, tidak
digunakan,
deconditioning
- Malnutrisi selektif
atau umum

DO:
- Penurunan waktu
reaksi
- Kesulitan merubah
posisi
- Perubahan gerakan
(penurunan untuk
berjalan,
kecepatan,
kesulitan memulai
langkah pendek)
- Keterbatasan
motorik kasar dan
halus
- Keterbatasan ROM
- Gerakan disertai
nafas pendek atau
tremor
- Ketidak stabilan
posisi selama
melakukan ADL
- Gerakan sangat
lambat dan tidak
terkoordinasi
4. Ketidakseimban NOC: NIC:
gan nutrisi 1.Lakukan perawatan 1. Perawatan mulut dapat
kurang dari a. Nutritional status: mulut sebelum dan meningkatkan asupan
kebutuhan Adequacy of sesudah makan. oral.
tubuh nutrient 2.Baringkan pasien 2. Posisi ini mengurangi
Berhubungan b. Nutritional Status : tegak dengan kepala aspirasi.
dengan : food and Fluid sedikit fleksi
Ketidakmampuan Intake mendekati waktu
untuk c. Weight Control makan
memasukkan atau Setelah dilakukan 3.Istirahat sebelum 3. Untuk menurunkan
mencerna nutrisi tindakan keperawatan makan. kelemahan otot.
oleh karena selama….nutrisi 4. Untuk mempertahankan
faktor biologis, kurang dapat teratasi 4.Kurangi gangguan konsentrasi pasien saat
psikologis atau dengan indikator: pada saat makan. menelan.
ekonomi. 5. Untuk memudahkan
- Albumin serum
DS: 5.Berikan makanan pasien menelan.
- Pre albumin serum
yang lunak dalam

8
[Type text]

- Nyeri abdomen - Hematokrit bentuk kuah atau


- Muntah - Hemoglobin bentuk saus. 6. Penghargaan positif
- Kejang perut - Total iron binding meningkatkan keyakinan
- Rasa penuh tiba- capacity dalam menelan.
tiba setelah makan - Jumlah limfosit 6.Berikan
DO: penghargaan kecil
terhadap 7. Karenan pada pagi hari
- Diare kemampuan yang otot otot menjadi kuat.
- Rontok rambut telah dicapai pasien.
yang berlebih 8. Untuk mengembangkan
- Kurang nafsu rencana makan dan
makan 7.Tingkatkan asupan cairan
- Bising usus makanan pada pagi
berlebih hari.
- Konjungtiva pucat
- Denyut nadi lemah 8.Kolaborasi dengan
tim gizi
5. Kecemasan NOC : NIC :
berhubungan 1. Berikan informasi 1. Mengetahui apa yang
dengan Faktor - Kontrol kecemasan tentang: Sifat, diharapkan dari tindakan
keturunan, - Koping kondisi, Tujuan medis dapat
Krisis Setelah dilakukan pengobatan yang mempermudah
situasional, asuhan selama diprogramkan. penyesuaian pasien dan
Stress, …………… pada Pemeriksaan membantu menurunkan
perubahan klien, kecemasan diagnostik ansietas yang
status teratasi dgn kriteria berhubungan dengan
kesehatan, hasil: tindakan medis tersebut
ancaman 2. Bantu pasien untuk 2. Mengidentifikasi rasa
- Klien mampu
kematian, mengungkapkan takut yang spesifik
mengidentifikasi
perubahan ketakutannya membantu
dan mengungkapkan
konsep diri, meminimalkan perasaan
gejala cemas
kurang berlebihan terhadap
- Mengidentifikasi,
pengetahuan suatu ancaman
mengungkapkan dan
dan
menunjukkan tehnik
hospitalisasi.
untuk mengontol
DO/DS:
cemas
- Insomnia - Vital sign dalam
- Kontak mata batas normal
kurang - Postur tubuh,
- Kurang istirahat ekspresi wajah,
- Berfokus pada diri bahasa tubuh dan
sendiri tingkat aktivitas
- Iritabilitas menunjukkan
- Takut berkurangnya
- Nyeri perut kecemasan.
- Penurunan TD dan
denyut nadi
- Diare, mual,
kelelahan

9
[Type text]

- Gangguan tidur
- Gemetar
- Anoreksia, mulut
kering
- Peningkatan TD,
denyut nadi, RR
- Kesulitan bernafas
- Bingung
- Bloking dalam
pembicaraan
- Sulit
berkonsentrasi

10
[Type text]

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E Marilyn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta

Effendi, Christantie, Niluh Gede Yasmin Asih. Keperawatan Medikal Bedak Klien Dengan
Gangguan Sistem Respirasi. 2004. EGC : Jakarta

Egram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Vol. 1. EGC : Jakarta

Kim, Ja Mi, dkk. 1995. Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta

Mubarak, Iqbal Wahid, Nurul Chayati. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. EGC :
Jakarta

Smeltzer, C Suzanne, Brenda G Bare. 2001. Keperawatan Mediakl Medah Brunner dan
Suddarth Ed. . EGC : Jakarta

Smeltzer, C Suzanne, Brenda G Bare. 2001. Keperawatan Mediakl Medah Brunner dan
Suddarth Ed. 8. EGC : Jakarta

Syaifuddin. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat Ed. 2. EGC : Jakarta

Wikinson, Judith M. 2012. Buku saku diagnosa keperawatan : Diagnosis NANDA, intervensi
NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC

11

Anda mungkin juga menyukai