Bradikardia Takikardia
Pemberian : Pemberian :
CVCU IGD
EKG → etiologi syok kardiogenik Jika TDS <70mmHg, tanda syok (+) → norepinefrin 0,5-30 mcg/menit
Foto Rontgen dada → (kardiomegali? Tanda kongesti paru? Edem Jika TDS <90mmHg, tanda syok (+)→ dopamine 5-15 µg/kgBB/menit
paru pada gagal ventrikel kiri?)
Jika TDS <90mmHg, tanda syok (-)→ dobutamin 2-20 µg/kgBB/menit
Ekokardiografi → (penilaian fungsi ventrikel kanan dan kiri, katup
Tatalaksana pasien yang dicurigai STEMI :
jantung stenosis/regurgitasi)
Revaskularisasi arteri koroner (Elevasi ST/LBBB) (PCI / CABG) Menghindari pemulangan cepat pasien dengan STEMI
Observasi pasien
- Lakukan pemeriksaan UAP Tatalaksana awal
EKG dan biokimia
(MONA):
kembali setelah 6-9
jam Beri mofin IV (2,5-
Tatalaksana:
NSTEMI resiko 5 mg)
- Beri oksigen (SaO2> tinggi/ sedang Beri oksigen 4L/
90%) menit ( SaO2 >
- Beri obat anti 90%)
iskemik: nitrat, Beri tablet nitrat 5
beta,bloker mg sublingual
- Beri anti platelet oral: Beri aspirin 160
aspirin, tiklopidin mg dikunyah
-
Tatalaksana lanjut:
-EKG non diagnostic - EKG menunjukkan depresi Beri obat antiiskemik: beta
-Pemeriksaan segmen ST dan inversi bloker, nitrat vena, atau Ca
biokimia (-) gelombang T bloker.
-Nyeri dada tidak - Pemeriksaan biokimia (+) Beri anti platelet oral: aspirin,
berulang - Nyeri dada menetap clopidogrel
Beri anti platelet iv: penghambat
reseptor GpIIb/IIIa
Tatalaksana: Beri obat anti koagulan atau
antitrombin: heparin
NSTEMI resiko rendah Diberikan aspirin dan beta bloker Revaskularisasi koroner
Dapat dipulangkan setelah
observasi di UGD
Terapi Mekanikal :
IABP (Intra-aortic balloon pump) Intra-aortic ballon pump merupakan terapi mekanik yang sudah sejak
lama digunakan pada syok kardiogenik. IABP dapat memperbaiki perfusi koroner dan perifer melalui
deflasi balon pada saat sistole dan inflasi balon saat diastol sehingga afterload menjadi sangat berkurang
dan aliran ke koroner menjadi semakin baik. Namun tidak semua pasien dapat memberikan respon
hemodinamik terhadap pemasangan IABP, hal ini selanjutnya menjadi salah satu faktor prognostik. IABP
semestinya dilakuan secepatnya bahkan jika ada operator yang terlatih dan prosedur memungkinkan
untuk dilakukan secepatnya, maka IABP dapat dilakukan sebelum pasien dikirim untuk tidakan
revaskularisasi. Komplikasi dari tindakan ini semakin jarang sejalan dengan dengan kemajuan zaman
yakni sebesar 7,2% untuk komplikasi secara keseluruhan dan 2,8%.
Reperfusi
Reperfusi koroner dapat dilakukan dengan fibrinolisis, PCI (percutaneous coronary intervention),
atai CABG (coronary artery grafting baypass). Semakin cepat reperfusi dilakukan, maka hasil
yang didapat semakin baik. Keuntungan tindakan revaskularisasi dini pada syok kardiogenik
jelas terlihat pada beberapa studi observasional terutama pada SHOCK trial yakni sebesar
peningkatan angka keselamatan pada 1 tahun pertama sebesar 13% pada pasien syok kardiogenik
yang menjalani reperfusi dini. ACC/AHA merekomendasikan dalam guideline agar
revaskularisasi dilakukan pada pasien syok kardiogenik dengan usia > 75 tahun. Terapi
trombolitik kurang efektif dibanding PCI namun dapat diindikasikan jika transport pasien menuju sarana
PCI tidak memungkinkan ataupun membutuhkan waktu yang lama dan jika onset infark miokard dan
syok kardiogenik terjadi dalam rentang waktu kurang dari atau sama dengan 3 jam. Waktu yang terbaik
untuk PCI dini adalah 0-6 jam sejak onset. CABG diindikasikan pada pasien dengan oklusi pada arteri left
main atau sembatan terjadi pada 3 pembuluh darah. Stenting dan pemberian obat golongan glikoprotein
IIb/IIIa inhibitor memperlihatkan peningkatan akan keberhasilan pada beberapa studi. Algoritma rencana
revaskularisasi pada syok kardiogenik.
Dapus : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/63387/1/041%20.pdf
https://id.scribd.com/document/353673632/1-Tatalaksana-Syok-Kardiogenik
https://id.scribd.com/document/344948739/algoritma