PENDAHULUAN
Syok adalah suatu sindrom klinis dimana terdapat kegagalan dalam pengaturan
peredaran darah sehingga terjadi kegagalan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
tubuh. Sepsis merupakan respon sistemik pejamu terhadap infeksi dimana patogen
atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi aktivasi proses
inflamasi.
Syok septik merupakan sepsis dengan tekanan darah arteri <90 mmHg atau 40
mmHg di bawah tekanan darah normal pasien tersebut selama sekurang-kurangnya 1
jam meskipun telah dilakukan resusitasi cairan atau dibutuhkan vasopressor untuk
mempertahankan agar tekanan darah sistolik tetap 90 mmHg atau tekanan arterial
rata-rata 70 mmHg.
Sepsis merupakan proses infeksi dan inflamasi yang kompleks dimulai dengan
rangsangan endotoksin atau eksotoksin terhadap sistem imunologi, sehingga terjadi
aktivasi makrofag, sekresi berbagai sitokin dan mediator, aktivasi komplemen dan
netrofil, sehingga terjadi disfungsi dan kerusakan endotel, aktivasi sistem koagulasi
dan trombosit yang menyebabkan gangguan perfusi ke berbagai jaringan dan
disfungsi/kegagalan organ multipel.
Setiap tahunnya sekitar 750.000 kasus sepsis berlanjut menjadi sepsis berat atau
syok septik di Amerika Serikat. Syok septik merupakan penyebab kematian utama di
ICU di seluruh dunia. Sepsis menduduki urutan kedua penyebab utama kematian
pada pasien ICU non - koroner. Angka mortalitas tetap tinggi, yaitu sebesar 30-50 %
meskipun kualitas perawatan sudah meningkat. Terjadinya syok septik akan
meningkat jika dilakukan tindakan operasi yang lebih agresif, organisme yang
semakin resisten, dan penurunan daya tahan tubuh akibat penyakit dan penggunaan
obat imunosuppresan.
Salah satu sistem organ penting yang sering terkena dampak oleh sepsis dan
selalu dipengaruhi oleh syok septik adalah sistem kardiovaskular. Dilaporkan lebih
dari 3000 kasus dalam 5 dekade terakhir dalam studi klinis mengenai adanya
komplikasi kardiovaskular pada sepsis. Adanya disfungsi kardiovaskular pada sepsis
menyebabkan peningkatan angka mortalitas yang progresif dari 70% menjadi 90%,
sebaliknya pada pasien sepsis tanpa disertai gangguan kardiovaskular didapatkan
hanya sebesar 20%.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas
Nama : Tn BY
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pegawai negeri
Alamat : Blang Kejeren, Gayo Lues
Suku : Aceh
Agama : Islam
Nomor RM : 1-13-21-94
Masuk RS : 13/06/2017
Tgl Periksa : 4/07/2017
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Penurunan tekanan darah
Keluhan tambahan : Kejang, sesak
Riwayat Penyakit Sekarang : 2 hari SMRS pasien mengalami rasa tidak
nyaman di dada, muntah dan sinkop. Pasien dirujuk dari RSUD Gayo lues
dengan diagnosis total AV Blok. Pasien didiagnosis STEMI inferior akut
onset lambat killip IV, total AV blok, syok kardiogenik dan AKI Pre renal.
Dilakukan PCI dengan hasil CAD 3 VD (Arteri koroner kanan). Pada hari
rawatan ke 2, dilakukan pemasangan Temporary Pace Maker dan keadaan
pasien menjadi stabil. Pada hari rawatan ke 12, pasien mengalami penurunan
tekanan darah, sesak dan kejang.
Riwayat penyakit dahulu : - Hipertensi sejak 10 tahun tidak terkontrol.
- DM disangkal.
Riwayat penyakit keluarga : tidak ada riwayat keluarga yang mengalami
keluhan yang sama dengan pasien
Riwayat kebiasaan :merokok
2.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Buruk
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah :135/66 mmHg
Nadi : 77 kali per menit
Frekuensi pernafasan : 22 kali per menit
Temperatur : 36,5 C
Pemeriksaan fisik
Kulit : dalam batas normal
Mata : konjungtiva pucat (+/+), ikterus (-/-)
T/H/M : dalam batas normal
Leher : pembesaran KGB (-), TVJ : tidak ada peningkatan
Pulmo
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, jejas ( - )
Palpasi : suara fremitus taktil kanan = suara fremitus taktil kiri
Perkusi : Sonor kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikular (+/+), Ronki (- / -), wheezing (- / -)
Cor
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V linea midclavicular sinistra
Perkusi : atas : ICS II linea parasternal sinistra
Kiri : ICS V linea midclavicula sinistra
kanan : ICS IV linea parasternal dextra
Auskultasi : Bunyi jantung 1 > bunyi jantung 2, bising tidak ada
Abdomen
Inspeksi : simetris (+), distensi ( - )
Palpasi : nyeri tekan ( - ), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : peristaltik usus (+)
Ekstremitas
Superior :akral hangat (+), edema (-)
Inferior : akral hangat (+), edema (-)
Motorik
55555555
Kekuatan otot :
55555555
Refleks patologis : - /-
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan EKG
Laboratorium
Ekokardiografi
Kesimpulan :
2.5 Diagnosis
Diagnosa kerja :
Syok sepsis
STEMI Inferior Akut Onset Lambat Killip V
Total AV Blok post temporary pace maker
Observasi Dispnea ec ADHF ec ACS
CAD 3 VD
AKI Prerenal
Hiperkalemia
Hipokalsemia
2.6 Tatalaksana
O2 2-4 l/menit
IVFD NaCl 0,9 % guyur 200 cc, maintenance 20 tetes/menit
Drip dobutamin 10 mcg /Kg BB/menit
Drip vascon 1,2 mcg/kgBB /menit; target MAP >65
Drip paracetamol 1gr /8 jam
Inj. Pelastin 1 gr/ 12 jam
Inj. Fuosemid 1 amp/8 j
Inj. Ca glukonas 1 gr/8 jam
Inj. Lansoprazole1 1 vial /12 jam
Aspilet 1 x 160 mg
Brilinta 2 x 90 mg
Renal ace 3x1
Kalitake 3x1
Salbutamol 3 x 8 mg
Flumucyl 2x600 mg
Alloperinol 1x300mg
Atorvastatin 1x 40 mg
Alprazolam 1 x 0,5mg
Laxadyn syr 1x CII
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Syok septik merupakan sepsis dengan tekanan darah arteri <90 mmHg atau 40
mmHg di bawah tekanan darah normal pasien tersebut selama sekurang-kurangnya 1
jam meskipun telah dilakukan resusitasi cairan atau dibutuhkan vasopressor untuk
mempertahankan agar tekanan darah sistolik tetap 90 mmHg atau tekanan arterial
rata-rata 70 mmHg.
3.3 Epidemiologi
Dalam kurun waktu 23 tahun yang lalu bakterimia karena infeksi bakteri gram
negatif di AS yaitu antara 100.000-300.000 kasus pertahun, tetapi sekarang insiden
ini meningkat antara 300.000-500.000 kasus pertahun. Shock akibat sepsis terjadi
karena adanya respon sistemik pada infeksi yang serius. Walaupun insiden shock
sepsis ini tak diketahui namun dalam beberapa tahun terakhir ini cukup tinggi Hal ini
disebabkan cukup banyak faktor predisposisi untuk terjadinya sepsis antara lain
diabetes melitus, sirhosis hati, alkoholisme, leukemia, limfoma, keganasan, obat
sitotoksis dan imunosupresan, nutrisi parenteral dan sonde, infeksi traktus urinarius
ruang ICU.
1. Umur
- Pasien yang berusia kurang dari 1 tahun dan lebih dari 65 tahun
2. Pemasangan alat invasive
- Venous catheter
- Arterial lines
- Pulmonary artery catheters
- Endotracheal tube
- Tracheostomy tubes
- Intracranial monitoring catheters
- Urinary catheter
3. Prosedur invasive
- Cystoscopic
- Pembedahan
4. Medikasi/Therapeutic Regimens
- Terapi radiasi
- Corticosteroids
- Oncologic chemotherapy
- Immunosuppressive drugs
- Extensive antibiotic use
5. Underlying Conditions
- Poor state of health
- Malnutrition
- Chronic Alcoholism
- Pregnancy
- Diabetes Melitus
- Cancer
- Major organ disease cardiac, hepatic, or renal dysfunction
Syok septik dapat terjadi karena adanya disfungsi endotel yang akan
mengaktivasi sistem koagulasi sehingga akan terbentuk mikrotrombus pada
vaskular. Adanya thrombus pada vaskular dapat menyebabkan gangguan
perfusi ke jaringan sehingga terjadi iskemia lokal. Hal ini dapat membuat
disfungsi miokardium yang menyebabkan penurunan ejeksi fraksi ventrikel
kanan dan ventrikel kiri. Pada hasil akhir akan terjadi hipoperfusi jaringan
secara global sehingga terjadi penurunan oksigenasi jaringan yang akan
membuat disfungsi berbagai organ.
Variable Umum
Temperature >38.3 c atau < 36 c
HR > 90x/mnt
Takipnea
Penurunan status mental
Signifikan edema > 20 ml/kg dalam 24 jam
Hiperglikemia (>120 mg/dl) pada pasien non diabetes
Variabel inflamasi
WBC >12000,<4000 mm
C reaktif protein meningkat
Procalcitonin plasma meningkat
Variabel heodinamik
Sistolik BP <90 mmHg/
MAP < 70 mmHg
SVO2 > 70 %
Manifestasi Klinis
1. Resusitasi
Manajemen sepsis berat harus dilakukan sesegera mungkin dalam
periode emas (golden periode) 6 jam pertama. Identifikasi awal dan resusitasi
yang menyeluruh sangat mempengaruhi outcome. Resusitasi awal tidak hanya
stabilisasi hemodinamik tetapi juga mencakup pemberian antibiotik empirik
dan mengendalikan penyebab infeksi.
a. Resusitasi Cairan dalam 6 jam pertama1,7
Berikan sesegera mungkin pada kondisi hipotensi atau peningkatan laktat
serum >4 mmol/L. Resusitasi menggunakan cairan fisiologis baik kristaloid
(RL) maupun koloid. Berikan cairan kristaloid minimal 30mL/kgBB bolus
cepat selama 30 menit dengan prinsip fluid challenge technique. Volume yang
lebih besar dan cepat dapat diberikan bila terjadi hipoperfusi jaringan.
Kecepatan pemberian harus dikurangi apabila tekanan pengisian jantung
meningkat tanpa adanya perbaikan hemodinamik.
Target resusitasi :
- CVP 8 12 mmHg
- MAP 65 mmHg
- Produksi urin 0.5 mL/kgBB/jam
- Saturasi oksigen vena cava superior (ScvO2) 65-70%
- Normalisasi kadar laktat serum
b. Pemberian Antibiotik1,6
Diberikan sesuai etiologi berdasarkan hasil kultur darah, dapat diberikan
antibiotik intravena secara empiris dalam jam pertama, sesuai dengan lokasi
atau sumber infeksi.
- Kultur darah
Sampel kultur darah diambil sebelum terapi antibiotik. Kultur darah
dilakukan secara duplo, masing-masing menggunakan satu botol aerob
dan satu botol anaerob, serta diambil secara perkutaneus dan dari
perangkat akses vaskular.
- Antibiotik empiris dalam jam pertama
Terapi empiris diberikan dalam durasi 7-10 hari.
c. Kontrol Sumber Infeksi1
Lokasi anatomis infeksi harus ditentukan dan diintervensi dalam 12 jam
setelah diagnosis ditegakkan.
d. Pemberian Agen Vasopresor dan Inotropik1,6
Vasopresor diberikan untuk menjaga tekanan aretri rerata (MAP) 65 mmHg
dan inotropik diberikan pada pasien dengan disfungsi miokardium
(peninggian tekanan pengisian jantung dan curah jantung yang rendah).
Vasopresor pilihan pertama adalah norepinefrin. Pemberian epinefrin
(ditambahkan setelah norepinefrin) dapat dipertimbangkan untuk menjaga
tekanan darah tetap adekuat. Vasopresin dosis 0.03U/menit dapat
ditambahkan pada norepinefrin untuk meningkatkan MAP. Penggunaan
dobutamin sebagai vasopresor alternative norepinefrin hanya diberikan pada
pasien tertentu, seperti risiko rendah mengalami takiaritmia, bradikardia
absolute atau relative.
e. Kortikosteroid1,6
Pemberian hidrokortison intravena (dosis 50mg setiap 6 jam selama 7 hari)
hanya direkomendasikan untuk pasien dewasa dengan syok septik yang tidak
mengalami perbaikan tekanan darah setelah resusitasi cairan dan vasopresor.
3.9 Prognosis
Keseluruhan angka kematian pada pasien dengan syok septik menurun dan
sekarang rata-rata 40% (kisaran 10 to 90%, tergantung pada karakteristik
pasien). Hasil yang buruk sering mengikuti kegagalan dalam terapi agresif
awal (misalnya, dalam waktu 6 jam dari diagnosa dicurigai). Setelah laktat
asidosis berat dengan asidosis metabolik decompensated menjadi mapan,
terutama dalam hubungannya dengan kegagalan multiorgan, syok septik
cenderung ireversibel dan fatal.
BAB IV
ANALISA KASUS
1. Guyton AC, Hall JE. 2006. Syok Sirkulasi dan Fisiologi Pengobatan in:Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. EGC. Jakarta. pp. 359-372.
2. British Journal of Anesthesia. Anesthesic Management in Patients With Severe
Sepsis. Cited May 2013.
3. Merx MW dan Weber C. Sepsis and the heart. Circulation. 2007. 116 : 793
802.
4. Tannehill D. Treating Severe Sepsis & Septic Shock in 2012. J Blood
DisordTransfus. 2012. 84 : 1-6.
5. Angus DC dan Poll VD.Review Article : Severe Sepsis and Septic Shock. N
ENGL J Med. 2013. 369 (9) : 840-848.
6. Dellinger RP, Levy MM, Rhodes A, Annane D, Gerlach H, Opal SM et
al.Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of
Severe Sepsis and Septic Shock: 2012. Society of Critical Care Medicine and the
European Society of Intensive Care Medicine. 2013. 41(2): 580-635.
7. Annane D, Bellissant E and Cavaillon JM. Seminar : Septic shock.Lancet.2005.
365: 6378.
8. Pohan HT and Chen K. Penatalaksanaan Syok Septik. Dalam Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Idrus A, Simadibrata M dan Setiati S (eds.). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta : InternaPublishing. 2010
9. Kontra JM.Evidence-Based Management of Severe Sepsis and Septic Shock. The
Journal of Lancaster General Hospital.2006. 1(2): 39-46.
10. Widodo D and Pohan HT. Bunga Rampai Penyakit Infeksi. Jakarta:2004: h.54-
88.
11. Eissa D, Carton EG dan Buggy DJ. Review article : Anaesthetic management of
patients with severe sepsis. British Journal of Anaesthesia. 2010. 105(6) :735-
743.