Anda di halaman 1dari 60

BAB I

PENDAHULUAN

A. Lartar Belakang

Sindrom kortaoner akut merupakan spektrum manifestasi akut dan berat

yang merupakan keadaan kegawat daruratan dari coroner akibat


ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokardium dan aliran darah.

Banyak faktor yang berperan dalam timbulnya sindrom coroner akut antara lain,
suplai oksigen ke miokad berkurang yang disebabkan oleh faktor pembulu darah

(terosklerosis, spasme, artritis), faktor sirkulasi (hipotensi,stenosis aorta ,


insufisiensi), faktor darah (anemia. Hipoksemia, polisemia) curah jantung yang

meninggkat karena fasilitas berlebihan, emosi. Makan terlalu banyak, hypertropi


miocard, hypertensi diastolik. Sindrom koroner akut sendiri merupakan bagian

dari penyakit jantung koroner ( PJK) Dimana yang termasuk kedalam sindrom
koroner akut adalah angina pektoris tidak stabil ( Unstable pectoris), infak

miokard dengan ST Elevasi ( ST Elevation Infarct ( STEMI), dan infak miokard


tanpa ST Elevasi ( Non ST Elevasi Myokard infact ( STEMI) (Myrtha,2012).

Word health Organization melaporkan non communicable disease


(NCDS) dari 57 juta kematian yang secara global pada tahun 2008, 36 juta atau
hampir dua pertiga adalah karena NCDS, tersendiri dari kardiovaskuler , kanker ,
diabetes penyakit paru – paru kronis (WHO,2011). Infak miokard akut (IMA)

adalah penyebab kematian nomor satu pada negara berpenghasilan rendah,


dengan angka mortalitas 2.470.000 (WHO, 2011). Di indonesia jumlah Penderita

penyakit jantung koroner terbanyak terdapat di provensi jawa barat sebanyak


160,812 orang, sedangkan di wilayah kalimantan timur berjumlah 13,767 orang

( riset kesehatan dasar, 2013). Berdasarkan data di ruangan ICCU RSUD AWS
selama bulan April tahun 2019 jumlah pasien yang dirawat dengan Acute

Coroner Syndrome sebanyak 155 orang.

Infark miokard adalah kematian jaringan miokard yang diakibatkan oleh

kerusakan aliran darah koroner miokar ( carpenito 2012). Infak miokard akut

1
(IMA) merupakan infak miokard akut adalah kematian jaringan miokars yang

diakibatkan oleh kerusakan aliran darah koroner miokard (carpenio, 2012) . infark
miocard akut ( IMA ) Merupakan gangguan aliran darah ke jantung yang

menyebabkan sel otot jantung mati . aliran darah di pembulu darah terhenti
setelah sumbatan koroner akut, kecuali jumalh kecil aliran kolateral dari pembulu

darah disekitarnya. Daerah otot disekitarnya yang sama sekali tidak mendapat
aliran darah atau aliran sanggat sedikit sehingga tidak dapat mempertahankan

fungsi otot jantung , dikatakan mengalmi infack ( Guyton & Hall, 2011).

ST Elevasi Miokard Infack ( STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung

secara permanen akibat insufisiensi aliran darah coroner oleh proses degeneratif
maupun dipengaruhi oleh banyak factor dengan ditandai keluhan nyeri dada,

peningkatan enzim jantung dan ST Elevasi pada pemeriksaan EKG . untuk


penatalaksanaan pada pasien STEMI di rumah sakit yaitu 1). Mengenali keluhan

yang berhubungan dengan gejala syindrom coroner akut 2). Tirah baring dan
pemberian oksigen 2 – 4 ltr/mnt, 3). Melakukan pemeriksaan EKG Segera

mungkin 4). Memberikan obat inhibitor, antikoogulan, 5). Pemasangan infus bila
memungkiknkan dan tindakan selanjutnya dilakukan PCI apanila ditemukan

pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan enzim jantung


( troponim/CKMB) dan hasil EKG menunjukan adanya segmen ST Elevasi. Nyeri
yang khas pada pasien post PCI yaitu nyeri dada dan punggung sebelah kiri, nyeri
berdenyut secara terus menerus.

PCT (Pereutaneous Coronary Intervention) atau yang dikenal juga dengan


coronary angioplasty, merupakan prosedur terapi untuk membuka penyempitan

(strenotic) pembuluh darah arteri jantung pada kasus penyakit jantung koroner
yang disebabkan oleh terjadinya penumpukan kolesterol pada pada dinding

pembuluh darah. Akibat dari penumpukan kolesterol ini, aliran darah menjadi
tidak lancer dan fungsi jantung menjadi terganggu sehingga berpotensi

menyebabkan serangan jantung.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan kelompok terhadap 3

orang klien STEMI post PCI di ruangan ICCU RSUD Awahab Sjahranie yang

2
dilakukan kelompok dengan wawancara ditemukan masalah yang berhubungan

dengan keluhan nyeri dada skala 5 – 6 (sedang). Selama ini tindakan keperawatan
dalam menangani masalah nyeri di ruang ICCU RSUD Awahab Sjahranie adalah

dengan mengajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam pada klien, belum pernah ada
penanganan nyeri dengan tekhnik massage. Berdasarkan fenomena di atas,

kelompok tertarik untuk mengaplikasikan kasus yang di tuangkan dalam tugas


Bedah Jurnal pada Statse Gawat Darurat dengan judul “Analisis Praktik Klinik

Keperawatan Penerapan Food Hand Massage Dalam Managemen Nyeri Pada


Pasien ST Elevasi Miokard Infark paska PCI Yang Mengalami Nyeri Akut”

Perawat berperan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien


dengan STEMI paska PCI yang megalami nyeri dengan memberikan intervensi

nonfarmakologi seperti tindakan massage. Food hand massage adalah bentuk


massage pada kaki atau tangan yang di dasarkan pada premis bahwa

ketidaknyamanan atau nyeri di area spesifik kaki atau tangan berhubungan


dengan bagian tubuh atau gangguan organ tertentu (Stillwell, 2011). Massage

telah ditemukan untuk menghasilkan respon relaksasi dan massage berdampak


positif sering dijelaskan pada teori control gerbang. Dengan pijatan merangsang

serabut saraf berdiameter besar yang memiliki input penghambat pada sel T
(Maria and Ruth 2010). Massage atau pijatan dapat menurunkan nyeri punggung
pada pasien infark miokard akut (Huang and Cheng, 2010) dan didukung
penelitian lainya tentang efektifitas food hand massage untuk menurunkan nyeri

dan tekanan darah (Abbaspoor, et al.). dan juga penelitian oleh Chang (2008)
menyebutkan bahwa terapi pijat tangan mempunyai efek positif pada penurunan

rasa sakit pada pasien di rumah sakit serta penelitian oleh Lu Wa, et al. (2011)
dengan hasil penelitian pijat kaki berdampak pada penurunan tekanan darah.

B. Rumusan Masalah
Prefalensi angka kejadian pasien stemi mengalami peningkatan setiap

tahunnya, salah satu keluhan khas padapasien STEMI adalah nyeri dada
retrostenal. Manajemen yang dilakukan dalam upaya mengurangi nyeri dada

selama ini adalah relaksasi napas dalam dan pemberian posisi. Pasien dengan

3
gangguan system kardiovaskuler seperti pada pasien STEMI paska PCI. Selama ini

tindakan pengurangan rasa nyeri dilakukan dengan pemberian obat dan teknik
relaksasi nafas dalam, belum pernah dilakukan tindakan dengan menggunakan

tekhnik pijat tangan dan kaki, maka yang menjadi rumusan masalah tugas bedah
jurnal stase gawat darurat adalah “bagaimana pengaruh penerapan food hand

massage terhadap pengurangan rasa nyeri padapasien STEMI paska PCI” ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penulisan tuga bedah jurnal stase gawat darurat ini bertujuan untuk
melakukan analisa terhadap kasus kelolaan pada klien STEMI paska PCI

dengan intervensi inovasi food hand massage terhadap intensitas nyeri dada
di ruang ICCU RSUD Awahah Sjahranie Samarinda
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik kasus kelolaan pada klien dengan diagnosa

medis STEMI paska PCI


b. Menganalisis intervensi food hand massage secara kontinyu pada klien
kelolaan dengan diagnosa medis STEMI paska PCI

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Anatomi dan Fisiologi Jantung

1. Konsep Jantung
Jantung terletak di dalam rongga mediastinum dari rongga dada diantara

kedua paru.Terdapat selaput yang mengitari jantung yang disebut perikardium,


terdiri dari dua lapisan.

 Perikardium parietalis : lapisan luar melekat pada tulang dada dan


paru

 Perikardium viseralis : lapisan permukaan jantung/ epikardium


Diantara kedua lapisan ini terdapat cairan perikardium.

Gambar 1.1 Letak jantung


2. Struktur Jantung

Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan :


a Lapisan luar (epikardium)

b Lapisan tengah (Miokardium)


c Lapisan dalam (endokardium)

5
Gambar 1.2. Lapisan Jantung

3. Ruang – Ruang Jantung


Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu 2 berdinding tipis disebut

atrium(serambi) dan 2 berdinding tebal disebut ventrikel (bilik)


1) Atrium

a. Atrium kanan berfungsi sebagai penampung darah rendah oksigen dari


seluruh tubuh. Kemudian darah dipompakan ke ventrikel kanan melalui

katub dan selanjutnya ke paru.


b. Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru melalui 4
buah vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri melalui
katub dan selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta.

Kedua atrium dipisahkan oleh sekat yang disebut septum atrium.


2) Ventrikel.

Merupakan alur alur otot yang disebut trabekula. Alur yang menonjol
disebut muskulus papilaris, ujungnya dihubungkan dengan tepi daun katub

atrioventrikuler oleh serat yang disebut korda tendinae.


a. Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke
paru melalui arteri pulmonalis
b. Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan
keseluruh tubuh melalui aorta
Kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat yang disebut septum ventrikel.

Gambar 1.3. Ruang Jantung

4. Katup Katup Jantung

6
a) Katup atrioventrikuler

Terletak antara atrium dan ventrikel. Katup yang terletak diantara atrium
kanan dan ventrikel kanan mempunyai 3 buah daun katup ( trikuspid).

Sedangkan katup yang terletak diantara atrium kiri dan ventrikel kiri
mempunyai dua buah daun katup ( Mitral). Memungkinkan darah mengalir

dari atrium ke ventrikel pada fase diastole dan mencegah aliran balik pada
fase sistolik.

b) Katup Semilunar
1) Katup Pulmonal terletak pada arteri pulmonalis dan memisahkan
pembuluh ini dari ventrikel kanan.
2) Katup Aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta.
Kedua katup ini mempunyai bentuk yang sama terdiri dari 3 buah
daun katup yang simetris. Danya katup ini memungkinkan darah

mengalir dari masing-masing ventrikel ke arteri selama sistole dan


mencegah aliran balik pada waktu diastole.

Pembukaan katup terjadi pada waktu masing-masing ventrikel


berkontraksi, dimana tekanan ventrikel lebih tinggi dari tekanan didalam

pembuluh darah arteri.

Gambar 1.4 Katup Jantung

5. Pembuluh Darah Koroner

1) Arteri.
Dibagi menjadi dua :

 Left Coronary Arteri (LCA) : left main kemudian bercabang besar menjadi:
left anterior decending arteri(LAD), left circumplex arteri (LCX)
 Right Coronary Arteri

7
2) Vena: vena tebesian, vena kardiaka anterior, dan sinus koronarius.

Gambar 1. 5. Anatomi Jantung dan pembuluh Darah Koroner

6. Fungsi Sistem Kardiovaskuler

Lingkaran sirkulasi dapat dibagi atas dua bagian besar yaitu sirkulasi sistemik
dan sirkulasi pulmonalis

- Sirkulasi Sistemik
a. Mengalirkan darah ke berbagi organ.

b. Memenuhi kebutuhan organ yang berbeda


c. Memerlukan tekanan permulaan yang besar

d. Banyak mengalami tahanan


e. Kolom hidrostatik panjang

- Sirkulasi Pulmonal
a. Hanya mengalirkan darah ke paru.

b. Hanya berfungsi untuk paru


c. Mempunyai tekanan permulaan yang rendah

d. Hanya sedikit mengalai tahanan


e. Kolom hidrostatik pendek

- Sirkulasi Koroner

8
Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan jantung dan membawa

oksigen untuk miokardium melalui cabang cabang intar miokardial yang


kecil. Aliran darah koroner meningkat pada:

a. Aktifitas
b. Denyut jantung

c. Rangsang sistem syaraf simpatis


7. Pertimbangan Biofisika

Hubungan antara aliran, tekanan, dan tahanan:


a. Aliran darah:

Perbedaan tekanan dan hambatan aliran darah sepanjang pembuluh


(vasculer resistance)
b. Tekanan darah.
Adalah tenaga yang diupayakan oleh darah untuk melewati setiap unit atau

daerah dari dinding pembuluh darah.


c. Resistensi Terhadap Aliran darah.
Dikenal dengan SVR (sistemic vasculer resistance ) dan PVR (Pulmonal
vasculer reristance). Ditentukan oleh diameter pembuluh darah dan
viscositas.
8. Sistem Konduksi Atau Hantaran

Di dalam otot jantung terdapat jaringan khusus yang mengahntarkan


aliran listrik. Jaringan tersebut mempunyai sifat-sifat khusus:

a Otomatisasi : Menimbulkan impuls/rangsang secara sponta


b Irama : Pembentukan rangsang yang teratur

c Daya konduksi : Kemampuan untuk menghantarkan


d Daya rangsang : Kemampuan bereaksi terhadap rangsang

Perjalan impuls/rangsang dimulai dari:


a Nodus SA (sino atrial)

- Traktus iternodal
- Brachman bundle
b Nodus AV (atrio ventrikel)
c Bundle of HIS ( bercabang menjadi dua: kanan dan kiri):

- Rihgt bundle branch

9
- Left bundel brac

d. Sistem PURKINJE

Gambar 1. 6.Sistem Konduksi Hantaran Jantung


9. Siklus Jantung

a. Fase kontraksi isovolumetrik


b. Fase ejeksi cepat

c. Fase diastasis
d. Fase pengisian cepat

e. Fase relaksasi isovolumetrik


10. Faktor Faktor Penentu Kerja Jantung

Faktor jantung dipengaruhi oleh 4 faktor utama yang saling berkaitan dalam
menentukan isi sekuncup (stroke volume) dsan curah jantung (cardiac output)

11. Beban Awal (Preload)


a. Derajat dimana otot jantung diregangkan sebelum ventrikel kiri berkontraksi
(ventrikel end diastolic volume)
b. Berhubungan dengan panajng otot jantung, regangan dan volume.
c. Semakin regang serabut otot jantung pada batas tertentu semakin kuat
kontraksi.

Faktor penentu beban awal:


 Insufisiensi mitral beban awal
 Stenosis mitral  beban awal

10
 volume sirkulasi

 Obat-obatan : vasokontriktor , vasodilator


12. Beban Akhir (Afterload)
a. Tahanan yang harus dihadapi saat darah keluar dari ventrikel kiri
b. Beban untuk membuka katup aorta dan mendorong darah selama fase
sistolik.
c. Systemic vascular resistance (SVR)
Faktor penentu beban akhirr:
 Stenosis aorta meningkatkan beban akhir
 Vasokontriksi perifer meningkatkan beban akhir
 Hipertensi meningkatkan beban akhir
 obat-obatan.
13. Kontraktilitas

Hukum Frank – Straling


a. Makin besar isi jantung sewaktu diastole semakin besar jumjalh darah yang

dipompaakan ke aorta
b. Dalam batas-batas fisiologis jantung memompkan keseluruh tubuh darah
yang kembali ke jantung tanpa menyebabklan penumpukan di vena
c. Jantung dapat memompakan jumlah darah yang sedikit ataupun jumlah

darah yang besar bergantung pada jumlah darah yang mengalir kembali ke
vena.

B. Konsep Acute Miokard Infark (AMI)


1. Pengertian
Akut miokard infark merupakan proses rusaknya jaringan akibat suplai

darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah coroner berkurang (Smeltzer&
Bare,2006). Sedangkan menurut Barbara (2006) akut miokard infark merupakan

blok total yang mendadak dari arteri koroner besar atau cabang-cabangnya.
Lamanya kerusakan miokardial bervariasi dan bergantung kepada besar daerah

yang diperfusi oleh arteri yang tersumbat. Akut miokard infark dapat berakibat
nekrosis karena parut atau fibrosis, dan mendatangkan kematian mendadak.
Akut miokard infark (AMI) merupakan kematian sel-sel miokardium yang

terjadi akibat kekurangan oksigen berkepanjangan. Hal ini merupakan respon

11
letal terakhir terhadap iskemia miokard yang tidak teratasi. Sel- sel miokardium

mulai mati setelah sekitar 20 menit mengalami kekurangan oksigen


(Corwin,2009). Sementara menurut Morton (2012) akut miokard infark

merupakan terjadinya nekrosis miokard yang cepat disebabkan oleh karena


ketidakseimbangan yang kritis antara aliran darah dan kebutuhan darah

miokard.
2. Etiologi
Akut miokard infark disebabkan oleh terlepasnya plak ateroklerosis dan
membentuk thrombus sehingga menyebabkan oklusi arteri. Penyebab lain AMI

ini berupa vasospasme (penyempitan tiba-tiba) dari arteri coroner, penurunan


suplai oksigen (misalnya, kehilangan darah akut, anemia, atau tekanan darah

rendah), dan meningkatnya penggunaan oksigen (misalnya, detak jantung yang


cepat, tirotoksikosis, atau penggunaan kokain) (Lippincott Williams & Wilkins,

2010).
Terlepasnya suatu plak aterosklerosis dari salah satu arteri koroner, dan
kemudian tersangkut dibagian hilir yang menyumbat aliran darah ke seluruh

miokardium yang diperdarahi oleh pembuluh tersebut, dapat menyebabkan


akut miokard infark. Akut miokard infark juga dapat terjadi apabila lesi

trombotik yang melekat ke suatu arteri yang rusak menjadi cukup besar untuk
menyumbat secara total aliran darah ke bagian hilir, atau apabila suatu ruang

jantung mengalami hipertrofi berat sehingga kebutuhan oksigennya tidak dapat


terpenuhi. (Corwin, 2009).
Beberapa faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya akut miokard

infark (AMI) sebagai berikut :


a. Faktor resiko yang tidak dapat diubah menurut Smeltzer &Bare (2006)
adalah :
1) Umur
Resiko penyakit jantung koroner meningkat pada usia diatas 55 tahun

untuk laki- laki dan diatas 65 tahun untuk perempuan. Penyakit jantung
koroner seiring meningkat dengan usia dan peningkatan ini sangat

pesat pada wanita, terutama saat memasuki usia menopause.


2) Jenis kelamin
Jenis kelamin laki- laki memiliki resiko penyakit jantung koroner lebih
tinggi daripada perempuan. Hal ini disebabkan oleh perlindungan dari

hormon estrogen pada kaum perempuan yang masih menstruasi.

12
3) Riwayat Keluarga
Adanya riwayat keluarga dekat yang terkena penyakit jantung koroner

meningkat resikonya dua kali lebih besar dibandingkan dengan yang


tidak memiliki riwayat keluarga.
b. Faktor resiko yang dapat diubah menurut Morton (2012) dan Corwin (2009)

adalah :
1) Merokok
Risiko penyakit jantung koroner pada perokok 2-4 kali lebih besar
daripada yang bukan perokok. Kandungan zat racun dalam rokok antara

lain tar, nikotin dan karbon monoksida yang akan menyebabkan


penurunan kadar oksigen ke jantung, peningkatan tekanan darah dan

nadi, penurunan kadar kolesterol (HDL), peningkatan penggumpalan


darah,vasokontriksi pembuluh darah , dan mengubah permeabilitas

dinding pembuluh darah sehingga meningkatkan risiko terkena akut


miokard infark.
2) Hipertensi
Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi terhadap

pemompaan darah dari ventrikel kiri, sehingga beban kerja jantung


bertambah. Sebagai akibatnya, terjadi hipertrofi ventrikel untuk

meningkatkan kekuatan kontraksi. Akan tetapi, kemampuan ventrikel


untuk mempertahankan curah jantung dengan hipertrofi kompensasi

akhirnya terlampaui, dan terjadi dilatasi dan payah jantung. Jantung


semakin terancam oleh semakin parahnya aterosklerosis koroner, yang

menyebabkan penyediaan oksigen miokardium berkurang.


3) Hyperlipidemia
Hyperlipidemia merujuk pada peningkatan konsentrasi lemak di dalam
plasma. Normalnya, retang kadar kolesterol (komponen lipoprotein)

total adalah dari 160 sampai 180 mg/dl. Kadar diatas 180 mg/dl akan
menggandakan risiko terhadap penyakit jantung. Kolesterol, lemak dan

substansi lainnya dapat menyebabkan penebalan dinding pembuluh


darah arteri, sehingga lumen dari pembuluh darah menyempit dan

proses ini disebut aterosklerosis. Penyempitan pembuluh darah ini akan


menyebabkan aliran darah menjadi lambat bahkan tersumbat sehingga

13
aliran darah pada pembuluh darah koroner yang fungsinya memberi

oksigen ke jantung menjadi berkurang.


4) Diabetes mellitus
Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan pengerasan arteri.
Arteri merupakan pembuluh darah yang memasok darah ke berbagai

tubuh termasuk jantung. Darah yang membawa gula berlebih dapat


merusak arteri. Arteri kehilangan fleksibilitas kemudian menjadi keras

dan menyempit. Dinding arteri menjadi tebal karena penumpukan gula


yang berlebihan. Penumpukan di arteri koroner dapat menghambat

aliran darah sehingga oksigen ke jantung menjadi berkurang.


5) Obesitas
Obesitas cenderung memiliki kadar kolesterol yang tinggi, sehingga
dapat terjadi peningkatan risiko terkena hipertensi dan aterosklerotik,

yang menyebabkan aliran darah yang membawa oksigen ke jantung


menjadi berkurang.
6) Kurang Aktivitas atau Olahraga
Kurangnya latihan akan menurunkan kadar HDL dan meningkatkan

aterosklerosis. Peningkatan aterosklerosis di dalam darah dapat


menyebabkan terhambatnya aliran darah yang kaya O2 ke jantung.
7) Stress
Reaksi yang berlebihan terhadap stress, rasa urgensi yang berlebihan,

keagresifan, kompetisi, permusuhan, serta usaha yang kompulsif untuk


pencapaian akan menyebabkan meningkatkan kadar katekolamin dan

tekanan darah, sehingga menyebabkan penyempitan pembuluh darah


arteri koroner. Penyempitan pada pembuluh darah koroner ini akan

menyebabkan suplai oksigen ke jantung akan berkurang.


3. Patofisiologi
Aterosklerotik, spasme pembuluh darah, dan emboli trombus merupakan
etiologi yang paling sering menyebabkan terjadinya akut miokard infark.

Terjadinya penyumbatan pembuluh darah koroner menyebabkan aliran darah


ke seluruh miokardium yang diperdarahi oleh pembuluh tersebut terhambat.

Terhambatnya aliran darah juga akan menghambat suplai oksigen ke sel-sel


miokardium. Kebutuhan oksigen yang melebihi kapasitas suplai oksigen oleh

pembuluh darah yang mengalami gangguan menyebabkan terjadinya akut


miokard infark. Sel- sel miokardium tersebut mulai mati setelah 20 menit

14
mengalami kekurangan oksigen. Berkurangnya oksigen mendorong miokardium

untuk mengubah metabolisme aerob menjadi metabolisme anaerob.


Metabolisme anaerob melalui jalur glikolik jauh lebih tidak efisien apabila
dibandingkan dengan metabolisme aerob melalui fosforilasi oksidatif dan siklus

krebs. Pembentukan fosfat berenergi tinggi menurun cukup besar.Hasil akhir


metabolisme anaerob yaitu penimbunan asam laktat yang menyebabkan nyeri

substernal hebat atau diseluruh pericardium yang menetap dengan durasi lebih
dari 20 menit ‘yang berlangsung selama lebih kurang 20 menit yang bisa

menjalar ke lengan atau rahang, kadang gejala terutama timbul dari


epigastrium. Akibat dari nyeri dada ini berupa sesak nafas yang berat sampai

kesulitan bernafas (nafas pendek), keringat dingin, pusing, mual dan muntah
(Smeltzer & Bare, 2006).
Tanpa ATP, pompa natrium kalium berhenti dan sel terisi ion natrium dan

air yang akhirnya menyebabkan sel pecah (lisis). Adanya lisis, sel melepaskan
kalium intrasel dan enzim intrasel, yang mencederai sel- sel disekitarnya. Protein

intrasel mulai mendapatkan akses ke sirkulasi sistemik dan ruang interstitial dan
ikut menyebabkan edema dan pembengkakan interstitial di sekitar sel

miokardium. Akibat dari kematian sel, tercetus reaksi inflamasi. Pada tempat
inflamasi, terjadi penimbunan trombosit dan pelepasan faktor pembekuan.

Terjadi degranulasi sel mast yang menyebabkan pelepasan histamin dan


berbagai prostaglandin. Sebagian bersifat vasokontriksi. Dilepaskannya berbagai

enzim intrasel dan ion kalium serta penimbunan asam laktat, jalur hantaran
listrik jantung terganggu.
Hal ini dapat menyebabkan hambatan depolarisasi atrium atau ventrikel

atau terjadinya distritmia. Matinya sel otot, pola listrik jantung berubah,
pemompaan jantung menjadi kurang terkoordinasi sehingga kontraktilitasnya

menurun.Volume sekuncup menurun sehingga terjadi penurunan tekanan darah


sistemik. Penurunan tekanan darah merangsang respon baroreseptor, sehingga

terjadi pengaktifan sistem saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, dan


peningkatan pelepasan hormon antidiuretik. Hormon stress (ACTH dan kortisol)

juga dilepaskan disertai peningkatan produksi glukosa. Pangaktifan sistem saraf


parasimpatis berkurang. Berkurangnya perangsangan saraf parasimpatis dan

meningkatnya rangsangan simpatis ke nodus SA, kecepatan denyut jantung

15
meningkat. Demikian juga pada ginjal, terjadi penurunan aliran darah sehingga

produksi urin juga berkurang dan ikut merangsang sistem renin- angiotensin.
Perangsangan simpatis ke kelenjar keringat dan kulit menyebabkan individu

berkeringat dan merasa dingin.


Secara singkat, semakin banyak darah (peningkatan preload) disalurkan
ke jantung, jantung akan memompa lebih cepat untuk melawan arteri yang

menyempit (peningkatan afterload) akibatnya beban jantung yang telah rusak


tersebut meningkat. Kebutuhan oksigen jantung juga meningkat. Hal ini

mengakibatkan semakin banyak sel jantung yang mengalami hipoksia. Apabila


kebutuhan oksigen sel miokard tidak dapat dipenuhi, maka terjadi perluasan

daerah sel yang cedera dan sistemik di sekitar zona nekrotik yang akan beresiko
mengalami kematian. Akibatnya kemampuan pompa jantung semakin

berkurang dan terjadi hipoksia semua jaringan dan organ. Ketidakmampuan


ventrikel kiri untuk memompa darah menyebabkan terjadinya peningkatan

tekanan ventrikel kiri dan vena pulmonal. Hal ini meningkatkan tekanan
hidrostatik yang mengakibatkan cairan merembes keluar dan lolos ke jaringan

alveoli di sekitarnya melalui hubungan antara bronkioli dan bronki. Cairan ini
kemudian bercampur dengan udara selama pernapasan. Akibat adanya

timbunan cairan, paru menjadi kaku dan tidak dapat mengembang dan udara
tidak dapat masuk sehingga terjadi gangguan pertukaran O 2 dan CO2 (Smeltzer

& Bare, 2006; Corwin,2009).


Penurunan curah jantung karena tidak adekuatnya tekanan pengisian
ventrikel kiri dapat menyebabkan syok kardiogenik. Syok kardiogenik

mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran


oksigen ke jaringan. Akibat dari proses infark, kontraktilitas ventrikel kiri dan

kinerjanya menjadi sangat terganggu. Ventrikel kiri gagal bekerja sebagai


pompa dan tidak mampu menyediakan curah jantung yang memadai untuk

mempertahankan perfusi jaringan. Maka dimulailah siklus yang terus berulang.


Siklus dimulai dengan terjadinya infark yang berlanjut dengan gangguan fungsi

miokardium.
Kerusakan miokardium baik iskemia dan infark pada miokardium
mengakibatkan perubahan metabolisme dan terjadinya asidosis metabolik pada

miokardium yang berlanjut pada gangguan kontraktilitas miokardium yang

16
berakibat pada penurunan volume sekuncup yang dikeluarkan oleh ventrikel.

Gangguan fungsi miokardium yang berat akan menyebabkan menurunnya


curah jantung dan hipotensi arteria. Akibat menurunnya perfusi koroner yang

lebih lanjut akan meningkatkan hipoksia miokardium yang bersiklus ulang dan
dapat berkembang menjadi tahap irreversibel yang menuju ke aritmia dan

kematian Muttaqin (2009).


4. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis
Menurut Gray (2007) ada beberapa respon tubuh terhadap perubahan fisiologis
akibat penyakit akut miokard infark adalah :
a. Nyeri Dada
Nyeri substernal hebat atau diseluruh pericardium yang menetap dengan

durasi lebih dari 20 menit, nyeri menyebar luas ke dada dan disertai nyeri
pada bahu, lengan, rahang, perut, atau punggung.
b. Sesak Nafas
Sesak nafas dapat disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan akhir

diastolic ventrikel kiri, mengindikasikan ancaman gagal ventrikel, dan kadang


terjadi sebagai manifestasi satu-satunya infark miokard. Ansietas dapat

menyebabkan hiperventilasi. Pada infark tanpa gejala, sesak nafas lanjut


merupakan tanda disfungsi ventrikel kiri bermakna.
c. Gejala gastrointestinal
Peningkatan aktivitas vagal menyebabkan mual dan muntah dan dikatakan

lebih sering terjadi pada infark inferior. Stimulasi diafragmatik pada infark
inferior juga dapat menyebabkan cegukan.
d. Keadaan mental berupa perasaan sangat cemas disertai perasaan mendekati

kematian sering terjadi, mungkin berhubungan dengan pelepasan hormon


stress dan ADH.
e. Pengeluaran urin berkurang karena penurunan aliran darah ginjal serta

peningkatan aldosteron dan ADH.


f. Kehilangan kesadaran karena perfusi cerebral yang tidak adekuat dan syok
kardiogenik, bisa juga menyebabkan kematian yang tiba- tiba.
g. Palpitasi
h. Rasa pusing
i. Sinkop dari aritmia ventrikel
j. Takikardia
k. Emboli arteri
Menurut Muttaqin (2009) manifestasi klinis dari penyakit akut miokard infark

adalah sebagai berikut:

17
Tabel 1.1. Trias Diagnostik AMI

Gejala Gejala Khas


1. Riwayat nyeri a. Lokasi nyeri dada di bagian dada depan (bawah sternum)
dada yang khas dengan/tanpa penjalaran, kadang berupa nyeri ke arah

dagu, leher atau seperti sakit gigi, penderita tidak bisa


menunjuk lokasi nyeri dengan satu jari, tetapi ditunjukkan

dengan telapak tangan


b. Kualitas nyeri, rasa berat seperti ditekan atau rasa panas
seperti terbakar.
c. Lama nyeri bisa lebih dari 15 menit sampai 30 menit.
d. Nyeri dapat menjalar ke leher, lengan kiri, punggung, dan

epigastrium.
e. Kadang disertai gejala penyerta berupa keringat dingin,
mual, berdebar, atau sesak. Sering didapatkan faktor

pencetus berupa aktivitas fisik, emosi atau stress, dan dingin.


f. Nyeri tidak hilang dengan istirahat atau dengan pemberian
nitrogliserin sublingual.
2. Adanya a. Gelombang Q (signifikan infark) atau Q Patologis
b. Segmen ST (elevasi)
perubahan EKG
c. Gelombang T (meninggi atau menurun)

Gambar 2.1 Hasil pemeriksaan EKG pada pasien AMI

Perubahan EKG pada infark miokardium. Inversi gelombang T

( kiri), elevasi segmen ST (tengah), gelombang Q yang menonjol


(kanan). Gelombang Q menunjukkan nekrosis miokardium dan

bersifat irreversible. Perubahan pada segmen ST dan gelombang


T diakibatkan karena iskemia dan akan menghilang sesudah

jangka waktu tertentu.

18
3. Kenaikan enzim a. Creatinin Kinase (CKMB) merupakan enzim yang spesifik
otot jantung sebagai penanda terjadinya kerusakan pada otot jantung,
enzim ini meningkat 6-10 jam setelah nyeri dada dan

kembali normal dalam 48-72 jam.


b. Walaupun kurang spesifik, pemeriksaan Aspartate
Transferase (AST) dapat membantu bila penderita datang ke
rumah sakit sesudah hari ke 3 dari nyeri dada atau laktat
dehydrogenase (LDH) akan meningkat sesudah hari ke 4 dan
menjadi normal sesudah hari ke 10.
c. Troponin jantung spesifik (troponin T dan troponin I) juga
merupakan petunjuk adanya cedera miokardium. Troponin

akan meningkat 4 sampai 6 jam setelah cedera miokardium


setelah menetap selama 10 hari

4. Penatalaksanaan
Penanganan akut miokard infark menurut PERKI (2013) dikenal dengan
istilah MONA. MONA merupakan singkatan yang digunakan untuk membantu para

profesional medis dalam penanganan awal akut miokard infark. MONA singkatan
dari morfin, oksigen, nitrigliserin, dan aspirin.
a. Morfin
Morfin diberikan pada pasien akut miokard infark untuk mengurangi rasa
nyeri yang tidak teratasi oleh nitrogliserin. Morfin ini diberikan sebanyak 2,5 mg
(2-4 mg) mg intravena, dapat diulang setiap 5 menit sampai dosis total 20 mg.

Morfin mengikat reseptor opiat di otak yang menurunkan persepsi nyeri.


Pasien yang diberi morfin harus selalu dimonitor untuk menentukan
reaksi pasien terhadap obat. Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan

morfin berupa rasa pusing, mual, mulut kering, sakit kepala, hipotensi, dan lain-
lain. Selain menghilangkan nyeri, morfin juga mendilatasi pembuluh darah,

sehingga dapat mengurangi beban kerja jantung dengan menurunkan tekanan


pengisian jantung (preload) dan mengurangi tekanan saat otot jantung harus

memompa darah (afterload). Morfin juga bermanfaat dalam mengatasi ansietas


pasien (Smeltzer & Bare, 2002).
b. Oksigen
Ketika aliran darah menurun ke jantung pada akut miokard infark,

sebagian dari jantung mengalami kekurangan oksigen sehingga diperlukan

19
oksigen tambahan untuk meningkatkan oksigenasi jantung. Oksigen harus

diberikan segera jika saturasi oksigen arteri < 95% atau yang mengalami
distress respirasi. Oksigen dapat diberikan melalui kanula nasal atau masker

selama 6 jam pertama.


Menurut Potter& Perry (2005) macam-macam pemberian oksigenasi
adalah:
1) Nasal Kanul, memberikan oksigen secara kontinu dengan kecepatan aliran 2-

6 liter/ menit dan konsentrasi oksigen kecil dari 50%. Indikasi pemberian
nasal kanul adalah pada pasien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan

alat bantu untuk memenuhi kebutuhan oksigen.


2) Simple Mask, memberikan oksigen kontinu dengan kecepatan aliran 6-8
liter/ menit dan konsentrasi oksigen 40- 60%.
3) Rebreathing Mask, memberikan oksigen dengan aliran 9-15 liter/ menit dan

konsentrasi oksigen 60-90%. Rebreathing mask ini diberikan pada pasien


yang kadar tekanan CO2 yang rendah (Pa CO2 normal 35-45 atm).
4) Nonrebreathing Mask, pemberian oksigen dengan aliran 9-15 liter/ menit

dan konsentrasi oksigen 60-90%. Nonrebreathing mask ini diberikan pada


pasien yang kadar CO2 nya yang tinggi.
c. Nitrat
Selain morfin, nitrogliserin digunakan juga untuk mengurangi nyeri dada.

Penggunaan nitrogliserin dapat membantu arteri dan vena dilatasi sehingga


dapat menurunkan beban kerja jantung dan mengurangi kebutuhan oksigen.
Nitrogliserin dapat diberikan secara sublingual dengan dosis 0,3 mg

sampai 0,4 mg setiap lima menit sampai tiga dosis. Nitrogliserin ini tidak
boleh diberikan kepada pasien dengan tekanan darah sistolik kurang dari 90

mmHg, bradikardia (< 50 kali/ menit), atau takikardia.


d. Aspirin
Aspirin juga merupakan bagian dari pengobatan awal untuk akut
miokard infark. Aspirin digunakan untuk mencegah pembentukan gumpalan

lanjut dengan mengurangi agregasi platelet. Dosis aspirin yang diberikan


sebanyak 160-325 mg.

5. Komplikasi
Perluasan infark dan iskemia pasca infark, aritmia (sinus bradikardi,

supraventrikular, takiaritmia, aritmia ventricular, gangguan konduksi), disfungsi


otot jantung (gagal jantung kiri, hipotensi), infark ventrikel kanan, defek mekanik,

20
rupture miokard, aneurisma ventrikel kiri, perikarditis, dan thrombus mural.

(Nurarif, 2013)
6. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Mansjoer (2005), pemeriksaan penunjang IMA sebagai berikut :


a. EKG

Untuk mengetahui fungsi jantung : T Inverted, ST depresi, Q patologis


b. Enzim Jantung

CPKMB (isoenzim yang ditemukan pada otot jantung), LDH, AST (Aspartat
aminonittransferase), Troponin I, Troponin T.

c. Elektrolit.
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas, misal
hipokalemi, hiperkalemi
d. Sel darah putih

Leukosit (10.000 – 20.000) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA
berhubungan dengan proses inflamasi

e. Kecepatan sedimentasi
Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI , menunjukkan inflamasi.

f. Kimia
Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ akut atau

kronis
g. GDA

Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
h. Kolesterol atau Trigliserida serum

Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI.


i. Foto / Ro dada

Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau


aneurisma ventrikuler.

j. Ecokardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding

ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.


k. Pemeriksaan pencitraan nuklir

21
1) Talium : mengevaluasi aliran darah miocardia dan status sel miocardia

missal lokasi atau luasnya IMA


2) Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik

l. Pencitraan darah jantung (MUGA)


Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding

regional dan fraksi ejeksi (aliran darah).

m. Angiografi coroner

Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya


dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji
fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pad fase AMI
kecuali mendekati bedah jantung angioplasty atau emergensi.

n. Digital subtraksion angiografi (PSA)


o. Nuklear Magnetic Resonance (NMR)

Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup ventrikel,


lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan bekuan darah.

p. Tes stress olah raga


Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering dilakukan

sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan.


C. Konsep Foot And Hand Massage

1. Foot And Hand Massage


Massage therapy (MT) adalah suatu teknik yang dapat meningkatkan
pergerakan beberapa struktur dari kedua otot dan jaringan subkutan, dengan
menerapkan kekuatan mekanik ke jaringan. Pergerakan ini dapat meningkatkan

aliran getah bening dan aliran balik vena, mengurangi pembengkakan dan
memobilisasi serat otot, tendon dengan kulit. Dengan demikian, massage therapy

dapat digunakan untuk meningkatkan relaksasi otot untuk mengurangi rasa sakit,
stres, dan kecemasan yang membantu pasien meningkatkan kualitas tidur dan

kecepatan pemulihan. Selain itu, massage therapy dapat meningkatkan pergerakan


pasien dan pemulihan setelah operasi, yang memungkinkan pasien untuk melakukan

aktivitas sehari-hari (Anderson &Cutshall, 2007).

22
Massage tidak hanya mengurangi emosi, gugup, tapi juga mempertahankan
keseimbangan yang baik dari saraf vagus dan simpatik. Dari beberapa penelitian
menggambarkan bahwa massage tangan dan kaki adalah salah satu metode yang

paling umum dari terapi komplementer. Terapi pijat dan refleksi merupakan
pendekatan terapi manual yang digunakan untuk memfasilitasi penyembuhan

kesehatan, dan dapat digunakan oleh perawat di hamper setiap pelayan perawatan
(Kaur,Kaur, & Bhardwaj, 2012). Mekanisme massage tangan dan kaki yang dilakukan

pada tangan dan kaki kiri dan bagian kanan selama 10 menit dimulai dari pemijatan
pada kaki yang diakhiri pada telapak kaki diawali dengan memberikan gosokan pada

permukaan punggung, dimana gosokan yang berulang menimbulkan peningkatan


suhu diarea gosokan (Aditya, Sukarendra&Putu, 2013).
Massage tangan dan kaki adalah manipulasi jaringan ikat melalui pukulan,
gosokan atau meremas untuk memberikan dampak pada peningkatan sirkulasi,

memperbaiki sifat otot dan memberikan efek relaksasi (Potter & Perry, 2011).
Menurut Puthu sseril (2006), foot massage mampu memberikan efek relaksasi yang

mendalam, mengurangi kecemasan, mengurangi rasa sakit, ketidaknyamanan secara


fisik, dan meningkatkan tidur pada seseorang.

Massage tangan dan kaki dapat memberikan efek untuk mengurangi rasa nyeri
karena pijatan yang diberikan menghasilkan stimulus yang lebih cepat sampai ke

otak disbandingkan dengan rasa sakit yang dirasakan, sehingga meningkatkan


sekresi serotonin dan dopamin. Sedangkan efek pijatan merangsang pengeluaran

endorfin, sehingga membuat tubuh terasa rileks karena aktifitas saraf simpatis
menurun (Field, Hernandez-Reif, Diego, & Fraser, 2007; Gunnar sdottir&Jonsdottir,

2007).
2. Pengertian Foot Hand Massage
Massage dapat diartikan sebagai pijat yang telah disempurnakan dengan

ilmu-ilmu tentang tubuh manusia atau gerakan-gerakan tangan yang mekanis


terhadap tubuh manuusia dengan mempergunakan bermacam-macam bentuk

pegangan atau tehnik (Trisnowiyanto , 2012:hal 4). Menurut Stillwell S. B Massage


disebut juga sebagai refleksologi Foot and hand massage adalah bentuk massage

pada kaki atau tangan yang didasarkan pada premis bahwa ketidaknyamanan atau

23
nyeri diarea spesifik kaki atau tangan berhubungan dengan bagian tubuh atau

gangguan (Stillwell, 2002)


3. Jenis Pijat
1) Pijat berdasar asal Negara
Pijat tidak hanya dikenal di Indonesia. Teknik relaksasi asal negara Cina ini juga
dikenal di berbagai negara. Meskipun bermanfaat sama, teknik pijat di berbagai

negara berbeda-beda.
a. Pijat Tradisional
Pijat tradisional atau biasa disebut urut merupakan teknik pijat yang paling
dikenal di Indonesia. Pijat tradisional terutama di daerah pedesaan,

dipercaya dapat menyembuhkan penyakit. Dalam pijat tradisional, pemijat


akan menekan tubuh pasien menggunakan telapak tangan dan ibu jari

secara kuat. Teknik lain yang dapat dilakukan adalah teknik kerok dengan
menggunakan alat koin. Bahan pelengkap yang sering digunakan untuk urut

ataupun kerok ini adalah minyak kelapa. Pijat tradisional dipercaya dapat
merelaksasi tubuh dan menyembuhkan masuk angin.
b. Pijat Prancis
Sesuai dengan namanya, pijat ini berasal dari Prancis. Pijat ini berfungsi

menambah kecantikan. Dalam proses pemijatan digunakan aromaterapi,


scrub, dan minyak esensial yang akan membantu menghilangkan lemak

pada tubuh dan menambah kebersihan kulit.


c. Pijat Hawai
Teknik yang digunakan dalam pijatan ini adalah menekan tubuh dengan siku
secara kuat. Pijatan ini cocok untuk menghilangkan pegal-pegal setelah

beraktivitas.
d. Shiatsu
Shiatsu berasal dari Jepang. Teknik yang digunakan dalam pemijatan ini
adalah menekan titik-titik tertentu dengan jari atau telapak tangan secara

kuat selama 2-8 detik untuk memperbaiki aliran energy dan membantu
menyeimbangkan tubuh. Meskipun ditekan secara kuat, biasanya pasien

tidak merasa sakit atau nyeri setelah dipijat.


e. Pijat Swedia
Pijat swedia diperkenalkan oleh Per Henrik Ling pada awal abad 19. Jenis
pijatan ini sudah dikenal di Eropa dan dunia Barat. Dalam pijat swedia,

pemijat dengan telapak tangannya akan menekan otot dan tulang dengan
lembut. Pijat ini sangat cocok untuk relaksasi tubuh.
f. Pijat Thai

24
Teknik pemijatan dalam pijat ini sama seperti menari. Pemijat akan memijat

menggunakan energy tubuh. Tangan pemijat akan menarik bagian tubuh


tertentu hingga otot berbunyi. Demikian pula dengan kaki pemijat yang

akan memijat bagian tubuh tertentu untuk menambah kelenturan otot.


Selain bermanfaat untuk relaksasi, pijat thai juga dapat membangkitkan

gairah terhadap pasangan.


2) Pijat berdasarkan teknik
Terdapat banyak sekali jenis pijat berdasarkan tekniknya. Ada pijat yang
dilakukan menggunakan tangan, kaki, ataupun alat bantu. Tiap teknik

memberikan manfaat yang berbeda-beda. Ada pijat yang berfungsi


menyembuhkan penyakit, adapula pijat yang berfungsi sekedar melemaskan

otot-otot tubuh.
a. Pijat Aroma Terapi
Pada terapi ini, terapis menggunakan minyak yang berasal dari ekstrak
tumbuhan. Minyak tersebut sangat wangi dan memiliki beberapa fungsi.

SAlah satu jenis minyak yang paling sering digunakan adalah minyak
lavender. Pijat dengan aroma terapi sangat pas digunakan untuk relaksi.
b. Pijat Batu Panas
Pada pijat jenis ini , alat yang digunakan adalah batu vulkanik yang

dipanaskan. Batu panas bisa digunakan sebagai alat pijat. Batu pana akan
diletakkan dibagian tubuh tertentu selama beberapa waktu, yaitu sampai rasa

hangat yang ada dibatu menghilang. Batu panas yang diletakkan ditubuh
mengakibatkan pembuluh darah melebar sehingga aliran darah menjadi

lancer dan bisa membuat rileks.


c. Totok Aura
Aura adalah medan energy elekromagnetik yang tidak hanya terletak di
wilayah, tetapi juga diseluruh tubuh. Aura berfungsi melindungi seseorang

dari energy negative yang bersifat tak kasat mata. Adapun totok aura adalah
penggabungan dua teknik pernapasan. Teknik pernapasan. Teknik

pernapasan yang dimaksud merupakan teknik penyaluran hawa murni pada


titik yang ada di wajah. Totok aura dipercaya dapat membuat seseorang

terlihat tampil lebih cantik dan menarik.


d. Totok Darah
Totok darah berperan penting dalam kesehatan tubuh. Beberapa fungsi
penting darah dalam tubuh antara lain sebagai transportasi air, oksigen, dan

25
sari makanan. Darah juga bermanfaat menjaga keseimbangan temperature

tubuh dan mencegah infeksi. Totok darah ditujukan untuk melancarkan


peredaran darah dan getah bening. Totok darah dapat pula dilakukan untuk

mengurangi zat – zat pelelah yang menggumpal dalam sel sel otot,
memperbaiki proses metabolism di dalam tubuh, dan menyempurnakan

proses metabolisme di dalam tubuh, dan menyempurnakan proses


pembagian zat –zat makanan ke seluruh tubuh, dan menyempurnakan proses

pembagian zat- zat makanan ke seluruh tubuh.


3) Pijat berdasarkan usia
Terai pijat dapat dilakukan oleh bayi hingga orang lanjut usia karena
bermanfaat untuk melancarkan peredaran darah dan memebuat badan sehat.

Baik bagi bayi maupun orang dewasa, pijat memerikan manfaat yang
berbeda-beda.
a. Pijat untuk Bayi
Pijat sangat bermanfaat bagi tubuh bayi. Berbagai penelitian menunjukkan

bahwa pijat dapat meningkatkan nafsu makan, mengendurkan otot dan


syaraf yang tegang sehingga menghilangkan kerewelan, mengurangi masalah

sulit tidur, meningkatkan fungsi motorik dan memperbaiki fungsi otot lengan
dan kaki. Selain itu, pijat bayi juga memberikan makna tersendiri bagi orang

tua. Pijat akan mempengaruhi hubungan emosional bayi dan orang tua.
Pijatan orang tua dapat dirasakan sebagai sentuhan kasih saying yang sangat

berarti bagi pembentukan kepribadiannya kelak. Sayangnya masih banyak


orang tua yang enggan melakukan pemijatan rutin kepada bayinya. Mereka

menganggap bahwa bayi tidak boleh sering-sering dipijat karena tubuh bayi
masih lemah. Banyak pula orang tua yang tidak mau memijat bayinya sendiri.

Mereka mempercayakan bayi dipijat oleh tukang pijat.Padahal ada penelitian


yang membuktikan bahwa para tukang pijat bayi memijat hanya berdasar

pengalaman, bukan berdasar pengetahuan tentang cara pijat bayi yang


benar.
b. Pijat untuk Orang Dewasa
Bagi orang dewasa, pijat menjadi cara utama untuk mengurangi rasa lelah

dan stress. Dengan demikian, pijat dapat member efek relaksasi secara
menyeluruh. Baik bagi tubuh, pikiran maupun jiwa. Salah satu penelitian di

Universitas Miami mengemukakan bahwa pijatan member dampak positif

26
untuk menanggulangi stress bagi orang yang telah menggunakan kursi pijat

selama 15 menit.
c. Pijat untuk Wanita Hamil
Bagi wanita hamil, pijat berfungsi untuk mengurangi stress, membantu
memperlancar proses kehamilan dengan cara memperlancar aliran darah,

limfa, mengurangi edema, dan membantu memaksimalkan kapasitas


pernafasan yang diperlukan dalam proses melahirkan serta dapat

mengurangi nyeri sendi akibat beban tambahan dan. Namun pijat tidak boleh
dilakukan secara sembarangan. Pijat harus dilakukan dengan teknik dan

lokasi yang tepat. Bila teknik dan lokasi tidak tepat, pijat berdampak buruk
bagi kesehatan janin. Lokasi Pijat wanita hamil akan mengalami perubahan

fisik yang drastic. Dengan demikian, teknik pijat yang digunakan juga harus
sesuai dengan perubahan tersebut. Terdapat beberapa bagian tubuh

memerlukan perhatian khusus saat dipijat, Perut, otot dan kulit pada dinding
perut akan mengalami peregangan. Oleh sebab itu, hindari melakukan pijatan

langsung di area perut. Payudara, akan membesar dan sensitive sehingga


sebaiknya pijatan langsung juga dihindari. Kaki, berhati-hatilah saat

melakukan pijatan di area kaki karena dapat meningkatkan pengentalan


darah. Otot-otot, yang perlu direlakskan adalah otot-otot adductor. Posisi,

pijat yang dianjurkan kepada wanita hamil adalah posisi setengah berbaring.
Posisi ini mungkin tidak terlalu nyaman, tetapi aman untuk sang bayi.
d. Pijat untuk Lansia
Tidak hanya bagi bayi dan orang dewasa, pijat juga bermanfaat bagi orang

lanjut usia. Bagi orang lanjut usia, pemijatan secara berkala dapat menekan
laju tekanan darah, meningkatkan sirkulasi darah, mengendurkan otot,

merangsang otot yang lemah untuk bekerja.


4) Pijat berdasarkan titik meridian dan akupunktur
Pijat dapat dilakukan berdasarkan titik meridian dan akupuntur yang ada di
tubuh. Berdasarkan titik-titiknya, pijat dibagi dalam pijat akupresur untuk

seluruh tubuh, pijat wajah, pijat tangan, jaripunktur, dan pijat kaki (refleksi)
a. Pijat Akupresur
Menurut ilmu pengobatan tradisional Cina, masih ada system lain yang
disebut system meridian. Dalam system meridian inilah mengalir energy vital.

Sistem meridian dalam kedokteran barat dianggap sama dengan system


saraf. Meridian di dalam tubuh terdiri dari 12 meridian umum dan 8 meridian

27
istimewa yang diajarkan di sini hanya 2 meridian istimewa (meridian Tu dan

Ren). Setiap meridian berhubungan dengan organnya masing-masing


 Meridian merupakan penghubung bolak-balik :
- Antara organ yang satu dengan organ lainnya.
- Antara oragan dengan panc indra
- Antara organ dengan jaringan tubuh lainnya
 Enam pasang meridian dan elemennya :
- Meridian paru-paru dan usus besar (logam)
- Meridian lambung dan limpa (tanah)
- Meridian jantung dan usus kecil (api)
- Meridian kandung kemih dan ginjal (air)
- Meridian selaput jantung dan tri pemanas (api)
- Meridian kandung empedu dan hati (kayu)
b. Pijat Wajah
Kita perlu mengetahui bahwa seperti halnya tangan maupun kaki, banyak
titik-titik akupuntur yang terdapat di wajah sehingga wajah pun mempunyai

potensi sebagai sarana untuk mengatasi atau menyembuhkan suatu penyakit.


Ada beberapa pendekatan terhadap muka/wajah dalam menentukan

gangguan organ yang bertanggung jawab terhadapnya.


1) Berdasarkan Pendekatan Meridian
Ada beberapa meridian yang mencapai langsung wilayah wajah. Meridian
tersebut yaitu ren, tu, lambung, usus besar, usus kecil, tri pemanas,

kandung empedu, dan kantong kemih.


2) Berdasarkan Pendekatan Titik Akupuntur
Titik yang termasuk dalam titik akupuntur disini yaitu kesembilan titik
meridian di atas dan ditambah titik istimewa.

c. Pijat Telinga
Telinga terdiri atas banyak saraf. Saraf-saraf tersebut menghubungkan telinga

dengan organ dalam. Dengan melakukan pemijatan di titik-titik tertentu, kita


bisa mengatasi berbagai gangguan.
d. Jari punktur
Jari punktur merupakan salah satu teknik pemijatan yang terfokus pada jari-

jari tangan dan kaki. Pada tiap jari, terdapat titik meridian. Titik-titik tersebut
berawal di satu jari dan berakhir di jari lainnya. Semua titik saling

berhubungan serta membentuk satu kesatuan dan saling mempengaruhi


meridian antar organ. Tekanan pijatan terbagi menjadi tiga, yaitu ringan,

sedang dank keras. Jaripunktur tidak melibatkan alat apapun karena cukup
menggunakan tangan terapis. Namun jika penekanan tepat di titik sakit, baik

28
laki-laki maupun perempuan bisa menjerit kesakitan. Pemijatan dapat

dilakukan di antara batas kuku kiri dan kanan pada jari-jari dengan menekan,
memutar tekan dari kiri dan ke kanan, serta menekan gerak dari dalam ke

luar. Mungkin terlihat mudah, tetapi kalau dilakukan orang awam, biasanya
sedikit meleset dari titik tersebut. Ketika seorang terapis memegang atau

menekan berbagai titik pada tubuh dan system otot, itu bertujuan untuk
merangsang energy dari tubuh sendiri supaya dapat menyingkirkan

sumbatan energy dan rasa lelah. Jika semua jalur energy terbuka dan aliran
energy tidak terhalang oleh ketegangan otot atau hambatan lain, energy

tubuh akan menjadi seimbang.


1) Titik Jaripunktur Melancarkan Ci Meridian Semua Organ
2) Cara Pijat Jaripunktur
Masing-masing jari-jari tangan maupun kaki dijepit dengan jari telunjuk
dan jempol, kemudian lakukan gerakan tekan dan diputar kea rah ke kiri

dan ke kanan selama 10 detik.


Tanyakan kepada pasien setelah semua jari-jari didiagnosis, bagian jari
yang paling diarsakan sakit. Tanda sakit nyeri menyatakan bahwa ada

keluhan di letak organ jari yang bersangkutan. Bila telah diketahui organ
yang memiliki keluhan, dilakukan terapi jari tersebur selama beberapa

menit, seperti lima menit dan dapat dilakukan selama tiga kali sehari
bahkan lebih tergantung keluhan penyakit. Terapi ini akan mengurangi

keluhan setelah beberapa hari diterapi.


3) Manfaat Jaripunktur
- Menyingkirkan sumbatan energy dan rasa lelah
- Melancarkan aliran darah dari jari-jari menuju jantung
- Menghilangkan rasa kaku, ketegangan otot dan nyeri di jari-jari.
e. Refleksi
Selain jaripunktur di kaki, terdapat juga titik refleksi di telapak kaki. Pijat
refleksi adalah cara memijat tangan, kaki dan anggota tubuh yang lain

dengan mengarah pada titik usat urat-urat syaraf. Pada tubuh manusia
terdapat banyak titik-titik meridian yang berhubungan dengan organ-organ

tubuh. Tangan dan kaki kita ikut merasakan ketika tubuh kita terasa pegel-
pegel. Dengan memijat tangan dan kaki dapat mengurangi beberapa rasa

sakit di tubuh
1) Titik Refleksi
2) Cara Memijat

29
Ada beberapa cara untuk memijat, yaitu menekan dengan kekuatan

ringan, sedang dank eras. Beberapa teknik pijat bisa menggunakan jari
tangan, beras, ataupun benda tumpul. Memijat juga bisa menggunakan

minyak agar kulit tidak lecet.


Pada daerah refleksi yang berada di kaki, cara untuk memijat bagian
dalam setelah dari bawah ke atas dan yang terdapat pada sekitar betis

cara memijatnya mengarah ke jantung. Waktu pemberian terapi juga


harus diperhatikan yaitu sekitar 30 menit dengan frekuensi 3-6 hari

sekali untuk mencegah penyakit dan 2-3 hari sekali untuk mengatasi
gangguan penyakit. Kondisi telapak kaki pasien pun tidak dalam

keadaan luka. Harus pula diingat, terapi pijat refleksi kaki mesti
dilakukan secara menyeluruh. Artinya pemijatan tidak hanya pada satu

titik syaraf telapak kaki tertentu saja.


3) Manfaat Pijat Refleksi
- Melancarkan aliran darah dan cairan tubuh
- Melancarkan sirkulasi cing (nutrisi) dan oksigen ke sel-sel tubuh
- Memberikan efek relaksasi dan kesegaran pada seluruh anggota
tubuh
- Menghilangkankah rasa kaku, ketegangan otot, nyeri di jari-jari
- Selain menggunakan tangan untuk melakukan pemijatan, juga

dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa alat bantu yang


terbuat dari kayu maupun logam, seperti kayu bulat kecil tumpul,

koin uang logam (Wong , 2012)


5) Tujuan Massage
Adapun tujuan dari massage adalah :
a. Melancarkan peredaran darah terutama peredaran darah vena (pembuluh
balik) dan peredaran getah bening (air limphe)
b. Menghancurkan pengumpulan sisa-sisa pembakaran didalam sel-sel otot

yang telah mengeras yang disebut mio-gelosis (asam laktat)


c. Menyempurnakan pertukaran gas dan zat didalam jaringan atau
memperbaiki proses metabolism
d. Menyempurnakan pembagian zat makanan ke seluruh tubuh
e. Menyempurnakan proses pencernakan makanan
f. Menyempurnakan proses pembuangan sisa pembakaran ke alat-alat

pengeluaran atau mengurangi kelelahan

30
g. Merangsang otot-otot yang dipersiapkan untuk bekerja yang lebih berat,

menambah tonus otot, efisiensi otot (kemampuanguna otot) dan elsitas otos
(kekenyalan otot)
h. Merangsang jaringan syaraf, mengaktifkan syaraf sadar dan kerja syaraf

otonomi ( syaraf tak sadar)


i. Membantu penyerapan (absorbs) pada peradangan bekas luka
j. Membantu pembentukan sel baru dalam perkembangan tubuh
k. Membersihkan dan menghaluskan kulit
l. Memberikan rasa nyaman, segar dan kehangatan pada tubuh
m. Menyembuhkan atau meringankan berbagai gangguan penyakit
(Trisnowiyanto B, 2012: 18)
6) Manfaat Massage
Adapun manfaat massage antara lain :
a. Meredakan stress
b. Berdasarkan studi oleh Internasional Of Alternative And Complementary

Medicine menyatakan bahwa orang yang menderita stress dan depresi


merasa ada perbaikan setelah menjalani tepai pijatan selama 30 menit setiap

minggu
c. Menjadikan tubuh rileks
d. Terapi massage bisa membantu tubuh kita menjadi rilek
e. Melancarkan sirkulasi darah
f. Terapi massage dapat memperlancar aliran darah, tekanan darah bias
menggerakkan darah melalui area yang tersumbat
g. Menambah aliran QI
h. Efek massage secara mekanis memiliki kemampuan untuk melatih saraf dan

otot tubuh yang mengarah ke otak sehingga dapat membuat tubuh lebih
sehat dan bugar
i. Mengurangi rasa sakit atau nyeri
j. Pijat membantu mempertahankan relaksasi dalam tahap yang optimal
k. Mempercepat pemulihan setelah sakit
l. Massage membantu tubuh memompa lebih banyak oksigen dan nutrisi

kejaringan dan organ-organ vital dengan meningkatkan sirkulasi dan


merelsasikan otot-otot. (Alfirdaus I, 2012;17-26)
4. Manfaat Foot Hand Massage
a. Menurut Stiwell S. B dalam buku pedoman keperawatan kritis bab terapi

complementary menyebutkan bahwa penekanan pada area spesifik kaki atau


tangan diduga melepaskan hambatan pada area tersebut dan memungkinkan

energy mengalir bebas melalui bagian tubuh tersebut sehingga pada titik yang
tepat pada kaki yang di massage dapat mengatasi gejala nyeri

31
b. Dalam penelitian jurnal ilmiah internasional yang berjudul Effect of Foot and

Hand Massage In Post-Sectio section caesareaean Section Pain Control A


Randomized Control Trial. menyebutkan “The pain intensity was found to be

reduced after intervention compared with the intensity before the intervention
(p < .001). Also, there was a significant difference between groups in terms of

the pain intensity and requesting for analgesic (p < .001). According to these
findings, the foot and hand massage can be considered as a complementary

method to reduce the pain of sectio section caesareaean section effectively and
to decrease the amount of medications and their side effects” (Abbaspoor Z,

Akbari M, Najar S, 2013)


Menurut hasil penelitian ini Intensitas nyeri post sectio section caesarea dapat
berkurang setelah dilakukan foot and hand massage dan Menurut temuan ini,

pijat kaki dan tangan dapat dianggap sebagai metode pelengkap untuk
mengurangi rasa sakit dari operasi caesar secara efektif dan untuk mengurangi

jumlah obat dan efek sampingnya.


c. Dalam penelitian jurnal ilmiah internasional yang berjudul Effectiveness of foot
and hand massage in postsectio section caesareaean pain control in a group of

Turkish pregnant women “In the light of the results, it was reported that the
reduction in pain intensity was significantly meaningful in both intervention

groups when compared to the control group. It was also noted that vital
findings were measured comparatively higher before the massage in the test

groups, and they were found to be relatively lower in the measurements


conducted right before and after the massage, which was considered to be

statistically meaningful. Foot and hand massage proved useful as an effective


nursing intervention in controlling postoperative pain” (Degirmen N et al, 2010)
Dalam hasil penelitian ini bahwa pengurangan intensitas nyeri secara signifikan

bermakna pada kedua kelompok intervensi bila dibandingkan dengan


kelompok kontrol. Pijat kaki dan tangan terbukti berguna sebagai intervensi

keperawatan efektif dalam mengontrol nyeri pasca operasi.


d. Dalam penelitian jurnal ilmiah internasional yang berjudul Foot and hand
massage as an intervention for postoperative pain “Foot and hand massage

appears to be an effective, inexpensive, low-risk, flexible, and easily applied


strategy for postoperative pain management” (Wang HL, Keck JF, 2004) Dalam

32
hasil penelitian ini pijat kaki dan tangan menjadi, efektif, murah, strategi berisiko

rendah, fleksibel, dan mudah diterapkan untuk manajemen nyeri pasca operasi.

Morton dan Fonatin (2009) menunjukkan bahwa penanganan gangguan rasa

nyaman nyeri saat ini bisa menggunakan terapi nonfarmakologi. Perawat dituntut agar
dapat memberikan perawatan nonfarmakologi yang tidak memiliki pengaruh negative

dan dapat melengkapi terapi farmakologi yang selama ini sudah diberikan dalam
perawatan pasien. Untuk kondisi pasien di ruangan menjadi pilihan karena tangan dan

kaki mudah diakses tanpa memerlukan reposisi dari pasien dan juga massage pada
tangan dan kaki, selain merangsang sirkulasi dapat menurunkan edema, serta melalui

intervensi ini perawat dapat memberikan rasa nyaman dan kesejahteraan bagi pasien
(Puthuseril, 2006; Prapti, Petpic hetchian & Chong charoen, 2012).

Tindakan massage tangan dan kaki memiliki pertimbangan biaya rendah,


kemungkinan komplikasi yang sedikit dan prosedur yang mudah sehingga massage

tangan dan kaki dianjurkan untuk perbaikan kualitas tidur (Oshvandi, Abdi1,
Karampourian, Moghimbaghi & Homayonfar, 2014). Upaya menurangi rasa nyeri

dengan menggunakan Massage tangan dan kaki di ruangan dimana secara kultur
budaya massage dapat diterima, dan massage aman diberikan pada pasien di ruang

ICCU, selain tidak perlu merubah posisi pasien, massage ini dapat memberikan rasa
aman karena kehadiran perawat yang kontak langsung skin to skin terhadap pasien,
sehingga hal tersebut melanda sipenulis untuk melakukan penelitian tentang
pengaruh massage tangan dan kaki terhadap penurunan nyeri pada pasien di ruang

ICCU.
5. Gangguan Rasa Nyaman Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan


akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan

dalam bentuk kerusakan tersebut. Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik yang
multidimensional Terdapat tiga jenis utama nyeri-nosiseptif akut, peradangan, dan

neuro praktik.
1. Sengatan lebah dan pergelangan kaki yang terkilir merupakan contoh nyeri

nosiseptif. Hal ini merupakan nyeri yang sering terjadi setelah kerusakan tulang,
sendi, kulit atau jaringan lunak tubuh.

2. Nyeri pada sendi akibat arthritis rheumatoid merupakan contoh nyeri peradangan.

33
3. Sakit kepala dan saraf yang terjepit dapat merupakan nyeri neuropatik

berdasarkan asalnya.
4. Nyeri neuropatik biasanya terjadi setelah kerusakan jaringan saraf.

Struktur spesifik dalam sistem syaraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi
sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai

sistem non iseptik. Sensivitas dari komponen sistem non iseptik dapat dipengaruhi
oleh sejumlah faktor dan berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan

terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi yang
sangat nyeri bagi seseorang mungkin hamper tidak terasa bagi orang lain. Lebih jauh

lagi, suatu stimulus dapat mengakibatkan nyeri pada suatu waktu tetapi tidak pada
waktu lain. Sebagai contoh, nyeri akibat arthritis kronis dan nyeri pasca operatif sering
terasa lebih parah pada malam hari (Smeltzer, 2002).
Salah satu neuro modulator nyeri adalah endorfin (morfin endogen), merupakan

substansi sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh yang terdapat pada otak, spinal dan
traktus gastrointestinal yang member efek analgesik, pada saat neuron nyeri perifer

mengirimkan sinyal ke sinaps, terjadi sinapsis antara nyeri perifer dan neuron yang
menuju keotak tempat seharusnya untuk substansi nyeri, pada saat tersebut endorphin

akan memblokir lepasnya substansi nyeri tersebut (Tamsuri, 2007).


Pengukuran nyeri dapat dilihat dari tanda-tanda karakteristik yang ditimbulkan,

yaitu:
1. Nyeri ringan umumnya memiliki gejala yang tidak dapat terdeteksi

2. Nyeri sedang atau moderat memiliki karakteristik :Peningkatan frekuensi


pernafasan, Peningkatan tekanan darah, Peningkatan kekuatan otot, dilatasi

pupil.
3. Nyeri berat memiliki karakteristik :Muka pucat, Otot mengeras, Penurunan

frekuensi nafas dan tekanan darah, Kelelahan dan keletihan.


Nyeri dibedakan menjadi beberapa macam yaitu :

1. Nyeri nosiseptif disebabkan adanya kerusakan jaringan yang mengakibatkan


dilepaskannya bahan kimiawi yang disebut excitatory neurotransmitter seperti

histamin dan bradikinin, yang bertanggung jawab terhadap timbulnya rekasi


inflamasi. Selanjutnya bradikinin melepaskan prostaglandin dan substansi P,

34
yang merupakan neurotransmitter kuat. Nyeri nosiseptif dibagi menjadi nyeri

viseral dan nyeri somatik.


a. Nyeri viseral terjadi akibat stimulasi nosiseptor yang berada di rongga

abdominal dan rongga thoraks.


b. Nyeri somatik terbagi menjadi nyeri somatik dalam dan nyeri kutaneus.

Nyeri somatik dalam berasal dari tulang, tendon, sarafdan pembuluh


darah, sedang nyeri kutaneus berasal dari kulit dan jaringan bawah kulit.

2. Nyeri neuropatik berasal dari kerusakan jaringan saraf akibat penyakit atau
trauma, disebut nyeri neuropatik perifer apabila disebabkan oleh lesi saraf

tepi, dan nyeri sentral apabila disebabkan lesi pada otak, batang otak atau
medula spinalis ([IASP],2012).
3. Nyeri inflamasi
Nyeri yang disebabkan adanya kerusakan jaringan baik jaringan kulit, otot ,

contohnya pada penderita rematik (Ignatavicius & Workman, 2010).


4. Nyeri psikogenik

Nyeri yang disebabkan keabnormalan fungsi saraf namun tanpa kerusakan


saraf (Ignatavicius & Workman, 2010). Contoh nyeri ini adalah fibromiyalgia,

nyeri lambung
6. Hubungan Nyeri Dan Massage Tangan Dan Kaki

Massage Tangan dan kaki adalah manipulasi jaringan melalui pukulan,


gosokan atau meremas untuk memberikan dampak pada peningkatan sirkulasi,

memperbaiki sifat otot dan memberikan efek relaksasi (Potter & Perry, 2011).
Massage yang dilakukan selama 5-10 menit pada pasien sakit dapat

memberikan efek meningkatkan relaksasi karena adanya perubahan pada tekanan


darah sistolik, tekanan darah diastolic denyut nadi, kelelahan, dan suasana hati setelah

intervensi tersebut dilakukan. Pada tindakan massage tangan dan kaki berarti
sentuhannya dapat merangsang oksitosin yang merupakan neurotrans miter di otak

yang berhubungan dengan perilaku seseorang, dengan kata lain sentuhan


merangsang produksi hormone yang menyebabkan perasaan aman dan menurunkan

stress, nyeri serta kecemasan (Mac Donald, 2010 & Zak, 2012).
Untuk kondisi pasien di ruang ICCU intervensi massage Kaki dan Tangan

menjadi pilihan karena kaki dan tangan mudah diakses tanpa memerlukan reposisi dari

35
pasien dan juga massage pada tangan dan kaki, selain merangsang sirkulasi dapat

menurunkan edema dan nyeri, serta melalui intervensi ini perawat dapat memberikan
rasa nyaman dan kesejahteraan bagi pasien (Puthuseril, 2006; Prapti, Petpichetc hian &

Chongc haroen,2012).
D. Konsep Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan pada Kasus Akut Miokard

Infark
1. Pengkajian
Pengkajian kegawatdaruratan terbagi atas dua, yaitu pengkajian primary survey
dan secondary survey.
Pengkajian penyakit akut miokard infark adalah sebagai berikut :
a. Data Awal
1) Identitas Pasien
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, tanggal masuk,
alasan masuk, dan lain- lain.
b. Data Dasar
1) Survey Primer dan Resusitasi
a) Airway dan kontrol servikal
Pada pasien AMI biasanya tidak ditemukan sumbatan pada jalan
nafas.
b) Breathing.
Hasil pemeriksaan, didapatkan sesak dengan aktifitas ringan atau

istirahat,RR lebih dari 24 kali/menit, irama irreguler dangkal,terdengar


bunyi ronkhi, terlihat penggunaan otot bantu nafas, dan ekspansi

dada tidak penuh.


c) Circulation
Hasil pemeriksaan, biasanya nadi pasien lemah dan tidak teratur,
takikardia, tekanan darah meningkat/ menurun, tampak gelisah, kulit

pucat, sianosis, dan output urine menurun.


d) Disability
Pada pemeriksaan keadaan umum, nyeri dada yang dirasakan pasien
menyebabkan kesadaran pasien yang awalnya baik atau compos

mentis (CM) akan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan


perfusi sistem saraf pusat.
e) Exposure
Perhatikan keadaan kulit dan keadaan ketidaknyamanan akibat nyeri

dada.
2) Secondary Survey/ pengkajian sekunder
a) Riwayat Kesehatan
(1) Keluhan Utama

36
Keluhan utama biasanya nyeri dada seperti rasa tertekan, diperas

atau rasa terbakar yang dirasakan lebih dari 15 menit, perasaan


sulit bernafas, dan pingsan.
(2) Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu akan sangat

mendukung kelengkapan data kondisi saat ini. Data ini diperoleh


dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah menderita

nyeri dada, hipertensi, diabetes mellitus, atau hyperlipidemia.


Tanyakan mengenai obat- obatan yang biasa diminum
oleh klien pada masa yang lalu yang masih relevan dengan obat-

obatan antiangina seperti nitrat dan penghambat beta serta


obat- obatan antihipertensi. Catat adanya efek samping yang
terjadi di masa lalu, alergi obat, dan reaksi alergi yang timbul.

Sering kali menafsirkan suatu alergi sebagai efek samping obat.


(3) Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian yang dilakukan secara PQRST:
- P (provoking incident) :
Nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang dengan istirahat
dan setelah diberikan nitrogliserin.
- Q (Quality of Pain) :
Seperti apa nyeri yang dirasakan atau digambarkan pasien. Sifat

nyeri dapat seperti tertekan, diperas, atau diremas.


- R (region,radiation) :
Lokasi nyeri di daerah substernal atau nyeri di atas pericardium.
Penyebaran nyeri dapat meluas hingga area dada. Dapat terjadi

nyeri dan ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.


- S (severity/scale of Pain) :
Klien ditanya dengan menggunakan rentang 0-4 atau 0-10 dan
klien akan menilai seberapa berat nyeri yang dirasakan. Biasanya

pada saat terjadi infark skala nyeri berkisar antara 3-4 (skala 0-4)
atau 7-9 (skala 0-10).
- T (Time) :
Sifat mula timbulnya (onset). Biasanya gejala nyeri timbul

mendadak. Lama timbulnya nyeri dada umumnya dikeluhkan


lebih dari 15 menit. Nyeri oleh infark miokardium dapat timbul

pada waktu istirahat, nyeri biasanya dirasakan lebih berat dan

37
berlangsung lebih lam. Gejala- gejala yang menyertai infark

miokardium meliputi dyspnea, berkeringat, ansietas, dan pingsan.


(4) Riwayat Kesehatan keluarga
Perawat senantiasa harus menanyakan tentang penyakit yang
pernah dialami oleh keluarga, anggota keluarga yang meninggal,

dan penyebab kematian. Penyakit jantung iskemik pada orang


tua yang timbulnya pada usia muda merupakan faktor risiko

utama terjadinya penyakit jantung iskemik pada keturunannya.


b) Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
(1) Tampilan Umum
Pasien tampak pucat, berkeringat, dan gelisah akibat aktifitas
simpatis berlebihan. Pasien juga tampak sesak nafas, dan demam

derajat sedang (<38 oC) bisa timbul setelah 12-24 jam pacca
infark.
(2) Denyut nadi dan tekanan darah
Sinus takikardia (100-120 kali/menit) terjadi pada sebagian

penderita akut miokard infark. Denyut jantung yang rendah


mengidentifikasi adanya sinus bradikardia atau blok jantung

sebagai komplikasi dari infark. Hipotensi terjadi akibat dari


aktivitas vagus berlebih, dehidrasi, infark ventrikel kanan, atau

tanda dari syok kardiogenik.


(3) Pemeriksaan jantung
(a) Inspeksi
Inspeksi tampak pucat/ sianosis pada membran mukosa,
capillary refill > 3 detik, tampak ada bendungan pada vena

jugularis, dan pemakaian otot pernapasan tambahan.


(b) Palpasi
Denyut nadi perifer melemah. Thrill pada AMI tanpa
komplikasi biasanya tidak ditemukan.
(c) Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume

sekuncup yang disebabkan AMI. Bunyi jantung tambahan


akibat kelainan katup biasanya tidak ditemukan pada AMI

tanpa komplikasi.
(d) Perkusi: Pelebaran batas jantung

38
(4) Pemeriksaan Paru : Ronkhi akhir pernapasan bisa terdengar

karena adanya edema paru yang merupakan komplikasi dari akut


miokard infark.
(5) Hasil pemeriksaan diagnostik
(a) EKG, didapatkan ada gelombang Q patologis, perpindahan

segmen ST, dan gelombang T inversi


(b) Enzim CKMB meningkat 6-10 jam setelah nyeri dada
(c) Troponin jantung (troponin T dan troponin I) juga
mengalami peningkatan 4-6 jam setelah ada cedera

miokardium.
2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan pada Pengkajian Primer
1) Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
frekuensi, irama, konduksi elektrikal.
2) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

menurunnya curah jantung.


3) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan pengembangan paru
tidak optimal, kelebihan cairan di dalam paru akibat sekunder dari edema

paru akut.
b. Diagnosa Keperawatan pada Pengkajian Sekunder
1) Nyeri akut berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan
oksigen dengan kebutuhan miokardium akibat sekunder dari penurunan

suplai darah ke miokardium, peningkatan produksi asam laktat.


2) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema paru.
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan perfusi jaringan
perifer akibat sekunder dari ketidakseimbangan antara suplai oksigen

miokardium dengan kebutuhan.


4) Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman, atau
perubahan kesehatan.
5) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan

perubahan kesehatan.
3. Rencana Keperawatan

Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan

NO NANDA NOC NIC


1 Nyeri akut (00132) NOC : NIC :
Domain 12 (kenyamanan) Kontrol nyeri (1605) Manajemen nyeri (1400)
Kelas 1 (kenyamanan fisik)
Definisi : Tindakan pribadi untuk Definisi : pengurangan atau

39
mengontrol nyeri reduksi nyeri sampai pada
Definisi : Pengalaman sensori dan tingkat kenyamanan yang dapat
emosional yang tidak Nyeri terkontrol selama ... jam, diterima oleh pasien
menyenangkan yang muncul akibat dengan kriteria hasil
kerusakan jaringan yang aktual atau  Mengenal faktor-faktor  Lakukan pengkajian nyeri
potensial atau digambarkan dalam penyebab secara komprehensif
hal kerusakan sedemikian rupa (1, 2,3,4,5) termasuk lokasi,
(International Association for the  Mengenal onset nyeri karakteristik, onset/durasi,
study of Pain); awitan yang tiba-tiba (1,2,3,4,5) frekuensi, kualitas, intensitas
atau lambat dari intensitas ringan  Tindakan pertolongan non dan faktor pencetus
hingga berat dengan akhir yang farmakologi (1,2,3,4,5)  monitor respon
dapat diantasipasi atau di prediksi  Menggunakan analgetik yang ketidaknyamanan secara
dan berlangsung , 6 bulan. direkomendasikan (1,2,3,4,5) verbal dan non verbal.
 Melaporkan gejala-gejala  Pastikan pasien menerima
Batasan karakteristik: nyeri kepada tim kesehatan perawatan analgetik dengan
 Perubahan selera makan (1,2,3,4,5) tepat.
 Perubahan dalam parameter  Nyeri terkontrol (1,2,3,4,5)  Gunakan strategi
fisiologik ( mis: TD, nadi, komunikasi yang efektif
pernapasan, saturasi O2) untuk mengetahui respon
 Diaporesis Indikator skala: penerimaan pasien terhadap
 Perilaku distraksi (mis: berjalan 1. tidak pernah menunjukkan nyeri.
mondar mandir, aktivitas 2. jarang menunjukkan  Evaluasi keefektifan
berulang) 3. kadang-kadang menunjukkan penggunaan kontrol nyeri
 Bukti nyeri menggunakan standar 4. sering menunjukkan  Monitoring perubahan nyeri
checklist perilaku nyeri untuk 5. secara konsisten baik aktual maupun
mereka yang tidak mampu menunjukkan potensial.
berkomunikasi secara verbal  Sediakan lingkungan yang
 Mengekpresikan perilaku (mis: Tingkat nyeri (2102) nyaman.
gelisah, menangis, waspada) Definisi : keparahan nyeri yang  Kurangi faktor-faktor yang
 Ekspresi wajah terhadap nyeri diamati atau dilaporkan dapat menambah ungkapan
(mis: mata kurang bercahaya, Nyeri berkurang selama .... jam, nyeri.
tampak kacau, gerakan mata dengan kriteria hasil  Ajarkan penggunaan tehnik
berpencar atau menetap pada relaksasi sebelum atau
satu fokus)  Melaporkan nyeri (1,2,3,4,5) sesudah nyeri berlangsung .
 Sikap melindungi  Frekuensi nyeri (1,2,3,4,5)  Kolaborasi dengan tim
 Tidak ada harapan  Lamanya episode nyeri kesehatan lain untuk
 Fokus menyempit (mis:persepsi (1,2,3,4,5) memilih tindakan selain
waktu, proses berpikir terhambat)  Ekspresi nyeri; wajah obat untuk meringankan
 Sikap melindungi area nyeri (1,2,3,4,5) nyeri.
 Posisi untuk menghindari nyeri  Perubahan respirasi rate  Tingkatkan istirahat yang
 Perilaku melindungi (1,2,3,4,5) adekuat untuk meringankan
 Melaporkan perilaku nyeri  Perubahan tekanan darah nyeri.
 Pupil dilatasi (1,2,3,4,5)
 Fokus diri sendiri  Kehilangan nafsu makan
 Laporan diri menggunakan skala (1,2,3,4,5) Manajemen pengobatan
nyeri yang standart ( mis:skala (2380)
wajah wong baker, skala nilai Indikator skala : Definisi : Fasilitasi penggunaan
numerik, skala visual analog) yang aman dan efektif resep

40
 Laporan diri menggunakan 1. Berat dan obat bebas
istrument nyeri yang standar 2. Cukup berat  Tentukan obat yang
( mis: McGill Pain Questionnare, 3. Sedang dibutuhkan pasien dan cara
brief Pain Inventory) 4. Ringan mengelola sesuai dengan
5. Tidak ada anjuran/ dosis.
 Monitor efek teraupetik dari
Faktor yang berhubungan: pengobatan.
 Agen cedera biologi (mis: infeksi,  Monitor tanda dan gejala
ischemic, neoplasma) serta efek samping dari
 Agen cedera kimia (mis: terbakar, obat.
capsaicin, methylen chloride,  Monitor interaksi obat.
mustard agen)  Ajarkan pada pasien
 Agen cedera fisik ( mis: abses, keluarga cara mengatasi
amputasi, luka bakar, terpotong, efek samping pengobatan.
prosedur operasi, trauma, latihan  Pengelolaan analgetik
berlebih)  Periksa perintah medis
tentang obat, dosis &
frekuensi obat analgetik.
 Periksa riwayat alergi pasien.
 Pilih obat berdasarkan tipe
dan beratnya nyeri.
 Pilih cara pemberian IV atau
IM untuk pengobatan, jika
mungkin.
 Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgetik.
 Kelola jadwal pemberian
analgetik yang sesuai.
 Evaluasi efektifitas dosis
analgetik, observasi tanda
dan gejala efek samping,
misal depresi pernafasan,
mual & muntah, mulut
kering, & konstipasi.
 Kolaborasi dgn dokter untuk
obat, dosis & cara
pemberian yg diindikasikan.
 Tentukan lokasi nyeri,
karakteristik, kualitas, dan
keparahan sebelum
pengobatan.
 Berikan obat dengan prinsip
5 benar

Pemberian Analgesik (2210)


Definisi : Menggunakan agen

41
farmakologik untuk
menghilangkan atau
mengurangi nyeri

 Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
 Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
 Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
 Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian, dan
dosis optimal
 Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
 Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
 Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping
2 Defisiensi pengetahuan (00126) NOC : NIC :
Domain 5 (persepsi / kognisi) Pengetahuan : proses penyakit Pengajaran : Proses Penyakit
Kelas 4 (kognisi) (1803). (5602)
Definisi : Membantu pasien
Definisi : Definisi : tingkat pemahaman untuk memahami informasi
Tidak adanya atau kurangnya yang disampaikan tentang yang berhubungan dengan
informasi kognitif sehubungan proses penyakit tertentu dan proses penyakit secara spesifik
dengan topic spesifik. komplikasinya
 Berikan penilaian tentang
Batasan karakteristik : Pengetahuan klien bertambah tingkat pengetahuan pasien
memverbalisasikan adanya masalah, selama .... jam dengan kriteria tentang proses penyakit
ketidakakuratan mengikuti instruksi, hasil klien atau keluarga dapat yang spesifik

42
perilaku tidak sesuai. menyebutkan dan mengerti:  Jelaskan patofisiologi dari
 Faktor penyebab dan faktor penyakit dan bagaimana hal
yang berkontribusi (1,2,3,4,5) ini berhubungan dengan
Faktor yang berhubungan :  Faktor resiko (1,2,3,4,5) anatomi dan fisiologi,
keterbatasan kognitif, interpretasi  Tanda dan gejala (1,2,3,4,5) dengan cara yang tepat.
terhadap informasi yang salah,  Proses perjalanan penyakit  Gambarkan tanda dan
kurangnya keinginan untuk mencari (1,2,3,4,5) gejala yang biasa muncul
informasi, tidak mengetahui  Potensial komplikasi (1,2,3,4,5) pada penyakit, dengan cara
sumber-sumber informasi.  Tanda dan gejala komplikasi yang tepat
penyakit (1,2,3,4,5)  Gambarkan proses penyakit,
dengan cara yang tepat
 Identifikasi kemungkinan
Indikator Skala : penyebab, dengna cara
1. Tidak ada pengetahuan yang tepat
2. Pengetahuan terbatas  Sediakan informasi pada
3. Pengetahuan sedang pasien tentang kondisi,
4. Pengetahuan banyak dengan cara yang tepat
5. Pengetahuan sangat banyak  Hindari jaminan yang
kosong
 Sediakan bagi keluarga atau
SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
 Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau
proses pengontrolan
penyakit
 Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
 Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
 Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
 Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara

43
yang tepat

3 Intoleran aktivitas (00092) NOC : NIC :


Toleransi terhadap aktivitas Managemen energy (0180)
Domain 4 : Aktivitas / Istirahat (0005)
Kelas 4 : respon kardiovaskular / Definisi : pengaturan energi
pulmonal Definisi : yang digunakan untuk
Respon fisiologis terhadap menangani atau mencegah
Definisi : Ketidakcukupan energu pergerakan yang memerlukan kelelahan dan mengoptimalkan
secara fisiologis maupun psikologis energi dalam aktivitas sehari-hari fungsi
untuk meneruskan atau
menyelesaikan aktifitas yang Skala Outcome Aktivitas :
diminta atau aktifitas sehari hari. Indikator : 1. Observasi adanya
 Frekuensi nadi ketika pembatasan klien dalam
Batasan karakteristik : beraktifitas 1,2,3,4,5 melakukan aktivitas
a. melaporkan secara verbal  Frekuensi pernapasan ketika 2. Dorong anak untuk
adanya kelelahan atau beraktivitas 1,2,3,4,5 mengungkapkan perasaan
kelemahan.  Tekanan darah ketika terhadap keterbatasan
b. Respon abnormal dari tekanan beraktifitas 1,2,3,4,5 3. Kaji adanya factor yang
darah atau nadi terhadap  Warna kulit 1,2,3,4,5 menyebabkan kelelahan
aktifitas  Kecepatan berjalan 1,2,3,4,5 4. Monitor nutrisi dan
c. Perubahan EKG yang  Kemudahan dalam sumber energi
menunjukkan aritmia atau melakukan aktivitas hidup tangadekuat
iskemia harian 1,2,3,4,5 5. Monitor pasien akan
d. Adanya dyspneu atau adanya kelelahan fisik dan
ketidaknyamanan saat emosi secara berlebihan
beraktivitas. Keterangan : 6. Monitor respon
1. Sangat terganggu kardivaskuler terhadap
Faktor faktor yang berhubungan 2. Banyak terganggu aktivitas
 Tirah Baring atau imobilisasi 3. Cukup terganggu 7. Monitor pola tidur dan
 Kelemahan menyeluruh 4. Sedikit terganggu lamanya tidur/istirahat
 Ketidakseimbangan antara 5. Tidak terganggu pasien
suplei oksigen dengan
kebutuhan Terapi Aktivitas (4310)
 Gaya hidup yang Definisi : peresepan terkait
dipertahankan. dengan menggunakan bantuan
aktivitas fisik, kognisi, sosial dan
spiritual untuk meningkatkan
frekuensi dan durasi dari
aktivitas kelompok

Aktivitas
1. Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi Medik
dalammerencanakan
progran terapi yang tepat.
2. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas

44
yang mampu dilakukan
3. Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten
yangsesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi
dan social
4. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
5. Bantu untuk mendpatkan
alat bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
6. Bantu untu
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
7. Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
8. Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
9. Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
10. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
11. Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan spiritual
4 Ketidakefektifan Perfusi Jaringan NOC : NIC :
Perifer (00204) Setelah dilakukan tindakan Perawatan sirkulasi:
Domain 4 (aktivitas / istirahat) keperawatan selama 3 x 24 jam insufisiensi vena (4066).
Kelas 4 (respon kardiovaskuler / perfusi jaringan perifer tidak Definisi : promosi sirkulasi vena
Pulmonal), efektif dapat teratasi dengan 1) lakukan pengkajian
Faktor yang berubungan kriteria hasil: komprehensif terhadap
 Perubahan afinitas sirkulasi perifer
hemoglobin terhadap Fungsi sensori : perabaan 2) pantau tingkat
oksigen (2400) ketidaknyamanan atau
 Penurunan konsentrasi Definisi : kemampuan untuk nyeri saat melakukan
hemoglobin dalam darah merasakan dengan benar latihan fisik
 Keracunan enzim rangsangan kulit 3) ajarkan klien untuk
 Gangguan pertukaran Skala : melakukan perawatan kaki
 Hipervolemia 1. Selalu di kompromikan yang tepat
 Hipoventilasi 2. Sering di kompromikan 4) beri obat antitrombosit
 Hipovolemia 3. Kadang di kompromikan atau antikoagulan jika
 Gangguan transport 4. Sedikit di kompromikan perlu

45
oksigen melalui alveoli dan 5. Tidak dikompromikan 5) letakkan ekstremitas pada
membrane kapiler posisi menggantung jika
 Gangguan aliran arteri atau  Diskriminasi suhu (1,2,3,4,5) perlu
vena  Sentuhan ringan (1,2,3,4,5)
 Ketidak sesuaian antara  Diskriminasi stimulus Manajemen sensasi perifer
ventilasi dan alirn darah berbahaya (1,2,3,4,5) (2660):
 Diskriminasi tekanan Definisi: pencegahan atau
(1,2,3,4,5) meminimalkan injury atau rasa
Batasan karakteristik tidak nyaman pasien dengan
Integritas jaringan : kulit dan mengubah sensasi
Subjektif membran mukosa (1101)
 Perubahan sensasi Definisi : keutuhan struktur dan 1) Pantau perbedaan
fungsi fisiologis normal kulit dan ketajaman atau
Objektif membran mukosa ketumpulan, panas atau
 Perubahan karakteristik dingin
kulit  Suhu kulit (1,2,3,4,5) 2) Pantau parestesia, kebas,
 Bruit  Elastisitas (1,2,3,4,50 kesemutan, hiperestesia
 Perubahan tekanan darah  Hidrasi (1,2,3,4,5) dan hipoestesia
pada ekstremitas  Sensasi (1,2,3,4,5) 3) Pantau tromboflebitis dan
 Klaudikasi  Perfusi jaringan (1,2,3,4,5) thrombosis vena profunda
 Kelambatan penyembuhan  Keutuhan kulit (1,2,3,4,5) 4) Pantau kesesuaian alat
 Nadi arteri lemah  Eritema (1,2,3,4,5) penyangga, prosthesis,
 Edema  Abnormal pigmentasi sepatu dan pakaian
 Tanda human positif (1,2,3,4,5)
 Kulit pucat saat elevasi, dan 5) Anjurkan pasien atau
tidak kembali saat Perfusi jaringan: perifer (0407) keluarga untuk memantau
diturunkan Definisi : keadekuatan aliran posisi bagian tubuh saat
 Diskolorasi kulit darah melalui pembuluh darah pasien mandi, duduk,
 Perubahan suhu kulit kecil ekstremitas untuk berbaring atau mengubah
 Nadi lemah atau tidak mempertahankan fungsi jaringan posisi
teraba
Skala : 6) Ajarkan pasien atau
1. gangguan eksterm keluarga untuk memeriksa
2. Berat kulit setiap hari untuk
3. Sedang mengetahui perubahan
4. Ringan integritas kulit
5. tidak ada gangguan
7) Anjurkan pasien atau
 Capillary refill (1,2,3,4,5) keluarga untuk memantau
 Suhu kulit yang extreme posisi bagian tubuh saat
(1,2,3,4,5) pasien mandi, duduk,
 Nadi carotid (1,2,3,4,5) berbaring atau mengubah
 Nadi brachial (1,2,3,4,5) posisi
 Tekanan darah sistolik
(1,2,3,4,5) 8) Ajarkan pasien atau
 Tekanan darah diastolik keluarga untuk memeriksa
(1,2,3,4,5) kulit setiap hari untuk
 Edema perifer(1,2,3,4,5) mengetahui perubahan

46
 Kerusakan kulit (1,2,3,4,5)
integritas kulit
Status sirkulasi (0401)
Definisi : Aliran darah yang
searah dan tidak terhambat
dengan aliran yang tepat melalui
pembuluh darah besar sirkuit
sistemik dan paru

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 3X 24 jam
gangguan perfusi jaringan
perifer dapat diatasi dengan
kriteria hasil :
Skala :
1. Sangat Menyimpang dari
normal
2. Banyak menyimpang
3. Cukup menyimpang
4. Sedikit menyimpang
5. Tidak menyimpang

 Tekanan darah sistolik


(1,2,3,4,5)
 Tekanan darah diastolik
(1,2,3,4,5)
 Nadi (1,2,3,4,5)
 CVP (1,2,3,4,5)

5 Ansietas (00146) NOC : NIC :


Domain 9 (koping / toleransi Kontrol diri terhadap Anxiety Reduction (5820)
stress), kecemasan (1402) (penurunan kecemasan)
Kelas 2 (respon koping)
Definisi : tindakan pribadi untuk Definisi : meminimalkan
Definisi: perasaan tidak nyaman menghilangkan atau temuan, ketakutan, firasat, atau
atau kekhawatiran yang samar di mengurangi rasa ketakutan, kegelisahan berkaitan dengan
sertai respon automom (sumber ketegangan, atau kegelisahan sumber tak dikenal untuk
sering kali tidak spesifik atau tidak dari sumber yang tidak dapat mengantisipasi bahaya
diketahui oleh individu); perasaan diidentifikasikan
takut yang disebabkan oleh 1) Gunakan pendekatan
antisipasi terhadap bahaya. Hal ini yang menenangkan
merupakan isyarat kewaspadaan Setelah dilakukan asuhan 2) Nyatakan dengan jelas
yang memperingatkan individu keperawatan harapan terhadap pelaku
akan adanya bahaya dan selama 2 x 24 jam ansietas klien pasien
memampukan individu untuk teratasi dengan kriteria hasil: 3) Jelaskan semua prosedur
bertindak menghadapi ancaman. Skala: dan apa yang dirasakan
1. Tidak pernah ditunjukkan selama prosedur

47
2. Jarang ditunjukkan 4) Temani pasien untuk
Faktor yang berhubungan: 3. Kadang ditunjukkan memberikan keamanan
 Konflik tentang tujuan hidup 4. Sering ditunjukkan dan mengurangi takut
 Paparan toxin 5. Selalu ditunjukkan 5) Berikan informasi faktual
 Perubahan besar (mis:status  Monitor intensitas mengenai diagnosis,
ekonomi, lingkungan, status kecemasan (1,2,3,4,5) tindakan prognosis
kesehatan, fungsi peran, status  Penurunan stimuli 6) Libatkan keluarga untuk
peran) lingkungan saat cemas mendampingi klien
 Ancaman terhadap status saat ini (1,2,3,4,5) 7) Instruksikan pada pasien
 Berusaha menginformasikan untuk menggunakan
penurunan cemas (1,2,3,4,5) tehnik relaksasi
 Menggunakan coping 8) Dengarkan dengan
strategis yang efektif penuh perhatian
(1,2,3,4,5) 9) Identifikasi tingkat
 Kontrol respon kecemasan kecemasan
(1,2,3,4,5) 10) Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
11) Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
12) Kelola pemberian obat
anti cemas
6 Kelebihan volume cairan (00026) NOC : NIC :
Domain 2 (nutrisi) Electrolit and acid base Fluid management (4120)
Kelas 5 (hidrasi) balance (0600) Definisi : promosi
Definisi : keseimbangan elektrolit keseimbangan cairan dan
Definisi : Retensi cairan isotomik dan non elektrolit pada ruang pencegahan komplikasi yang
meningkat intraseluler dan ekstraseluler terjadi dari tingkat cairan yang
tubuh abnormal
Batasan karakteristik: Skala outcome :
- Berat badan meningkat 1. Deviasi berat dari kisaran  Timbang
pada waktu yang singkat normal popok/pembalut jika
- Asupan berlebihan 2. Deviasi yang cukup berat dari diperlukan
dibanding output kisaran normal  Pertahankan catatan intake
- Tekanan darah berubah, 3. Deviasi sedang dari kisaran dan output yang akurat
tekanan arteri pulmonalis normal  Pasang urin kateter jika
berubah, peningkatan CVP 4. Deviasi ringan dari kisaran diperlukan
- Distensi vena jugularis normal  Monitor hasil lab yang
- Perubahan pada pola nafas, 5. Tidak ada deviasi dari kisaran sesuai dengan retensi cairan
dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, normal (BUN , Hmt , osmolalitas
suara nafas abnormal (Rales atau urin )
crakles), kongestikemacetan  Denyut jantung apikal  Monitor status
paru, pleural effusion (1,2,3,4,5) hemodinamik termasuk
- Hb dan hematokrit  Irama jantung apikal CVP, MAP, PAP, dan PCWP
menurun, perubahan elektrolit, (1,2,3,4,5)  Monitor vital sign
khususnya perubahan berat jenis  Frekuensi pernapasan  Monitor indikasi retensi /

48
- Suara jantung S3 (1,2,3,4,5) kelebihan cairan (cracles,
- Reflek hepatojugular positif  Irama pernapasan (1,2,3,4,5) CVP , edema, distensi vena
- Oliguria, azotemia  Serum sodium (1,2,3,4,5) leher, asites)
- Perubahan status mental,  Serum kalsium (1,2,3,4,5)  Kaji lokasi dan luas edema
kegelisahan, kecemasan  Serum klorida (1,2,3,4,5)  Monitor masukan
 Serum glukosa darah makanan / cairan dan
Faktor-faktor yang berhubungan : (1,2,3,4,5) hitung intake kalori harian
- Mekanisme pengaturan  Serum hematokrit (1,2,3,4,5)  Monitor status nutrisi
melemah  Berikan diuretik sesuai
- Asupan cairan berlebihan Keseimbangan cairan (0601) instruksi
- Asupan natrium berlebihan Definisi : keseimbangan cairan di  Batasi masukan cairan pada
dalam ruang intraseluler dan keadaan hiponatrermi dilusi
ekstraseluler tubuh. dengan serum Na < 130
mEq/l
Setelah dilakukan asuhan  Kolaborasi dokter jika tanda
selama…… jam keseimbangan cairan berlebih muncul
cairan teratasi dengan kriteria memburuk
hasil:
Indicator :
1. Sangat terganggu Fluid Monitoring (4130)
2. Banyak Terganggu Definisi : mengumpulkan dan
3. Cukup terganggu menganalisis data pasien untuk
4. Agak terganggu mengatur keseimbangan cairan
5. Tidak terganggu
 Tentukan riwayat
jumlah dan tipe intake
 Tekanan darah cairan dan eliminasi
(1,2,3,4,5)  Tentukan kemungkinan
 Denyut nadi faktor resiko dari ketidak
radial (1,2,3,4,5) seimbangan cairan
 Keseimbangan (Hipertermia, terapi
intake dan output dalam 24 diuretik, kelainan renal,
jam (1,2,3,4,5) gagal jantung, diaporesis,
 Turgor kulit disfungsi hati, dll )
(1,2,3,4,5)  Monitor berat badan
 Kelembaban  Monitor serum dan
membran mukosa (1,2,3,4,5) elektrolit urine
 Serum elektrolit  Monitor serum dan
(1,2,3,4,5) osmilalitas urine
 Hematokrit  Monitor BP, HR, dan RR
(1,2,3,4,5)  Monitor tekanan darah
 Berat jenis urin orthostatik dan perubahan
(1,2,3,4,5) irama jantung
 Monitor parameter
Indikator : hemodinamik infasif
1. Berat  Catat secara akutar
2. Cukup berat intake dan output
3. Sedang  Monitor adanya

49
4. Ringan distensi leher, rinchi,
5. Tidak ada eodem perifer dan
penambahan BB
 Asites (1,2,3,4,5)  Monitor tanda dan
 Distensi vena gejala dari odema
leher (1,2,3,4,5)
 Edema perifer
(1,2,3,4,5)
 Bola mata
cekung dan lembek (1,2,3,4,5)
 Kehausan
(1,2,3,4,5)
 Keram otot
(1,2,3,4,5)
7 Resiko penurunan perfusi NOC : NIC :
jaringan jantung (00200)  Cardiac Cardiac care : acute (4044)
Domain 4 (aktivitas / istirahat) pump Effectiveness (0400) Definisi: pembatasan komplikasi
Kelas 4 (respon cardiovascular /  Circulati pada seorang pasien yang
pulmonary) on status (0401) baru-baru ini mengalami
 Tissue sebuah episode dari
Definisi : rentan terhadap Perfusion : cardiac (0405) ketidakseimbangan antara
penurunan sirkulasi jantung, yang  Vital suplai oksigen myocrdial dan
mana dapat mempengaruhi Sign (0802) permintaan yang berakibat
kesehatan. Setelah dilakukan asuhan kerusakan fungsi jantung
selama……ketidakefektifan
Faktor resiko: perfusi jaringan kardiopulmonal  Monitor nyeri dada
- Tamponade jantung teratasi dengan kriteria hasil: (durasi, intensitas dan
- Pembedahan cardivaskuler faktor-faktor presipitasi)
- Spasme arteri koronaria Indikator:  Observasi perubahan
- Diabetes mellitus 1. Sangat tinggi dari Normal ECG
- Riwayat keluarga dengan 2. Tinggi dari normal  Auskultasi suara
penyakit cardiovaskuler 3. Sedang dari normal jantung dan paru
- Hyperlpidemia 4. Sedikit dari normal  Monitor irama dan
- Hipertensi 5. Normal jumlah denyut jantung
- Hipovolemia  Tekanan systole dan  Monitor angka PT, PTT
- Hipoxemia diastole dalam rentang dan AT
- Hipoxia yang diharapkan  Monitor elektrolit
- Peningkatan dalam protein C (1,2,3,4,5) (potassium dan
reaktive  CVP dalam batas normal magnesium)
- Kurang pengetahuan tentang (1,2,3,4,5)  Monitor status cairan
faktor resiko  Nadi perifer kuat dan  Evaluasi oedem perifer
- Agen parmasetikal simetris (1,2,3,4,5) dan denyut nadi
- Penyalahgunaan zat  Tidak ada oedem perifer  Monitor peningkatan
dan asites (1,2,3,4,5) kelelahan dan kecemasan
 Denyut jantung, AGD,  Instruksikan pada
ejeksi fraksi dalam batas pasien untuk tidak
normal (1,2,3,4,5) mengejan selama BAB
 Bunyi jantung abnormal  Jelaskan pembatasan

50
tidak ada (1,2,3,4,5) intake kafein, sodium,
 Nyeri dada tidak ada kolesterol dan lemak
(1,2,3,4,5)  Kelola pemberian obat-
 Kelelahan yang ekstrim obat: analgesik, anti
tidak ada (1,2,3,4,5) koagulan, nitrogliserin,
 Tidak ada ortostatik vasodilator dan diuretik.
hipertensi (1,2,3,4,5)  Tingkatkan istirahat
(batasi pengunjung,
kontrol stimulasi
lingkungan)
8 Ketidakefektifan Pola Napas Status pernafasan : kepatenan Manajemen Jalan nafas
D:4K:4 jalan nafas Definisi :
Definisi Definisi : Fasilitasi kepatenan jalan nafas
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang Saluran trakea bronkial yang Aktivitas :
tidak memberikan ventilasi adekuat terbuka dan lancar untuk 1.1 Posisikan pasien untuk
pertukaran udara. memaksimalkan ventilasi
Batasan Karakteristik Setelah dilakukan tindakan 3x24 1.2 Pemberian oksigen sesuai
 Penggunaan otot bantu jam terjadi perubahan dari indikasi
bernapas kondisi menyimpang yang besar 1.3 Monitor status pernafasan
 Bernapas cuping hidung (1) sampai dengan tidak ada dan oksigenasi,
 Penurunan tekanan ekspirasi penyimpangan (5). ditunjukkan sebagaiamana mestinya
 Penurunan tekanan inspirasi dengan indikator sebagai 1.4 Posisikan untuk
 Pola napas abnormal berikut: meringankan sesak nafas
(frekuensi, kedalaman, irama)  Frekuensi Pernafasan(4) 1.5 Kelola pemberian
 Takipnea  Irama Pernafasan(4) bronkodilator
 Kedalaman Inspirasi(4) 1.6 Auskultasi suara nafas, catat
Faktor Yang Berhubungan  Kemampuan untuk area yang ventilasinya
 Hiperventilasi Mengeluarkan Sekret (4) menurun dan suara
 Posisi tubuh yang Indikator Skala : tambahan.
menghambat ekspansi paru 1. Deviasi jauh dari rentang
normal
2. Deviasi agak besar dari
rentang normal
3. Deviasi sedang dari rentang
normal
4. Deviasi ringan dari rentang
normal
5. Tidak ada deviasi dari
rentang normal

BAB III
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR TEKNIK

51
FOOT HAND MASSAGE

Pengertian Pemberian penekanan atau pikat pada titik tertentu

ditangan dan kaki.


Tujuan 1. Meringankan rasa nyeri yang dirasakan karena
berkurangnya oksigen dalam pembuluh darah

jantung karena adanya sumbatan atau flak.


2. Membantu meringankan rasa tidak nyaman yang
disebabkan oleh nyeri.
Diagnosa keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen cedra biologis
Pengkajian 1. Kaji status klien
2. Kaji kesiapan pasien
3. kaji respon klien terhadap kenyamanan perubahan
intensitas nyeri
Perencanaan 1. mencuci tangan
2. menyiapkan alat
a. minyak zaitun
Tahap pelaksanaan 1. memberikan salam teraupetik
2. menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan foot
- tahap orentasi
hand massage.
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum pelaksanaan
4. Memberi kesempatan klien untuk bertanya
5. Bila klien siap dilakukan tindakan, dekatkan alat-alat
6. Membaca ‘’Bamdalah’’
7. Menjaga privasi klien
8. Atur posisi klien dengan posisi semi fowler

(senyaman mungkin)
9. Oleskan minyak zaitun ditangan dan kaki pasien
10. Anjurkan tarik nafas pasien untuk menarik nafas
secara lambat dan rileks.
11. Kaki
12. Lakukan pemijatan dibagian dititik telapak kaki kiri

dan kanan klien dititik belakang ibu jari, disekitar


plantar facia, dan disekitar media plantar farcia.

Selama 10 menit
13. Tangan
14. Setelah itu lakukan pemijatan didaerah antara ibu
jari dan telunjuk, bagian telunjuk, dan telapak

tangan, lakukan selama 10 menit


15. Teknik ini dilakukan selama 20 menit

52
16. Membaca ‘’Hamdalah’’
17. Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan sesuai

dengan tujuan yang diharapkan (subjektif dan


objektif )
18. Berikan reinforcement positif pada klien
19. Kontrak pertemuan selanjutnya
20. Mengakhiri pertemuan dengan mengucapkan salam
21. Mencuci tangan
Evaluasi 1. Mengevaluasi respon klien
2. Mengevaluasi intensitas nyeri
Dokumntasi 1. Tindakan yang diberikan
2. Waktu pemberian tindakan
3. Alat bantu yang digunakan
4. Respon klien
Sumber terkait Sulistyowati dan, rini. (2014) pengaruh konseling dan
foot hand massage terhadap pelaksanaan
mobilisasi dini pada pasien post sectio caesar

Potter & Hery (2009). Buku Ajar Funmebtal Keperawatan


: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta : EGC

Tehnik pemijatan

Gambar 2.1 Tehnik Pemijatan Kaki Dan Tangan Diambil Dari Buku Pijat Relksi (Barbara
And Kevin Kunz, 2012)

53
Gambar 2.2 Tehnik pemijatan kaki diambil dari Buku Pijat
Relksi (Barbara And Kevin Kunz, 2012)

BAB IV

HASIL INTERVENSI

A. SUMBER DATA, PERLAKUAN, DAN SAMPEL


Sumber data yang dipakai dalam intervensi ini adalah data primer yaitu

data yang diperoleh dari pengisian pengkajian, skala nyeri numerik rating scale,
untuk melihat adanya perubahan atau tidak terhadap tingkat nyeri pada pasien

IMA (infark miokard akut) yang dilakukan terapi foot hand massase. Dan untuk
perlakuan atau intervensi dilakukan di ruang ICCU RSUD AWS samarinda.

1. BEFORE

54
Sebagaimana terlihat pada data, bahwa sebelum dilakukan intervensi
foot hand massase didapatkan tingkat nyeri dari 3 responden mengeluh
nyeri dada sebelah kiri baik ringan hingga sedang.

2. AFTER

Sebagaimana terlihat pada data, bahwa setelah dilakukan intervensi foot


hand massase, tingkat nyeri yang dirasakan pasien mengalami penurunan.

3. DATA SUBJEKTIF DAN DATA OBJEKTIF

BEFORE AFTER
1. Pasien Tn. M b. Sesudah dilakukan Foot hand
a. Sebelum dilakukan foot hand
massasel:
massase : (Selasa, 14 mei 2019) (Selasa, 13 mei 2019)
Pukul : 10.00 Pukul : 10.25
1) Data objektif 1) Data objektif
- Ku: Sedang GCS: E4V5M6 CM - Ku: Sedang GCS: E4V5M6
TD: 120/90 mmHg
CM
N: 120x/m
TD: 112/76 mmHg
RR: 22x/m
N: 110x/m
S: 36,5 C
RR: 20x/m
- Pasien tampak meringis dan
S: 36,5 C
gelisah - Pasien nampak tenang
- Skala nyeri 5 (nyeri sedang)
namun terlihat sesekali
berdasarkan instrument skala
meringis ketika ingin
nyeri NRS
merubah posisi tidur
2) Data subjektif
- Skala nyeri 4 (nyeri sedang)
- Pasien mengatakan sering
berdasarkan instrument
mengalami nyeri dada dengan
skala nyeri NRS
durasi 5-10 menit disertai
2) Data subjektif
dengan sesak nafas Pasien mengatakan nyeri dada

masih terasa dengan skala 4

(Tanggal 13 mei 2019)


Pukul 13.25
1) Data objektif
- Ku: Sedang GCS: E4V5M6

55
CM
TD: 129/83 mmHg
N: 102x/m
RR: 24x/m
S: 36,5 C
- Pasien nampak tenang dan

rileks
- Skala nyeri 3 (nyeri ringan)

berdasarkan instrument
skala nyeri NRS

2) Data subjektif:
Pasien mengatakan badannya
terasa rileks dan nyaman, nyeri

2. Pasien Ny P berkurang namun nyeri muncul


a. Sebelum dilakukan foot hand b. Sesudah dilakukan foot hand
massase : massase :
(Selasa, 13 mei 2019) (Selasa, 13 mei 2019)
Pukul : 10.00 Pukul : 10.45
1) Data objektif 1) Data objektif
- Ku: Sedang GCS: E4V5M6 CM Ku: Sedang GCS: E4V5M6
TD: 120/98 mmHg
CM
N: 112x/m
TD: 110/69mmHg

56
RR: 22x/m N: 100x/m
S: 36,5 C RR: 21x/m
Pasien mengatakan nyeri bagian S: 36,5 C
Pasien tampak tenang dan
dada kiri hingga ke punggung
berbaring ditempat tidur,
terasa di pukul
- Skala nyeri 5 (nyeri sedang) pasien tidak terlihat gelisah
- Skala nyeri 3 (nyeri ringan)
berdasarkan instrument skala
berdasarkan instrument
nyeri NRS
2) Data subjektif skala nyeri NRS
- Pasien mengatakan nyeri dada hilang 2) Data subjektif
Pasien Mengatakan nyeri masih
timbul dengan durasi 5-10 menit
terasa sedikit namun tidak
disertai jantung berdebar
separah sebelumnya dan rasa
berdebar berkurang
(Selasa, 13 Mei 2019)
Pukul : Pukul 13.25
1) Data objektif
Ku: Sedang GCS: E4V5M6 CM
TD: 118/81mmHg
N: 79x/m
RR: 26x/m
S: 36,3 C
Skala Nyeri 3 (Nyeri Ringan)
2) Data subjektif:
Pasien mengatakan tenang dan
tidak merasa berdebar dan nyeri

berkurang

(Selasa, 13 Mei 2019)


(Pukul 15.25)
1) Data objektif
- Ku: Sedang GCS: E4V5M6

CM
TD: 118/81mmHg
N: 79x/m
RR: 26x/m
S: 36,3 C
- Skala nyeri 2 (nyeri ringan)

57
berdasarkan instrument
skala nyeri NRS
2) Data subjektif:
- Pasien mengatakan merasa

lebih tenang dan nyaman


tidak merasa berdebar
3. Pasien Tn. AK
a. Sebelum dilakukan foot hand (Selasa, 13 mei 2019)
Pukul : 10.30
massase :
1) Data objektif
(Selasa, 13 mei 2019)
- Ku: Sedang GCS: E4V5M6
Pukul : 10.15
1) Data objektif CM
- Ku: Sedang GCS: E4V5M6 CM TD: 110/90 mmHg
TD: 150/60 mmHg N: 85x/m
N: 82x/m RR: 21x/m
RR: 24x/m S: 36,4 C
S: 36,2C - Skala nyeri 4 (nyeri sedang)
Pasien berbaring dan nampak - Berdasarkan instrument

gelisah skala nyeri NRS


Pernapasan terlihat cepat dan 2) Data subjektif:
- Pasien mengatakan nyeri
dangkal
- Skala nyeri 4 (nyeri sedang) masih terasa tetapi pasien

berdasarkan instrument skala merasa lebih nyaman


nyeri NRS setelah dilakukan foot hand
2) Data subjektif
massase
- Pasien mengatakan dada kiri masih

nyeri dan nafas terasa sesak (Rabu, 14 mei 2019)


Pukul : 13. 45
1) Data objektif
- Ku: Sedang GCS: E4V5M6

CM
TD: 143/76 mmHg
N: 80x/m
RR: 25x/m
S: 36,6C
- Skala nyeri 3 (nyeri ringan)
Berdasarkan instrument
skala nyeri NRS

58
2) Data subjektif:
- Pasien mengatakan nyeri

masih terasa namun pasien


tidak merasa gelisah

(Selasa, 13 Mei 2019)


(Pukul 15.45)
1) Data objektif
- Ku: Sedang GCS: E4V5M6
CM
TD: 126/75 mmHg
N: 81x/m
RR: 26x/m
S: 36,2 C
2) Data subjektif:
- Pasien mengatakan tidak

ada nyeri yang dirasakan


dan badan terasa rileks dan

nyaman

B. IMPLIKASI KEPERAWATAN
Implikasi keperawatan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu data

dari penelitian dapat menjadi dasar bagi keperawatan, terutama untuk


keperawatan kritis, gawat darurat kritis untuk memberikan intervensi pada

pasien, sehingga diaharapkan dapat membantu dalam memberikan asuhan


keperawatan bagi pasien yang mengalami Nyeri khususnya diruang Intensive

Coronary Care unit (ICCU).

C. KESULITAN DALAM PROSES INTERVENSI


Kesulitan yang dihadapi saat melakukan intervensi antara lain:

1. Pasien/Responden
Pasien tidak bisa fokus secara maksimal dikarenakan pasien

mengalami nyeri dan disertai sesak nafas

59
2. Waktu
Waktu untuk intervensi sangat terbatas karena hanya dilakukan

dalam rentang waktu 1 hari

D. SARAN MELANJUTKAN PENELITIAN


Berdasarkan jurnal penelitian yang kelompok lakukan, maka saran yang

diberikan oleh kelompok adalah:

1. Sebagai referensi untuk dijadikan penelitian KIAN dan KTI keperawatan

2. Dapat membuat SOP yang telah divalidasi


3. Bagi ruangan terapi ini bisa diterapkan berdampingan dengan terapi

medis

60

Anda mungkin juga menyukai