!
Hipertiroidisme Dalam Kehamilan
!
O
Alwi Shahab
!
!
!
!
!
!
!
!
!
Subbagian Endokrinologi Metabolisme
Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang
2012
Daftar Isi : Halaman
!
BAB
I. Pendahuluan ……………………………………………………………………….… 3
A. Patogenesis ……………………………………………………………………..…10
C. Diagnosis …………………………………………………………………………. 21
D. Penatalaksanaan ……………………………………………………………….. 23
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!2
!
BAB I
Pendahuluan
!
Hipertiroidisme merupakan suatu sindrom klinik akibat meningkatnya sekresi
hormon tiroid didalam sirkulasi baik tiroksin (T4), triyodotironin (T3) atau kedua-duanya.
Sekitar 90% dari hipertiroidisme disebabkan oleh penyakit Grave, struma nodosa toksik baik
soliter maupun multipel dan adenoma toksik. Penyakit Grave pada umumnya ditemukan pada
usia muda yaitu antara 20 sampai 40 tahun, sedang hipertiroidisme akibat struma nodosa
toksik ditemukan pada usia yang lebih tua yaitu antara 40 sampai 60 tahun. Oleh karena
penyakit Grave umumnya ditemukan pada masa subur, maka hampir selalu hipertiroidisme
dalam kehamilan adalah hipertiroidisme Grave, walaupun dapat pula disebabkan karena
belum diketahui. Di Eropa berkisar antara 1 sampai 2 % dari semua penduduk dewasa.
Hipertiroidisme lebih sering ditemukan pada wanita daripada laki-laki dengan ratio 5:1.
terkontrol dapat menimbulkan krisis tiroid, persalinan prematur, abortus dan kematian janin.
Diagnosis hipertiroidisme dalam kehamilan sulit ditegakkan karena kehamilan itu sendiri
Namun deteksi dini untuk mengetahui adanya hipertiroidisme pada wanita hamil sangatlah
penting, karena kehamilan itu sendiri merupakan suatu stres bagi ibu apalagi bila disertai
!3
!
Pengelolaan penderita hipertiroidisme dalam kehamilan memerlukan perhatian
khusus, oleh karena baik keadaan hipertiroidismenya maupun pengobatan yang diberikan
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!4
!
BAB II
Selama kehamilan faal kelenjar tiroid mengalami peningkatan dan dalam banyak hal
teknik pengukuran kimiawi faal kelenjar tiroid, orang beranggapan bahwa terjadinya struma
dan peningkatan metabolisme basal pada wanita hamil disebabkan karena kelenjar tiroid yang
hiperaktif. Anggapan ini berdasarkan gambaran histologik berupa hipertrofi dan hiperplasi
folikel kelenjar tiroid pada wanita hamil. Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa
Pada suatu studi di Skotlandia, 70% wanita hamil mengalami struma, lebih banyak
struma selama kehamilan. Juga studi di Amerika Serikat, tidak menunjukkan peningkatan
kejadian struma pada wanita hamil. Dari hasil penelitian diketahui bahwa hal ini disebabkan
karena kandungan yodium di Islandia dan Amerika Serikat lebih tinggi daripada di
Skotlandia.
Menurut Glinoer, kehamilan merupakan suatu keadaan yang unik, dimana faal
1. Terjadi perubahan dalam ekonomi tiroid karena meningkatnya kadar TBG sebagai
respons terhadap peningkatan kadar estrogen. Akibat peningkatan kadar TBG ini akan
terjadi kenaikan kadar Protein Binding Iodine mulai minggu ke 12 yang mencapai 2
kali kadar normal. Juga akan terjadi kenaikan kadar T4 dan T3 didalam serum.
!5
!
Peningkatan kadar TBG serum selama kehamilan disebabkan karena meningkatnya
produksi TBG oleh sel-sel hati dan menurunnya degradasi TBG perifer akibat
2. Terjadi peningkatan sekresi Thyroid Stimulating Factors (TSF) dari plasenta terutama
merupakan glikoprotein yang mempunyai gugus alfa yang identik. Bukti terbaru
karena peningkatan bersihan ginjal terhadap yodium dan hilangnya yodium melalui
kompleks feto-plasental pada akhir kehamilan. Hal ini akan menyebabkan keadaan
Respons TSH terhadap TRH juga meningkat selama kehamilan. Hal ini disebabkan
karena pengaruh estrogen, dimana dapat juga terjadi pada wanita2 tidak hamil yang
produksi hormon tiroid tidak mengalami perubahan selama kehamilan. Menurut Burrow,
pada wanita hamil terjadi beberapa perubahan faal kelenjar tiroid seperti tersebut dibawah
ini :
!
!
!
!6
!
I. Meningkat :
A. Laju metabolisme basal
B. Ambilan yodium radioaktif
C. Respons terhadap TRH
D. Thyroxin Binding Globulin (TBG)
E. Tiroksin
F. Triyodotironin
G. Human Chorionic Thyrotropin/ Gonadotropin
H. Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
!
II. Tidak berubah :
A. Konsentrasi tiroksin bebas (fT4)
B. Kecepatan produksi tiroksin
!
Perubahan faal kelenjar tiroid ibu selama kehamilan diikuti pula oleh perubahan faal
kelenjar tiroid janin. Yodium organik tidak ditemukan dalam kelenjar tiroid janin
sebelum usia kehamilan 10 minggu. Pada usia kehamilan 11-12 minggu, kelenjar
tiroid janin baru mulai memproduksi hormon tiroid. TSH dapat dideteksi dalam serum
janin mulai usia kehamilan 10 minggu, tetapi masih dalam kadar yang rendah sampai
usia kehamilan 20 minggu yang mencapai kadar puncak 15 uU per ml dan kemudian
turun sampai 7 uU per ml. Penurunan ini mungkin karena kontrol dari hipofisis yang
mulai terjadi pada usia kehamilan 12 minggu sampai 1 bulan post natal. Selama usia
cairan amnion selama awal kehamilan masih rendah dan berangsur akan meningkat.
!7
!
Tetrayodotironin (T4) didalam tubuh janin terutama dimetabolisir dalam bentuk
reverse T3 (rT3) , hal ini mungkin disebabkan karena sistem enzimnya belum matang.
Reverse T3 meningkat terus dan mencapai kadar puncak pada usia kehamilan 17
sampai 20 minggu. Kadar rT3 didalam cairan amnion dapat dipakai sebagai diagnosis
Pada saat lahir terjadi peningkatan kadar TSH karena sekresinya oleh hipofisis
meningkat. Kadar TSH neonatus meningkat beberapa menit setelah lahir 7,5 uU/ml
dan mencapai puncaknya 30 uU/ ml dalam 3 jam. Karena rangsangan TSH akan
terjadi kenaikan yang tajam dari kadar T4 total dan T4 bebas didalam serum. Kadar
T3 juga meningkat secara dramatis, tetapi sebagian tidak tergantung dari TSH. Hal ini
menjadi T3.
Ambilan yodium radioaktif neonatus meningkat mulai 10 jam setelah lahir yang
mencapai puncaknya pada hari kedua dan menurun sampai batas normal seperti orang
!
TBG T4 T3 rT3
(mg/dl) (ug/dl) (ng/dl) (ng/dl)
! ! ! ! !
Wanita tidak hamil 4,3 7,6 111 40
Wanita hamil aterm 8,7 14,3 173 54
Neonatus 5,4 11,0 50 136
!
Tabel 1. Faal kelenjar tiroid ibu dan neonatus
!
!
!
!8
!
Tes Darah ibu Darah tali
pusat
! ! !
T4 serum (ug/100 ml) 10 – 16 6 – 13
fT4 (ng/100 ml) 2,5 – 3,5 1,5 – 3,0
T3 serum (ng/100 ml) 150 – 250 40 – 60
rT3 (ng/100 ml) 36 – 65 80 – 360
resin T3 uptake 22 25 – 35
TBG (mg/L) 30 – 50 12 – 30
TSH serum (uU/ml) 0-6 0 – 20
!
Tabel 2. Tes faal tiroid dari darah ibu dan darah tali pusat bayi pada saat baru lahir
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!9
!
BAB III
Hipertiroidisme dalam kehamilan
!
A. Patogenesis
yang merupakan suatu penyakit otoimun. Sampai sekarang etiologi penyakit Grave tidak
Dilihat dari berbagai manifestasi dan perjalanan penyakitnya, diduga banyak faktor
Dari hasil penelitian, masih timbul sejumlah pertanyaan yang belum terjawab, antara
lain :
1. Apakah kelainan dasar penyakit tiroid otoimun terjadi didalam kelenjar tiroid sendiri,
2. Kalau terjadi sebagai akibat ketidakseimbangan sistem imun, apakah kelainan primer
terjadi pada fungsi sel T (aktifitas sel T supresor yang meningkat dan sel T helper yang
3. Apakah terdapat pengaruh faktor genetik dan lingkungan pada tahap awal terjadinya
Kelenjar tiroid merupakan organ yang unik dimana proses otoimun dapat
!
!
!10
!
Proses otoimun didalam kelenjar tiroid terjadi melalui 2 cara, yaitu :
1. Antibodi yang terbentuk berasal dari tempat yang jauh (diluar kelenjar tiroid) karena
2. Zat-zat imun dilepaskan oleh sel-sel folikel kelenjar tiroid sendiri yang menimbulkan
imunitas seluler.
Antibodi ini bersifat spesifik, yang disebut sebagai Thyroid Stimulating Antibody (TSAb)
stimulator tiroid yang berperan dalam proses terjadinya penyakit Grave, antara lain :
folikel kelenjar tiroid, sehingga merangsang peningkatan biosintesis hormon tiroid. Bukti
tentang adanya kelainan sel T supresor pada penyakit Grave berdasarkan hasil penelitian
Aoki dan kawan-kawan (1979), yang menunjukkan terjadinya penurunan aktifitas sel T
supresor pada penyakit Grave. Tao dan kawan-kawan (1985) membuktikan pula bahwa
Seperti diketahui bahwa dalam sistem imun , sel limfosit T dapat berperan sebagai
helper dalam proses produksi antibodi oleh sel limfosit B atau sebaliknya sebagai
!11
!
Tergantung pada tipe sel T mana yang paling dominan, maka produksi antibodi
Kecenderungan penyakit tiroid otoimun terjadi pada satu keluarga telah diketahui
selama beberapa tahun terakhir. Beberapa hasil studi menyebutkan adanya peran Human
Leucocyte Antigen (HLA) tertentu terutama pada lokus B dan D. Grumet dan kawan-
kawan (1974) telah berhasil mendeteksi adanya HLA-B8 pada 47% penderita penyakit
Grave. Meningkatnya frekwensi haplotype HLA-B8 pada penyakit Grave diperkuat pula
oleh peneliti-peneliti lain. Studi terakhir menyebutkan bahwa peranan haplotype HLA-B8
pada penyakit Grave berbeda-beda diantara berbagai ras. Gray dan kawan-kawan (1985)
menyatakan bahwa peranan faktor lingkungan seperti trauma fisik, emosi, struktur
terhadap terjadinya penyakit Grave. Sangat menarik perhatian bahwa penyakit Grave
sering menjadi lebih berat pada kehamilan trimester pertama, sehingga insiden tertinggi
Pada usia kehamilan yang lebih tua, penyakit Grave mempunyai kecenderungan untuk
remisi dan akan mengalami eksaserbasi pada periode postpartum. Tidak jarang seorang
penderita penyakit Grave yang secara klinis tenang sebelum hamil akan mengalami
hipertiroidisme pada awal kehamilan. Sebaliknya pada usia kehamilan yang lebih tua
yaitu pada trimester ketiga, respons imun ibu akan tertekan sehingga penderita sering
terlihat dalam keadaan remisi. Hal ini disebabkan karena terjadi perubahan sistem imun
!12
!
Pada kehamilan akan terjadi penurunan respons imun ibu yang diduga disebabkan
supresor. Faktor-faktor supresor ini melewati sawar plasenta sehingga menekan sistem
imun ibu. Setelah plasenta terlepas, faktor-faktor supresor ini akan menghilang. Hal ini
Setelah melahirkan terjadi peningkatan kadar TSAb yang mencapai puncaknya 3 sampai
4 bulan postpartum. Peningkatan ini juga dapat terjadi setelah abortus. Suatu survai yang
dilakukan oleh Amino dan kawan-kawan (1979-1980) menunjukkan bahwa 5,5% wanita
Jepang menderita tiroiditis postpartum. Gambaran klinis tiroiditis postpartum sering tidak
jelas dan sulit dideteksi. Tiroiditis postpartum biasanya terjadi 3-6 bulan setelah
hipotiroidisme dan kemudian kesembuhan spontan. Pada fase hipertiroidisme akan terjadi
peningkatan kadar T4 dan T3 serum dengan ambilan yodium radioaktif yang sangat
rendah (0 – 2%). Titer antibodi mikrosomal kadang-kadang sangat tinggi. Fase ini
biasanya berlangsung selama 1 – 3 bulan, kemudian diikuti oleh fase hipotiroidisme dan
postpartum diduga merupakan “rebound phenomenon” dari proses otoimun yang terjadi
setelah melahirkan.
!
!
!13
!
Komplikasi-komplikasi tersebut antara lain :
A. Payah Jantung
yang serius, terutama payah jantung. Mekanisme yang pasti tentang terjadinya
banyak bukti bahwa pengaruh jangka panjang dari peningkatan kadar hormon
Pengaruh langsung :
1. Komponen metabolisme :
!
!14
!
2. Komponen simpul sinoatrial :
3. Komponen adrenoreseptor :
2. Sistem simpato-adrenal :
Secara klinis akan terjadi peningkatan fraksi ejeksi pada waktu istirahat,
dimana hal ini dapat pula disebabkan oleh kehamilan itu sendiri.
!15
!
Disfungsi ventrikel akan bertambah berat bila disertai dengan anemia,
preeklamsia atau infeksi. Faktor-faktor risiko ini sering terjadi bersamaan pada
lebih sering terjadi pada wanita hamil hipertiroidisme yang tidak terkontrol
B. Krisis tiroid
Salah satu komplikasi gawat yang dapat terjadi pada wanita hamil
dengan hipertiroidisme adalah krisis tiroid. Hal ini dapat terjadi karena adanya
Caesar, trauma dan infeksi. Selain itu krisis tiroid dapat pula terjadi pada
dari 342 penderita hipertiroidisme hamil, krisis tiroid terjadi pada 5 pasien
yang telah mendapat pengobatan anti tiroid, 1 pasien yang mendapat terapi
C. Tiroiditis postpartum
!
Gangguan faal tiroid pada keadaan ini bukan disebabkan karena adanya
setiap wanita dengan DM type 1 atau yang diketahui memiliki antiTPO yang
yaitu fase pertama, periode hipertiroid yang mulai terjadi 1 - 6 bulan setelah
Gangguan faal tiroid pada tiroiditis post partum biasanya terjadi sementara,
dan kebanyakan wanita kembali eutiroid pada akhir tahun pertama setelah
!
!17
!
2. Komplikasi terhadap janin dan neonatus :
kehamilan terhadap janin dan neonatus, perlu kita ketahui mekanisme hubungan
berfungsi pada umur kehamilan minggu ke 12-16. Hubungan ibu janin dapat
IBU HAMIL
JANIN
!
!
TSH tidak dapat melewati plasenta, sehingga baik TSH ibu maupun TSH janin
tidak saling mempengaruhi. Hormon tiroid baik T3 maupun T4 hanya dalam jumlah
sedikit yang dapat melewati plasenta. TSI atau TSAb dapat melewati plasenta dengan
mudah.
!18
!
Oleh karena itu bila kadar TSI pada ibu tinggi, maka ada kemungkinan terjadi
hipertiroidisme pada janin dan neonatus. Obat-obat anti tiroid seperti PTU dan Neo
Mercazole, zat-zat yodium radioaktif dan yodida, juga propranolol dapat dengan
janin. Pemakaian zat yodium radioaktif merupakan kontra indikasi pada wanita hamil
terutama bila ibu hamil hipertiroidisme tidak mendapat pengobatan anti tiroid.
Hipertiroidisme janin dapat pula terjadi pada ibu hamil yang mendapat pengobatan
kadar TSI masih tinggi. Diagnosis ditegakkan dengan adanya peningkatan kadar TSI
ibu dan bunyi jantung janin yang tetap diatas 160 x per menit.
Kurang lebih 1% wanita hamil dengan riwayat penyakit Grave akan melahirkan bayi
dengan mortalitas yang tinggi. Komplikasi jangka panjang pada bayi yang bertahan
!19
!
Diagnosis hipertiroidisme neonatus ditegakkan atas dasar gambaran klinis dan
laboratorium. Adanya struma, eksoftalmos dan takikardia pada bayi yang hiperaktif
dengan kadar tiroksin serum yang meningkat sudah cukup untuk dipakai sebagai
pegangan diagnosis. Namun dapat pula terjadi gambaran klinis yang lain seperti
struma dan hipotiroidisme pada janin, karena dapat melewati sawar plasenta dan
memblokir faal tiroid janin. Penurunan kadar hormon tiroid janin akan mempengaruhi
Menurut Cooper DS, frekuensi struma pada neonatus akibat pengobatan anti tiroid
pada wanita hamil diperkirakan 10%. Davis LE dan kawan-kawan melaporkan bahwa
dari 36 ibu hamil hipertiroidisme yang diobati dengan anti tiroid, terdapat 1 kasus
dan hipotiroidisme setelah ibunya mendapat terapi PTU 400 mg perhari. Namun
walaupun 10 neonatus lainnya berada dalam keadaan eutiroid, terjadi pula penurunan
Hal ini menunjukkan telah terjadi hipotiroidisme transien pada 10 neonatus tersebut.
Penyebab hipotiroidisme janin yang lain adalah pemberian preparat yodida selama
menimbulkan struma yang besar dan dapat menyumbat saluran nafas janin.
!20
!
Untuk mendiagnosis hipotiroidisme pada janin, Perelman dan kawan-kawan
USG, yang menunjukkan kadar TSH yang tinggi dan kadar tiroksin yang rendah.
C. Diagnosis
1. Gambaran klinis
karena kehamilan itu sendiri dapat memberikan gambaran yang mirip dengan
penambahan berat badan yang terjadi pada kehamilan dapat menutupi gejala
penurunan berat badan yang terjadi pada hipertiroidisme. Oleh karena itu pegangan
dikenal, gambaran klinis yang klasik dapat dipakai sebagai pegangan diagnosis. Tanda
klinis yang dapat digunakan sebagai pegangan diagnosis adalah adanya tremor,
kelainan mata yang non infiltratif atau yang infiltratif, berat badan menurun tanpa
diketahui sebabnya, miksedema lokal, miopati dan onikolisis. Semua keadaan ini
tidak pernah terjadi pada kehamilan normal. Bila nadi istirahat lebih dari 100 kali
permenit dan tidak melambat dengan perasat Valsalva, hal ini memberi kemungkinan
!
!21
!
2. Laboratorium :
kadar TBG oleh pengaruh estrogen. Namun peningkatan kadar T4 total diatas 190
Pemeriksaan kadar fT4 dan fT3 merupakan prosedur yang tepat karena tidak
Beberapa peneliti melaporkan bahwa kadar fT4 dan fT3 sedikit menurun pada
kehamilan, sehingga kadar yang normal saja mungkin sudah dapat menunjukkan
hipertiroidisme.
Pemeriksaan fT4I sebagai suatu tes tidak langsung menunjukkan aktifitas tiroid
yang tidak dipengaruhi oleh kehamilan merupakan pilihan yang paling baik. Dari
segi biaya, pemeriksaan ini cukup mahal oleh karena dua pemeriksaan yang harus
dilakukan yaitu kadar fT4 dan T3 resin uptake (ambilan T3 radioaktif). Tetapi dari
segi diagnostik, pemeriksaan inilah yang paling baik pada saat ini.
d) Tes TRH
Tes ini sebenarnya sangat baik khususnya pada penderita hipertiroidisme hamil
!
!
!22
!
e) TSH basal sensitif
Pemeriksaan TSH basal sensitif pada saat ini sudah mulai populer sebagai tes
Grave hamil. Kadar yang tetap tinggi mempunyai 2 arti penting yaitu :
besar penderita akan relaps. Dengan kata lain obat anti tiroid tidak
D. Penatalaksanaan
hamil, maka pengobatan hipertiroidisme dalam kehamilan terletak pada pilihan antara
penggunaan obat-obat anti tiroid dan tindakan pembedahan. Namun obat-obat anti
!
!
!
!
!
!23
!
1. Obat-obat anti tiroid
Obat-obat anti tiroid yang banyak digunakan adalah golongan tionamida yang
kerjanya menghambat sintesis hormon tiroid melalui blokade proses yodinasi molekul
tirosin.
Obat-obat anti tiroid juga bersifat imunosupresif dengan menekan produksi TSAb
Oleh karena obat ini tidak mempengaruhi pelepasan hormon tiroid, maka respons
klinis baru terjadi setelah hormon tiroid yang tersimpan dalam koloid habis terpakai.
Jadi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai keadaan eutiroid tergantung dari jumlah
koloid yang terdapat didalam kelenjar tiroid. Pada umumnya perbaikan klinis sudah
dapat terlihat pada minggu pertama dan keadaan eutiroid baru tercapai setelah 4-6
minggu pengobatan.
Propylthiouracil (PTU) dan metimazol telah banyak digunakan pada wanita hamil
antara lain :
hormon tiroid.
mempunyai ikatan protein yang kuat dan sukar larut dalam air.
Selain itu terdapat bukti bahwa metimazol dapat menimbulkan aplasia cutis pada
bayi. Oleh karena itu, PTU merupakan obat pilihan pada pengobatan hipertiroidisme
dalam kehamilan.
!24
!
Pada awal kehamilan sebelum terbentuknya plasenta, dosis PTU dapat diberikan
seperti pada keadaan tidak hamil, dimulai dari dosis 100 sampai 150 mg setiap 8 jam.
Setelah keadaan terkontrol yang ditunjukkan dengan perbaikan klinis dan penurunan
kadar T4 serum, dosis hendaknya diturunkan sampai 50 mg 4 kali sehari. Bila sudah
tercapai keadaan eutiroid, dosis PTU diberikan 150 mg per hari dan setelah 3 minggu
perjalanan penyakit dan respons pengobatan. Pada trimester kedua dan ketiga, dosis
Dosis PTU dibawah 300 mg per hari diyakini tidak menimbulkan gangguan faal
tiroid neonatus. Bahkan hasil penelitian Cheron menunjukkan bahwa dari 11 neonatus
hanya 1 yang mengalami hipotiroidisme setelah pemberian 400 mg PTU perhari pada
Namun keadaan hipertiroidisme maternal ringan masih dapat ditolerir oleh janin
daripada keadaan hipotiroidisme. Oleh karena itu kadar T4 dan T3 serum hendaknya
Selama trimester ketiga dapat terjadi penurunan kadar TSAb secara spontan,
Bahkan pada kebanyakan pasien dapat terjadi remisi selama trimester ketiga, sehingga
!
!
!25
!
Namun Zakarija dan McKenzie menyatakan bahwa walaupun terjadi penurunan
kadar TSAb selama trimester ketiga, hal ini masih dapat menimbulkan hipertiroidisme
pada janin dan neonatus. Oleh karena itu dianjurkan untuk tetap meneruskan
ibu hamil yang hipertiroidisme tidak mendapat pengobatan atau mendapat pengobatan
pengobatan diatas, dosis PTU dapat dinaikkan sampai 600 mg perhari dan diberikan
Alasan mengapa PTU masih dapat diberikan dengan dosis tinggi ini berdasarkan
hasil penelitian Gardner dan kawan-kawan bahwa kadar PTU didalam serum pada
trimester terakhir masih lebih rendah dibandingkan kadarnya post partum. Namun
dosis diatas 600 mg perhari tidak dianjurkan. Pemberian obat-obat anti tiroid pada
masa menyusui dapat pula mempengaruhi faal kelenjar tiroid neonatus. Metimazol
dapat dengan mudah melewati ASI sedangkan PTU lebih sukar. Oleh karena itu
metimazol tidak dianjurkan pada wanita yang sedang menyusui. Setelah pemberian 40
tiroid neonatus. Sebaliknya hanya 100 ug PTU yang melewati ASI setelah pemberian
dosis 400 mg dan dengan dosis ini tidak menyebabkan gangguan faal tiroid neonatus.
!26
!
Menurut Lamberg dan kawan-kawan, PTU masih dapat diberikan pada masa
menyusui asalkan dosisnya tidak melebihi 150 mg perhari. Selain itu perlu dilakukan
2. Beta bloker
Oleh karena itu propranolol tidak dianjurkan sebagai obat pilihan pertama
cukup banyak peneliti yang melaporkan bahwa pemberian beta bloker pada wanita
hamil cukup aman. Beta bloker dapat mempercepat pengendalian tirotoksikosis bila
biasanya menghasilkan perbaikan klinis dalam 2 sampai 7 hari. Yodida secara cepat
memblokir sekresi hormon tiroid. Namun pengobatan yodida jangka panjang dapat
berakibat buruk karena menyebabkan struma dan hipotiroidisme pada janin. Sebagai
pengganti dapat diberikan larutan Lugol 5 tetes 2 kali sehari, tapi tidak boleh lebih
dari 1 minggu.
3. Tindakan operatif
!
b) Dapat terjadi komplikasi pembedahan berupa paralisis nervus laryngeus,
hipoparatiroidisme dan hipotiroidisme yang sukar diatasi.
c) Tindakan operatif dapat mencetuskan terjadinya krisis tiroid.
Pembedahan hanya dilakukan terhadap mereka yang hipersensitif terhadap obat-obat
anti tiroid atau bila obat-obat tersebut tidak efektif dalam mengontrol keadaan
terlebih dahulu dengan obat-obat anti tiroid untuk menghindari terjadinya krisis tiroid.
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!28
!
BAB IV
Simpulan
!
1. Hipertiroidisme dalam kehamilan lebih sering disebabkan oleh penyakit Grave
yang merupakan penyakit otoimun.
2. Diagnosis hipertiroidisme dalam kehamilan secara klinis sulit ditegakkan, oleh
karena itu perlu dibantu dengan pemeriksaan laboratorium penunjang.
3. Pemeriksaan laboratorium yang paling ideal adalah pemeriksaan fT4I, karena tidak
dipengaruhi oleh proses kehamilan.
4. Prioritas penatalaksanaan hipertiroidisme dalam kehamilan adalah dengan
pemberian obat-obat anti tiroid dan PTU merupakan obat pilihan yang paling
aman.
5. Propranolol dan preparat yodida hanya diberikan sebagai tambahan pada keadaan
hiperdinamik dan hipermetabolik yang berat dan tidak boleh diberikan lebih dari 1
minggu.
6. Tindakan operatif hanya dilakukan pada keadaan-keadaan :
a. Hipersensitif terhadap obat-obat anti tiroid
b. Obat anti tiroid tidak efektif dalam mengendalikan keadaan
hipertiroidismenya
c. Terjadi gangguan mekanik akibat penekanan struma
7. Tindakan operatif sebaiknya ditunda sampai akhir trimester pertama.
8. Terapi dengan yodium radioaktif merupakan kontraindikasi pada wanita hamil
karena dapat menimbulkan hipotiroidisme permanen pada janin.
!
!
!
!
!
!
!29
!
BAB V
Daftar pustaka
2. Cheron RG. Neonatal thyroid function after PTU therapy for maternal Graves’
1989;160:63-70.
4. Burrow GN, Fisher DA, Larsen PR. Maternal and fetal thyroid function. N Engl J
Med 1994;331:1072–8.
404-433.
7. Casey BM, Dashe JS, Wells CE, McIntire DD, Leveno KJ, Cunningham FG.
2006;107:337-41.
8. Glinoer D. Thyroid dysfunction in the pregnant patient. (Chapter 14.) In: Thyroid
!30
!
9. Laurberg P, et.al. Management of Graves’ hyperthyroidism in pregnancy: focus on
both maternal and foetal thyroid function, and caution against surgical
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!31