PENDAHULUAN
2.1 Identitas
Nama : Tn H
Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Pulo Blang Kuta Blang
Suku : Aceh
Agama : Islam
Nomor RM : 1-13-83-02
Masuk RS : 08/08/2017
Tgl Periksa : 10/08/2017
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Nyeri kepala
Keluhan tambahan : Pandangan kabur, sesak nafas
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala
sejak 2 jam SMRS, nyeri kepala dirasakan terus menerus, pasien mengaku
nyeri kepala berat dirasakan dibagian tengkuk dan disertai dengan
pandangan kabur sehingga pasien kesulitan untuk melihat sekitar.
Kemudian pasien juga mengeluhkan sesak nafas, sesak nafas timbul apabila
pasien melakukan aktivitas ringan dan tidak hilang dengan istirahat. Pasien
juga mengaku keluhan sesak disertai dengan rasa nyeri di dada.
Riwayat penyakit dahulu : - Hipertensi sejak 3 tahun tidak terkontrol
- DM disangkal.
Riwayat penyakit keluarga : Ayah dan adik pasien juga menderita
penyakit yang sama
Riwayat kebiasaan : Merokok
2.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 200/100 mmHg
Nadi : 98 kali per menit
Frekuensi pernafasan : 29 kali per menit
Temperatur : 36,9 C
Pemeriksaan fisik
Kulit : dalam batas normal
Mata : konjungtiva pucat (-/-), ikterus (-/-)
T/H/M : dalam batas normal
Leher : pembesaran KGB (-), TVJ : tidak ada peningkatan
Pulmo
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, jejas ( - )
Palpasi : suara fremitus taktil kanan = suara fremitus taktil kiri
Perkusi : Sonor kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikular (+/+), Ronki (- / -), wheezing (- / -)
Cor
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V linea midclavicular sinistra
Perkusi : atas : ICS II linea parasternal sinistra
Kiri : ICS V linea midclavicula sinistra
kanan : ICS IV linea parasternal dextra
Auskultasi : Bunyi jantung 1 > bunyi jantung 2, bising tidak ada
Abdomen
Inspeksi : simetris (+), distensi ( - )
Palpasi : nyeri tekan ( - ), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : peristaltik usus (+)
Ekstremitas
Superior : akral hangat (+), edema (-)
Inferior : akral hangat (+), edema (-)
Motorik
5555𝐼5555
Kekuatan otot :5555𝐼5555
Refleks patologis : - /-
Laboratorium
HEMATOLOGI
Hematokrit 46 45 – 55 %
MCV 79* 27 – 31 Pg
MCHC 34 32 – 36 %
RDW 15,8* 11,5 – 14,5 %
Eosinofil 2 0–6%
Basofil 0 0 – 2%
Limfosit 18* 20 – 40 %
Monosit 6 2–8%
GINJAL – HIPERTENSI
Ureum 40 13 – 43
2.5 Diagnosis
Diagnosa kerja :
Hipertensi Emergensi
CHF NYHA II-III
Hipokalemia
2.6 Tatalaksana
Bedrest
Drip NTG 30 mcg (via siringpam)
Inj. Arixtra 2,5 mg
Diovan 2 x 100mg
Amlodipin 1 x 5mg
Concor 2 x 2,5mg
Alprazolam 1 x 0,5mg
Plavix 1 x 75mg
Aspilet 1 x 80mg
Atorvastatin 1 x 40mg
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.2 Epidemiologi
Dari populasi Hipertensi (HT), ditaksir 70% menderita HT ringan, 20% HT
sedang dan 10% HT berat. Pada setiap jenis HT ini dapat timbul krisis hipertensi
dimana tekanan darah (TD) diastolik sangat meningkat sampai 120 – 130 mmHg
yang merupakan suatu kegawatan medik dan memerlukan pengelolaan yang cepat
dan tepat untuk menyelamatkan jiwa penderita. Angka kejadian krisis HT menurut
laporan dari hasil penelitian dekade lalu di negara maju berkisar 2 – 7% dari
populasi HT, terutama pada usia 40 – 60 tahun dengan pengobatan yang tidak
teratur selama 2 – 10 tahun. Angka ini menjadi lebih rendah lagi dalam 10 tahun
belakangan ini karena kemajuan dalam pengobatan HT, seperti di Amerika hanya
lebih kurang 1% dari 60 juta penduduk yang menderita hipertensi (6,10). Di
Indonesia belum ada laporan tentang angka kejadian ini. 4
Secara global, angka kejadian hipertensi primer yang mengalami progresi
menjadi krisis hipertensi hanya kurang dari 1%. Rendahnya angka yang tampaknya
disebabkan oleh makin terjangkaunya terapi hipertensi sebaiknya tidak membuat
kita puas sebab semua hipertensi memiliki potensi untuk berkembang menjadi
krisis hipertensi. 3
3.3 Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
hipertensi esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder atau hipertensi
renal.
1. Hipertensi esensial
2. Hipertensi sekunder
2) Sistem Renin-Angiotensin
4) Disfungsi Endotelium
5) Substansi vasoaktif
6) Hiperkoagulasi
7) Disfungsi diastolik
Sampai saat ini penyebab hipertensi secara pasti belum dapat diketahui
dengan jelas. Secara umum, faktor risiko terjadinya hipertensi yang
teridentifikasi antara lain : 9
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi tekanan darah.
Sejumlah fakta menyatakan hormon sex mempengaruhi sistem renin angiotensin.
Secara umum tekanan darah pada laki – laki lebih tinggi daripada perempuan. Pada
perempuan risiko hipertensi akan meningkat setelah masa menopause yang
mununjukkan adanya pengaruh hormone.
c. Umur
Beberapa penelitian yang dilakukan, ternyata terbukti bahwa semakin
tinggi umur seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnya. Hal ini
disebabkan elastisitas dinding pembuluh darah semakin menurun dengan
bertambahnya umur. Sebagian besar hipertensi terjadi pada umur lebih dari 65
tahun. Sebelum umur 55 tahun tekanan darah pada laki – laki lebih tinggi
daripada perempuan. Setelah umur 65 tekanan darah pada perempuan lebih
tinggi daripada laki-laki. Dengan demikian, risiko hipertensi bertambah dengan
semakin bertambahnya umur.
b. Obesitas
Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal erat kaitannya dengan
hipertensi. Tingginya peningkatan tekanan darah tergantung pada besarnya
penambahan berat badan. Peningkatan risiko semakin bertambah parahnya
hipertensi terjadi pada penambahan berat badan tingkat sedang. Tetapi tidak semua
obesitas dapat terkena hipertensi. Tergantung pada masing – masing individu.
Peningkatan tekanan darah di atas nilai optimal yaitu > 120 / 80 mmHg akan
meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler.
c. Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalaui saraf simpatis
yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stres
berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap.
Pada binatang percobaan dibuktikan bahwa pajanan terhadap stres menyebabkan
binatang tersebut menjadi hipertensi.
d. Aktivitas Fisik
Orang dengan tekanan darah yang tinggi dan kurang aktifitas, besar
kemungkinan aktifitas fisik efektif menurunkan tekanan darah. Aktifitas fisik
membantu dengan mengontrol berat badan. Olahraga secara teratur dapat
menurunkan tekanan darah pada semua kelompok, baik hipertensi maupun
normotensi
e. Asupan
1. Asupan Natrium
Natrium adalah kation utama dalam cairan extraseluler konsentrasi serum normal
adalah 136 sampai 145 mEg / L, natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan
dalam kompartemen tersebut dan keseimbangan asam basa tubuh serta berperan
dalam transfusi saraf dan kontraksi otot. Perpindahan air diantara cairan
ekstraseluler dan intraseluler ditentukan oleh kekuatan osmotik.
2. Asupan Kalium
Kalium merupakan ion utama dalam cairan intraseluler, cara kerja kalium adalah
kebalikan dari Na. konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan
konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan
dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah.
3) Asupan Magnesium
Magnesium merupakan inhibitor yang kuat terhadap kontraksi vaskuler otot
halus dan diduga berperan sebagai vasodilator dalam regulasi tekanan darah. The
Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of
High Blood Presure (JNC) melaporkan bahwa terdapat hubungan timbal balik
antara magnesium dan tekanan darah.
Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan Penunjang :
Pada penderita hipertensi kronis, penyakit cerebrovaskular dan usia tua, batas
ambang autoregulasi ini akan berubah dan bergeser ke kanan pada kurva,
sehingga pengurangan aliran darah terjadi pada TD yang lebih tinggi.
( gambar 1 dan 2 ). 5
Gbr. I : Auto regulasi Pada orang normotensi. Gbr. II : Auto regulasi pada orang
Aliran darah otak dipertahankan pada hipertensi aliran darah otak pada TH
MAP antara 60 – 120 – 140 mmHg. krinis dipertahankan pada MAP
tinggi yaitu 120 – 160 – 180 mmHg.
Kurva bergeser ke kanan.
Tekanan darah ditentukan oleh 2 faktor utama yaitu : Cardiac output ( C.O )
dan systemic vasculer resistance ( SVR ). Cardiac output ditentukan oleh Stroke
Volume ( SV ) dan Hearth Rate ( HR ). Resistensi perifer terjadi akibat peripheral
vascular resistensi ( PVRB) dan renal vascular resistence ( RVR ). 6
TD = CO >< SVR
SV HR PVR RVR
Status volume cairan
1. Rawat di ICU, pasang femoral intraarterial line dan pulmonari arterial catether
(bila ada indikasi ). Untuk menentukan fungsi kordiopulmonair dan status volume
intravaskuler.
2. Anamnese singkat dan pemeriksaan fisik.
a. tentukan penyebab krisis hipertensi
b. singkirkan penyakit lain yang menyerupai krisis HT
c. tentukan adanya kerusakan organ sasaran
3. Tentukan TD yang diinginkan didasari dari lamanya tingginya TD
sebelumnya, cepatnya kenaikan dan keparahan hipertensi, masalah klinis yang
menyertai dan usia pasien.
a. penurunan TD diastolik tidak kurang dari 100 mmHg, TD
sistolik tidak kurang dari 160 mmHg, ataupun MAP tidak kurang
dari 120 mmHg selama 48 jam pertama, kecuali pada krisis
hipertensi tertentu ( misal : disecting aortic aneurysm ).
Penurunan TD tidak lebih dari 25% dari MAP ataupun TD yang
didapat.
b. Penurunan TD secara akut ke TD normal / subnormal pada awal
pengobatan dapat menyebabkan berkurangnya perfusike ke otak,
jantung dan ginjal dan hal ini harus dihindari pada beberapa hari
permulaan, kecuali pada keadaan tertentu, misal : dissecting
anneurysma aorta.
c. TD secara bertahap diusahakan mencapai normal dalam satu atau
dua minggu.
Pemakaian Obat-obatan Untuk Krisis Hipertensi
Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis
hipertensi tergantung dari apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau urgensi.
Jika hipertensi emergensi dan disertai dengan kerusakan organ sasaran maka
penderita dirawat diruangan intensive care unit, ( ICU ) dan diberi salah satu dari
obat anti hipertensi intravena ( IV ). 7,9,10
Juga tersedia dalam bentuk oral dengan onset of action 2 jam, duration of action
10 jam dan efek samping hipotensi, respons unpredictable dan komplikasi lebih
sering dijumpai.
Onset of action 5 –10 menit dan mencapai maksimal setelah 1 jam atau beberapa
jam.
Efek samping : rasa ngantuk, sedasi, hoyong, mulut kering, rasa sakit pada parotis.
Bila dihentikan secara tiba-tiba dapat menimbulkan sindroma putus obat.
Walaupun akhir-akhir ini ada kecenderungan untuk memberikan obat-obat
oral yang cara pemberiannya lebih mudah tetapi pemberian obat parenteral adalah lebih
aman. Dengan Sodium nitrotprusside, Nitroglycirine, Trimethaphan TD dapat
diturunkan baik secara perlahan maupun cepat sesuai keinginan dengan cara menatur
tetesan infus. Bila terjadi penurunan TD berlebihan, infus distop dan TD dapat naik
kembali dalam beberapa menit. Demikian juga pemberian labetalol ataupun Diazoxide
secara bolus intermitten intravena dapat menyebabkan TD turun bertahap. Bila TD yang
diinginkan telah dicapai, injeksi dapat di stop, dan TD naik kembali. Perlu diingat bila
digunakan obat parenteral yang long acting ataupun obat oral, penurunan TD yang
berlebihan sulit untuk dinaikkan kembali. 10
Kerugian obat ini adalah efek samping yang sering timbul seperti mulut kering,
mengantuk dan depresi. Pada hipertensi dengan tand iskemi cerebral ataupun stroke,
obat ini akan memperberat gejala. 10
sedang dengan clonidine yang diselidiki menurun, walaupun tidak mencapai tahap
bermakna secara statistik. 5
Captopril 25mg atau Nifedipine 10mg digerus dan diberikan secara sublingual
kepada pasien. TD dan tanda Vital dicatat tiap lima menit sampai 60 menit dan juga
dicatat tanda-tanda efek samping yang timbul. Pasien digolongkan nonrespons bila
penurunan TD diastolik <10 mmHg setelah 20 menit pemberian obat. Respons bila TD
diastolik mencapai <120 mmHg atau MAP <150 mmHg dan adanya perbaikan
simptom dan sign dari gangguan organ sasaran yang dinilai secara klinis setelah 60
menit pemberian obat. Inkomplit respons bila setelah 60 menit pemberian obat.
Inkomplit respons bila setelah 60 menit TD masih >120 mmHg atau MAP masih >150
mmHg, tetapi jelas terjadi perbaikan dari simptom dan sign dari organ sasaran. 5
3.8 Prognosis
1. Elsanti S. 2009. Panduan Hidup Sehat Bebas Kolestrol, Stroke, Hipertensi &
Serangan Jantung. Yogyakarta : Araska
2. Riwidikdo H. 2010. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Offset
3. Rohaendi. 2008. Treatment Of High Blood Pressure. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama
4. Notoadmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Asdi
Mahasatya
5. Sustrani L. 2006. Hipertensi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
6. Syaifuddin. 2011. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : EGC
7. Guliz. 2008. The Effect Body Mass Index On Blood Pressure Response
During Exercise Treadmill Test. Journal Of Physical Activity. Turkey
8. Gibson J. 2001. Anatomi dan Fisiologi Modern Untuk Perawat. Jakarta :
EGC
9. Sugiharto A. 2007. Faktor-faktor Resiko Hipertensi Grade II Pada
Masyarakat. Tesis Semarang : Universitas Diponegoro
10. Kuswardhani T. 2007. Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lanjut Usia. Jurnal
Denpasar : Unud