Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH KEDOKTERAN KELUARGA

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani


Kepaniteraan Klinik Senior Pada Bagian Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

Disusun Oleh :

Cut Yenni Nurlisa (1607101030013)


Suci Fitri Yanti (1607101030019)
Weny Noralita (1607101030020)

Pembimbing:
dr. Amanda Yufika, M.Sc.

SMF/ BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2018
SEJARAH PERKEMBANGAN KEDOKTERAN KELUARGA

Perkembangan spesialisasi dan atau subspesialisasi kedokteran berjalan sangat


pesat. Hingga saat ini jumlah spesialisasi dan subspesialisasi bidang kedokteran tidak
kurang dari 57 macam. Perkembangan spesialisasi dan atau subspesialisasi seperti ini,
disamping mendatangkan banyak manfaat yakni makin meningkatnya mutu pelayanan
kesehatan, yang antara lain ditandai oleh turunnya angka kesakitan, angka cacat dan
angka kematian, ternyata juga mendatangkan banyak masalah. Salah satu dari masalah
yang dimaksud dan dipandang cukup penting adalah makin berkurangnya minat dokter
menyelenggarakan pelayanan dokter umum. Sesungguhnya, dengan makin
berkembangnya spesialisasi dan atau subspesialisasi tersebut, secara bertahap minat
dokter menyelenggarakan pelayanan dokter umum makin berkurang. Oleh Millis
(1966) penyebab makin berkurangnya minat dokter menyelenggarakan pelayanan
dokter umum ini, disimpulkan sebagai berikut:1
1. Karena makin menurunnya harga diri seorang dokter umum dibandingkan
dengan dokter spesialis.
2. Karena kesempatan memperdalam pengetahuan dan keterampilan sebagai
dokter umum dibandingkan dengan dokter spesialis makin kurang.
3. Karena makin buruknya kondisi kerja dokter umum dibandingkan dengan
dokter spesialis.

Demikianlah akibat makin berkurangnya jumlah dokter yang


menyelenggarakan pelayanan dokter umum. Sementara iru jumlah dokter yang
menyelenggarakan pelayanan dokter spesialis makin bertambah, menyebabkan
timbulnya berbagai masalah lainnya. Berbagai masalah yang dimaksud, jika diperinci
menurut subsistem kesehatan secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut :1
1. Subsistem Pelayanan Kesehatan
Masalah yang paling menonjol yang ditemukan pada Subsistem Pelayanan
Kesehatan ialah pelayanan kesehatan tersebut menjadi terkotak-kotak
(fragmented heatlh Services), amat tergantung pada berbagai peralatan
kedokteran canggih serta cenderung mengorganisasi pelayanan kesehatan yang
lebih majemuk. Keadaan yang seperti ini tentu merugikan masyarakat, karena
mesyarakat akan sulit mendapatkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh
(comprehensive health services). Pasien akhirnya bagaikan berbelanja ke
banyak toko. Berpindah dari satu tempat ke tempat lain, tanpa tahu kegunaan
dan manfaatnya. Lebih lanjut lagi karena pelayanan yang terkotak-kotak ini,
maka hubungan dokter pasien menjadi renggang. Sering ditemukan perhatian
dokter hanya pada keluhan yang disampaikan saja, bukan terhadap diri
penderita secara keseluruhan.1
2. Subsistem Pembiayaan Kesehatan
Masalah yang paling menonjol yang ditemukan pada Subsistem Pembiayaan
Kesehatan ialah biaya kesehatan menjadi sangat meningkat. Peningkatan biaya
kesehatan tersebut bukan saja karena telah dipergunakannya berbagai peralatan
canggih, tetapi juga karena pelayanan kesehatan tersebut telah terkotak-kotak.
Akibatnya pemeriksaan kedokteran yang sama sering dilakukan berulang-
ulang, yang tentu saja akan memberatkan pasien. Selain itu, untuk para dokter
yang tetap menyelenggarakan pelayanan dokter umum, ditemukan pula
masalah lainnya. Masalah tersebut ialah mutu pelayanan yang diselenggarakan
ternyata tidak memuaskan. Penyebabnya adalah karena para dokter umum
tersebut tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan klinis serta tidak
mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran.1

Adanya keadaan yang seperti ini tentunya tidak menguntungkan semua pihak.
Jalan keluar yang diajukan, secara umum dapat dibedakan atas 4 macam:1
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dokter umum sehingga dapat
mengejar berbagai ketinggalan yang dimilikinya.
2. Menggantikan dokter umum dengan dokter keluarga yang terdidik secara
khusus.
3. Melatih semua dokter (termasuk spesialis) dalam filosofi dan teknik pelayanan
kesehatan yang menyeluruh.
4. Menciptakan keadaan lingkungan yang dapat memacu terselenggaranya
pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu.

Jalan keluar yang pertama, di Amerika Serikat dimotori oleh The American
Academy of General Practice yang didirikan pada tahun 1947. Organisasi ini aktif
menyelenggarakan berbagai program pendidikan tambahan untuk dokter umum. Hasil
yang diperoleh cukup menggembirakan karena secara bertahap berbagi ketinggalan
dokter umum dapat diatasi. Pada tahun 1959, The American Medical Association
menyusun suatu rancangan pendidikan khusus yang bersifat formal. Sejak tahun 1969,
di Amerika Serikat dokter keluarga dipandang sebagai salah satu dokter spesialis.1,2
Demikianlah, sesuai dengan latar belakang tersebut dan juga berbagai peristiwa
khusus yang terjadi di masing-masing negara, akhirnya gerakan dokter keluarga
tersebut mulai bermunculan. Ringkasan sejarah perkembangan yang dimaksud untuk
beberapa negara, secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut:1,2
1. Inggris
Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Inggris telah
dimulai sejak tahun 1844, tetapi pada waktu itu banyak mendapat tantangan. Barulah
kemudian pada tahun 1952, praktik dokter keluarga ini mendapat pengakuan yakni
dengan berhasil didirikannya Royal College of General Practice.1
2. Australia
Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Australia telah
dimulai sejak tahun 1958, yakni dengan didirikannya the College of General Practice
yang pada waktu itu aktif menyelenggarakan program pendidikan kedokteran
berkelanjutan berikut ujiannya yang telah dimulai sejak tahun 1960. Kegiatan ini secara
resmi diakui pada tahun 1973, yakni dengan mulai diselenggarakannya Family
program oleh pemerintah federal.1
3. Filipina
Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Filipina telah
dimulai sejak tahun 1960 tetapi secara melembaga baru dikenal sejak tahun 1972, yakni
dengan didirikannya The Philipine Academy of Family Physicians. Organisasi ini aktif
menyelenggarakan pendidikan dokter keluarga.1
4. Singapura
Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Singapura telah
dimulai sejak 1971, dan sejak tahun 1972 aktif menyelenggarakan program
pendidikan.1
5. Indonesia
Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Indonesia telah
dimulai sejak 1981, yakni dengan didirikannya Kelompok Studi Dokter Keluarga. Pada
tahun 1990, melalui kongresnya yang kedua di Bogor, nama organisasi diubah menjadi
Kolese Dokter Keluarga Indonesia. Namun pelayanan kedokteran keluarga di
Indonesia belum secara resmi mendapat penagkuan, baik dari profesi kedokteran dan
ataupun dari pemerintah. Untuk lebih meningkatkan program kerja, terutama pada
tingkat internasional, maka didirikanlah organisasi internasional dokter keluarga pada
tahun 1972, yang dikenal dengan nama World Organization of National College,
Academic and Academic Association of General Practitioners/Family Physician
(WONCA). Indonesia adalah anggota WONCA yang diwakili oleh Kolese Dokter
Keluarga Indonesia.1 Pada Januari 1995 Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan
Organisasi Dokter Keluarga Dunia (WONCA) telah merumuskan sebuah visi global
dan rencana tindakan (action plan) untuk meningkatkan kesehatan individu dan
masyarakat yang tertuang dalam tulisan “Making Medical Practice and Education
More Relevant to People’s Needs: The Role of Family Doctor”. Ilmu Kedokteran
Keluarga kemudian masuk dalam Kurikulum Inti Pendidikan Dokter di Indonesia
(KIPDI II) pada tahun 1993, yang merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran
Komunitas/Ilmu Kesehatan Masyarakat.2

DAFTAR PUSTAKA
1. Azwar, A. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Jakarta : Yayasan Penerbit Ikatan
Dokter Indonesia. 1999
2. Gooh Lee Gan, et. all, a Primer on Family Medicine Practice, Singapore
International Foundation, 2004

Anda mungkin juga menyukai