MM Kedokteran keluarga
1.1. Definisi
Menurut IDI tahun 1982 dokter keluarga adalah dokter yang dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat
kepada keluarga, tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit
tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif, tetapi
bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya.
1.2. Sejarah
Adanya keadaan yang seperti ini tentunya tidak menguntungkan semua pihak.
Jalan keluar yang diajukan, secara umum dapat dibedakan atas 4 macam:
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dokter umum sehingga dapat
mengejar berbagai ketinggalan yang dimilikinya.
Menggantikan dokter umum dengan dokter keluarga yang terdidik secara
khusus.
Melatih semua dokter (termasuk spesialis) dalam filosofi dan teknik
pelayanan Kesehatan yang menyeluruh.
Menciptakan keadaan lingkungan yang dapat memacu terselenggaranya
pelayanan Kesehatan yang menyeluruh dan terpadu. Jalan keluar yang
pertama, di Amerika Serikat dimotori oleh The American Academy of
General Practice yang didirikan pada tahun 1947. Organisasi ini aktif
menyelenggarakan berbagai program pendidikan tambahan untuk dokter
umum. Hasil yang diperoleh cukup menggembirakan karena secara
bertahap berbagi ketinggalan dokter umum dapat diatasi.
Pada tahun 1959, The American Medical Association menyusun suatu
rancangan pendidikan khusus yang bersifat formal. Sejak tahun 1969, di Amerika
Serikat dokter keluarga dipandang sebagai salah satu dokter spesialis. Demikianlah,
sesuai dengan latar belakang tersebut dan juga berbagai peristiwa khusus yang terjadi
di masing-masing negara, akhirnya gerakan dokter keluarga tersebut mulai
bermunculan. Ringkasan sejarah perkembangan yang dimaksud untuk beberapa
negara, secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut:
o Inggris
Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Inggris telah
dimulai sejak tahun 1844, tetapi pada waktu itu banyak mendapat tantangan.
Barulah kemudian pada tahun 1952, praktik dokter keluarga ini mendapat
pengakuan yakni dengan berhasil didirikannya Royal College of General Practice.
o Australia
Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Australia telah
dimulai sejak tahun 1958, yakni dengan didirikannya the College of General
Practice yang pada waktu itu aktif menyelenggarakan program pendidikan
kedokteran berkelanjutan berikut ujiannya yang telah dimulai sejak tahun 1960.
Kegiatan ini secara resmi diakui pada tahun 1973, yakni dengan mulai
diselenggarakannya Family program oleh pemerintah federal.
o Filipina
Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Filipina telah
dimulai sejak tahun 1960 tetapi secara melembaga baru dikenal sejak tahun 1972,
yakni dengan didirikannya The Philipine Academy of Family Physicians.
Organisasi ini aktif menyelenggarakan Pendidikan dokter keluarga.
o Singapura
Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Singapura telah
dimulai sejak 1971, dan sejak tahun 1972 aktif menyelenggarakan program
pendidikan.
o Indonesia
Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Indonesia telah
dimulai sejak 1981, yakni dengan didirikannya Kelompok Studi Dokter Keluarga.
Pada tahun 1990, melalui kongresnya yang kedua di Bogor, nama organisasi
diubah menjadi Kolese Dokter Keluarga Indonesia. Namun pelayanan kedokteran
keluarga di Indonesia belum secara resmi mendapat penagkuan, baik dari profesi
kedokteran dan ataupun dari pemerintah. Untuk lebih meningkatkan program
kerja, terutama pada tingkat internasional, maka didirikanlah organisasi
internasional dokter keluarga pada tahun 1972, yang dikenal dengan nama World
Organization of National College, Academic and Academic Association of
General Practitioners/Family Physician (WONCA). Indonesia adalah anggota
WONCA yang diwakili oleh Kolese Dokter Keluarga Indonesia.
1.3. Batasan
1.5. Kriteria
1. Mencakup semua masalah kesehatan. Terlepas dari umur, jenis kelamin atau
karakteristik lain dari orang yang bersangkutan
2. Penggunaan sumber daya kesehatan efisien (pelayanan koordinatif, bekerja sama
dengan profesional lainnya dalam layanan primer, komunikasi dengan spesialis,
memberikan advokasi kepada pasien)
3. Melakukan pendekatan person–centred dan berorientasi kepada individu dan
keluarganya, dan komunitasnya
4. Konsultasi dengan konsep hubungan dari waktu ke waktu, melalui komunikasi
efektif antara dokter-pasien
5. Menyediakan pelayanan berkesinambungan yg sesuai kebutuhan pasien
6. Pengambilan keputusan berdasarkan prevalensi dan insidensi penyakit dalam
komunitas
7. Mengelola penyakit secara simultan, baik akut maupun kronis
8. Mengelola penyakit yang memberikan gejala undifferentiated pada tahap awal
perkembangannya, yang membutuhkan intervensi secepatnya
9. Promosi kesehatan dan kesejahteraan dengan intervensi yang tepat dan efektif
10. Memiliki tanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat
11. Siap dengan masalah kesehatan pasien dalam dimensi fisik, psikologis, sosial,
kultural dan eksistensial
12. Yang melayani penderita tidak hanya sebagai orang perorang melainkan sebagai
anggota satu keluarga dan bahkan sebagai anggota masyarakat sekitarnya.
13. Yang memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan memberikan
perhatian kepada penderita secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi jumlah
keseluruhan keluhan yang disampaikan.
14. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat Kesehatan
seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit dan mengenal serta mengobati
penyakit sedini mungkin.
15. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan berusaha
memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan pertanyaan yang perlu ditanyakan dalam
pelayanan menyeluruh :
Apakah tertulis dalam rekam medis pasien daftar masalah dan daftar
pengobatan yang sedang dilakukan?
Apakah rekam medis pasien cukup informative untuk digunakan?
Apakah dokter tahu kemampuan pasiennya dalam pembayaran obat
ataupun pemeriksaan yang dianjurkan?
Waspadai apakah pasien dalam keadaan depresi atau keluhannya hanya
psikosomatik saja?
4. Pelayanan berkesinambungan (continuous care)
Pelayanan dokter keluarga berpusat pasa orangnya (patient-centered) bukan pada
penyakitnya (diseases-centered). Prinsip ini melandasi hubungan jangka Panjang
antara dokter keluarga dengan pasiennya dalam layanan kesehatan yang
berkesinambungan di tiap tahapan kehidupan pasien. Dokter keluarga juga
mendampingi pasien pada saat dilakukan konsultasi atau rujukan demi
kepentingan pasien.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan pertanyaan yang perlu ditanyakan dalam
pelayanan bersinambung :
Apakah sebagai dokter keluarga kita telah mengetahui Riwayat pasien
tersebut sebelum membuat kita keputusan?
Apakah kita sudah menjelaskan kepada pasien betapa pemtingnya tindak
lanjut (follow up) dalam perawatan penyakitnya?
Apakah kita sudah membuat kesepakatan dengan pasien untuk rencana
jangka Panjang penyakitnya?
Apakah pasien percaya kepada dokternya?
5. Mengutamakan pencegahan (prevention first)
Upaya pencegahan dilakukan oleh dokter keluarga sedini mungkin sehingga dapat
mempertahankan sehat dan yang sakit dicegah agar tidak menjadi lebih parah dan
segera menjadi produktif. Prinsip ini diantara lain dilaksanakan melalui penilaian
faktor resiko, program imunisasi, konseling dan monitoring kesehatan pasien.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan pertanyaan yang perlu ditanyakan :
Apakah faktor-faktor resiko tersebut tertulis dalam rekam medis pasien?
Apakah faktor-faktor tersebut didiskusikan dengan pasien dan membuat
kesepakatan untuk mengurangi faktor resiko tersebut?
Apakah kita sudah melakukan antisipasi terhadap masalah-masalah yang
secara normal memang terjadi pada pasangan yang baru menikah dan baru
memiliki anak
6. Koordinasi (coordination of care)
Dalam upaya mengatasi masalah pasiennya dokter keluarga perlu berkonsultasi
dengan disiplin lain, merujuk ke spesialis atau rumah sakit, dan memberikan
informasi yang jelas sebagai coordinator yang mengurusi segala hal yangberkaitan
dengan Kesehatan pasien.
Contoh ; melatih anggota keluarga untuk mengukur dan memantau suhu tubuh
pasien atau bahkan tekanan darah dan kadar gula darahnya. Hasil itu selanjutnya
dilaporkan secara berkala kepada dokter yang bersangkutan.
2.2 Kompetensi
2.3 Standar
2.5 Tugas
1. Pelayanan primer paripurna dan bermutu, guna penapisan untuk pelayanan spesialistik
yang diperlukan
2. Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat
3. Pelayanan kedokteran secara aktif pada saat sehat dan sakit
4. Pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya
5. Membina keluarga pasien dalam upaya peningkatan taraf kesehatan, pencegahan
penyakit, pengobatan dan rehabilitasi
6. Menangani penyakit akut dan kronik
7. tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke RS, dan tetap bertanggung-jawab
atas pasien yang dirujuk, termasuk memantau pasien yang telah dirujuk atau
dikonsultasikan
8. Membina dan mengikutsertakan keluarga dalam upaya penanganan penyakit
9. Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya
10. Mengkoordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien
11. Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar
12. Melakukan penelitian untuk mengembangkan ilmu kedokteran secara umum dan ilmu
kedokteran keluarga secara khusus
2.6 Tujuan
Tujuan pelayanan dokter keluarga mencakup bidang yang amat lua sekali, jika
disederhanakan secara umum dapat terbagi menjadi 2 macam, yaitu :
a. Tujuan umum
Tujuan umum pelayanan dokter keluarga adalah sama dengan tujuan
pelayanan kedokteran atau pelayanan Kesehatan pada umumnya, yakni
terwujudnya keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga.
b. Tujuan Khusus
Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran
yang lebih efektif
Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya,
pelayanan dokter keluarga memang lebih efektif karena dalam
menangani suatu masalah Kesehatan, perhatian tidak hanya
ditujukan pada keluhan yang disampaikan saja, tetapi pada pasien
sebagai manusia seutuhnya dan bahkan sebagai bagian dari
anggota keluarga dengan lingkungannya masing-masing. Dengan
diperhatikannya berbagai faktor yang seperti ini, maka pengolahan
suatu masalah Kesehatan akan dapat dilakukan secara sempurna
dan karena itu penyelesaian suatu masalah Kesehatan akan dapat
pula diaharapkan lebih memuaskan.