M Rachmat Sulthony
REFERENSI:
1. Azwar, Azrul. 1995. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. IDI : Jakarta
2. Azwar, Azrul ; Gan, Goh Lee ; Wonodirekso, Sugito. 2004. A Primer On Family
Medicine Practice. Singapore International Foundation : Singapore
3. Danakusuma, Muhyidin. 1996. Pengantar Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran
Komunitas. IDI : Jakarta
4. Danasari. 2008. Standar Kompetensi Dokter Keluarga. PDKI : Jakarta
5. Qomariah. 2000. Sekilas Kedokteran Keluarga. FK-Yarsi : Jakarta
M RACHMAT SULTHONY
(tony.rachmat@gmail.com)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Sejak 1978 ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memulai programnya Health for
All in 2000, pelayanan kesehatan primer menjadi salah satu hal yang utama dalam
pengembangan perencanaan pemerintah. Program tersebut menitikberatkan pelayanan
kesehatan yang komprehensif.
Pada Januari 1995 Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan Organisasi Dokter
Keluarga Dunia yaitu World Organization of National Colleges, Academies and Academic
Associatons of General Practitioner or Family Physician (WONCA) telah merumuskan
sebuah visi global dan rencana tindakan (action plan) untuk meningkatkan kesehatan individu
dan masyarakat yang tertuang dalam tulisan Making Medical Practice and Education More
Relevant to Peoples Needs: The Role of Family Doctor.
Dalam acara pembukaan Temu Ilmiah Akbar Kursus Penyegar dan Penambah Ilmu
Kedokteran (TIA-KPPIK) 2002 di Jakarta, Menteri Kesehatan, Achmad Sujudi, menyatakan
bahwa visi dan misi kurikulum pendidikan dokter di Indonesia sepatutnya diarahkan untuk
menghasilkan dokter keluarga, tidak lagi dokter komunitas atau dokter Puskesmas seperti
sekarang. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
916/Menkes/Per/VIII/1997 tentang Pelayanan Dokter Umum yang diarahkan menjadi
pelayanan dokter keluarga.
Ilmu Kedokteran Keluarga kemudian masuk dalam Kurikulum Inti Pendidikan Dokter di
Indonesia (KIPDI II) pada tahun 1993, yang merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran
Komunitas/Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Definisi dokter keluarga (DK) atau dokter praktek umum (DPU) yang dicanangkan oleh
WONCA pada tahun 1991 adalah dokter yang mengutamakan penyediaan pelayanan
komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan kedokteran dan mengatur pelayanan
oleh provider lain bila diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis yang menerima semua
orang yang membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya pembatasan usia, jenis
kelamin ataupun jenis penyakit. Dokter yang mengasuh individu sebagai bagian dari keluarga
dan dalam lingkup komunitas dari individu tersebut tanpa membedakan ras, budaya dan
tingkatan sosial. Secara klinis dokter ini berkompeten untuk menyediakan pelayanan dengan
sangat mempertimbangkan dan memperhatikan latar budaya, sosial ekonomi dan psikologis
pasien. Sebagai tambahan, dokter ini bertanggung jawab atas berlangsungnya pelayanan yang
komprehensif dan berkesinambungan bagi pasiennya (Danakusuma, 1996).
Dokter keluarga ini memiliki fungsi sebagai five stars doctor dan memiliki organisasi
yang telah dibentuk yaitu PDKI dan KIKKI yang telah diketahui oleh IDI.
I.2. TUJUAN
Tujuan umum
Mengetahui tentang kedokteran keluarga beserta sistemnya.
Tujuan khusus
a. Mengetahui tentang pengertian dari kedokteran keluarga
b. Mengetahui sejarah daripada organisasi yang telah terbentuk
c. Mengetahui perbedaan antara dokter keluarga dan dokter praktek umum
I.3. MANFAAT
Menambah wawasan dan keilmuan untuk penulis serta membantu pembaca khususnya
teman-teman mahasiswa lainnya untuk memahami tentang kedokteran keluarga.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. PENGERTIAN
Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kedokteran dan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau sudah sangat didambakan. Sehingga merupakan tugas profesi untuk
mewujudkannya seoptimal mungkin agar masyarakat tetap dan semakin percaya pada sistem
pelayanan kesehatan di Indonesia.
Definisi dokter keluarga atau dokter praktek umum yang dicanangkan oleh WONCA
pada tahun 1991 adalah dokter yang mengutamakan penyediaan pelayanan komprehensif
bagi semua orang yang mencari pelayanan kedokteran dan mengatur pelayanan oleh provider
lain bila diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis yang menerima semua orang yang
membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya pembatasan usia, jenis kelamin ataupun
jenis penyakit. Dokter yang mengasuh individu sebagai bagian dari keluarga dan dalam
lingkup komunitas dari individu tersebut tanpa membedakan ras, budaya dan tingkatan sosial.
Secara klinis dokter ini berkompeten untuk menyediakan pelayanan dengan sangat
mempertimbangkan dan memperhatikan latar budaya, sosial ekonomi dan psikologis pasien.
Sebagai tambahan, dokter ini bertanggung jawab atas berlangsungnya pelayanan yang
komprehensif dan berkesinambungan bagi pasiennya.
Definisi kedokteran keluarga (IKK FK-UI 1996) adalah disiplin ilmu kedokteran yang
mempelajari dinamika kehidupan keluarga, pengaruh penyakit terhadap fungsi keluarga,
pengaruh fungsi keluarga terhadap timbul dan berkembangnya penyakit, cara pendekatan
kesehatan untuk mengembalikan fungsi tubuh sekaligus fungsi keluarga agar dalam keadaan
normal. Setiap dokter yang mengabdikan dirinya dalam bidang profesi dokter maupun
kesehatan yang memiliki pengetahuan, keterampilan melalui pendidikan khusus di bidang
kedokteran keluarga yang mempunyai wewenang untuk menjalankan praktek dokter
keluarga.
Definisi kedokteran keluarga (PB IDI 1983) adalah ilmu kedokteran yang mencakup
seluruh spektrum ilmu kedokteran yang orientasinya untuk memberikan pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada kesatuan individu, keluarga,
masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama dikenal sebagai primary health care, yang mencangkup
tujuh pelayanan (Muhyidin, 1996) :
1. Promosi kesehatan
2. KIA
3. KB
4. Gizi
5. Kesehatan lingkungan
6. Pengendalian penyakit menular
7. Pengobatan dasar
5. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanan, maka segala keterangan tentang
keluarga tersebut, baik keterangan kesehatan dan ataupun keterangan keadaan sosial dapat
dimanfaatkan dalam menangani masalah kesehatan yang sedang dihadapi.
6. Akan dapat diperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit,
termasuk faktor sosial dan psikologis.
7. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan tata cara yang lebih
sederhana dan tidak begitu mahal dan karena itu akan meringankan biaya kesehatan.
8. Akan dapat dicegah pemakaian berbagai peralatan kedokteran canggih yang
memberatkan biaya kesehatan.
d. Manager
Yang dapat berkerja secara harmonis dengan individu dan organisasi di dalam maupun di
luar sistem kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan pasien dan komunitasnya
berdasarkan data kesehatan yang ada. Menjadi dokter yang cakap memimpin klinik,
sehat, sejahtera, dan bijaksana.
merupakan organisasi profesi dokter penyelenggara pelayanan kesehatan tingkat primer yang
utama.
Ciri dokter layanan primer adalah (Danasari, 2008) :
1. Menjadi kontak pertama dengan pasien dan memberi pembinaan berkelanjutan
(continuing care)
2. Membuat diagnosis medis dan penangannnya
3. Membuat diagnosis psikologis dan penangannya
4. Memberi dukungan personal bagi setiap pasien dengan berbagai latar belakang dan
berbagai stadium penyakit
5. Mengkomunikasikan informasi tentang pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
6. Melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit kronik dan kecacatan melalui
penilaian risiko, pendidikan kesehatan, deteksi dini penyakit, terapi preventif, dan
perubahan perilaku.
Setiap dokter yang menyelenggarakan pelayanan seperti di atas dapat menjadi anggota PDKI.
Anggota PDKI adalah semua dokter penyelenggara pelayanan kesehatan tingkat primer baik
yang baru lulus maupun yang telah lama berpraktik sebagai Dokter Praktik Umum.
Dokter penyelenggara tingkat primer, yaitu :
1. Dokter praktik umum yang praktik pribadi
2. Dokter keluarga yang praktik pribadi
3. Dokter layanan primer lainnya seperti :
a) Dokter praktik umum yang bersama
b) Dokter perusahaan
c) Dokter bandara
d) Dokter pelabuhan
e) Dokter kampus
f) Dokter pesantren
g) Dokter haji
h) Dokter puskesmas
i) Dokter yang bekerja di unit gawat darurat
j) Dokter yang bekerja di poliklinik umum RS
k) Dokter praktik umum yang bekerja di bagian pelayanan khusus
Sejarah PDKI
PDKI pada awalnya merupakan sebuah kelompok studi yang bernama Kelompok Studi
Dokter Keluarga (KSDK, 1983), sebuah organisasi dokter seminat di bawah IDI. Anggotanya
beragam, terdiri atas dokter praktik umum dan dokter spesialis. Pada tahun 1986, menjadi
anggota organisasi dokter keluarga sedunia (WONCA). Pada tahun 1990, setelah Kongres
Nasional di Bogor, yang bersamaan dengan Kongres Dokter Keluarga Asia-Pasifik di Bali,
namanya diubah menjadi Kolese Dokter Keluarga Indonesia (KDKI), namun tetap sebagai
8
organisasi dokter seminat. Pada tahun 2003, dalam Kongres Nasional di Surabaya,
ditasbihkan sebagai perhimpunan profesi, yang anggotanya terdiri atas dokter praktik umum,
dengan nama Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI), namun saat itu belum
mempunyai kolegium yang berfungsi.
Dalam Kongres Nasional di Makassar 2006 didirikan Kolegium Ilmu Kedokteran Keluarga
(KIKK) dan telah dilaporkan ke Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Masyarakat Kestabilan
dan Kendali Indonesia (MKKI).
Continuing Professional Development (CPD) yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter
Keluarga Indonesia (PDKI) adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
Angota KIKK terdiri atas anggota PDKI yang dinilai mempunyai tingkat integritas dan
kepakaran yang tinggi untuk menilai kompetensi keprofesian anggotanya. Atas anjuran dan
himbauan IDI sebaiknya KIKK digabung dengan KDI karena keduanya menerbitan sertifikat
kompetensi untuk Dokter Pelayanan Primer (DPP). Setelah melalui diskusi yang
berkepanjangan akhirnya bergabung dengan nama Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga
(KDDKI) yang untuk sementara melanjutkan tugas masing-masing, unsur KDI memberikan
sertifikat kepada dokter yang baru lulus sedangkan unsur KIKK memberikan sertifikat
kompetensi (resertifikasi) kepada DPP yang akan mendaftar kembali ke KKI (Qomariah,
2000).
II.6. PERBEDAAN DOKTER PRAKTEK UMUM DAN DOKTER KELUARGA
Tabel ini menjelaskan tentang perbedaan antara dokter praktek umum dengan dokter keluarga
(Qomariah, 2000) :
Cakupan Pelayanan
DOKTER PRAKTEK
UMUM
Terbatas
Sifat Pelayanan
Sesuai Keluhan
Cara Pelayanan
Jenis Pelayanan
Peran keluarga
Kurang dipertimbangkan
Hubungan dokter-pasien
Dokter pasien
Awal pelayanan
Secara individual
10
DOKTER KELUARGA
Lebih Luas
Menyeluruh, Paripurna,
bukan sekedar yang
dikeluhkan
Kasus per kasus dengan
berkesinambungan
sepanjang hayat
Lebih kearah pencegahan,
tanpa mengabaikan
pengobatan dan rehabilitasi
Lebih diperhatikan dan
dilibatkan
Jadi perhatian utama
Dokter pasien teman
sejawat dan konsultan
Secara individual sebagai
bagian dari keluarga
komunitas dan lingkungan
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
III.1. KESIMPULAN
Dokter keluarga merupakan profesi dokter yang dapat mencegah terjadinya pembengkakkan
biaya dengan cara memperhatikan riwayat daripada suatu keluarga. Dengan tindakan seperti
itulah dokter keluarga dapat mencegah penyakit yang akan timbul. Dan ini pula yang dilewati
oleh dokter praktek umum.
Dokter keluarga juga dapat berperan sebagaimana layaknya dokter praktek umum, yaitu
sama-sama sebagai five stars doctor dimana mereka menjadi communicator, care provider,
decision maker, community leader dan manager. Selain itu juga, dokter keluarga tergabung
dalam organisasi Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI) dan Kolegium Ilmu
Kedokteran Keluarga Indonesia (KIKKI).
PDKI terbentuk pada tahun 2003 dengan anggotanya adalah dokter praktik umum (IDI) yang
juga bekerja sebagai pelayanan jasa primer. Kemudian, pada kongres selanjutnya mendirikan
kolega yaitu Kolegium Ilmu Kedokteran Keluarga Indonesia (KIKKI).
Namun, ada juga perbedaan antara dokter praktik umum dan dokter keluarga yang dapat
dilihat dari cakupan pelayanan, sifat pelayanan, cara pelayanan, jenis pelayanan, dan lainlain.
III.2. SARAN
Jadilah seorang dokter yang profesional sehingga dapat dipercaya oleh banyak orang.
M RACHMAT SULTHONY
(tony.rachmat@gmail.com)
11
DASAR-DASAR EPIDEMIOLOGI
SURVEILANS
Definisi: Pengumpulan, Pengolahan, Analisis & Interpretasi data kesehatan secara
sistematis dan terus menerus (WHO)
Tujuan:
1. Prediksi & deteksi dini epidemi/outbreak
2. Monitor, evaluasi, perbaikan program pencegahan & pengendalian penyakit
3. Melihat tren penyakit
Lingkup:
1. Wabah
2. Penyakit menular
3. PTM
WABAH
Tersebarnya penyakit pada daerah yg luas & pada banyak orang
12
UKURAN-UKURAN EPIDEMIOLOGI
Ukuran-ukuran epidemiologi = cara mengukur frekuensi masalah kesehatan yg dpt dipergunakan dlm
epidemiologi
14
3) Rasio
Membandingkan kuantitas peristiwa A sebagai numerator dan kuantitas peristiwa B
sebagai denominator
Rumus A: B
4) Proporsi
Membandingkan kuantitas peristiwa A sebagai numerator dan kuantitas peristiwa C
sebagai denominator dimana peristiwa C juga mengandung kuantitas peristiwa A
Rumus A: C x 100% ____ (Dimana C = A+B)
5) Rate/Laju
Rate adalah proporsi yg memasukkan unsur periode waktu pengamatan dalam
denominatornya
Contoh Rate Insidensi, Prevalensi
Ekonomi menengah = income berada pada range 75-125% dari median pendapatan
perkapita
Pendapatan perkapita Indonesia tahun 2012 = US$ 4.000 per tahun atau sekitar Rp 44
juta/tahun
Jadi kelas ekonomi menengah Income-nya = Rp 33 juta 50 juta per tahun
Menengah ke atas = >Rp 50 juta per tahun (penghasilan >Rp 4,1 juta per bulan)
Menengah ke bawah = <Rp 33 juta per tahun (penghasilan <Rp 2,5 juta per bulan)
15