Anda di halaman 1dari 16

OLEH:

M Rachmat Sulthony

Fakultas Kedokteran Universitas


Mataram
2011

REFERENSI:
1. Azwar, Azrul. 1995. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. IDI : Jakarta
2. Azwar, Azrul ; Gan, Goh Lee ; Wonodirekso, Sugito. 2004. A Primer On Family
Medicine Practice. Singapore International Foundation : Singapore
3. Danakusuma, Muhyidin. 1996. Pengantar Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran
Komunitas. IDI : Jakarta
4. Danasari. 2008. Standar Kompetensi Dokter Keluarga. PDKI : Jakarta
5. Qomariah. 2000. Sekilas Kedokteran Keluarga. FK-Yarsi : Jakarta

M RACHMAT SULTHONY
(tony.rachmat@gmail.com)

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Sejak 1978 ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memulai programnya Health for
All in 2000, pelayanan kesehatan primer menjadi salah satu hal yang utama dalam
pengembangan perencanaan pemerintah. Program tersebut menitikberatkan pelayanan
kesehatan yang komprehensif.
Pada Januari 1995 Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan Organisasi Dokter
Keluarga Dunia yaitu World Organization of National Colleges, Academies and Academic
Associatons of General Practitioner or Family Physician (WONCA) telah merumuskan
sebuah visi global dan rencana tindakan (action plan) untuk meningkatkan kesehatan individu
dan masyarakat yang tertuang dalam tulisan Making Medical Practice and Education More
Relevant to Peoples Needs: The Role of Family Doctor.
Dalam acara pembukaan Temu Ilmiah Akbar Kursus Penyegar dan Penambah Ilmu
Kedokteran (TIA-KPPIK) 2002 di Jakarta, Menteri Kesehatan, Achmad Sujudi, menyatakan
bahwa visi dan misi kurikulum pendidikan dokter di Indonesia sepatutnya diarahkan untuk
menghasilkan dokter keluarga, tidak lagi dokter komunitas atau dokter Puskesmas seperti
sekarang. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
916/Menkes/Per/VIII/1997 tentang Pelayanan Dokter Umum yang diarahkan menjadi
pelayanan dokter keluarga.
Ilmu Kedokteran Keluarga kemudian masuk dalam Kurikulum Inti Pendidikan Dokter di
Indonesia (KIPDI II) pada tahun 1993, yang merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran
Komunitas/Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Definisi dokter keluarga (DK) atau dokter praktek umum (DPU) yang dicanangkan oleh
WONCA pada tahun 1991 adalah dokter yang mengutamakan penyediaan pelayanan
komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan kedokteran dan mengatur pelayanan
oleh provider lain bila diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis yang menerima semua
orang yang membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya pembatasan usia, jenis
kelamin ataupun jenis penyakit. Dokter yang mengasuh individu sebagai bagian dari keluarga
dan dalam lingkup komunitas dari individu tersebut tanpa membedakan ras, budaya dan
tingkatan sosial. Secara klinis dokter ini berkompeten untuk menyediakan pelayanan dengan
sangat mempertimbangkan dan memperhatikan latar budaya, sosial ekonomi dan psikologis
pasien. Sebagai tambahan, dokter ini bertanggung jawab atas berlangsungnya pelayanan yang
komprehensif dan berkesinambungan bagi pasiennya (Danakusuma, 1996).
Dokter keluarga ini memiliki fungsi sebagai five stars doctor dan memiliki organisasi
yang telah dibentuk yaitu PDKI dan KIKKI yang telah diketahui oleh IDI.

I.2. TUJUAN
Tujuan umum
Mengetahui tentang kedokteran keluarga beserta sistemnya.
Tujuan khusus
a. Mengetahui tentang pengertian dari kedokteran keluarga
b. Mengetahui sejarah daripada organisasi yang telah terbentuk
c. Mengetahui perbedaan antara dokter keluarga dan dokter praktek umum
I.3. MANFAAT
Menambah wawasan dan keilmuan untuk penulis serta membantu pembaca khususnya
teman-teman mahasiswa lainnya untuk memahami tentang kedokteran keluarga.

BAB II
PEMBAHASAN
II.1. PENGERTIAN
Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kedokteran dan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau sudah sangat didambakan. Sehingga merupakan tugas profesi untuk
mewujudkannya seoptimal mungkin agar masyarakat tetap dan semakin percaya pada sistem
pelayanan kesehatan di Indonesia.
Definisi dokter keluarga atau dokter praktek umum yang dicanangkan oleh WONCA
pada tahun 1991 adalah dokter yang mengutamakan penyediaan pelayanan komprehensif
bagi semua orang yang mencari pelayanan kedokteran dan mengatur pelayanan oleh provider
lain bila diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis yang menerima semua orang yang
membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya pembatasan usia, jenis kelamin ataupun
jenis penyakit. Dokter yang mengasuh individu sebagai bagian dari keluarga dan dalam
lingkup komunitas dari individu tersebut tanpa membedakan ras, budaya dan tingkatan sosial.
Secara klinis dokter ini berkompeten untuk menyediakan pelayanan dengan sangat
mempertimbangkan dan memperhatikan latar budaya, sosial ekonomi dan psikologis pasien.
Sebagai tambahan, dokter ini bertanggung jawab atas berlangsungnya pelayanan yang
komprehensif dan berkesinambungan bagi pasiennya.
Definisi kedokteran keluarga (IKK FK-UI 1996) adalah disiplin ilmu kedokteran yang
mempelajari dinamika kehidupan keluarga, pengaruh penyakit terhadap fungsi keluarga,
pengaruh fungsi keluarga terhadap timbul dan berkembangnya penyakit, cara pendekatan
kesehatan untuk mengembalikan fungsi tubuh sekaligus fungsi keluarga agar dalam keadaan
normal. Setiap dokter yang mengabdikan dirinya dalam bidang profesi dokter maupun
kesehatan yang memiliki pengetahuan, keterampilan melalui pendidikan khusus di bidang
kedokteran keluarga yang mempunyai wewenang untuk menjalankan praktek dokter
keluarga.
Definisi kedokteran keluarga (PB IDI 1983) adalah ilmu kedokteran yang mencakup
seluruh spektrum ilmu kedokteran yang orientasinya untuk memberikan pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada kesatuan individu, keluarga,
masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama dikenal sebagai primary health care, yang mencangkup
tujuh pelayanan (Muhyidin, 1996) :
1. Promosi kesehatan
2. KIA
3. KB
4. Gizi
5. Kesehatan lingkungan
6. Pengendalian penyakit menular
7. Pengobatan dasar

II.2. TUJUAN PELAYANAN DOKTER KELUARGA


Tujuan pelayanan dokter keluarga mencakup bidang yang amat luas sekali. Jika
disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam (Azwar, 1995) :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pelayanan dokter keluarga adalah sama dengan tujuan pelayanan kedokteran
dan atau pelayanan kesehatan pada umumnya, yakni terwujudnya keadaan sehat bagi setiap
anggota keluarga.
2. Tujuan Khusus
Sedangkan tujuan khusus pelayanan dokter keluarga dapat dibedakan atas dua macam :
a. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efektif.
Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya, pelayanan dokter keluarga memang
lebih efektif. Ini disebabkan karena dalam menangani suatu masalah kesehatan, perhatian
tidak hanya ditujukan pada keluhan yang disampaikan saja, tetapi pada pasien sebagai
manusia seutuhnya, dan bahkan sebagai bagian dari anggota keluarga dengan
lingkungannya masing-masing. Dengan diperhatikannya berbagai faktor yang seperti ini,
maka pengelolaan suatu masalah kesehatan akan dapat dilakukan secara sempurna dan
karena itu penyelesaian suatu masalah kesehatan akan dapat pula diharapkan lebih
memuaskan.
b. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efisien.
Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya, pelayanan dokter keluarga juga
lebih mengutamakan pelayanan pencegahan penyakit serta diselenggarakan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Dengan diutamakannya pelayanan
pencegahan penyakit, maka berarti angka jatuh sakit akan menurun, yang apabila dapat
dipertahankan, pada gilirannya akan berperan besar dalam menurunkan biaya kesehatan.
Hal yang sama juga ditemukan pada pelayanan yang menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Karena salah satu keuntungan dari pelayanan yang seperti ini ialah
dapat dihindarkannya tindakan dan atau pemeriksaan kedokteran yang berulang-ulang,
yang besar peranannya dalam mencegah penghamburan dana kesehatan yang jumlahnya
telah diketahui selalu bersifat terbatas.

II.3. MANFAAT PELAYANAN DOKTER KELUARGA


Apabila pelayanan dokter keluarga dapat diselenggarakan dengan baik, akan banyak
manfaat yang diperoleh. Manfaat yang dimaksud antara lain adalah (Cambridge Research
Institute, 1976):
1. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai manusia seutuhnya,
bukan hanya terhadap keluhan yang disampaikan.
2. Akan dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit dan dijamin kesinambungan
pelayanan kesehatan.
3. Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, pengaturannya akan lebih baik dan terarah,
terutama ditengah-tengah kompleksitas pelayanan kesehatan saat ini.
4. Akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu sehingga penanganan
suatu masalah kesehatan tidak menimbulkan berbagai masalah lainnya.
5

5. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanan, maka segala keterangan tentang
keluarga tersebut, baik keterangan kesehatan dan ataupun keterangan keadaan sosial dapat
dimanfaatkan dalam menangani masalah kesehatan yang sedang dihadapi.
6. Akan dapat diperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit,
termasuk faktor sosial dan psikologis.
7. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan tata cara yang lebih
sederhana dan tidak begitu mahal dan karena itu akan meringankan biaya kesehatan.
8. Akan dapat dicegah pemakaian berbagai peralatan kedokteran canggih yang
memberatkan biaya kesehatan.

II.4. FUNGSI, TUGAS DAN KOMPETENSI DOKTER KELUARGA


Dokter keluarga memiliki 5 fungsi yang dimiliki, yaitu (Azrul Azwar, dkk. 2004) :
a. Care Provider (Penyelenggara Pelayanan Kesehatan)
Yang mempertimbangkan pasien secara holistik sebagai seorang individu dan sebagai
bagian integral (tak terpisahkan) dari keluarga, komunitas, lingkungannya, dan
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, komprehensif, kontinu,
dan personal dalam jangka waktu panjang dalam wujud hubungan profesional dokterpasien yang saling menghargai dan mempercayai. Juga sebagai pelayanan komprehensif
yang manusiawi namun tetap dapat dapat diaudit dan dipertangungjawabkan.

b. Comunicator (Penghubung atau Penyampai Pesan)


Yang mampu memperkenalkan pola hidup sehat melalui penjelasan yang efektif sehingga
memberdayakan pasien dan keluarganya untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatannya sendiri serta memicu perubahan cara berpikir menuju sehat dan mandiri
kepada pasien dan komunitasnya.

c. Decision Maker (Pembuat Keputusan)


Yang melakukan pemeriksaan pasien, pengobatan, dan pemanfaatan teknologi kedokteran
berdasarkan kaidah ilmiah yang mapan dengan mempertimbangkan harapan pasien, nilai
etika, cost effectiveness untuk kepentingan pasien sepenuhnya dan membuat keputusan
klinis yang ilmiah dan empatik.

d. Manager
Yang dapat berkerja secara harmonis dengan individu dan organisasi di dalam maupun di
luar sistem kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan pasien dan komunitasnya
berdasarkan data kesehatan yang ada. Menjadi dokter yang cakap memimpin klinik,
sehat, sejahtera, dan bijaksana.

e. Community Leader (Pemimpin Masyarakat)


Yang memperoleh kepercayaan dari komunitas pasien yang dilayaninya, menyearahkan
kebutuhan kesehatan individu dan komunitasnya, memberikan nasihat kepada kelompok
penduduk dan melakukan kegaiatan atas nama masyarakat dan menjadi panutan
masyarakat

Selain fungsi, ada pula tugas dokter keluarga, yaitu:


a. Mendiagnosis dan memberikan pelayanan aktif saat sehat dan sakit
b. Melayani individu dan keluarganya
c. Membina dan mengikut sertakan keluarga dalam upaya penanganan penyakit
d. Menangani penyakit akut dan kronik
e. Merujuk ke dokter spesialis
Kewajiban dokter keluarga:
a. Menjunjung tinggi profesionalisme
b. Menerapkan prinsip kedokteran keluarga dalam praktek
c. Bekerja dalam tim kesehatan
d. Menjadi sumber daya kesehatan
e. Melakukan riset untuk pengembangan layanan primer
Kompetensi dokter keluarga:
Kompetensi dokter keluarga yang tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter Keluarga
yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia tahun 2006 adalah (Danasari,
2008):
a. Keterampilan komunikasi efektif
b. Keterampilan klinik dasar
c. Keterampilan menerapkan dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu perilaku dan
epidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga
d. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun masyarakat
dengan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan, terkoordinir dan bekerja
sama dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer
e. Memanfaatkan, menilai secara kritis dan mengelola informasi
f. Mawas diri dan pengembangan diri atau belajar sepanjang hayat
g. Etika moral dan profesionalisme dalam praktek

II.5. ORGANISASI PADA DOKTER KELUARGA


Pada dokter keluarga, memiliki 2 organisasi yang akan dibahas sebagai berikut:
a. Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI)
Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI) yang saat ini seluruh anggotanya adalah
Dokter Praktik Umum (DPU) yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Jumlah anggota
yang telah mendaftar sekitar 3000 orang. Semua anggota PDKI adalah anggota IDI. PDKI

merupakan organisasi profesi dokter penyelenggara pelayanan kesehatan tingkat primer yang
utama.
Ciri dokter layanan primer adalah (Danasari, 2008) :
1. Menjadi kontak pertama dengan pasien dan memberi pembinaan berkelanjutan
(continuing care)
2. Membuat diagnosis medis dan penangannnya
3. Membuat diagnosis psikologis dan penangannya
4. Memberi dukungan personal bagi setiap pasien dengan berbagai latar belakang dan
berbagai stadium penyakit
5. Mengkomunikasikan informasi tentang pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
6. Melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit kronik dan kecacatan melalui
penilaian risiko, pendidikan kesehatan, deteksi dini penyakit, terapi preventif, dan
perubahan perilaku.

Setiap dokter yang menyelenggarakan pelayanan seperti di atas dapat menjadi anggota PDKI.
Anggota PDKI adalah semua dokter penyelenggara pelayanan kesehatan tingkat primer baik
yang baru lulus maupun yang telah lama berpraktik sebagai Dokter Praktik Umum.
Dokter penyelenggara tingkat primer, yaitu :
1. Dokter praktik umum yang praktik pribadi
2. Dokter keluarga yang praktik pribadi
3. Dokter layanan primer lainnya seperti :
a) Dokter praktik umum yang bersama
b) Dokter perusahaan
c) Dokter bandara
d) Dokter pelabuhan
e) Dokter kampus
f) Dokter pesantren
g) Dokter haji
h) Dokter puskesmas
i) Dokter yang bekerja di unit gawat darurat
j) Dokter yang bekerja di poliklinik umum RS
k) Dokter praktik umum yang bekerja di bagian pelayanan khusus

Sejarah PDKI
PDKI pada awalnya merupakan sebuah kelompok studi yang bernama Kelompok Studi
Dokter Keluarga (KSDK, 1983), sebuah organisasi dokter seminat di bawah IDI. Anggotanya
beragam, terdiri atas dokter praktik umum dan dokter spesialis. Pada tahun 1986, menjadi
anggota organisasi dokter keluarga sedunia (WONCA). Pada tahun 1990, setelah Kongres
Nasional di Bogor, yang bersamaan dengan Kongres Dokter Keluarga Asia-Pasifik di Bali,
namanya diubah menjadi Kolese Dokter Keluarga Indonesia (KDKI), namun tetap sebagai
8

organisasi dokter seminat. Pada tahun 2003, dalam Kongres Nasional di Surabaya,
ditasbihkan sebagai perhimpunan profesi, yang anggotanya terdiri atas dokter praktik umum,
dengan nama Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI), namun saat itu belum
mempunyai kolegium yang berfungsi.
Dalam Kongres Nasional di Makassar 2006 didirikan Kolegium Ilmu Kedokteran Keluarga
(KIKK) dan telah dilaporkan ke Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Masyarakat Kestabilan
dan Kendali Indonesia (MKKI).
Continuing Professional Development (CPD) yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter
Keluarga Indonesia (PDKI) adalah :
1.
2.
3.
4.
5.

Pelatihan Paket A : Pengenalan Konsep Dokter Keluarga


Pelatihan Paket B : Manajemen Pelayanan Dokter Keluarga
Pelatihan Paket C : Pengetahuan Medis Dasar dan Keterampilan Teknis Medis
Pelatihan Paket D : Pengetahuan Mutakhir Kedokteran
Konversi DPU menjadi DK bagi dokter yang telah praktek 5 tahun atau lebih dan masih
punya izin praktek dengan mengisi borang yang telah disediakan sampai tahun 2012,
setelah itu bila ingin jadi dokter keluarga harus mengikuti pendidikan formal baik S2 atau
spesialis DK
6. Pengisian modul DK
7. Kerja sama dengan Australia dengan mengisi modul online

b. Kolegium Ilmu Kedokteran Keluarga Indonesia ( KIKKI )


Dipilih dalam Kongres Nasional VII di Makassar 30 Agustus 2006 2 September 2006, dan
telah dilaporkan ke PB IDI Pusat dan MKKI. Kolegium memang harus ada dalam sebuah
organisasi profesi. Jadi PDKI harus mempunyai kolegium yang akan memberikan pengakuan
kompetensi keprofesian kepada setiap anggotanya. Dalam PDKI lembaga ini yang diangkat
oleh kongres dan bertugas sebagai berikut:
1. Melaksanakan isi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta semua keputusan yang
ditetapkan kongres
2. Mempunyai kewenangan menetapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan yang
berkaitan dengan pengelolaan sistem pendidikan profesi bidang kedokteran keluarga
3. Mengkoordinasikan kegiatan kolegium kedokteran
4. Mewakili PDKI dalam pendidikan profesi bidang kedokteran keluarga
5. Menetapkan program studi pendidikan profesi bidang kedokteran keluarga beserta
kurikulumnya
6. Menetapkan kebijakan dan pengendalian uji kompetensi nasional pendidikan profesi
kedokteran keluarga
7. Menetapkan pengakuan keahlian (sertfikasi dan resertifikasi)
8. Menetapkan kebijakan akreditasi pusat pendidikan dan rumah sakit pendidikan untuk
pendidikan dokter keluarga
9. Mengembangkan sistem informasi pendidikan profesi bidang kedokteran keluarga.

Angota KIKK terdiri atas anggota PDKI yang dinilai mempunyai tingkat integritas dan
kepakaran yang tinggi untuk menilai kompetensi keprofesian anggotanya. Atas anjuran dan
himbauan IDI sebaiknya KIKK digabung dengan KDI karena keduanya menerbitan sertifikat
kompetensi untuk Dokter Pelayanan Primer (DPP). Setelah melalui diskusi yang
berkepanjangan akhirnya bergabung dengan nama Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga
(KDDKI) yang untuk sementara melanjutkan tugas masing-masing, unsur KDI memberikan
sertifikat kepada dokter yang baru lulus sedangkan unsur KIKK memberikan sertifikat
kompetensi (resertifikasi) kepada DPP yang akan mendaftar kembali ke KKI (Qomariah,
2000).
II.6. PERBEDAAN DOKTER PRAKTEK UMUM DAN DOKTER KELUARGA
Tabel ini menjelaskan tentang perbedaan antara dokter praktek umum dengan dokter keluarga
(Qomariah, 2000) :

Cakupan Pelayanan

DOKTER PRAKTEK
UMUM
Terbatas

Sifat Pelayanan

Sesuai Keluhan

Cara Pelayanan

Kasus per kasus dengan


pengamatan sesaat

Jenis Pelayanan

Lebih kuratif hanya untuk


penyakit tertentu

Peran keluarga

Kurang dipertimbangkan

Promotif dan pencegahan

Tidak jadi perhatian

Hubungan dokter-pasien

Dokter pasien

Awal pelayanan

Secara individual

10

DOKTER KELUARGA
Lebih Luas
Menyeluruh, Paripurna,
bukan sekedar yang
dikeluhkan
Kasus per kasus dengan
berkesinambungan
sepanjang hayat
Lebih kearah pencegahan,
tanpa mengabaikan
pengobatan dan rehabilitasi
Lebih diperhatikan dan
dilibatkan
Jadi perhatian utama
Dokter pasien teman
sejawat dan konsultan
Secara individual sebagai
bagian dari keluarga
komunitas dan lingkungan

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
III.1. KESIMPULAN
Dokter keluarga merupakan profesi dokter yang dapat mencegah terjadinya pembengkakkan
biaya dengan cara memperhatikan riwayat daripada suatu keluarga. Dengan tindakan seperti
itulah dokter keluarga dapat mencegah penyakit yang akan timbul. Dan ini pula yang dilewati
oleh dokter praktek umum.
Dokter keluarga juga dapat berperan sebagaimana layaknya dokter praktek umum, yaitu
sama-sama sebagai five stars doctor dimana mereka menjadi communicator, care provider,
decision maker, community leader dan manager. Selain itu juga, dokter keluarga tergabung
dalam organisasi Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI) dan Kolegium Ilmu
Kedokteran Keluarga Indonesia (KIKKI).
PDKI terbentuk pada tahun 2003 dengan anggotanya adalah dokter praktik umum (IDI) yang
juga bekerja sebagai pelayanan jasa primer. Kemudian, pada kongres selanjutnya mendirikan
kolega yaitu Kolegium Ilmu Kedokteran Keluarga Indonesia (KIKKI).
Namun, ada juga perbedaan antara dokter praktik umum dan dokter keluarga yang dapat
dilihat dari cakupan pelayanan, sifat pelayanan, cara pelayanan, jenis pelayanan, dan lainlain.
III.2. SARAN
Jadilah seorang dokter yang profesional sehingga dapat dipercaya oleh banyak orang.

M RACHMAT SULTHONY
(tony.rachmat@gmail.com)

11

DASAR-DASAR EPIDEMIOLOGI
SURVEILANS
Definisi: Pengumpulan, Pengolahan, Analisis & Interpretasi data kesehatan secara
sistematis dan terus menerus (WHO)
Tujuan:
1. Prediksi & deteksi dini epidemi/outbreak
2. Monitor, evaluasi, perbaikan program pencegahan & pengendalian penyakit
3. Melihat tren penyakit
Lingkup:
1. Wabah
2. Penyakit menular
3. PTM

WABAH
Tersebarnya penyakit pada daerah yg luas & pada banyak orang

Wabah yg terbatas pada lingkup kecil = Outbreak (Serangan penyakit)


Wabah yg lebih luas = Epidemi
Wabah dgn lingkupan global = Pandemi

KEJADIAN LUAR BIASA


TIMBULNYA/MENINGKATNYA suatu penyakit/kematian yang BERMAKNA pada
suatu kelompok masyarakat dalam KURUN WAKTU TERTENTU.
Kriteria menurut Keputusan DIRJEN No.451/91:
1. Timbulnya suatu penyakit menular yg sebelumnya tidak ada
2. Kenaikan penyakit/kematian selama 3 kurun waktu berturut-turut (jam,hari,minggu)
3. Kenaikan penyakit/kematian >2 x lipat dari periode waktu sebelumnya
(jam,hari,minggu,bulan,tahun)
4. Angka kematian (Case Fatality Rate) dlm 1 bulan naik >2 x lipat dibandingkan bulan
lalu

12

UKURAN-UKURAN EPIDEMIOLOGI
Ukuran-ukuran epidemiologi = cara mengukur frekuensi masalah kesehatan yg dpt dipergunakan dlm
epidemiologi

1) Mengukur Masalah Penyakit (Angka Kesakitan/Morbiditas)


- Morbiditas = penyakit (setiap gangguan dlm fungsi/struktur tubuh)
- Angka Kesakitan = Jumlah orang sakit/Kelompok orang yg sehat atau beresiko
- Ukuran utama morbiditas INSIDENSI dan PREVALENSI
A. Insidensi
Insidensi = Frekuensi penderita baru suatu penyakit dlm suatu waktu tertentu di
suatu kelompok masyarakat
Perhitungan:
Jumlah Kasus Baru : Jumlah Populasi/Populatian at Risk PER 1000
Untuk tau insidensi harus tau:
1. Jumlah penderita baru
2. Jumlah penduduk yg mungkin kena penyakit (Population at Risk)

Angka insiden dapat dibedakan jadi 3 macam:


a) Incidence Rate
Jumlah penderita baru yg didapatkan dlm jangka waktu tertentu (BIASANYA
1 tahun) dibandingkan jumlah penduduk yg mungkin terkena penyakit tsb
pada PERTENGAHAN jangka waktu yg ditentukan
Rumus:
Jmlh peny.baru : Jmlh penduduk yg mungkin terkena pd pertengahan waktu x
K
(K = 100%, 1000%)
Manfaat:
o Tau masalah kesehatan yg dihadapi
o Tau resiko masyarakat utk terkena masalah kesehatan tsb
b) Insidensi Kumulatif (Incidence Risk)
Rata-rata resiko individu utk terkena suatu penyakit
Rumus: Jmlh org yg beresiko pd periode waktu tertentu/Jmlh.org yg beresiko
pd permulaan periode
c) Attack Rate
Rumus: Jmlh peny.baru : Jmlh penduduk yg mungkin terkena x K
B. Prevalensi
Prevalensi = Frekuensi penderita lama & baru suatu penyakit dlm suatu waktu
tertentu di suatu kelompok masyarakat
Perhitungan:
Jumlah Seluruh Kasus: Jumlah Populasi/Populatian at Risk PER 1000
Rumus:
Jmlh peny.baru & lama: Jmlh penduduk yg mungkin terkena pd pertengahan
waktu x K
C. Hubungan Prevalensi dan Insidensi
13

Rumus: Prevalensi = Insidensi x Durasi (Lamanya Sakit)


Syarat berlaku:
- Insidensi dlm waktu yg cukup lama bersifat konstan
- Lama berlangsungnya sakit bersifat stabil
2) Mengukur Masalah Kematian (Angka Kematian/Mortalitas)
Ada 3 hal yg menyebabkankematian:
- Degenerasi organ vital
- Status penyakit
- Kematian akibat lingkungan atau masyarakat
Macam-macam angka kematian (Mortality Rate)
a) Angka kematian dasar (Crude Death Rate)
Crude: tdk perhitungkan usia, JK, atau variabel lain
Jumlah semua kematian pd satu jangka waktu (umumnya 1 thn) dibandingkan
jumlah penduduk pada PERTENGAHAN jangka waktu yg ditentukan
Rumus:
Jmlh kematian : Jmlh penduduk pd pertengahan waktu x K
b) Perinatal Mortality Rate (Angka Kematian Perinatal)
Jumlah kematian JANIN yg lahir pada usia kehamilan >28 minggu + Jumlah
kenatian BAYI yg berumur <7 hari per 1000 kelahiran hidup pada tahun yg
sama
Rumus:
Jumlah kematian JANIN yg lahir pada usia kehamilan >28 minggu + Jumlah
kenatian BAYI yg berumur <7 hari : jumlah bayi lahir hidup pada tahun yg
sama x K
c) Neonatal Mortality Rate (Angka Kematian Neonatal)
Rumus:
Jumlah kenatian BAYI yg berumur <28 hari : jumlah bayi lahir hidup pada tahun
yg sama x K

d) Infant Mortality Rate (Angka Kematian Bayi)


Rumus:
Jumlah kenatian BAYI yg berumur 0-1 tahun : jumlah bayi lahir hidup pada
tahun yg sama x K
e) Under Five Mortality Rate (Angka Kematian Balita)
Rumus:
Jumlah kenatian balita : jumlah balita pada tahun yg sama x K

14

3) Rasio
Membandingkan kuantitas peristiwa A sebagai numerator dan kuantitas peristiwa B
sebagai denominator
Rumus A: B
4) Proporsi
Membandingkan kuantitas peristiwa A sebagai numerator dan kuantitas peristiwa C
sebagai denominator dimana peristiwa C juga mengandung kuantitas peristiwa A
Rumus A: C x 100% ____ (Dimana C = A+B)
5) Rate/Laju
Rate adalah proporsi yg memasukkan unsur periode waktu pengamatan dalam
denominatornya
Contoh Rate Insidensi, Prevalensi

KELAS EKONOMI MASYARAKAT


Menurut Lester Thurow (1987) Relatif

Ekonomi menengah = income berada pada range 75-125% dari median pendapatan
perkapita
Pendapatan perkapita Indonesia tahun 2012 = US$ 4.000 per tahun atau sekitar Rp 44
juta/tahun
Jadi kelas ekonomi menengah Income-nya = Rp 33 juta 50 juta per tahun
Menengah ke atas = >Rp 50 juta per tahun (penghasilan >Rp 4,1 juta per bulan)
Menengah ke bawah = <Rp 33 juta per tahun (penghasilan <Rp 2,5 juta per bulan)

BATASAN DIET NATRIUM


Menurut American Heart Association, batasannya adalah <2.000 mg/hari
Garam dapur (NaCl) mengandung 40% natrium
1 sendok teh garam dapur = + 2.000 mg natrium

15

Anda mungkin juga menyukai