Anda di halaman 1dari 90

TIM KHUSUS BLOK 15

Present
Laporan Skenario 1
By
Arzia Pramadi Rahman
Diah Rahmawati
Gede Ariana
Honesti Trijuniarny
Ica Justisia
I Made Hrisikesa WJG
I Putu Mega Kartika
Lalu Muhammad Nuh
M.Rahmat Sultony
Muamar Amirullah
Ni Luh Putu Dian
Nisia Rinayu
Putri Khrisna Kumara Dewi
Putu Liliana Pradevie
R.Armand Budi Prasetya

DAFTAR ISI

Daftar isi2
Skenario.3
Lerning Objective.4
Hormon..5
Prinsip Kerja
a) Pembentukan dan sekresi...10

Hormon Peptida..10

Hormon Steroid...11

Hormon Derivat Tyrosin15

b) Transpor dan Reseptor...20

Hormon Peptida..20

Hormon Steroid...22

Hormon Derivat Tyrosin22

c) Second Messenger25
Aksis Hipotalamus Pituitary..33
Anatomi Sistem Endokrin...41
Histologi Sistem Endokrin..48
Jenis Hormon...65
Integrasi Hormon87
Daftar Pustaka.90

SKENARIO 1

Sistem Endokrin
Sistem Hormon merupakan suatu chemical messenger systems yang
memiliki peran penting dalam menjaga homeostasis tubuh. Dengan adanya
sistem hormon, koordinasi fungsi-fungsi tubuh, termasuk fungsi metabolisme,
pertumbuhan dan perkembangan, keseimbangan cairan dan elektrolit dan
perilaku dapat terjadi. Koordinasi fungsi-fungsi tersebut terbentuk mulai
dari tingkat sel, jaringan,maupun organ
Dalam tubuh kita terdapat berbagai macam hormone. Setiap hormon
memiliki karakteristik hormone yang berbeda satu sama lain dalam banyak
hal, misalnya dalam struktur, target kerja spesifik dan lama waktu kerja,
onset dalam sekresi dan degradasinya, transport dan bersihannya (clearance)
dalam darah, serta mekanisme regulasi aktifitasnya. Regulasi hormone
melibatkan suatu aksis yang diatur oleh hipotalamus

LEARNING OBJECTIVE

1) Hormon secara Umum


Definisi,klasifikasi,klirens,degradasi,onset dan durasi
Prinsip Kerja
a) Pembentukan dan Sekresi
b) Transpor dan Reseptor
c) Second Messenger
2) Aksis Hipotalamus
3) Anatomi Sistem Endokrin
4) Histologi Sistem Endokrin
5) Jenis Hormon
Fungsi dan Target Organ
6) Integrasi Jenis Hormon

HORMON

Secara umum hormone merupakan suatu substansi kimia yang umumnya dihasilkan
oleh kelenjar endokrin yang dibawa melalui peredaran darah menujuk ke tempat aksi
(target) dari masing-masing hormone tersebut.
Berikut ini pemetaan beberapa kelenjar endokrin penghasil hormone tersebut:

Secara umum, terdapat tiga klasifikasi dari hormone berdasarkan komponen dasar
penyusunnya, yaitu;
1. Hormon protein dan polipeptida diantaranya yaitu hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar hipofisis anterior dan posterior, pancreas (insulin dan glucagon), kelenjar
paratiroid (parathyroid hormone), dan lain-lain.
2. Hormon steroid yang dihasilkan oleh korteks adrenal (cortisol dan aldosteron),
ovarium (estrogen dan pregesteron), testes (testosterone), dan plasenta (estrogen dan
progesterone).

3. Hormon derivate asam amino tyrosine yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid
(thyroxine dan triiodothyronine) dan medulla adrenal (epinefrin dan norepinefrin).

Hormon protein dan polipeptida


Sebagian besar hormone dalam tubuh adalah jenis protein dan polipeptida. Hormone
protein dan peptide dihasilkan pada reticulum endoplasma kasar pada sel endokrin yang
berbeda. Proses sintesisnya sendiri hampir sama dengan proses sintesis intraseluler dari
protein-protein lainnya. Biasanya pada awal pembentukannya setelah melalui proses
trasnkripsi dan translasi masih berada dalam bentuk protein besar yang masih tidak aktif
secara bilogis (preprohormon) dan mengalami pengemasan menjadi bentuk yang lebih
kecil (prehormon) di reticulum endoplasma. Prehormon ini selanjutnya akan ditransfer ke
badan golgi untuk mengalami pengemasan lebih lanjut ke vesikel sekretorik. Selama
proses ini enzim pada vesikel memecah prohormon tadi menjadi bentuk yang lebih kecil
dan bersifat aktif secara biologis. Kemudian mengalami penyimpanan di dalam sitoplasma
atau menempel pada bagian membrane sel untuk segera dikeluarkan apabila terdapat
rangsangan.

Hormon Steroid
Biasanya hormone steroid merupakan horomon dengan struktur kimia yang sama
dengan cholesterol, dan yang terpenting juga disintesis dari cholesterol itu sendiri. Hormon
ini dapat larut dalam lemak dan memiliki tiga cincin cyclohexyl dan satu cincin
cyclopentyl yang dikombinasikan ke satu struktur. Umumnya hanya terdapat sedikit
penyimpanan homon steroid dalam sel, akan tetapi penyimpanan cholesterol ester dalam
jumlah banyak dalam vakuola sitoplasma dapat diguanakn dengan cepat untuk mensintesis

steroid setelah mendapatkan stimulus. Karena sifatnya yang larut lemak umumnya steroid
dapat berdifusi langsung melewati membaran sel, baik itu sel pensintesis maupun sel
targetnya.

Hormon derivate asam amino tyrosine


Dua golongan dari hormone derivate tirosin, tiroid dan hormone medulla adrenal,
dibentuk oleh aksi enzim dalam sitoplasma dari sel glanular. Hormon tiroid disintesis dan
disimpan dalam kelenjar tiroid dan bergabung menjadi bergabung dengan protein
thyroglobulin, dimana selanjutnya disimpan dalam folikel kelenjar tiroid. Sekresi hormone
terjadi ketikan amine dipecah dari thyroglobulin, dan selanjutnya hormone akan dilepaskan
ke sirkulasi darah. Setelah memasuki darah, sebagian besar hormone tiroid akan terikat
pada protein pengikat (thyroxine-binding globulin). Epinefrin dan norepinefrin sendiri
dibetuk di medulla adrenal, dimana secara normal jumlah sintesis epinefrin sekitar empat
kali lebih besar daripada sekresi norepinefrin. Catekolamin umumnya hampir sama dengan
protein dimana mengalami penyimpanan dalam granul sekretorik. Begitu mengalami
eksositosis dan masuk ke dalam sirkulasi catekolamine dapat berada dalam bentuk bebas
atau terkonjugasi oleh substansi lain. Berikut ini struktur kimia dari beberapa hormone
tersebut;

Dari tiga klasifikasi hormone berdasarkan komposisi kimia utama penyusunnya itu,
secara lebih umum lagi dapat kita golongakan menjadi dua golongan, dimana dapat kita
kelompokkan

berdasarkan

solubilitas, protein

transport, plasma

half-life, receptor, dan

mediator, sebagai berikut:

Hormon Clearence Dari Darah


Terdapat dua factor yang

dapat meningkatkan atau mengurangi konsentrasi

hormone dalam darah. Salah satu diantaranya yaitu kecepatan sekresi hormone ke dalam
darah. Kemudian factor yang kedua yaitu kecepatan pembuangan hormone dari darah, yang
disebut dengan metabolic clearance, dimana untuk mengetahuinya digunakan perhitungan
sebagai berikut:

Metabolic clearance rate: Rate of disappearance of hormone from plasma


concentration of hormone in each milliliter plasma
Hormon dapat dikeluarkan dari plasma melalui beberapa cara, diantaranya yaitu
-

Destruksi langsung oleh jaringan tempat aksi dari hormone tersebut

Berikatan dengan jaringan

Ekskresi oleh hati dalam bentuk bile (empedu)

Ekskresi oleh ginjal dalam bentuk urine.

Untuk

beberapa

jenis

hormone, penurunan

metabolic

clearance

ratenya

dapat

menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah hormone dalam jumlah besar disirkulasi.


Biasanya terjadi pada beberapa hormone steroid pada kondisi kerusakan hepar, karena
umumnya hormone-hormon ini mengalami konjugasi dalam hepar.
Seperti disebutkan sebelumnya, beberapa hormone juga terkadang mengalami degradasi
dalam sel targetnya, melalui aktifitas enzim intraseluler yang menyebabkan endositosis dari
hormone-reseptor komplek pada membran sel, kemudian hormone mengalami metabolism
di dalam

sel, dan

reseptor

yang

sebelumnya

berikatan

dengan

hormone

tersebut

dikembalikan ke membrane sel.


Sebagian besar dari hormone peptide dan catecholamine merupakan hormone larut air
dan tersebar bebas dalam sirkulasi. Kebanyakan dari hormone-hormon ini mengalami
degradasi oleh enzim di dalam darah dan jaringan kemudian mengalami eksresi yang
cepat melalui ginjal dan hati, hal ini yang menyebabkan singkatnya onset dan durasi dari
hormone-hormon ini

dalam sirkulasi, dimana kebanyakan jenis hormone ini hanya

memiliki half-life (waktu paruh) sekitar beberapa menit saja. Sebaliknya, hormone yang
terikat protein plasma mengalami clearance dari darah dalam waktu yang sangat lambat
dan dapat bertahan selama beberapa jam bahkan sampai beberapa hari, misalnya half-life
dari hormone steroid sekitar 20-100 menit, sedangkan untuk hormone thyroid sekitar 1-6
hari.

A.Pembentukan dan sekresi


1. Sintesis dan Sekresi Hormon Peptida

Hormon peptida disintesis di Rough Endoplasmic Reticulum (RER) dalam bentuk molekul
prokursor besar yang disebut Preprohormon.Banyak Preprohormon ini disintesis menjadi peptida
labih kecil yang disebut Prohormon di RER. Dari RER, Prohormon ini diangkut ke Badan Golgi
untuk dikemas dengan protein-protein lain dalam vesikel-vesikel sekretorius. Vesikel-vesikel ini
kemudian disimpan di dalam sel. Untuk beberapa hormon, misalnya insulin, perubahan dari
Prohormon ke dalam bentuk aktif dapat terjadi di dalam vesikel sekretorius.
Saat terdapat stimulus, vesikel-vesikel sekretorius bergerak mendekati membran plasma dan
kemudian menyatukan membran vesikel dengan membran plasma sel. Saat membuka, hormon
peptida dan kandungan lain yang terdapat di dalam vesikel dikeluarkan ke ruang ekstaseluler
dengan eksositosis.
Untuk hormon peptida, hormon yang disimpan dapat dilepaskan dengan cepat atau segera ke
dalam sirkulasi.

Gambar: Sintesis dan Sekresi Hormon Peptida

10

2. Sintesis dan Sekresi Hormon Steroid


Korteks adrenal mensekresi sekelompok hormon yang disebut kortikosteroid.Hormon ini
seluruhnya disintesis dari kolesterol steroid. Jenis-jenis hormon adrenokortikal secara
fungsional dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Mineralokortikoid mempengaruhi elektrolit/mineral cairan ekstrasel (Na+ dan K+),
antara lain :
Aldosteron (sangat kuat, mencakup 90% dari seluruh aktivitas mineralokortikoid)
Desoksikortikosteron (1/15 kekuatan aldosteron tetapi sangat sedikit disekresi)
Kortikosteron (aktivitasnya lemah)
9-fluorokortisol (sintetik, sedikit lebih kuat dari aldosteron)
Kortisol (aktivitas mineralokortikoidnya sangat lemah tetapi disekresi dalam jumlah
banyak)
Kortison (sintetik, aktivitas mineralokortikoidnya lemah)
2. Glukokortikoid meningkatkan konsentrasi glukosa darah dan metabolisme protein dan
lemak
Kortisol (sangat kuat, mencakup kira-kira 95% dari seluruh aktivitas glukokortikoid)
Kortikosteron (kira-kira 4% seluruh aktivitas glukokortikoid, namun jauh lebih lemah
daripada kortisol)
Kortison (sintetik, hampir sekuat kortisol)
Prednison (sintetik, 4X lebih kuat dari kortisol)
Metilprednison (sintetik, 5X lebih kuat dari kortisol)
Deksametason (sintetik, 30X lebih kuat dari kortisol
3. Hormon androgen efeknya mirip dengan hormon testosteron

11

a. Sumber Kolesterol, ada 2 :


Berasal dari ester kolesterol yang terkandung dalam molekul low-density lipoprotein
(LDL) di sirkulasi. Apoprotein B100 yang ada di permukaan partikel LDL akan
berikatan dengan reseptor yang ada di membran plasma sel korteks adrenal
endositosis vesikel endositik bergabung dengan lisosom lisis molekul LDL
dilepaskan ester kolesterol yang akan dihidrolisis menjadi kolesterol bebas dan asam
lemak dengan bantuan enzim cholesterol ester hydrolase (CEH). Kolesterol yang tidak
segera digunakan oleh sel akan diubah lagi menjadi ester kolesterol oleh enzim acylCoA : cholesterol acyltransferase (ACAT) disimpan dalam droplet lemak.
Biosintesis kolesterol dari droplet lemak yang ada di dalam sel korteks adrenal.
Kolesterol yang terbentuk terutama dalam bentuk ester kolesterol yang selanjutnya
akan mengalami proses yang sama seperti di atas.

12

b. Jalur Sintesis Hormon Steroid


Setelah kolesterol bebas ada di dalam sel korteks berikatan dengan sterol carrier
protein 2 masuk ke mitokondria 1 molekul kolesterol berikatan dengan cholesterol
side-chain cleavage enzyme(CYP11A1) terbentuk pregnenolon menuju RE halus
terjadi remodeling pregnenolon menjadi steroid (gambar). Masing-masing zona di
korteks adrenal mensekresi hormon steroid yang berbeda :

13

c. Sekresi Hormon Steroid


Proses sekresi masih belum jelas; kemungkinan diakibatkan oleh tingginya konsentrasi
steroid di dalam sel terjadi gradien konsentrasi hormon steroid antara sel dan darah
karena steroid bersifat lipofilik terjadi difusi steroid melewati membran plasma
sirkulasi
Proses sintesis dan sekresi hormon steroid berlangsung secara terus menerus
Kecepatan sekresinya tergantung dari stimulus yang diterima oleh korteks adrenal,
terutama dari ACTH

Jadi, rangkaian proses sintesis dan sekresi hormon steroid adalah :


1. Pembentukan kolesterol bebas, baik dari kolesterol di sirkulasi maupun biosintesis dalam
sel
2. Pembentukan pregnenolon
3. Remodeling pregnenolon menjadi hormon steorid secara enzimatik sesuai dengan zona
korteks adrenal
4. Akibat terjadi gradien konsentrasi steroid antara intrasel dan ekstrasel sekresi hormon
steroid ke sirkulasi

14

3. Sintesis dan Sekresi Hormon Tyrosin Derivat

Gambar Overview Sintesis dan Sekresi Hormon Tiroid

Secara normal, konsentrasi iodium di dalam tubuh itu sangat rendah, sehingga untuk
memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh diperlukan suplai dari asupan makanan. Iodium yang
berasal dari luar tersebut masih dalam bentuk iodida (I-) sehingga perlu dioksidasi menjadi
iodium (I2) untuk bisa berfungsi dalam proses pembentukan hormon tiroid. Kebutuhan jumlah
iodium yang ditelan dalam bentuk iodida adalah + 1 mg/minggu. Setelah iodida diabsoprsi dari
saluran cerna menuju sirkulasi, sebagian besar ion tersebut akan dikeluarkan oleh ginjal, tetapi +
hanya seperlima dipindahkan dari sirkulasi secara selektif oleh sel-sel kelenjar tiroid untuk
digunakan dalam proses pembentukan hormon tiroid.
1. Proses Trapping Ion Iodida
Membran basal sel folikel (letaknya dekat dengan kapiler yang mensuplai folikel)
mengandung Na+-I- symport carrier (NIS), yang akan memasukkan iodida dan anion-anion lain
(seperti bromida, tiosianat, dan perklorat) ke dalam sitoplasma sel folikel melalui transpor aktif
sekunder. Karena sama-sama menggunakan NIS, anion-anion tersebut bersifat inhibitor terhadap

15

pemasukan/uptake ion iodida.Mekanisme transpor ini bisa memekatkan iodida + 30 kali dari
konsentrasinya dalam darah.Hal ini memungkinkan iodida melakukan fungsinya meskipun
konsentrasinya sedikit dalam darah.
2. Pembentukan dan sekresi tiroglobulin oleh sel-sel tiroid
Sel-sel tiroid merupakan sel kelenjar khas yang mensekresikan protein. Retikulum
endoplasma dan aparatus golgi mensintesis molekul glikoprotein besar yang disebut tiroglobulin.
Tiroglobulin kemudian disimpan di vesikel dan disekresikan secara eksositosis ke dalam
koloid.Setiap molekul tiroglobulin mengandung 70 asam amino tirosin dan tiroglobulin
merupakan substrat utama yang bergabung dengan iodida untuk membentuk hormon tiroid, yang
terbentuk dalam molekul tiroglobulin.

3. Oksidasi Ion iodida


Setelah berada di dalam sel folikel, iodida akan berdifusi secara cepat dan dengan bantuan I-/Cl
antiporter (pedrin) yang dirangsang oleh TSH, menuju membran apikal (koloidal). Pada membran apikal
(koloidal) ini terdapat enzim peroksidase dan hidrogen peroksidase (H2O2) yang akan meningkatkan
reaksi oksidasi ion membentuk iodium yang teroksidasi.

16

4. Iodinasi Tirosin (Coupling)

Iodium yang sudah teroksidasi (iodine) selanjutnya akan berikatan dengan asam amino
tirosin melalui langkah-langkah :
Iodine + Tirosin monoiodotirosin (MIT)
Iodine + MIT diiodotirosin (DIT)
MIT + DIT triiodotironin (T3)
DIT + DIT tetraiodotironin (T4/tiroksin)
Hasil dari coupling ini adalah molekul tiroksin yang masih tetap merupakan bagian dari
molekul tiroglobulin. Setelah diiodinasi, molekul tiroglobulin akan disimpan di koloid.

17

5. Sekresi Hormon T3 dan T4

Molekul tiroglobulin yang berada di koloid akan diendositosis melalui pembentukan


vesikel pinositik oleh permukaan apikal sel tiroid bergabung dengan lisosom terbentuk
vesikel-vesikel digestif yang mengandung enzim pencernaan (ex. Protease) sehingga T3 dan T4
bisa terlepas dari ikatannya dengan molekul tiroglobulin T3 dan T4 berdifusi menuju
pembuluh kapiler sirkulasi.
Hanya 20-25% MIT dan DIT dalam molekul tiroglobulin yang akan berikatan membentuk
hormon T3. Dalam 3 molekul tiroglobulin hanya terbentuk 1 hormon T3, sehingga jumlah
hormon T3 yang disekresikan nantinya akan lebih sedikit dibandingkan dengan hormon T4.
Akibatnya, T4 menjadi hormon metabolik tiroid yang paling banyak konsentrasinya dalam darah
(+93 %). Molekul MIT dan DIT yang tidak membentuk hormon tiroid itu selama proses
pencernaan molekul tiroglobulin, juga akan dilepaskan dari sel-sel tiroid tetapi tidak disekresikan
ke dalam darah. Sebaliknya dengan bantuan enzim deiodinase, iodium dilepaskan dari tirosin
sehingga cukup tersedia di dalam kelenjar untuk membentuk hormon tiroid tambahan.

Jadi, secara umum urutan sintesis dan sekresi hormon tiroid adalah :
1. Transport iodida ke dalam sel (Trapping iodida)
2. Oksidasi iodida
3. Iodinasi Iodida (Coupling)
4. Proteolisis Tiroglobulin
5. Deiodinasi MIT dan DIT
6. Difusi T3 dan T4 ke sirkulasi (sekresi)

18

19

B. Transpor Dan Reseptor


1. Transpor dan Reseptor Hormon Peptida
Hormon yang larut air (peptida dan katekolamin) terlarut dalam plasma dan dibawa ke
tempat sintesisnya ke jaringan target, tempat hormon tersebut berdifusi keluar dari kapiler, ke
dalam cairan interstitial, dan akhirnya ke jaringan target. Karena larut dalam plasma, hal ini bisa
menjelaskan mengapa kebanyakan hormon peptida nonglikosilasi mempunyai waktu paruh yang
pendek (3-7 menit).Semakin sulit hormon tersebut terlarut dalam air, semakin penting peranan
protein transpor.
Distribusi hormon yang terikat pada maupun yang babas dalam plasma ditentukan oleh
jumlah hormon itu sendiri, jumlah protein pengikat, dan afinitas hormon terhadap protein.
Golongan hormon protein dan polipeptida : mencakup hormon yang diskeresikan oleh
kelenjar hipofisis anterior dan posterior, pankreas, kelenjat paratiroid, dan banayak hormon
lainnya.
Reseptor pada membran sel sebagian besar sepsifik untuk protein peptida, dan hormon
katekolamin.
Reseptor Hormon Hidrofilik
Bahan hidrofil pembawa sinyal mampu menembus membran sel yang besifat
lipofil.Sinyalnya diteruskan ke dalam sel oleh reseptor yang berada pada membran (transduksi
sinyal). Sehubungan dengan itu, dapat dibedakan tiga jenis reseptor:
1. Reseptor terkait-kanal ion.
Hampir semua zat neurotransmitter seperti asetilkolin, dan norepinefrin, bergabung
dengan reseptor di membran pascsinaps.Hal tersebut hampir selalu menimbulkan perubahan
struktur reseptor, yang biasanya membuka atau menutup suatu kanal ion atau lebih.Sebagian
reseptor terkait-kanal ion ini membuka (atau menutup) kanal untuk ion Natrium, sebagian lagi
untuk ion kalium, sebagian lagi untuk ion kalsium, dan seterusnya.Perubahan pergerakan ion-ion
melalui kanal menimbulkan efek yang berkelanjutan pada sel pascasinaps.

20

2. Reseptor hormon yang terkait-Protein G


Banyak hormon mengaktivasi reseptor yang secara tidak langsung mengatur aktivitas
protein target (misalnya enzim atau kanal ion) dengan cara terangkai pada kelompok protein
membran sel yang disebut protein pengikat-GTP heterometrik (protein G). Terdapat lebih dari
1000 reseptor terkait-protein G yang telah diketahui, dan semuanya memiliki tujuh segmen
transmembran yang melengkung ke dalam dan keluar membran sel. Sebagian reseptor yang
memnonjol ke dalam sitoplasma sel (terutama ujung sitoplasma dari reseptor) terangkai pada
protein G yang meliputi tiga bagian subunit , , dan . Ketika ligand (hormon) terikat pada
bagian ekstrasel reseptor, terjadi perubahan pada bentuk di eseptor yang mengaktifkan protein G
dan menginduksi sinyal intrasel dan dapat:

Membuka atau menutup kanal ion membran sel, atau

Mengubah aktivitas enzim dalam sitoplasma sel.

Protein G dapat mengikat guanosin nukleotida.Pada keadaan inaktif, subunit , , dan


dari prtoein G memnbetuk kompleks dengan guanosin difosifat (GDP) pada subunit . Ketika
reseptor terkativasi, reseptor kanal mengalami perubahan bentuk yang mengakibatkan protein G
trimetrik yang terkait-GDP berhubungan dengan bagian sitoplasma dari respetor dan terjadi
pertukaran GDP dengan guanosin trifosfat (GTP). Pergantian GDP menjadi GTP mengakibatkan
subunit terdisosiasi dari kompleks trimetrik dan berhubungan dengn protein pesniyal intrasel
lainnya; Protein ini selanjutnya akan mengubah aktivitas kanal ion atau akitivitas enzim intrasel
seperti adenilil siklase atau fosolipase C, yang akan mengubah fungsi sel.
Proses penghantaran sinyal terhenti dengan cepat ketika hormon terlepas dan subunit
mengaktivasi dirinya sendiri dengan mengubah GTP yang terikat padanya menjadi GDP; lalu
subunit sekali lagi berkombinasi dengan subunit dan untuk membentuk protein G trimetrik
yang inaktif pada membran.
Sejumlah hormon terangkai dengan protein G inhibitor (Gi), sedangkan yang lain terangkai
pada protein G stimulator (Gs). Jadi bergantung pada rangkaian reseptor hormon dengan protein
Gs atau Gi, suatu hormon dapat meningkatkan atau mengurangi aktivitas enzim intrasel.Sistem
kompleks dari protein G membran sel ini menyediakan sejumlah besar respon sel yang potensial
terhadap hormon di berbagai jaringan tubuh.

21

3. Reseptor hormon terkait-enzim


Pada banyak kasus, reseptor tersebut adalah suatu tirosin-kinase yang diaktifkan melalui
pengikatan bahan pembawa sinyal dan memfosforilasi residu tirosin protein.Reseptor terutama
memfoforilasi dirinya sendiri. Pada residu tirosin yang terfosforilasi ini kemudian terikat proteinprotein spesifik, yang melalui proses tersebut diaktivasi sebagai enzim dan mengirim sinyal ke
bagian dalam sel. Reseptor terkait enzim ini merupakan protein yang memnebus membran satu
kali, berbeda dengan reseptor terkait protein G dengan tujuh segmen. Reseptor terkait enzim
memiliki tempat pengikatan hormonnya di luar membran sel dan tempat katalisis atau aktivitas
enzim di dalam.Reseptor untuk insulin dan faktor pertumbuhan adalah tirosin-kinase sejenis ini.

2. Transpor dan Reseptor Hormon Steroid dan Derivat Tyrosin


Reseptor hormon
-

Reseptor hormon merupakan protein

Reseptor hormon sangat spesifik

Hormon memulai efek biologisnya saat berikatan dengan reseptor spesifiknya. Kerja
hormon terhenti ketika terlepas dari reseptornya

Reseptor memiliki sedikitnya dua domain fungsional

22

Derivat tirosin akan berikatan dengan reseptor pada membran plasma ( hormon
peptida)

Steroid dan tiroid akan berikatan dengan reseptor intrasel

Interaksi hormon-reseptor:
[H] + [R] [HR]
Dimana [H] adalah konsentrasi hormon bebas; [R] konsentrasi reseptor bebas; [HR]
adalah konsentrasi kompleks hormon-reseptor.

Reseptor intraseluler
Hormon dengan reseptor intrasel adalah molekul lipofilik, berdifusi lewat membran sel
dan menjumpai reseptor spesifiknya dengan afinitas tinggi dalam sel target serta selanjutnya
mengalami reaksi aktivasi.
Gambaran umun kerja hormon ini terlihat dalam gambar dibawah ini.
Reaksi aktivasi membuat kompleks hormon-reseptor mampu berikatan dengan kromatin.
Kompleks ini terikat pada suatu regio spesifik DNA (unsur respon hormon) dan mengaktifkan
atau menginaktifkan gen yang spesifik. mempengaruhi transkripsi gen merubah jumlah
protein spesifik mempengaruhi metabolisme.

23

Hormon steroid tidak hanya berpengaruh pada proses transkripsi, tetapi dapat berpengaruh
pada setiap tahap dalam lintasan informasi pembentukan protein, baik itu transpor mRNA keluar
inti maupun proses translasi mRNA. Untuk dapat mempengaruhi proses transkripsi kompleks
hormon-reseptor harus berada pada regio kromatin yang transkripsi aktif (pada gambar di atas
dilukiskan sebagai gelambung).
Dua Gen utama yang mempunyai unsur pengatur inisiasi transkripsi pada posisi 5, yaitu PE
(promoter element) dan HRE (hormone respone element).HRE merupakan unsur pendorong
transkripsi.

Walapun reaksinya berbeda, hormon peptida juga memberikan pengaruhnya terhadap


transkripsi DNA melalui HRE (HRE analog dengan CREB)
Reseptor hormon tiroid terdapat di sitoplasma, mitokondria, dan nukleus.Hanya reseptor
pada nukleus yang telah dimengerti dengan baik. Ikatan T3-reseptor di nukleus mengaktivasi
proses transkripsi.
Transpor hormon
-

Steroid dan hormon tiroid beredar dalam sirkulasi dengan berikatan pada protein pengikat
spesifik.
o 80% T4 dan 55% T3 berikatan dengan thyroid-binding globulin; 15% T4 dan
25% T3 berikatan dengan thyriod-binding prealbumin; ada pula yang berikatan
dengan albumin; dan sisanya (0,03% T4 dan 0,2% T3) dalam bentuk bebas dalam
sirkulasi

24

o > 90% testosteron berikatan pada sex hormine-binding globulin


o >90% kortisol berikatan pada kortisol-binding globulin
o > 99% IGF (insuline-like growth factor) barikatan pada protein pengikat spesifik
-

Efek pengikatan hormon dengan protein pengikat


o Menurunkan level hormon yang aktif di plasma (karena hanya hormon yang
bebas yang aktif)
o Menyebabkan hormon lebih lama berada dalam sirkulasi, karena degradasi dan
ekskresinya melalui ginjal terhambat
o Melindungi tubuh dari efek hormon karena kadarnya yang berlebihan
o Menjamin hormon beredar ke seluruh tubuh

C. Second Messenger
Sistem Second Messenger cAMP-Adenilil Siklase
Cyclic AMP (cAMP) yaitu suatu nukleotida yang ada dimana-mana dan berasal dari ATP lewat
kerja ezim adenilil siklase, mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam proses kerja
sejumlah hormon. Kadar cAMP dapat intrasel dapat meningkat ataupun menurun oleh pengaruh
berbagai hormon, dan pengaruh ini bervariasi antara jaringan yang satu dengan yang lainnya.

25

Sistem Adenilil Siklase


Interasi hormon dan reseptor mengakibatkan aktivasi ataupun inaktivasi daripada adenilil
siklase atau beberapa molekul efektor lainnya. Pengikatan hormon dengan reseptor
memungkinkan terangkainya reseptor pada sebuah protein-G. Jika protein G menstimulasi
cAMP-adenilil siklase maka protein G tersebut disebut protein Gs, yang berarti protein G
stimulator, sebaliknya jika yang dihasilkan adalah inhibisi maka disebut protein inhibitor atau Gi.
Reseptor yang terangkai pada efektor lewat pengantara protein GTP, memiliki 7 buah domain
perentang-membran yang bersifat hidrofobik.

Kerja spesifik yang timbul sebagai rsepon terhadap peningkatan atau penurunan cAMP disetiap jenis sel
target bergantung pada perangkat intrasel yang dimiliki, beberapa sel memiliki satu set enzim,
sedangkan sel lain mekiliki enzim lain. Oleh karena itu, berbagai fungsi terdapat di berbagai sel target,

seperti memulai sintesis zat kimia intrasel yang spesifik, menimbulkan relaksasi atau kontraksi
otot, memulai sekresi sel dan mengubah permeabilitas sel.

26

pengikatan hormon pada reseptor

reseptor terangkai pada protein G

cAMP

ATP

4 cAMP

protein kinase
inaktif

protein kinase aktif

protein

fosfoprotein

efek fisiologis

27

28

Sistem Second Messenger cGMP


Siklik GMP dibentuk dari GTP oleh enzim guanilil siklase yang terdapat dalam bentuk
larut dan terikat membran. Peningkatan cGMP akan mengaktifkan enzim protein kinase yang
bergantung pada cGMP, dan enzim ini selanjutnya akan melakukan fosforilasi terhdap sejumlah
protein otot polos, termasuk rantai ringan miosin. Proses ini agaknya terlibat pada proses
relaksasi otot polos dan vasodilatasi. Contoh hormon yang mengaktifkan messenger kedua yaitu
cGMP ialah faktor natriuretik atrial (ANF) dan nitrogen oksida (NO).

Sistem Second Messenger Fosfolipid Intrasel


Sejumlah hormon mengaktifkan reseptor transmembran yang mengaktivasi enzim
fosfolipase C yang melekat pada tonjolan reseptor di bagian dalam sel. Reseptor permukaan sel

29

seperti reseptor untuk asetilkolin, hormon antidiuretik dan katekolamin tipe-1 merupakan
aktivator fosfolipase C yang ampuh jika reseptor tersebut ditempati oleh ligandnya masingmasing.

30

Mekanisme timbulnya respon seluler akibat aktivasi fosfolipid membran sel yaitu:
1. pengikatan hormon peptida pada reseptor terkait protein-G
2. enzim fosfolipase C mengkatalisis pemecahan sejumlah fosfolipid di membran sel, terutama
fosfatidilinositol bifosfat (PIP2) menjadi IP3 (inositol trifosfat) dan DAG (diasilgliserol).
3. IP3 memobilisasi ion kalsium dari mitokondria dan retikulum endoplasma, kemudian ion
klasium memiliki efek second messengernya sendiri seperti kontraksi otot polos dan
mengubah sekresi sel
4. Berbeda dari IP3, DAG akan mengaktifkan enzim protein kinase C (PKC) yang kemudian
memfosforilasi sejumlah protein yang akhirnya menimbulkan respon seluler.
5. Selain itu, bagian lipid DAG adalah asam arakidonat yang merupakan prekursor
prostaglandin dan hormon lokal lainnya yang menimbulkan berbagai efek pada seluruh
jaringan tubuh.

Sistem Second Messenger Kalsium-Kalmodulin


Kalsium yang terionisasi merupakan unsur regulator penting yang mengatur berbagai proses
seluler termasuk kontraksi otot, perangkaian stimulus-sekresi, rangkaian proses pembekuan
darah, aktivitas enzim dan eksitabilitas membran. Bentuk ion kalsium juga merupakan
messenger sistem intrasel untuk kerja hormon. Terdapat perbedaan konsentrasi sebesar 500010000 kali lipat antara kalsium ekstrasel dan klasium intraseluler, meskipun terdapat gradien
elektris yang menguntungkan tersebut, tapi ternyata kalsium tidak mudah masuk ke dalam sel.
Pemasukan kalsium dapat di inisiasi oleh peruabahan potensial membran yang dapat membuka
kanal kalsium atau hormon yang berinteraksi dengan reseptor membran yang membuka kanal
kalsium.
Mekanisme second messenger oleh kalsium-kalmodulin yaitu:
1. ion kalsium memasuki sel, kemudian berikatan dengan kalmodulin.
2. Kalmodulin berubah bentuk dan menginisiasi berbagai efek di dalam sel meliputi aktivasi
ataupun inhibisi protein kinase. Kalmodulin berubah bentuk jika 3 atau 4 tempat pengikatan
kalsium yang terdapat pada kalmodulin telah terisi oleh kalsium.

31

3. aktivasi protein kinase menyebabkan fosforilasi protein sehingga menghasilkan respon


seluler. Contohnya adalah kalmodulin mengaktifkan miosin kinase yang bekerja secara
langsung pada miosin otot polos untuk menimbulkan kontraksi otot.

32

Axis Hipotalamus - Pituitary

Aksis pengaturan hormonal

33

Secara umum pengaturan hormonal terjadi melalui suatu jalur vertical dari hipotalamus
ke hipofisis lalu ke kelenjar hormon dan akhirnya menuju sel target.
Sebelumnya kita ketahui juga adanya mekanisme umpan balik dari hormon terhadap
kelenjar endokrin yang memberi efek negative. Ini juga akan berpengaruh dalam pengaturan
hormonal melaui aksis ini. ada beberapa aksis yang penting yang akan dibahas disini.

A. Aksis Untuk Growth Hormon


komunikasi ini terjadi berawal dari adanya
suatu rangsangan yang dapat berupa stress atau
kadar glukosa darah yang menurun. Akan
merangsang hipotalamus untuk menghasilkan
GHRH dan menghambat dari GHIH yang
nantinya akan merangsang hipofisis anterior
untuk menyekresikan GH. Seperti yang kita
ketahui

ada

dieksresikan

kecenderungan

hormon

akan

banyak

selain

dapat

maka

mempengaruhi dari sel target hormon juga bisa


menghambat

dari

hipotalamus

itu

sendiri

sehingga mengakibatkan penurunan dari hormon


yang merangsang pelepasan dan meningkatkan
pengeluaran hormon penghambat.

34

B. Aksis Hipotalamus-Hipofisis-Tiroid
Seperti gambar disamping
1. Hormon pelepas tiroid (TRH) dilepaskan dari
neuron dari hipotalamus ke darah. Melewati system
portal hipotalamohipofisal menuju hipofisis anterior
2. TRH menyebabkan sel sel hipofisis anterior
mensekresikan TSH (thyroid stimulating hormone)
3. TSH melalui sirkulasi darah menuju kelenjar
tiroid , yang akan mengakibatkan peningkatan sintesis
dan sekresi hormon tiroid (T3 dan T4)
4. T3dan T4 memiliki efek penghambatan pada
sekresi TRH dari hipotalamus dan TSH dari hipofisis
anterior

C. Aksis Hipotalamus-Hipofisis-Korteks Adrenal


Aksis ini berawal dari
1. CRH (cortocotropin-releasing hormone) dilepaskan
dari neuron hipotalamus sebagai respon terhadap stress atau
hipoglikemi dan melewati system portal
hipotalamohipofisial menuju ke hipofisis anterior
2. Pada hipofisis anterior CRH berikatan dan
menstimulasi sel-sel yang mensekresikan
ACTH(adrenocorticotropic hormone)
3. ACTH berikatan dengan reseptor pada membran sel
pada korteks adrenal dan stimulasi dari sekresi
glukokortikoid, umumnya kortisol
4. Kortisol menghambat sekresi CRH pada hipotalamus
dan ACTH pada Hipofisis anterior

35

AKSIS HIPOTALAMUS
Terdapat 3 mekanisme utama dalam pengontrolan produksi hormon:
1. Aksi substrat selain hormon pada kelenjar endokrin (dikontrol langsung oleh jalur
metabolik yang tempat hormo tersebut bekerja)
ex. kadar glukosa dalam darah mengatur peningkatan dan penurunan sekresi insulin
dari pankreas.
2. Kontrol neural terhadap kelenjar
melalui pengeluaran neurotransmitter pada sinaps neuron-sel yang dapat berperan
sebagai stimulator atau inhibitor.
3. Kontrol kelenjar oleh hormon atau neurotransmitter yang dihasilkan kelenjar lainnya
kontrol hipotalamus terhadap kerja kelenjar endokrin lainnya, melalui hormon pituitari
(aksis hipotalamus).

Kontrol feedback merupakan bagian penting dari sistem endokrin. Masing-masing aksis
hipotalamus (HPT, HPA, HPG) dipengaruhi oleh negatif feedback, suatu proses yang digunakan
untuk mengontrol produksi hormon dalam fluktuasi yang sempit. Contoh dari feedback negatif
pada aksis hipotalamus pituitari target adalah (1) Hormon tiroid pada aksis TRH TSH, (2)
Kortisol pada aksis TRH ACTH, (3) Gonadal steroid pada aksis GnRH-LH/FSH, dan (4) IGF-I
pada aksis GHRH GH.

36

Gambar. Aksis Hipotalamus Pituitari - Kelenjar

AKSIS HIPOTALAMUS PITUITARI ADRENAL

37

Aktivasi aksis HPA diinisiasi oleh pelepasan CRH dari hipotalamus. Pelepasan ini terjadi
karena berbagai stimulus, termasuk semua jenis stres fisik dan psikologis, siklus harian
nrmal, dan sebagai respon terhadap pengeluaran berbagai neurotransmitter.

CRH kemudian akan menstimulasi pituitari anterior untuk memproduksi ACTH.

ACTH selanjutnya mengaktifasi produksi hormon adrena, terutama kortisol.

Aktifitas aksis HPA diatur oleh mekanisme feedback negatif. Peningkatan level
kortisol akan menekan pelepasan CRH oleh hipotalamus dan pelepasan ACTH oleh pituitari.
Sebagai tambahan, ACTH juga dapat menekan produksi CRH dari hipotalamus.
AKSIS HIPOTALAMUS PITUITARI - GONAD

Pada wanita dan laki-laki, aksis HPG adalah sistem yang mengatur pengeluaran sex hormon.
Sistem ini diaktivasi oleh GnRH yang dikeluarkan secara reguler dalam waktu singkat dari
hipotalamus. GnRH kemudian menstimulasi pelepasan FSH dan LH dari pituitari anterior.

Male

38

LH menstimulasi beberapa jenis sel dalam testis (Leydig cells) untuk menghasilkan
testosteron.

FSH dan testosteron adalah regulator kunci pada sel testikular lainnya (Sel Sertoli) yang
berfungsi mendukung dan menutrisi sperma selama pematangannya.

Aksis HPG pada laki-laki diregulasi melalui berbagai faktor. Contohnya,


testosteron adalah bagian dari mekanisme feedback negatif yag menurunkan pelepasan
GnRH oleh hipotalamus dan pelepasan LH oleh pituitari anterior. Sebagai tambahan, sel
Sertoli mensekresi subtrat (inhibin) yang menghalangi pengeluaran FSH dari pituitary.
Sel Leydig dan sel Sertoli juga mengeluarkan substansi (activin) yang
menstimulasi sekresi FSH dan memiliki fungsi terbalik dengan inhibin.

Female

39

Selama siklus menstruasi, LH dan FSH menstimulasi folikel ovarium yang mengandung
ovum untuk memproduksi estradiol.

Setelah ovulasi terjadi, LH menstimulasi produksi progesteron dan estradiol oleh corpus
luteum. Keduanya berperan dalam mekanisme negatif feedback selama sebagian besar
siklus menstruasi, untuk menekan pelepasan GnRH dari hipotalamus dan LH dari
pituitari.

Namun, tepat sebelum ovulasi mekanisme feedback positif diaktivasi oleh estradiol yang
mengakibatkan peningkatan level LH yang mengawali terjadinya ovulasi, formasi corpus
luteum, dan pelepasan progesteron.

Progesteron menjadi feedback negatif untuk pelepasan LH dan FSH, menyebabkan level
LH turun lagi.

Sekresi FSH diregulasi oleh inhibin yang dikeluarkan oleh sel dalam folikel ovarium.

40

Anatomi Sistem Endokrin

41

HIPOTALAMUS
Hipotalamus terletak pada lantai dan dinding ventrikel ketiga dari otak.Struktur inilah
yang mengatur keseluruhan fungsi primitive dari otak yang meliputi pengaturan cairan tubuh
sampai fungsi seksual.Kebanyakan fungsi dari hipotalamus dalam regulasi berbagai system
tubuh melalui hormon dilaksanakan melalui perantara kelenjar pituitary yang sangat terkait
dengannya.
Hipotalamus dan kelenjar pituitary merupakan tempat interaksi utama antara system saraf
dan endokrin.Hipotalamus mengatur aktivitas dan fungsi sekresi kelenjar pituitary.Hormone,
informasi sensori yang masuk CNS, dan emosi, sebaliknya juga mempengaruhi aktivitas
hipotalamus.

HIPOFISIS

42

Kelenjar pituitary memiliki ketebalan sekitar 1 cm, dengan berat 0.51.0 g, dan berdiam
pada sella turcica tulang sphenoid.Berlokasi pada hipotalamus inferior dan dihubungkan oleh
tangkai infundibulum. Kelenjar pituitary dibagin mejadi dua bagian fungsional : pituitary
posterior atau neurohypophysis dan pituitary anterior adenohypophysis.
PITUITARI POSTERIOR
Disebut juga neurohipofisis karena struktur ini berhubungan langsung dengan otak (neuro
berarti system saraf). Dibentuk sejak pembentukan embrio dari pertumbuhan bagian inferior otak
pada area hipotalamus. Pertumbuhan inferior ini membentuk struktur infundibulum, dan bagian
akhir infundibulum membesar membentuk struktur pituitary posterior.Sekresi pituitary posterior
disebut juga neurohormon karena merupakan perluasan dari system saraf.
PITUITARI ANTERIOR
Dibentuk dari suatu kantong yang terbentuk kearah luar dari cavum oris embrio yang
disebut divertikulum pituitary atau kantong Rathkes, yang tumbuh di depan pituitary posterior.
Karena dekat dengan pituitary posterior, divertikulum pituitary ini kehilangan koneksinya
dengan cavum oris dan menjadi pituitary posterior. Struktur ini dibagi menjadi tiga area dengan
batas yang tak jelas : pars tuberalis, pars distalis, dan pars intermedia. Hormone yang
disekresikan dari pituitary anterior sangan berlawanan dengan pituitary posterior, dimana
hormonnya bukan neurohormon sebab struktur histologist pituitary anterior dibentuk dari
jaringan epitel cavum oris embrional dan bukan dari system saraf seperti neurohipofisis.

43

44

TIROID DAN PARATIROID


Kelenjar

tiroid

merupakan

kelenjar

endokrin terbesar dimana struktur ini memiliki


berat 20 sampai 25 g dan menerima laju aliran
darah tertinggi per gram jaringannya.Kelenjari
tiroid terbungkus di antara bagian anterior dan
lateral trakea, dan berada tepat di bawah
laring.Kelenjar ini terdiri dari dua lobus besar,
satu berada pada masing-masing sisi trakea,
dihubungkan

oleh

struktur

menyempit,

disebut

depannya

isthmus.Kelenjar

yang
ini

memiliki vaskulasrisasi tinggi sehingga terlihat


lebih merah dibandingkan jaringan yang mengelilinginya.
Kelenjar paratiroid terletak pada bagian belakang pada masing-masing lobus kelenjar
tiroid. Kelenjar ini ada empat buah, dengan selnya terorganisasi secara tebal berbentuk massa.
Masing-masing memiliki panjang 3 hingga 8 mm dan lebar 2 hingga 5 mm.

45

PANKREAS
Kelenjar pancreas, terletak di belakang peritoneum antara kurvatura mayor lambung dan
duodenum. Panjang struktur ini berkisar antara 15 cm, tebal 2,5 cm dengan berat kira-kira 85
100 g. kaput pancreas terletak dekat duodenum dan korpus dan caudanya memanjang di depan
limpa. Pancreas yang memanjang dan seperti spons terletak peritoneal, inferior, dan dorsal dari
lambung.

46

KORTEKS ADRENAL

Kelenjar adrenal, yang disebut juga glandula suprarenal, merupakan struktur pada polus
superior ginjal. Seperti ginjal, mereka juga terletak retroperitoneal, dan dikelilingi jaringan
lemak yang bertumpuk-tumpuk. Kelenjar adrenal disertai dengan kapsul jaringan ikat dan
memiliki suplai darah yang berkembang dengan baik.Kelenjar adrenal memiliki dua bagian
yakni bagian dalam (medulla) dan bagian luar (korteks), yang diperoleh dari dua jaringan
embrionik yang terpisah.Medulla adrenal terbentuk dari sel neural yang juga memberikan neuron
postganglionik ke divisi simpatis dari system saraf autonom.Tidak seperti kebanyakan kelenjar
dalam tubuh, yang berkembang dari invaginasi jaringan epithelial, korteks adrenal dibentuk dari
lapisan mesoderm.

47

HISTOLOGI

KELENJAR HIPOFISIS
Kelenjar hipofisis di bagi menjadi tiga lobus yaitu lobus anterior (adenohipofisis), lobus
posterior (neurohipofisis) dan lobus intermedia yang mengalami rudimentasi pada perkembangan
embriologisnya.

Keterangan gambar

48

1. ADENOHIPOFISIS
Adenohipofisis (hipofisis anterior), berkembang dari kantung rathkes. Adenohipofisis terdiri
dari pars distalis, pars intermedia, dan pars tuberalis.
a. Pars distalis
kelenjar hipofisis pars distalis dilapisi oleh kapsula fibrosa yang tersusun dari ikatan sel-sel
parenkim yang dikelilingi oleh serat retikuler, serat ini juga mengelilingi sinusoid kapiler dari
secondary capillary plexus. Endotel yang melapisi sinusoid mengalami fenestrasi sehingga
memudahkan difusi releasing factor ke sel parenkim dan menyediakan jalan masuk bagi hormon
yang disekresikan oleh kelenjar ke pembuluh darah. Sel parenkim pars distalis terdiri dari sel
kromofil dan kromofob. Kromofil memiliki afinitas terhadap pewarnaan sedangkan kromofob
tidak. Kromofil lebih lanjut di bagi menjadi asidofil yang mengikat pewarna asam dan basofil
yang mengikat pewarna dasar yang merupakan sel sekretori utama dari pars distalis. Harus
diingat bahwa yang memiliki afinitas terhadap pewarnaan adalah granula secretorik yang
terdapat dalam sel bukan sitoplasma parenkimnya.

49

Ket : A= asidofil
B= basofil
C= chromophobes
Kromofil
Granula sekretorik sel kromofil yang mengikat pewarna asam berwarna merah-orange
disebut asidofil dan yang mengikat pewarna dasar berwarna biru disebut basofil.

Asidofil
Merupakan sel yang paling banyak terdapat di pars distalis.
Di bagi lagi menjadi dua jenis sel :

Somatotrof. Merupakan salah satu variasi sel asidofil dengan nukleus yang
terletak di tengah, kompleks golgi moderat, mitokondria kecil, retikulum
endoplasmik kasar yang banyak dan banyak granula sekretorik yang
berdiameter 300-400 nm. Sel-sel ini mensekresikan hormon pertumbuhan
(growth hormon), yang distimulasi oleh GHRH dan diinhibisi oleh GHIH
(somatostatin). Efek hormon ini secara umum adalah meningkatkan laju
metabolisme seluler dan menginduksi pembentukan IGF I dan II di hati yang
meningkatkn mitosis lempeng efifisis tulang sehingga menyebabkan
pemanjangan tulang (pertumbuhan).

Mammotrof. Variasi yang lain dari sel asidofil, biasanya tersusun sebagai sel
individual. Berbentuk poligonal kecil dengan organela yang tidak dapat
dikenali, namun selama periode laktasi orgnela sel ini membesar dengan
kompleks golgi dapat membesar sampai hampir sama dengan nukleus. Sel ini
dicirikan oleh granula sekretoriknya yang besar, yang terbentuk dari fusi
granula-granula yang lebih kecil yang dilepaskan oleh trans golgi network.
Granula skretoriknya dapat mencapai diameter 600 nm, dimana didalamnya
terdapat hormon prolaktin yang berperan dalam perkembangan kelenjar
payudara. Sekresi hormon prolaktin distimulasi oleh prolactin releasing
hormon (PRH) dan oksitosin dan diinhibisi oleh PIF.

50

Basofil

Sel basofil berwarna biru dan biasanya terletak di bagian perifer dari pars distalis.

Di bagi lebih lanjut menjadi tiga tipe sel :


Corticotrof. Berbentuk bulat-ovoid dengan nukleus yang eccentric dan organela
yang sedikit. Granula sekretoriknya memilki diameter sekitar 250-400 nm.
Corticotrof mensekresikan adreokortikotrofin hormon (ACTH) dan lipotropik
hormon yang distimulasi oleh CRH.
Tirotrof. Terletak lebih dalam di dalam parenkim adenohipofisis jauh dari
sinusoid. Sel ini ditandai oleh granula sekretoriknya yang keci (diameter 150
nm) yang mengandung TSH. Sekresinya distimulasi oleh TRH dan diinhibisi oleh
adanya T3 dan T4 dalam darah.
Gonadotrof. Berbentuk bulat dengan kompleks golgi yang berkembang dengan
baik dan memiliki RER dan mitokondria yang banyak. Granula sekretoriknya
memiliki diameter 200-400 nm. Gonadotrof teletak didekat sinus dan
mensekresikan LH dan FSH. Masih belum bisa dibedakan sel yang mensekresi
LH dengan sel yang mensekresi FSH atau mungkin keduanya disekresikan oleh
satu sel yang sama, masih belum jelas. Sekresinya distimulasi oleh LHRH dan
diinhibis oleh berbagai hormon yang diproduksi oleh testis dan ovarium.

Kromofob
Kromofob merupakan sel yang memiliki afinitas yang lemah terhadap pewarnaan. Sel-sel ini
secara umum memilki sitoplasma yang leih sedikit dibanding kromofil. Mereka mungkin
merupakan sel stem atau sel kromofil yang mengalami degranulasi. Beberapa diantara sel ini
memiliki granula sekretorik.
Sel folikulostelate
Sel folikulostelate merupkan sebagian besar populasi sel di pars distalis. Fungsi sel ini masih
belum jelas, mereka memiliki prosesus yang panjang yang membentuk gap junction dengan sel
folikulostelate yang lain. Kemungkinan fungsi sel ini adalah memberikan physical support
terhadap sel parenkim adenohipofisis.

51

b. Pars intemedia
Pars intermedia tidak berkembang dengan baik pada manusia. Daerah dicirikan oleh lapisan
tipis sel-sel kuboid dan vesikel-vesikel yang mengandung koloid. Terdapat beberapa sel basofil
didalamnya dengan inti terletak eksentrik mirip dengan kortikotrof. Pada spesies tertentu, seperti
amfibia, pars intermedianya berkembang dengan baik dan memproduksi melanocyte-stimulating
hormone (MSH) yang mempengaruhi pembentukan melanin.
c. Pars tuberalis
Pars tuberalis merupakan bagian yang mengelilingi tangkai infundibulum. Selnya
berhubungan erat dengan banyak pembuluh darah, tersusun memanjang dalam kelompok atau
korda yang pendek. Sel ini berbentuk kuboid, sitoplasma basofil yang mengandung granula halus
dan sejumlah glikogen. Vesikel kecil yang mengandung koloid kadang dapat terlihat. Fungsi
daerah ini masih belum jelas.

52

Keterangan :

2. NEUROHIPOFISIS
Neurohipofisis meliputi eminensia mediana dari tuber sinereum, batang infundibulum, dan
prosesus infundibularis (pars nervosa). Sejumlah 100.000 serat saraf tak bermyelin yang
menyusun traktus hipotalamo-hipofisialis berjalan sampai neurohipofisis. Badan selnya terletak
dalam nukleus supraoptikus dan paraventrikularis hipotalamus.
Sel neurohipofisis yaitu pituisit menyerupai sel neurglia dibagian lain susunan saraf pusat.
Pituisit merupakan sel kecil dengan juluran sitoplasma yang pendek dan bercabang-cabang yang
berakhir pada pembuluh darah atau septa jaringan ikat. Dalam sitoplasmanya terdapat droplet
lemak, granula, dan pigmen. Pituisit terdapat di seluruh neurohipofisis terutama di pars nervosa.
Fungsinya diduga sama seperti neuroglia di susunan sara pusat.
Sel saraf nukleus supraoptik dan paraventrikularis bersifat neurosekretorik dan menghasilkan
materi yang disalurkan sepanjang serat saraf traktus hipotalamo-hipofisialis sampai ujung serat
dalam pars nervosa. Di sini sekretnya disimpan dalam ujung saraf yang letaknya dekat dengan
jaring kapiler. Kelompok granula neurosekret ini pada mikroskop cahaya terlihat sebagai Badan
Herring. Materi neurosekret disekresikan dari ujung akson ke jaringan perivaskuler melalui
proses eksositosis.
Dua hormon yang disekresikan oleh neurohipofisis adalah oksitosin dan vasopresin.
Oksitosin disintesis terutama oleh badan sel yang terletak di nukleus paraventrikularis,
sedangkan vasopresin oleh badan sel pada nukleus supraoptik. Sel yang sama juga menghasilkan
protein neurofisin yang merupakan pengikat hormon tersebut. Ada satu jenis neurofisin yang
mengikat oksitosin dan jenis lain untuk vasopresin.

53

Keterangan gambar :

KELENJAR TIROID
Kelenjar tiroid dilapisi oleh kapsul yang tersusun dari jaringan ikat kolagen yang tipis,
padat dan ireguler. Septa yang berasal dari kapsul membagi kelenjar tiroid menjadi lobuluslobulus. Pada bagian posterior terdapat kelenjar paratiroid yang menempel di dalam kapsul.

54

Tidak seperti kebanyakan kelenjar endokrin yang menyimpan substansi sekretoriknya


dalam sel parenkim, kelenjar tiroid menyimpan substansi sekretoriknya dalam lumen folikel.
Folikel ini memiliki struktur seperti kista dengan diameter 0,2-0,9 mm serta dikelilingi oleh
epitel kuboid selapis dan pada lumennya terisi oleh cairan koloid. Setiap folikel dapat
menyimpan hormon selama beberapa minggu. Hormon T3 dan T$ disimpan dalam folikel terikat
pada protein tiroglobulin. Ketika hormon akan dilepaskan, hormon yang terikat pada tiroglobulin
akan di endositosis dan hormon akan dilepaskan dari tiroglobulin oleh protease lisosomal.
Septa yang berasal dari kapsul menginvasi parenkim dan menyediakan suatu konduit
untuk pembuluh darah, limfe, dan serat saraf. Jaringan ikat yang tipis ini tersusun terutama oleh
serat retikuler dan banyak terdapat pleksus kapiler.
Terdapat dua jenis sel pada kelenjar tiroid yaitu sel folikuler dan parafolikuler. Kedua sel ini
dipisahkan oleh suatu lamina basalis yang tipis.

Sel folikuler. Sel folikuler berbentuk squamus sampai low-collumnar. Mereka memiliki
nukleus yang bulat dengan dua nukleolus dan sitoplasma yang basofilik. Sel ini juga
mempunyai RER yang distended, lisosom yang banyak, mitokondria berbentuk batang,
supranuklear kompleks golgi, dan banyak vili pendek yang memanjang ke koloid. Dalam
sitoplasma banyak terdapat vesikel kecil yang terdispersi yang dipercaya mengandung
tiroglobulin dan kemudian dieksositosis ke lumen folikel. Iodide sangat penting untuk
sintesis hormon tiroid, iodinasi residu tirosin terjadi di dalam folikel yaitu di colloidfollicular cell interface.

Sel parafolikuler. Sel ini berfungsi untuk mensekrsikan kalsitonin. Biasanya ditemukan
secara individual atau dalam keompok kecil. Sel ini tampak sebagai pucat pada
mikroskop cahaya karena memilki afinitas yang rendah terhadap pewarnaan. Mereka
ditemukan disekitar sel folikuler namun tidak mncapai lumen dari folikel. Walaupun sel
ini 2-3 kali lebih besar dari sel folikel jumlahnya hanya sekitar 0,1% dari seluruh sel
epeitelium. Granula sekretoriknya

mengadung kalsitonin (tirokalsitonin), merupakan

hormon peptida yang menginhibisi resorpsi tulang oleh osteoklas sehingga menurunkan
konsentrasi kalsium dalam darah. Ketika konsentrasi kalsium dalam darah tinggi maka
sekresi kalsitonin akan terstimulasi.

55

Keterangan :
F = folikel
TG = tiroglobulin

56

Keterangan gambar :

KELENJAR PARATIROID
Kelenjar paratiroid terletak di permukaan posterior dari kelenjar tiroid. Jumlahnya ada
empat buah, dimana masing-masing kelenjar terletak di pole atas dan bawah lobus kanan dan kiri
kelenjar tiroid. Fungsi kelenjar ini adalah mensekresikan PTH yang bekerja pada tulang, ginjal
dan usus untuk memelihara konsentrasi kalsium yang optimal dalam darah.
Setiap kelenjar paratiroid berbentuk ovoid dengan panjang 5 mm, lebar 4 mm, dan tebal 2
mm. Beratnya kira-kira 25-50 mg. Kelenjari ini dilapisi oleh kapsul yang tersusun oleh jaringan
ikat kolagen. Kapsul ini memanjang ke dalam kelenjar membentuk septa yang biasanya ditemani
oleh pembuluh darah, limfe, dan saraf. Fungsi septa ini adalah untukmenyokong jaringan

57

parenkim kelenjar yang terdiri dari sel-sel epitel yang tersusun dalam bentuk korda atau kluster
yang dikelilingi serat retikuler. Stroma jaringan ikatnya pada orang dewasa yang lebih tua
mengandung jaringan lemak yang mendiami sekitar 60% dari kelenjar. Parenkim kelenjar tiroi di
susun oleh dua jenis sel :

Chief cells. Merupakan sel utama yang menyusun parenkim kelenjar paratiroid.
Jumlahnya lebih banyak daripada sel oksifil. Fungsi sel ini adalah mensekresi PTH.

Sel oksifil. Sel ini lebih besar daripada sel chief dan secara khas terdapat dalam
kelompok kecil atau besar. Sel ini memiliki inti yang kecil terwarna gelap dan sitoplasma
yang asidofil dan granular. Fungsi sel ini masih belum jelas.

Keterangan gambar :

58

KELENJAR ADRENAL
Kelenjar ini terletak di pole atas ginjal kedua ginjal dan diselubungi oleh jaringan lemak. Kedua
kelenjar memiliki tebal sekitar 1 cm, lebar 2 cm pada apeks dan 5 cm pada basal dan berat 7-10
gram. Parenkim kelenjar arenal secara histologis dan fungsionil daibagi menjadi dua regio yaitu
korteks di bagian luar dan medulla di bagian dalam.

Keterangan gambar :

59

Korteks adrenal
Korteks adrenal mengandung selm parenkim yang mensintesis dan mensekresikan beberapa
hormon steroid tanpa menyimpannya. Secara histologis korteks adrenal di bagi jadi 3 zona dari
luar ke dalam yaitu zona glomerulosa, zona fasikulata, dan zona retikularis. Pada manusia, zona
glomerulosa meliputi sekitar 15% volume total korteks, zona fasikulata 78%, dan zona retikularis
7%.

Zona glomerulosa. Terdiri dari sel berbentuk piramid atau silindris yang tersusun dalam
kelompok yang lonjong, yang dalam keadaan normal tidak mempunyai lumen. Selnya
mengandung inti bulat dan tewarna gelap, dan sitoplasma mengandung sejumlah materi
basofil dan sedikit butir lemak kecil. Fungsi dari zona ini adalah mensinteisis dan
mensekresi hormon mineralokortikoid seperti aldosteron yang distimulasi oleh
angiotensin II dan ACTH.

Zona fasikulata. Merupakan lapisan yang paling tebal. Terdiri dari sel yang besar,
kuboid atau polihedral, tersusun dalam korda yang panjang, radier, dan biasanya setebal
dua sel. Inti terletak ditengah dan vesikuler (lembung), dan seringkali berinti dua.
Sitoplasma basofil dan mengandung butir lemak yang terdiri dari kolesterol, asam lemak
dan lemak netral. Butir lemak ini banyak terdapat di dua pertiga luar zona. Karena lemak
hilang pada prosedur teknik yang biasa dilakukan, sel di sini tampak bervakuola dan
mempunyai penampilan seperti busa (kadang-kadang sel ini disebut spongiosit). Bagian
sepertiga dalam zona ini relatif bebas dari materi lemak dan bersifat basofil. Fungsi zona
ini adalah mensintesis dan mensekresi glukokortikoid atas stimulasi dari ACTH.

Zona retikularis. Korda selnya membentuk jaring-jaring yang beranastomosis. Dekat


zona fasikulata, sel-sel unsurnya hanya berbeda sedikit dari sel zona fasikulata, umumnya
sitoplasma mengandung l;ebih sedikit butir lemak. Banyak sel yang intinya mengkerut
danb mengandung kumpulan granula pigmen lipofuschin. Fungsi zona ini mensintesis
dan

mensekresi

hormon

androgen,

terutama

dehydroepiandrosterone

dan

androstenedione yang juga atas stimulasi ACTH.

60

Keterangan gambar :

61

Medulla
Pada manusia, batas antara korteks dan medulla tak teratur. Sel medulla berbentuk
lonjong atau polihedral dan tersusun dalam kelompok korda pendek dan saling anastomosis,
dikelilingi oleh venula dan kapiler. Sel medulla yang memiliki inti besar dan vesikuler, dan
sitoplasmanya mengandung granula halus yang menjadi coklat bila dioksidasi dengan kalium
bikromat. Peristiwa ini disebut sebagai reaksi kromafin, oleh karena itu sel ini disebut sebagai sel
kromafin. Granula sitoplasmanya terdiri dari dua tipe: beberapa menunjukkan kepadatan
elektron yang sedang dan mengandung epinefrin dan lainnya menunjukkan kepadatan elektron
yang mencolok dan mengandung norepinefrin. Selain sel kromafin, medulla juga mengandung
sedikit sel ganglion autonom. Fungsi bagian ini adalh mensekresi katekolamin seperti epinefrin
dan norepinefrin.

62

Keterangan gambar :

PULAU LANGERHANS PANKREAS


Bagian endokrin pankreas, yaitu pulau langerhans tersebar di seluruh pankreas dan
tampak sebagi massa bundar, tidak teratur, terdiri atas sel-sel pucat dengan banyak pembuluh
darah. Pulau-pulau dipisahkan secara tidak sempurna oleh jaringan retikuler tipis dari jaringan
eksokrin disekitarnya dengan sedikit serat-serat- retikulin dalam pulau. Dengan cara pulasan
khusus terlihat tiga jenis sel yaitu sel A (alfa). Sel B (beta) dan sel D (delta). Ketiga sel ini
memiliki fungsi yang berbeda yaitu sel alfa untuk sekresi glukagon, sel beta untuk sekresi
insulin, dan sel delta untuk sekresi somatostatin. Disamping itu, juga terdapat sel F, namu n
fungsi sel ini masih belum jelas.

63

Dengan pewarnaan khusus dapat dibedakan sel alfa dan sel beta dalam pulau langerhans
pankreas. Sel alfa sitoplasmanya terpulas merah muda, sedangkan sel beta terpulas biru.
Umumnya sel alfa terletak di tepi pulau sedangkan sel beta terletak di bagian yang lebih dalam
atau lebih di pusat pulau. Sel beta juga lebih banyak pada pulau dan merupakan kira-kira 70%
dari massanya. Sel delta juga terdapat pada pulau. Sel ini paling sedikit dengan bentuk yang
bervariasi dan mungkin terdapat di bagian mana saja dari pulau.

Keterngan gambar :

64

JENIS HORMON
Fungsi dan Target Organ
HIPOTHALAMUS
Hipothalamus sebenarnya memproduksi sebanyak sembilan hormon yang berpengaruh
terhadap fungsi tubuh, namun hanya ada tujuh hormon yang mekanisme kerjanya diketahui
dengan pasti. Llima di antaranya adalah Releasing Hormones dan dua di antaranya adalah
Inhibitory Hormones. Semua hormon yang disekresikan oleh hipothalamus hanya akan bekerja
pada kelenjar hipofisis.

Hampir semua hormon yang disekresikan oleh hipothalamus masing-masing hanya akan
merangsang pelepasan satu jenis hormon oleh kelenjar hipofisis, kecuali hormon perangsang
gonadotropin yang merangsang pelepasan FSH dan LH.

Berikut adalah hormon-hormon yang dihasilkan oleh hipothalamus:


NAMA HORMON
GnRH

(Gonadotropin

FUNGSI
Releasing Menstimulasi pelepasan Gonadotropin

Hormone)
CRH

oleh kelenjar hipofisis, yaitu FSH dan LH

(Corticotropin

Releasing Menstimulasi pelepasan ACTH oleh

Hormone)
TRH

Kelenjar Hipofisis
(Thyrotropin

Releasing Menstimulasi

pelepasan

TSH

oleh

Hormone)

Kelenjar Hipofisis

PRH (Prolactin Releasing Hormone)

Menstimulasi pelepasan Prolactin oleh


Kelenjar Hipofisis

GHRH (Growth Hormone- Releasing Menstimulasi

pelepasan

Growth

Hormone)

Hormone oleh Kelenjar Hipofisis

PIH (Prolactin Inhibitory Hormone)

Menghambat pelepasan Prolactin oleh


Kelenjar Hipofisis

65

Somatostatin

Menghambat

pelepasan

Growth

Hormone oleh Kelenjar Hipofisis


Catatan: Yang diberi highlight berwarna biru adalah Releasing Hormones, sedangkan yang berwarna
kuning adalah Inhibitory Hormones.

KELENJAR HIPOFISIS (PITUITARY GLAND)


Kelenjar hipofisis terdiri dari dua bagian fungsional, yaitu kelenjar hipofisis anterior dan
kelenjar hipofisis posterior. Masing-masing kelenjar mensekresikan hormon-hormon tertentu,
kecuali kelenjar hipofisis posterior yang sebenarnya tidak memproduksi hormon secara langsung
karena kelenjar hipofisis posterior merupakan muara dari Nukleus Paraventrikularis dan Nukleus
Supraoptikus yang berasal dari hipothalamus. Berbeda dengan hipofisis posterior, kelenjar
hipofisis anterior memproduksi hormon-hormonnya secara langsung oleh sel-sel khusus yang
terdapat di dalamnya. Berikut adalah jenis-jenis hormon yang diproduksi, fungsi dan target
organ/kelenjarnya:

A. Kelenjar Hipofisis Anterior


NAMA HORMON

FUNGSI

KELENJAR/ORGAN
TARGET

FSH (Follicle

Wanita: Berperan dalam proses

Wanita: Ovarium

Stimulating Hormone)

ovulasi dan pematangan folikel

Pria: Testis

Pria: Membantu proses


spermatogenesis
LH (Luteinizing

Wanita: Mempertahankan korpus

Wanita: Korpus Luteum

Hormone)

luteum setelah ovulasi dan

Pria: Sel Interstisial

memproduksi Estrogen dan


Progesteron
Pria: Menstimulasi sel interstisial
untuk memproduksi Testosteron
ACTH

Menstimulasi korteks adrenal

(Adrenocorticotropic

untuk melepaskanhormon-

Hormone)

hormonnya

Korteks Adrenal

66

TSH (Thyroid

Menstimulasi klenjar Thyroid

Stimulating Hormon)

untuk melepaskan hormon-

Kelenjar Thyroid

hormonnya
GH (Growth Hormone)

Berperan dalam metabolisme sel-

Sel-sel tubuh

sel tubuh, khususnya Sel-sel Otot,


Tulang dan Kartilago, serta
metabolisme Glukosa, Asam
Amino dan Asam Lemak
PRL (Prolactin)

Menstimulasi wanita hamil agar

Sel-sel pada kelenjar mammae

kelenjar mammae meproduksi


susu

Catatan
1. Nama lain dari hormon-hormon tersebut:
a) GH Somatotropin
b) FSH dan LH Gonadotropin

67

c) ACTH Corticotropin
d) TSH Thyrotropin

2. Sel-sel yang memproduksinya:


a) Asidofil, terdiri dari Somatotrof yang memproduksi Somatotropin/GH, dan Mammotrof
yang memproduksi PRL
b) Basofil, terdiri dari Gonadotrof (produksi Gonadotropin FSH dan LH), Thyrotrof
(produksi Thyrotropin/TSH), dan Corticotrof (produksi ACTH)

B. Kelenjar Hipofisis Posterior


Oxytocin (OT)
Bekerja pada uterus untuk membantu proses kontraksi selama persalinan, juga membantu
proses pembentukan ASI. Pada pria, OT tampaknya berperan dala m proses ejakulasi.

Antidiuretic Hormone(ADH) atau Vassopressin


Akan disekresikan pada kondisi dehidrasi, dimana osmoreseptor hipothalamus teraktivasi,
untuk menstimulasi tubulus ginjal mereabsorpsi Natrium dan Kalium sehingga mengurangi
produksi (retensi) urin.

68

KELENJAR PINEAL (PINEAL GLAND)


Kelenjar pineal jarang bekerja aktif pada dewasa, karena setelah pubertas terjadi proses
involusi. Waktu puncak aktivitas kelenjar pineal adalah pada usia 1-5 tahun, setelah pubertas
terjadi penurunan sekresi hingga 75%.

Kelenjar ini memproduksi Serotonin pada siang hari dan Melatonin pada malam hari.
Organ targetnya adalah Otak. Fungsi serotonin dan melatonin adalah sebagai berikut:
a) Mengontrol mood
b) Mempengaruhi proses pubertas
c) Berperan dalam proses tidur
d) Melatonin kemungkinan menekan sekresi gonadotropin

69

KELENJAR TIROID

Efek hormone tiroid ialah :

Meningkatkan sintesis protein


dengan cara meningkatkan jumlah dan aktivitas mitokondria, tiroid akan meningkatkan
kecepatan pembentukan ATP untuk membangkitkan fungsi seluler.

Meningkatkan kecepatan metabolisme


hormone tiroid akan meningkatkan enzim Na-K-ATP ase yang selanjutnya akan
meningkatkan kecepatan transport baik Na atau K melalui membrane sel dari beberapa
jaringan. Karena proses ini mempergunakan energy dan meningkatkan jumlah panas
yang dibentuk tubuh, diduga bahwa proses ini merupakan salah satu mekanisme yang
meningkatkan kecepatan metabolism tubuh

Untuk pertumbuhan
efek pentingnya ialah meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak selama
kehidupan janin dan beberapa tahun pertama kehidupan pasca lahir.

Pada metabolism KH
merangsang hampir semua aspek metabolism KH, termasuk penggunaan glukosa yang
cepat oleh sel, meningkatkan glikolisis, meningkatkan glukoneogenesis, meningkatkan
kecepatan absorpsi dari GIT, dan meningkatkan sekresi insulin. Semua efek ini terjadi
akibat naiknya seluruh enzim akibat dari hormone tiroid

70

Pada metabolism lemak


Lemak akan lebih banyak dipecah yang akan menyebabkan peningkatan kadar asam
lemak bebas dalam plasma. Hormon tiroid akan mempercepat proses oksidasi asam
lemak bebas oleh sel

Efek pada plasma dan lemak hati


o meningkatnya hormone tiroid akan menurunkan jumlah kolesterol, fosfolipid, dan
TG dalam darah
o menurunnya sekresi tiroid akan meningkatkan konsentrasi kolesterol, fosfolipid,
dan TG plasma, dan hampir selalu menyebabkan pengendapan lemak secara
berlebih dalam hati.

Efek pada metabolism vitamin


efek hormone tiroid akan meningkatkan jumlah berbagai enzim dan oleh karena vitamin
merupakan bagian penting dari beberapa enzim atau koenzim, maka hormone ini akan
meningkatkan kebutuhan akan vitamin.

Efek pada laju metabolism basal


akan meningkatkan laju metabolisme basal

Efek pada system kardiovaskular


o peningkatan metabolisme peningkatan pemakaian O2& peningkatan jumlah
produk akhir dari metabolisme yang dilepas jaringan vasodilatasi BV
meningkatkan aliran darah COP akan meningkat
o denyut jantung akan meningkat
o kekuatan denyut jantung akan meningkat
o volume darah : akibat vasodilatasi bertambahnya jumlah darah yang terkumpul
dalam system sirkulasi

Efek pada respirasi : peningkatan laju metabolisme peningkatan laju nafas

Efek pada GIT : akan meningkatkan nafsu makan & asupan makan, meningkatkan
kecepatan sekresi getah pencernaan & pergerakan saluran cerna

Efek pada SSP : meningkatkan kecepatan berpikir

Efek pada fungsi otot : sedikit peningkatan hornon tiroid otot bereaksi kuat

71

bila hormone berlebihan otot-otot akan menjadi lemah karena terjadi proses
katabolisme protein
bila hormone kurang otot sangat lamban, otot akan berelaksasi perlahan setelah
kontraksi
Efek pada kelenjar endokrin lain : meningkatnya hormone tiroid akan meningkatkan
sekresi sebagian kelenjar endokri lain.
contoh : peningkatan hormone tiroksin meningkatkan metabolisme glukosa
peningkatan kebutuhan insulin yang disekresi pankreas
KELENJAR PARATIROID
Hormon paratiroid dapat menyebabkan naiknya konsentrasi Ca dalam darah akibat efek berikut:
1. Absorpsi Ca dan fosfat dari tulang
Selain meningkatkan Ca dalam darah, PTH juga menyebabkan penurunan kadar fosfat dalam
darah. Hal ini disebabkan oleh efek PTH pada ginjal dalam menyebabkan timbulnya eksresi
fosfat dari ginjal secara berlebihan yang dapat mengatasi peningkatan absorpsi fosfat dari tulang.
Mekanisme lebih detailnya seperti di bawah ini :
A. Fase cepat absorpsi Ca dan fosfat osteolisis
PTH menyebabkan pemindahan garam-garam tulang dari 2 tempat didalam tulang :

dari matriks tulang di sekitar osteosit yang terletak di dalam tulangnya sendiri

di sekitar osteoblast yang terletak di sepanjang permukaan tulang

Efek dari PTH ini disebabkan oleh kemampuan PTH untuk dapat mengaktifkan pompa
Ca dengan kuat.Perangsangan pompa ini dilakukan dengan meningkatkan permeabilitas
Ca pada sisi cairan tulang dari membrane osteositik sehingga mempermudah difusi ion
Ca ke dalam membrane sel cairan tulang. Selanjutnya, pompa Ca di sisi lain dari
membrane sel memindahkan ion Ca yang tersisa tadi ke dalam ECF.

72

B. Fase lambat absorpsi tulang dan pelepasan Ca dan fosfat aktivasi osteoklas
PTH akan menyebabkan aktivasi osteoklas. Tetapi osteoklas sendiri tidak memiliki
protein reseptor membrane untuk PTH.Diyakini bahwa osteoblast dan osteosit teraktivasi
mengirimkan sinyal kepada osteoklas, menyebabkan osteoklas mulai bekerja untuk
melahap tulang dalam waktu berminggu-minggu sampai berbulan-bulan. Aktivasi system
osteoklastik terjadi dalam 2 tahap :

aktivasi dari osteoklas yang sudah terbentuk

pembentukan osteoklas baru

Aktivasi dari osteoklas akan menyebabkan lemahnya tulang.


2. Mengurangi ekskresi Ca oleh ginjal
Jadi, PTH akan menimbulkan :

pelepasan fosfat dengan segera dan cepat ke dalam urin karena PTH menyebabkan
berkurangnya reabsorpsi ion fosfat pada tubulus proksimal

meningkatkan reabsorpsi tubulus terhadap Ca. Absorpsi ini terutama terjadi pada
bagian akhir dari tubulus distal, duktus koligentes, dan bagian awal duktu koligentes.

3. Efek terhadap absorpsi Ca dan fosfat dalam usus


4. Efek vitamin D pada tulang serta hubungannya dengan aktivitas hormone paratiroid.

vitamin D dalam jumlah kecil akan menimbulkan kalsifikasi tulang, jila jumlahmnya
banyak sekali akan menimbulkan absorpsi tulang

mekanisme ini terjadi karena adanya pengaruh 1,25-dihidrokolekalsiferol yang


menyebabkan timbulnya pengangkutan ion Ca melewati membrane sel

73

PANKREAS
HORMON INSULIN

74

1. Efek terhadap metabolisme KH


a. Meningkatkan metabolism glukosa dalam otot
dalam sehari, jaringan otot tidak bergantung pada glukosa untuk energinya tetapi
bergantung dari asam lemak. Hal ini terjadi karena pada saat membrane otot istirahat,
hanya sedikit yang permeable terhadap glukosa, kecuali dirangsang oleh
insulin.Kadar insulin jumlahnya kecil untuk meningkatkan jumlah pemasukan
glukosa yang bermakna ke dalam sel-sel otot. Tetapi, saat otot tersebut mengalami
kerja fisk sedang atau berat, hal yang terjadi justru sebaliknya. Sel menjadi permeable
terhadap glukosa
b. Meningkatkan ambilan, penyimpanan, dan penggunaan glukosa oleh hati.
Mekanismenya ialah sebagai berikut :

insulin menghambat fosforilase hati yangmerupakan enzim utama yang


menyebabkan terpecahnya glikogen hati menjadi glukosa

insulin meningkatkan pemasukan glukosa dari darah ke sel-sel hati. Hal ini
terjadi karena adanya peningkatan aktivitas enzim glukokinase yang
merupakan enzim yang menyebabkan timbulnya fosforilasi awal dari glukosa
setelah glukosa berdifusi ke dalam sel-sel hati. Glukosa yang telah mengalami
fosforilasi ini tidak dapat berdifusi lagi melewati membrane sel.

insulin meningkatkan aktiitas enzim enzim yangmeningkatkan sintesis


glikogen, termasuk enzim glikogen sintase, yang bertanggungjawab untuk
polimerisasi dari unit-unit monosakarida untuk membentuk molekul-molekul
glikogen

Bila jumlah glukosa yang masuk ke dalam sel hati lebih banyak daripada jumlah yang
disimpan sebagai glikogen, insulin akan memacu pengubahan semua
menjadi asam lemak. Setelah ini, asam lemak dibentuk sebagai

dapat

kelebihan glukosa ini

TG dalam bentuk lipoprotein

densitas sangat rendah dan ditranspor dalam bentuk lipoprotein ini melalui darah ke jaringan
adipose dan ditimbun sebagai lemak.

75

2. Efek terhadap metabolise lemak


Insulin akan menyebabkan timbulnya penyimpana lemak dengan cara :

Insulin meningkatkan pemakaian glukosa oleh sebagian besar jaringan tubuh


mengurangi pemakaian lemak meningkatkan penyimpanan lemak

Insulin meningkatkan pembentukan asam lemak


beberapa factor yang mengarah pada peningkatan sintesis asam lemak :

Setelah jumlah glukosa yang diangkut ke hati melebihi kapasitasnya untuk


membentuk glikogen, kelebihan glukosa akan dipakai untuk membentuk
lemak. Glukosa mula-mula akan diubah menjadi piruvat, lalu menjadi asetilKoA yang merupakan substrat awal untuk sintesis asam lemak.

Kelebihan ion sitrat dan isositrat akan terbentuk oleh siklus asam sitrat bila
pemakaian glukosa untuk energy ini berlebihan. Ion-ion ini dapat
mengaktifkan asetil-KoA karboksilase yang merupakan enzim yang
dibutuhkan untuk melakukan proses karboksilasi terhadap Asetil-KoA untuk
membentuk malonil KoA, tahap pertama sintesis asam lemak.

Asam lemak yang ada lalu disimpan dalam bentuk TG. TG akan dilepaskan
oleh sel-sel hati ke peredaran darah dalam bentuk lipoprotein. Insulin akan
mengaktifkan lipoprotein lipase di dalam dinding kapiler jarinag lemak, yang
akan memecah TG sekali lagi menjadi asam lemak, suatu syarat agar asam
lemak dapat diabsorpsi ke dalam sel-sel lemak, tempat asam lemak akan
diubah menjadi TG dan disimpan.

Dua efek penting lainnya yang dibutuhkan untuk menyimpan lemak dalam sel-sel lemak:

Insulin menghambat kerja lipase-sensitif hormone. Enzim ini menyebabkan


hidrolisis TG yang sudah disimpan dalam sel-sel lemak.

Insulin meningkatkan pengangkutan glukosa melalui membrane sel ke dalam


sel-sel lemak. Beberapa bagian akan digunakan untuk sintesis sedikit asam
lemak, dan sebagian besar digunakan untuk membentuk sejumlah besar alfa
gliserol fosfat. Bahan ini menyediakan gliserol yang akan berikatan dengan
asam lemak untuk membentuk TG yang merupakan bentuk lemak yang
disimpan dalam sel-sel lemak.

76

3. Efek terhadap metabolisme protein


Insulin akan menyebabkan penyimpanan protein. Mekanismenya ialah sebagai berikut :

insulin menyebabkan timbulnya pengangkutan secara aktif sebagian besar AA ke


dalam sel.

Insulin memiliki efek langsung meningkatkan translasi m-RNA pada ribosom,


sehingga terbentuk protein baru. Bila tidak ada insulin, ribosom akan berhenti
bekerja.

Insulin akan meningkatkan kecepatan transkripsi rangkaian genetic DNA yang


terpilih di dalam inti sel peningkatan jumlah RNA dan beberapa sintesis protein
lagi

Insulin menghambat proses katabolisme protein mengurangi kecepatan pelepasan


AA dari sel. Hal ini terjadi akibat kemampuan insulin untuk mengurangi pemecahan
protein yang normal oleh lisosom sel.

Dalam hepar, insulin akan menekan kecepatan glukoneogenesis dengan cara menekan
aktivitas enzim yang dapat meningkatkan glukoneogenesis akan menghemat
pemakaian AA

HORMON GLUKAGON
Efek dari glucagon ialah :

Pemecahan glikogen hati (glikogenolisis)


Mekanismenya :
glucagon aktifkan adenil siklase di membrane sel hepatosit terbentuk cAMP
mengaktifkan protein pengatur protein kinase mengaktifkan proteinkinase
mengaktifkan fosforilase B kinase mengubah fosforilase b menjadi fosforilase a
meningkatkan pemecahan glikogen menjadi glukosa-1-fosfat mengalami
defosforilasi glukosa dilepas dari sel-sel hati

Peningkatan glukoneogenesis
Glukagon dapat meningkatkan kecepatan ambilan AA oleh sel-sel hati lalu mengubah
banyak AA itu menjadi glukosa melalui proses glukoneogenesis. Proses ini dapat

77

dicapai melalui pengaktifan berbagai enzim yang dibutuhkan untuk transpor AA dan
glukoneogenesis.
Jika jumlah glucagon berlebih, efeknya :

mengaktifkan lipase sel lemak meningkatkan persediaan asam lemak yang dapat
dipakai sebagai sumber energy tubuh

menghambat pembentukan TG dalam hepar mencegah hepar membuang asam


lemak dari darah meningkatkan persediaan asam lemak

meningkatkan kekuatan jantung, meningkatkan sekresi empedu, menghambat sekresi


asam lambung.

KELENJAR ADRENAL
CORTISOL

Efek cortisol pada metabolisme karbohidrat

Stimulasi Gluconeogenesis. Efek metabolik cortisol dan glucocorticoid lainnya dalam


metabolisme adalah kemampuanya dalam menstimulasi gluconeogenesis (pembentukan
karbohidrat dari protein dan substansi lainya) oleh hati. Hasil ini terkait dengan dua efek
cortisol:

78

1. Cortisol meningkatkan enzim yang dibutukan dalam mengkonversi asam amino


menjadi glukosa di hati. Hal ini terjadi akibat dari efek glucocorticoid yang
mengaktifkan transkripsi DNA di hati.
2. Cortisol menyebabkan mobilisasi dari asam amino dari jaringan ekstrahepatic
yang umumnya dari otot. Sebagai hasilnya, banyak asam amino tersedia di plasma
dan masuk dalam proses gluconeogenesis di hati .
Salah

satu

efek

peningkatan

gluconeogenesis

ditandai

dengan

meningkatnya

penyimpanan glycogen di sel-sel hati. Efek ini memungkinkan hormone glycolitic


lainnya, seperti epinefrin dan glucagon untuk memobilisasi glucose di saat dibutuhkan,
seperti saat makan.

Penurunan penggunaan glukosa oleh sel. Cortisol juga menyebabkan


penurunan kecepatan penggunaan glukosa oleh sel tubuh. Meskipun penyebab penurunan
ini tidak diketahui para ahli meyakini cortisol secara langsung memperlambat kecepatan
penggunaan glukosa pada point of entry glukosa di sel.

Efek cortisol pada metabolisme protein


Penurunan protein selular. Salah satu efek prinsip cortisol pada system
metabolic tubuh adalah penurunan penyimpanan protein esensial di seluruh tubuh kecuali
hati. Hal ini dikarenakan oleh penurunan sintesis protein dan peningkatan katabolisme
protein.
Cortisol meningkatakan protein hati dan plasma. Seiring dengan penurunan
protein pada tubuh, protein hati menjadi diperkaya. Lebih lanjut plasma protein pun akan
meningkat.
Meningkatkan asam amino darah, mengurangi transport asam amino ke sel-sel
ekstrahepatik, dan meningkatkan transport ke sel-sel hepar.

79

Efek cortisol pada metabolisme lemak


Mobilisasi asam amino. Cortisol menginduksi mobilisasi asam lemak dari
jaringan lemak. Peningkatan konsentrasi asam lemak bebas di plasma, yang mana juga
meningkatkan penggunaan

untuk energy. Cortisol memiliki efek langsung dalam

meningkatkan oksidasi asam lemak di sel.

Efek anti-inflamasi pada kadar cortisol yang tinggi


Sejumlah cortisol yang banyak biasanya dapat memblok proses inflamasi atau
bahkan mengembalikannya ke sedia kala. Ketika cortisol dengan jumlah yang banyak
disekresi atau diinjeksi ke seseorang, cortisol memiliki dua efek anti-inflamasi dasar. (1)
cortisol dapat mengambat proses inflamasi sebelum proses inflamasi terbentuk. (2) jika
proses inflamasi telah terjadi, cortisol menyebabkan resolusi yang cepat dan peningkatan
kecepatan penyembuhan.
Dibawah ini efek cortisol dalam anti-inflamasi :
1. Cortisol menstabilisasi membrane lysosom.
2. Cortisol menurunkan permeabilitas kapiler
3. Cortisol menurunkan migrasi sel darah putij ke daerah yang mengalami inflamasi
dan fagositosis sel yang rusak.
4. Cortisol mensupres system imun, menyebabkan reproduksi limfosit berkurang
5. Cortisol mengurangi demam secara signifikan karena cortisol menurunkan
pengeluaran dari Interleukin-1 dari sel darah putih.

80

MINERALOCORTICOID

Produk sekresi utama zona glomerulosa adalah mineralocorticoid. Aldosteron diproduksi


paling banyak. Aldosteron meningkatkan kecepatan reabsropsi natrium oleh ginjal, dengan
demikian meningkatkan level natrium darah. Reabrsorpsi natrium dapat menghasilkan
peningkatan rearbsorpi air oleh ginjal. Aldosteron meningkatkan eksresi K+ ke urin oleh ginjal,
dengan demikian menurunkan kadar K+ dalam darah. Hal ini juga meningkatkan eksresi H+
dalam urin. Ketika aldosteron disekresikan dalam konsentrasi yang tinggi, hal ini dapat
menurunkan kadar K+ dan alkalosis.

81

82

83

KELENJAR GONAD

Estrogen
Estrogen adalah hormone steroid dengan 18 carbon atom. Estrogen secara primer
disintesis dari 17-ketosteroid androstenedione, tetapi testosterone juga dapat sebagai precursor.
Ovarium, (granulose dan theca sel), plasenta, adrenal cortex, dan leydigs sel (interstitial sel)
testis merupakan tempat sintesis estrogen. Estradiol (E2) merupakan estrogen yang paling poten.
Kebanyakan estrogen dan testosterone bersirkulasi di darah dan terikat dengan sex hormonebinding globulin (SHBG).
Meskipun estrogen memainkan peran dalam perkembangan karakteristik seksual perempuan, hal
ini tidak sepenting androgen dalam perkembangan seksual laki-laki.

Progestreron
Progesterone, hormone progestational (menopang-kehamilan) yang paling poten,
merupakan hormone steroid (21 c atom) disintesis dari kolestero melalui pregnolone. Hal ini
diproduksi di corpus luteum, follicle ovary, dan placenta pada perempuan, dan korteks adrenal
pada laki-laki dan perempuan. Seperti halnya kortisol, kebanyakan progesterone bersirkulasi
terikat dengan cortisol-binding globulin (CBG).

Adrenal androgen
Beberapa steroid adrenal, termasuk androstenedione, merupakan androgen yang lemah.
Hormone tersebut disekresikan oleh zona reticularis dan dikonversikan di jaringan perifer untuk
menjadi androgen, testosterone yang lebih poten. Adrenal androgen menstimulasi pertumbuhan
rambut di pubis dan aksila dan motivasi seksual pada perempuan. Efeknya pada laki-laki tak
berarti dibandingkan denan testosterone yang disekresikan testis.

84

85

Plasenta
Hormone plasenta. Hormon yang utama diproduksi oleh plasenta adalah human chorionic
gonadotropin (hCG), corticotrophin-releasing hormone (CRH), estrogens, progesterone, human
placental lactogen (hPL), dan propiomelanocortin (POMC). hCG merupakan hormone yang
plaing predominan selama tri-semester awal kehamilan hormone plasenta terdistribusi ke ibu dan
fetus. Karena koneksi antara ibu, fetus, dan sintesis hormone placenta, disebut fetoplacental unit.

Human chorionic gonadotropin (hCG) (a) menstimulasi sintesis steroid (DHEA dan DHEA-S)
oleh korteks adrenal fetus; (b) mensupres maturasi follicle pada maternal ovaries, dan (c)
menjaga produksi progesterone dan estrogen di corpus luteum sampai minggu ke-enam masa
gestasi.

86

Integrasi Fungsi Hormon


Metabolisme protein
GH

T4/T3

kortisol

sintesis protein

insulin

glukoneogenesis

transportasi
AA kedalam sel

AA dan urea plasma

Keseimbangan protein +
Keseimbangan protein -

AA dan urea plasma


glukoneogenesis

glukagon

Metabolisme Karbohidrat
kortisol

glukagon

GH

glikogenesis

glukoneogenesis

pemakaian glukosa

uptake glukosa o/ sel

glukosa darah

87

glukosa darah
glikolisis
ambilan glukosa sel
glukoneogenesis

glikogenesis

insulin

Metabolisme Lemak
insulin

Inhibitor lipolisis

asam lemak darah


asam lemak darah

lipolisis

kortisol

glukagon

GH

Metabolisme Kalsium

88

89

DAFTAR PUSTAKA
1. Granner, Daryl K. Hormon Action & Signal Transduction. In: Murray, Robert K et
al(eds). Harpers Illustrated Biochemistry, 26th ed. McGraw-Hill companies: New york
2. Despopoulos, Agamemnon & Silbernagle, Stefan. 2003. Color Atlas of Physiology, 5th
ed. Thieme: New York
3. Koolman, J & Roehm, KH. 2005. Color Atlas of Biochemistry, 2th ed. Thieme: New
York
4. Montgomery et al. 1996. Biochemistry: A Case-Oriented Approach, 6th Edition. Mosby :
Missouri. Chapter 16 and 18.
5. Murray et al. 2003. Biokimia Harper, Edisi 25. EGC: Jakarta. Bab 508.
6. Guyton AC, Hall JE. 2006. TEXTBOOK OF MEDICAL PHYSIOLOGY 11TH
EDITION. Philadelphia : Elsevier Saunders
7. Despopoulos A, Silbernagl S. 2003. COLOR ATLAS OF PHYSIOLOGY. New York :
Thieme
8. Fox. 2003. Human Physiology 8th Edition. The McGrawHill Companies : New York
9. Peavy, DE. Chapter 31: Endocrine Control Mechanisms at Medical Physiology 2nd
Edition. 2004. The McGrawHill Companies : New York
10. Greenstein, B. 2001. ENDOCRINOLOGY AT A GLANCE. Blackwell Science : Tucson
USA
11. Color textbook of histology 3rd edition oleh Leslie P. Gartner dan James L. Hiatt
12. Buku ajar histologi oleh Lesson, Lesson, dan Paparo.
13. Atlas histologi di Fiore oleh Victor C. Eroschenko.
14. Color atlas cytology, histology, and microscopic anatomy 4th edition oleh Wolfgang
Kuehnel tahun 2003 diterbitkan oleh Thieme New York
15. Fauci, et al. 2008. Harrisons Principles of Internal Medicine, 17th Edition. Boston:
Mcgraw Hill Companies, Inc.
16. Sturmhofel, et al. 1998. The Endocrine System, an Overview. Alcohol Health &
Research World.

90

Anda mungkin juga menyukai