Present
Laporan Skenario 1
By
Arzia Pramadi Rahman
Diah Rahmawati
Gede Ariana
Honesti Trijuniarny
Ica Justisia
I Made Hrisikesa WJG
I Putu Mega Kartika
Lalu Muhammad Nuh
M.Rahmat Sultony
Muamar Amirullah
Ni Luh Putu Dian
Nisia Rinayu
Putri Khrisna Kumara Dewi
Putu Liliana Pradevie
R.Armand Budi Prasetya
DAFTAR ISI
Daftar isi2
Skenario.3
Lerning Objective.4
Hormon..5
Prinsip Kerja
a) Pembentukan dan sekresi...10
Hormon Peptida..10
Hormon Steroid...11
Hormon Peptida..20
Hormon Steroid...22
c) Second Messenger25
Aksis Hipotalamus Pituitary..33
Anatomi Sistem Endokrin...41
Histologi Sistem Endokrin..48
Jenis Hormon...65
Integrasi Hormon87
Daftar Pustaka.90
SKENARIO 1
Sistem Endokrin
Sistem Hormon merupakan suatu chemical messenger systems yang
memiliki peran penting dalam menjaga homeostasis tubuh. Dengan adanya
sistem hormon, koordinasi fungsi-fungsi tubuh, termasuk fungsi metabolisme,
pertumbuhan dan perkembangan, keseimbangan cairan dan elektrolit dan
perilaku dapat terjadi. Koordinasi fungsi-fungsi tersebut terbentuk mulai
dari tingkat sel, jaringan,maupun organ
Dalam tubuh kita terdapat berbagai macam hormone. Setiap hormon
memiliki karakteristik hormone yang berbeda satu sama lain dalam banyak
hal, misalnya dalam struktur, target kerja spesifik dan lama waktu kerja,
onset dalam sekresi dan degradasinya, transport dan bersihannya (clearance)
dalam darah, serta mekanisme regulasi aktifitasnya. Regulasi hormone
melibatkan suatu aksis yang diatur oleh hipotalamus
LEARNING OBJECTIVE
HORMON
Secara umum hormone merupakan suatu substansi kimia yang umumnya dihasilkan
oleh kelenjar endokrin yang dibawa melalui peredaran darah menujuk ke tempat aksi
(target) dari masing-masing hormone tersebut.
Berikut ini pemetaan beberapa kelenjar endokrin penghasil hormone tersebut:
Secara umum, terdapat tiga klasifikasi dari hormone berdasarkan komponen dasar
penyusunnya, yaitu;
1. Hormon protein dan polipeptida diantaranya yaitu hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar hipofisis anterior dan posterior, pancreas (insulin dan glucagon), kelenjar
paratiroid (parathyroid hormone), dan lain-lain.
2. Hormon steroid yang dihasilkan oleh korteks adrenal (cortisol dan aldosteron),
ovarium (estrogen dan pregesteron), testes (testosterone), dan plasenta (estrogen dan
progesterone).
3. Hormon derivate asam amino tyrosine yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid
(thyroxine dan triiodothyronine) dan medulla adrenal (epinefrin dan norepinefrin).
Hormon Steroid
Biasanya hormone steroid merupakan horomon dengan struktur kimia yang sama
dengan cholesterol, dan yang terpenting juga disintesis dari cholesterol itu sendiri. Hormon
ini dapat larut dalam lemak dan memiliki tiga cincin cyclohexyl dan satu cincin
cyclopentyl yang dikombinasikan ke satu struktur. Umumnya hanya terdapat sedikit
penyimpanan homon steroid dalam sel, akan tetapi penyimpanan cholesterol ester dalam
jumlah banyak dalam vakuola sitoplasma dapat diguanakn dengan cepat untuk mensintesis
steroid setelah mendapatkan stimulus. Karena sifatnya yang larut lemak umumnya steroid
dapat berdifusi langsung melewati membaran sel, baik itu sel pensintesis maupun sel
targetnya.
Dari tiga klasifikasi hormone berdasarkan komposisi kimia utama penyusunnya itu,
secara lebih umum lagi dapat kita golongakan menjadi dua golongan, dimana dapat kita
kelompokkan
berdasarkan
solubilitas, protein
transport, plasma
hormone dalam darah. Salah satu diantaranya yaitu kecepatan sekresi hormone ke dalam
darah. Kemudian factor yang kedua yaitu kecepatan pembuangan hormone dari darah, yang
disebut dengan metabolic clearance, dimana untuk mengetahuinya digunakan perhitungan
sebagai berikut:
Untuk
beberapa
jenis
hormone, penurunan
metabolic
clearance
ratenya
dapat
sel, dan
reseptor
yang
sebelumnya
berikatan
dengan
hormone
tersebut
memiliki half-life (waktu paruh) sekitar beberapa menit saja. Sebaliknya, hormone yang
terikat protein plasma mengalami clearance dari darah dalam waktu yang sangat lambat
dan dapat bertahan selama beberapa jam bahkan sampai beberapa hari, misalnya half-life
dari hormone steroid sekitar 20-100 menit, sedangkan untuk hormone thyroid sekitar 1-6
hari.
Hormon peptida disintesis di Rough Endoplasmic Reticulum (RER) dalam bentuk molekul
prokursor besar yang disebut Preprohormon.Banyak Preprohormon ini disintesis menjadi peptida
labih kecil yang disebut Prohormon di RER. Dari RER, Prohormon ini diangkut ke Badan Golgi
untuk dikemas dengan protein-protein lain dalam vesikel-vesikel sekretorius. Vesikel-vesikel ini
kemudian disimpan di dalam sel. Untuk beberapa hormon, misalnya insulin, perubahan dari
Prohormon ke dalam bentuk aktif dapat terjadi di dalam vesikel sekretorius.
Saat terdapat stimulus, vesikel-vesikel sekretorius bergerak mendekati membran plasma dan
kemudian menyatukan membran vesikel dengan membran plasma sel. Saat membuka, hormon
peptida dan kandungan lain yang terdapat di dalam vesikel dikeluarkan ke ruang ekstaseluler
dengan eksositosis.
Untuk hormon peptida, hormon yang disimpan dapat dilepaskan dengan cepat atau segera ke
dalam sirkulasi.
10
11
12
13
14
Secara normal, konsentrasi iodium di dalam tubuh itu sangat rendah, sehingga untuk
memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh diperlukan suplai dari asupan makanan. Iodium yang
berasal dari luar tersebut masih dalam bentuk iodida (I-) sehingga perlu dioksidasi menjadi
iodium (I2) untuk bisa berfungsi dalam proses pembentukan hormon tiroid. Kebutuhan jumlah
iodium yang ditelan dalam bentuk iodida adalah + 1 mg/minggu. Setelah iodida diabsoprsi dari
saluran cerna menuju sirkulasi, sebagian besar ion tersebut akan dikeluarkan oleh ginjal, tetapi +
hanya seperlima dipindahkan dari sirkulasi secara selektif oleh sel-sel kelenjar tiroid untuk
digunakan dalam proses pembentukan hormon tiroid.
1. Proses Trapping Ion Iodida
Membran basal sel folikel (letaknya dekat dengan kapiler yang mensuplai folikel)
mengandung Na+-I- symport carrier (NIS), yang akan memasukkan iodida dan anion-anion lain
(seperti bromida, tiosianat, dan perklorat) ke dalam sitoplasma sel folikel melalui transpor aktif
sekunder. Karena sama-sama menggunakan NIS, anion-anion tersebut bersifat inhibitor terhadap
15
pemasukan/uptake ion iodida.Mekanisme transpor ini bisa memekatkan iodida + 30 kali dari
konsentrasinya dalam darah.Hal ini memungkinkan iodida melakukan fungsinya meskipun
konsentrasinya sedikit dalam darah.
2. Pembentukan dan sekresi tiroglobulin oleh sel-sel tiroid
Sel-sel tiroid merupakan sel kelenjar khas yang mensekresikan protein. Retikulum
endoplasma dan aparatus golgi mensintesis molekul glikoprotein besar yang disebut tiroglobulin.
Tiroglobulin kemudian disimpan di vesikel dan disekresikan secara eksositosis ke dalam
koloid.Setiap molekul tiroglobulin mengandung 70 asam amino tirosin dan tiroglobulin
merupakan substrat utama yang bergabung dengan iodida untuk membentuk hormon tiroid, yang
terbentuk dalam molekul tiroglobulin.
16
Iodium yang sudah teroksidasi (iodine) selanjutnya akan berikatan dengan asam amino
tirosin melalui langkah-langkah :
Iodine + Tirosin monoiodotirosin (MIT)
Iodine + MIT diiodotirosin (DIT)
MIT + DIT triiodotironin (T3)
DIT + DIT tetraiodotironin (T4/tiroksin)
Hasil dari coupling ini adalah molekul tiroksin yang masih tetap merupakan bagian dari
molekul tiroglobulin. Setelah diiodinasi, molekul tiroglobulin akan disimpan di koloid.
17
Jadi, secara umum urutan sintesis dan sekresi hormon tiroid adalah :
1. Transport iodida ke dalam sel (Trapping iodida)
2. Oksidasi iodida
3. Iodinasi Iodida (Coupling)
4. Proteolisis Tiroglobulin
5. Deiodinasi MIT dan DIT
6. Difusi T3 dan T4 ke sirkulasi (sekresi)
18
19
20
21
Hormon memulai efek biologisnya saat berikatan dengan reseptor spesifiknya. Kerja
hormon terhenti ketika terlepas dari reseptornya
22
Derivat tirosin akan berikatan dengan reseptor pada membran plasma ( hormon
peptida)
Interaksi hormon-reseptor:
[H] + [R] [HR]
Dimana [H] adalah konsentrasi hormon bebas; [R] konsentrasi reseptor bebas; [HR]
adalah konsentrasi kompleks hormon-reseptor.
Reseptor intraseluler
Hormon dengan reseptor intrasel adalah molekul lipofilik, berdifusi lewat membran sel
dan menjumpai reseptor spesifiknya dengan afinitas tinggi dalam sel target serta selanjutnya
mengalami reaksi aktivasi.
Gambaran umun kerja hormon ini terlihat dalam gambar dibawah ini.
Reaksi aktivasi membuat kompleks hormon-reseptor mampu berikatan dengan kromatin.
Kompleks ini terikat pada suatu regio spesifik DNA (unsur respon hormon) dan mengaktifkan
atau menginaktifkan gen yang spesifik. mempengaruhi transkripsi gen merubah jumlah
protein spesifik mempengaruhi metabolisme.
23
Hormon steroid tidak hanya berpengaruh pada proses transkripsi, tetapi dapat berpengaruh
pada setiap tahap dalam lintasan informasi pembentukan protein, baik itu transpor mRNA keluar
inti maupun proses translasi mRNA. Untuk dapat mempengaruhi proses transkripsi kompleks
hormon-reseptor harus berada pada regio kromatin yang transkripsi aktif (pada gambar di atas
dilukiskan sebagai gelambung).
Dua Gen utama yang mempunyai unsur pengatur inisiasi transkripsi pada posisi 5, yaitu PE
(promoter element) dan HRE (hormone respone element).HRE merupakan unsur pendorong
transkripsi.
Steroid dan hormon tiroid beredar dalam sirkulasi dengan berikatan pada protein pengikat
spesifik.
o 80% T4 dan 55% T3 berikatan dengan thyroid-binding globulin; 15% T4 dan
25% T3 berikatan dengan thyriod-binding prealbumin; ada pula yang berikatan
dengan albumin; dan sisanya (0,03% T4 dan 0,2% T3) dalam bentuk bebas dalam
sirkulasi
24
C. Second Messenger
Sistem Second Messenger cAMP-Adenilil Siklase
Cyclic AMP (cAMP) yaitu suatu nukleotida yang ada dimana-mana dan berasal dari ATP lewat
kerja ezim adenilil siklase, mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam proses kerja
sejumlah hormon. Kadar cAMP dapat intrasel dapat meningkat ataupun menurun oleh pengaruh
berbagai hormon, dan pengaruh ini bervariasi antara jaringan yang satu dengan yang lainnya.
25
Kerja spesifik yang timbul sebagai rsepon terhadap peningkatan atau penurunan cAMP disetiap jenis sel
target bergantung pada perangkat intrasel yang dimiliki, beberapa sel memiliki satu set enzim,
sedangkan sel lain mekiliki enzim lain. Oleh karena itu, berbagai fungsi terdapat di berbagai sel target,
seperti memulai sintesis zat kimia intrasel yang spesifik, menimbulkan relaksasi atau kontraksi
otot, memulai sekresi sel dan mengubah permeabilitas sel.
26
cAMP
ATP
4 cAMP
protein kinase
inaktif
protein
fosfoprotein
efek fisiologis
27
28
29
seperti reseptor untuk asetilkolin, hormon antidiuretik dan katekolamin tipe-1 merupakan
aktivator fosfolipase C yang ampuh jika reseptor tersebut ditempati oleh ligandnya masingmasing.
30
Mekanisme timbulnya respon seluler akibat aktivasi fosfolipid membran sel yaitu:
1. pengikatan hormon peptida pada reseptor terkait protein-G
2. enzim fosfolipase C mengkatalisis pemecahan sejumlah fosfolipid di membran sel, terutama
fosfatidilinositol bifosfat (PIP2) menjadi IP3 (inositol trifosfat) dan DAG (diasilgliserol).
3. IP3 memobilisasi ion kalsium dari mitokondria dan retikulum endoplasma, kemudian ion
klasium memiliki efek second messengernya sendiri seperti kontraksi otot polos dan
mengubah sekresi sel
4. Berbeda dari IP3, DAG akan mengaktifkan enzim protein kinase C (PKC) yang kemudian
memfosforilasi sejumlah protein yang akhirnya menimbulkan respon seluler.
5. Selain itu, bagian lipid DAG adalah asam arakidonat yang merupakan prekursor
prostaglandin dan hormon lokal lainnya yang menimbulkan berbagai efek pada seluruh
jaringan tubuh.
31
32
33
Secara umum pengaturan hormonal terjadi melalui suatu jalur vertical dari hipotalamus
ke hipofisis lalu ke kelenjar hormon dan akhirnya menuju sel target.
Sebelumnya kita ketahui juga adanya mekanisme umpan balik dari hormon terhadap
kelenjar endokrin yang memberi efek negative. Ini juga akan berpengaruh dalam pengaturan
hormonal melaui aksis ini. ada beberapa aksis yang penting yang akan dibahas disini.
ada
dieksresikan
kecenderungan
hormon
akan
banyak
selain
dapat
maka
dari
hipotalamus
itu
sendiri
34
B. Aksis Hipotalamus-Hipofisis-Tiroid
Seperti gambar disamping
1. Hormon pelepas tiroid (TRH) dilepaskan dari
neuron dari hipotalamus ke darah. Melewati system
portal hipotalamohipofisal menuju hipofisis anterior
2. TRH menyebabkan sel sel hipofisis anterior
mensekresikan TSH (thyroid stimulating hormone)
3. TSH melalui sirkulasi darah menuju kelenjar
tiroid , yang akan mengakibatkan peningkatan sintesis
dan sekresi hormon tiroid (T3 dan T4)
4. T3dan T4 memiliki efek penghambatan pada
sekresi TRH dari hipotalamus dan TSH dari hipofisis
anterior
35
AKSIS HIPOTALAMUS
Terdapat 3 mekanisme utama dalam pengontrolan produksi hormon:
1. Aksi substrat selain hormon pada kelenjar endokrin (dikontrol langsung oleh jalur
metabolik yang tempat hormo tersebut bekerja)
ex. kadar glukosa dalam darah mengatur peningkatan dan penurunan sekresi insulin
dari pankreas.
2. Kontrol neural terhadap kelenjar
melalui pengeluaran neurotransmitter pada sinaps neuron-sel yang dapat berperan
sebagai stimulator atau inhibitor.
3. Kontrol kelenjar oleh hormon atau neurotransmitter yang dihasilkan kelenjar lainnya
kontrol hipotalamus terhadap kerja kelenjar endokrin lainnya, melalui hormon pituitari
(aksis hipotalamus).
Kontrol feedback merupakan bagian penting dari sistem endokrin. Masing-masing aksis
hipotalamus (HPT, HPA, HPG) dipengaruhi oleh negatif feedback, suatu proses yang digunakan
untuk mengontrol produksi hormon dalam fluktuasi yang sempit. Contoh dari feedback negatif
pada aksis hipotalamus pituitari target adalah (1) Hormon tiroid pada aksis TRH TSH, (2)
Kortisol pada aksis TRH ACTH, (3) Gonadal steroid pada aksis GnRH-LH/FSH, dan (4) IGF-I
pada aksis GHRH GH.
36
37
Aktivasi aksis HPA diinisiasi oleh pelepasan CRH dari hipotalamus. Pelepasan ini terjadi
karena berbagai stimulus, termasuk semua jenis stres fisik dan psikologis, siklus harian
nrmal, dan sebagai respon terhadap pengeluaran berbagai neurotransmitter.
Aktifitas aksis HPA diatur oleh mekanisme feedback negatif. Peningkatan level
kortisol akan menekan pelepasan CRH oleh hipotalamus dan pelepasan ACTH oleh pituitari.
Sebagai tambahan, ACTH juga dapat menekan produksi CRH dari hipotalamus.
AKSIS HIPOTALAMUS PITUITARI - GONAD
Pada wanita dan laki-laki, aksis HPG adalah sistem yang mengatur pengeluaran sex hormon.
Sistem ini diaktivasi oleh GnRH yang dikeluarkan secara reguler dalam waktu singkat dari
hipotalamus. GnRH kemudian menstimulasi pelepasan FSH dan LH dari pituitari anterior.
Male
38
LH menstimulasi beberapa jenis sel dalam testis (Leydig cells) untuk menghasilkan
testosteron.
FSH dan testosteron adalah regulator kunci pada sel testikular lainnya (Sel Sertoli) yang
berfungsi mendukung dan menutrisi sperma selama pematangannya.
Female
39
Selama siklus menstruasi, LH dan FSH menstimulasi folikel ovarium yang mengandung
ovum untuk memproduksi estradiol.
Setelah ovulasi terjadi, LH menstimulasi produksi progesteron dan estradiol oleh corpus
luteum. Keduanya berperan dalam mekanisme negatif feedback selama sebagian besar
siklus menstruasi, untuk menekan pelepasan GnRH dari hipotalamus dan LH dari
pituitari.
Namun, tepat sebelum ovulasi mekanisme feedback positif diaktivasi oleh estradiol yang
mengakibatkan peningkatan level LH yang mengawali terjadinya ovulasi, formasi corpus
luteum, dan pelepasan progesteron.
Progesteron menjadi feedback negatif untuk pelepasan LH dan FSH, menyebabkan level
LH turun lagi.
Sekresi FSH diregulasi oleh inhibin yang dikeluarkan oleh sel dalam folikel ovarium.
40
41
HIPOTALAMUS
Hipotalamus terletak pada lantai dan dinding ventrikel ketiga dari otak.Struktur inilah
yang mengatur keseluruhan fungsi primitive dari otak yang meliputi pengaturan cairan tubuh
sampai fungsi seksual.Kebanyakan fungsi dari hipotalamus dalam regulasi berbagai system
tubuh melalui hormon dilaksanakan melalui perantara kelenjar pituitary yang sangat terkait
dengannya.
Hipotalamus dan kelenjar pituitary merupakan tempat interaksi utama antara system saraf
dan endokrin.Hipotalamus mengatur aktivitas dan fungsi sekresi kelenjar pituitary.Hormone,
informasi sensori yang masuk CNS, dan emosi, sebaliknya juga mempengaruhi aktivitas
hipotalamus.
HIPOFISIS
42
Kelenjar pituitary memiliki ketebalan sekitar 1 cm, dengan berat 0.51.0 g, dan berdiam
pada sella turcica tulang sphenoid.Berlokasi pada hipotalamus inferior dan dihubungkan oleh
tangkai infundibulum. Kelenjar pituitary dibagin mejadi dua bagian fungsional : pituitary
posterior atau neurohypophysis dan pituitary anterior adenohypophysis.
PITUITARI POSTERIOR
Disebut juga neurohipofisis karena struktur ini berhubungan langsung dengan otak (neuro
berarti system saraf). Dibentuk sejak pembentukan embrio dari pertumbuhan bagian inferior otak
pada area hipotalamus. Pertumbuhan inferior ini membentuk struktur infundibulum, dan bagian
akhir infundibulum membesar membentuk struktur pituitary posterior.Sekresi pituitary posterior
disebut juga neurohormon karena merupakan perluasan dari system saraf.
PITUITARI ANTERIOR
Dibentuk dari suatu kantong yang terbentuk kearah luar dari cavum oris embrio yang
disebut divertikulum pituitary atau kantong Rathkes, yang tumbuh di depan pituitary posterior.
Karena dekat dengan pituitary posterior, divertikulum pituitary ini kehilangan koneksinya
dengan cavum oris dan menjadi pituitary posterior. Struktur ini dibagi menjadi tiga area dengan
batas yang tak jelas : pars tuberalis, pars distalis, dan pars intermedia. Hormone yang
disekresikan dari pituitary anterior sangan berlawanan dengan pituitary posterior, dimana
hormonnya bukan neurohormon sebab struktur histologist pituitary anterior dibentuk dari
jaringan epitel cavum oris embrional dan bukan dari system saraf seperti neurohipofisis.
43
44
tiroid
merupakan
kelenjar
oleh
struktur
menyempit,
disebut
depannya
isthmus.Kelenjar
yang
ini
45
PANKREAS
Kelenjar pancreas, terletak di belakang peritoneum antara kurvatura mayor lambung dan
duodenum. Panjang struktur ini berkisar antara 15 cm, tebal 2,5 cm dengan berat kira-kira 85
100 g. kaput pancreas terletak dekat duodenum dan korpus dan caudanya memanjang di depan
limpa. Pancreas yang memanjang dan seperti spons terletak peritoneal, inferior, dan dorsal dari
lambung.
46
KORTEKS ADRENAL
Kelenjar adrenal, yang disebut juga glandula suprarenal, merupakan struktur pada polus
superior ginjal. Seperti ginjal, mereka juga terletak retroperitoneal, dan dikelilingi jaringan
lemak yang bertumpuk-tumpuk. Kelenjar adrenal disertai dengan kapsul jaringan ikat dan
memiliki suplai darah yang berkembang dengan baik.Kelenjar adrenal memiliki dua bagian
yakni bagian dalam (medulla) dan bagian luar (korteks), yang diperoleh dari dua jaringan
embrionik yang terpisah.Medulla adrenal terbentuk dari sel neural yang juga memberikan neuron
postganglionik ke divisi simpatis dari system saraf autonom.Tidak seperti kebanyakan kelenjar
dalam tubuh, yang berkembang dari invaginasi jaringan epithelial, korteks adrenal dibentuk dari
lapisan mesoderm.
47
HISTOLOGI
KELENJAR HIPOFISIS
Kelenjar hipofisis di bagi menjadi tiga lobus yaitu lobus anterior (adenohipofisis), lobus
posterior (neurohipofisis) dan lobus intermedia yang mengalami rudimentasi pada perkembangan
embriologisnya.
Keterangan gambar
48
1. ADENOHIPOFISIS
Adenohipofisis (hipofisis anterior), berkembang dari kantung rathkes. Adenohipofisis terdiri
dari pars distalis, pars intermedia, dan pars tuberalis.
a. Pars distalis
kelenjar hipofisis pars distalis dilapisi oleh kapsula fibrosa yang tersusun dari ikatan sel-sel
parenkim yang dikelilingi oleh serat retikuler, serat ini juga mengelilingi sinusoid kapiler dari
secondary capillary plexus. Endotel yang melapisi sinusoid mengalami fenestrasi sehingga
memudahkan difusi releasing factor ke sel parenkim dan menyediakan jalan masuk bagi hormon
yang disekresikan oleh kelenjar ke pembuluh darah. Sel parenkim pars distalis terdiri dari sel
kromofil dan kromofob. Kromofil memiliki afinitas terhadap pewarnaan sedangkan kromofob
tidak. Kromofil lebih lanjut di bagi menjadi asidofil yang mengikat pewarna asam dan basofil
yang mengikat pewarna dasar yang merupakan sel sekretori utama dari pars distalis. Harus
diingat bahwa yang memiliki afinitas terhadap pewarnaan adalah granula secretorik yang
terdapat dalam sel bukan sitoplasma parenkimnya.
49
Ket : A= asidofil
B= basofil
C= chromophobes
Kromofil
Granula sekretorik sel kromofil yang mengikat pewarna asam berwarna merah-orange
disebut asidofil dan yang mengikat pewarna dasar berwarna biru disebut basofil.
Asidofil
Merupakan sel yang paling banyak terdapat di pars distalis.
Di bagi lagi menjadi dua jenis sel :
Somatotrof. Merupakan salah satu variasi sel asidofil dengan nukleus yang
terletak di tengah, kompleks golgi moderat, mitokondria kecil, retikulum
endoplasmik kasar yang banyak dan banyak granula sekretorik yang
berdiameter 300-400 nm. Sel-sel ini mensekresikan hormon pertumbuhan
(growth hormon), yang distimulasi oleh GHRH dan diinhibisi oleh GHIH
(somatostatin). Efek hormon ini secara umum adalah meningkatkan laju
metabolisme seluler dan menginduksi pembentukan IGF I dan II di hati yang
meningkatkn mitosis lempeng efifisis tulang sehingga menyebabkan
pemanjangan tulang (pertumbuhan).
Mammotrof. Variasi yang lain dari sel asidofil, biasanya tersusun sebagai sel
individual. Berbentuk poligonal kecil dengan organela yang tidak dapat
dikenali, namun selama periode laktasi orgnela sel ini membesar dengan
kompleks golgi dapat membesar sampai hampir sama dengan nukleus. Sel ini
dicirikan oleh granula sekretoriknya yang besar, yang terbentuk dari fusi
granula-granula yang lebih kecil yang dilepaskan oleh trans golgi network.
Granula skretoriknya dapat mencapai diameter 600 nm, dimana didalamnya
terdapat hormon prolaktin yang berperan dalam perkembangan kelenjar
payudara. Sekresi hormon prolaktin distimulasi oleh prolactin releasing
hormon (PRH) dan oksitosin dan diinhibisi oleh PIF.
50
Basofil
Sel basofil berwarna biru dan biasanya terletak di bagian perifer dari pars distalis.
Kromofob
Kromofob merupakan sel yang memiliki afinitas yang lemah terhadap pewarnaan. Sel-sel ini
secara umum memilki sitoplasma yang leih sedikit dibanding kromofil. Mereka mungkin
merupakan sel stem atau sel kromofil yang mengalami degranulasi. Beberapa diantara sel ini
memiliki granula sekretorik.
Sel folikulostelate
Sel folikulostelate merupkan sebagian besar populasi sel di pars distalis. Fungsi sel ini masih
belum jelas, mereka memiliki prosesus yang panjang yang membentuk gap junction dengan sel
folikulostelate yang lain. Kemungkinan fungsi sel ini adalah memberikan physical support
terhadap sel parenkim adenohipofisis.
51
b. Pars intemedia
Pars intermedia tidak berkembang dengan baik pada manusia. Daerah dicirikan oleh lapisan
tipis sel-sel kuboid dan vesikel-vesikel yang mengandung koloid. Terdapat beberapa sel basofil
didalamnya dengan inti terletak eksentrik mirip dengan kortikotrof. Pada spesies tertentu, seperti
amfibia, pars intermedianya berkembang dengan baik dan memproduksi melanocyte-stimulating
hormone (MSH) yang mempengaruhi pembentukan melanin.
c. Pars tuberalis
Pars tuberalis merupakan bagian yang mengelilingi tangkai infundibulum. Selnya
berhubungan erat dengan banyak pembuluh darah, tersusun memanjang dalam kelompok atau
korda yang pendek. Sel ini berbentuk kuboid, sitoplasma basofil yang mengandung granula halus
dan sejumlah glikogen. Vesikel kecil yang mengandung koloid kadang dapat terlihat. Fungsi
daerah ini masih belum jelas.
52
Keterangan :
2. NEUROHIPOFISIS
Neurohipofisis meliputi eminensia mediana dari tuber sinereum, batang infundibulum, dan
prosesus infundibularis (pars nervosa). Sejumlah 100.000 serat saraf tak bermyelin yang
menyusun traktus hipotalamo-hipofisialis berjalan sampai neurohipofisis. Badan selnya terletak
dalam nukleus supraoptikus dan paraventrikularis hipotalamus.
Sel neurohipofisis yaitu pituisit menyerupai sel neurglia dibagian lain susunan saraf pusat.
Pituisit merupakan sel kecil dengan juluran sitoplasma yang pendek dan bercabang-cabang yang
berakhir pada pembuluh darah atau septa jaringan ikat. Dalam sitoplasmanya terdapat droplet
lemak, granula, dan pigmen. Pituisit terdapat di seluruh neurohipofisis terutama di pars nervosa.
Fungsinya diduga sama seperti neuroglia di susunan sara pusat.
Sel saraf nukleus supraoptik dan paraventrikularis bersifat neurosekretorik dan menghasilkan
materi yang disalurkan sepanjang serat saraf traktus hipotalamo-hipofisialis sampai ujung serat
dalam pars nervosa. Di sini sekretnya disimpan dalam ujung saraf yang letaknya dekat dengan
jaring kapiler. Kelompok granula neurosekret ini pada mikroskop cahaya terlihat sebagai Badan
Herring. Materi neurosekret disekresikan dari ujung akson ke jaringan perivaskuler melalui
proses eksositosis.
Dua hormon yang disekresikan oleh neurohipofisis adalah oksitosin dan vasopresin.
Oksitosin disintesis terutama oleh badan sel yang terletak di nukleus paraventrikularis,
sedangkan vasopresin oleh badan sel pada nukleus supraoptik. Sel yang sama juga menghasilkan
protein neurofisin yang merupakan pengikat hormon tersebut. Ada satu jenis neurofisin yang
mengikat oksitosin dan jenis lain untuk vasopresin.
53
Keterangan gambar :
KELENJAR TIROID
Kelenjar tiroid dilapisi oleh kapsul yang tersusun dari jaringan ikat kolagen yang tipis,
padat dan ireguler. Septa yang berasal dari kapsul membagi kelenjar tiroid menjadi lobuluslobulus. Pada bagian posterior terdapat kelenjar paratiroid yang menempel di dalam kapsul.
54
Sel folikuler. Sel folikuler berbentuk squamus sampai low-collumnar. Mereka memiliki
nukleus yang bulat dengan dua nukleolus dan sitoplasma yang basofilik. Sel ini juga
mempunyai RER yang distended, lisosom yang banyak, mitokondria berbentuk batang,
supranuklear kompleks golgi, dan banyak vili pendek yang memanjang ke koloid. Dalam
sitoplasma banyak terdapat vesikel kecil yang terdispersi yang dipercaya mengandung
tiroglobulin dan kemudian dieksositosis ke lumen folikel. Iodide sangat penting untuk
sintesis hormon tiroid, iodinasi residu tirosin terjadi di dalam folikel yaitu di colloidfollicular cell interface.
Sel parafolikuler. Sel ini berfungsi untuk mensekrsikan kalsitonin. Biasanya ditemukan
secara individual atau dalam keompok kecil. Sel ini tampak sebagai pucat pada
mikroskop cahaya karena memilki afinitas yang rendah terhadap pewarnaan. Mereka
ditemukan disekitar sel folikuler namun tidak mncapai lumen dari folikel. Walaupun sel
ini 2-3 kali lebih besar dari sel folikel jumlahnya hanya sekitar 0,1% dari seluruh sel
epeitelium. Granula sekretoriknya
hormon peptida yang menginhibisi resorpsi tulang oleh osteoklas sehingga menurunkan
konsentrasi kalsium dalam darah. Ketika konsentrasi kalsium dalam darah tinggi maka
sekresi kalsitonin akan terstimulasi.
55
Keterangan :
F = folikel
TG = tiroglobulin
56
Keterangan gambar :
KELENJAR PARATIROID
Kelenjar paratiroid terletak di permukaan posterior dari kelenjar tiroid. Jumlahnya ada
empat buah, dimana masing-masing kelenjar terletak di pole atas dan bawah lobus kanan dan kiri
kelenjar tiroid. Fungsi kelenjar ini adalah mensekresikan PTH yang bekerja pada tulang, ginjal
dan usus untuk memelihara konsentrasi kalsium yang optimal dalam darah.
Setiap kelenjar paratiroid berbentuk ovoid dengan panjang 5 mm, lebar 4 mm, dan tebal 2
mm. Beratnya kira-kira 25-50 mg. Kelenjari ini dilapisi oleh kapsul yang tersusun oleh jaringan
ikat kolagen. Kapsul ini memanjang ke dalam kelenjar membentuk septa yang biasanya ditemani
oleh pembuluh darah, limfe, dan saraf. Fungsi septa ini adalah untukmenyokong jaringan
57
parenkim kelenjar yang terdiri dari sel-sel epitel yang tersusun dalam bentuk korda atau kluster
yang dikelilingi serat retikuler. Stroma jaringan ikatnya pada orang dewasa yang lebih tua
mengandung jaringan lemak yang mendiami sekitar 60% dari kelenjar. Parenkim kelenjar tiroi di
susun oleh dua jenis sel :
Chief cells. Merupakan sel utama yang menyusun parenkim kelenjar paratiroid.
Jumlahnya lebih banyak daripada sel oksifil. Fungsi sel ini adalah mensekresi PTH.
Sel oksifil. Sel ini lebih besar daripada sel chief dan secara khas terdapat dalam
kelompok kecil atau besar. Sel ini memiliki inti yang kecil terwarna gelap dan sitoplasma
yang asidofil dan granular. Fungsi sel ini masih belum jelas.
Keterangan gambar :
58
KELENJAR ADRENAL
Kelenjar ini terletak di pole atas ginjal kedua ginjal dan diselubungi oleh jaringan lemak. Kedua
kelenjar memiliki tebal sekitar 1 cm, lebar 2 cm pada apeks dan 5 cm pada basal dan berat 7-10
gram. Parenkim kelenjar arenal secara histologis dan fungsionil daibagi menjadi dua regio yaitu
korteks di bagian luar dan medulla di bagian dalam.
Keterangan gambar :
59
Korteks adrenal
Korteks adrenal mengandung selm parenkim yang mensintesis dan mensekresikan beberapa
hormon steroid tanpa menyimpannya. Secara histologis korteks adrenal di bagi jadi 3 zona dari
luar ke dalam yaitu zona glomerulosa, zona fasikulata, dan zona retikularis. Pada manusia, zona
glomerulosa meliputi sekitar 15% volume total korteks, zona fasikulata 78%, dan zona retikularis
7%.
Zona glomerulosa. Terdiri dari sel berbentuk piramid atau silindris yang tersusun dalam
kelompok yang lonjong, yang dalam keadaan normal tidak mempunyai lumen. Selnya
mengandung inti bulat dan tewarna gelap, dan sitoplasma mengandung sejumlah materi
basofil dan sedikit butir lemak kecil. Fungsi dari zona ini adalah mensinteisis dan
mensekresi hormon mineralokortikoid seperti aldosteron yang distimulasi oleh
angiotensin II dan ACTH.
Zona fasikulata. Merupakan lapisan yang paling tebal. Terdiri dari sel yang besar,
kuboid atau polihedral, tersusun dalam korda yang panjang, radier, dan biasanya setebal
dua sel. Inti terletak ditengah dan vesikuler (lembung), dan seringkali berinti dua.
Sitoplasma basofil dan mengandung butir lemak yang terdiri dari kolesterol, asam lemak
dan lemak netral. Butir lemak ini banyak terdapat di dua pertiga luar zona. Karena lemak
hilang pada prosedur teknik yang biasa dilakukan, sel di sini tampak bervakuola dan
mempunyai penampilan seperti busa (kadang-kadang sel ini disebut spongiosit). Bagian
sepertiga dalam zona ini relatif bebas dari materi lemak dan bersifat basofil. Fungsi zona
ini adalah mensintesis dan mensekresi glukokortikoid atas stimulasi dari ACTH.
mensekresi
hormon
androgen,
terutama
dehydroepiandrosterone
dan
60
Keterangan gambar :
61
Medulla
Pada manusia, batas antara korteks dan medulla tak teratur. Sel medulla berbentuk
lonjong atau polihedral dan tersusun dalam kelompok korda pendek dan saling anastomosis,
dikelilingi oleh venula dan kapiler. Sel medulla yang memiliki inti besar dan vesikuler, dan
sitoplasmanya mengandung granula halus yang menjadi coklat bila dioksidasi dengan kalium
bikromat. Peristiwa ini disebut sebagai reaksi kromafin, oleh karena itu sel ini disebut sebagai sel
kromafin. Granula sitoplasmanya terdiri dari dua tipe: beberapa menunjukkan kepadatan
elektron yang sedang dan mengandung epinefrin dan lainnya menunjukkan kepadatan elektron
yang mencolok dan mengandung norepinefrin. Selain sel kromafin, medulla juga mengandung
sedikit sel ganglion autonom. Fungsi bagian ini adalh mensekresi katekolamin seperti epinefrin
dan norepinefrin.
62
Keterangan gambar :
63
Dengan pewarnaan khusus dapat dibedakan sel alfa dan sel beta dalam pulau langerhans
pankreas. Sel alfa sitoplasmanya terpulas merah muda, sedangkan sel beta terpulas biru.
Umumnya sel alfa terletak di tepi pulau sedangkan sel beta terletak di bagian yang lebih dalam
atau lebih di pusat pulau. Sel beta juga lebih banyak pada pulau dan merupakan kira-kira 70%
dari massanya. Sel delta juga terdapat pada pulau. Sel ini paling sedikit dengan bentuk yang
bervariasi dan mungkin terdapat di bagian mana saja dari pulau.
Keterngan gambar :
64
JENIS HORMON
Fungsi dan Target Organ
HIPOTHALAMUS
Hipothalamus sebenarnya memproduksi sebanyak sembilan hormon yang berpengaruh
terhadap fungsi tubuh, namun hanya ada tujuh hormon yang mekanisme kerjanya diketahui
dengan pasti. Llima di antaranya adalah Releasing Hormones dan dua di antaranya adalah
Inhibitory Hormones. Semua hormon yang disekresikan oleh hipothalamus hanya akan bekerja
pada kelenjar hipofisis.
Hampir semua hormon yang disekresikan oleh hipothalamus masing-masing hanya akan
merangsang pelepasan satu jenis hormon oleh kelenjar hipofisis, kecuali hormon perangsang
gonadotropin yang merangsang pelepasan FSH dan LH.
(Gonadotropin
FUNGSI
Releasing Menstimulasi pelepasan Gonadotropin
Hormone)
CRH
(Corticotropin
Hormone)
TRH
Kelenjar Hipofisis
(Thyrotropin
Releasing Menstimulasi
pelepasan
TSH
oleh
Hormone)
Kelenjar Hipofisis
pelepasan
Growth
Hormone)
65
Somatostatin
Menghambat
pelepasan
Growth
FUNGSI
KELENJAR/ORGAN
TARGET
FSH (Follicle
Wanita: Ovarium
Stimulating Hormone)
Pria: Testis
Hormone)
(Adrenocorticotropic
untuk melepaskanhormon-
Hormone)
hormonnya
Korteks Adrenal
66
TSH (Thyroid
Stimulating Hormon)
Kelenjar Thyroid
hormonnya
GH (Growth Hormone)
Sel-sel tubuh
Catatan
1. Nama lain dari hormon-hormon tersebut:
a) GH Somatotropin
b) FSH dan LH Gonadotropin
67
c) ACTH Corticotropin
d) TSH Thyrotropin
68
Kelenjar ini memproduksi Serotonin pada siang hari dan Melatonin pada malam hari.
Organ targetnya adalah Otak. Fungsi serotonin dan melatonin adalah sebagai berikut:
a) Mengontrol mood
b) Mempengaruhi proses pubertas
c) Berperan dalam proses tidur
d) Melatonin kemungkinan menekan sekresi gonadotropin
69
KELENJAR TIROID
Untuk pertumbuhan
efek pentingnya ialah meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak selama
kehidupan janin dan beberapa tahun pertama kehidupan pasca lahir.
Pada metabolism KH
merangsang hampir semua aspek metabolism KH, termasuk penggunaan glukosa yang
cepat oleh sel, meningkatkan glikolisis, meningkatkan glukoneogenesis, meningkatkan
kecepatan absorpsi dari GIT, dan meningkatkan sekresi insulin. Semua efek ini terjadi
akibat naiknya seluruh enzim akibat dari hormone tiroid
70
Efek pada GIT : akan meningkatkan nafsu makan & asupan makan, meningkatkan
kecepatan sekresi getah pencernaan & pergerakan saluran cerna
Efek pada fungsi otot : sedikit peningkatan hornon tiroid otot bereaksi kuat
71
bila hormone berlebihan otot-otot akan menjadi lemah karena terjadi proses
katabolisme protein
bila hormone kurang otot sangat lamban, otot akan berelaksasi perlahan setelah
kontraksi
Efek pada kelenjar endokrin lain : meningkatnya hormone tiroid akan meningkatkan
sekresi sebagian kelenjar endokri lain.
contoh : peningkatan hormone tiroksin meningkatkan metabolisme glukosa
peningkatan kebutuhan insulin yang disekresi pankreas
KELENJAR PARATIROID
Hormon paratiroid dapat menyebabkan naiknya konsentrasi Ca dalam darah akibat efek berikut:
1. Absorpsi Ca dan fosfat dari tulang
Selain meningkatkan Ca dalam darah, PTH juga menyebabkan penurunan kadar fosfat dalam
darah. Hal ini disebabkan oleh efek PTH pada ginjal dalam menyebabkan timbulnya eksresi
fosfat dari ginjal secara berlebihan yang dapat mengatasi peningkatan absorpsi fosfat dari tulang.
Mekanisme lebih detailnya seperti di bawah ini :
A. Fase cepat absorpsi Ca dan fosfat osteolisis
PTH menyebabkan pemindahan garam-garam tulang dari 2 tempat didalam tulang :
dari matriks tulang di sekitar osteosit yang terletak di dalam tulangnya sendiri
Efek dari PTH ini disebabkan oleh kemampuan PTH untuk dapat mengaktifkan pompa
Ca dengan kuat.Perangsangan pompa ini dilakukan dengan meningkatkan permeabilitas
Ca pada sisi cairan tulang dari membrane osteositik sehingga mempermudah difusi ion
Ca ke dalam membrane sel cairan tulang. Selanjutnya, pompa Ca di sisi lain dari
membrane sel memindahkan ion Ca yang tersisa tadi ke dalam ECF.
72
B. Fase lambat absorpsi tulang dan pelepasan Ca dan fosfat aktivasi osteoklas
PTH akan menyebabkan aktivasi osteoklas. Tetapi osteoklas sendiri tidak memiliki
protein reseptor membrane untuk PTH.Diyakini bahwa osteoblast dan osteosit teraktivasi
mengirimkan sinyal kepada osteoklas, menyebabkan osteoklas mulai bekerja untuk
melahap tulang dalam waktu berminggu-minggu sampai berbulan-bulan. Aktivasi system
osteoklastik terjadi dalam 2 tahap :
pelepasan fosfat dengan segera dan cepat ke dalam urin karena PTH menyebabkan
berkurangnya reabsorpsi ion fosfat pada tubulus proksimal
meningkatkan reabsorpsi tubulus terhadap Ca. Absorpsi ini terutama terjadi pada
bagian akhir dari tubulus distal, duktus koligentes, dan bagian awal duktu koligentes.
vitamin D dalam jumlah kecil akan menimbulkan kalsifikasi tulang, jila jumlahmnya
banyak sekali akan menimbulkan absorpsi tulang
73
PANKREAS
HORMON INSULIN
74
insulin meningkatkan pemasukan glukosa dari darah ke sel-sel hati. Hal ini
terjadi karena adanya peningkatan aktivitas enzim glukokinase yang
merupakan enzim yang menyebabkan timbulnya fosforilasi awal dari glukosa
setelah glukosa berdifusi ke dalam sel-sel hati. Glukosa yang telah mengalami
fosforilasi ini tidak dapat berdifusi lagi melewati membrane sel.
Bila jumlah glukosa yang masuk ke dalam sel hati lebih banyak daripada jumlah yang
disimpan sebagai glikogen, insulin akan memacu pengubahan semua
menjadi asam lemak. Setelah ini, asam lemak dibentuk sebagai
dapat
densitas sangat rendah dan ditranspor dalam bentuk lipoprotein ini melalui darah ke jaringan
adipose dan ditimbun sebagai lemak.
75
Kelebihan ion sitrat dan isositrat akan terbentuk oleh siklus asam sitrat bila
pemakaian glukosa untuk energy ini berlebihan. Ion-ion ini dapat
mengaktifkan asetil-KoA karboksilase yang merupakan enzim yang
dibutuhkan untuk melakukan proses karboksilasi terhadap Asetil-KoA untuk
membentuk malonil KoA, tahap pertama sintesis asam lemak.
Asam lemak yang ada lalu disimpan dalam bentuk TG. TG akan dilepaskan
oleh sel-sel hati ke peredaran darah dalam bentuk lipoprotein. Insulin akan
mengaktifkan lipoprotein lipase di dalam dinding kapiler jarinag lemak, yang
akan memecah TG sekali lagi menjadi asam lemak, suatu syarat agar asam
lemak dapat diabsorpsi ke dalam sel-sel lemak, tempat asam lemak akan
diubah menjadi TG dan disimpan.
Dua efek penting lainnya yang dibutuhkan untuk menyimpan lemak dalam sel-sel lemak:
76
Dalam hepar, insulin akan menekan kecepatan glukoneogenesis dengan cara menekan
aktivitas enzim yang dapat meningkatkan glukoneogenesis akan menghemat
pemakaian AA
HORMON GLUKAGON
Efek dari glucagon ialah :
Peningkatan glukoneogenesis
Glukagon dapat meningkatkan kecepatan ambilan AA oleh sel-sel hati lalu mengubah
banyak AA itu menjadi glukosa melalui proses glukoneogenesis. Proses ini dapat
77
dicapai melalui pengaktifan berbagai enzim yang dibutuhkan untuk transpor AA dan
glukoneogenesis.
Jika jumlah glucagon berlebih, efeknya :
mengaktifkan lipase sel lemak meningkatkan persediaan asam lemak yang dapat
dipakai sebagai sumber energy tubuh
KELENJAR ADRENAL
CORTISOL
78
satu
efek
peningkatan
gluconeogenesis
ditandai
dengan
meningkatnya
79
80
MINERALOCORTICOID
81
82
83
KELENJAR GONAD
Estrogen
Estrogen adalah hormone steroid dengan 18 carbon atom. Estrogen secara primer
disintesis dari 17-ketosteroid androstenedione, tetapi testosterone juga dapat sebagai precursor.
Ovarium, (granulose dan theca sel), plasenta, adrenal cortex, dan leydigs sel (interstitial sel)
testis merupakan tempat sintesis estrogen. Estradiol (E2) merupakan estrogen yang paling poten.
Kebanyakan estrogen dan testosterone bersirkulasi di darah dan terikat dengan sex hormonebinding globulin (SHBG).
Meskipun estrogen memainkan peran dalam perkembangan karakteristik seksual perempuan, hal
ini tidak sepenting androgen dalam perkembangan seksual laki-laki.
Progestreron
Progesterone, hormone progestational (menopang-kehamilan) yang paling poten,
merupakan hormone steroid (21 c atom) disintesis dari kolestero melalui pregnolone. Hal ini
diproduksi di corpus luteum, follicle ovary, dan placenta pada perempuan, dan korteks adrenal
pada laki-laki dan perempuan. Seperti halnya kortisol, kebanyakan progesterone bersirkulasi
terikat dengan cortisol-binding globulin (CBG).
Adrenal androgen
Beberapa steroid adrenal, termasuk androstenedione, merupakan androgen yang lemah.
Hormone tersebut disekresikan oleh zona reticularis dan dikonversikan di jaringan perifer untuk
menjadi androgen, testosterone yang lebih poten. Adrenal androgen menstimulasi pertumbuhan
rambut di pubis dan aksila dan motivasi seksual pada perempuan. Efeknya pada laki-laki tak
berarti dibandingkan denan testosterone yang disekresikan testis.
84
85
Plasenta
Hormone plasenta. Hormon yang utama diproduksi oleh plasenta adalah human chorionic
gonadotropin (hCG), corticotrophin-releasing hormone (CRH), estrogens, progesterone, human
placental lactogen (hPL), dan propiomelanocortin (POMC). hCG merupakan hormone yang
plaing predominan selama tri-semester awal kehamilan hormone plasenta terdistribusi ke ibu dan
fetus. Karena koneksi antara ibu, fetus, dan sintesis hormone placenta, disebut fetoplacental unit.
Human chorionic gonadotropin (hCG) (a) menstimulasi sintesis steroid (DHEA dan DHEA-S)
oleh korteks adrenal fetus; (b) mensupres maturasi follicle pada maternal ovaries, dan (c)
menjaga produksi progesterone dan estrogen di corpus luteum sampai minggu ke-enam masa
gestasi.
86
T4/T3
kortisol
sintesis protein
insulin
glukoneogenesis
transportasi
AA kedalam sel
Keseimbangan protein +
Keseimbangan protein -
glukagon
Metabolisme Karbohidrat
kortisol
glukagon
GH
glikogenesis
glukoneogenesis
pemakaian glukosa
glukosa darah
87
glukosa darah
glikolisis
ambilan glukosa sel
glukoneogenesis
glikogenesis
insulin
Metabolisme Lemak
insulin
Inhibitor lipolisis
lipolisis
kortisol
glukagon
GH
Metabolisme Kalsium
88
89
DAFTAR PUSTAKA
1. Granner, Daryl K. Hormon Action & Signal Transduction. In: Murray, Robert K et
al(eds). Harpers Illustrated Biochemistry, 26th ed. McGraw-Hill companies: New york
2. Despopoulos, Agamemnon & Silbernagle, Stefan. 2003. Color Atlas of Physiology, 5th
ed. Thieme: New York
3. Koolman, J & Roehm, KH. 2005. Color Atlas of Biochemistry, 2th ed. Thieme: New
York
4. Montgomery et al. 1996. Biochemistry: A Case-Oriented Approach, 6th Edition. Mosby :
Missouri. Chapter 16 and 18.
5. Murray et al. 2003. Biokimia Harper, Edisi 25. EGC: Jakarta. Bab 508.
6. Guyton AC, Hall JE. 2006. TEXTBOOK OF MEDICAL PHYSIOLOGY 11TH
EDITION. Philadelphia : Elsevier Saunders
7. Despopoulos A, Silbernagl S. 2003. COLOR ATLAS OF PHYSIOLOGY. New York :
Thieme
8. Fox. 2003. Human Physiology 8th Edition. The McGrawHill Companies : New York
9. Peavy, DE. Chapter 31: Endocrine Control Mechanisms at Medical Physiology 2nd
Edition. 2004. The McGrawHill Companies : New York
10. Greenstein, B. 2001. ENDOCRINOLOGY AT A GLANCE. Blackwell Science : Tucson
USA
11. Color textbook of histology 3rd edition oleh Leslie P. Gartner dan James L. Hiatt
12. Buku ajar histologi oleh Lesson, Lesson, dan Paparo.
13. Atlas histologi di Fiore oleh Victor C. Eroschenko.
14. Color atlas cytology, histology, and microscopic anatomy 4th edition oleh Wolfgang
Kuehnel tahun 2003 diterbitkan oleh Thieme New York
15. Fauci, et al. 2008. Harrisons Principles of Internal Medicine, 17th Edition. Boston:
Mcgraw Hill Companies, Inc.
16. Sturmhofel, et al. 1998. The Endocrine System, an Overview. Alcohol Health &
Research World.
90