Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Organisme multiseluler memerlukan mekanisme untuk komunikasi antar sel agar dapat
memberi respon dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan eksternal dan internal yang selalu
berubah.

Sistem Endokrin dan susunan saraf merupakan alat utama dimana tubuh mengkomunikasikan
antara berbagai jaringan dan sel. Sistem saraf sering di pandang sebagai pembawa pesan melalui
sistem stuktural yang tetap. Sistem Endokrim dimana berbagai macam “Hormon” di sekresikan
oleh kelenjar spesifik, di angkut sebagai pesan yang bergerak untuk bereaksi pada sel atau organ
targetnya (definisi klasik dari hormon).

Hormon beredar di dalam sirkulasi darah dan fluida sel untuk mencari sel target. Ketika
hormon menemukan sel target, hormon akan mengikat protein reseptor tertentu pada permukaan
sel tersebut dan mengirimkan sinyal.

Reseptor protein akan menerima sinyal tersebut dan bereaksi baik dengan mempengaruhi
ekspresi genetik sel atau mengubah aktivitas protein selular, termasuk di antaranya adalah
perangsangan atau penghambatan pertumbuhan serta apoptosis (kematian sel terprogram),
pengaktifan atau penonaktifan sistem kekebalan, pengaturan metabolisme dan persiapan aktivitas
baru (misalnya terbang, kawin, dan perawatan anak), atau fase kehidupan (misalnya pubertas dan
menopause).

Pada banyak kasus, satu hormon dapat mengatur produksi dan pelepasan hormon lainnya.
Hormon juga mengatur siklus reproduksi pada hampir semua organisme multiselular.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimanakah pengertian dari hormone?
1.2.2 Bagaimanakah struktur hormone dan sisfat-sifat hormone?
1.2.3 Apa saja jenis-jenis hormone dan fungsinya?
1.2.4 Bagaimanakah mekanisme kerja hormone?

1
1.2.5 Bagaimankah pengaturan produksi hormon dan faktor-faktor yang mempengaruhi kadar
hormon dalam darah?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari hormone
1.3.2 Untuk mengetahui struktur hormone dan sisfat-sifat hormone
1.3.3 Untuk mengetahui jenis-jenis hormone dan fungsinya
1.3.4 Untuk mengetahui mekanisme kerja hormone
1.3.5 Untuk mengetahui pengaturan produksi hormon dan faktor-faktor yang mempengaruhi
kadar hormon dalam darah

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hormon

Hormon (dari bahasa Yunani, yang berarti “menimbulkan atau membangkitkan”).


Hormon adalah suatu zat kimia yang bertugas sebagai pembawa pesan (chemical messenger),
disekresikan oleh sejenis jaringan, dalam jumlah yang sangat kecil dan dibawa oleh darah
menuju target jaringan dibagian lain dari tubuh untuk merangsang aktivitas biokimia atau
fisiologi yang khusus.

Hormon adalah senyawa organik yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin (kelenjar buntu).
Hormon berfungsi mengatur pertumbuhan, reproduksi, tingkah laku, keseimbangan, dan
metabolisme. Hormon masuk ke dalam peredaran darah menuju organ target. Jumlah yang
dibutuhkan sedikit namun mempunyai kemampuan kerja yang besar dan lama pengaruhnya
karena hormon mempengaruhi kerja organ dan sel (Faisal, 2011).

Hormon disebut juga substansi kimia spesifik yang dihasilkan oleh kelenjar tubuh
(glandula endrokrin) yang langsung dicurahkan masuk ke dalam aliran darah dan dibawa ke
jaringan tubuh untuk membantu dan mengatur fungsi fisiologisnya (Sturkie, 1987).

Semua hormon bersifat khas dan selektif dalam pengaruhnya terhadap organ sasaran
yang ditentukan secara genetik. Organ sasaran segera bereaksi terhadap suatu hormon tertentu
untuk menghasilkan zat atau perubahan-perubahan sebagaimana yang telah diprogramkan secara
genetik (Nalbandov, 1964).

2.2 Struktur Hormon Dan Sifat-Sifat Hormon

2.2.1 Stuktur dasar hormon secara kimiawi

Hormon terrdiri atas berbagai macam senyawa yang dapat digolongkan dalam tiga
kelompok, yaitu:

1. Steroid, yaitu testoteron dan progesteron.


2. Derivat asam amino, yaitu epinefrin dan tiroksin.

3
3. Peptida-protein, yaitu insulin, glukagon, parathormon, oksitosin, vasopresin,
hormon yang dikeluarkan oleh mukosa usus dan lain-lainnya.

2.2.2 Sifat Umum Hormon

1. Beberapa hormon polipeptida dibuat sebagai prekursor yang tidak aktif.


Beberapa hormon polipeptida, termasuk insulin dan glukagon, disintesis oleh sel-
sel endrokrin induknya sebagai prekursor yang tidak aktif, yang disebut prohormon.
Prekursor yang tidak aktif tersebut mengandung rantai polipeptida yang lebih panjang
daripada hormon aktifnya sendiri. Prohormon disimpan dalam bentuk tidak aktif didalam
sel endokrin, sering kali di dalam granula-granula sekresi, siap untuk diubah dengan
cepat menjadi bentuk-bentuk aktifnya oleh perubahan enzimatik ketika sel tersebut
menerima isyarat yang tepat.
2. Hormon-hormon berfungsi dalam konsentrasi yang sangat kecil dan sebagian besar
berumur pendek.
Hormon-hormon berada dalam darah pada konsentrasi istirahat yang sangat
rendah, berkisar dalam satuan mikromolar (10-6 M) sampai dengan pikomolar (10-12 M),
yang dapat dibandingkan dengan konsentrasi normal glukosa pada kisaran milimolar,
kira-kira 4x10-3 M. Karena alasan inilah, hormon-hormon sangat sukar untuk diisolasi,
diidentifikasikan dan diukur secara akurat. Hormon didalam darah berumur pendek,
kadang-kadang hanya dalam kisaran menit. Sekali kehadirannya tidak diperlukan lagi,
dengan cepat hormon dijadikan tidak aktif oleh aktivitas enzim.
3. Beberapa hormon bereaksi segera, lainnya bereaksi secara lambat.
Beberapa hormon menghasilkan respon fisiologis dan biokimiawi dengan cepat.
Beberapa menit setelah adrenalin disekresikan ke dalam aliran darah, hati menanggapi
dengan mengeluarkan glukosa ke dalam darah. Sebaliknya, hormon-hormon tiroid atau
estrogen menghasilkan respon maksimal didalam jaringan target setelah berjam-jam atau
bahkan berhari-hari. Perbedaan-perbadaan waktu respon tersebut berkaitan dengan
perbedaan dalam mekanisme aksinya.
4. Hormon berikatan dengan reseptor spesifik pada atau di dalam sel target.
Tahap pertama dalam kerja hormon adalah pengikatan dengan suatu molekul
atauu kumpulan molekul yang khas, yang disebut hormon reseptor, yang berlokasi pada

4
permukaan sel atau di dalam sitosol sel target. Reseptor untuk hormon-hormon peptida
dan amina yang larut di dalam air yang tidak segera menembus membran sel, terletak
pada permukaan luar sel target. Reseptor hormon steroid yang larut di dalam lipida yang
segera melewati plasma membran sel targetnya, adalah protein khas yang terletak dalam
sitosol sel.
5. Hormon mungkin memiliki “pembantu pesan kedua” intraselular.
Sesaat reseptor hormon pada atau di dalam sel target ditempati oleh molekul
hormon, reseptor itu menjalani suatu perubahan yang khas yang membentuk atau
membebaskan molekul pembawa pesan intraseluler, disebut “pembawa pesan kedua”
(second messenger). Pembawa pesan ini merupakan isyarat dari reseptor hormon ke
beberrapa sistem enzim atau molekul didalam sel yang membawa perintah-perintah yang
berasal dari hormon. Pembawa pesan intraseluler dapat mengatur reaksi enzim yang khas
atau menyababkan gen atau serangkaian gen yang tidak aktif menjadi terekspresi.

2.3 Jenis Hormon dan Fungsinya

5
Klasifikasi hormon berdasarkan senyawa kimia pembentuknya:

a. Golongan Steroid → turunan dari kolestrerol.


b. Golongan Eikosanoid yaitu dari asam arachidonat.
c. Golongan derivat asam amino dengan molekul yang kecil → Thyroid,
Katekolamin.
d. Golongan Polipeptida/Protein → Insulin, Glukagon, GH, TSH.

Berdasarkan sifat kelarutan molekul hormon:

a. Lipofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam lemak


b. Hidrofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam air

Berdasarkan lokasi reseptor hormon:

a. Hormon yang berikatan dengan hormon dengan reseptor intraseluler


b. Hormon yang berikatan dengan reseptor permukaan sel (plasma membran)

Berdasarkan sifat signal yang mengantar kerja hormon di dalam sel: kelompok hormon
yang menggunakan kelompok second messenger senyawa cAMP, cGMP, Ca2+, Fosfoinositol,
Lintasan Kinase sebagai mediator intraseluler (Wijaya, 2008).

Kelenjar-kelenjar tiroid yang penting adalah: hypothalamus, hypophysis pituitary,


thyroid, parathyroid, pancreas (pulau Langerhans-Pancreas), adrenal (medula dan korteks),
gonad (ovary dan testis), thymus, dan membrana mukosa usus.

1) Hypothalamus

Hypothalamus terletak pada bagian ventral, meliputi hypophisis atau glandula pytuitaria
(salah satu kelenjar endokrin yang terpenting) dan struktur-struktur lainnya yang berkaitan
(Mukhtar, 2006). Hypothalamus berbatasan pada bagian anterior dengan optic chiasma.
Hypothalamus terdiri dari beberapa bagian yaitu:

a. Bagian posterior dengan mammilary bodies


b. Bagian dorsal dengan thalamus
c. Bagian ventral dengan sphenoid bone

6
Hormon yang dihasilkan oleh hypothalamus :

a. Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH). Berfungsi: melepaskan LH dan FSH.


b. Thyrotropin Releasing Hormone (TRH). Berfungsi: melepaskan TSH.
c. Corticotropin Releasing Hormone (CRH). Berfungsi: melepaskan ACTH.
d. Somatotropin Releasing Hormone (STH-RH). Berfungsi: melepaskan STH.
e. Somatotropin Inhibitory Hormone (STH-IH). Berfungsi: menghalangi STH yang
keluar.
f. Prolactin Releasing Hormone (PRH). Berfungsi: melepaskan prolaktin.
g. Prolactin Inhibitory Hormone (PIH). Berfungsi: menghalangi prolaktin keluar.

Pada kelenjar hipothalamus memiliki tipe hormon protein. Kelenjar hypothalamus


berfungsi untuk menstimulasi adenohypophysys untuk melepaskan hormon-hormonnya
(Ensminger, 1992 : Kartasudjana, 2006).

2) Hypophysis (Glandula Pituitaria)

Glandula pituitaria merupakan suatu kelenjar bilobi, yang menghasilkan bermacam-macam


hormon yang mempengaruhi berbagai bagian tubuh, dan oleh karena itu sering disebut sebagai
master control glands. Sebagai kelenjar endokrinon. Kelenjar hypophisa terletak di dalam
legokan pada dasar ruang otak yang dikenal sebagai sella turcica. Kelenjar tersebut
mensekresikan sejumlah besar hormon-hormon, beberapa diantaranya berhubungan langsung
dengan reproduksi.

Glandula pituitaria (hypophisis) merupakan suatu kelenjar yang rangkap yang terdiri dari:

1. Lobus anterior dan pers intermedia, yang embryologis berasal dari suatu kantong yang
terbentuk pada atap mulut (kantong rathke). Glandula pituitaria bagian depan
menghasilkan hormon-hormon sebagai berikut:
a. Hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone). Berfungsi :
a) Merangsang pertumbuhan folikel ovarium.
b) Sebagai substansi yang mengawali siklus birahi.
c) Merangsang pemasakan folikel sampai folikel de graff tetapi tidak
menyebabkan ovulasi.

7
d) Perbedaan dengan hormon LH bertanggung jawab terhadap perbedaan lama
birahi dan waktu ovulasi ternak sapi, domba, babi, dan kuda.
e) Pada unggas betina berfungsi bagi pemasakan folikel (yolk), dan
spermatogenesis pada unggas jantan.
b. Hormon LH (Luteinezing Hormone). Berfungsi:
a) Mengawali pertumbuhan tenunan luteal (corpus luteum).
b) Merangsang pertumbuhan corpus luteum.
c) Penting untuk proses ovulasi.
d) Merangsang tumbuhnya sel interstial pada ovarium.
e) Merangsang sel granulose dan sel theca pada folikel yang masak untuk
memproduksi estrogen.
f) Semakin tinggi kadar LH maka semakin tinggi estrogen, sehingga
menyebabkan ovulasi.
g) Pada unggas LH berfungsi untuk merobek membrane vitelina folikel (yolk)
pada bagian stigma agar terjadi ovulasi. Pada unggas jantan berperan bagi
perkembangan testis.
c. Hormon LTH (Luteo Tropic Hormone) /Prolactin. Berfungsi:
a) Bersama-sama dengan hormon LH merangsang sel theca dalam corpus
hemorragicum untuk membentuk corpus luteum dan pembentukan
progesterone oleh corpus luteum.
b) Mempertahankan fungsi corpus luteum.
c) Pada unggas betina menyebabkan sifat mengeram, dan menimbulkan sekresi
susu tembolok pada merpati.
d. Hormon TSH (Thyroid Stimulating Hormone). Berfungsi:
a) Mengawasi grandula/kelenjar thyreidea.
b) Mengawasi pengambilan iod oleh thyroid.
c) Sintesa thyroxine dari diidotyrosine .
e. Hormon ACTH (Adreno Cortico Tropin Hormone). Berfungsi:
a) Stimulasi adrenal cortex.
b) Pelepasan adreno corticoid.

8
f. Hormon MSH (Melanotropin). Berfungsi dalam perubahan warna kulit
(Partodihardjo, 1980).
2. Lobus posterior yang berasal dari encephalon.
a. Hormon Vasopressin/ADH (Antidiuratic Hormone). Berfungsi:
a) Merangsang keaktifan otot-otot polos vesica urinaria (kandung kemih) dan
vesica ellia (kantong empedu).
b) Menaikkan tekanan darah yang menimbulkan contricsi arteri yang kecil.
c) Pengurangan sekresi urin.
b. Hormon Oxytocin. Berfungsi:
a) Menimbulkan kontraksi uterus.
b) Mengeluarkan susu dari glandula mammae.
3. Thyroid
Kelenjar tiroid terletak pada leher bagian depan, tepat di bawah kartilago krikoid,
disamping kiri dan kanan trakhea. Pada orang dewasa beratnya lebih kurang 18 gram.
Kelenjar ini terdiri atas dua lobus yaitu lobus kiri kanan yang dipisahkan oleh isthmus.
Masing-masing lobus kelenjar ini mempunyai ketebalan lebih kurang 2 cm, lebar 2,5 cm
dan panjangnya 4 cm. Tiap-tiap lobus mempunyai lobuli yang di masing-masing lobuli
terdapat folikel dan parafolikuler.
Kelenjar tiroid menghasilkan tiga jenis hormon yaitu T3, T4 dan sedikit
kalsitonin. Hormon ini diangkut oleh protein pengangkut, protein pengangkut itu adalah
TBG (thyroxine binding globulin), TBPA (thyroxine binding prealbumin), T3U (T3 resin
uptake) dan TBI (thyroxine binding Index). Peningkatan protein pengangkut TBG
menyebabkan peningkatan hormon T4 dan penurunan protein pengangkut T3U.
Kelenjar Thyroid menghasilkan hormon tyroxine dan triiodotyroxine yang
berfungsi:
a. Memegang peranan penting dalam pertumbuhan fetus khususnya pertumbuhan
saraf dan tulang.
b. Mempertahankan sekresi GH (Growth Hormone) dan gonadotropin.
c. Efek kronotropik dan Inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan
kontraksi otot dan menambah irama jantung.
d. Merangsang pembentukan sel darah merah

9
e. Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernapasan sebagai kompensasi tubuh
terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolisme.
f. Bereaksi sebagai antagonis insulin.
g. Mempengaruhi laju metabolisme, mempengaruhi pertumbuhan bulu dan warna
(Ensminger, 1992).
Proses pembentukan hormon Tiroid:
Hormon T3 dan T4 dihasilkan oleh folikel sedangkan kalsitonin dihasilkan oleh
parafolikuler. Bahan dasar pembentukan hormon-hormon ini adalah yodium yang
diperoleh dari makanan dan minuman. Yodium yang dikomsumsi akan diubah menjadi
ion yodium (yodida) yang masuk secara aktif ke dalam sel kelenjar dan dibutuhkan ATP
sebagai sumber energi. Sel folikel membentuk molekul glikoprotein yang disebut
Tiroglobulin yang kemudian mengalami penguraian menjadi mono iodotironin (MIT) dan
Diiodotironin (DIT). Selanjutnya terjadi reaksi penggabungan antara MIT dan DIT yang
akan membentuk Tri iodotironin atau T3 dan DIT dengan DIT akan membentuk tetra
iodotironin atau tiroksin (T4). Proses penggabungan ini dirangsang oleh TSH namun
dapat dihambat oleh tiourea, tiourasil, sulfonamid,dan metil kaptoimidazol. Hormon T3
dan T4 berikatan dengan protein plasma dalam bentuk PBI (protein binding Iodine).
a. Iodida Trapping
Transport Iodida ke kelenjar Tiroid
b. Oksidasi
Yodium masuk ke dalam sel folikel dan mengalami oksidasi.
c. Iodinasi
Dimana yodium yang teroksidasi akan bereaksi dengan residu tirosil dalam
tiroglobulin.
d. Perangkaian iodotironil
Yaitu perangkaian dua molekul DIT (diiodotirosin) menjadi T4 (tiroksin,
tetraiodotirosin) atau perangkaian MIT (monoiodotirosin) dan DIT menjadi
T3 (triiodotirosin).
e. Hidrolisis
Dibantu oleh TSH (Thyroid-Stimulating Hormone) tetapi dihambat oleh I,
sehingga senyawa inaktif (MIT dan DIT) akan tetap berada dalam sel folikel.

10
f. Deiodinasi
Proses pemisahan Tiroksin dari Iodium dan akan dibentuk menjadi
Tiroglobulin
4. Parathyroid
Paratiroid menempel pada kelenjar tiroid. Kelenjar ini menghasilkan parathormon
yang berfungsi mengatur kandungan fosfor dan kalsium dalam darah. Kekurangan
hormon ini menyebabkan tetani dengan gejala : kadar kapur dalam darah menurun,
kejang di tangan dan kaki, jari-jari tangan membengkok ke arah pangkal, gelisah, sukar
tidur, dan kesemutan.
Kelenjar paratiroid panjangnya kira-kira 6 milimeter, lebar 3 milimeter, dan
tebalnya dua millimeter dan memiliki gambaran makroskopik lemak coklat kehitaman.
Secara normal ada empat buah kelenjar paratiroid pada manusia, yang terletak tepat
dibelakang kelenjar tiroid, dua tertanam di kutub superior kelenjar tiroid dan dua di kutub
inferior.
Hormon paratiroid (HPT) berasal dari kelenjar paratiroid yang tadi empat kelenjar
kecil, terletak bilateral pada ujung atas dan bawah kelenjar tiroid. Fungsi kelenjar
paratiroid diketahui sejak tahun 1891, ketika terlihat adanya gejala yang timbul akibat
terangkatnya kelenjar tersebut pada operasi kelenjar tiroid. Kemudian tahun 1900
dilakukan paratiroidektomi tanpa merusak tiroid, ternyata tindakan ini menyebabkan
tetani, konvulsi dan diakhiri kematian dengan cepat. Pada tahun 1909, terlihat adanya
hubungan antara kadar Ca++ plasma yang rendah dengan gejala yang timbul akibat
pengangkatan kelenjar paratiroid. Ternyata ekstrak aktif kelenjar paratiroid dapat
mengatasi tetani akibat hipokalsemia pada hewan yang telah mengalami paratiroidektomi
dan dapat meninggikan kadar Ca++ pada hewan normal. Pada tahun 1948 ditemukan
adanya hubungan antara beberapa kelainan klinik dengan hiperfungsi paratiroid, misalnya
perubahan skelet pada penderita osteitis fibrosa sistika dengan tumor paratiroid.
a. Sintesis Dan Metabolisme Hormon Paratiroid (Pth)
Hormon paratiroid (PTH) manusia adalah suatu polipeptida linear dengan
berat molekul 9500 yang mengandung 84 residu asam amino. Strukturnya
sangat mirip dengan PTH sapi dan babi. PTH disintesis sebagai bagian dari
suatu molekul yang lebih besar yang mengandung 115 residu asam amino

11
(prapo-PTH). Setelah prapo-PTH masuk ke dalam retikulum endoplasma,
maka leader sequence yang terdiri dari 25 residu asam amino dikeluarkan dari
terminal N untuk membentuk polipeptida pro-PTH yang terdiri dari 90 asam
amino. Enam residu asam amino lainnya juga dikeluarkan dari terminal N pro-
PTH di apparatus Golgi, dan produk sekretorik utama chief cells adalah
polipeptida PTH yang terdiri dari 84 asam amino.
Kadar normal PTH utuh dalam plasma adalah 10-55 pg/mL. Waktu paruh
PTH kurang dari 20 menit, dan polipeptida yang disekresikan ini cepat
diuraikan oleh sel-sel Kupffer di hati menjadi 2 polipeptida, sebuah fragmen
terminal C yang tidak aktif secara biologis dengan berat molekul 2500.
b. Fisiologi Paratiroid
Hormon paratiroid (PTH) merupakan regulator mayor homeostatis serum
kalsium dan fosfat. PTH baru disekresi jika terdapat penurunan serum
kalsium. PTH merupakan hormon peptide yang tersusun atas 84 asam amino
yang disekresikan oleh kelenjar paratiroid. Pada kelenjar paratiroid terdapat
sensor Ca2+ yang meregulasi sintesis PTH dan sekresinya dalam responnya
terhadap perubahan kadar kalsium yang terionisasi dalam konsentrasi plasma.
Saat kadar kalsium meningkat, kalsium yang banyak terikat dengan reseptor
membrane pada sel di kelenjar paratiroid akan menghambat sintesis PTH dan
sekresi dari PTH.
Sebaliknya jika kadar kalsium turun maka kalsium yang berikatan dengan
CaR (Calcium Receptor) akan turun maka meningkatkan sintesis dan sekresi
dari PTH. Efek dari PTH terutama dalam mengembalikan kadar kalsium yang
turun menjadi normal antara lain :
i. Secara cepat dan langsung mempengaruhi ginjal untuk
mereabsorpsi kalsium pada tubulus distal dan lengkung Henle
asending tebal sehingga dengan cepat meningkatkan kadar kalsium
serum.
ii. Secara tidak langsung mempengaruhi usus untuk mengabsorpsi
secara cepat ion-ion kalsium dengan jalan PTH mempengaruhi
ginjal untuk meningkatkan sintesis 1,25-(OH)2D, merupakan

12
calcitriol (bentuk aktif dari Vitamin D), yang akan menstimulasi
usus halus untuk mengabsorpsi kalsium dan fosfat dengan cepat.
iii. PTH secara langsung menginhibisi osteoblas untuk membentuk
tulang.

Selain itu dikarenakan penurunan kadar calcitonin yang berperan


menghambat kerja osteoklas, terjadi peningkatan aktivitas dari
osteoklas dalam memecah tulang dan melepaskan kalsium tulang ke
dalam darah sehingga akan meningkatkan kadar kalsium menjadi
normal.

c. Histologi Paratiroid
Kelenjar Paratiroid
Kelenjar paratiroid menempel pada bagian anterior dan posterior kedua
lobus kelenjar tiroid oleh karenanya kelenjar paratiroid berjumlah empat buah.
Kelenjar ini terdiri dari 4 bentukan kecil yang berwarna kuning kecoklatan,
berbentuk ovoid dan melekat pada bagian posterior dari kelenjar tiroid.
Sepasang dari kelenjar ini menempati kutub atas dari kelenjar thyroid dan
terbungkus oleh fascia yang sama dengan fascia kelenjar tiroid. Sedang
sepasang kelenjar lainnya biasanya menempati kutub bawah kelenjar thyroid,
tetapi letaknya bisa di dalam atau di luar fascia kelenjar tiroid. Masing-masing
kelenjar ini terbungkus oleh kapsul jaringan ikat kendor yang kaya dengan
pembuluh darah, dan kapsul ini memebentuk septa yang masuk ke dalam
kelenjar.
Kelenjar ini tersusun dari 2 macam sel :
i. Chieff cell (principal cell) :
Sel ini sudah ada sejak lahir dan akan terus bertahan, dan
merupakan sel yang terbanyak dalam kelenjar ini. Ukuran sel ini
kecil dengan inti di tengah, dan sitoplasma bersifat sedikit
asidofilik, sehingga dengan pewarnaan H.E tampak berwarna
merah muda. Tetapi kadang-kadang ada beberapa sel yang
sitoplasmanya lebih pucat karena mengandung banyak glikogen,

13
tetapi sebagian lain mempunyai sitoplasma lebih gelap karena
glikogennya hanya sedikit. Sel ini mengandung granula yang
diduga menghasilkan paratiroid hormon (parath hormone)
ii. Oxyphiel cell :
Sel ini timbulnya mulai umur sekitar 7 tahun atau pada saat
pubertas. Terdiri dari sel yang ukurannya lebih besar dari chief sel,
tersebar diantara chief cell tersebut dan sitoplasmanya merah muda
pucat. Fungsi sel ini belum diketahui. Pada anak-anak, kelenjar ini
penuh dengan sel, tetapi pada keadaan dewasa akan timbul
jaringan lemak di dalam jaringan ikat dan tersebar di antara sel-sel
tersebut.
d. Efek Hormon Paratiroid
PTH bekerja langsung pada tulang untuk meningkatkan resorpsi tulang
dan memobilisasi Ca2+. Selain meningkatkan Ca2+ plasma dan menurunkan
fosfat plasma, PTH meningkatkan ekskresi fosfat dalam urin. Efek fosfaturik
ini disebabkan oleh penurunan reabsorpsi fosfat di tubulus proksimal. PTH
juga meningkatkan reabsorpsi Ca2+ di tubulus distal, walaupun ekskresi Ca2+
biasanya meningkat pada hiperparatiroidisme karena terjadi peningkatan
jumlah yang difiltrasi yang melebihi efek reabsorpsi. PTH juga meningkatkan
pembentukan 1,25 dihidroksikolekalsiferol, metabolit vitamin D yang secara
fisiologis aktif. Hormon ini meningkatkan absorpsi Ca2+ dari usus, tetapi efek
ini tampaknya disebabkan hanya akibat stimulasi pembentukan 1,25
dihidroksikolekalsiferol.
Kontrol dari hormon Paratiroid

Sekresi dari hormon paratiroid tergantung dari suatu negative feed-back


mekanisme yang diatur oleh kadar ion kalsium dalam plasma. Juga ada
hormon lain yang ikut mengatur kadar kalsium dalam serum yaitu calcitonin
atau thyrocalcitonin. Hormon ini diproduksi oleh kelenjar tiroid.

Beberapa observasi menunjukan bahwa ada hubungan antara paratiroid


dengan kelenjar-kelenjar endokrin lain. Umpamanya pernah didapat

14
hiperplasia kelenjar paratiroid pada akromegali, sindrom Cushing, dan
penyakit Addison. Hipofisektomi (pada binatang) menyebabkan involutiodari
kelenjar-kelenjar paratiroid, sedangkan pemberian hormon pertumbuhan
(GH), adrenokortikotropin (ACTH), ekstrak lobus anterior hipofisis dan
steroid-steroid adrenal mengakibatkan hiperplasia dari kelenjar-kelenjar
paratiroid. Tetapi mungkin pula bahwa perubahan kelenjar-kelenjar paratiroid
adalah sekunder akibat perubahan kadar fosfat dalam serum yang disebabkan
oleh hormon-hormon tersebut.

e. Fungsi Kelenjar Paratiroid


Kelenjar paratiroid mensekresikan hormon paratiroid atau parathormon
disingkat PTH. Parathormon mengatur metabolisme kalsium dan posfat tubuh.
Organ targetnya adalah tulang, ginjal dan usus kecil (duodenum). Terhadap
tulang, PTH mempertahankan resorpsi tulang sehingga kalsium serum
meningkat. Di tubulus ginjal, PTH mengaktifkan vitamin D. Dengan vitamin
D yang aktif akan terjadi peningkatan absorpsi kalsium dan posfat dari
intestin. Selain itu hormon ini pun akan meningkatkan reabsorpsi Ca dan Mg
di tubulus ginjal, meningkatkan pengeluaran Posfat, HCO3 dan Na. karena
sebagian besar kalsium disimpan di tulang maka efek PTH lebih besar
terhadap tulang. Faktor yang mengontrol sekresi PTH adalah kadar kalsium
serum di samping tentunya PTSH.
5. Pancreas
Ada beberapa kelompok sel pada pankreas yang dikenal sebagai pulau
Langerhans berfungsi sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon insulin.
Hormon antagonistik merupakan hormon yang menyebabkan efek yang berlawanan,
contohnya glukagon dan insulin. Saat kadar gula darah sangat turun, pankreas akan
memproduksi glukagon untuk meningkatkannya lagi. Kadar glukosa yang tinggi
menyebabkan pankreas memproduksi insulin untuk menurunkan kadar glukosa tersebut
(Anonim, 2011). Kelenjar pancreas menghasilkan hormon:
a. Hormon Glucagon. Berfungsi: untuk mengawasi pemecahan ygocen hepar, dan
efeknya pada metabolisme karbohidrat. Kerja hormon glucagon berlawanan
dengan hormon insulin.

15
b. Hormon Insulin. Berfungsi: untuk metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak,
sehingga apabila kekurangan insulin akan menyebabkan diabetes mellitus.
(Kartasudjana, 2006). Pada hormon insulin akan mengakibatkan berbagai efek
pada beberapa bagian tubuh, seperti efek pada hati, otot, dan lemak.
6. Adrenal
Pada mamalia, kelenjar adrenal (atau kelenjar suprarenalis) adalah kelenjar
endokrin berbentuk segitiga yang terletak di atas ginjal (ad, "dekat" atau "di" + renes,
"ginjal").
Secara anatomi, kelenjar adrenal terletak di dalam tubuh, di sisi anteriosuperior
(depan-atas) ginjal. Pada manusia, kelenjar adrenal terletak sejajar dengan tulang
punggung thorax ke-12 dan mendapatkan suplai darah dari arteri adrenalis. Secara
histologis, terbagi atas dua bagian yaitu medula dan korteks. Bagian medula merupakan
sumber penghasil katekolamin hormon adrenalin epinefrin dan norepinefrin. Sedangkan
bagian korteks menghasilkan kortisol. Sel penghasil kortisol dapat pula menghasilkan
homron androgen seperti testosteron.
Kelenjar ini bertanggung jawab pada pengaturan respon stress pada sintesis
kortikosteroid dan katekolamin, termasuk kortisol dan hormon adrenalin. Kelenjar ini
berbentuk bola, menempel pada bagian atas ginjal. Pada setiap ginjal terdapat satu
kelenjar suprarenal dan dibagi atas dua bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian
tengah (medula). Kerusakan pada bagian korteks mengakibatkan penyakit Addison
dengan gejala sebagai berikut: timbul kelelahan, nafsu makan berkurang, mual, muntah-
muntah, terasa sakit di dalam tubuh. Dalam keadaan ketakutan atau dalam keadaan
bahaya, produksi adrenalin meningkat sehingga denyut jantung meningkat dan memompa
darah lebih banyak. Gejala lainnya adalah melebarnya saluran bronkiolus, melebarnya
pupil mata, kelopak mata terbuka lebar, dan diikuti dengan rambut berdiri (Faisal, 2011).
Kelenjar adrenal menghasilkan hormon aldosterone yang merupakan tipe hormon
steroid. Hormon aldosterone berfungsi untuk metabolisme elektrolit dan air. Kelenjar
adrenal dibagi menjadi dua kelenjar, yaitu kelenjar cortex dan kelenjar medulla.
a. Cortex. Menghasilkan hormon corticosteroids dan catecholamines. Berfungsi
untuk metabolism karbohidrat, protein, dan lemak.
b. Medulla. Menghasilkan hormon:

16
a) Adrenaline (Epinephrine). Berfungsi: menimbulkan respon syaraf
simpstetik.
b) Noradrenalisne (Norapinephrine). Berfungsi: transmitter syaraf.
(Kartasudjana, 2006).
7. Thymus
Thymus terdapat dalam bagian superior thorax didekat bagian bawah tracea. Pada
anak-anak kelenjar ini agak besar, tetapi pada waktu pubertas antara 12-17 tahun, akan
mengalami regressi/kemunduran.
Pada kelenjar thymus terdapat fungsi endokrin daripada thymus ini, pada tikus,
thymus membentuk suatu substansia yang akan memasuki kelenjar-kelenjar lymphe dan
menimbulkan terbentuknya lympocit. Fungsi lain dari thymus yaitu berperan dalam
menimbulkan imunitas.
8. Membran Mukosa Usus
Membran mukosa usus yang membatasi ventriculus dan intestinum tenue
menghasilkan beberapa hormon. Pada vantriculus dihasilkan gastrin yang merangsang
sekresi enzim atau cairan gastricus. Pada intestinum tunue dihasilkan:
a. Secretine. Berfungsi: merangsang sekresi enzim-enzim pancreas pada waktu
makanan yang telah diperlunak dari ventriculus masuk ke duodenum.
b. Enterogastrone. Berfungsi: mengurangi sekresi dan mortilitas ventriculus pada
waktu hormon ini dibawa oleh darah kedalam ventriculus.
c. Cholecystikinin. Berfungsi: menyebabkan kontraksi vesica vellia untuk
mencurahkan bilus yang telah ditimbunnya dalam intestinum tenue. Homon ini
dilepaskan dari mocosa intestinalis oleh makanan-makanan yang berupa lipid.
9. Testis
Testis memproduksi sejumlah hormon jantan yang kesemuanya disebut androgen.
Yang paling potensi dari androgen adalah testosterone. Berikut fungsi-fungsi dari
testosterone:
a. Merangsang pendewasaan spermatozoa yang terbentuk dalam tubuli seminiferi.
b. Merangsang pertumbuhan kelenjar-kelenjar asesori (kelenjar prostate, vesikularis,
dan bulbourethralis.
c. Merangsang pertumbuhan sifat jantan (Partodihardjo, 1980).

17
d. Untuk keratinisasi epithel praeputium, pemisahan gland penis dari praeputium,
dan pertumbuhan penis dan praeputium pada pubertas.
e. Keinginan kelamin untuk libido dan kesanggupan untuk ereksi dan ejakulasi
(Toelihere, 1985).
10. Ovarium
Ovarium mensintesa tiga macam hormon, yaitu estrogen, progesterone, dan
relaxin. Estrogen dan progesterone adalah hormon steroid, sedangkan relaxin adalah
polipeptida. Estrogen dan progesterone dibicarakan secara mendetail dibagian hormon
steroid (Partodihardjo, 1980).
a. Estrogen.
Hormon estrogen disekresikan oleh theca interna dari folikel de Graaf. Jaringan
ini kaya akan estrogen dan memperlihatkan aktivitas yang maksimum selama
phase estrogenic dari siklus birahi (Toelihere, 1985).
Fungsi hormon estrogen adalah:
a) Menimbulkan tanda-tanda birahi.
b) Memperlancar peredaran darah dan perkembangan saluran kelamin.
c) Menunjang pertumbuhan sistem pembuluh kelenjar susu.
d) Bila sekresi estrogen mencapai ketinggian tertentu maka sekresi FSH akan
menurun dan saat itulah LH meningkat terus sampai puncak.
e) Setelah ovulasi terjadi estrogen menurun dan FSH kembali normal dan
berangsur-angsur meningkat.
f) Antara estrogen dengan FSH terjadi mekanisme saling ketergantungan.
b. Progesteron
Progesteron adalah progesteron alamiah terpenting yang disekresikan oleh sel-sel
lutein corpus luteum. Disamping itu hormon ini dihasilkan juga oleh placenta.
Sebagaimana steroid-steroid lainnya, progesteron tidak disimpan didalam tubuh,
ia dipakai secara cepat atau diekskresikan dan hanya terdapat dalam konsentrasi
rendah didalam jaringan-jaringan tubuh (Toelihere, 1985).
Fungsi hormon progesteron adalah:
a) Penting untuk mempertahankan kebuntingan.
b) Menyebabkan pertumbuhan alveoli kelenjar susu.

18
c) Pengental lendir birahi untuk sumbat cervix.
d) Menekan terjadinya kontraksi uterus dan menekan uterus terhadap
pengaruh estrogen dan oxytocin.
c. Relaxin
Relaxin merupakan hormon protein. Relaxin terutama disintesa dan
dilepaskan kedalam peredaran darah. Fungsi dari relaxin yaitu menyebabkan
relaxasi simfisis pelvis. Relaxasi ini lebih nyata jika sebelumnya hewan telah
dijenuhkan dengan estrogen dan progesterone. Fungsi lain misalnya synergism
dengan estrogen dan progesterone dalam merangsang pertumbuhan kelenjar susu
(Partodihardjo, 1980).
Menurut Toelihere (1985) fungsi fisiologik relaxin terutama berhubungan
dengan partus dan bekerja erat dengan estrogen. Fungsi-fungsi tersebut adalah:
a) Relaxin menstimuler pemisahan symphisis pubis pada marmot dan mencit
sesudah pemberian estrogen. Fungsi ini memudahkan keluarnya foetus
pada waktu partus.
b) Relaxin menimbulkan dilatasi cervix uteri pada babi, sapi, tikus, dan
mencit dan mungkin pada manusia sesudah penyuntikan pendahuluan
dengan estrogen dan progesteron. Sekali lagi fungsi ini mempermudah
keluarnya foetus pada saat partus.
c) Relaxin menghambat aktivitas myometrium, yaitu menghambat kontraksi
uterus.
d) Relaxin menghambat kadar air dalam uterus, bersama estrogen relaxin
menyebabkan pertumbahan pertumbuhan uterus.
e) Relaxin menyebabkan peningkatan pertumbuhan kelenjar mammae bila
diberikan bersama estradiol dan progesterone.

2.4 Mekanisme Kerja Hormon

Earl Sutherland memulai penelitiannya tentang mekanisme kerja enzim pada tahun 1950.
Mula-mula ia bertujuan untuk mengetahui bagaimana epinefrin dan glukagon bekerja pada reaksi
pemecahan glikogen dan pembentukan glukosa oleh hati. Yang diamati pertama kali ialah bahwa
reaksi pemecahan glikogen menjadi glukosa dipercepat oleh hormon-hormon tersebut. Epinefrin

19
dan glukagon dapat bekerja pada reaksi tersebut. Pada penelitian lebih lanjut Sutherland
menemukan bahwa adanya epinefrin dan glukagon pada reaksi pemecahan glikogen telah
menimbulkan terbentuknya suatu zat yang tahan panas sebagai zat antara. Dari analisis kimia
ternyata zat tersebut ialah AMP siklik, atau adenosin 3’, 5’ monofosfat.

Selanjutnya diketahui bahwa AMP siklik ini terbentuk dari ATP oleh enzim adenil
siklase. AMP siklik dapat dihidrolisis oleh enzim fosfodiesterase menjadi AMP.

Reaksi ini bersifat sangat eksergonik dan bila tidak ada fosfodiesterase , AMP siklik
merupakan senyawa yang sangat stabil.

Hasil penelitian Sutherland lebih lanjut dapat menjelaskan konsep tentang mekanisme
kerja hormon. Hal-hal penting pada konsep tersebut adalah:

a) Sel mengandung reseptor bagi hormon dalam membran plasma.


b) Penggabungan hormon dengan reseptornya dalam membran plasma dapat merangsang
siklase adenil yang juga terdapat dalam membran plasma.
c) Peningkatan aktivitas siklase adenil menyebabkan meningkatnya jumlah AMP siklik
dalam sel.
d) AMP siklik bekerja dalam sel untuk mengubah kecepatan satu atau beberapa proses.

Adanya rangsangan dari luar maupun dari dalam menyebabkan kelenjar endokrin
memproduksi dan mengeluarkan hormon ke dalam plasma darah. Setelah sampai pada sel yang
menjadi tujuan, hormon bergabung dengan reseptor dan meningkatkan aktivitas adenil siklase
yang terdapat pada membran.

Aktivitas adenil siklase yang meningkat ini menyebabkan peningkatan pembentukan AMP
siklik yang terdapat dalam plasma sel yang dapat mengubah proses di dalam sel tersebut,
misalnya aktivitas enzim , permeabilitas membran dan sebagainya. Keseluruhan proses yang
berubah ini dapat terwujud dalam tindakan sebagai jawaban fisiologik atau usaha yang dilakukan
oleh manusia. Proses yang bersifat hormonal ini terdiri atas dua tahap, yaitu tahap pertama
pembentukan hormon sampai tiba pada dinding sel atau plasma, sedangkan tahap kedua ialah
peningkatan jumlah AMP siklik hingga terjadinya pertumbuhan atas proses dalam sel. (
Poedjiadi, anna.2009:)

20
Mekanisme Siklase Adenilat

Enzim siklase adenilat mengubah ATP menjadi 3,5-adenosin monofosfat siklik, disingkat
sebagai cAMP. siklase adenilat berlokasi pada membran sel, mungkin didekat reseptor pengikat
hormon. Dengan beberapa jalan , kombinasi hormon dan reseptornya mengaktifkan siklase
adenilat, dan ATP diubah menjadi cAMP, seperti ditunjukkan dalam gambar 13.2. bukti
percobaan baru-baru ini menyarankan bahwa prostaglandin tertentu dapat menyesuaikan
aktivitas siklase adenilat dan dengan jalan ini mengatur tanggapan intrasel terhadap stimulasi
oleh hormon tertentu. cAMP diinaktifkan oleh konversinya menjadi 5’-adenosin monofosfat (5’-
AMP) lewat kerja fosfodiesterase. Metal xantin seperti kafein dan teofilin menghambat reaksi
fosfodiasterase dan dengan demikian menurunkan laju pemecahan cAMP. hal ini mengakibatkan
pengikatan kadar cAMP dalam sel dan dengan demikian memperbesar atau memperkuat
pengaruh cAMP.

AMP Siklik Merangsang Aktivitas Protein Kinase

AMP siklik tidak mempengaruhi kinase fosforilase, akan tetapi kinase fosforilase juga
terdapat dalam bentuk aktif dan kurang aktif. Bentuk tidak aktif fosforilase kinase diubah
menjadi bentuk aktifnya dengan reaksi fosforilase, juga dengan penggunaan ATP.

Sekarang kita tiba pada pengaturan hubungan antara AMP siklik dengan kegiatan
glikogen fosforilase. Rantai penyambung kegiatan ini adalah suatu enzim yang disebut protein
kinase, yang juga terdapat dalam bentuk aktif dan tidak aktif. Bentuk aktifnya mengkatalisis
fosforilasi dari kinase fosforilase yang tidak aktif dengan ATP untuk menghasilkan bentuk aktif
yang sudah difosforilasi, dalam suatu reaksi dengan ATP bertindak sebagai gugus fosfat donor
dan Ca2+ dibutuhkan sebagai aktifator atau penggerak.

Fosforilase kinase adalah suatu protein yang sangat besar, berat molekulnya labih dari 1
juta. Enzim ini mempunyai 16 subunit, yang masing-masing berisi residu serin spesifik yang
mengalami fosforilasi oleh ATP melalui kegiatan protein kinase aktif. (Lehninger.1982)

Fosfodiesterase

Kerja yang ditimbulkan oleh hormon yang meningkatkan konsentrasi cAMP bisa diakhiri
dengan sejumlah cara termasuk hidrolisis cAMP oleh fosfodiesterase. Enzim hidrolisis ini

21
menjamin proses pergantian sinyal yang cepat dengan demikian juga penghentian proses
biologik yang cepat begitu stimulus hormonal dihilangkan. Inhibitor fosfodiesterase,yang paling
terkenal adalah derivat xantintermetilasi seperti kafein dan teofilin, akan meningkatkan cAMP
intrasel,meniru atau memperpanjang kerja hormon. (Indah, Mutiara. 2004)

Penjelasan Kinerja Hormon

a. Model umum. Hormon yang bergabung dengan suatu penerima (reseptor) akan
mengaktifkan reaksi kimiawi untuk membuat second messengers, yang memicu
terjadinya berbagai tanggapan sel terhadap sinyal awal.
b. Kemudian reseptor berada pada permukaan sel target. Pada kasus lain, hormon masuk ke
dalam sel dan berikatan dengan reseptor khusus yang berada di dalam sel.
c. Rangsangan lingkungan juga dapat mengawali lintasan sinyal, misalnya konversi
fitokrom adalah tahap pertama dalam transduksi sinyal yang mengarah pada tanggapan
sel terhadap cahaya merah.

2.5 Pengaturan Produksi Hormon dan Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hormon
dalam darah

2.5.1 Pengaturan Produksi hormon

Hormon merupakan salah satu sistem koordinasi di dalam tubuh dengan menggunakan
cairan yang diedarkan oleh pembuluh darah. Dengan menggunakan hormon rangsang lebih
lambat diberi tanggapan. Satu kelebihan koordinasi menggunakan hormon yaitu dengan sedikit
saja hormon mampu mempengaruhi organ-organ yang menjadi sasarnnya.

Pada prinsipnya pengaturan produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus (bagian dari
otak). Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain, terutama melalui kelenjar
pituitari, yang juga mengontrol kelenjar-kelenjar lain. Sebagian besar informasi tentang tubuh
manusia ada di hipotalamus. Hipotalamus menerjemahkan informasi ini, mengambil keputusan
penting, dan memerintahkan sel-sel menjalankan keputusannya. Pada gambar, terlihat letak
hipotalamus di otak. Kekuasaan maha hebat Allah yang menyebabkan hipotalamus mampu
membuat keputusan penting.

22
Hipotalamus, suatu bagian khusus dari otak adalah pusat koordinasi dari system
endokrin. Hipotalamus ini menerima dan mengintegrasikan pesan dari susunan syaraf pusat.
Sebagai jawaban dari pesan ini, hipotalamus memproduksi sejumlah hormon pengatur
hipotalamik, yang dikirimkan ke kelenjar putuitari, yang berlokasi d bawah hipotalamus. Setiap
hormone hipotalamus mengatur sekresi suatu hormone spesifik yang dikeluarkan oleh bagian
anterior atau posterior dari kelenjar putuitari. Beberapa hormon hipotolamik akan merangsang
pituitari untuk menseksresikan hormon tertentu, sedangkan yang lain akan menghambat sekresi
hormon. Sekali kelenjar pituitari ini, maka hormon akan disekresikan ke dalam darah untuk
dibawa ke kelenjar endokrin lain, termasuk di dalamnya adrenal korteks, sel-sel endokrin
pancreas, kelenjar tiroid, dan ovarium dan testes. Hipotalamus akan memerintahkan kelenjar
pituitari untuk mensekresikan hormonnya dengan mengirim faktor regulasi ke lobus anteriornya
dan mengirim impuls saraf ke posteriornya. Selanjutnya kelenjar-kelenjar ini terstimulasi untuk
mensekresikan hormon-hormon spesifik, yang dibawa oleh darah menuju reseptor hormon di
dalam atau pada sel jaringan target. (Lehninger, 1982)

Kelenjar pituitari terdiri atas dua bagian: kelenjar depan (anterior) dan belakang
(posterior). Setiap bagian menghasilkan hormon berbeda.

1) Kelenjar Pituitari Depan


Kelenjar pituitari depan menghasilkan enam hormon berbeda yang fungsinya
telah tertentu. Sebagian hormon yang bekerja pada kelenjar hormon lainnya disebut
“hormon tropik”. Hormon ini dirancang untuk mengatur sistem hormon. Pada halaman
berikut kita akan mempelajari fungsi-fungsi hormon tropik bersama dengan susunan dan
fungsi kelenjar-kelenjar hormon yang dihasilkannya. Kelompok lain hormon-hormon ini
merangsang jaringan tubuh. Nama-nama hormonnya sebagai berikut:
Hormon yang merangsang kelenjar endokrin/hormon lain (tropik):
a. Hormon perangsang tiroid (TSH)
b. Hormon perangsang kelenjar adrenal (ACTH, hormon
adrenokortikotropik)
c. Hormon perangsang folikel (FSH)
d. Hormon Luteneizing (LH).

Hormon-hormon yang bekerja pada jaringan tubuh (non-tropik)

23
a. Hormon pertumbuhsan (GH)
b. Hormon prolaktin (PRL).
2) Kelenjar Pituitari Belakang
Bagian belakang kelenjar pituitari adalah tempat menyimpan hormon yang dihasilkan
oleh hipotalamus. Pada keadaan yang sesuai, hormon-hormon ini dilepaskan dengan
perintah dari hipotalamus. Hormon-hormon itu adalah:
a. Vasopresin (hormon antidiuretik)
b. Oksitosin

2.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Hormon Dalam Darah

Hormon-hormon berada dalam darah pada konsentrasi istirahat yang sangat rendah,
berkisar dalam satuan mikromolar (10-6 M) sampai dengan pikomolar (10-12 M), yang dapat
dibandingkan dengan konsentrasi normal glukosa pada kisaran milimolar, kira-kira 4x10-3 M.

Jika sekresi hormone dirangsang, konsentrasinya di dalam darah meningkat, kadang-


kadang dengan menyolok. Pada saat penghentian sekresi, konsentrasi hormone kembali dengan
cepat ke taraf istirahat. Hormone di dalam darah berumur pendek, kadang-kadang hanya dalam
kisaran menit. Sekali kehadirannya tidak diperlukan lagi, dengan cepat hormon dijadikan tidak
aktif oleh aktifitas enzim. ( Lehninger, 1982)

Mekanisme umpan balik (Feed back) merupakan salah satu mekanisme tubuh agar tetap
dalam keadaan homeostasis. Kebanyakan, umpan balik di dalam tubuh bersifat negatif, artinya
tubuh akan mengurangi produksi suatu zat tertentu jika jumlah/rangsangan dari zat yang
bersangkutan berlebihan, dan sebaliknya. Tetapi ada beberapa mekanisme umpan balik yang
bersifat positif, artinya semakin tinggi rangsangan/ jumlah suatu zat maka akan semakin banyak
pula produksi zat tersebut oleh tubuh.

Kadar hormon dalam darah dikontrol dengan sistem umpan balik negatif. Sistem umpan
balik negatife merupakan mekanisme utama dalam system endokrin untuk mempertahankan
homeostasis. Sekresi hormon spesifik dirangsang atau dihambat oleh perubahan fisiologis
khusus. Contoh: kadar glukosa darah dan respon insulin. Down regulation adalah penurunan
reseptor hormon yang menurunkan sensitifitas terhadap hormonnya. Up-regulation: adalah

24
peningkatan jumlah reseptor yang menyebabkan sel menjadi lebih sensitive terhadap bagian
hormon. (Saryono,2009)

Manakala kadar hormon telah mencukupi untuk menghasilkan efek yang dimaksudkan,
kenaikan kadar hormon lebih jauh dicegah oleh umpan balik negatif. Peningkatan kadar hormon
mengurangi perubahan awal yang memicu pelepasan hormon. Misalnya pengsekresi ACTH dari
kelenjar pituitari anterior merangsang pelepasan kortisol dari korteks adrenal, menyebabkan
penurunan pelepasan ACTH lebih banyak.

PENGENDALIAN ENDOKRIN

Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di dalam darah
bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi tubuh.Untuk mengendalikan
fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam batas-batas yang tepat.

Tubuh perlu merasakan dari waktu ke waktu apakah diperlukan lebih banyak atau lebih
sedikit hormon. Hipotalamus dan kelenjar hipofisa melepaskan hormonnya jika mereka
merasakan bahwa kadar hormon lainnya yang mereka kontrol terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Hormon hipofisa lalu masuk ke dalam aliran darah untuk merangsang aktivitas di kelenjar target.
Jika kadar hormon kelenjar target dalam darah mencukupi, maka hipotalamus dan kelenjar
hipofisa mengetahui bahwa tidak diperlukan perangsangan lagi dan mereka berhenti melepaskan
hormon.Sistem umpan balik ini mengatur semua kelenjar yang berada dibawah kendali hipofisa.

Hormon tertentu yang berada dibawah kendali hipofisa memiliki fungsi yang memiliki
jadwal tertentu. Misalnya, suatu siklus menstruasi wanita melibatkan peningkatan sekresi LH
dan FSH oleh kelenjar hipofisa setiap bulannya. Hormon estrogen dan progesteron pada indung
telur juga kadarnya mengalami turun-naik setiap bulannya.

Pelepasan hormon diberikannya kontrol pada sel-sel organ target, mekanisme


pengawasan lain pada gilirannya menentukan kerja kelenjar endokrin yang mengeluarkan
hormon yang bersangkutan. Kerja sistem endokrin pada kenyataannya jauh lebih sederhana,
dengan kompleksitas tambahan yang memungkinkan untuk tingkat yang lebih besar dari kontrol.
Untuk menggambarkan dengan contoh yang agak terbatas, insulin dilepaskan dalam menanggapi
kenaikan pesat dalam tingkat glukosa darah. Dengan tidak adanya mekanisme kontrol, kelebihan

25
insulin dapat menghasilkan hipoglikemia, kondisi glukosa darah rendah. Selain kontrol umpan
balik negatif pada rilis insulin, tindakan dari hormon glukagon cenderung meningkatkan tingkat
glukosa dalam aliran darah. Dua hormon bersama mengatur glukosa darah. Contoh ini terlalu
dibatasi, seperti yang akan kita lihat di bagian berikutnya. Sebuah sistem kontrol yang lebih
canggih melibatkan tindakan hipotalamus, pituitari, dan kelenjar endokrin tertentu. Sistem saraf
pusat mengirimkan sinyal ke hipotalamus. Hipotalamus mengeluarkan hormon yang melepaskan
faktor, yang pada gilirannya merangsang pelepasan hormon trofik oleh hipofisis anterior.
(Campbell,2003)

Sekresi hormone dari kelenjar endokrin asalnya dikendalikan lewat mekanisme


pelayanan. Dengan kata lain, kadar hormone dalam plasma itu sendiri yang diproduksi oleh sel
sasaran sebagai tanggapan terhadap hormone, mengatur pelepasan hormon selanjutnya dari
kelenjar. Lebih lagi, hormone yang dilepas dari kelenjar endokrin sering mengatur hormone lain
dari kelenjar kedua, yang selanjutnya mengendalikan produksi hormone di dalam dan
pelepasannya dari kelenjar pertama. (Montgomery,1993)

Hormon disintesis dan dilepaskan dalam berespon terhadap rangsang homoral, neural,
dan rangsang hormonal.

a. Rangsang Humoral
Rangsang ini menyebabkan hormon akan disekresi untuk menanggapi respon terhadap
perubahan kadar ion dan nutrient dalam darah. Contoh : konsentrasi ion kalsium dalam
darah
a) Terbatasnya konsentrasi Ca2+ dalam darah akan merangsang kelenjar paratiroid
untuk mensekresi PTH (parathyroid hormon).
b) PTH menyebabkan konsentrasi Ca2+ meningkat dan kemudian stimulus
dihilangkan/menghilang.
b. Rangsang Neural
Hormon akan dikeluarkan ketika serabut saraf merangsang untuk pelepasan hormon
tertentu. Contoh: Serabut system saraf simpatis preganglionic (SNS) merangsang medulla
adrenal untuk mensekresi katekolamin.
c. Rangsang hormonal

26
Hormon akan disekresi untuk merespon terhadap hormone yang dihasilkan oleh organ
endokrin lain. Contoh: hormon hipotalamus merangsang kelenjar pituitari anterior.
Sebaliknya, hormone pituitari merangsang sel target untuk mensekresi hormon lebih
banyak lagi. (Saryono,2009)

27
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Kata hormon berasal dari bahasa Yunani yang berarti “menimbulkan atau
membangkitkan”. Hormon adalah suatu zat kimia yang bertugas sebagai pembawa tugas
(chemical messenger), disekresikanoleh sejenis jaringan.

Hormon terrdiri atas berbagai macam senyawa yang dapat digolongkan dalam tiga
kelompok, yaitu:

1) Steroid, yaitu testoteron dan progesteron.


2) Derivat asam amino, yaitu epinefrin dan tiroksin.
3) Peptida-protein, yaitu insulin, glukagon, parathormon, oksitosin, vasopresin, hormon
yang dikeluarkan oleh mukosa usus dan lain-lainnya.

Hasil penelitian Sutherland lebih lanjut dapat menjelaskan konsep tentang mekanisme kerja
hormon. Hal-hal penting pada konsep tersebut adalah:

1) Sel mengandung reseptor bagi hormon dalam membran plasma.


2) Penggabungan hormon dengan reseptornya dalam membran plasma dapat merangsang
siklase adenil yang juga terdapat dalam membran plasma.
3) Peningkatan aktivitas siklase adenil menyebabkan meningkatnya jumlah AMP siklik
dalam sel.
4) AMP siklik bekerja dalam sel untuk mengubah kecepatan satu atau beberapa proses.

Pada prinsipnya pengaturan produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus (bagian dari otak).
Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain, terutama melalui kelenjar pituitari,
yang juga mengontrol kelenjar-kelenjar lain.

3.2 Saran

Dengan pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu lebih mengerti dan
memahami tentang hormon.

28

Anda mungkin juga menyukai