Anda di halaman 1dari 16

HORMON DAN SISTEM ENDOKRIN

PADA HEWAN

Disusun oleh :

Kelompok 6 (Enam)

1. Dessy Fratiwi (06101181419011)


2. Devia Fitriani (06101281419061)
3. Intan Nur Ellynda (06101181419068)
4. Robbiahtul Awaliyah (06101281419075)

Dosen Pembimbing : Dr. Yenny Anwar, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014/2015
A. Kelenjar Endokrin Dan Hormon

Pengertian Sistem Endokrin

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (duktus)


yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk
mempengaruhi organ-organ lain. Sistem endokrin disusun oleh kelenjar-kelenjar
endokrin. Kata endokrin berasal dari bahasa Yunani yang berarti sekresi ke dalam,
zat utamanya disebut hormon, sekret yang dibuatnya ini tidak meninggalkan
kelenjarnya melalui saluran pengeluaran, tetapi sekresi berdifusi langsung dari sel
kelenjar ke dalam aliran darah dijaringan kelenjar. Dalam bahasa Yunani
hormon berarti merangsang/membangkit. Hormon merupakan senyawa
protein atau senyawa steroid yang berperan penting untuk mengatur berbagai
aktivitas dalam tubuh hewan, antara lain aktivitas pertumbuhan, reproduksi,
osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi serta koordinasi tubuh.

Fungsi Sistem Endokrin

Mengatur metabolisme organik dan H2O serta keseimbangan elektrolit.


Menyebabkan perubahan adaptasi untuk membantu tubuh menghadapi
tekanan stress.
Mengatur perkembangan dan pertumbuhan tubuh.
Mengontrol reproduksi
Mengatur produksi sel darah merah
Bersama dengan sistem saraf otonom, mengontrol dan menyatukan baik
sirkulasi dan pencernaan serta absorpsi makanan.

Suatu zat dapat disebut hormon bila zat tersebut (definisi klasik hormon) :

Dihasilkan oleh kelenjar endokrin atau sel-sel khusus

Disekresikan langsung ke dalam aliran darah

Ditransportasi ke seluruh tubuh


Mempengaruhi kegiatan sel jaringan/ organ sasaran yang letaknya jauh
dari asal tempat pembentukannya.

Dalam mempertahankan homeostasis tubuh, sistem endokrin dan sistem


saraf berinteraksi satu sama lain. Sebagai contoh medulla kelenjar adrenal dan
kelenjar hipofisis dalam mensekrasikan hormonnya secara primer tergantung pada
respon terhadap stimulasi neural.

Perbandingan antara Sistem Saraf dan Sistem Endokrin

Sistem Saraf Sistem Endokrin

Sel Neuron Ephitelium glandular

Signal kimiawi Neurotransmitter Hormon

Spesifisitas kerja Reseptor pada sel Reseptor pada sel target


postsynaptics

Kecepatan onset Beberapa detik Beberapa menit sampai


jam

Durasi kerja Sangat singkat Dapat singkat atau dapat


kecuali aktivitas bertahan selama beberapa
neural berlanjut hari bahkan ketika
sekresi dihentikan

Sel-sel Penyusun Organ Endokrin

Sel-sel penyusun organ endokrin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu


sebagai berikut :

1. Sel Neusekretori
Sel Neusekretori adalah sel yang berbentuk seperti sel saraf, tetapi
berfungsi sebagai penghasil hormon. Contoh sel neusekretori ialah sel saraf pada
hipotalamus. Sel tersebut memperhatikan fungsi endokrin sehingga dapat juga
disebut sebagai sel neuroendokrin. Sesungguhnya, semua sel yang dapat
menghasilkan sekret disebut sebagai sel sekretori. Oleh karena itu, sel saraf seperti
yang terdapat pada hipotalamus disebut sel neusekretori.

2. Sel endokrin sejati


Sel endokrin sejati disebut juga sel endokrin kelasik yaitu sel endokrin
yang benar-benar berfungsi sebagai penghasil hormon, tidak memiliki bentuk
seperti sel saraf. Kelenjat endokrin sejati melepaskan hormon yang dihasilkannya
secara langsung ke dalam darah (cairan tubuh). Kelenjar endokrin sejati dapat
ditemukan pada hewan yang memepunyai sistem sirkulasi, baik vertebrata
maupun invertebrata.

Kategori Hormon

Hormon Steroid
o Disusun oleh kolesterol
o Diproduksi oleh gonad dan korteks adrenal
o Misalnya : testosteron, progesteron, estrogen, kortisol dan
aldosteron.
Hormon Non Steroid
o Disusun oleh asam-asam amino
o Dihasilkan oleh kelenjar lainnya
o Sebagian besar hormon termasuk dalam kelompok ini
o Misalnya : hormon protein (prolaktin), hormon peptida (ADH),
hormon katekolamin (epinefrin & nor epinefrin)

Selain hormon yang telah disebutkan di atas, terdapat sejumlah zat kimia yang
menyerupai hormon, antara lain :

Hormon Thymic

Hormon dari kelenjar timus (thymus), berperan untuk mempengaruhi


perkembangan sel limfosit B menjadi sel plasma, yaitu sel penghasin antibodi.

Hormon Brakidin
Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang sedang aktif, bekerja sebagai
vasodilator (yang menyebabkan pembuluh darah membesar) sehingga dapat
meningkatkan aliran darah dan merangsang pengeluaran keringat dan air ludah
dalam jumlah lebih banyak.

Hormon Eritropuitin

Merupakan glikoprotein yang proses sintesisnya melibatkan hati dan


ginjal, hormon ini dapat merangsang pusat pembentukan sal darah di sumsum
tulang sehingga tubuh akan menghasilkan sel darah merah dalam jumlah yang
lebih banayak. Hal ini bermanfaat dalam meningkatkan jumlah oksigen yang
dapat diangkut oleh darah.

Hormon Prostaglin, Eritropuitin, Histamin, Kinin, dan Renin dapat disintesis


secara luas oleh berbagai jaringan atau organ yang sebenarnya tidak berfungsi
sebagai organ endokrin.

Hormon Feromon

Suatu senyawa kimia spesifik yang dilepaskan oleh hewan ke


lingkunganya.dan dpapat menimbulkan respons prilaku, perkembangan,
reproduktif. Dan untuk membereikan daya tarik seksual, menandai daerah
kekuasaan, mengenali individu lain dalam spesies yang sama dan berperan
penting dalam sinkronisasi siklus seksual.

Dasar dari sistem endokrin adalah hormon dan kelenjar (glandula), sebagai
senyawa kimia perantara, hormon akan memberikan informasi dan instruksi dari
sel satu ke sel lainnya. Banyak hormon yang berbeda-beda masuk ke aliran darah,
tetapi masing-masing tipe hormon tersebut bekerja dan memberikan pengaruhnya
hanya untuk sel tertentu.

Sifat Hormon

Semua hormon umunya memperlihatkan adanya kesamaan sifat. Beberapa


sifat yang umum diperlihatkan oleh hormon ialah sebagai berikut.
1. Hormon Polipeptida biasanya disintesis dalam bentuk precursor yang
belum aktif (disebut sebagai prohormon), contohnya proinsulin.
Prohormon memiliki rantai yang panjang daripada bentuk aktifnya.
2. Sejumlah hormon dapat berfungsi dalam konsentrasi yang sangat rendah
dan sebagian hormon berumur pendek.
3. Beberapa jenis hormon (misalnya adrenalin) dapat segera beraksi dengan
sel sasaran dalam waktu beberapa detik, sedangkan hormon yang lain
(contohnya esterogen dan tiroksin) bereaksi secara lambat dalam waktu
beberapa jam samapai beberapa hari.
4. Pada sel sasaran, hormon akan berkaitan dengan reseptornya.
5. Hormon kadang-kadang memerlukan pembawa pesan kedua dalam
mekanismenya.

Mekanisme Aksi Hormon

Reseptor Hormon Pada Membran

Reseptor untuk hormon pada suatu sel dapat terletak pada membran atau
sitoplasma biasanya merupakan reseptor untuk hormon protein atau peptida.
Apabila sudah sampai di dekat sel sasaran, hormon akan segera berikatan dengan
reseptornya dan membentuk kompleks hormon-reseptor. Pembentukan hormon-
reseptor terjadi melalui mekanisme yang serupa dengan penggabungan antara
anak kunci dan gemboknya. Kompleks hormon-reseptor akan memicu
serangkaian reaksi biokimia yang menimbulkan tanggapan hayati.

Berikut adalah contoh beberapa peristiwa yang dapat diubah oleh hormon dengan
cara kerja seperti di atas :

1) Perubahan aktivitas enzim : perubahan aktivitas enzim memungkinkan


proses metabolisme tertentu dapat terselenggara atau terhenti.
2) Pengaktifan mekanisme transport aktif : proses transport aktif sangat
penting bagi sel untuk memasukkan atau mengeluarkan suatu zat.
3) Aktivitas pembentukan mikrotubulus : perubahan aktivitas pembentukan
mikrotubulus dapat mempengaruhi berbagai peristiwa yang tergantung
padanya, antara lain pergerakan ameba dan mitosis sel.
4) Pengubahan aktivitas metabolisme DNA: pengubahan aktivitas
metabolisme DNA dapat memepengaruhi proses pertumbuhan atau
pembelahan sel.

Reseptor Hormon Pada Sitoplasma (Reseptor Sitosolik)

Merupakan hormon yang terdapat dalam sitoplasma sel sasaran. Hormon


yang menggunakan reseptor sitosolik adalah hormon steroid dan hormon turunan
asam amino. Hormon tersebut sangat susah larut dalam lipid sehingga mudah
melewati membran sel sasaran.

Selama dalam peredaran darah ke seluruh tubuh, hormon selalu berkaitan


dengan pengembannnya. Hormon akan terlepas dari molekul pengemban dan
masuk ke sel sasaran. Dalam sitoplasma sel sasaran, hormon berkombinasi dengan
reseptor khusus sehingga menghasilkan kompleks hormon-reseptor yang aktif.
Kompleks tersebut memiliki daya gabung yang sangat tinggi terhadap DNA
sehingga setelah masuk ke inti, akan segera berkombinasi dengan DNA. Hal ini
yang mengawali transkrip DNA. Pengikatan kompleks hormon-reseptor pada
daerah promoter akan merangsang gen tertentu untuk aktif atau pasif.

Klasifikasi Hormon

No Susunan Kimia Nama Hormon Nama Kelenjar

1. Amin Adrenalin, Noradrenalin, Medulla Adrenal,


Tiroksin, Triyodotirosin, Tiroid, Hipofisa
FSH, LH, TSH, ACTH, Anterior
Prolaktin

2. Peptida dan Protein GH (Hormon Hipofisa Anterior,


pertumbuhan), ADH, Paratiroid, Tiroid,
Oksitosin Parathormon, Pankreas, Mukosa
Kalsitonin, Insulin, Duodenum
Glikagon, Gastrin, Sekretin.

3. Steroid Testosteron, Estrogen, Testes,


Progesteron, Kortikosteroid Ovarium/Plasenta
Korteks Adrenal
4. Asam Lemak Prostaglandin Vesikel seminal dan
sel-sel lain.

B. Sistem Endokrin pada Hewan

Seperti halnya pada manusia, hewan juga memiliki sistem endokrin


(hormon). Pada hewan vertebrata mayoritas jenis hormonnya mirip dengan
manusia. Sedangkan pada hewan tingkat rendah dan invertebrata sistem
hormonnya berkaitan terutama dengan fungsi kelangsungan hidup, misalnya
pertumbuhan, pendewasaan, dan reproduksi.

1. Sistem Endokrin pada Invertebrata


Hormon pada invertebrata berfungsi untuk mengatur penyebaran
kromatofor, molting (pergantian kulit), pertumbuhan, reproduksi secara seksual
dan perkembangan. Sejumlah invertebrata tidak mempunyai organ khusus untuk
sekresi hormon sehingga sekresinya dilaksanakan oleh sel neurosekretori. sel
neurosekretori dapat ditemukan pada semua Metazoa (hewan bersel banyak),
antara lain Coelentrata, Platyelminthes, Annelida, Nematoda, dan Mollusca.

a. Coelentrata

Contoh hewan dari golongan ini adalah Hydra. Hydra mempunyai


sejumlah sel yang mampu menghasilkan senyawa kimia yang berperan dalam
proses reproduksi, pertumbuhan, dan regenerasi. Apabila kepala Hydra dipotong,
sisa tubuhnya akan mengeluarkan molekul peptida yang disebut aktivator kepala.
Zat tersebut menyebabkan sisa tubuh Hydra dapat membentuk mulut dan tentakel,
dan selanjutnya membentuk daerah kepala.

b. Platyelminthes

Hewan ini dapat menghasilkan hormon yang berrperan penting dalam


proses regenerasi. Diduga hormon yang dihasilkan tersebut juga terlibat dalam
regulasi osmotik dan ionik, serta dalam proses reproduksi.

c. Annelida

Sejumlah annelida seperti poliseta (mis. neris), oligiseta (mis. Lumbricus),


dan Hirudinae (mis. untuk lintah) sudah memperlihatkan adanya derajat sefalisasi
yang memadai. Otak hewan tersebut memiliki sejumlah besar sel saraf yang
berfungsi sebagai sel sekretori. Hewan ini juga telah memiliki sistem sirkulasi
yang berkembang sangat baik sehingga kebutuhan untuk menyelenggarakan
sistem kendali endokrin dapat terpenuhi. Sistem endokrin annelida berkaian erat
dengan aktivitas pertumbuhan, perkembangan, regenerasi, dan reproduksi.

d. Nematoda

Sejumlah nematoda dapat mengalami molting hingga empat kali dalam


siklus hidupnya. Hewan ini mempunyai struktur khusus yang berfungsi untuk
sekresi neurohormon, yang berkaitan erat dengan sistem saraf. Struktur khusus
tersebut terdapat pada ganglion di daerah kepala dan beberapa diantaranya
terdapat pada korda saraf.

e. Mollusca

Mollusca terutama siput mempunyai sejumlah besar sel neuroendokrin


yang tesrletak pada ganglia penyusun sistem saraf pusat. Hewan ini juga memiliki
organ endokrin klasik. Senyawa yang dilepaskan menyerupai protein dan berperan
penting dalam mengendalikan osmoregulasi, pertumbuhan serta reproduksi.

Reproduksi pada Mollusca sangat rumit karena hewan iini bersifat


hermaprodit. Beberapa spesies hewan dari kelompok ini bersifat protandri (gamet
jantan terbentuk terlebih dahulu daripada gamet betina). Pada hewan ini
ditemukan adanya hormon yang merangsang pelepasan telur dari gonad dan
pengeluaran telur dari tubuh.

f. Crustacea

Sistem endokrin pada crustacea umumnya berupa sistem neuroendokrin,


meskipun mempunyai organ endokrin klasik. Fungsi tubuh yang dikendalikan
oleh sistem endokrin antara lain osmoregulasi, laju denyut jantung, komposisi
darah, pertumbuhan, dan pergantian kulit. Sistem kendali endokrin yang
berkembang paling baik ditemukan pada Melacostra (mis. ketam, lobster, dan
udang).

g. Insecta

Pada sistem saraf insecta terdapat tiga kelompok sel neuroendokrin yang
utama, yaitu:

1) Sel neurosekretori medialis

2) Sel neurosekretori lateralis


3) Sel neurosekretori subesofageal

Organ endokrin klasik lainnya yang terdapat pada insecta yaitu kelenjar
protoraks. Pada insecta yang lebih maju, kelenjar protoraks terdapat di daerah
toraks, namun pada insecta yang kurang berkembang dapat ditemukan di daerah
kepala.

Sistem endokrin pada insecta berfungsi untuk mengendalikan berbagai


aktivitas antara lain aktivitas pertumbuhan.

Sistem saraf dan sistem endokrin suatu serangga berperan dalam


mengendalikan respons fisiologis dan tingkah lakunya. Sistem saraf
mengendalikan aktivitas yang memerlukan respon yang cepat. Sebaliknya, sistem
endokrin mengendalikan perubahan-perubahan yang berlangsung lama dalam
perkembangan, pertumbuhan, reproduksi, dan metabolisme. Sistem endokrin dan
informasi sensori yang berasal dari lingkungan dikoordinasikan melalui otak
serangga. Sistem endokrin terdiri dari kelenjar dan sel-sel khusus yang
mengsekresikan hormon.

Beberapa kelenjar dan sel neurosekretori pada serangga telah diketahui


menghasilkan hormon. Fungsi utama dari hormon tersebut adalah untuk
mengendalikan proses reproduksi, pergantian kulit, dan metamorfosis. Adapun
beberapa diantara hormon tersebut adalah:

Hormon Otak atau Hormon Protoraksikotropik (PTTH): berperan dalam


pergantian kulit dan dalam pengendalian diapause. Berperan juga dalam
merangsang penghasilan hormon ekdison.

Hormon Ekdison: berperan dalam hal mengawali pertumbuhan dan


perkembangan serangga, dan juga yang menyebabkan terjadinya apolisis
(peristiwa terjadinya pemisahan epidermis dari kutikula sebagai bagian dari proses
molting).

Hormon Juvenil: berperan dalam hal penghambatan metamorfosis maupun


dalam hal vitellogenesis, aktivitas tanbahan kelenjar reproduksi dan produksi
feromon.

2. Sistem Endokrin pada Vertebrata

Berbeda dengan invertebrata, sistem endokrin pada vertebrata terutama


sekali tersusun atas berbagai organ endokrin klasik. Sistem endokrin vertebrata
dapat dibedakan menjadi tiga kelompok kelenjar utama, yaitu hipotalamus,
hipofisis atau pituitari dan kelenjar endokrin tepi (semua organ endokrin di luar
hipotalamus dan pituitari).
Kelenjar Endokrin Utama Vertebrata dan Beberapa Hormon yang Dihasilkannya.

1. Kelenjar Pituitari

Kelenjar pituitari ini dikenal sebagai master of glands (raja dari semua
kelenjar) karena pituitari itu dapat mengkontrol kelenjar endokrin lainnya. Sekresi
hormon dari kelenjar pituitari ini dipengaruhi oleh faktor emosi dan perubahan
iklim. Pituitari dibagi 2 bagian, yaitu anterior dan posterior.

Pituitari posterior, menghasilkan hormon :

Oksitosin merangsang kontraksi uterus dan sel-sel kelenjar susu.

Hormon antidiuretik (ADH) mendorong retensi air oleh ginjal.

Pituitari anterior, menghasilkan hormon :

Hormon pertumbuhan (GH) merangsang pertumbuhan (khususnya tulang) dan


fungsi metabolisme.

Prolaktin (PRL) merangsang produksi dan sekresi susu

Hormon perangsang folikel (FSH) merangsang produksi dan ovum sperma dan
juga merangsang ovarium dan testes

Luteinizing Hormone (LH) dan Hormon perangsan tiroid (TSH) merangsang


kelenjar tiroid

Hormon adrenokortikotropik (ACTH) merangsan korteks adrenal untuk


mensekresikan glukokortikoid

2. Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh
manusia. Kelenjar ini dapat ditemui di leher. Kelenjar ini berfungsi untuk
mengatur kecepatan tubuh membakar energi, membuat protein dan mengatur
kesensitifan tubuh terhadap hormon lainnya. Kelenjar tiroid dapat distimulasi dan
menjadi lebih besar oleh epoprostenol. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon :

Triiodotiroin (T3) dan Tiroksin (T4) merangsang dan memelihara proses


metabolisme

Kalsitonin menurunkan kadar kalsium darah


3. Kelenjar Paratiroid, menghasilkan hormon paratiroid (PTH) menaikkan
kadar kalsium darah

4. Pankreas, menghasilkan hormon :

Insulin menurunkan kadar glukosa darah

Glukagon menaikkan kadar glukosa darah

5. Kelenjar Adrenal, dibagi atas :

Medula adrenal, manghasilakan hormon epinefrin dan norepinefrin


menaikkan kadar glukosa darah; meningkatkan aktivitas metabolisme;
menyempitkan pembuluh darah tertentu.

Korteks adrenal, menghasilkan hormon :

Glukokortikoid menaikkan kadar glukosa darah

Mineralokortikoid mendorong reabsorpsi Na+ dan ekskresi K+ di ginjal

6. Gonad, terdiri atas :

Testes, menghasilkan hormon androgen mendukung pembentukan sperma;


mendorong perkembangan dan pemeliharaan karakteristik seks sekunder jantan

Ovarium, menghasilkan hormon :

Estrogen merangsang pertumbuhan dinding uterus; mendorong


perkembangan dan pemeliharaan karakteristik seks sekunder betina

Progesteron menggalang pertumbuhan lapisan uterus

7. Kelenjar Pineal, menghasilkan hormon melatonin terlibat dalam irama


(ritme) biologis

8. Timus, menghasilkan hormon timosin merangsan limfosit T.

3. Feromon pada Hewan

Feromon adalah zat kimia yang berasal dari kelenjar endokrin dan
digunakan oleh makhluk hidup untuk mengenali sesama jenis, individu lain,
kelompok, dan untuk membantu proses reproduksi. Berbeda dengan hormon,
feromon menyebar keluar tubuh dan hanya memengaruhi dan dikenali oleh
individu lain yang sejenis (satu spesies).

a. Feromon pada Kupu-Kupu

Ketika kupu-kupu jantan atau betina memgepakkan sayapnya, saat itulah


feromon tersebar di udara dan mengundang lawan jenisnya untuk mendekat secara
seksual. Feromon seks memiliki sifat yang spesifik untuk aktivitas biologis
dimana jantan atau betina dari spesies yang lain tidak akan merespon terhadap
feromon yang dikeluarkan jantan atau betina dari spesies yang berbeda.

b. Feromon pada Rayap

Untuk dapat mendeteksi jalur yang di jelajahinya, individu rayap yang


berada di depan mengeluarkan feromon penanda jejak (trail following pheromone)
yang keluar dari kelenjar stenum (sternal gland di bagian bawah, belakang
abdomen), yang dapat dideteksi oleh rayap yang berada di belakangnya. Sifat
kimiawi feromon ini sangat erat hubungannya dengan bau makanannya sehingga
rayap mampu mendeteksi obyek makanannya.

Disamping feromon penanada jejak , para pakar etologi (perilaku) rayap


juga menganggap bahwa pengaturan koloni berada di bawah kendali feromon
dasar (primer pheromone).

c. Feromon pada Ngengat

Ngengat gipsi betina dapat memengaruhi ngengat jantan beberapa


kilometer jauhnya dengan memproduksi feromon yang disebut disparlur.
Karena ngengat jantan mmampu mengindra beberapa ratus molekul dari betina
yang mengeluarkan isyarat dalam hanya satu mililiter udara, disparlur tersebut
efektif saat disebarkan di wilayah yang saat besar sekalipun.

d. Feromon pada Semut dan Lebah Madu


Semut menggunakan feromon sebagai penjejak untuk menunjukkan jalan
menuju sumber makanan. Bila lebah madu menyengat, ia tak hanya meninggalkan
sengat pada kulit korbannya, tetapi juga meninggalakan zat kimia yang
memanggil lebah madu lain untuk menyerang. Demikian pula, semut pekerja dari
berbagai spesies mensekresi feromon sebagai zat tanda bahaya, yang digunakan
ketika terancam musuh. Feromon disebar di udara dan mengumpulkan pekerja
lain. Bila semut-semut ini bertemu musuh, mereka juga memproduksi feromon
sehingga isyaratnya bertambah atau berkurang, bergantung pada sifat bahayanya.

KESIMPULAN

Sistem endokrin dan sistem saraf bekerja secara kooperatif untuk mengatur
seluruh aktivitas dalam tubuh hewan, dengan cara menghasilkan hormon yang
akan mempengaruhi sel sasaran. Hormon dapat dihasilkan oleh organ endokrin
sejati ataupun oleh sel neurosekretori. Hormon dapat diklasifikasikan menjadi 3,
yaitu hormon steroid, hormon peptide dan hormon turunan tirosin.
Hormon mempengaruhi sel target secara spesifik. Pengaruh tersebut berkaitan erta
dengan adanya reseptor hormon pada sel target yang sesuai dengan hormon
tertentu. Reseptor hormon ada yang terdapat di membrane sel juga terdapat di
sitoplasma sel.

Sistem endokrin pada invertebrata masih sederhana dan organ endokrin yang
dimiliki pada umumnya berupa organ neuroendokrin, sedangkan sistem endokrin
pada vertebrata sangat kompleks. Organ endokrin yang dimiliki vertebrata
umumnya berupa organ endokrin klasik dan organ endokrin tepi.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A., J.B. Reece., dan L.G. Mitchell. 2008. Biologi Jilid 3. Jakarta:

Erlangga.

Fried, George H., dan George J. Hademenos. 2005. Schaums Outlines Biologi

Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga.


http://www.indonesiaindonesia.com/f/11222-hormon-sistem-endokrin/, diakses 24

Januari 2015.

Anda mungkin juga menyukai