Anda di halaman 1dari 10

JURNAL BELAJAR

SISTEM ENDOKRIN PADA HEWAN

1. Identitas

Nama : Kurnia Rahma Rumakat

Nim : 201810070311004

Dosen : Dr. Rr Eko Susetyarini

Kelas : Biologi 5A

Pertemuan : Kamis, 7 Januari 2021

Topik : Sistem Reproduksi Pada Hewan

2. Konsep yang dipelajari (Tuliskan secara umum)


a. Pengertian Sistem Endokrin
Sistem endokrin dapat dijumpai pada semua golongan hewan, baik vertebrata
maupun invertebrata. Sitem endokrin (hormon) dan sistem saraf lebih dikenal
sebagai suprasistem neuroendokrin yang bekerja sama secara kooperatif untuk
menyelanggarakan fungsi kendala dan koordinasi pada tubuh hewan. Pada
umumnya, sistem endokrin bekerja untuk mengendalikan berbagai fungsi fisiologis
tubuh, antara lain aktivitas metabolisme, pertumbuhan, reproduksi, regulasi
osmotik, dan regulasi ionik.
b. Fungsi Sistem Endokrin

Sistem endokrin disebut juga sistem kelenjar buntu, yaitu kelenjar yang tak
mempunyai saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Sekret dari kelenjar
endokrin dinamakan hormon. Hormon berperan penting untuk mengatur berbagai
aktivitas dalam tubuh hewan antara lain aktivitas pertumbuhan, reproduksi,
osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi serta koordinasi tubuh.

Dalam bekerja, sistem endokrin hampir selalu bekerja sama dengan sistem
saraf, namun cara kerjanya dalam mengendalikan aktivitas tubuh berbeda dari
sistem saraf. Paling tidak, ada dua perbedaan cara kerjs antara kedua sistem
tersebut. Kedua perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dibandingkan dengan sistem saraf, sistem endokrin lebih banyak bekerja
melalui transmisi kimia.
2. Sistem endokrin memperlihatkan waktu respons lebih lambat daripada
sistem saraf. Pada sistem saraf, potensial aksi akan bekerja sempurna hanya
dalam waktu 1-5 milidetik, tetapi kerja endokrin melalui hormon baru akan
sempurna dalam waktu yang sangat bervariasi, berkisar antara beberapa
menit hingga beberapa jam. Hormon adrenalin bekerja dalam waktu singkat,
namun hormon pertumbuhan bekerja dalam waktu sangat lama.

Organ sasaran hormon sering kali terletak di lokasi yang jauh dari
tempat hormon tersebut di hasilkan. Contoh yang baik untuk hormon ini ialah
histamin, yang bekerja untuk mengontrol sekresi asam pada lambung vertebrata,
misalnya pada sapi. Apabila rangsang memmengaruhi sel master (mast cells)
dan sel parietal pada lambung, sel-sel tersebut akan mengeluarkan histamin,
yang selanjutnya akan merangsang pengeluaran asam lambung. Dalam contoh
tersebut hormon bekerja secara lokal. Aksi hormon lokal semacam ini disebut
kontrol/kendali parakrin.

Kadang-kadang senyawa kimia yang dikeluarkan oleh suatu sel akan


memengaruhi sel itu sendiri. Peristiwa semacam ini dikenal dengan istilah
kontrol/kendali autokrin. Contohnya prostaglandin, dan faktor pertumbuhan
yang mirip insulin. Adanya sistem kendali neuroendokrin, parakrin, dan
autokrin sudah tentu akan mengaburkan definisi dan konsep khas yang klasik
mengenai cara kerja sistem endokrin dan hormon.

Sel-sel penyusun organ endokrin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sel
neurosekretori dan sel endokrin sejati. Sel neurosekretori adalah sel yang
berbentuk seperti sel saraf, tetapi berfungsi sebagai penghasil hormon. Contoh
sel neurosekretori ialah sel saraf pada hipotalamus. Sel tersebut memperlihatkan
fungsi endokrin sehingga dapat juga disebut sebagai sel neuroendokrin.

Sel endokrin sejati disebut juga sel endokrin klasik, yaitu sel endokrin
yang benar-benar berfungsu sebagai penghasil hormon dan tidak memiliki
bentuk seperti sel saraf. Kelenjar endokrin sejati melepaskan hormon yang
dihasilkannya secara langsung kedalam darah (cairan tubuh). Kelenjar endokrin
sejati dapat ditemukan pada hewan yang mempunyai sistem sirkulasi, baik
vertebrata maupun invertebrta. Hewan invertebrata yang sering menjadi objek
studi sitem endokrin adalah insekta, krustaseae, sefalopoda, dan muluska.
Kelenjar endokrin dapat berupa sel tunggal atau berupa organ multisel.

Neurosekresi tampaknya merupakan mekanisme pengaturan tubuh


secara kimia yang paling primitif dan pada hewan tingkat tinggi mekanisme
tersebut ternyata tetap fungsional. Hal ini dapat dibuktikan dengan
ditemukannya mekanisme neurosekresi pada semua hewan, mulai dari hewan
tingkat rendah hingga hewan tingkat tinggi termasuk manusia.

Sel neurosekretori seperti yang terdapat pada hipotalamus akan


melepaskan hormon (neurohormon) yang dihasilkannya ke sirkulasi darah dan
selanjutnya dibawah ke sel sasaran. Kadang-kadang hormon yang dihasilkan
oleh sel neurosekretori tidak langsung dilepaskan ke dalam darah, tetapi
disimpan terlebih dahulu pada sel atau organ neurohemal untuk sementara
waktu. Hormon tersebut akan dilepaskan ke dalam darah pada saat tubuh
memerlukannya. Organ neurohemal ialah organ yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara dan pelepasan hormon (neurohormon) yang dihasilkan
oleh sel neurosekretori.

c. Klasifikasi, Fungsi, dan Sifat Hormon

Berdasarkan hakikat kimianya, hormon dapat diklasifikasikan menjadi tiga


yaitu hormon peptida dan protein, steroid, dan turunan tirosin. Selain berbagai
hormon tersebut terdapat sejumlah zat kimia yang menyerupai hormon antara lain
bradikinin, eritropuitin, histamin, kinin, renin, prostaglandin, dan hormon thymic.
Hormon thymic adalah hormon kelenjar timus (thymus) yang berperan untuk
memengaruhi perkembangan sel limfosit B menjadi sel plasma, yaitu sel pengahsil
antibodi. Bradikinin merupakan suatu polipeptida yang dihasilkan oleh kelenjar
yang sedang aktif, contohnya kelenjar keringat dan kelenjar ludah pada saat aktif.
Bradikinin bekerja sebagai vasodilator kuat yang dapat meningkatkan aliran darah
lokal secara signifikan sehingga merangsang pengeluaran keringat dan air ludah
dalam jumlah banyak. Vasodilator adalh senyawa yang menyebabkan pembuluh
darah membesar/melebar.

Eritropuitin merupakan glikoprotein yang proses sintesisnya melibatkan hati


dan ginjal. Pembentukan eritropuitin dirangsang oleh rendahnya kadar oksigen
dalam darah atau jaringan, contohnya pada saat tubuh kita sedang giat beraktivitas
(misalnya sedang berolahraga). Selanjutnya, eriptropuitin akan merangsang pusat
pembentukan sel darah di sumsum tulang sehingga tubuh akan menghasilkan sel
darah merah dalam jumlah yang lebih banyak. Berbagai senyawa kimia seperti
prostaglandin, eritropuitin, histamin, kinin, dan renin dapat disintesis secara luas
oleh berbagai jaringan atau organ yang sebenarnya bukan berfungsi sebagai organ
endokrin. Misalnya, ginjal mampu menyintesis renin dan eritropuitin. Senyawa
kimia yang mirip hormon ini secara bersama-sama disebut sebagai hormon
jaringan.

Feromon adalah suatu senyawa kimia spesifik yang dilepaskan oleh hewan
ke lingkungannya, yang dapat menimbulkan respons perilaku (memengaruhi
tingkah laku), respon perkembangan atau respon reproduktif pada individu lain.
Senyawa kimia tersebut sangat bermanfaat bagi hewan dalam berbagai hal antara
lain untuk memberikan daya tarik seksual, menandai daerah kekuasaan, mengenali
individu lain dalam spesies yang sama, dan berperan penting dalam sinkronisasi
siklus sosial. Semua hormon umumnya memperlihatkan adanya kesamaan sifat.
Berikut ini beberapa sifat yang umum diperlihatkan oleh hormon.

1. Hormon polipepetida biasanya disintesis dalam bentuk prekursor yang belum


aktif (disebut sebagai prohoemon), contohnya proinsulin, prohormon memiliki
rantai yang lebih panjang daripada bentuk aktifnya.
2. Sejumlah hormon dapat berfungsi dalam konsentrasi yang sangat rendah dan
sebagian hormon berumur pendek.
3. Beberapa jenis hormon (misalnya adrenalin) dapat segera bereaksi dengan sel
sasaran, sedangkan hormon yang lain ( contohnya estrogen dan tiroksin)
bereaksi secara lambat.
4. Pada sel sasaran, hormon akan berikatan dengan reseptornya.
5. Hormon kadang-kadang memerlukan pembawa pesan kedua.
d. Mekanisme Aksi Hormon
Untuk dapat memperlihatkan efek biologis, suatu hormon harus berinteraksi
dengan sel sasaran melalui reseptor khusus bagi hormon tersebut. Reseptor khusus ini
disebut reseptor khusus. Interaksi hormon dengan sel sasaran biasanya terjadi melalui
pembentukan kompleks hormon-reseptor. Reseptor hormon pada sel sasaran
umumnya berupa molekul protein besar dengan bentuk tiga dimensi yang unik.
Kekhususan kerja hormon dapat diketahui dari kenyataan bahwa suatu jenis
hormon memengaruhi sel sasaran ditentukan oleh keberadaan reseptor khusus untuk
hormon tersebut pada sel. Apabila tidak memiliki reseptor khusus untuk suatu jenis
hormon, suatu sel tidak akan tanggap terhadap hormon yang dimaksud, sekalipun
hormon tersebut ada di dekatnya.
1. Reseptor Hormon Pada Membran
Reseptor untuk hormon pada suatu sel dapat terletak pada membran atau
sitoplasma. Reseptor hormon yang terdapat pada membran biasanya merupakan
reseptor untuk hormon protein atau peptida.
Apabila sudah sampai di dekat sel sasaran, hormon akan segera berikatan dengan
reseptornya dan membentuk kompleks hormon-reseptor. Pembentukan ikatan
hormon-reseptor terjadi melalui mekanisme yang serupa dengan penggabungan
antara anak kunci dengan gemboknya. Kompleks hormon-reseptor selanjutnya
akan nemicu serangkaian reaksi biokimia yang menimbulkan tanggapan hayati.
Protein G merupakan suatu senyawa trimer, yaitu molekul khusus yang terdiri atas
3 subunit. Salah satu dari ketiga subunit protein tersebut pada saat istirahat
berikatan dengan guanosin difosfat (GDP). Aktivasi protein- oleh-G oleh
kompleks hormon-reseptor menyebabkan fosforilasi GDP menjadi guanin trifosfat
(GTP). Hal ini akan mengubah konformasi protein-G dan menguraikannya
menjadi subunit penyusunnya. Subunit protein yang mengikat GTP akan
mengaktivasi enzim adenil siklase yang terdapat pada membran. Selanjutnya,
GTP segera diubah kembali menjadi GDP oleh pengaktivan GTP-ase protein G.
Akibatnya protein-G kembali ke bentuk semula. Hal ini akan mengaktifkan
beberapa molekul adenil siklase sehingga melepaskan gugus fosfat dari ATP dan
terbentuklah AMP siklus (c-AMP).
Fungsi c-AMP adalah mengaktifkan protein kinase. Setelah melaksanakan
fungsinya, c-AMP akan diubah menjadi AMP oleh enzim fisfidiesterase,
sedangkan protein jinase aktif akan memfosfolirasi protein pengatur inaktif
sehingga berubah menjadi protein pengatur aktif. Proses ini merupakan fosfolirasi
tahap paling akhir yang akan menimbulkan tanggapan sel terhadap hormon.
Berikut adalah contoh beberapa peristiwa yang dapat diubah oleh hormon dengan
cara kerja diatas :
1. Perubahan aktivitas enzim perubahan aktibitas enzim memungkinkan proses
metabolisme tertentu dapat terselenggara atau terhenti.
2. Pengaktifan mekanisme transpor aktif: proses transfer aktif sangat penting
bagi sel untuk memasukan atau mengeluarkan suatu zat
3. Aktivtas pembentukan mikrotubulus: perubahan aktivitas pembentukan
mikrotubulus dapat memengaruhi berbagai peristiwa yang tergantung
padanya, antara lain pergerakan amoeba dan mitosis sel.
4. Pengubahan aktivitas metabolisme DNA : pengubahan aktivitas metabolisme
DNA dapat memengaruhi proses pertumbuhan atau pembelahan sel.
2. Reseptor Hormon Pada Sitoplasma (Reseptor Sitosolik)
Reseptor sitosolik merupakan reseptor hormon yang terdapat dalam sitoplasma sel
sasaran. Hormon yang menggunakan reseptor sitosolik ialah hormon steroid dan
hormon turunan asam amino. Hormon tersebut sangat mudah larut dalam lipid
sehingga mudah melewati membran selsasaran. Diperkirakan, hormon tersebut
sampai pada sel sasaran dalam keadaan berikatan dengan beberapa jenis molekul
pengemban. Selama dalam peredaran darah ke seluruh tubuh, hormon selalu
berikatan dengan pengembannya. Pada suatu saat hormon akan terlepas dari
molekul pengemban danmasuk ke sel sasaran. Di sitoplasma sel sasaran, hormon
berkombinasi dengan reseptor khusus sehingga menghasilkan kompleks hormon-
reseptor yang aktif. Kompleks tersebut mempunyai daya gabung (afinitas) yang
sangat tinggi terhadap DNA sehingga setelah masuk ke inti akan segera
berkombinasi dengan DNA hal inlah yang mengawali transkripsi DNA.

e. Sistem Endokrin Pada Invertebrata

Sejumlah invertebrata tidak mempunyai prgsn khusus untuk sekresi hormon


sehingga sekresinya dilaksanakan oleh sel neurosekretori, jadi, sel neusekretori
tampaknya merupakan sumber hormon utama pda invertebrata. Sel neurosekretori
dapat ditemukan pada semua metazoa (hewan bersel banyak), antara lain
Coelenterata, Platyhelminthes, Anelida, Nematoda, dan Moluska.

1. Coelenterata
Contoh hewan dari golongan ini adalah Hydra (Hidra). Hidra mempunyai
sejumlah sel yang mampu menghasilkan zat kimia yang berperan dalam
proses reproduksi, pertumbuhan, dan regenerasi. Apabila kepala hidra
dipotong, sisa tubuhnya akan mengeluarkan molekul peptida yang disebutr
aktivator kepala. Zat tersebut menyebabkan sel tubuh hidra dapat
membentuk mulut dan tentakel, dan selanjutnya membentuk daerah
kepala.
2. Platyhelminthes
Hewan ini dapat menghasilkan hormon yang berperan penting dalam
proses regenerasi. Diduga hormon yang dihasilkan tersebut juga terlibat
dalam regulasi osmotik dan ionik serta dalam proses reproduksi.
3. Nematoda
Sejumlah nematoda dapt mengalami ganti kulit (molting) hingga empat
kali dalam siklus hidupnya. Hewan ini mempunyai struktur khusus yang
berfungsi untuk sekresi neurohormon, yang berkaitan erat khusus dengan
sistem saraf.
4. Anelida
Sejumlah anelida seperti Polichaeta (misalnya neris), Oligocheta
(misalnya Lumbricus), dan Hirudinae (misalnya lintah) sudah
memperlihatkan adanya derajat sefalisasi yang memadai. Otak hewan
tersebut memiliki sejumlah besar sel saraf yang berfungsi sebagai sel
sekretori. Sistem endokrin Anelida berkaitan erat dengan aktivitas
pertumbuhan, perkembangan, regenerasi, dan reproduksi. Contoh yang
baik untuk hal tersebut ialah perubahan bentuk cacing Polichaeta dewasa,
yang dikenal dengan istilah epitoki. Epitoki ialah perubahan sejumlah ruas
menjadi struktur reproduktif. Epitoki dikendalikan oleh sistem
neuroendokrin. Hormon yang dilepaskan bersifat menghambat epitoki
sehingga epitoki hanya akan berlangsung pada saat kadar hormon tersebut
rendah. Cara kerja hormon ini tidak diketahui secara jelas, tetapi diduga
sekresinya diatur oleh faktor lingkungan.
5. Moluska
Moluska (terutama siput ) mempunyai sejumlah besar sel neuroendokrin
yang terletak pada ganglia penyusun sistem saraf pusat. Hewan ini juga
memiliki organ endokrin klasik. Senyawa yang dilepaskan menyerupai
protein dan berperan penting dalam mengendalikan osmoregulasi,
pertumbuhan, serta reproduksi.
Reproduksi pada moluska sangat rumit karena hewan ini bersifat
hermaprodit. Beberapa spesies hewan dari kelompok ini bersifat protandri.
6. Krustasea
Sistem endokrin pada krusstasea umumnya berupa sistem neuroendokrin,
meskipun mempunyai organ endokrin klasik. Organ neuendokrin krustasea
terdapat pada tiga daerah utama berikut.
1. Kompleks kelenjar sinus. Organ ini kadang-kadang disebut kompleks
kelenjar sinus organ X, yang menerima akson sel neuendokrin dari
ganglion kepala dan lobus optik di tangkai mata.
2. Organ post-komisural. Organ ini juga menerima akson dari otak dan
berakhir pada awal esofagus.
3. Organ perikardial. Organ ini terletak sangat dekat dengan jantung dan
menerima akson dari ganglion toraks.
7. Insekta
Pada sistem saraf insekta terdapat 3 kelompok sel neuendokrin yang
utama, seperti:
1. Sel neurosekretori medialis. Kelompok sel inmi memiliki akson yang
membentang hingga ke korpora kardiaka. Korpora kardiaka ialah
sepasang organ yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan
pelepasan neurohormon.
2. Sel neurosekretori lateralis. Kelompok sel ini juga memilki akson yang
membentang hingga ke korpora kardiaka.
3. Sel neurosekretori subesofageal. Kelompok sel neurosekretori ini
terdapat pada bagian dibawah kerongkongan dan memiliki akson yang
membentang ke korpora alata. Korpora alata merupakan organ
endokrin klasik.
f. Sistem Endokrin Pada Vertebrata
1. Hipotalamus dan Pituitari
Hipotalamus merupakan bagian otak vertebrata yang terletak dibawah talamus dan
berperan dalam mempertemukan sistem saraf dan endokrin. Talamus ialah kumpulan
sel saraf yang terletak dibagian tengah otak vertebrata. Hipotalamus berfungsi
mengendalikan kelenjar pituitari, sementara pituitari juga berfungsi mengendalikan
kelenjar endokrin lainnya. Oleh karena itu, hipotalamus disebut sebagai kelenjar
induk (master of gland).
2. Organ Endokrin Tepi/Perifer
Organ endokrin tepi adalah semua organ endokrin diluar hipotalamus dan pituitari.
Makin hari, makin banyak ditemukan organ endokrin baru pada vertebrata. Saat ini
telah diketahui bahwa jantung juga mampu menghasilkan hormon yang disebut atrial
naturetic peptide (ANP). Hormon ANP berkaitan erat dengan pengaturan ion natrium
di ginjal.
g. Pengaruh Berbagai Macam Stres Terhadap Proses Fisiologis Hewan
Salah satu contoh penyebab stres pada hewan ternak ialah proses transportasi
hewan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Stres ini juga disebut sebagai stres
transportasi. Dalam kondisi stres, berbagai jenis patogen seperti virus atau
mikoplasma dapat menginfeksi hewan (sebagai penginfeksi primer). Infeksi primer
oleh virus/mikoplasma dapat membuat hewan menjadi rentan terhadap infeksi
bakteri sehingga bakteri tersebut memiliki peluang untuk menjadi patogen. Selama
dalam transportasi, hewan juga dapat mengalami penurunan berat badan. Selama
transportasi, hewan ternak biasanya terpapar kepada udara yang panas atau dingin,
kelembaban udara yang tinggi atau rendah, dan keterbatasan asupan pakan dan
minum. Dalam kondisi stres, hipotalamus akan terstimulasi dan akan memengaruhi
hipofisis dalam sekresi GnRH. GnRH akan dilepaskan ke dalam darah hipofisis.
Pada sisi lain, sumbu hipotalamo-hipofisis-adrenal juga terstimulasi untuk
mensekresikan faktor pelepas kortikortropin (CRF) dan arginin vasopresin.
h. Hormon Yang Berpengaruh Terhadap Kebahagiaan (Emosi dan Mood)
Kebahagiaan merupakan kondisi yang didasari oleh dua hal penting, yaitu faktor
endogenik dan eksogenik. Faktor endogenik mencakup sub faktor biologis, kognitif,
kepribadian dan etika. Faktor eksogenik mencakup perilaku, sosial budaya,
ekonomi, geografis, peristiwa kehidupan dan subfaktor estetika. Kebahagiaan tidak
hanya disebabkan oleh satu atau dua faktor, tetapi merupakan hasil dari beberapa
faktor yang terintegrasi. Ada dua faktor umum yang mempengaruhi emosi pada
individu. Kebahagiaan sebagai emosi terbentuk sebagai interaksi umum antara
faktor internal (endogenik ) dan eksternal (eksogenik).
i. Sintesis Hormon
Proses sintesis hormon steroid atau steroidgenesis diawali dengan pembentukan
pregnenolon. Sel penghasil steroid yang berbeda memiliki enzim yang berbeda
juga, yang akan memodifikasi pregnenolon untuk menghasilkan hormon steroin
yang spesifik. Sel-sel kukit menghasilkan vitamin D inaktif merupakan hal yang
berbeda. Sel-sel kulit tidak melepaskan rantai samping sehingga tidak menghasilkan
pregnenolon.
3. Konsep yang difahami

Setelah saya mendengarkan, menyimak presentasi serta berdiskusi tentang materi ini,
konsep yang saya pahami adalah mekanisme sistem endokrin, fungsi sistem endokrin,
sistem endokrin pada invertebrata dan vertebrata.

4. Konsep yang belum di fahami


Konsep yang belum saya pahami adalah sintesis hormon.

5. Relfleksi diri
Setelah mempelajari materi dan mendengarkan pemaparan materi dari teman Bu Roro
konsep yang saya pahami adalah mekanisme sistem endokrin, fungsi sistem endokrin,
sistem endokrin pada invertebrata dan vertebrata namun terdapat konsep yang belum
saya pahami yaitu sintesis hormon.
.

Anda mungkin juga menyukai