KATA PENGANTAR………………………………………………………………1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang…………………………………………………………………….3
1.2 Rumusan masalah…………………………………………………………………5
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………..5
1.4 Manfaat………………………………………………………………………….6
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan…………………………………………………...………………….24
4.2 Saran……………………………………………………………………………..24
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang nengirimkan hasil sekresinya
langsung ke dalam darah ang beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati duktus atau
saluran dan hasil sekresinya disebut hormon.
Secara umum sistem endokrin adalah sistem yang berfungsi untuk memproduksi hormon
yang mengatur aktivitas tubuh. Terdiri atas kelenjar tiroid, kelenjar hipofisa/putuitari,
kelenjar pankreas, kelenjar kelamin, kelenjar suprarenal, kelenjar paratiroid dan kelenjar
buntu. Beberapa dari organ endokrin ada yang menghasilkan satu macam hormon (hormon
tunggal) disamping itu juga ada yang menghasilkan lebih dari satu macam hormon atau
hormon ganda misalnya kelenjar hipofise sebagai pengatur kelenjar yang lain.
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan
fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis
tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan
karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang
mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi
dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf. Bila sistem endokrin
umumnya bekerja melalui hormon, maka sistem saraf bekerja melalui neurotransmiter yang
dihasilkan oleh ujung-ujung saraf.
Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di dalam darah
bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi tubuh.
Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam
batas-batas yang tepat. Tubuh perlu merasakan dari waktu ke waktu apakah diperlukan lebih
banyak atau lebih sedikit hormon.
1.2 Rumusan masalah
Dengan memperhatikan ulasan singkat latar belakang di atas, maka dapat disusunlah
rumusan masalah sebagai berikut:
1.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas perbaikan nilai Mata kulaih Ilmu Biomedik Dasar
3. Untuk mengetahui dan memahami mana saja yang merupakan bagian dari sistem endokrin
4. Untuk mengetahui apa saja jenis kelenjar yang termasuk dalam sistem endokrin
6. Untuk mengetahui sebenarnya bagaimana cara kerja sistem endokrin dalam tubuh normal
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan sistem endokrin
2. Mahasiswa mengetahui dan memahami juga dapat menunjukkan mana saja yang
merupakan bagian dari sistem endokrin
3. Mahasiswa mengetahui apa saja jenis kelenjar yang termasuk dalam sistem endokrin
5. Mahasiswa dapat mengetahui sebenarnya bagaimana cara kerja sistem endokrin dalam
tubuh normal
BAB II
TINJAUAN TEORI
Endokrin berasal dari bahasa Yunani yang artinya “sekret ke dalam”. Kelenjar buntu
menghasilkan sekret tidak melalui saluran tertentu , akan tetapi langsung masuk sirkulasi ke
dalam darah yaitu hormon ( merangsang).
Kelenjar endokrin bukanlah kelenjar buangan, kelenjar endokrin memiliki efek sekresi
yang artinya setelah di keluarkan akan di proses dan di gunakan kembali. Sekresi tersebut
menghasilkan hormon yang akan di sekresikan melalui peredaran darah lalu sampai pada
target sel. Kelenjar endokrin ini bekerja dengan mekanisme feed back yang artinya pasti akan
ada timbal balik dari organ tujuan tadi yang berupa efek.
Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf untuk mengatur dan mengkoordinasi
aktivitas tubuh. Pengendalian endokrin di perantarai oleh pembawa pesan kimia yang disebut
hormon, hormon ini dilepas oleh kelenjar endokrin ke dalam cairan tubuh, di absorbsi ke
dalam aliran darah, dan di bawa melalui sistem sirkulasi menuju jaringan atau sel target.
Hormon mempengaruhi sel target melalui reseptor hormon, yaitu molekul protein yang
memiliki sifat pengikat untuk hormon tertentu. Respon hormonal tubuh biasanya lebih
lambat, durasi lebih lama, dan distribusinya lebih luas dari pada respons langsung otot dan
kelenjar terhadap stimulus sistem saraf.
BAB III
PEMBAHASAN
Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf untuk mengatur dan mengkoordinasi
aktivitas tubuh. Pengendalian endokrin di perantarai oleh pembawa pesan kimia yang disebut
hormon, hormon ini dilepas oleh kelenjar endokrin ke dalam cairan tubuh, di absorbsi ke
dalam aliran darah, dan di bawa melalui sistem sirkulasi menuju jaringan atau sel target.
Hormon mempengaruhi sel target melalui reseptor hormon, yaitu molekul protein yang
memiliki sifat pengikat untuk hormon tertentu. Respon hormonal tubuh biasanya lebih
lambat, durasi lebih lama, dan distribusinya lebih luas dari pada respons langsung otot dan
kelenjar terhadap stimulus sistem saraf.
Kelenjar endokrin tidak memiliki duktus. Kelenjar ini mengsekresi langsung ke dalam
cairan jaringan di sekitar sel-selnya. Kelenjar endokrin biasanya mengsekresi lebih dari satu
jenis hormon (kelenjar paratiroid yang hanya mengsekresi hormon para tiroid merupakan
suatu pengecualian). Dalam tubuh manusia telah diidentifikasi sekitar 40 sampai 50 jenis
hormon. Hormon-hormon baru ditemukan di berbagai bagian tubuh termasuk di saluran
gastrointestinal, sistem saraf pusat, dan saraf perifer.
Konsentrasi hormon dalam sirkulasi rendah. Hormon yang bersirkulasi dalam aliran
darah hanya sedikit jika di bandingkan dengan zat aktif biologis lainnya, seperti glukkosa dan
kolesterol. Walaupun hormon dapat mencapai sebagian besar sel tubuh, hanya sel target
tertentu yang memiliki reseptor spesifik yang dapat di pengaruhi.
Kelenjar endokrin memiliki persediaan pembuluh darah yang baik. Secara mikrobiologis,
kelenjar tersebut terdiri dari korda atau sejumlah sel sektori yang dikelilingi banyak kapiler
dan di topang jaringan ikat.
Sekresi diurnal adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam. Kortisol adalah
contoh hormon diurnal. Kadar kortisol meningkat pada pagi hari dan turun pada malam hari.
Pola sekresi hormonal pulsatif dan siklik naik turun sepanjang waktu tertentu, seperti
bulanan. Estrogen adalah non siklik dengan puncak dan lembahnya menyebabkan siklus
menstruasi. Tipe sekresi hormonal yang ketiga adalah variabel dan tergantung pada kadar
subtrat lainnya. Hormon paratiroid disekresi dalam berespons terhadap kadar kalsium serum.
Hormon bekerja dalam sistem umpan balik, yang memungkinkan tubuh untuk
dipertahankan dalam situasi lingkungan optimal. Hormon mengontrol laju aktivitas
selular.Hormon tidak mengawali perubahan biokimia, hormon hanya mempengaruhi sel-sel
yang mengandung reseptor yang sesuai, yang melakukan fungsi spesifik.
Hormon mempunyai fungsi dependen dan interdependen. Pelepasan hormon dari satu
kelenjar sering merangsang pelepasan hormon dari kelenjar lainnya. Hormon secara konstan
di reactivated oleh hepar atau mekanisme lain dan diekskresi oleh ginjal.
Secara embriologis kelenjar hipofisis posterior berasal dari pertumbuhan otak yang
terdiri dari jaringan saraf (neurohipofisis). Hipofisis posterior di hubungkan ke hipotalamus
mealuil jalur saraf. Hipofise posterior membentuk sistem neurosekresi yang mengeluarkan
vasopresin dan oksitosin. Pengeluaran hormon dari hipofise posterior dikontrol oleh
hipotalamus.
Hipofisis posterior terdiri dari hormon oxytosin yang berfungsi untuk regulasi kontraksi
rahim dan membantu dalam proses pengeluaran asi setelah melahirkan, hormon relaxin yang
berfungsi membukanya simphisis pubis, dan ADH (Anti Diuretika Hormon) atau pitressin
atua vasopressin yang berfungsi untuk mencegah agar urin yang keluar tidak terlalu banyak
( in put = out put)
Kelenjar hipofisis anterior terdiri dari jaringan epitel kelenjar yang berasal dari
penonjolan atap mulut yang disebut adenohipofisis. Hipofisis anterior di hubungkan melalui
pembuluh darah. Pengeluaran hormon dari anterior dikontrol oleh hipotalamus. Hormon yg
dikeluarkan hipofise anterior yaitu:
Hormon ini bekerja pada tulang, otot, tulang rawan, kulitdan bekerjanya sangat terbatas.
Pada pria sejak lahir sampai dengan 21 tahun dan pertmbuhan drastisnya terjadi pada usia 13
sampai 16 tahun. Pada wanita sejak lahir hingga usia 18 tahun, dan pertumbuhan drastisnya
terjadi saat usia 9 sampai 12 tahun.
GH ini sangat dipengaruhi oleh kadar glukosa dalam darah contohnya bila selesai makan
kadar gula dlm darah akan meningkat, dan GH tidak bekerja. Bila kadar gula dalam darah
menurun, GH bekerja secara maksimal. Bila GH bekerja normal maka tubuh akan normal.
Bila hipersekresi maka tubuh manusia akan menjadi raksasa (giant). Bila hiposekresi maka
tubuh manusia akan menjadi kerdil/cebol.
Hormon ini mempengaruhi kelenjar thyroid. Hormon ini menghasilkan thyroksin (t4),
liotironin (t3) dan kalsitonin.
Hormon ini dibagi menjadi 3 kelompok besar yaitu Glukokortikoid sebagai penghasil
gula, Mineralokortikoid fungsinya mengatur keseimbangan ion Na dan ion K, dan
Gonadokortikoid. Gonadokortiroid untuk wanita adalah hormon estrone & progesterone,
sedangkan untuk pria adalah hormon testosterone.
4) Prolaktin (PRL)
Hormon ini berfungsi pada saat persiapan produksi air susu ibu (asi).
Terdiri atas 2 buah lobus yang terletak disebelah kanan dari trakea diikat bersama oleh
jaringan tiroid yang menyatu di bagian tengah oleh bagian sempit kelenjar yang berbentuk
seperti dasi kupu-kupu dan yang melintasi trakea di sebelah depan. Merupakan kelenjar yang
terdapat di dalam leher bagian depan bawah, letaknya berada di atas trakea, tepat dibawah
laring.
Kelenjar ini menghasilkan hormon tiroid. Hormon tiroid ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu
yang mengandung tiroksin (t4 ) dan triioditironin ( t3 ). Di luar tiroid sebagian besar t4 yg
disekresikan diubah jadi t3. Sebagian besar t3 dan t4 diangkut di darah dalam keadaan terikat
ke protein plasma tertentu.
Atas pengaruh hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise lobus anterior, kelenjar
tiroid ini dapat memproduksi hormon tiroksin. Adapun fungsi dari hormon tiroksin yaitu
mengatur metabolisme tubuh baik metabolisme karbohidrat, protein dan lipid. Hormon
Liotironin yang merupakan bahan baku thyroksin dengan syarat harus ada ion iodium yang
terdapat di dekat laut atau hasil dari laut seperti ikan, garam yang beriodium. Hormon
Kalsitonin yang merupakan bahan baku pembentukkan parathormon yang juga disekresikan
oleh kelenjar parathyroid dan berfungsi untuk mengatur kadar kalsium (ion Ca2+) dalam
darah.
Struktur kelenjar tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel-vesikel yang dibatasi oleh
epitelium silinder, disatukan oleh jaringan ikat. Sel-selnya mengeluarkan sera, cairan yang
bersifat lekat yaitu Koloidae tiroid yang mengandung zat senyawa yodium dan dinamakan
hormon tiroksin.
Terletak disetiap sisi kelenjar tiroid yang terdapat di dalam leher, kelenjar ini bedumlah 4
buah yang tersusun berpasangan yang menghasilkan para hormon atau hormon para tiroksin.
Masing-masing melekat pada bagian belakang kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid
menghasilkan hormon yang berfungsi mengatur kadar kalsium dan fosfor di dalam
tubuh. Kelenjar paratiroid memiliki panjang kira-kira 6 mm, lebar 3 mm, dan tebal 2 mm.
Jika dilihat secara mikroskopik kelenjar ini terlihat seperti lemak berwarna coklat kehitam-
hitaman. Kelenjar ini sulit ditemukan karena tampak seperti lobus kelenjar tiroid. Fungsi
paratiroid adalah Mengatur metabolisme fospor dan Mengatur kadar kalsium darah.
4. Kelenjar Adrenal
Merupakan kelenjar suprarenal yang jumlahnya ada 2, terdapat pada bagian atas dari
ginjal kiri dan kanan. Ukurannya berbeda-beda, beratnya rata-rata 5 sampai dengan 9
gram. Secar struktural dan fungsional kelenjar adrenal terdiri dari 2 kelenjar endokrin yg
menyatu yaitu bagian korteks dan medulla. Kelenjar suprarenal ini terbagi atas 2 bagian
yaitu:
a) Bagian luar yang berwarna kekuningan yang menghasilkan kortisol yang disebut
korteks. Korteks adrenal ini secara histologis terdiri dari 3 lapisan (zona), yaitu Zona
glomerulosa yang menghasilkan mineralokortikoid (95 % aldosteron) yang berfungsi
untuk keseimbangan elektrolit dan homeostasis tekanan darah, Zona fasikulata
( menghasilkan glukokortikoid) yang memiliki efek metabolik , berperan dalam
adaptasi thd stress, dan Zona retikularis (glukokortikoid) dan hormon kelamin / seks
(gonadokortikoid).
b) Bagian medula yang menghasilkan adrenalin (epinefrin) dan nor adrenalin (nor
epinefrin). Medula adrenal ini terdiri dari sel-sel kromafin ( modifikasi neuron
simpatis) yg bergerombol di sekitar kapiler darah dan sinusoid. Bagian iniMensekresi
katekolamin ( neuron pascaganglion yg mengalami modifikasi ) yaitu Epinefrin yang
merangsang jantung, saraf simpatis dan aktifitas metabolik dan Norepinefrin yang
mempengaruhi vasokonstriksi perifer dan tek darah.
Fungsi kelenjar supra renalis bagian korteks yaitu Mengatur keseimbangan air, elektrolit
dan garam, Mengatur/mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang dan protein, dan
Mempengaruhi aktifitas jaringan limfoid. Fungsi kelenjar suprarenalis bagian medula terdiri
dari Vaso konstriksi pembuluh darah perifer dan Relaksasi bronkus.
5. Pankreas
Terdapat pada belakang lambung di depan vertebra lumbalis I dan II terdiri dari sel-sel
alpa dan beta. Sel alpa menghasilkan hormon glukagon sedangkan sel-sel beta menghasilkan
hormon insulin. Hormon yang diberikan untuk pengobatan diabetes, insulin merupakan
sebuah protein yang dapat turut dicernakan oleh enzim-enzim pencernaan protein. Fungsi
hormon insulin adalah mengendalikan kadar glukosa dan bila digunakan sebagai pengobatan,
memperbaiki kemampuan sel tubuh untuk mengobservasi dan menggunakan glukosa dan
lemak.
6. Kelenjar Pineal
Kelenjar ini terdapat di dalam otak, di dalam ventrikel berbentuk kecil merah seperti
sebuah Gemara. Terletak dekat korpus. Fungsinya belum diketahui dengan jelas, kelenjar ini
menghasilkan sekresi interns dalam membantu pankreas dan kelenjar kelamin. Hormon yang
dihasilkan adalah hormon melatonin yang fungsinya untuk mengatasi jet lag atau perbedaan
waktu antara negara bagi yg bepergian. Melatonin ini paling banyak di produksi pada malam
hari, dan paling rendah pada jam 12 siang .
7. Kelenjar Timus
Kelenjar ini terletak di dalarn mediastinum di belakang os sternum, kelenjar timus ini
hanya dijumpai pada anak-anak di bawah 18 tahun. Kelenjar timus terletak di dalam toraks
kira-kira setinggi bifurkasi trakea, warnanya kemerah-merahan dan terdiri atas 2 lobus. Pada
bayi baru lahir sangat kecil dan beratnya kira-kira 10grarn atau lebih sedikit. Ukurannya
bertambah pada masa remaja dari 30-40 gram kemudian berkerut lagi. Kelenjar timus ini
merupakan penghasil hormon peptida yaitu timosin dan timopietin yang berfungsi dalam
perkembangan normal lymfosit dan respon imun tubuh. Hormon yang dihasilkan kelenjar
timus berfungsi untuk mengaktifkan pertumbuhan badan dan mengurangi aktifitas kelenjar
kelamin.
8. Kelenjar Kelamin
Kelenjar kelamin ini terdiri dari kelenjar Testika yang terdapat pada pria. Letaknya di
skrotum dan menghasilkan hormon testosteron. Fungsi hormon testosterone adalah
menentukan sifat kejantanan, misalnya adanya jenggot, kumis, jakun dan lain-lain,
menghasilkan sel mani (spermatozoid) serta mengontrol pekerjaan seks sekunder pada laki-
laki. Dan kelenjar ovarika yang terdapat pada wanita dan terletak pada ovarium di samping
kiri dan kanan uterus. Kelenjar ini menghasilkan hormon progesteron dan estrogen, hormon
ini dapat mempengaruhi pekerjaan uterus serta memberikan sifat kewanitaan, misalnya
pinggul yang besar, bahu sempit dan lain-lain.
3.3 Struktur endokrin lain penghasil hormon
2. Gaster, yang menghasilkan gastrin dan berfungsi untuk membantu dalam proses
gerak peristaltik yang teratur pada lambung, membentuk makanan yang padat menjadi
lunak atau dalam bentuk cair (chime) sehingga mudah dicerna oleh usus halus
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan
fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis
tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan
karakteristik tertentu. Sistem endokrin memiliki fungsi untuk mempertahankan hemoestatis,
membatu mensekresikan hormon-hormon yang bekerja dalam sistem persyarafan, pengaturan
pertumbuhan dan perkembangan dan kontrol perkembangan seksual dan reproduksi.
4.2 Saran
Pada sistem endokrin ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan, baik karena
bawaan maupun karena faktor luar, seperti virus atau kesalahan mengkonsumsi makanan.
Untuk itu jagalah kesehatan anda agar selalu dapat beraktivitas dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Gibson.John, 2003, Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat Edisi 2, alih bahasa
dr.Bertha Sugiarto, Jakarta: EGC
Syaifuddin (2010)., Anatomi Tubuh Manusia (Atlas Berwarna Tiga Bahasa)., edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika