Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

BIOETIKA DAN BIOLOGI/BIOTEKNOLOGI (MODEL


PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIK DILEMA BIOETIKA
DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN MORAL KEAGAMAAN
SEBAGAI PENGENDALI RISET BIOTEKNOLOGI)
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Tumbuhan
Dosen Pengampu : Nanik Lestariningsih,M.Pd.

Disusun Oleh :
Dahlianti
1901140033
Dona Husnul Khatimah
1901140038
Elvina Indriany
1901140032
Mira Maulida
1801140532
Muhammad Taufiq Akbar
1801140537

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA
TAHUN 2020M / 1441H

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan makalah

ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad

SAW yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran yang diridhoi Allah

SWT.

Makalah dengan judul “ “ ini penyusun buat untuk memenuhi tugas mata kuliah

Bioetika Islam, dengan harapan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi saya

pribadi dan pembacanya.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh

dari kata sempurna. Maka dari itu, kritik maupun saran dari berbagai pihak yang

sifatnyamembangun sangat diperlukan demi menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata, penyusun berharap makalah ini dapat menjadi bahan informasi dan

penunjang bagi kita semua. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.

Palangkaraya, 1 April 2021

Tim penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................. 3

A. Pengertian Etika dan Bioetika .................................................................. 3

B. Model Pengambilan Keputusan Etik Dilema Bioetika Dalam Perspektif


Islam 8

C. Materi Moral Keagamaan Sebagai Pengendali Riset Bioteknologi ....... 11

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 14

A. Kesimpulan ............................................................................................. 14

B. Saran ....................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

iii
BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Biologi merupakan cabang ilmu yang memiliki kaitan erat dengan

kehidupan.perkembangan biologi saat ini memberikan sumbangsi dan manfaat

yang besar dalam berbagai bidang kehidupan. Akan tetapi seiring dengan

perkembangannya, muncul problematika yang disebabkan oleh hasil

perkembangan itu sendiri maupun oleh arogansi dan keberanian untuk melakukan

eksperimen yang tidak lagi bertujuan untuk keamanan lingkungan dan

kemaslahatan kehidupan tetapi lebih pada ambisi yang tidak dapat diterima

moraldan agama. Untuk mengontrol dan mendampingi perkembangan biologi

modern dibutuhkan aturan dan batasan yang lebih lanjut dikenal dengan Bioetika.

Bioetika bertitik tolak dari analisis tentang data-data ilmiah, biologis, dan

medis. Nilai transendential manusia disoroti dalam kaitan dengan Sang Pencipta

sebagai nilai mutlak. Bioetika mempelajari moralitas tentang perilaku manusia

dalam bidang ilmu pengetahuan hidup yang mencakup etika media, namun dari sisi

lain melampaui masalah-masalah etis tentang ilmu biologi.

Pada dasarnya ilmu pengetahuan dan teknologi seharusnya berfungsi untuk

mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan, bukan untuk menghancurkan nilai-nilai

tersebut. Tanggung jawab etis bukanlah bertujuan mencampuri atau bahkan

menghancurkan otoritas ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi bahkan dapat

digunakan sebagai umpan balik bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi itu sendiri, sekaligus memperkokoh eksistensi manusia dan nilai

kemanusiaan itu sendiri.

1
2

Oleh karena itu, diniali penting untukmengkaji lebih rinci mengenai urgensi

bioetika dalam pengembangan biologi modern khusunya dalam Islam dan

mengemukakan posisi etika, moral dan akhlak dalam mengawal dan mengontrol

perkembangan ilmu biologi modern.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Etika dan Bioetika?

2. Bagaimana Model Pengambilan Keputusan Etik Dilema Bioetika Dalam

Perspektif Islam?

3. Bagaimana Moral Keagamaan Sebagai Pengendali Riset Bioteknologi?

C. Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan Etika dan Bioetika

2. Menjelaskan Model Pengambilan Keputusan Etik Dilema Bioetika Dalam

Perspektif Islam

3. Menjelaskan Moral Keagamaan Sebagai Pengendali Riset Bioteknologi


BAB II KAJIAN PUSTA KA

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Etika dan Bioetika

Etika merupakan kata benda abstrak yang bersifat umum. Kata etika secara

khsusus digunakan dalam berbagai penyebutan dalam berbagai disiplin ilmu,

misalnya etika profesi, kode etik, perilaku etis, juga keputusan etik. Etika berasal

dari bahasa Latin (ethicus) yang berarti karakter atau berperilaku. Berbagai definisi

atau pengertian etika antara lain: Nilai, norma, dan moral yang dijadikan pegangan

orang/kelompok (Bertens 1993); Cara manusia memperlakukan sesama dan

menjalani hidup dan kehidupan dengan baik, sesuai aturan yang berlaku di

masyarakat (Algermond Black, 1993 dalam Machmud & Rumate, 2005); Ilmu

tentang apa yang baik dan apa yang tidak sesuai dengan ukuran moral atau akhlak

yang dianut oleh masyarakat luas (Kamus Besar Bahasa Indonesia); Ilmu tentang

perbedaan tingkah laku yang baik dan buruk dalam kehidupan manusia, atau

Pengetahuan tentang moral, pengembangan studi tentang prinsip-prinsip tugas

manusia, atau Pengetahuan tentang kewajiban moral, atau lebih luas lagi,

pengetahuan tentang perilaku manusia yang ideal dan hasil akhir tindakan manusia

yang ideal (Machmud & Rumate, 2005). Etika dipandang sebagai sarana orientasi

bagi usaha manusia untuk menjawab pertanyaan mendasar : bagaimana saya

menjalani hidup ini dan bagaimana saya harus bertindak. Jawaban pertanyaan ini

sebenarnya dapat diperoleh dari berbagai pihak, misalnya orang tua, guru/dosen,

dari adat istiadat dan tradisi, teman, lingkungan sosial, agama, negara dan pelbagai

ideologi. Akan tetapi kembali timbul pertanyaan : apakah benar yang mereka

3
4

katakan; lalu siapa yang akan diikuti apabila masing-masing memberikan nasehat

yang berbeda. Di sinilah etika berperan membantu kita dalam mencari orientasi,

yang tujuannya ialah bahwa kita hendaknya dapat mengambil keputusan sendiri

tentang bagaimana harus menjalani kehidupan, tentang mengapa kita harus

bersikap begini, dan agar kita dapat mengatur sendiri kehidupan kita, dan tidak

sekedar ikut-ikutan. Dengan kata lain, etika membantu kita agar lebih mampu untuk

mempertanggungjawabkan kehidupan kita sendiri. Etika yang berkaitan dengan

masalah biologi dikenal dengan nama bioetika (Shannon, 1995). Bioetika atau

bioethics atau etika biologi didefinisikan oleh Samuel Gorovitz (dalam Shannon,

1995) sebagai “penyelidikan kritis tentang dimensi-dimensi moral dari

pengambilan keputusan dalam konteks berkaitan dengan kesehatan dan dalam

konteks yang melibatkan ilmu-ilmu biologi”. Jadi bioetika menyelidiki dimensi etik

dari masalah-masalah teknologi, ilmu kedokteran, dan biologi yang terkait dengan

penerapannya dalam kehidupan (Shannon, 1995). Jenie (1997) mengemukakan

bahwa bioetika berperan antara lain sebagai pengaman bagi riset bioteknologi,

sedangkan Djati (2003), menegaskan bahwa bioetika tidak untuk mencegah

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi antara lain bioteknologi, tetapi

menyadarkan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai batas-batas dan

tanggung jawab terhadap manusia dan kemanusiaan. Van Potter (1970) dalam

Muchtadi (2007) menyebutkan bahwa bioetika ialah suatu disiplin baru yang

menggabungkan pengetahuan biologi dengan pengetahuan mengenai sistem nilai

manusia, yang akan menjadi jembatan antara ilmu pengetahuan dan kemanusiaan,

membantu menyelamatkan kemanusian, mempertahankan dan memperbaiki dunia


5

beradab, sedangkan Honderih Oxford (1995) dalam Muchtadi (2007) menyatakan,

bahwa bioetika adalah kajian mengenai pengaruh moral dan sosial dari teknik-

teknik yang dihasilkan oleh kemajuan ilmu-ilmu hayati. Dan menurut Shannon

(1995), etika yang berkaitan dengan masalah biologi dikenal dengan nama bioetika.

Memahami berbagai pengertian bioetika sesuai pendapat para ahli memberikan

pemahaman, bahwa bioetika bukanlah suatu disiplin ilmu, tetapi lebih kepada

penerapan etika, moral, bahkan hukum dan nilai sosial ke dalam pembahasan ilmiah

biologi. Dan pentingnya etika dalam konteks biologi digunakan untuk menjawab

berbagai persoalan kehidupan baik yang berkaitan dengan hewan dan tumbuhan,

bahkan manusia. Oleh karena itu implementasi bioetika dan perspektifnya dalam

perkembangan berbagai keilmuan biologi seperti kedokteran, bioteknologi,

ekologi, pertanian, bahkan dalam perdebatan politik, hukum, dan filsafat

menjadikan bioetika sebagai pijakan untuk memecahkan dan menjawab persoalan

didalamnya.

Bioetika Sebagai Perspektif Dasar Berperilaku Dalam kehidupannya

manusia tidak pernah dapat hidup soliter, meskipun ada beberapa orang

menyatakan mampu hidup soliter, namun faktanya masih membutuhkan orang lain

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Hudha, Atok Miftachul, 2014). Oleh karena

itu manusia adalah makhluk sosial yang hidup sosial, sehingga manusia selalu

berkumpul (berkoloni) dalam masyarakatnya. Hal inilah yang menurut Pandewo

(2012) dalam Hudha (2014) disebut sebagai kehidupan bermasyarakat manusia dan

biosfir dalam perspektif luas.


6

Interaksi manusia dan biosfir dalam makna luas kehidupan bermasyarakat

tidak hanya didefinisikan sebagai berbaur sesama manusia, saling tolong menolong

sesama manusia, namun lebih dari itu manusia dipandang sebagai “causa minor”

dalam melestarikan bumi dan alam semesta tempat tumbuh kembangnya makhluk

hidup, dan Tuhan adalah “causa primer”nya. Dalam pandangan ini menurut

Pandewo (2013) dalam Hudha (2014) hendaknya memperhatikan empat prinsip

bioetika, yaitu:

1. Doing Good

Rasanya tidak berlebihan bila dikatakan; manusia senantiasa

menginginkan hasil akhir terbaik dari setiap proses yang dilaluinya. Bahkan

seorang penjahat sekalipun akan menginginkan proses kejahatannya berhasil

secara sempurna. Semua hal, yang hak maupun bathil, benar atau salah, akan

didasari pada niat meraih kesempurnaan, berdasarkan sudut pandang mana kita

melihatnya.

2. Doing No Harm

Bila dalam doing good kita berusaha melakukan yang terbaik agar

memperoleh hasil sempurna, maka dalam doing no harm mensyaratkan kita

berpikir ulang; tentang akibat dari perbuatan. Apakah setiap perbuatan,

termasuk ucapan-tulisan, akan berdampak buruk bagi lainnya atau tidak, hal

itulah yang harus kita kaji dan pikirkan melalui doing no harm.

3. Independency

Konflik muncul karena perbedaan keinginan, namun demikian,

keinginan manusia yang merdeka adalah kebebasan yang tidak ditunggangi


7

keinginan manusia lain. Satu sama lain kita saling terhubung, berusaha saling

merdeka, sehingga kita tidak mungkin meraih kemerdekaan sesuai keinginan

individu saja. Harus ada kemerdekaan sosial, kemerdekaan yang terkait hak-

hak orang lain yang semestinya kita jaga pula. Independensi tidak

mengharuskan kita bebas seutuhnya, bukan merdeka tanpa batasan, tapi saling

terhubung membentuk harmoni yang indah.

4. Justice

Setiap makhluk hidup, tak terkecuali yang terkecil sekalipun, berhak

mendapat keadilan untuk hidup dan berkembang dalam biosfer. Keadilan setiap

makhluk ini melekat karena merupakan ciptaan Tuhan. Segala sesuatunya

diciptakan dengan membawa manfaat, sampai kita temukan manfaatnya apa.

Bukanlah keadilan namanya, bila manusia berusaha memusnahkan yang

diciptakan Tuhan. Bioetika mengajarkan berprilaku sebaik-baiknya, tidak

merugikan makhluk hidup dan yang tidak hidup, bebas dari ketergantungan tapi

sekaligus tetap tergantung pada yang lain, juga mengajak memperhatikan hak-

hak setiap ciptaan yang layak diperolehnya secara wajar, hingga kita sadar tidak

ada ciptaan yang ingin disakiti eksistensinya

5. Pengambilan Keputusan Etik

Pengambilan keputusan etik menurut Anonymous (tanpa tahun)

didasarkan pada dukungan teori-teori etika yaitu: 1) Teori Utilitarianisme

(tindakan dimaksudkan untuk memberikan kebahagiaan yang maksimal); 2)

Teori Deontologi (tindakan berlaku umum & wajib dilakukan dalam situasi

normal karena menghargai norma yang berlaku, Misal : kewajiban melakukan


8

pelayanan prima kepada semua orang secara obyektif); 3) Teori Hedonisme

(berdasarkan alasan kepuasan yang ditimbulkannya): mencari kesenangan,

menghindari ketidaksenangan; dan 4) Teori Eudemonisme (tujuan akhir untuk

kebahagiaan ). Selanjutnya menurut Anonymous (tanpa tahun) adapun hal-hal

yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan adalah 1) Responsibility

& accountability; 2) Apresiasi; 3) Safety & wellbeing mother; 4) Knowledge :

kemampuan berpikir kritis & membuat keputusan klinis yang logis. Dan untuk

pengambilan keputusan secara etik menurut Anonymous (tanpa tahun)

didasarkan pada: 1) Pertimbangan benar salah; 2) Menyangkut pilihan yang

sukar; 3) Tidak dapat dielakan; 4) Dipengaruhi norma, situasi, iman, lingkungan

sosial. Kemampuan pengambilan keputusan etik tidak lepas dari kemampuan

logika dan perkembangan moral manusia, sebagaimana Kohlberg dalam

Wikipedia (tanpa tahun) menyatakan, bahwa perkembangan moral manusia

terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu: 1) Prakonvensional; 2) Konvensional; dan

3) Pasca-Konvensional. Teori Kohlberg ini berpandangan, bahwa penalaran

moral merupakan dasar dari perilaku etis.

B. Model Pengambilan Keputusan Etik Dilema Bioetika Dalam Perspektif

Islam

Pada umumnya mahasiswa sering mengalami kesulitan bagaimana cara

memulai menganalisis suatu konflik etika atau dilema bioetika. Mereka tidak

mengetahui pertanyaan apa yang harus dikemukakan dan bagaimana proses untuk

sampai pada suatu keputusan (Johansen & Harris, 2000: 358). Oleh karena itu, di
9

dalam kelas dapat dikenalkan suatu masalah ilmiah teknis dan meminta mahasiswa

berdiskusi untuk mengemukakan sebanyak mungkin pandangan etik yang mereka

ketahui. Sebagai contoh, mahasiswa dapat diminta untuk mempertimbangkan

xenotransplantasi (transplantasi menggunakan organ hewan). Diskusi akan dapat

membimbing mahasiswa untuk sampai kepada solusi suatu konflik atau dilema

bioetika. Dalam hal ini dosen diharapkan membawa mahasiswa kepada fakta,

bahwa pandangan terhadap suatu konflik adalah sangat beragam, semakin banyak

ragam pandangan yang diketahui, semakin baik bagi pengembangan wawasan atau

kemampuan berpikir mahasiswa. Dalam proses pengambilan keputusan etik

terhadap dilema bioetika, mahasiswa harus memahami 6 prinsip bioetika (Islam)

(Mustofa, 2009: 116) yakni:

1. Prinsip I: Keadaan Darurat

Keputusan etik yang mengandung unsur haram menggunakan pedoman bahwa

dalam kondisi normal diharamkan, namun menjadi diperbolehkan ketika darurat,

yakni tidak ada pilihan lain dan sematamata hanya untuk menjaga dan melestarikan

kehidupan.

2. Prinsip II: Menjaga dan Melestarikan Kehidupan

Keputusan etik yang diambil harus berdasakan tujuan utama untuk semata-mata

menjaga dan melestarikan kehidupan, bukan untuk maksud yang lain.

3. Prinsip III: Untuk Kepentingan yang Lebih Besar

Keputusan etik yang diambil, harus terkandung maksud untuk kepentingan yang

lebih besar.

4. Prinsip IV: Peluang Keberhasilan


10

Keputusan etik yang diambil, harus sudah memperhitungkan kemungkinan atau

peluang keberhasilannya.

5. Prinsip V: Manfaat dan Mudharat

Keputusan etik yang diambil harus sudah memperhitungkan keuntungan dan

kerugian, kemaslahatan dan kemudharatannya.

6. Prinsip VI: Tidak Ada Pilihan Lain

Keputusan etik yang diambil harus sudah memperhitungkan tidak adanya pilihan

lain, sehingga keputusan tersebut harus diambil. Mekanisme dalam pengambilan

keputusan etik antara lain terhadap xenotransplantasi dapat mengikuti alur sebagai

berikut:

1. Paparan Isu Bioetika: Pembelajaran tentang xenotransplantasi yang merupakan

isu bioetika, mulai pembahasan dari aspek konsep sampai teknis

pelaksanaannya.

2. Analisis Masalah Bioetika: Mengidentifikasi masalah apa saja yang mungkin

akan muncul dengan xenotransplantasi tersebut, mulai proses sampai hasil atau

produknya.

3. Argumentasi: Penyampaian pendapat perseorangan (opini) terkait masalah yang

muncul dalam penerapan xenotransplantasi.

4. Analisis Isu Bioetika Melalui Analisis 6 Prinsip: Menganalisis penerapan

xenotransplantasi dan konsekuensinya menggunakan 6 prinsip bioetika (Islam).

5. Keputusan/Kesimpulan: Pengambilan keputusan/kesimpulan terhadap masalah

xenotransplantasi, setelah melakukan analisis 6 prinsip.


11

6. Evaluasi: Melakukan evaluasi ulang terhadap keputusan yang diambil, dan

dikaitkan kembali dengan seluruh prinsip (Prinsip I sampai dengan VI). Apabila

ada prinsip yang dilanggar atau tidak dapat dipenuhi, maka harus dilakukan

revisi keputusan.

C. Materi Moral Keagamaan Sebagai Pengendali Riset Bioteknologi

Penanaman nilai-nilai akhlak, moral, dan budi pekerti seperti tertuang dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional harus menjadi dasar pijakan utama dalam mendesain,

melaksanakan, dan mengevaluasi sistem pendidikan nasional. Pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggung jawab.

Ditinjau dari agama Hindu, orang yang berkarakter selalu berpijak pada

kebenaran, kebajikan, kebijaksanaan, cinta kasih, kedamaian, dan dalam memenuhi

keinginan serta mendapatkan harta selalu dikendalikan oleh Dharma (Gunadha,

2012 dalam Redi, 2013). Dalam agama Islam, moral dikenal dengan sebutan al-

akhlaq al-kharimah, yaitu kesopanan yang tinggi yang merupakan manifestasi dari

keyakinan terhadap baik dan buruk, pantas dan tidak pantas yang tergambar dalam

pembuatan lahir manusia (Karim, 2013)


12

Nilai agama dan akhlak (moral) sangat penting bagi kehidupan suatu

bangsa. Dalam dunia pendidikan, pembinaan akhlak merupakan salah satu fungsi

untuk memperbaiki kehidupan bangsa, selain itu perlu juga adanya pengembangan

ilmu. Bangsa Indonesia meyakini bahwa kedua fungsi itu terjalin dengan eratnya.

Kolaborasi antara ilmu dan akhlak menjadi mutlak dalam rangka menciptakan

generasi beragama, bermoral, beradab, dan bermartabat. Ilmu dikembangkan

dengan dasar akhlak yang kuat agar membawa kemanfaatan dan kebaikan (Asti,

2017). Terkait dengan pengembangan moralitasnya, harus dimulai sejak anak usia

dini, agar terbentuk karakter (formation of caracther), terbentuk kepribadian

(shaping of personality), dan perkembangan sosial (social development) (Hidayat,

2015). Pembentukan karakter pada diri seorang anak didapatkan pada lingkungan

sekitarnya yaitu lingkungan keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekolah.

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan terdekat yang dapat memberikan

pengaruh pada karakter seorang anak. Selain keluarga, lingkungan terdekat seperti

tetangga atau teman sebaya juga akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan

dalam pengembangan moral seorang anak (Asti, 2017).

Menurut John Dewey, tahapan perkembangan moral seseorang akan melewati tiga

fase (Hidayat, 2015) yaitu:

1. Fase premoral (preconventional), pada level ini sikap dan perilaku manusia

banyak dilandasi oleh impuls biologis dan sosial.

2. Tingkat konvensional, perkembangan moral manusia pada tahapan ini banyak

didasari oleh sikap kritis kelompoknya.


13

3. Autonomous, pada tahapan ini perkembangan moral manusia banyak dilandasi

pola pikirnya sendiri. Pada tahapan ini seorang anak telah memiliki kemampuan

sendiri dalam menentukan segala keputusan sikap dan perilaku moralitasnya.


14

BAB III PENUTUP

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Etika dipandang sebagai sarana orientasi bagi usaha manusia untuk

menjawab pertanyaan mendasar : bagaimana saya menjalani hidup ini dan

bagaimana saya harus bertindak.

2. Bioetika atau bioethics atau etika biologi didefinisikan oleh Samuel

Gorovitz (dalam Shannon, 1995) sebagai “penyelidikan kritis tentang

dimensi-dimensi moral dari pengambilan keputusan dalam konteks

berkaitan dengan kesehatan dan dalam konteks yang melibatkan ilmu-ilmu

biologi”.

3. Dalam proses pengambilan keputusan etik terhadap dilema bioetika,

mahasiswa harus memahami 6 prinsip bioetika (Islam) yaitu : Prinsip I:

Keadaan Darurat, Prinsip II: Menjaga dan Melestarikan Kehidupan, Prinsip

III: Untuk Kepentingan yang Lebih Besar, Prinsip IV: Peluang

Keberhasilan, Prinsip V: Manfaat dan Mudharat, Prinsip VI: Tidak Ada

Pilihan Lain.

4. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.
15

B. Saran

Tentu terdapat banyak kekurangan dari makalah ini,oleh sebab itu kami

menyarankan kepada pembaca agar juga membaca dari referensi lain untuk

melengkapi kekurangan makalah ini. Terimakasih.


DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K. dkk. 1990. Bioetika Refleksi atas Masalah Etika Biomedis. Jakarta:

Gramedia.

Djati, M.S. 2003. Diskursus Teknologi Embryonic Stem Cells dan Kloning dari

Dimensi Bioetika dan Relegiositas (Kajian Filosofis dari Pengalaman Empirik).

Jurnal Universitas Paramadina, 3 (1).

Ebrahim, A.F.M., 2001. Kloning, Eutanasia, Transfusi Darah, Transplantasi

Organ, dan Eksperimen Pada Hewan Telaah Fikih dan Bioetika Islam. Terjemahan

oleh Mujiburohman. 2004. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.

Hasan, A.M. 2001. Pentingnya Pengajaran Etika Biologi (Bioetika)

Muchtadi, Tien R,. 2 Juli 2007. Perkembangan Bioetika Nasional. Makalah

Seminar Etika Penelitian di Bidang Kesehatan Reproduksi. Fakultas Kedokteran -

Universitas Airlangga

Minarno, Eka Budi. 2010a. Bioetika Islam Sebagai Pengawal Pengembangan

Bioteknologi Modern Dan Pengelolaan Lingkungan. Jurusan Biologi Fakultas

Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri (UIN)-Maulana Malik Ibrahim

Malang

Minarno, Eko Budi. 2010b. Pengantar Bioetika Dalam Perspektif Sains & Islam.

UIN Maliki Press. Malang

Karim, A. 2013. Islam Nusantara. Yogyakarta : Gama Media.

Redi, A. I W.2013. Revitalisasi Pendidikan Karakter untuk Membangun Bangsa

Yang Berwatak Terpuji. Denpasar : Widya Dharma UHNI Presss

16
17

Sofa, M. 2013. Antisipasi Degradasi Moral di Era Global. Jurnal Pendidikan Islam,

7 (2) Oktober 2013.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Windi, S. J. R. Dan Nana, S. 2017. Pendidikan karakter sebagai Upaya Mengatasi

Degradasi Moral. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Pendidikan Inovasi

Pembelajaran Berbasis Karakter dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/snip/article/viewFile/diakses, 25 Desember

2017.

Anda mungkin juga menyukai