Anda di halaman 1dari 10

Tugas Makalah

BOOKLET & BERMAIN PERAN

Oleh Kelompok :

 SITTI RAHMI NURHASANA : P00331017044


 KHASANATULAENI : P00331017025
 SALEHA BAINAUW : P00331017040
 IRMAYANTI : P00331017027
 ALMIWATI : P00331017002

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN GIZI

2019
BOOKLET

1. Pengertian Booklet

Booklet adalah media komunikasi massa yang bertujuan untuk menyampaikan pesan
yang bersifat promosi, anjuran, larangan-larangan kepada khalayak massa, dan berbentuk
cetakan, sehingga akhir dari tujuannya tersebut adalah agar masyarakat yang sebagai obyek
memahami dan menuruti pesan yang terkandung dalam media komunikasi massa tersebut.

Komunikasi yang mengalami perkembangan secara pesat dan biasanya dihubungkan


secara langsung dengan HT (High Teknology), hal ini disebabkan adanya kesalingterikatan
antara komunikasi dan high teknologi tersebut. Maka dengan adanya high treknologi tersebut
antara jarak dan waktu dalam dunia saat ini tidaklah menjadi masalah yang banyak diributkan
oleh masyarakat luas.

Booklet dalam bagiannya sebagai salah satu media komunikasi yang tergantung pada
high teknologi ini merupakan alternatif yang menyugukan ke efektifan dan keefisienan dalam
hasil dan prosesnya, sehingga mampu menjadi sebuah alternatif di masa yang serba instan
(cepat) ini.

Menurut effendy sholeh dalam bukunya periklanan di era masa kini, menyebutkan, bahwa
booklet adalah suatu sarana periklanan yang mampu menarik banyak konsumen-konsumen
produktif. Hal ini disebabkan oleh adanya booklet yang bisa mencakup tidak hanya satu
produk saja, akan tetapi dapat mencakup berbagai jenis-jenis produk yang itu bisa membuat
konsumen melakukan perbandingan dalam hal marketing.

2. Ciri-Ciri/Syarat Booklet

Booklet adalah sebuah buku kecil yang terutama digunakan untuk mewakili perusahaan dan
rincian produk. Booklet juga ibaratanya sebuah utusan yang membawa pesan penting.
Penampilan dan desain booklet adalah mewakili gambaran sebuah perusahaan.

1. Bentuknya seperti buku tetapi tidak berjilid, dalam kata lain hanya berupa lipatan saja
2. Digunakan untuk media promosi yang menekan harga pengeluarana perusahaan.
Pasalnya   booklet lebih murah dari pada promosi melalui media audio dan video.
3. Syarat Suatu Booklet

Booklet merupakan media termasuk dalam kategori media lini bawah (below the line
media). Sesuai sifat yang melekat pada media lini bawah, pesan yang ditulis pada media
tersebut berpedoman pada beberapa kriteria yaitu:

1.    Dalam Bentuk tulisan dan gambar, atau kombinasi keduanya


2.    Kata yang digunakan ekonomis
3.    Menggunakan kalimat pendek, sederhana, singkat, ringkas
4.    Menggunakan huruf besar dan tebal
5.    Penggunaan huruf tidak kurang dari 10 pt
6.    Harus sesuai dengan isi materi yang akan disampaikan
7.    Dikemas menarik

4. Manfaat Dan Fungsi

Manfaat Booklet

1. Biaya yang dikeluarkan lebih murah dari pada media audio dan audio visual
2. Informasi akan sampai kepada masyarakat secara cepat
3. Proses penyampaian bisa disesuaikan dengan kondisi
4. Desain booklet yang menarik membuat banyak konsumen yang memakai produk atau
jasa anda
5. Desain booklet yang menarik membuat konsumen secara tidak langsung
mempromosikan barang atau jasa perusahaan anda melalui mulut kemulut
6. Sedangkan manfaat booklet untuk konsumen adalah sebagai berikut:
7. Informasi pada booklet lebih terperinci tentang produk atau jasa, sehingga konsumen
lebih yakin
8. Konsumen dapat membaca dan menyimpan booklet jika sewaktu-waktu dibutuhkan

Fungsi Booklet

Fungsi booklet secara umum hampir sama dengan Product Catalogue (Katalog produk).
Keduanya sama-sama mendisplay atau menampilkan hampir semua produk yang dihasilkan
sebuah perusahaan lengkap dengan keterangan/spesifikasi dan mungkin harganya. Untuk
lebih spesifik lagi, fungsi booklet dibagi menjadi 2 yaitu fungsi eksternal dan fungsi internal.
Fungsi Internal
Fungsi internal sebuah booklet adalah sebagai sumber informasi dan rujukan product
knowledge perusahaan. Hal ini penting agar setiap orang dalam jajaran perusahaan memiliki
acuan baku dalam memahami profil perusahaan serta produk yang ditawarkan.
Fungsi Eksternal
Fungsi eksternal sebuah booklet company profile bersifat sebagai ujung tombak dalam
kegiatan marketing. Booklet adalah alat untuk menyapa dan menjangkau calon konsumen
sehingga muncul ketertarikan untuk menggunakan produk perusahaan kita.
Fungsi  Booklet Sebagai Media Komunikasi Pendidikan Kesehatan Adalah :

1. Untuk menimbulkan minat sasaran pendidikan.


2. Membantu di dalam mengatasi banyak hambatan.
3. Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat.
4. Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada
orang lain.
5. Untuk mempermudah penyampaian bahasa pendidikan.
6. Untuk mempermudah penemuan informasi oleh sasaran pendidikan.
7. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui lalu mendalami dan akhirnya
mendapatkan pengertian yang lebih baik.
8. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh

5. Contoh Booklet

Contohnya disini adalah : sebuah organisasi yang baru mucul, kemudian dengan media
komunikasi berupa booklet berusaha untuk memberitahukan kepada masyarakat luas, bahwa
telah berdiri organisasi yang seperti itu, setelah masyarakat mengetahui adanya eksistensi
organisasi tersebut, maka langkah organisasi tersebut adalah penyuluhan-penyuluhan atau
hasil produksi dari bidang kekhususan organisasi tersebut.
Contoh Gambar Booklet :
BERMAIN PERAN(role playing)

1) Pengertian

            Bermain peran (role playing) merupakan sebuah permainan di mana para pemain
memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk merajut sebuah cerita
bersama. Para pemain memilih aksi tokoh-tokoh mereka berdasarkan karakteristik tokoh
tersebut, dan keberhasilan aksi mereka tergantung dari sistem peraturan permainan yang telah
ditetapkan dan ditentukan, asalkan tetap mengikuti peraturan yang ditetapkan, para pemain
bisa berimprovisasi membentuk arah dan hasil akhir permaian.

            Santrock (1995: 272) menyatakan bermain peran (role play) ialah suatu kegiatan yang
menyenangkan. Secara lebih lanjut bermain peran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh kesenangan. Role playing merupakan suatu metode bimbingan
dan konseling kelompok yang dilakukan secara sadar dan diskusi tentang peran dalam
kelompok. Di dalam kelas, suatu masalah diperagakan secara singkat sehingga siswa dapat
mengenali karakter tokoh seperti apa yang siswa peragakan tersebut atau yang menjadi lawan
mainnya memiliki atau kebagian peran seperti apa. Santrock juga menyatakan bermain peran
memungkinkan anak mengatasi frustrasi dan merupakan suatu medium bagi ahli terapi untuk
menganalisis konflik-konflik anak dan cara-cara mereka mengatasinya.

            Ginnot (1961; dalam Eka, 2008) menyatakan bermain peran diyakini sebagai sarana
perkembangan potensi juga dapat dijadikan sebagai media terapi. Terapi bermain peran
khususnya merupakan pendekatan yang sesuai untuk melakukan konseling dengan anak
karena bermain adalah hal yang alami bagi anak. Melalui manipulasi mainan, anak dapat
menunjukkan bagaimana perasaan mengenai dirinya, orang-orang yang penting serta
peristiwa dalam hidupnya secara lebih memadai daripada melalui kata-kata.

2. Tujuan Metode Bermain Peran ( Role Playing )

Ali (2000 : 84) menyatakan bahwa tujuan bermain peran adalah menggambarkan suatu
peristiwa masa alampau atau dapat pula cerita dimulai dengan bebagai kemungkinan yang
terjadi baik kini maupun mendatang kemudian ditunjuk beberapa siswa untuk melakukan
peran sesuai dengan tujuan cerita. Pemeran melakukan sendiri peranannya sesuai dengan daya
imajinasi tentang pokok yang diperankannya.
 Mengutip pendapat dari Subari (1994 : 93) yang menjelaskan tujuan bermain peran
adalah :

1. Memahami peran orang lain.


2. Membagi tanggung jawab dan melaksanakannya.
3. Menghargai penghayatan orang lain,
4. Terlatih mengambil keputusan.
 Sudjana (1989 : 90) mengemukakan bahwa tujuan bermain peran adalah:

1. Agar mahasiswa dapat menghayati perasaan orang lain.


2. Dapat belajar sebagaimana membagi tanggung jawab.
3. Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara
spontan.
4. Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah.
Lain halnya dengan Hamalik (2002 : 138) yang mengatakan bahwa tujuan bermain
peran adalah menciptakan kembali gambaran historis masa silam, peristiwa yang mungkin
terjadi pada masa mendatang, peristiwa-peristiwa sekarang yang berarti atau situasi-situasi
bayangan pada suatu tempat dan waktu tertentu.

2) Langkah-langkah metode Role Playing (bermain peran)


 Menurut Ngalimun (2012: 174) langkah-langkah model pembelajaran Role Playing
adalah
1. pembimbing menyiapkan skenario pembelajaran
2. menunjuk beberapa mahasiswa untuk mempelajari skenario tersebut
3. pembentukkan kelompok mahasiswa membahas peran yang dilakukan oleh
pelakon
4. presentasi hasil kelompok
5. bimbingan kesimpulan dan refeksi.
 Sedangkan menurut Shaftel dalam joyce (2009: 332) bahwa Role Playing terdiri dari
sembilan langkah:
1. Memanaskan suasana kelompok
2. memilih partisipan
3. mengatur setting tempat kejadian
4. menyiapkan peneliti
5. Pemeranan
6. diskusi dan evaluasi
7. memerankan kembali
8. berdiskusi dan mengevaluasi
9. saling berbagi dan mengembangkan pengalaman.

3) Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam melaksanakan metode pembelajaran


Role Playing (bermain peran) menurut Roestiyah (2008: 91) yaitu:
1. Pembimbing harus menerangkan kepada mahasiswa untuk memperkenalkan teknik
ini, bahwa dengan metode ini mahasiswa diharapkan dapat memecahkan masalah
hubungan sosial yang aktual ada dimasyarakat. Maka pembimbing menunjuk beberapa
mahasiswa yang akan berperan, dan mahasiswa yang lain mengamati dengan tugas-
tugas tertentu pula.
2. Pembimbing harus memilih masalah yang urgen, sehingga menarik minat mahasiswa.
Ia mampu menjelaskan dengan menarik, sehingga mahasiswa terangsang untuk
berusaha memecahkan masalah itu.
3. Agar mahasiswa memahami peristiwanya, maka guru harus bisa menceritakan sambil
mengatur adegan yang pertama.
4. Bila ada kesediaan sukarela dari mahasiswa untuk berperan, harap ditanggapi tetapi
pembimbing harus mempertimbangkan apakah ia tepat untuk perannya itu. Bila tidak
ditunjuk saja mahasiswa yang memilih kemampuan dan pengetahuan serta
pengalaman seperti yang diperankan itu.
5. Jelaskan pada pemeran-pemeran itu sebaik-baiknya, sehingga mereka tahu tugas
perannya, menguasi masalahnya pandai bermimik maupun dialog.
6. Mahasiswa yang tidak turut harus menjadi penonton yang aktif.
7. Bila mahasiswa belum terbiasa, perlu dibantu guru dalam menimbulkan kalimat
pertama dialog.
8. Setelah Role Playing itu dalam situasi klimaks, maka harus diberhentikan, agar
kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat disikusikan secara umum.
Sehingga para penonton ada kesempatan untuk berpendapat, menilai permainan dan
sebagainya.
9. Sebagai tindak lanjut dari hasi diskusi, walau mungkin masalahnya belum dipecahkan.

4) Kelebihan dan kelemahan Metode Role Playing (bermain peran)


Dalam pelaksanaan metode pembelajaran Role Playing (bermain peran) memiliki
kelebihan dan kelemahan yang harus diketahui oleh guru. Menurut Roestiyah (2008:
93), kelebihan metode Role Playing (bermain peran) adalah:
1. Mahasiswa lebih tertarik perhatiannya pada saat pembelajaran
2. Melatih mahasiswa untuk aktif dalam proses pembelajaran
3. memunculkan rasa tanggung jawab terhadap peran yang dilakoni
4. Mahasiswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif
5. Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang
lain.

Adapun kelemahan metode Role Playing (bermain peran) Menurut Tandiredja (2011: 42)
yaitu

1. Bila Pembimbing tidak memahami langkah-langkah pelaksanaan metode ini akan


mengacaukan kegiatan berlangsungnya role playing
2. Memakan waktu yang cukup lama
3. Sebagaian besar anak yang tidak ikut bermain peran mereka menjadi kurang aktif
4. Memerlukan tempat yang cukup luas
5. Kelas lain sering terganggu oleh suara pemain dan penonton.

Contoh Bermain peran

1. SKENARIO
DAFTAR PUSTAKA

Bahri, Saiful. 1990. Komunikasi Massa. Surabaya: PT Agung Cipta.

Hariri, Ahmad. 1999. Periklanan Masa Kini. PT. Adi Cipta.

Sudrajat, Edi.1987. Komunikasi Organisasi. Jogjakarta:Surya Persada.

Santrock (1995: 272). Konstruktivisme dalam Pendidikan Bahasa Indonesia. Makalah dalam
forum komunikasi integrasi vertikal pendidikan sains di cisarua bogor.

Ginnot (1961; dalam Eka, 2008). Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta:
Depdiknas. 
Ali (2000 : 84). Media Pendidikan. Bandung: PT Citra Aditya Bhakti.

Subari (1994 : 93). Bermain peran. Surabaya: Duta Graha Pustaka.

Ngalimun (2012: 174) langkah-langkah model pembelajaran Role Playing Jogjakarta

Hamalik (2002 : 138). Makalah Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran/roleplaying.


Jakarta: Universitas Terbuka. 

Anda mungkin juga menyukai