Anda di halaman 1dari 296

MA

TERI
PEL
ATI
HANDASAR
KEBIJAKAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA
DI INDONESIA

I. DESKRIPSI SINGKAT
Mata pelatihan ini membahas tentang besaran masalah gizi
pada balita, serta kebijakan operasional pemantauan
pertumbuhan balita.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Hasil Belajar:
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu
memahami permasalahan gizi balita, serta mampu
memahami kebijakan pemantauan pertumbuhan balita di
Indonesia.

B. Indikator Hasil Belajar:


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan besaran masalah gizi pada balita di
Indonesia.
2. Menjelaskan kebijakan operasional pemantauan
pertumbuhan balita.

III. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK


Materi pokok dan sub materi pokok pada mata pelatihan ini
adalah sebagai berikut:
1. Besaran masalah gizi pada balita di Indonesia.
a. Pentingnya 1000 HPK bagi status kesehatan dan gizi
masyarakat Indonesia
b. Besaran dan dampak masalah gizi pada balita
c. Kerangka konsep masalah gizi

KEBIJAKAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI INDONESIA 3


2. Kebijakan operasional pemantauan pertumbuhan balita
a. Tujuan pembangunan SDM dalam RPJMN 2020-2024
b. Sasaran pencapaian gizi di Indonesia dan dunia
merujuk pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(Sustainable Development Goals/SDG)
c. Landasan kebijakan program gizi dan pemantauan
pertumbuhan balita

IV. METODE
1. Ceramah tanya jawab.
2. Curah pendapat.

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Bahan Tayang/Slide/Video.
2. Modul.
3. Laptop.
4. LCD.
5. ATK.
6. Flipchart.
7. Spidol.

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


1. Pembukaan sesi pembelajaran (5 menit), fasilitator
• Menyapa peserta.
• Melakukan bina suasana untuk menaikkan semangat
peserta dan mengajak fokus peserta agar siap mengikuti
pembelajaran.
• Memperkenalkan diri.
• Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan
menggunakan bahan tayangan dan deskripsi singkat
materi yang akan ajarkan

4 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


2. Penyajian (80 menit), fasilitator
 Mengawali sesi paparannya dengan melakukan
apersepsi tentang materi yang akan dibahas, curah
pendapat mengenai pentingnya pemenuhan gizi,
kesehatan dan pendidikan anak untuk masa depan
bangsa.
a. Memutarkan video dari YouTube-World Bank- Investing
in a Child’s Early Years for Growth and Productivity
(https://www.youtube.com/watch?v=dafxTR5qiIY)
b. Curah pendapat mengenai hal-hal yang tergambar
di dalam video. Menanyakan pendapat peserta
mengenai harapan orang tua terhadap anak, gizi
dengan pendidikan/sekolah, gizi dengan aktivitas
fisik, pola asuh, gizi ibu dan pertumbuhan ekonomi
rumah tangga dan ekonomi negara.
c. Memberi kesempatan bertanya pada peserta

 Penyampaian materi pokok besaran masalah gizi pada


balita di Indonesia
a. Pentingnya 1000 HPK bagi status kesehatan dan
gizi masyarakat Indonesia
b. Besaran dan tren masalah gizi pada balita: gizi
kurang, gizi lebih dan gizi mikro.
c. Kerangka konsep penyebab masalah gizi,
perkembangan dan penggunaannya
 Penyampaian materi pokok kebijakan operasional
pemantauan pertumbuhan balita
a. Tujuan pembangunan SDM di Indonesia
sebagaimana tertuang di dalam RPJMN 2020-2024
b. Sasaran pencapaian gizi di Indonesia dan dunia
merujuk pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(Sustainable Development Goals/SDG)
c. Landasan kebijakan program gizi dan pemantauan
pertumbuhan balita.

KEBIJAKAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI INDONESIA 5


3. Penutup sesi pembelajaran (5 menit), fasilitator:
 merangkum pembelajaran dengan mengajak peserta
untuk mengulang hal-hal yang penting sekaligus
melakukan evaluasi. Fasilitator memberikan kesempatan
kepada peserta pelatihan untuk mengajukan pertanyaan.
Apabila tidak ada yang bertanya, fasilitator dapat
mengajukan pertanyaan kepada peserta sebagai
berikut:
1. Bagaimana tren permasalahan gizi di masing-
masing wilayah?
2. Bagaimana tren atau IPM di masing-masing wilayah?
3. Siapa saja yang pernah menggunakan kerangka
konsep UNICEF untuk memahami permasalahan
gizi di wilayahnya?
 menutup sesi dengan permintaan maaf dan ucapan
terima kasih

VII. URAIAN MATERI

1. Pemutaran video dari YouTube- World Bank - Investing in


a Child’s Early Years for Growth and Productivity
(https://www.youtube.com/watch?v=dafxTR5qiIY).
Video tersebut menggambarkan bahwa anak-anak
adalah masa depan pertumbuhan ekonomi suatu
bangsa. Anak-anak yang sehat dan berpendidikan akan
mempunyai kecerdasan yang baik yang dapat
mendukung dalam melakukan pekerjaan dengan baik,
yang selanjutnya berkontribusi terhadap perbaikan
ekonomi keluarga dan bangsa. Akan tetapi, banyak
anak-anak yang berisiko karena mereka kurang gizi,
tidak mendapatkan pendidikan yang baik, mendapatkan
kekerasan atau ketidak pedulian, serta tidak ada
stimulasi dalam pola asuhnya. Jendela harapan
tersebut cepat tertutup, karena lima tahun pertama

6 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


merupakan usia kritis bagi perkembangan anak.
Bantuan yang dapat dilakukan adalah dengan
memberikan layanan kesehatan kepada ibu hamil dan
ibu menyusui, memberikan asuhan gizi dan stimulasi
untuk perkembangan otak, memberikan pendidikan
anak usia dini, serta memberikan ruang bagi anak-anak
untuk berinteraksi dengan sesama dan lingkungannya.

A. Materi pokok 1: Besaran masalah gizi pada balita di Indonesia

1. Pentingnya 1000 HPK bagi status kesehatan dan gizi


masyarakat Indonesia.
Setiap hari manusia memerlukan asupan makanan
untuk menyuplai kebutuhan energi dan zat–zat gizi lain
untuk berbagai tujuan, diantaranya adalah untuk
metabolisme tubuh, pencernaan makanan, pencegahan
penyakit, aktivitas fisik dan tumbuh kembang.
Kebutuhan energi dan zat-zat gizi yang diperlukan oleh
tubuh berubah-ubah sesuai dengan ukuran tubuh, fase
kehidupan, jenis kelamin, tingkat aktivitas fisik dan
status kesehatan.
i. Ukuran tubuh manusia biasanya dinyatakan dalam
berat dan tinggi badan yang berubah sesuai dengan
perkembangan umur.
ii. Fase kehidupan yang memerlukan asupan energi
dan zat gizi dalam jumlah besar dan cepat adalah
masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja,
utamanya masa pubertas, dan bagi wanita, masa
kehamilan dan menyusui. Ketika seseorang
memasuki masa dewasa, maka kebutuhan energi
dan zat-zat gizi relatif konstan dalam jangka waktu
yang lama; sedangkan ketika memasuki masa tua,
maka kebutuhan energi dan zat-zat gizi relatif
menurun dibandingkan pada masa dewasa.

KEBIJAKAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI INDONESIA 7


iii. Kebutuhan energi dan zat gizi pada perempuan lebih
rendah daripada laki-laki karena secara umum
ukuran tubuh perempuan lebih kecil daripada laki-
laki. Hal ini dikecualikan pada wanita hamil dan
menyusui karena mereka harus menyediakan zat-
zat gizi bagi bayi dan anaknya.
iv. Orang-orang yang sehari-hari aktif secara fisik dan
melakukan latihan atau pekerjaan berat, misalnya
para atlit professional dan pekerja lapangan, juga
memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak
daripada orang-orang yang sehari-hari tidak banyak
melakukan aktivitas fisik.
v. Orang yang menderita sakit atau baru sembuh dari
sakit juga memerlukan asupan energi dan zat gizi
yang lebih banyak daripada orang sehat untuk
kebutuhan melawan penyakit, mengganti zat gizi
yang hilang, atau untuk mengembalikan status
kesehatannya seperti semula.

Apabila kebutuhan energi dan zat gizi tersebut tidak


tercukupi, maka tubuh akan menyesuaikannya dengan
berbagai cara, diantaranya adalah mengambil
cadangan di dalam tubuh dan mengurangi aktivitas
metabolism yang apabila keadaan tersebut berlangsung
lama, maka akan nampak perubahan biokimia tubuh,
penurunan fungsi tubuh dan gangguan pertumbuhan
dan perkembangan, serta gangguan kesehatan.

Sebaliknya, apabila tubuh mendapatkan asupan energi


dan zat gizi yang lebih dari seharusnya, maka kelebihan
energy dan zat gizi tersebut akan disimpan sebagai
cadangan di dalam tubuh. Untuk beberapa jenis zat gizi,
kelebihan tersebut dapat diekskresikan ke luar tubuh

8 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


dengan segera. Penyimpanan zat gizi, utamanya
sumber energi dalam bentuk sel-sel lemak, apabila
terjadi terus menerus juga akan menyebabkan
perubahan biokimia, gangguan fungsi tubuh, gangguan
pertumbuhan dan perkembangan, serta gangguan
kesehatan dalam bentuk yang berbeda-beda.
Masa bayi dan kanak-kanak merupakan fase yang
sangat menentukan bagi manusia karena proses
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat
dan masih bersifat ‘plastis’. ‘Plastis’ disini dimaksudkan
apabila terjadi gangguan pertumbuhan dan
perkembangan dan gangguan tersebut diatasi dengan
segera, maka gangguan tersebut tidak akan berdampak
negatif (atau dampaknya dapat diminimalisir) pada
fase-fase kehidupan selanjutnya. Akan tetapi, apabila
gangguan yang ada tidak ada penanganan, maka
dampak negatifnya akan menetap hingga usia dewasa,
bahkan masa tua. Gizi pada masa bayi ditentukan oleh
gizi ibu selama kehamilan karena menentukan
perkembangan janin di dalam kandungan dan besaran
cadangan zat gizi pada bayi yang dilahirkan, yang
diteruskan hingga masa menyusui melalui pemberian
ASI. Periode masa kehamilan, masa bayi dan anak
hingga usia 2 tahun disebut sebagai periode emas 1000
hari pertama kehidupan manusia. Seribu hari berasal
dari masa kehamilan selama 270 hari ditambah dengan
2 tahun dikalikan 365 hari.

Perhatian masalah gizi atau pengukuran status gizi


umumnya ditujukan pada kelompok ibu hamil dan
menyusui, bayi dan kanak-kanak hingga usia 5 tahun
karena masa-masa tersebut merupakan masa rentan
dan perubahan sebagai respon terhadap intervensi
(atau ketiadaan intervensi) dapat terukur dengan cepat.

KEBIJAKAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI INDONESIA 9


2. Besaran dan tren masalah gizi pada balita: gizi kurang,
gizi lebih dan gizi mikro.

Hingga tahun 2000, masalah gizi yang utama di


Indonesia adalah gizi kurang dan gizi buruk, kurang
vitamin A (KVA), gangguan akibat kekurangan iodium
(GAKI) dan anemia gizi besi (AGB).
- Gizi kurang dan gizi buruk disebut juga dengan
istilah PEM (Protein Energy Malnutrition) merupakan
gangguan pertumbuhan sebagai akibat dari
kekurangan asupan energi dan protein atau gizi
makro.
- KVA dapat menyebabkan xerophthalmia dan
kebutaan merupakan akibat paling buruk dari
xerophthalmia. Selain itu, KVA juga berhubungan
dengan rentan sakit, seperti mudah terkena campak
dan penyakit infeksi lainnya.
- GAKI memberikan gangguan dalam spektrum yang
sangat luas, dari gangguan pertumbuhan, mental,
kecerdasan, dan kesehatan secara umum serta
gondok.
- AGB merupakan masalah gizi yang berdampak
terhadap hasil kehamilan (kelahiran premature,
berat bayi lahir rendah) dan kematian ibu. Selain itu,
AGB juga berdampak terhadap kemampuan kognitif
pada anak-anak dan remaja, dan terhadap kinerja
pekerjaan pada orang dewasa. Anemia seringkali
juga digunakan untuk menggambarkan masalah
defisiensi gizi mikro secara umum.

10 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Untuk mengurangi beban masalah gizi tersebut, banyak
program gizi yang telah dilaksanakan di Indonesia,
diantaranya adalah pemberian makanan tambahan
bagi balita dan wanita hamil yang mengalami gizi
kurang, suplementasi kapsul vitamin A dosis tinggi dua
kali setahun bagi anak usia 6-59 bulan, fortifikasi garam
dengan yodium dan pemberian tablet tambah darah
bagi wanita hamil serta fortifikasi tepung terigu dengan
5 jenis zat gizi, salah satunya adalah zat besi.

Seiring dengan tersedianya program-program gizi serta


perkembangan sosial, ekonomi dan teknologi, maka
permasalahan gizi di Indonesia juga mengalami
pergeseran. Mulai tahun 2000, masalah stunting pada
balita menjadi perhatian para ahli gizi sehubungan
dengan hasil-hasil studi yang menunjukkan dampak
negatif jangka panjang sebagai akibat dari stunting.
Selain itu, masalah kegemukan dan obesitas juga
meningkat. Kegemukan dan obesitas merupakan faktor
risiko terjadinya penyakit degeneratif, antara lain
penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah
jantung, diabetes, kanker. KVA dan GAKI telah
berkurang banyak beban permasalahannya. Akan tetapi
permasalahan AGB masih tinggi, terutama pada
kelompok rentan, yaitu ibu hamil dan remaja.

Sejak tahun 2007, Indonesia telah melaksanakan riset


kesehatan dasar yang dikenal sebagai Riskesdas setiap
5 tahun sekali yang sangat bermanfaat untuk
mengetahui besaran dan trend masalah gizi dan
kesehatan di Indonesia.

KEBIJAKAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI INDONESIA 11


Dari hasil Riskesdas tahun 2007, 2013 dan 2018 dapat
digambarkan sebagai berikut:
i. Masalah gizi pada balita:
 Prevalensi pendek dan sangat pendek (stunting)
secara nasional: 36,8% pada tahun 2007, 35,6%
pada tahun 2010, 37,2% pada tahun 2013, dan
30,8% pada tahun 2018.
 Prevalensi gizi buruk (severe wasting) secara
nasional: 6,2% pada tahun 2007, 6% pada tahun
2010, 5,3% pada tahun 2013, dan 3,5% pada
tahun 2018.
 Prevalensi gizi buruk dan gizi kurang (wasting)
secara nasional: 13,6% pada tahun 2007, 13,3%
pada tahun 2010, 12,1% pada tahun 2013, dan
10,2% pada tahun 2018.
 Prevalensi gizi lebih dan obesitas: 12,2% pada
tahun 2007, 14% pada tahun 2010, 11,9% pada
tahun 2013, dan 8% tahun 2018.
 3,5%, gizi kurang 6,7% dan gemuk 8% tahun
2018
 Prevalensi anemia pada tahun 2018 sebesar
38,5%

ii. Masalah gizi pada ibu hamil dan WUS:


 WUS: Tahun 2018: perempuan: kurus 7,6%; BB
lebih 15,1% dan obesitas 29,3%. Obesitas sentral
46,7%
 Bumil: KEK 17,3% (LILA <23,5cm)
 Anemia bumil: 48,9%

12 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


iii. Masalah kesehatan yang berhubungan dengan gizi:
 Hipertensi (≥18 tahun, laki-laki dan perempuan):
tahun 2010 sebesar 7,6%, tahun 2013 sebesar
9,5% dan tahun 2018 sebesar 8,35%.
 Diabetes (semua umur, laki-laki dan
perempuan): tahun 2010 sebesar 1,1%, tahun
2013 sebesar 2,1% dan tahun 2018 sebesar
1,5%.
 Stroke (≥15 tahun, laki-laki dan perempuan):
tahun 2010 sebesar 8,3‰, tahun 2013 sebesar
12,1‰ dan tahun 2018 sebesar 19,9‰.

Menurut Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI)


Tahun 2019, terdapat 16,3% balita berat badan kurang;
27,7% balita pendek (stunted), dan 7,4% balita gizi
kurang.

3. Kerangka konsep masalah gizi.


a. Latar belakang dan penggunaanya
Kerangka konsep masalah gizi mengacu pada kerangka
UNICEF yang disusun pada tahun 1990 dan digunakan
sebagai panduan dalam menyusun kerangka program
kerja bidang gizi. Kerangka konsep tersebut
menggambarkan landasan dalam melakukan penilaian,
analisis dan tindakan untuk meningkatkan status gizi
dan perkembangan anak. Kerangka konsep tersebut
sengaja dibuat tidak detail untuk memberikan ruang
munculnya pola sebab-akibat yang berbeda dalam
konteks yang berbeda.

KEBIJAKAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI INDONESIA 13


Kerangka konsep UNICEF menyebutkan bahwa ada tiga
tingkatan penyebab masalah gizi, yaitu:
- Penyebab langsung: asupan pangan dan status
kesehatan. Kedua penyebab langsung ini saling
mempengaruhi satu sama lain.
- Penyebab tidak langsung: ketahanan pangan rumah
tangga, pola asuh dan pelayanan kesehatan dan
kebersihan lingkungan. Pola asuh berhubungan
langsung dengan masalah gizi, dan mempengaruhi
asupan pangan dan status kesehatan. Ketahanan
pangan rumah tangga berpengaruh langsung
terhadap asupan pangan, sedangkan pelayanan
kesehatan dan kebersihan lingkungan berpengaruh
langsung terhadap status kesehatan.
- Penyebab mendasar: Terdapat dua tingkatan; paling
mendasar adalah sumberdaya potensial: lingkungan,
teknologi dan penduduk yang mempengaruhi
jumlah dan kualitas sumberdaya sebenarnya dan
pengelolaannya: manusia, ekonomi, dan kelembagaan.
Dua tingkat penyebab mendasar ini mempengaruhi
ketahanan pangan rumah tangga, pola asuh dan
pelayanan kesehatan dan kebersihan lingkungan.

Masing-masing wilayah atau negara dapat


menganalisis masalah gizi dan penyebabnya secara
mendalam dengan menggunakan kerangka konsep
tersebut. Terjemahan mengenai indikator dari tiap-tiap
variabel (yang berupa penyebab langsung, tidak
langsung dan mendasar) disesuaikan dengan keadaan
setempat. Berikut adalah contoh mengenai penentuan
indikator dari tiap-tiap variabel.

14 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Wilayah A Wilayah B
Permasalahan Pendek dan sangat Pendek dan sangat
gizi pendek: 31% pendek: 33%
Asupan pangan Bayi dan anak-anak Bayi dan anak-anak
diberi bubur kosong diberi bubur lengkap
Status kesehatan Kejadian demam Kejadian diare
Pola asuh ASI eksklusif MPASI dikenalkan
hingga 7-8 bulan sejak usia 4-6
dan dilanjutkan bulan. Banyak ibu
hingga 2-3 tahun. bekerja dan bayi
Sebagian besar dan anak diasuh
ibu adalah ibu oleh pengasuh
rumah tangga selain ibu.
yang mempunyai
lahan pertanian
dan pekarangan
rumah
Ketahanan Pasar buka satu Masyarakat banyak
pangan rumah minggu sekali membeli makanan
tangga dari warung
Pelayanan Pelayanan Banyak penduduk
kesehatan dan kesehatan jauh tidak
kebersihan tetapi masyarakat memanfaatkan
lingkungan mendatangi untuk pelayanan
pemeriksaan rutin, kesehatan yang
sumber air bersih ada, sumber air
terbatas terbatas
Sumberdaya dan Tingkat pendidikan Nikah muda,
pengelolaannya mayoritas SD, banyak anak,
sangat bergantung terkoneksi
adat istiadat internet.
Sumberdaya Lahan pertanian Tanah subur tetapi
potensial tandus, daerah tidak terawat,
pertambangan pengawasan
batu/marmer, terbatas
pengawasan
terbatas

KEBIJAKAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI INDONESIA 15


Dengan mengetahui penyebab langsung dan tidak
langsung serta hubungan antar penyebab tersebut,
maka dapat ditentukan tindakan yang tepat. Penilaian
dan analisis gizi dapat dilakukan secara berulang
setelah beberapa waktu untuk melihat perubahan yang
terjadi dan menentukan tindakan yang sesuai dengan
keadaan yang baru.

b. Perkembangan kerangka konsep UNICEF.

Kerangka konsep tersebut telah digunakan oleh banyak


organisasi secara mendunia untuk memahami penyebab
permasalahan gizi serta dampaknya. Dalam perjalanannya,
kerangka konsep UNICEF telah mengalami evolusi yang
disesuaikan dengan perkembangan pengetahuan serta
pergeseran permasalahan gizi.
Perkembangan utama adalah pada tahun 2008
terdapat serial publikasi dari Lancet mengenai gizi ibu
dan anak. Para peneliti mengembangkan kerangka
konsep tersebut untuk menjelaskan permasalahan,
melakukan analisis serta menyarankan program-
program intervensi untuk perbaikan gizi ibu dan anak.
Perubahan yang menonjol dari kerangka konsep
UNICEF tahun 2008 adalah tercantumnya dampak
jangka pendek dan dampak jangka panjang dari
masalah gizi kurang pada ibu dan anak. Dampak jangka
pendek berupa kesakitan, kematian, kecacatan;
sedangkan dampak jangka panjang berupa ukuran
tubuh pada usia dewasa, kecerdasan, produktivitas
kerja, kesehatan reproduksi, serta penyakit metabolik
dan pembuluh jantung. Perubahan lain adalah faktor
kemiskinan pendapatan (pekerjaan, wirausaha, tempat
tinggal, asset, kiriman uang, pensiun, transfer dll)
sebagai tambahan faktor penyebab tidak langsung.

16 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Serial kedua publikasi dari Lancet mengenai gizi ibu dan
anak terbit lima tahun kemudian, tepatnya pada tahun
2013. Pada publikasi ini, kerangka konsep UNICEF
mengalami perkembangan lagi yang lebih kompleks.
Kerangka konsep UNICEF pada tahun 2013
menggambarkan hubungan sebab-akibat dan
intervensi yang dapat dilakukan untuk masing-masing
tingkat penyebab terhadap status gizi dan
perkembangan janin dan anak yang optimal. Terdapat 5
dampak dari status gizi dan perkembangan janin dan
anak yang optimal yaitu kesehatan dan kematian anak;
perkembangan kognitif, motorik dan sosioekonomi;
kinerja sekolah dan kapasitas belajar; tinggi badan
dewasa, serta obesitas dan penyakit degeneratif; dan
kapasitas bekerja dan produktivitas. Sebagaimana
halnya dalam kerangka konsep sebelumnya, ada 3
tingkatan penyebab status gizi dan perkembangan janin
dan anak yang optimal; yaitu:
- Penyebab langsung yang berupa: praktik ASI dan
pola makan; pola asuh dan stimulasi; dan beban
penyakit. Intervensi untuk mengatasi penyebab
langsung ini adalah intervensi gizi spesifik.

- Penyebab tidak langsung yang berupa; ketahanan


pangan, sumberdaya untuk pangan dan pola asuh;
akses dan penggunaan fasilitas kesehatan serta
lingkungan yang higienis dan aman. Intervensi
untuk mengatasi penyebab tidak langsung ini
adalah intervensi gizi sensitif.

- Penyebab mendasar yang berupa: pengetahuan dan


bukti, politik dan pemerintahan, sumberdaya
kepemimpinan, kapasitas dan keuangan, serta
konteks sosial, ekonomi, politik dan lingkungan

KEBIJAKAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI INDONESIA 17


dalam tingkat nasional dan global. Intervensi untuk
mengatasi penyebab mendasar ini adalah
membangun lingkungan yang mendukung.

Gambar 1. Kerangka konsep masalah gizi UNICEF tahun 2013

B. Materi pokok 2: Kebijakan Operasional Pemantauan


Pertumbuhan Balita
1. Tujuan pembangunan SDM di Indonesia sebagaimana
tertuang di dalam RPJMN 2020-2024.
Tema RPJMN tahun 2020-2024 adalah “Indonesia
Berpenghasilan Menengah - Tinggi yang Sejahtera, Adil,
dan Berkesinambungan” dengan 7 agenda pembangunan;
salah satunya adalah “Meningkatkan Sumber Daya
Manusia yang Berkualitas dan Berdaya Saing”. Indeks
Pembangunan Manusia merupakan salah satu
indikator penting pembangunan. RPJMN 2020-2024
menyebutkan sasaran IPM pada tahun 2024 adalah
75,54 (sasaran IPM pada RPJMN 2015-2018 adalah
71,39).

18 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Bank Dunia pada tahun 2019 menyebutkan bahwa
setiap investasi dalam program gizi sebesar US$ 1 akan
menghasilkan nilai ekonomi sebesar US$ 4 hingga US$
35. Arah dan strategi agenda pembangunan dalam
bidang gizi adalah percepatan perbaikan gizi
masyarakat untuk pencegahan dan penanggulangan
permasalahan gizi ganda, yang mencakup:
- percepatan penurunan stunting dengan peningkatan
efektivitas intervensi spesifik perluasan dan
penajaman intervensi sensitif secara terintegrasi;
- peningkatan intervensi yang bersifat life saving
dengan didukung data yang kuat (evidence based policy)
termasuk fortifikasi dan pemberian multiple micronutrient;
- penguatan advokasi, komunikasi sosial dan
perubahan perilaku hidup sehat terutama
mendorong pemenuhan gizi seimbang berbasis
konsumsi pangan (food based approach);
- penguatan sistem surveilans gizi;
- peningkatan komitmen dan pendampingan bagi
daerah dalam intervensi perbaikan gizi dengan
strategi sesuai kondisi setempat; dan
- respon cepat perbaikan gizi dalam kondisi darurat

Pencapaian RPJMN 2014-2019 adalah prevalensi


stunting (pendek dan sangat pendek) pada balita dari
37.2% pada tahun 2013 (Riskesdas 2013) menjadi
30,8% pada tahun 2018 (Riskesda 2018). Untuk RPJMN
2020-2025, target pembangunan yang berupa status
gizi adalah:
- Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek)
pada balita dari 30,8% pada tahun 2018 (Riskesdas
2018) menjadi sebesar 19%. Akan tetapi, Presiden
Joko Widodo menetapkan target prevalensi stunting
sebesar 14% pada tahun 2024.

KEBIJAKAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI INDONESIA 19


- Prevalensi wasting (kurus dan sangat kurus) pada
balita dari 10,2% pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018)
menjadi 7%.
- Prevalensi obesitas pada penduduk umur ≥18 tahun
dari 21,8% pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018)
menjadi 21,8% (tidak ada kenaikan).

2. Sasaran pencapaian gizi di Indonesia dan dunia merujuk


pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
Development Goals/SDG).
Indonesia merupakan salah satu negara yang turut
berkomitmen dalam pencapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG).
SDG merupakan kesepakatan pembangunan global
yang disetujui oleh 193 negara pada tahun 2015. SDG
terdiri dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Tujuan nomor 2 sangat erat hubungannya dengan gizi,
yaitu “Mengakhiri Kelaparan: Mengakhiri kelaparan,
mencapai ketahanan pangan dan gizi yang lebih baik
dan mendukung pertanian berkelanjutan”. Ada 5 target
dari Tujuan nomor 2, dengan 2 target pertama
berhubungan dengan gizi, yaitu:
- Pada tahun 2030, mengakhiri kelaparan dan
memastikan adanya akses bagi seluruh rakyat,
khususnya mereka yang miskin dan berada dalam
situasi rentan, termasuk bayi, terhadap pangan yang
aman, bernutrisi dan berkecukupan sepanjang tahun.
- Pada tahun 2030, mengakhiri segala macam bentuk
malnutrisi, termasuk pada tahun 2025 mencapai
target-target yang sudah disepakati secara
internasional tentang gizi buruk dan penelantaran
pada anak balita, dan mengatasi kebutuhan nutrisi
untuk para remaja putri, ibu hamil dan menyusui dan
manula.

20 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Penetapan sasaran program perbaikan gizi pada balita
di Indonesia yang tertuang dalam RPJMN 2020-2024
telah sejalan dengan SDG. Pada saat ini gambaran
masalah gizi balita di Indonesia harus mengejar
ketertinggalan dibanding negara-negara lain di ASEAN.
Mengingat jumlah penduduk balita di Indonesia yang
besar, maka penurunan masalah gizi di Indonesia akan
berdampak besar bagi penurunan masalah gizi secara global.

3. Landasan kebijakan program gizi dan pemantauan


pertumbuhan balita.
Status gizi pada balita merupakan salah satu indikator
penting pembangunan suatu bangsa. Pemerintah
Indonesia memberikan perhatian penuh dalam
perbaikan gizi masyarakat. Pemantauan pertumbuhan
balita merupakan salah satu program dasar dalam
pencegahan masalah gizi. Landasan kebijakan program
perbaikan gizi dan kegiatan pemantauan pertumbuhan
balita diantaranya adalah:
- Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang
Upaya Percepatan Perbaikan Gizi. Perpres ini
menetapkan bahwa Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi diprioritaskan untuk perbaikan gizi
pada seribu hari pertama kehidupan sebagaimana
tercantum dalam Pasal 4.
- Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang
Standar Pelayanan Minimal. PP ini menetapkan
bahwa salah satu SPM Kesehatan adalah pelayanan
kesehatan balita (Pasal 6 ayat 3 bagian d).
- Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019
tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan. Permenkes ini menetapkan
bahwa salah satu jenis pelayanan dasar pada SPM

KEBIJAKAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI INDONESIA 21


Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota adalah
pelayanan kesehatan balita (Pasal 2 ayat 3 bagian
d). Selanjutnya, dalam keterangannya, ditetapkan
bahwa dalam konteks pemantauan pertumbuhan,
pelayanan kesehatan balita meliputi penimbangan
minimal 8 kali setahun (minimal 4 kali dalam kurun
waktu 6 bulan) dan pengukuran panjang/tinggi
badan minimal 2 kali/tahun.
- Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 tahun 2020
tentang Standar Antropometri Anak. Permenkes ini
menetapkan bahwa Standar Antropometri Anak
wajib digunakan dalam penilaian status gizi anak
dan tren pertumbuhan anak (Pasal 3). Penetapan
status gizi anak dicantumkan dalam Pasal 4,
sedangkan penetapan tren pertumbuhan anak
ditetapkan dalam Pasal 6. Pasal 5 dan Pasal 7
memuat tindak lanjut dari penetapan status gizi
anak dan tren pertumbuhan anak, sedangkan Pasal
8 memuat pentingnya penggunaan alat dan teknik
pengukuran yang sesuai standar.

Menurut hasil Riskesdas Tahun 2018, balita yang


ditimbang secara rutin minimal 8 kali dalam setahun
hanya 54,6% dan balita yang mendapatkan pengukuran
panjang/tinggi badan minimal 2 kali dalam setahun
sebesar 77,8%. Menurut Survei Status Gizi Balita
Indonesia (SSGBI) Tahun 2019, terdapat 16,3% balita
berat badan kurang (underweight); 27,7% balita pendek
(stunting), dan 7,4% balita kurus (wasting). Data-data
tersebut menunjukkan bahwa (i) masyarakat kurang
memahami pentingnya pemantauan pertumbuhan
balita, (ii) partisipasi masyarakat dalam pemantauan
pertumbuhan perlu ditingkatkan dan (iii) deteksi dini
gangguan pertumbuhan belum berjalan secara optimal.

22 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


VIII. RANGKUMAN
Uraian materi modul dasar mengenai Kebijakan Pemantauan
Pertumbuhan Balita di Indonesia berisi materi pokok tentang
Besaran Masalah Gizi pada Balita di Indonesia dan Kebijakan
Operasional Pemantauan Pertumbuhan Balita. Materi diawali
dengan pemutaran video yang menggambarkan hubungan
antara gizi anak dengan kemajuan ekonomi keluarga dan
bangsa. Besaran Masalah Gizi pada Balita di Indonesia
menjelaskan tentang pentingnya 1000 HPK bagi status
kesehatan dan gizi masyarakat, tren permasalahan gizi balita
di Indonesia serta kerangka konsep masalah gizi yang memuat
latar belakang, penggunaan dan perkembangan kerangka
konsep UNICEF. Selanjutnya Kebijakan Operasional
Pemantauan Pertumbuhan menjelaskan tujuan pembangunan
SDM Indonesia serta perbaikan gizi balita sebagaimana
tercantum dalam RPJMN 2020-2024, tujuan pembangunan
berkelanjutan serta landasan kebijakan program gizi dan
pemantauan pertumbuhan balita..

IX. REFERENSI
1. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Upaya
Percepatan Perbaikan Gizi.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang
Standar Pelayanan Minimal.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 tahun 2020 tentang
Standar Antropometri Anak.
5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas 2013). Jakarta, 2013.

KEBIJAKAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI INDONESIA 23


6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI. Laporan Nasional Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2010. Jakarta, 2010.
7. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI. Laporan Nasional Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007). Jakarta, 2008.
8. Black RE, Allen LH, Bhutta ZA, Caulfield LE, deOnis M et al.
Maternal and child undernutrition: global and regional
exposures and health consequences. Lancet 2008; 371: 243-
260.
9. Black RE, Victora CG, Walker SP, Bhutta ZA, Christian P,
deOnis M et al. Maternal and child undernutrition and
overweight in low-income and middle-income countries.
Lancet 2013; 382: 427-451.
10. Kementerian PPN/Bappenas. Rancangan Teknokratik.
Rencana Pembangungan Jangka Menengah Nasional
2020-2024. Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi
yang Sejahtera, Adil dan Berkesinambungan. Jakarta, 2020.
11. UNICEF. The state of the world’s children 1998. Oxford
University Press for UNICEF. Oxford and New York. 1998.
12. Shekar M, Kakietek J, Eberwein JD, Walters D. An Investment
Framework for Nutrition. Reaching the Global Targets for
Stunting, Anemia, Breastfeeding, and Wasting. Directions in
Development. Washington, DC: World Bank. doi:10.1596/978-
1-4648-1010-7. License: Creative Commons Attribution CC
BY 3.0 IGO.

24 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


MA
TERI
PEL
ATI
HANI
NTI
1
KONSEP PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA

I. DESKRIPSI SINGKAT
Mata pelatihan ini membahas tentang konsep pemantauan
pertumbuhan balita mulai dari pengertian, alur pelaksanaan
serta penyediaan tenaga, sarana dan prasarana yang
diperlukan dalam kegiatan pemantauan pertumbuhan balita.

II. HASIL BELAJAR DAN INDIKATOR HASIL BELAJAR


A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu
menerapkan Konsep Pemantauan Pertumbuhan Balita
sesuai pedoman.

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan pengertian pemantauan pertumbuhan
balita.
2. Menerapkan alur pelaksanaan pemantauan
pertumbuhan balita di posyandu dan di Fasyankes.
3. Menerapkan penyediaan tenaga, sarana dan prasarana
yang diperlukan dalam kegiatan pemantauan
pertumbuhan balita.

III. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK


Materi pokok dan sub materi pokok pada mata pelatihan ini
adalah sebagai berikut:
1. Pengertian pemantauan pertumbuhan balita.
2. Alur pelaksanaan pemantauan pertumbuhan balita.
3. Penyediaan tenaga, sarana dan prasarana untuk
kegiatan pemantauan pertumbuhan balita.

KONSEP PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA 27


IV. METODE
1. Ceramah tanya jawab.
2. Curah pendapat.
3. Studi kasus.

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Bahan Tayang/Slide.
2. Modul.
3. Panduan studi kasus.
4. Laptop.
5. LCD.
6. ATK.
7. Flipchart.
8. Spidol.
9. Panduan studi kasus

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


A. Pembukaan sesi pembelajaran (5 menit), fasilitator
 Menyapa peserta.
 Melakukan bina suasana untuk menaikkan semangat
peserta dan mengajak fokus peserta agar siap
mengikuti pembelajaran.
 Memperkenalkan diri.
 Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan
menggunakan bahan tayangan dan deskripsi singkat
materi yang akan ajarkan
B. Penyajian (35 menit), fasilitator:
 Mengawali sesi paparannya dengan melakukan
apersepsi tentang materi yang akan dibahas

28 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


 Penyampaian materi pokok Pengertian pemantauan
pertumbuhan balita.
a. Definisi pemantauan pertumbuhan balita
b. Tujuan pemantauan pertumbuhan balita
c. Fungsi pemantauan pertumbuhan balita
d. Manfaat pemantauan pertumbuhan balita
 Penyampaian materi pokok alur pelaksanaan
pemantauan pertumbuhan balita.
a. Alur pelaksanaan pemantauan pertumbuhan balita
 Penyampaian materi pokok tenaga dan sarana dan
prasarana untuk kegiatan pemantauan pertumbuhan balita
a. Tenaga pelaksana untuk kegiatan pemantauan
pertumbuhan
b. Sarana dan prasarana untuk kegiatan pemantauan
pertumbuhan
 Memberi kesempatan bertanya pada peserta
 Melaksanakan evaluasi pembelajaran dengan
memberikan pertanyaan dan pelaksanaan penugasan
menggunakan metode Studi kasus Pemantauan
Pertumbuhan Balita (90 menit)
Evaluasi pembelajaran untuk materi ini dilakukan
dengan:
a. Memberikan pertanyaan terkait pengetahuan
tentang konsep Pemantauan pertumbuhan Balita
1) Apa yang disebut sebagai pemantauan
pertumbuhan balita?
2) Apa manfaat dari pemantauan pertumbuhan
balita?
3) Bagaimana alur pemantauan pertumbuhan
balita ditempat di wilayah Anda?
4) Bagaimana upaya Anda dalam memantau
kelengkapan dan fungsionalitas sarana dan
prasarana pemantauan pertumbuhan balita di
wilayah Anda?

KONSEP PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA 29


b. Memberikan penugasan berupa studi kasus
pemantauan pertumbuhan balita yang dikerjakan
secara berkelompok dilanjutkan dengan
mempresentasikan hasil latihan.
c. Penjelasan mengenai penugasan kelompok,
1) Fasilitator menyampaikan kepada peserta
pelatihan mengenai tujuan penugasan dan
bagaimana cara melaksanakan penugasan.
2) Fasilitator membagi peserta pelatihan ke dalam
3 kelompok. Peserta diberi kesempatan
bertanya untuk hal-hal yang kurang jelas.
3) Pelaksanaan penugasan kelompok
Peserta diberi waktu untuk melaksanakan
penugasan secara kelompok. Fasilitator dapat
memberikan arahan kepada masing-masing
kelompok.
4) Penyampaian hasil penugasan kelompok
Kelompok menunjuk satu orang sebagai wakil
kelompok untuk menyampaikan hasil
penugasan kelompok. Setelah seluruh
kelompok menyampaikan hasil penugasannya,
Fasilitator meminta peserta pelatihan untuk
mengajukan pertanyaan. Fasilitator dapat
memberikan penjelasan lebih lanjut apabila
diperlukan.
5) Kesimpulan hasil penugasan kelompok
Fasilitator menyampaikan kesimpulan atas
hasil penugasan kelompok
C. Penutup sesi pembelajaran (10 menit), fasilitator:
 Merangkum pembelajaran dengan mengajak peserta
untuk mengulang hal-hal yang penting sekaligus.
 Menutup sesi dengan permintaan maaf dan ucapan
terima kasih.

30 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


VII. URAIAN MATERI
A. Pengertian pemantauan pertumbuhan balita.
WHO mendefinisikan pemantauan pertumbuhan sebagai
proses mengamati tingkat pertumbuhan anak melalui
pengukuran antropometri berkala yang dibandingkan
dengan standar untuk mengukur kecukupan pertumbuhan
dan mengidentifikasi gangguan pertumbuhan secara dini.
Pemantauan pertumbuhan balita terdiri dari beberapa
rangkaian kegiatan yang dilakukan secara teratur dan
berurutan, yakni:
1. Penilaian pertumbuhan balita secara teratur yang terdiri
dari penimbangan, pengisian buku Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) dan plotting titik pertumbuhan pada grafik
Kartu Menuju Sehat (KMS) yang dilaksanakan setiap
bulan;
2. Pencatatan dan pelaporan hasil pemantauan
pertumbuhan secara manual dan elektronik ke dalam
sistem Sigizi Terpadu;
3. Pemberian penyuluhan pada semua ibu/pengasuh dan
tindak lanjut setiap kasus gangguan pertumbuhan; dan
4. Melakukan tindak lanjut dalam bentuk kebijakan dan
program di tingkat masyarakat, serta meningkatkan
motivasi untuk memberdayakan keluarga.

Tujuan dari pemantauan pertumbuhan balita di antaranya


adalah:
1. Untuk mengindentifikasi gangguan pertumbuhan sedini
mungkin, sehingga dapat dilakukan tindakan lanjutan
untuk mengembalikan pertumbuhan ke normal, agar
balita terhindar dari masalah gizi.
2. Sebagai tindakan pencegahan dan promotif.
3. Sebagai sarana pemantauan pelaksanaan program gizi
lainnya.

KONSEP PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA 31


Fungsi pemantauan pertumbuhan balita diantaranya adalah:
1. Sebagai bagian dari proses penapisan. Kegiatan
pemantauan pertumbuhan balita dapat menyediakan
informasi kepada ibu/pengasuh mengenai status
pertumbuhan balita dan mendorong ibu/pengasuh
untuk melakukan upaya-upaya agar pertumbuhan
balitanya normal.
2. Sebagai kegiatan edukasi dan promosi. Kegiatan
pemantauan pertumbuhan balita membuka
kesempatan bagi ibu/pengasuh untuk mendapatkan
edukasi dan konseling mengenai pola asuh anak,
pemberian makan bayi dan anak, dan topik-topik lainnya.
3. Sebagai sarana untuk membangun program gizi dan
kesehatan masyarakat secara komprehensif.
Pemantauan pertumbuhan balita dapat menjadi pintu
masuk bagi keterlibatan masyarakat dalam
pertumbuhan balita.
4. Sebagai titik tolak dalam pelaksanaan program gizi dan
kesehatan lainnya. Selain itu, pemantauan
pertumbuhan balita dapat juga menjadi titik tolak untuk
meningkatkan cakupan program gizi dan kesehatan
lainnya, misalnya pemberian kapsul vitamin A,
imunisasi, dllnya.

Manfaat pemantauan pertumbuhan diantaranya adalah:


1. Ibu/pengasuh dapat mengetahui pertumbuhan
anaknya dengan teratur.
2. Ibu/pengasuh dapat meningkatkan kemampuan dan
ketrampilan dalam memberikan asuhan kepada anaknya.
3. Ibu/pengasuh dapat memperoleh layanan kesehatan
lainnya, misalnya suplementasi kapsul vitamin A,
pemberian makanan tambahan, dll.
4. Masyarakat dan tenaga kesehatan dapat turut
memantau pertumbuhan anak di wilayahnya.

32 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


5. Tenaga kesehatan, kepala desa/kelurahan serta para
tokoh masyarakat dapat merencanakan dan
melaksanakan program lainnya yang dapat
berkontribusi terhadap perbaikan pertumbuhan balita.

Perlu dipahami bahwa hal-hal berikut bukan merupakan


kegiatan pemantauan pertumbuhan balita:
1. Pengukuran berat badan secara periodik (misalnya
setiap 4 atau 6 bulan). Hal ini karena pengukuran dalam
periode 4 atau 6 bulan tidak dapat mendeteksi
gangguan pertumbuhan secara dini, sehingga
pencegahan terlambat dilakukan.
2. Pengukuran antropometri yang dilakukan untuk
menentukan tingkat keparahan masalah gizi sebagai
dasar kelayakan seorang anak menerima intervensi gizi.
3. Ketika informasi atau hasil dari pemantauan
pertumbuhan tidak dimanfaatkan untuk edukasi dan
promosi.

B. Alur pelaksanaan pemantauan pertumbuhan balita


Alur pelaksanaan pemantauan pertumbuhan disajikan
dalam buku Pedoman Pemantauan Pertumbuhan Balita
Bab II, yang secara ringkas diuraikan sebagai berikut:
1. Kegiatan pemantauan pertumbuhan balita terjadi di dua
tempat, yaitu di posyandu dan di fasyankes yang
merupakan satu kesatuan.
2. Sebelum hari buka posyandu, kader posyandu
menyampaikan jadwal dan tempat kegiatan posyandu
kepada kelompok sasaran.
3. Pada hari buka posyandu, kader posyandu melakukan
pendaftaran, penimbangan dan pengukuran, pencatatan,
plotting hasil penimbangan ke dalam KMS, penilaian
status pertumbuhan dan penyuluhan dan konseling.

KONSEP PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA 33


4. Kader juga melakukan rekapitulasi pencatatan kegiatan
hari posyandu dan melaporkan balita dengan risiko
gangguan pertumbuhan kepada tenaga kesehatan di
wilayah desa, yang dapat merujuk balita tersebut untuk
mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut di fasyankes.
5. Tenaga kesehatan di fasyankes menindak lanjuti
rujukan dari desa/posyandu balita yang mempunyai
risiko gangguan pertumbuhan dengan cara memeriksa
catatan di KMS, mengukur kembali balita, melakukan
pemeriksaan klinis sesuai dengan alur MTBS
(manajemen terpadu balita sakit) dan melakukan
penilaian status pertumbuhan balita.
a. Bagi balita yang sakit, tenaga kesehatan melakukan
pelayanan kesehatan yang sesuai atau merujuk ke
fasyankes yang lebih tinggi.
b. Bagi balita mengalami gangguan pertumbuhan,
tenaga kesehatan melakukan tindakan asuhan gizi
(termasuk konseling) atau merujuk ke fasyankes
yang lebih tinggi.
c. Bagi balita yang sakit dan mengalami gangguan
pertumbuhan, tenaga kesehatan melakukan
tindakan asuhan gizi (termasuk konseling) dan
pelayanan kesehatan yang sesuai, atau merujuk ke
fasyankes yang lebih tinggi
6. Setelah tindakan pelayanan kesehatan bagi balita yang
sakit dilakukan, balita dapat diberi penyuluhan dan dan
disarankan untuk menghadiri pemantauan
pertumbuhan berikutnya di posyandu.
7. Setelah tindakan asuhan gizi dan pemantauan, balita
yang masih mengalami pertumbuhan tidak normal
dirujuk ke fasyankes yang lebih tinggi, sedangkan balita
yang telah kembali ke pertumbuhan normalnya diberi
penyuluhan dan disarankan untuk menghadiri
pemantauan pertumbuhan berikutnya di posyandu.

34 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Tindakan asuhan gizi berikut pemantauannya dapat
berlangsung di fasyankes atau di masyarakat/di rumah
masing-masing balita. Apabila di fasyankes,
pemantauan dilakukan oleh tenaga kesehatan,
sedangkan apabila di masyarakat/di rumah masing-
masing balita, pemantauan dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan dan kader posyandu.
8. Pencatatan dan pelaporan kegiatan serta monitoring
dan evaluasi dilakukan pada tingkat posyandu dan
fasyankes secara teratur.

Perlu dicatat bahwa sebaiknya kegiatan pemantauan


pertumbuhan balita di posyandu dilaksanakan dalam
jangka waktu yang tetap setiap bulannya (misalnya
setiap hari Rabu minggu ke-3, setiap tanggal 5 setiap
bulannya, atau kesepakatan lainnya). Jeda antar
kegiatan adalah 1 bulan untuk memudahkan
pencatatan di KMS dan status pertumbuhan balita
dapat dipantau dengan lebih baik. Apabila jangka waktu
tidak tetap, status pertumbuhan balita akan sulit untuk
ditentukan.

C. Tenaga serta sarana dan prasarana untuk kegiatan


pemantauan pertumbuhan balita
1. Tenaga pelaksana untuk kegiatan pemantauan
pertumbuhan balita.
Tenaga pelaksana kegiatan pemantauan pertumbuhan
balita dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1) Tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan merupakan setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk

KONSEP PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA 35


jenis tertentu dan memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan
yang melaksanakan pemantauan pertumbuhan
balita merupakan tenaga kesehatan dengan
penempatan di fasyankes, misalnya Puskesmas,
Poskesdes, Polindes, Pustu, dan lain-lain. Profesi
tenaga kesehatan dapat bermacam-macam, di
antaranya dokter, dokter gigi, ahli/tenaga gizi,
nutritionis, dietisien, ners, perawat, bidan,
sanitarian, dan lain-lain. Tugas tenaga kesehatan
dalam lingkup pemantauan pertumbuhan balita di
antaranya adalah:
- Melakukan koordinasi dengan pimpinan dan
tokoh masyarakat setempat mengenai jadwal,
lokasi, dan tempat pelaksanaan pemantauan
pertumbuhan balita di posyandu.
- Melakukan sosialisasi kepada tokoh masyarakat
dan sasaran untuk berpartisipasi dalam
pemantauan pertumbuhan balita.
- Memberikan pendampingan kepada kader
posyandu.
- Memberikan pelatihan kepada kader posyandu
mengenai tata cara pelaksanakan pemantauan
pertumbuhan balita, misalnya melakukan
pengukuran, plotting dan interpretasi hasil
pengukuran, pencatatan, dan pelaporan.
- Memberikan penyuluhan kepada ibu/pengasuh
balita.
- Memberikan asuhan gizi bagi balita yang
mempunyai masalah gizi atau layanan
kesehatan bagi balita yang sakit sesuai dengan
kewenangannya.

36 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


- Melakukan rekapitulasi pencatatan dan
pelaporan dari hasil pemantauan pertumbuhan
balita di posyandu dan di fasyankes.
- Melakukan entry data hasil pemantauan
pertumbuhan balita ke dalam aplikasi Sigizi
Terpadu.
- Melakukan monitoring dan evaluasi hasil
pemantauan pertumbuhan balita.

2) Kader posyandu
Kader posyandu adalah anggota masyarakat yang
dipilih dari dan oleh masyarakat, yang mau dan
mampu bekerja bersama dalam berbagai kegiatan
kemasyarakatan secara sukarela. Peran kader
posyandu dalam kegiatan pemantauan
pertumbuhan balita di Posyandu di antaranya
adalah:
- Bersama dengan tenaga kesehatan, melakukan
pendekatan kepada aparat desa dan tokoh
masyarakat mengenai kegiatan pemantauan
pertumbuhan balita.
- Mengirimkan undangan kepada sasaran
mengenai pelaksanaan kegiatan pemantauan
pertumbuhan balita.
- Melakukan pendaftaran, penimbangan, mem-
plotting hasil penimbangan, dan
menginterpretasikan hasil penimbangan ke
dalam KMS untuk menentukan status
pertumbuhan balita.
- Melakukan pengukuran panjang dan tinggi
badan balita pada jadwal yang ditentukan.
- Memberikan penyuluhan dan konseling.
- Melaporkan hasil pemantauan pertumbuhan
balita kepada tenaga kesehatan.

KONSEP PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA 37


- Melakukan pencatatan dan pelaporan dengan
mengisi formulir rekapitulasi data identitas
anak, formulir rekapitulasi data pengukuran
anak, dan buku bantu pencatatan.
- Membantu tenaga kesehatan melakukan entry
data hasil penimbangan ke dalam Sigizi Terpadu
sesuai dengan arahan tenaga kesehatan.
- Melakukan kunjungan rumah terhadap balita
dengan kasus gangguan pertumbuhan, apabila
diperlukan.

Perlu dicatat bahwa posyandu merupakan bagian dari


Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
(UKBM). Oleh karena itu, tenaga kesehatan dan/atau
kader posyandu dapat meminta bantuan tenaga/tokoh
masyarakat/tokoh agama/institusi lainnya untuk
mendapatkan dukungan dalam kegiatan pemantauan
pertumbuhan balita.

2. Sarana dan prasarana untuk kegiatan pemantauan


pertumbuhan balita
Sarana dan prasarana untuk kegiatan pemantauan
pertumbuhan balita di antaranya adalah:
1) Peralatan antropometri yang berupa:
- Timbangan badan yang dapat berupa
timbangan dacin, timbangan bayi dan
timbangan anak/orang dewasa.
- Alat ukur panjang badan, alat ukur tinggi
badan, atau alat ukur yang dapat digunakan
untuk panjang dan tinggi badan.

38 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai
peralatan antropometri, di antaranya adalah:
- Setiap alat harus diperiksa kelengkapan dan
daya fungsinya (misalnya memastikan baterai
berfungsi dengan baik).
- Setiap alat harus diperiksa dengan cara
dikalibrasi sebelum digunakan. Alat yang tidak
berfungsi atau rusak tidak dapat digunakan.
- Alat harus disimpan dengan baik di tempat
kering dan tidak ditimpa dengan barang lain
ketika tidak digunakan.
- Alat sebaiknya ditera secara teratur.

2) Buku KIA merupakan lembar informasi dan


catatan pelayanan kesehatan serta catatan
khusus bilamana ada kelainan pada ibu selama
hamil, bersalin sampai nifas serta pada anak
(janin, bayi baru lahir, bayi dan anak sampai usia
6 tahun). Di dalam buku KIA terdapat KMS yang
digunakan untuk mencatat hasil penimbangan
pada saat pemantauan pertumbuhan di
posyandu. KMS dapat juga dicetak terpisah dari
buku KIA. KMS untuk anak laki-laki berwarna biru,
sedangkan KMS untuk anak perempuan
berwarna merah muda.

3) Alat tulis, buku, dan formulir pencatatan dengan


format yang disepakati oleh fasyankes yang
dapat berupa:
- Formulir rekapitulasi data identitas balita.
Formulir ini digunakan untuk mencatat
identitas seluruh sasaran balita. Setiap
sasaran balita dicatatkan dalam formulir ini
satu kali saja.

KONSEP PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA 39


- Formulir rekapitulasi data pengukuran balita.
Formulir ini digunakan untuk mencatat hasil
pengukuran dan keterangan lain yang
diperoleh pada saat kegiatan pemantauan
pertumbuhan balita. Formulir rekapitulasi data
pengukuran balita dikirimkan ke Fasyankes
untuk dapat di-entry ke dalam Sigizi Terpadu.
- Buku bantu kader. Formulir ini merupakan
tempat kader posyandu untuk mencatat hasil
pemantauan pertumbuhan dalam bentuk
rekapitulasi, seperti jumlah sasaran balita
yaitu jumlah sasaran sebelumnya ditambah
balita baru (S), jumlah balita yang datang dan
ditimbang ke posyandu (D), jumlah balita yang
tidak naik berat badannya (T), daftar balita
yang dirujuk ke Fasyankes, dan daftar balita
yang tidak hadir ke posyandu (O) untuk
dilakukan kunjungan rumah (sweeping).

4) Media komunikasi, informasi dan edukasi yang


dapat digunakan oleh tenaga kesehatan dan
kader posyandu untuk melakukan penyuluhan
atau konseling kepada para ibu/pengasuh balita.
Beberapa media KIE yang dapat digunakan di
antaranya adalah: buku KIA/KMS, buku saku
kader, poster, lembar balik, brosur dan leaflet,
jingle gizi dan kesehatan, video, dan lain-lainnya.

5) Makanan tambahan yang terdiri dari dua jenis:


- Makanan tambahan penyuluhan yang
diberikan pada saat kegiatan pemantauan
pertumbuhan di posyandu yang biasanya
diusahakan secara mandiri oleh para kader
posyandu dan masyarakat setempat.

40 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Makanan tambahan penyuluhan merupakan
contoh pangan bergizi bagi para ibu/
pengasuh dan dapat menjadi sarana untuk
meningkatkan kehadiran kelompok sasaran.
- Makanan tambahan pemulihan yang berupa
pangan dengan formulasi khusus dan
diberikan dalam jangka waktu tertentu kepada
balita yang mengalami gangguan pertumbuhan
agar balita tersebut kembali ke pertumbuhan
normal.

Baik makanan tambahan penyuluhan dan


makanan tambahan pemulihan dapat berupa
pangan lokal atau pangan pabrikan. Sebaiknya
pangan lokal lebih diutamakan.

6) Lokasi dan tempat pelaksanaan pemantauan


pertumbuhan balita adalah di posyandu dan di
fasyankes. Beberapa pertimbangan dalam memilih
tempat untuk posyandu adalah sebagai berikut:
- Mudah dijangkau oleh sasaran, baik dengan
berjalan kaki atau menggunakan alat
transportasi lainnya.
- Berada dalam lingkungan yang dapat meng-
akomodasi berkumpulnya para petugas dan
sasaran dalam jumlah banyak dalam satu waktu.
- Tidak berpindah-pindah sehingga sasaran
dapat mengingatnya dengan mudah.
- Memiliki ventilasi udara yang cukup dengan
pencahayaan yang terang.
- Tersedia tempat permukaan yang datar untuk
menempatkan alat antropometri.
- Tersedia tempat yang kokoh untuk
menggantungkan dacin.

KONSEP PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA 41


- Tersedia dinding yang rata dan dengan tinggi
setidaknya 2 meter untuk menempatkan alat
ukur tinggi badan.
- Tersedia tempat, meja dan kursi bagi petugas
untuk melakukan pendaftaran, pengukuran,
pencatatan, plotting dan interpretasi hasil
pengukuran, dan penyampaian hasil
interpretasi pengukuran kepada sasaran.
- Tersedia tempat menunggu bagi ibu/
pengasuh dan bagi balita.
- Tersedia sarana cuci tangan dan sabun.
- Tersedia akses ke toilet yang mudah dijangkau.

VIII. RANGKUMAN
Rangkuman uraian materi Modul MPI 1 mengenai Konsep
Pemantauan Pertumbuhan Balita, antara lain: (1)
pemantauan pertumbuhan adalah proses mengamati tingkat
pertumbuhan anak melalui pengukuran antropometri berkala
yang dibandingkan dengan standar untuk mengukur
kecukupan pertumbuhan dan mengidentifikasi gangguan
pertumbuhan secara dini; (2) alur pelaksanaan pemantauan
pertumbuhan balita terjadi di posyandu dan di Fasyankes
yang merupakan proses secara berkesinambungan; dan (3)
untuk keperluan kegiatan pemantauan pertumbuhan,
diperlukan tenaga, sarana dan prasarana.
.

42 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


IX. REFERENSI
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019
tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan
Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 tahun 2020
tentang Standar Antropometri Anak.
3. UNICEF. Revisiting Growth Monitoring and its Evolution to
Promoting Growth as a Strategic Program Approach: Building
Consensus for Future Program Guidance. Report of a
Technical Consultation. UNICEF Headquarters New York,
USA. September 25-26, 2007.

X. LAMPIRAN
Panduan Studi Kasus
1. Alokasi waktu: 90 menit
2. Tujuan penugasan:
Pada akhir penugasan peserta memahami pengertian
pemantauan pertumbuhan balita, alur pelaksanaan
pemantauan pertumbuhan balita dan tenaga serta sarana
dan prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan
pemantauan pertumbuhan balita.
2. Bahan Latihan
a. Flip chart
b. ATK
c. Lembar skenario kasus
3. Langkah-langkah penugasan
a. Fasilitator menjelaskan langkah-langkah penugasan
dan peserta diberi kesempatan bertanya untuk hal-hal
yang kurang jelas sebelum pelaksanaan penugasan
diskusi kelompok (10 menit).

KONSEP PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA 43


b. Peserta pelatihan dibagi ke dalam 3 (tiga) kelompok.
Masing-masing kelompok diminta untuk menunjuk
satu orang sebagai ketua kelompok. Ketua kelompok
bertugas memimpin pelaksanaan penugasan di
dalam kelompoknya agar penugasan dapat
dilaksanakan dengan baik, tuntas dan tepat waktu.
Ketua kelompok dapat menugaskan anggotanya
untuk bertindak sebagai notulis dan juru bicara
kelompok.
c. Masing-masing kelompok diberi tugas untuk
menyelesaikan 1 dari 3 tugas berikut, dengan alokasi
waktu selama 45 menit , yaitu:
i. Tugas 1.
 Sebutkan kegiatan mana saja yang termasuk
di dalam kegiatan pemantauan pertumbuhan
balita, dan mana saja yang tidak termasuk di
dalam kegiatan pemantauan pertumbuhan
balita.
 Bagaimana kegiatan pemantauan pertumbuhan
balita di kecamatan Cipta Indah dapat
ditingkatkan agar dapat membantu peningkatan
status gizi dan kesehatan serta pengetahuan
masyarakat di kecamatan Cipta Indah?

ii. Tugas 2.
 Urutkan alur pelaksanaan pemantauan
pertumbuhan balita di kecamatan Cipta Indah
dengan tepat!
 Bagaimana alur pemantauan pertumbuhan
balita di wilayah Anda dibandingkan dengan di
kecamatan Cipta Indah? Pada bagian mana
alur pemantauan pertumbuhan balita yang
perlu diperbaiki?

44 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


iii. Tugas 3.
 Sebutkan tenaga, sarana dan prasarana yang
tersedia untuk kegiatan pemantauan
pertumbuhan balita di kecamatan Cipta
dengan tepat! Apakah ada tenaga, sarana dan
prasarana lainnya yang perlu disediakan?
 Berdasarkan wilayah Anda, beri penilaian
terhadap tenaga, sarana dan prasarana untuk
melaksanakan pemantauan pertumbuhan
balita.
d. Masing-masing kelompok diberi waktu 5 menit untuk
menyampaikan hasil studi kasus.
e. Setelah seluruh kelompok menyampaikan hasil studi
kasusnya, fasilitator meminta peserta pelatihan untuk
mengajukan pertanyaan dan memberikan
kesempatan kepada kelompok untuk menjawab
pertanyaan tersebut.
f. Fasilitator dapat memberikan penjelasan lebih lanjut
apabila diperlukan.
g. Fasilitator menyampaikan kesimpulan atas hasil studi
kasus (20 menit).

KONSEP PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA 45


Skenario studi kasus

PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KECAMATAN


CIPTA INDAH

Kecamatan Cipta Indah mempunyai kurang lebih 3,150 anak


usia 0-59 bulan. Jarak Cipta Indah dari ibu kota propinsi adalah
135 km yang dapat dicapai dengan menggunakan mobil, bus
atau kereta api. Jumlah penduduk kira-kira 30,000 jiwa. Angka
kelahiran adalah 20-22 kelahiran per tahun dengan bayi berat
lahir rendah sebesar 3-7%. Sebagian besar penduduk
menggantungkan kehidupannya dari perikanan dengan
pendapatan kecil. Kecamatan Cipta Indah juga mempunyai
desa wisata Cipta Loka dengan adanya tempat menginap
berupa hotel dan guesthouse.

Puskesmas Cipta Sehat di kecamatan Cipta Indah


menyediakan layanan kesehatan bagi masyarakatnya.
Puskesmas mengadakan kegiatan penimbangan dan
pengukuran bagi anak usia 0-59 bulan setiap 4 bulan sekali dan
bagi anak yang mempunyai gangguan risiko pertumbuhan,
Puskesmas akan melakukan pengamatan dua minggu sekali
atau memberikan perawatan di Puskesmas. Puskesmas juga
melakukan pemeriksaan tindak lanjut bagi balita yang dikirim
dari desa/kelurahan. Pemeriksaan tindak lanjut tersebut berupa
penimbangan dan pengukuran ulang serta pemeriksaan klinis
pada balita. Hampir setengah dari balita yang dirujuk tersebut
memerlukan pengobatan untuk penyakit demam, batuk, pilek
atau diare. Sebagian kecil balita memerlukan asuhan gizi di
Puskesmas dan sebagian lainnya memerlukan asuhan gizi di
rumah oleh ibu/pengasuh. Sekitar 30% balita yang dirujuk ke
Puskesmas dikembalikan lagi ke posyandu setelah menerima
konseling untuk mempertahankan status pertumbuhannya.

46 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Puskesmas mempunyai catatan lengkap mengenai identitas
anak-anak di kecamatan Cipta Indah serta penyakit yang
dideritanya. Catatan dari masing-masing anak tersebut berisi
diantaranya informasi mengenai kunjungan, layanan dan
tindakan yang diberikan, kurva pertumbuhan, dan suplementasi
makanan yang diberikan. Puskesmas juga mempunyai catatan
mengenai praktik kesehatan dan gizi masyarakat setempat.

Hampir semua ibu/pengasuh membawa anaknya ke


Puskesmas untuk imunisasi. Setelah bayi mendapatkan
imunisasi lengkap, 63% ibu/pengasuh merasa tidak perlu
membawa anaknya kembali ke Puskesmas, kecuali ketika sakit.
Hanya sekitar 25% anak usia 0-59 bulan yang membawa
anaknya ke Puskesmas untuk penimbangan.

Sebagai bagian dari upaya meningkatkan kesehatan dan gizi


ibu dan anak, petugas Puskesmas memberikan pelatihan
kepada para sukarelawan desa/kelurahan untuk mengelola
kegiatan pemantauan pertumbuhan balita di desa/kelurahan
masing-masing. Para sukarelawan atau kader posyandu
tersebut berasal dari majelis taklim, gereja, sekolah, petugas
kantor desa, dan masyarakat umum. Disepakati bahwa 6
posyandu didirikan untuk menjangkau seluruh balita di
kecamatan Cipta Indah. Puskesmas mendistribusikan
peralatan posyandu, diantaranya timbangan dacin, timbangan
injak dan alat pengukur panjang/tinggi badan. Masing-masing
posyandu melakukan pemantauan pertumbuhan satu kali
setiap bulan, dengan jadwal kegiatan sendiri-sendiri. Para kader
posyandu dilengkapi dengan lembar pencatatan berupa KMS
untuk mencatat informasi mengenai anak. Masing-masing
anak mempunyai lembar pencatatan atau KMS tersendiri. Para
kader posyandu melakukan kunjungan rumah bagi para balita
yang tidak pernah hadir ke Puskesmas ataupun ke posyandu.

KONSEP PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA 47


Para kader posyandu mengirimkan undangan kepada
masyarakat 1 minggu sebelum hari buka posyandu. Setiap
balita yang hadir ditimbang dengan menggunakan timbangan
dacin atau timbangan injak. Balita yang terdeteksi mempunyai
gangguan pertumbuhan akan dimonitor oleh kader posyandu
setiap minggu dan dirujuk ke puskesmas untuk penanganan
selanjutnya. Kader posyandu akan mencatat kehadiran balita,
praktik ASI dan kejadian sakit serta memploting hasil
penimbangan ke dalam grafik pertumbuhan. Kader posyandu
akan menjelaskan kepada ibu/pengasuh mengenai
pertumbuhan anaknya berdasarkan grafik pertumbuhan dan
memberikan saran mengenai praktik ASI, MPASI, pola makan
dan PHBS kepada ibu/pengasuh. Sebagian besar anak
mendapatkan ASI, akan tetapi hanya sebagian kecil bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif hingga 6 bulan. Bayi mulai
dikenalkan dengan susu formula sejak umur 2-3 bulan.

Baru-baru ini ada monitoring dan supervisi fasilitatif dari


Kabupaten. Hasil dari monitoring menunjukkan bahwa
kehadiran ke Puskesmas untuk kegiatan 4-bulan penimbangan
sebanyak 45% sedangkan kehadiran ke posyandu sekitar 60 –
85%. Sebanyak 33% anak pendek, 21% berat badan kurang dan
3,2% gizi kurang. Sebanyak 40% ibu/pengasuh dapat mengenali
bahwa garis pertumbuhan yang menurun berhubungan dengan
anak yang sakit atau tidak sehat, akan tetapi sebanyak 81%
ibu/pengasuh tidak memahami pentingnya melakukan
pemantauan pertumbuhan balita setiap bulan. Meskipun para
kader posyandu menunjukkan dedikasi yang tinggi, akan tetapi
ditemukan bahwa tidak semua kader terampil melakukan
penimbangan, mengalami kesulitan dalam
menginterpretasikan status pertumbuhan anak menurut grafik
pertumbuhan dan kurang pengetahuan mengenai pemberian
makan pada bayi dan anak secara tepat. Penelaahan lebih
lanjut pada KMS ditemukan pola sebagai berikut:

48 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


- Dalam rentang usia 0 – 6 bulan, terdapat 4 – 6 titik
penimbangan
- Dalam rentang usia 7 – 12 bulan, terdapat 3 – 5 titik
penimbangan
- Dalam rentang usia 13 – 24 bulan, terdapat 1 – 3 titik
penimbangan
- Dalam rentang usia 25 – 36 bulan, terdapat 0 – 2 titik
penimbangan
- Dalam rentang usia 37 – 59 bulan, terdapat 0 – 1 titik
penimbangan.
- Dalam rentang usia 7 – 12 bulan, garis pertumbuhan
menunjukkan garis datar
- Dalam rentang usia 13 – 24 bulan, garis pertumbuhan
menunjukkan garis datar atau menurun
- Dalam rentang usia 24 – 59 bulan, garis pertumbuhan
mengikuti kurva tetapi kurvanya lebih rendah daripada
kurva pada usia 0 – 12 bulan.

Dalam waktu-waktu tertentu, Puskesmas melaksanakan


beberapa kegiatan di posyandu, diantaranya adalah
penyuluhan mengenai gizi, kesehatan dan PHBS, pemeriksaan
anemia, pengukuran LiLA, pemeriksaan kecacingan, dan
pemberian sirup zat besi bagi balita.

Disepakati bahwa Puskesmas akan menyampaikan hasil


pemantauan pertumbuhan balita dalam musrenbang desa
bulan depan dan menyampaikan rencana kampanye mengenai
praktik ASI eksklusif 6 bulan. Selain itu, tim Kabupaten akan
menyelenggarakan pelatihan bagi para petugas Puskesmas
mengenai tata laksana penanganan rujukan balita dengan
gangguan pertumbuhan sehubungan dengan dikeluarkannya
peraturan Menteri Kesehatan mengenai Standar Antropometri
Anak.

KONSEP PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA 49


50 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan
MA
TERI
PEL
ATI
HANI
NTI
2
PENGHITUNGAN UMUR, PENIMBANGAN BERAT BADAN,
PENGUKURAN PANJANG DAN TINGGI BADAN, SERTA
PENGHITUNGAN INDEKS MASSA TUBUH BALITA

I. DESKRIPSI SINGKAT
Mata pelatihan ini membahas tentang perhitungan umur,
penimbangan berat badan, pengukuran panjang dan tinggi
badan, dan perhitungan indeks massa tubuh balita.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu
melakukan penghitungan umur, penimbangan berat badan,
pengukuran panjang dan tinggi badan, serta penghitungan
indeks massa tubuh.

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu:
1. Menghitung umur
2. Melakukan penimbangan berat badan
3. Melakukan pengukuran panjang dan tinggi badan
4. Menghitung indeks massa tubuh

III. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK


Materi pokok dan sub materi pokok pada mata pelatihan ini
adalah sebagai berikut:
1. Penghitungan umur
2. Penimbangan berat badan
3. Pengukuran panjang dan tinggi badan
4. Penghitungan indeks massa tubuh

PENGHITUNGAN UMUR, PENIMBANGAN BERAT BADAN, PENGUKURAN PANJANG DAN


TINGGI BADAN, , SERTA PENGHITUNGAN INDEKS MASSA TUBUH BALITA 53
IV. METODE
1. Ceramah tanya jawab.
2. Latihan.
3. Demonstrasi.

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Bahan tayang/slide.
2. Video pelatihan untuk Penilaian Pertumbuhan Balita
Kementerian Kesehatan - MCA Indonesia (Sumber:
https://youtu.be/id68KWUPRHM).
3. Modul.
4. Panduan latihan.
5. Panduan demonstrasi.
6. Laptop/video player.
7. LCD.
8. ATK.
9. Flipchart.
10. Spidol.
11. Ruangan pelatihan dengan pengaturan kursi dan meja
berbentuk U atau V.
12. Timbangan
 Timbangan bayi (baby scale).
 Dacin.
 Timbangan injak digital konvensional.
 Timbangan injak digital tared.
 Triple beam balance.
13. Alat ukur panjang dan tinggi badan.
 Infantometer (length board).
 Microtoise.
14. Balita untuk demonstrasi penimbangan dan pengukuran.
 Bayi usia <6 bulan (2 orang).
 Bayi usia 6-24 bulan untuk pengukuran posisi telentang (2 orang).
 Balita usia >2 tahun untuk pengukuran posisi berdiri (2 orang).

54 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pembukaan sesi pembelajaran (5 menit), fasilitator
 Menyapa peserta.
 Melakukan bina suasana untuk menaikkan semangat
peserta dan mengajak fokus peserta agar siap
mengikuti pembelajaran.
 Memperkenalkan diri.
 Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan
menggunakan bahan tayangan dan deskripsi singkat
materi yang akan ajarkan
2. Penyajian (80 menit), fasilitator:
 Mengawali sesi paparannya dengan melakukan
apersepsi tentang materi yang akan dibahas
 Penyampaian materi pokok Penghitungan Umur
a. Menghitung umur bulan penuh
 Penyampaian materi pokok Penimbangan Berat
Badan
a. Menimbang balita menggunakan timbangan bayi
(baby scale)
b. Menimbang balita menggunakan dacin
c. Menimbang balita menggunakan timbangan injak
(konvensional atau tared)
d. Menimbang anak menggunakan triple beam
balance
 Penyampaian materi pokok Pengukuran Panjang dan
Tinggi Badan
a. Mengukur panjang badan balita menggunakan
infantometer (length board)
b. Mengukur tinggi badan balita menggunakan
microtoise
 Penyampaian materi pokok Penghitungan Indeks
Massa Tubuh
a. Menghitung indeks massa tubuh (IMT)

PENGHITUNGAN UMUR, PENIMBANGAN BERAT BADAN, PENGUKURAN PANJANG DAN


TINGGI BADAN, , SERTA PENGHITUNGAN INDEKS MASSA TUBUH BALITA 55
 Memberi kesempatan bertanya pada peserta
 Melaksanakan evaluasi pembelajaran dengan
memberikan pertanyaan dan pelaksanaan penugasan
menggunakan metode demonstrasi penimbangan
berat badan, pengukuran panjang dan tinggi badan,
penghitungan umur, dan penghitungan indeks massa
tubuh (135 menit)
Evaluasi pembelajaran untuk materi ini dilakukan
dengan:
a. Memberikan pertanyaan terkait pengetahuan
tentang
1) Bagaimana cara menghitung umur balita?
2) Alat apa saja yang bisa digunakan untuk
menimbang berat badan balita?
3) Alat apa saja yang bisa digunakan untuk
mengukur panjang dan tinggi badan balita?
4) Bagaiamana cara menimbang berat badan
balita menggunakan timbangan injak tared jika
balita tersebut belum bisa berdiri sendiri di atas
timbangan?
5) Bagaimana cara mengukur panjang badan
balita menggunakan infantometer (length
board)?
b. Memberikan penugasan berupa demonstrasi
penimbangan berat badan, pengukuran panjang
dan tinggi badan, penghitungan umur, dan
penentuan indeks massa tubuh
c. Penjelasan mengenai penugasan kelompok
Fasilitator menyampaikan kepada peserta pelatihan
mengenai tujuan penugasan dan bagaimana cara
melaksanakan penugasan, yang terdiri dari langkah
berikut:

56 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


1) Fasilitator membagi peserta pelatihan menjadi
kelompok kecil, dengan masing-masing
kelompok terdiri dari 2 orang.
2) Di lokasi pelatihan, penyelenggara telah
menyiapkan media dan alat bantu pelatihan lain
yang akan digunakan oleh peserta. Media dan
alat tersebut terdiri dari:
o Timbangan bayi
o Dacin
o Timbangan injak digital konvensional
o Timbangan injak digital tared
o Triple beam balance
o Infantometer (length board)
o Microtoise
o Bayi berusia kurang dari 6 bulan
o Bayi berusia 6-24 bulan
o Balita berusia 24 bulan atau lebih
o Lembar pengukuran
o ATK
3) Setiap kelompok akan menghitung umur,
menentukan IMT, menimbang berat badan, dan
mengukur panjang/tinggi badan satu orang
anak menggunakan alat yang sesuai dengan
usia dan kondisi anak.
o Untuk anak usia kurang dari 2 tahun: timbang
berat badan dan ukur panjang badannya
o Untuk anak usia 2 tahun atau lebih: timbang
berat badan dan ukur tinggi badannya dalam
posisi berdiri
4) Hasil penimbangan, pengukuran, dan observasi
edema dicatat dalam lembar pengukuran.
Begitu juga dengan hasil penghitungan umur
dan IMT.

PENGHITUNGAN UMUR, PENIMBANGAN BERAT BADAN, PENGUKURAN PANJANG DAN


TINGGI BADAN, , SERTA PENGHITUNGAN INDEKS MASSA TUBUH BALITA 57
5) Peserta diberi kesempatan bertanya untuk hal-
hal yang kurang jelas dan dipersilakan untuk
berlatih secara mandiri saat istirahat untuk
meningkatkan kemampuan menimbang dan
mengukur.
d. Pelaksanaan penugasan kelompok
Peserta diberi waktu untuk melaksanakan
penugasan secara kelompok. Fasilitator dapat
memberikan arahan kepada masing-masing
kelompok.
e. Penyampaian hasil penugasan kelompok
Satu orang perwakilan kelompok diminta untuk
menyampaikan hasil penugasan kelompok. Setelah
seluruh kelompok menyampaikan hasil
penugasannya, fasilitator meminta peserta
pelatihan untuk mengajukan pertanyaan. Fasilitator
dapat memberikan penjelasan lebih lanjut apabila
diperlukan.
f. Kesimpulan hasil penugasan kelompok
Fasilitator menyampaikan kesimpulan atas hasil
penugasan kelompok.

3. Penutup sesi pembelajaran (5 menit)


 Merangkum pembelajaran dengan mengajak peserta
untuk mengulang hal-hal yang penting sekaligus.
 Menutup sesi dengan permintaan maaf dan ucapan
terima kasih.

58 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


VII. URAIAN MATERI
A. Materi Pokok 1: Penghitungan Umur
1. Menghitung umur bulan penuh
Umur digunakan untuk menentukan status
pertumbuhan balita sehingga penting untuk
menghitung umur balita dengan tepat. Umur balita
ditetapkan dengan menggunakan umur bulan penuh
yang diperoleh dengan cara menghitung selisih tanggal
kunjungan posyandu dan tanggal lahir.

Penting untuk mencatat tanggal kunjungan posyandu


dan tanggal lahir balita dengan lengkap
(hari/bulan/tahun). Jika tanggal lahir balita tidak
diketahui, tanggal lahirnya dapat diperkirakan dengan
cara bertanya kepada ibu/pengasuh apakah balita
tersebut lahir pada atau berdekatan dengan hari libur
nasional/kegiatan keagamaan/kegiatan lainnya/ kejadian
di sekitarnya.

Cara menghitung umur bulan penuh :


Umur bulan penuh dapat dihitung dengan dua cara berikut.
a. Cara 1
1) Catat tanggal lahir balita dan tanggal
kunjungan balita secara lengkap (tanggal,
bulan, dan tahun).
2) Hitung selisih hari, bulan, dan tahun antara
tanggal kunjungan dengan tanggal lahir (lihat
Tabel 2 untuk penjelasan lebih lanjut).
3) Ubah selisih hari dan tahun ke dalam bulan.
Sebagai contoh, 1 tahun menjadi 12 bulan dan
2 hari menjadi 0 bulan.
4) Jumlahkan umur dalam hitungan bulan untuk
memperoleh umur bulan penuh.

PENGHITUNGAN UMUR, PENIMBANGAN BERAT BADAN, PENGUKURAN PANJANG DAN


TINGGI BADAN, , SERTA PENGHITUNGAN INDEKS MASSA TUBUH BALITA 59
Hari Bulan Tahun

Tanggal kunjungan 05 03 2020

Tanggal lahir 10 12 2019

Selisih -5 -9 1

Hitung selisih hari, bulan, dan


tahun tanggal kunjungan
dengan tanggal lahir.

Hitungan dalam bulan -1 bulan -9 bulan 12 bulan

Ubah hari dan tahun ke dalam


bulan

Umur bulan penuh -1 bulan + (-9 bulan) + 12 bulan = 2 bulan

Jumlahkan umur dalam


hitungan bulan
Kesimpulan: umur balita adalah 2 bulan

60 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


b. Cara 2
Umur bulan penuh juga dapat dihitung dengan
menggunakan langkah berikut.
1) Catat tanggal lahir dan tanggal kunjungan
balita secara lengkap (tanggal, bulan, dan
tahun).
2) Jika jumlah hari pada tanggal kunjungan lebih
kecil dibandingkan tanggal lahir, pinjam 1
bulan (genap 30 hari) dari jumlah bulan pada
tanggal kunjungan.
3) Jika jumlah bulan pada tanggal kunjungan
lebih kecil dibandingkan tanggal lahir, pinjam
1 tahun (12 bulan) dari jumlah tahun pada
tanggal kunjungan.
4) Hitung selisih tanggal lahir dan tanggal
kunjungan dan ubah ke dalam bentuk umur
bulan penuh. Sebagai contoh, jika umur balita
2 bulan 25 hari, dihitung sebagai 2 bulan.

PENGHITUNGAN UMUR, PENIMBANGAN BERAT BADAN, PENGUKURAN PANJANG DAN


TINGGI BADAN, , SERTA PENGHITUNGAN INDEKS MASSA TUBUH BALITA 61
Hari Bulan Tahun

Tanggal kunjungan 05 03 2020

(5+30) ((3-1)+12) (2020-1)

Tanggal lahir 10 12 2019

Selisih 25 2 0

Hitung selisih hari, bulan, dan


tahun tanggal kunjungan
dengan tanggal lahir.

Umur bulan penuh 2 bulan

Jumlahkan umur balita dalam


Keterangan: umur balita adalah 2 bulan
bulan penuh 25 hari, tetapi 25 hari belum genap 1
bulan sehingga umur bulan penuhnya
dihitung 2 bulan

Selain menggunakan kedua cara tersebut,


umur bulan penuh dapat diketahui secara
otomatis dengan menggunakan aplikasi
SIGIZI Terpadu

62 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


B. Materi Pokok 2: Penimbangan Berat Badan
Timbangan yang digunakan harus memenuhi syarat umum
sebagai berikut:
1. Kuat dan tahan lama.
2. Mempunyai ketelitian 10 g untuk menimbang bayi dan
100 g untuk menimbang balita di posyandu.
3. Jika timbangan menggunakan baterai, jenis dan ukuran
baterai harus tersedia di daerah setempat.
4. Mudah dimobilisasikan untuk kunjungan rumah.
5. Memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI).
6. Dikalibrasi sebelum dipakai.
7. Ditera secara berkala.
8. Bukan merupakan timbangan pegas (bathroom scale)
kecuali untuk bayi di bawah usia 6 bulan.

Beberapa jenis timbangan dapat digunakan tergantung


ketersediannya di posyandu dan di fasyankes. Jenis
timbangan yang dianjurkan, antara lain:
1. Timbangan bayi (baby scale)
2. Dacin
3. Timbangan injak digital (konvensional dan tared)
4. Triple beam balance

Sebelum mulai menimbang, petugas memberi penjelasan


kepada ibu/pengasuh pentingnya menimbang anak,
sebagai contoh, untuk memantau pertumbuhan anak atau
mengevaluasi pola pengasuhan dan pemberian makanan.
Selain itu, pastikan cara memasang dan menggunakan
timbangan sesuai dengan pedoman.

PENGHITUNGAN UMUR, PENIMBANGAN BERAT BADAN, PENGUKURAN PANJANG DAN


TINGGI BADAN, , SERTA PENGHITUNGAN INDEKS MASSA TUBUH BALITA 63
1. Menimbang balita menggunakan timbangan bayi
(baby scale)
Timbangan bayi (baby scale) yang dianjurkan adalah
timbangan digital dengan kapasitas 20 kg dan
ketelitian 10 gram.
a. Persiapan alat
1) Memastikan timbangan diletakkan di tempat
yang rata, datar, dan keras agar tidak mudah
bergerak, serta di area yang cukup terang.
2) Timbangan harus bersih dan tidak ada beban
lain di atas timbangan.
3) Baterai dipasang pada tempatnya dengan
memperhatikan posisi baterai jangan sampai
terbalik.

b. Pelaksanaan penimbangan
1) Menyalakan tombol power/on dan
memastikan angka pada jendela baca
menunjukkan angka nol. Posisi awal harus
selalu berada di angka nol.

Jendela baca
menunjukkan
angka nol

2) Bayi memakai pakaian seminimal mungkin.


Jaket, baju, celana yang tebal, sepatu, popok,
topi, dan aksesoris harus dilepas, serta balita
tidak memegang sesuatu. Jelaskan hal ini
perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil
timbangan yang akurat.

64 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


3) Mengobservasi apakah bayi menderita edema
atau tidak.
4) Meletakkan bayi di atas timbangan hingga
angka berat badan muncul pada layar
timbangan dan sudah tidak berubah.
5) Berat badan bayi dicatat dalam kg dan gram.

2. Menimbang balita menggunakan dacin


Dacin yang digunakan di posyandu dianjurkan memiliki
kapasitas 25 kg dan ketelitian 100 g.
a. Persiapan alat
1) Memastikan dacin
telah dipasang
dengan sempurna
pada tempat yang
kokoh seperti pelana
bangunan atau
penyangga kaki tiga
yang kuat.
2) Memeriksa
kekokohan
pemasangan dacin
dengan cara menarik
batang dacin ke
bawah.

3) Tinggi batang dacin


harus sejajar dengan
mata penimbang
yang membaca berat
badan balita.

PENGHITUNGAN UMUR, PENIMBANGAN BERAT BADAN, PENGUKURAN PANJANG DAN


TINGGI BADAN, , SERTA PENGHITUNGAN INDEKS MASSA TUBUH BALITA 65
4) Meletakkan bandul
geser pada angka nol
dan memeriksa
ujung kedua paku
timbang harus dalam
posisi lurus.

5) Meletakkan sarung
timbang/kotak
timbang
kosong/celana
timbang yang bersih
pada dacin.

6) Menyetimbangkan
dacin yang telah
dibebani dengan
sarung timbang/kotak
timbang
kosong/celana
timbang yang bersih
dengan memasang
kantung plastik
berisikan pasir, beras,
kerikil, dan bahan
lainnya yang sejenis
diujung batang dacin,
sampai kedua jarum
dalam posisi
lurus/bertemu dalam
satu garis.

66 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Periksa kelayakan dacin dengan cara meletakkan
bandul geser pada angka nol. Jika ujung kedua paku
timbang tidak dalam posisi lurus atau bandul geser
longgar, maka timbangan tidak layak digunakan.

b. Pelaksanaan penimbangan
1) Balita memakai pakaian seminimal mungkin.
Jaket, baju, celana yang tebal, sepatu, popok,
topi, dan aksesoris harus dilepas, serta balita
tidak memegang sesuatu.
2) Mengobservasi apakah balita menderita
edema atau tidak.
3) Balita diletakkan ke dalam sarung timbang/
celana timbang/kotak timbang yang bersih.
4) Bandul digeser sampai jarum tegak lurus lalu
baca berat badan balita dengan cara melihat
angka di ujung bandul geser.
5) Hasil penimbangan dicatat dalam kg dengan
satu angka di belakang koma
6) Bandul dikembalikan ke posisi awal/angka nol
dan balita dapat dikeluarkan dari sarung/
celana/kotak timbang.

PENGHITUNGAN UMUR, PENIMBANGAN BERAT BADAN, PENGUKURAN PANJANG DAN


TINGGI BADAN, , SERTA PENGHITUNGAN INDEKS MASSA TUBUH BALITA 67
Timbangan dacin yang digunakan adalah
timbangan yang khusus digunakan untuk balita.

3. Menimbang balita menggunakan timbangan injak


digital (konvensional atau tared)
Timbangan injak yang dianjurkan adalah timbangan
digital dengan kapasitas 150 kg, ketelitian 100 g, dan
dapat berupa timbangan injak digital konvensional atau
tared. Timbangan injak digital tared dapat diatur ulang
ke nol (tared) saat ibu/pengasuh masih berada di atas
timbangan.

a. Persiapan alat
1) Memastikan kelengkapan dan kebersihan
timbangan.
2) Memasang baterai pada timbangan yang
menggunakan baterai.
3) Meletakkan timbangan di tempat yang datar,
keras, dan cukup cahaya.
4) Menyalakan timbangan dan memastikan
bahwa angka yang muncul pada layar baca
adalah 00,0.
5) Timbangan siap digunakan.

b. Pelaksanaan penimbangan
Jika balita berusia 2 tahun atau lebih dan dapat
berdiri dengan tenang di atas timbangan:
1) Balita memakai pakaian seminimal mungkin.
Jaket, baju, celana yang tebal, sepatu, popok,
topi, dan aksesoris harus dilepas, serta balita
tidak memegang sesuatu.

68 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


2) Mengobservasi apakah balita
menderita edema atau tidak.
3) Memastikan timbangan
menunjukkan angka 00,0.
4) Balita berdiri tepat di tengah
timbangan saat angka pada
layar timbangan menunjukan
angka 00,0, serta tetap berada
di atas timbangan sampai
angka berat badan muncul
pada layar timbangan dan
sudah tidak berubah.
5) Membaca dan segera mencatat hasil
penimbangan yang ditunjukkan pada layar
baca dengan satu angka di belakang koma.

Jika balita berusia kurang dari 2 tahun atau tidak


bisa berdiri sendiri, penimbangan dilakukan
bersama dengan ibu/pengasuhnya dengan
langkah sebagai berikut:

Untuk timbangan injak digital konvensional:


1) Ibu/pengasuh melepas alas kaki, pakaian
luar/tebal seperti jaket, serta meletakkan
dompet, tas, handphone, aksesoris, dan
barang lainnya.
2) Menyalakan timbangan hingga muncul
angka 00,0 pada layar baca.
3) Ibu/pengasuh diminta berdiri tepat di tengah
timbangan serta tetap berada di atas
timbangan sampai angka berat badan
muncul pada layar timbangan dan sudah
tidak berubah.

PENGHITUNGAN UMUR, PENIMBANGAN BERAT BADAN, PENGUKURAN PANJANG DAN


TINGGI BADAN, , SERTA PENGHITUNGAN INDEKS MASSA TUBUH BALITA 69
4) Hasil timbangan berat badan Ibu/pengasuh
dicatat.
5) Ibu/pengasuh diminta turun dari timbangan.
6) Memastikan balita memakai pakaian
seminimal mungkin. Jaket, baju, celana yang
tebal, sepatu, popok, topi, dan aksesoris
harus dilepas, serta balita tidak memegang
sesuatu.
7) Mengobservasi apakah balita menderita
edema atau tidak.
8) Ibu/pengasuh
menggendong balita dan
diminta berdiri kembali di
timbangan sampai angka
berat badan muncul pada
layar timbangan dan tidak
berubah.
9) Hasil timbangan berat
badan ibu dan balita
dicatat.
10) Berat badan balita didapat dengan cara
mengurangi berat badan ibu dan balita
dengan berat badan ibu saja.
11) Mencatat berat badan balita.

Untuk timbangan injak digital tared:


1) Ibu/pengasuh melepas alas kaki, pakaian
luar/tebal seperti jaket, serta meletakkan
dompet, tas, handphone, aksesoris, dan
barang lainnya.
2) Menyalakan timbangan hingga muncul
angka 00,0 pada layar baca.

70 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


3) Ibu/pengasuh diminta berdiri tepat di tengah
timbangan serta tetap berada di atas
timbangan sampai angka berat badan
muncul pada layar timbangan dan sudah
tidak berubah. Pastikan panel solar tidak
tertutup pakaian ibu/pengasuh.
4) Menekan tombol (atau menutup panel solar
pada timbangan dengan sumber energi
cahaya) hingga muncul kembali angka 00,0.
5) Memastikan balita memakain pakaian
seminimal mungkin. Jaket, baju, celana yang
tebal, sepatu, popok, topi, dan aksesoris
harus dilepas, serta balita tidak memegang
sesuatu.
6) Mengobservasi apakah balita menderita
edema atau tidak.
7) Menyerahkan balita kepada ibu dan ibu
diminta berdiri sampai angka berat badan
muncul pada layar timbangan dan tidak
berubah.
8) Membaca hasil penimbangan yang
ditunjukkan pada layar baca dan segera
dicatat. Angka yang muncul pada alat
timbang adalah berat badan balita.

4. Menimbang balita menggunakan triple beam balance


a. Persiapan alat
1) Memastikan kelengkapan dan kebersihan timbangan.
2) Meletakkan timbangan di tempat yang datar,
keras, dan cukup cahaya.
3) Membuka kunci jarum penimbangan.
4) Memastikan posisi bandul ratusan, puluhan, dan
satuan berada pada angka nol dan jarum dalam
keadaan setimbang.

PENGHITUNGAN UMUR, PENIMBANGAN BERAT BADAN, PENGUKURAN PANJANG DAN


TINGGI BADAN, , SERTA PENGHITUNGAN INDEKS MASSA TUBUH BALITA 71
b. Pelaksanaan penimbangan
Jika balita berusia 2 tahun atau lebih dan dapat
berdiri dengan tenang di atas timbangan:
1) Balita memakai pakaian seminimal mungkin.
Jaket, baju, celana yang tebal, sepatu, popok,
topi, dan aksesoris harus dilepas, serta balita
tidak memegang sesuatu.
2) Mengobservasi apakah balita menderita edema
atau tidak.
3) Memastikan balita berdiri tepat di tengah
timbangan.
4) Geser bandul dari posisi bandul terbesar
sampai terkecil sesuai berat balita sampai
posisi jarum setimbang
5) Membaca dan segera mencatat hasil
penimbangan.

Jika balita berusia kurang dari 2 tahun atau tidak


bisa berdiri sendiri, penimbangan dilakukan
bersama dengan ibu/pengasuhnya dengan langkah
sebagai berikut:
1) Ibu/pengasuh melepas alas kaki, pakaian
luar/tebal seperti jaket, serta meletakkan
dompet, tas, handphone, aksesoris, dan barang
lainnya.
2) Ibu/pengasuh diminta berdiri tepat di tengah
timbangan serta tetap berada di atas
timbangan.
3) Geser bandul dari posisi bandul terbesar
sampai terkecil sesuai berat ibu/pengasuh
sampai posisi jarum setimbang. Hasil timbangan
berat badan ibu/pengasuh dicatat.
4) Ibu/pengasuh diminta turun dari timbangan.

72 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


5) Memastikan anak memakai pakaian seminimal
mungkin. Jaket, baju, celana yang tebal, sepatu,
popok, topi, dan aksesoris harus dilepas, serta
balita tidak memegang sesuatu.
6) Mengobservasi apakah balita menderita edema
atau tidak
7) Ibu/pengasuh menggendong anaknya dan
diminta berdiri kembali di timbangan.
8) Geser bandul dari posisi bandul terbesar
sampai terkecil sesuai berat ibu/pengasuh dan
balita sampai posisi jarum setimbang Hasil
timbangan berat badan ibu dan anak dicatat.
9) Berat badan anak didapat dengan cara
mengurangi berat badan ibu/pengasuh dan
anak dengan berat badan ibu/pengasuh saja.
10) Mencatat berat badan balita.

C. Materi Pokok 3: Pengukuran Panjang dan Tinggi Badan


Pengukuran panjang dan tinggi badan balita dibedakan
berdasarkan umur dan kemampuan balita untuk berdiri.
• Untuk balita berusia kurang dari 2 tahun, pengukuran
panjang badan dilakukan dalam posisi telentang/tidur.
Jika balita berusia kurang dari 2 tahun diukur dalam
posisi berdiri, hasil pengukuran ditambah dengan 0,7
cm untuk mendapatkan panjang badan.
• Untuk balita berusia 2 tahun atau lebih, pengukuran
tinggi badan dilakukan dalam posisi berdiri. Jika balita
berusia 2 tahun atau lebih diukur dalam posisi
telentang/tidur, hasil pengukuran dikurangi dengan 0,7
cm untuk mendapatkan tinggi badan.

Pengukuran panjang badan dilakukan dengan


menggunakan infantometer (length board) yang diletakkan
di meja atau tempat yang datar. Sedangkan pengukuran

PENGHITUNGAN UMUR, PENIMBANGAN BERAT BADAN, PENGUKURAN PANJANG DAN


TINGGI BADAN, , SERTA PENGHITUNGAN INDEKS MASSA TUBUH BALITA 73
tinggi badan dilakukan dengan menggunakan microtoise
yang diletakkan pada permukaan yang vertikal seperti
dinding.

Saat ini, alat ukur panjang maupun tinggi badan yang lebih
praktis telah dikembangkan. Cara pemasangan alat ini
dapat disesuaikan dengan tujuan penggunaan. Jika akan
digunakan untuk mengukur panjang badan, alat diletakkan
di atas meja atau di lantai seperti infantometer. Jika akan
digunakan untuk mengukur tinggi badan, alat ini diletakkan
pada permukaan yang vertical seperti microtoise.

1. Mengukur panjang badan balita menggunakan


infantometer (length board)
Alat ini digunakan untuk mengukur panjang badan
balita berumur 0-24 bulan dengan batas pengukuran
maksimal 150 cm.

a. Persiapan alat
1) Alat harus dipastikan dalam kondisi baik dan
lengkap, alat penunjuk ukuran (meteran) dapat
terbaca jelas dan tidak terkelupas atau
tertutup.
2) Alat ditempatkan pada tempat yang datar, rata
dan keras.
3) Alat ukur panjang badan dipasang sesuai
petunjuk. Harus dipastikan bahwa alat geser
dapat digerakkan dengan baik.
4) Pada bagian kepala papan ukur dapat
diberikan alas kain yang tipis dan tidak
mengganggu pergerakan alat geser.
5) Panel bagian kepala diposisikan pada sebelah
kiri pengukur. Posisi pembantu pengukur
berada di belakang panel bagian kepala.

74 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


b. Pelaksanaan pengukuran
1) Sepatu/alas kaki, kaus kaki, hiasan rambut,
tutup kepala, dan aksesoris lainnya pada balita
harus dilepaskan.
2) Menyiapkan alas tipis (bukan bantal) untuk
bagian kepala balita.
3) Balita dibaringkan telentang pada papan
dengan puncak kepala menempel pada panel
bagian kepala (yang tetap).
4) Pengukur pertama memegang dan menekan
lutut atau tulang kering balita agar kaki lurus
dengan permukaan alat ukur.
5) Pengukur kedua meletakkan tangan pada
telinga anak (lengan pembantu pengukur
harus lurus dan tidak tegang).
6) Pengukur kedua memastikan kepala balita
datar di papan dan garis imajiner (dari titik
cuping telinga ke ujung mata) tegak lurus
dengan lantai tempat balita dibaringkan.
7) Pengukur pertama menggerakkan alat geser
ke arah telapak kaki balita hingga posisi
telapak kaki tegak lurus menempel pada alat
geser. Pengukur pertama dapat mengusap
telapak kaki balita agar balita dapat
menegakkan telapak kakinya ke atas dan
telapak kaki segera ditempatkan menempel
pada alat geser.
8) Pengukur pertama membaca hasil
pengukuran dimulai dari angka kecil ke besar.
9) Pembacaan hasil pengukuran harus dilakukan
dengan cepat dan seksama karena balita akan
banyak bergerak.
10) Hasil pembacaan disampaikan kepada
pengukur pertama untuk segera dicatat.

PENGHITUNGAN UMUR, PENIMBANGAN BERAT BADAN, PENGUKURAN PANJANG DAN


TINGGI BADAN, , SERTA PENGHITUNGAN INDEKS MASSA TUBUH BALITA 75
2. Mengukur tinggi badan anak menggunakan microtoise
Alat ini digunakan untuk mengukur tinggi badan anak
berusia 2 tahun atau lebih yang sudah bisa berdiri. Alat
ini memiliki ukuran maksimum 200 cm dengan
ketelitian 0,1 cm.
a. Persiapan alat
1) Pemasangan microtoise memerlukan
setidaknya dua orang.
2) Pengukur pertama meletakkan microtoise di
lantai yang datar dan menempel pada dinding
yang rata.
3) Pengukur kedua menarik pita meteran tegak
lurus ke atas sampai angka pada jendela baca
menunjukkan nol (dinyatakan oleh pengukur
pertama). Kursi dapat digunakan agar
pemasangan microtoise dapat dilakukan
dengan tepat.

76 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


4) Untuk memastikan microtoise terpasang
dengan tegak lurus, dapat digunakan bandul
yang ditempatkan di dekat microtoise.
5) Bagian atas pita meteran direkatkan di dinding
dengan memakai paku atau dengan
lakban/selotip yang menempel dengan kuat
dan tidak mungkin akan bergeser.
6) Selanjutnya, kepala microtoise dapat digeser
ke atas.

b. Pelaksanaan pengukuran
1) Sepatu/alas kaki, kaus kaki, hiasan rambut,
tutup kepala, dan aksesoris lainnya pada balita
harus dilepaskan.
2) Pengukur pertama memposisikan balita
berdiri tegak lurus di bawah microtoise
membelakangi dinding. Tangan kiri pengukur
pertama memegang dagu dan melihat skala
ukur. Pastikan pandangan balita lurus ke
depan. Kepala harus dalam posisi tegak lurus
dengan dinding.
3) Pengukur kedua memposisikan tangan kirinya
pada lutut balita, menekan kaki balita ke papan
dengan lembut agar anak berdiri tegak.
Tangan kanan pada tulang kering, tungkai
anak menempel ke papan dan tempat berpijak
4) Pengukur pertama memastikan bahu balita
datar, tangan balita di samping, dan lurus.
5) Pengukur pertama memastikan 5 bagian
tubuh anak menempel di dinding yaitu bagian
belakang kepala, punggung, bokong, betis, dan
tumit.

PENGHITUNGAN UMUR, PENIMBANGAN BERAT BADAN, PENGUKURAN PANJANG DAN


TINGGI BADAN, , SERTA PENGHITUNGAN INDEKS MASSA TUBUH BALITA 77
Pada anak dengan obesitas, minimal 2 bagian
tubuh menempel di dinding yaitu punggung
dan bokong.
6) Pengukur pertama menarik alat geser atau
kepala microtoise sampai menyentuh puncak
kepala balita dalam posisi tegak lurus ke
dinding.
7) Pengukur membaca angka pada jendela baca
tepat pada garis merah dengan arah baca dari
atas ke bawah.
8) Pengukur kedua mencatat hasil pengukuran.

78 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


D. Materi Pokok 4: Penghitungan Indeks Massa Tubuh
1. Menghitung indeks massa tubuh
Indeks massa tubuh (IMT) adalah indeks berupa angka
yang menghubungkan berat badan seseorang
terhadap tinggi/panjang badan. IMT digunakan untuk
menentukan status pertumbuhan balita di fasyankes
melalui plotting pada grafik IMT/U. IMT dapat dihitung
sebagai berikut:

a. Untuk anak berusia kurang dari 2 tahun

Berat badan (kg)


IMT =
Panjang badan (m) × Panjang badan (m)

b. Untuk anak berusia 2 tahun atau lebih

Berat badan (kg)


IMT =
Tinggi badan (m) × Tinggi badan (m)

Satuan IMT adalah kg/m2. Hasil penghitungan IMT


dibulatkan satu desimal.

 Jika angka pada pecahan atau desimal lebih dari


atau sama dengan 5, pembulatan dilakukan
dengan cara menambahkan 1 angka pada
bilangan di depannya.
Contoh:
14,5
IMT =
0,99 × 0,99
= 14,79
− 𝐝𝐢𝐛𝐮𝐥𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝟏𝟒, 𝟖

PENGHITUNGAN UMUR, PENIMBANGAN BERAT BADAN, PENGUKURAN PANJANG DAN


TINGGI BADAN, , SERTA PENGHITUNGAN INDEKS MASSA TUBUH BALITA 79
 Jika angka pada pecahan atau desimal kurang dari
5, angka di depan pecahan tidak berubah atau
tetap.
Contoh:
15,3
IMT =
0,99 × 0,99
= 15,61
− 𝐝𝐢𝐛𝐮𝐥𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝟏𝟓, 𝟔

Perhatikan cara mengukur panjang atau tinggi badan.


Jika anak berusia kurang dari 2 tahun diukur dalam
posisi berdiri, hasil pengukuran ditambah dengan 0,7
cm untuk mendapatkan panjang badan. Jika anak
berusia 2 tahun atau lebih diukur dalam posisi
telentang/tidur, hasil pengukuran dikurangi dengan
0,7 cm untuk mendapatkan tinggi badan. Jika perlu,
konversikan panjang/tinggi badan terlebih dahulu
sebelum menghitung IMT.

Jika ada kalkulator dengan tombol x2, akan lebih


mudah dalam menghitung IMT yaitu:
1) Memasukkan angka berat badan dalam kg
(paling dekat 0,1 kg).
2) Menekan tombol bagi ( / atau ÷).
3) Memasukkan angka tinggi atau panjang badan
dalam meter (perlu untuk mengkonversi
centimeter sebagai meter; misal: 82,3 centimeter
menjadi 0,823 meter)
4) Menekan tombol x2, sehingga akan muncul tinggi
dalam kuadrat.
5) Menekan tombol =, sehingga IMT muncul
6) Membulatkan angka IMT menjadi satu desimal
dan mencatat IMT pada lembar catatan
kunjungan.

80 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Jika kalkulator tidak ada tombol x2, ikuti langkah 1-3,
ulangi langkah 2 dan 3, dan tekan tombol = untuk
mendapatkan IMT.

Jika tidak ada kalkulator, tabel IMT dapat digunakan


untuk mendapatkan IMT dengan bermacam berat
dan panjang/tinggi badan. Tabel IMT tersedia sebagai
lampiran dalam modul ini.

Cara menggunakan tabel IMT:


1) Menentukan panjang/tinggi badan balita (dalam
cm) di kolom bagian kiri atau kanan tabel. Jika
hasil pengukuran tidak tertera dalam tabel, angka
panjang/tinggi badan dibulatkan menjadi angka
tanpa desimal yang terdekat, misalnya 0,1 s/d 0,4
dibulatkan ke bawah, sedangkan ≥ 0,5 dibulatkan
ke atas.
2) Memperhatikan deretan baris ke arah kanan
untuk mencari berat badan balita. Jika hasil
pengukuran tidak tertera dalam tabel, pilih angka
yang terdekat.
3) Menggeser jari telunjuk dari berat ke atas bagian
tabel untuk mendapatkan IMT (atau bisa juga
melacak ke bagian bawah tabel). Jika beratnya
tepat pada garis, IMT balita adalah separuhnya
dari angka yang ditunjukkan, misalnya IMT 15,5
jika ada di antara 15 dan 16.
4) Mencatat IMT pada lembar catatan kunjungan.

PENGHITUNGAN UMUR, PENIMBANGAN BERAT BADAN, PENGUKURAN PANJANG DAN


TINGGI BADAN, , SERTA PENGHITUNGAN INDEKS MASSA TUBUH BALITA 81
Contoh
Contoh berikut ini menunjukkan penggunaan tabel
IMT untuk anak perempuan bernama Nina, berumur
2 tahun 4 bulan.
• Tinggi badan Nina 88,2 cm. Tinggi badan
dibulatkan menjadi 88 cm (yang dilingkari pada
tabel di bawah ini)
• Berat badan Nina 11,5 kg. Berat terdekat pada
baris tingginya adalah 11,6 kg.
• Tunjuk beratnya dengan jari ke atas, dan
temukan IMT-nya (di bagian atas tabel) yaitu 15.

PB PB
atau INDEKS MASSA TUBUH atau
TB TB
(cm) (cm)

Ingat! Jika anak mempunyai edema di kedua kakinya,


jangan menentukan IMT berdasarkan berat karena
tidak realistis sehubungan dengan adanya cairan.
Rujuk anak dengan edema di kedua tungkai kakinya
untuk mendapatkan perawatan.

82 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


VIII. RANGKUMAN
Rangkuman uraian materi Modul MPI 2 mengenai
Penghitungan Umur, Penimbangan Berat Badan, Pengukuran
Panjang dan Tinggi Badan, serta Penghitungan Indeks Massa
Tubuh Balita, antara lain: (1) umur balita ditetapkan dengan
menggunakan umur bulan penuh. Oleh karena itu, penting
untuk selalu mencatat tanggal kunjungan posyandu dan
tanggal lahir balita dengan lengkap (hari/bulan/tahun); (2)
empat jenis timbangan yang dianjurkan untuk digunakan, di
antaranya: timbangan bayi (baby scale), dacin, timbangan
injak digital (konvensional atau tared), triple beam balance;
(3) pengukuran panjang dan tinggi badan balita dibedakan
berdasarkan umur dan kemampuan balita untuk berdiri.
Pengukuran panjang badan menggunakan infantometer,
sedangkan pengukuran tinggi badan menggunakan
microtoise; dan (4) indeks massa tubuh (IMT) adalah indeks
berupa angka yang menghubungkan berat badan seseorang
terhadap tinggi/panjang badan. IMT digunakan untuk
menentukan status pertumbuhan balita di fasyankes melalui
plotting pada grafik IMT/U.
.

PENGHITUNGAN UMUR, PENIMBANGAN BERAT BADAN, PENGUKURAN PANJANG DAN


TINGGI BADAN, , SERTA PENGHITUNGAN INDEKS MASSA TUBUH BALITA 83
IX. REFERENSI
1. Direktorat Bina Gizi, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI.
Modul Pelatihan Penilaian Pertumbuhan Anak. Jakarta,
2015.
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan
Menteri Kesehatan No. 2 Tahun 2020 tentang Standar
Antropometri Anak. Jakarta, 2020.
3. World Health Organization (WHO). WHO Child Growth
Standards: Training Course on Child Growth Assessment.
WHO Press, World Health Organization. Geneva, 2008.

84 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


X. LAMPIRAN
Tabel Indeks Masa Tubuh

PENGHITUNGAN UMUR, PENIMBANGAN BERAT BADAN, PENGUKURAN PANJANG DAN


TINGGI BADAN, , SERTA PENGHITUNGAN INDEKS MASSA TUBUH BALITA 85
86 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan
Panduan Praktik

1. Alokasi waktu : 105 menit


2. Tujuan penugasan
Pada akhir penugasan, peserta mampu melakukan
penghitungan umur, penimbangan berat badan, pengukuran
panjang dan tinggi badan, serta pengitungan indeks massa
tubuh balita
3. Bahan latihan
a. Timbangan bayi
b. Dacin
c. Timbangan injak digital konvensional
d. Timbangan injak digital tared
e. Triple beam balance (jika ada)
f. Infantometer (length board)
g. Microtoise
h. Bayi berusia kurang dari 6 bulan
i. Bayi berusia 6-24 bulan
j. Balita berusia 24 bulan atau lebih
k. Lembar penimbangan dan pengukuran
l. ATK
4. Langkah-langkah penugasan
a. Fasilitator menjelaskan langkah-langkah penugasan dan
peserta diberi kesempatan bertanya untuk hal-hal yang
kurang jelas sebelum pelaksanaan penugasan latihan
b. Fasilitator membagi peserta pelatihan menjadi kelompok
kecil, dengan masing-masing kelompok terdiri dari 2 orang.
Ada yang berperan sebagai pengukur dan asisten pengukur
c. Di lokasi pelatihan, penyelenggara telah menyiapkan media
dan alat bantu pelatihan yang akan digunakan oleh peserta

PENGHITUNGAN UMUR, PENIMBANGAN BERAT BADAN, PENGUKURAN PANJANG DAN


TINGGI BADAN, , SERTA PENGHITUNGAN INDEKS MASSA TUBUH BALITA 87
d. Masing-masing kelompok diberikan tugas untuk
menimbang berat badan, dan mengukur panjang/tinggi
badan satu orang balita menggunakan alat yang sesuai
dengan usia dan kondisi balita (60 menit)
e. Hasil penimbangan, pengukuran, dan observasi edema
dicatat dalam lembar penimbangan dan pengukuran.
Begitu juga dengan hasil penghitungan umur dan IMT.
f. Satu orang perwakilan kelompok diminta untuk
menyampaikan hasil latihan. Setelah seluruh kelompok
menyampaikan hasilnya, fasilitator meminta peserta
pelatihan untuk mengajukan pertanyaan (20 menit)
g. Fasilitator dapat memberikan penjelasan lebih lanjut
apabila diperlukan. Peserta diberi kesempatan bertanya
untuk hal-hal yang kurang jelas dan dipersilakan untuk
berlatih secara mandiri saat istirahat untuk meningkatkan
kemampuan menimbang dan mengukur
h. Fasilitator menyampaikan kesimpulan atas pelaksanaan
praktik (15 menit)

88 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Panduan Latihan

1. Alokasi waktu: 30 menit


2. Tujuan: pada akhir penugasan, peserta mampu melakukan
penghitungan umur serta penghitungan indeks massa tubuh
balita
3. Bahan latihan:
a. ATK
b. Lembar penimbangan dan pengukuran
4. Langkah-langkah penugasan:
a. Fasilitator menjelaskan langkah-langkah penugasan dan
peserta diberi kesempatan bertanya untuk hal-hal yang
kurang jelas sebelum pelaksanaan penugasan
b. Masing-masing peserta menghitung umur dan indeks
masa tubuh dari data praktik pengukuran yang telah
dilakukan sebelumnya
c. Satu orang perwakilan kelas menjelaskan hasil
penghitungannya
d. Fasilitator mempersilahkan peserta lain menanggapi
e. Fasilitator menyampaikan kesimpulan dan memberikan
penjelasan lebih lanjut apabila diperlukan

PENGHITUNGAN UMUR, PENIMBANGAN BERAT BADAN, PENGUKURAN PANJANG DAN


TINGGI BADAN, , SERTA PENGHITUNGAN INDEKS MASSA TUBUH BALITA 89
Lembar Penimbangan dan Pengukuran Balita

Tempat :
Tanggal pengukuran :
Nama petugas :

Nama balita

Nama orang tua

Jenis kelamin

Tanggal lahir

Umur hari ini (tahun,


bulan penuh)
Hasil observasi (ada
edema/tidak)
Berat badan (kg)

Panjang badan (cm)*

Tinggi badan (cm)*

Indeks Massa Tubuh

* Tuliskan keterangan cara mengukur panjang/tinggi badan anak


(dalam posisi tidur/telentang atau dalam posisi berdiri) setelah
menuliskan hasil pengukuran panjang/tinggi badan.

90 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


MA
TERI
PEL
ATI
HANI
NTI
3
PENILAIAN STATUS PERTUMBUHAN BALITA

I. DESKRIPSI SINGKAT
Mata pelatihan ini membahas tentang penilaian status
pertumbuhan balita di posyandu dan di fasyankes. Materi
penilaian status pertumbuhan balita di posyandu meliputi
pengisian KMS, plotting hasil penimbangan, membentuk garis
pertumbuhan dalam grafik pada KMS, serta penilaian status
pertumbuhan dan tindak lanjut berdasarkan penilaian status
pertumbuhan balita. Sedangkan materi penilaian status
pertumbuhan balita di fasyankes meliputi penjelasan mengenai
indikator pertumbuhan anak, penilaian status pertumbuhan
balita berdasarkan indikator pertumbuhan anak, tabel
penambahan berat badan (weight increment), tabel
penambahan panjang badan (length increment), dan tren IMT/U,
serta tindak lanjut berdasarkan status pertumbuhan balita.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu
penilaian status pertumbuhan balita sesuai pedoman.

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan tentang indikator pertumbuhan anak.
2. Melakukan pengisian KMS, plotting hasil penimbangan,
dan membentuk garis pertumbuhan pada grafik dalam
KMS.
3. Melakukan penilaian status pertumbuhan balita di
posyandu dan tindak lanjut.

PENILAIAN STATUS PERTUMBUHAN BALITA


93
4. Melakukan penilaian status pertumbuhan balita di
fasyankes berdasarkan indikator pertumbuhan anak.
5. Melakukan penilaian status pertumbuhan balita di
fasyankes berdasarkan tabel penambahan berat badan
(weight increment) dan tabel penambahan panjang
badan (length increment).
6. Melakukan penilaian status pertumbuhan balita di
fasyankes berdasarkan tren IMT/U.
7. Melakukan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian
status pertumbuhan balita di fasyankes.

III. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK


Materi pokok dan sub materi pokok pada mata pelatihan ini
adalah sebagai berikut:
1. Pengisian KMS, plotting hasil penimbangan, dan
membentuk garis pertumbuhan pada grafik dalam KMS.
2. Penilaian status pertumbuhan balita di posyandu dan
tindak lanjut.
3. Indikator pertumbuhan anak.
4. Penilaian status pertumbuhan balita berdasarkan
indikator pertumbuhan anak di fasyankes.
5. Penilaian status pertumbuhan balita berdasarkan tabel
penambahan berat badan (weight increment) dan tabel
penambahan panjang badan (length increment).
6. Penilaian status pertumbuhan balita berdasarkan tren
IMT/U.
7. Tindak lanjut hasil penilaian status pertumbuhan balita di
fasyankes.

94 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


IV. METODE
1. Ceramah tanya jawab.
2. Latihan.
3. Studi kasus.

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Bahan tayang/slide.
2. Modul.
3. Panduan latihan.
4. Panduan studi kasus.
5. Laptop.
6. LCD.
7. ATK (Pulpen, pensil, penghapus, rautan, dan penggaris siku-
siku).
8. Flipchart.
9. Spidol.
10. Lembar KMS.
11. Grafik pertumbuhan BB/U, PB/U dan TB/U, BB/PB dan
BB/TB, serta IMT/U.
12. Tabel pertumbuhan BB/U, PB/U dan TB/U, BB/PB dan
BB/TB, serta IMT/U.
13. Tabel penambahan berat badan.
14. Tabel penambahan panjang badan.
15. Tabel perhitungan IMT.

PENILAIAN STATUS PERTUMBUHAN BALITA


95
VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

A. Pembukaan sesi pembelajaran (5 menit), fasilitator


 Menyapa peserta.
 Melakukan bina suasana untuk menaikkan semangat
peserta dan mengajak fokus peserta agar siap
mengikuti pembelajaran.
 Memperkenalkan diri.
 Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan
menggunakan bahan tayangan dan deskripsi singkat
materi yang akan ajarkan
B. Penyajian (80 menit), fasilitator:
 Mengawali sesi paparannya dengan melakukan
apersepsi tentang materi yang akan dibahas
 Penyampaian materi pokok Pengisian KMS, Plotting
Hasil Penimbangan, dan Membentuk Garis
Pertumbuhan pada Grafik dalam KMS
 Penyampaian materi pokok Penetapan Status
Pertumbuhan Balita di Posyandu dan Tindak Lanjut
a. Melakukan penilaian status pertumbuhan balita di
posyandu
b. Tindak lanjut hasil penilaian status pertumbuhan
balita di posyandu
 Penyampaian materi pokok Indikator Pertumbuhan Anak
a. Indeks berat badan menurut umur (BB/U)
b. Indeks panjang atau tinggi badan menurut umur
(PB/U atau TB/U)
c. Indeks berat badan menurut panjang/tinggi badan
(BB/PB atau BB/TB)
d. Indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U)
 Penyampaian materi pokok Penilaian Status Pertumbuhan
Balita Berdasarkan Indikator Pertumbuhan Anak
 Penyampaian materi pokok Penilaian Status
Pertumbuhan Balita Berdasarkan Tabel Penambahan

96 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Berat Badan (Weight Increment) dan Tabel Penambahan
Panjang Badan (Length Increment)
a. Melakukan penilaian status pertumbuhan balita
berdasarkan tabel penambahan berat badan (weight
increment)
b. Melakukan penilaian status pertumbuhan balita
berdasarkan tabel penambahan panjang badan
(length increment)
 Penyampaian materi pokok Penilaian Status
Pertumbuhan Balita Berdasarkan Tren IMT/U
 Penyampaian materi pokok Tindak Lanjut Hasil
Penilaian Status Pertumbuhan Balita di Fasyankes
 Memberi kesempatan bertanya pada peserta
 Melaksanakan evaluasi pembelajaran dengan
memberikan pertanyaan dan pelaksanaan penugasan
menggunakan metode penugasan individu (180 menit)
a. Memberikan pertanyaan terkait pengertahuan tentang
1) Kriteria balita seperti apa yang status
pertumbuhannya dikategorikan tidak naik di
posyandu dan harus dirujuk ke fasyankes?
2) Tindak lanjut apa yang harus diberikan di
posyandu apabila anak tidak mengalami
gangguan pertumbuhan?
3) Bagaimana langkah penilaian status pertumbuhan
menggunakan indikator pertumbuhan anak di
fasyankes?
4) Sebutkan interval umur tabel penambahan
berat badan dan panjang badan anak yang
tersedia!
5) Kapan seorang anak yang terindikasi memiliki
gangguan pertumbuhan harus dikonfirmasi
ulang status pertumbuhannya menggunakan
tren IMT/U?
b. Memberikan penugasan berupa penugasan indvidu

PENILAIAN STATUS PERTUMBUHAN BALITA


97
1) Penjelasan mengenai penugasan individu
Fasilitator menyampaikan kepada peserta
pelatihan mengenai tujuan penugasan dan
bagaimana cara melaksanakan penugasan,
yang terdiri dari langkah berikut:
a) Fasilitator meminta peserta untuk
mengerjakan soal latihan dan studi kasus
secara individu.
b) Fasilitator menyiapkan Lembar Kerja untuk
seluruh peserta.
c) Peserta pelatihan mengerjakan penugasan
sesuai waktu yang disediakan.
d) Peserta pelatihan menyampaikan hasil
penugasan individu.
e) Peserta diberi kesempatan bertanya untuk
hal-hal yang kurang jelas.
2) Pelaksanaan penugasan individu
Peserta diberi waktu untuk menyelesaikan soal
latihan dan studi kasus, di antaranya:
a) Menginterpretasi plotting dan garis
pertumbuhan pada KMS
b) Menetapkan status pertumbuhan balita
dan tindak lanjut berdasarakan grafik
pertumbuhan pada KMS di posyandu
c) Menetapkan status pertumbuhan balita
dan tindak lanjut berdasarakan indikator
pertumbuhan di fasyankes
d) Menetapkan status pertumbuhan balita
menggunakan tabel penambahan berat
badan (weight increment) dan panjang
badan (length increment)
e) Menetapkan status pertumbuhan balita
menggunakan tren IMT/U di fasyankes

98 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


3) Penyampaian hasil penugasan individu
Satu orang perwakilan peserta untuk masing-
masing soal Latihan diminta untuk
menyampaikan hasil penugasan individu.
Setelah seluruh peserta menyampaikan hasil
penugasannya, fasilitator meminta peserta
pelatihan untuk mengajukan pertanyaan.
Fasilitator dapat memberikan penjelasan lebih
lanjut apabila diperlukan.
4) Kesimpulan hasil penugasan individu
Fasilitator menyampaikan kesimpulan atas
hasil penugasan individu.

C. Penutup sesi pembelajaran (5 menit), fasilitator:


 Merangkum pembelajaran dengan mengajak peserta
untuk mengulang hal-hal yang penting sekaligus.
 Menutup sesi dengan permintaan maaf dan ucapan
terima kasih.

VII. URAIAN MATERI

A. Materi Pokok 1: Pengisian KMS, plotting hasil penimbangan,


dan membentuk garis pertumbuhan pada grafik dalam KMS
Penilaian status pertumbuhan balita di posyandu dilakukan
dengan cara melakukan plotting hasil penimbangan ke
dalam grafik yang tertera di KMS. Titik-titik plotting setiap
bulannya disambungkan sehingga membentuk garis
pertumbuhan. Status pertumbuhan anak dapat diamati
dengan baik apabila KMS terisi dengan lengkap.

PENILAIAN STATUS PERTUMBUHAN BALITA


99
Jelaskan kepada ibu/pengasuh, mengisi KMS dengan
lengkap, plotting hasil penimbangan, dan membentuk garis
pertumbuhan pada KMS penting untuk mengawasi
pertumbuhan anak.

Langkah-langkah pengisian KMS:


a. Memilih KMS sesuai jenis kelamin balita.
KMS untuk anak laki-laki berwarna biru dan KMS untuk
anak perempuan berwarna merah muda.

b. Memastikan identitas balita sesuai dengan identitas


pada halaman depan Buku KIA.

 Pastikan KMS diisi sesuai dengan identitas balita


yang ditimbang pada halaman identitas pada buku
KIA, dengan menyesuaikan nama ibunya.

c. Menghitung umur anak


Umur anak dihitung dengan menggunakan umur bulan
penuh. Sebagai contoh, bila umur anak saat kali
pertama pengukuran adalah 7 bulan 3 hari, dihitung
sebagai umur 7 bulan. (Lihat Modul MPI 2 untuk
penjelasan mengenai cara menghitung umur bulan
penuh).

100 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


d. Mengisi bulan lahir dan bulan penimbangan anak
1) Tulis tanggal,
bulan dan tahun
lahir anak pada
kolom bulan
penimbangan di
bawah umur 0
bulan. Apabila
anak tidak
diketahui tanggal
kelahirannya,
tanyakan perkiraan umur anak tersebut.
2) Tulis kolom bulan berikutnya dengan tanggal
penimbangan (tanggal hari penimbangan, bulan,
tahun) secara berurutan.
3) Tulis semua kolom berikutnya
secara berurutan.
4) Tulis bulan dan tahun saat
penimbangan pada kolom
sesuai umurnya. (Tanggal diisi
pada saat hari penimbangan
posyandu)
Contoh: jika tanggal lahir balita
tidak diketahui'

Contoh:
Penimbangan dilaksanakan pada tanggal 5
Agustus 2019. Bila Ibu/pengasuh
mengatakan anak baru saja berulang tahun
yang pertama bulan lalu, berarti umur anak
saat ini 13 bulan.

Tulis 5 Agustus 2019 dibawah umur 13


bulan
PENILAIAN STATUS PERTUMBUHAN BALITA
101
Usahakan tanggal penimbangan setiap bulannya
sama/ajeg, agar didapatkan interpretasi yang
sama

e. Meletakkan titik berat badan dan membuat garis


pertumbuhan anak
1) Letakkan titik berat badan (plotting) hasil
penimbangan.

Contoh:

Aida dalam
penimbangan
bulan Juni 2019
umurnya 4 bulan
dan berat
badannya
6,0 kg.

 Tulis berat badan hasil penimbangan di bawah


kolom bulan penimbangan.
 Letakkan titik berat badan pada titik temu garis
tegak (bulan penimbangan) dan garis datar
(berat badan).

102 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


2) Hubungkan titik berat badan bulan ini dengan bulan
lalu.
 Jika bulan
sebelumnya anak
ditimbang,
hubungkan titik
berat badan bulan
lalu dengan bulan
ini dalam bentuk
garis lurus.

Contoh: Data penimbangan berat badan Aida adalah


sebagai berikut:

 Bulan Oktober 2019, berat badan Aida 6,2 kg.


 Bulan November 2019, berat badan Aida 6,3 kg.
 Bulan Desember 2019, berat badan Aida 7,4 kg
 Bulan Januari 2020, Aida tidak datang ke Posyandu.
 Bulan Februari 2020, berat badan Aida 9,2 kg.
 Bulan Maret 2020, berat badan Aida 10,2 kg.
 Bulan April 2020, berat badan Aida 10,2 kg.
 Bulan Mei 2020, berat badan Aida 9,7 kg.

Jika anak bulan lalu tidak ditimbang, maka garis


pertumbuhan tidak dapat dihubungkan.

PENILAIAN STATUS PERTUMBUHAN BALITA


103
f. Mencatat setiap kejadian yang dialami anak
Catat setiap kejadian kesakitan yang dialami anak.

Catat setiap kejadian kesakitan yang dialami anak.


Catatan dapat ditulis langsung di KMS seperti contoh di atas
atau dicatat di tempat lain.
Contoh:
 Pada penimbangan di bulan November 2019 anak tidak
nafsu makan.
 Saat ke Posyandu di bulan April 2020, anak sedang
mengalami demam.
 Penimbangan selanjutnya di bulan Mei 2020 anak sedang
diare.

104 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


g. Menentukan status pertumbuhan anak
Status pertumbuhan anak dapat diketahui dengan 2 cara,
yaitu dengan menilai garis pertumbuhannya atau dengan
menghitung kenaikan berat badan anak dibandingkan
dengan Kenaikan Berat Badan Minimum (KBM). Penilaian
status pertumbuhan anak tetap diutamakan berdasarkan
kurva pertumbuhan anak, KBM digunakan bila ada
keraguan menginterpretasikan arah kurva pertumbuhan.

Kesimpulan dari penentuan status pertumbuhan adalah


sebagai berikut:

PENILAIAN STATUS PERTUMBUHAN BALITA


105
Contoh di atas menggambarkan status pertumbuhan
berdasarkan grafik pertumbuhan anak dalam KMS:
a. TIDAK NAIK (T), grafik berat badan memotong garis
pertumbuhan dibawahnya; kenaikan berat badan
<KBM (<300 g)
b. NAIK (N), grafik berat badan memotong garis
pertumbuhan di atasnya; kenaikan berat badan >KBM
(>300 g)
c. NAIK (N), grafik berat badan memotong garis
pertumbuhan di atasnya; kenaikan berat badan >KBM
(>200 g)
d. TIDAK NAIK (T), grafik berat badan mendatar; kenaikan
berat badan <KBM (<200 g)

106 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


h. Mengisi kolom pemberian ASI Eksklusif
Pada bayi usia 0-6 bulan, kader posyandu harus
menanyakan kepada ibu/pengasuh mengenai praktik
pemberian ASI Eksklusif. Beri tanda () bila pada bulan
tersebut bayi masih diberi ASI saja, tanpa makanan dan
minuman lain. Bila diberi makanan lain selain ASI, bulan
tersebut dan bulan berikutnya diisi dengan tanda (-).

Perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat sensitif


untuk memantau pertumbuhan anak. Bila kenaikan berat badan
anak lebih rendah dari yang seharusnya, pertumbuhan anak
terganggu dan anak berisiko akan mengalami kekurangan gizi.
Sebaliknya bila kenaikan berat badan lebih besar dari rata-rata
anak seumurnya, hal tersebut merupakan indikasi risiko kelebihan
gizi. Untuk itulah orangtua/pengasuh perlu memonitor berat
badan anak setiap bulan untuk memastikan anak tumbuh baik dan
sehat.

PENILAIAN STATUS PERTUMBUHAN BALITA


107
Dalam e-PPGBM pada aplikasi SIGIZI Terpadu terdapat tampilan
KMS elektronik yang secara otomatis mem-plotting hasil entri
penimbangan di Posyandu. KMS elektronik pada e-PPGBM
mengacu pada database aplikasi WHO Anthro yang
menggunakan perhitungan umur hari. Status pertumbuhan
ditentukan dengan membandingkan nilai pengukuran bulan
sebelumnya.

108 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Contoh pengisian KMS
Contoh 1 - Status pertumbuhan naik, arah garis pertumbuhan
sejajar dengan atau mengikuti kurva terdekat pada KMS.

PENILAIAN STATUS PERTUMBUHAN BALITA


109
Contoh 2 - Status pertumbuhan tidak naik, arah garis pertumbuhan
ke bawah (berat badannya lebih rendah dari bulan sebelumnya) dan
mendatar

Arah garis pertumbuhan


dari bulan 5 ke bulan 6
mendatar

Arah garis pertumbuhan bulan dari bulan


6 ke bulan 7 ke bawah (berat badan lebih
rendah dari bulan sebelumnya)

110 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Contoh 3 - Status pertumbuhan naik, tetapi garis pertumbuhannya
di atas garis oranye

Arah garis pertumbuhan dari


bulan 7 berada di atas garis
oranye

PENILAIAN STATUS PERTUMBUHAN BALITA


111
B. Materi Pokok 2: Penilaian Status Pertumbuhan Balita di
Posyandu dan Tindak Lanjut
1. Melakukan penilaian status pertumbuhan balita di
posyandu
Status pertumbuhan balita dinilai berdasarkan arah
garis pertumbuhan. Selanjutnya, status pertumbuhan
tersebut dibagi menjadi dua kategori, yaitu NAIK dan
TIDAK NAIK.

Status pertumbuhan dinyatakan NAIK apabila:


a. Arah garis pertumbuhan sejajar dengan atau
mengikuti kurva terdekat pada KMS.
b. Arah garis pertumbuhan ke atas menyeberang
kurva di atasnya.

Status pertumbuhan dinyatakan TIDAK NAIK apabila:


a. Arah garis pertumbuhan ke bawah (berat
badannya lebih rendah dari bulan sebelumnya).
b. Arah garis pertumbuhan mendatar.

Selain kedua kategori di atas, beberapa status


pertumbuhan balita perlu mendapat perhatian karena
dapat mengindikasikan adanya risiko gangguan
pertumbuhan, di antaranya:
a. Balita dengan status pertumbuhan naik, tetapi tren
pertumbuhannya naik terus-menerus hingga
mendekati garis oranye.
b. Balita dengan status pertumbuhan naik, tetapi
garis pertumbuhannya di atas garis oranye.
c. Balita dengan status pertumbuhan naik, tetapi
garis pertumbuhannya di bawah garis merah.

112 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


d. Balita yang pertama kali ditimbang atau yang tidak
ditimbang dalam waktu lama dan titik berat
badannya ada di bawah garis merah atau di atas
garis oranye.

Status pertumbuhan NAIK atau TIDAK NAIK tetap


diutamakan ditetapkan berdasarkan garis pertumbuhan
anak. KBM digunakan apabila ada keraguan dalam
menginterpretasikan arah garis pertumbuhan.

2. Tindak lanjut hasil penilaian status pertumbuhan balita


di posyandu
Setelah hasil penilaian status pertumbuhan diketahui,
lakukan tindak lanjut sesuai dengan status
pertumbuhan balita. Tindak lanjut tersebut dapat
berupa respon umpan balik (penyuluhan), pujian
kepada ibu/pengasuh, atau rujukan ke fasilitas
pelayanan kesehatan.

Beberapa tindak lanjut yang dianjurkan berdasarkan


status pertumbuhan balita, di antaranya:

a. Balita dengan status pertumbuhan naik


1) Berikan pujian kepada ibu yang telah
membawa balita ke posyandu dan sampaikan
bahwa kenaikan berat badan anak merupakan
keberhasilan ibu mengasuh anak. Pujian juga
diberikan untuk memotivasi ibu agar selalu
membawa anaknya ke posyandu untuk
ditimbang.
2) Berikan umpan balik dengan cara
menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya
yang tertera pada KMS secara sederhana.

PENILAIAN STATUS PERTUMBUHAN BALITA


113
3) Anjurkan kepada ibu untuk mempertahankan
kondisi anak dan berikan nasihat tentang
pemberian makan anak sesuai golongan
umurnya (seperti yang tercantum dalam Buku
KIA).
4) Anjurkan untuk datang pada penimbangan
berikutnya.

b. Balita dengan status pertumbuhan naik, tetapi


tren pertumbuhannya naik terus-menerus hingga
mendekati garis oranye
1) Berikan pujian kepada ibu/pengasuh yang
telah membawa balita ke posyandu.
2) Berikan umpan balik dengan cara
menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya
yang tertera pada KMS secara sederhana.
3) Berikan nasihat tentang pemberian makan
anak sesuai golongan umurnya (seperti yang
tercantum dalam Buku KIA).
4) Berikan nasihat tentang aktivitas fisik agar
status pertumbuhan anak tidak di atas garis
oranye.
5) Anjurkan untuk datang pada penimbangan
berikutnya.

c. Balita dengan status pertumbuhan tidak naik


1) Berikan pujian kepada ibu yang telah
membawa balita ke posyandu sehingga berat
badan balita yang tidak naik dapat segera
diketahui dan ditindaklanjuti
2) Berikan umpan balik dengan cara
menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya
yang tertera pada KMS secara sederhana.

114 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


3) Tanyakan dan catat keadaan kesehatan anak
bila ada keluhan (batuk, diare, panas, rewel,
dll), kebiasaan makan anak, dan hal lainnya
seperti faktor sosial dan lingkungan
4) Berikan penjelasan tentang kemungkinan
penyebab berat badan tidak naik tanpa
menyalahkan ibu.
5) Berikan nasihat kepada ibu tentang anjuran
pemberian makan anak sesuai golongan
umurnya (seperti tercantum dalam Buku KIA).
6) Laporkan kepada tenaga kesehatan untuk
dirujuk ke fasyankes.
7) Anjurkan untuk datang pada penimbangan
berikutnya

d. Balita dengan status pertumbuhan naik, tetapi


garis pertumbuhannya di atas garis oranye
1) Berikan pujian kepada ibu/pengasuh yang
telah membawa balita ke posyandu.
2) Berikan umpan balik dengan cara
menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya
yang tertera pada KMS secara sederhana.
3) Berikan nasihat tentang pemberian makan
anak sesuai golongan umurnya dengan
komposisi yang beragam dan sesuai porsi
(seperti yang tercantum dalam Buku KIA)
4) Berikan nasihat tentang aktivitas fisik agar
status pertumbuhan anak bisa kembali ke
garis pertumbuhan normal.
5) Laporkan kepada tenaga kesehatan untuk
dirujuk ke fasyankes.
6) Anjurkan untuk datang pada penimbangan
berikutnya.

PENILAIAN STATUS PERTUMBUHAN BALITA


115
e. Balita dengan status pertumbuhan naik, tetapi
garis pertumbuhannya di bawah garis merah
1) Berikan pujian kepada ibu/pengasuh yang
telah membawa balita ke posyandu
2) Berikan umpan balik dengan cara
menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya
yang tertera pada KMS secara sederhana.
3) Tanyakan dan catat keadaan anak bila ada
keluhan (batuk, diare, panas, rewel, dll) dan
kebiasaan makan anak.
4) Berikan penjelasan berdasarkan jawaban
ibu/pengasuh tentang kemungkinan
penyebab kenaikan berat badan anak masih
belum cukup tanpa menyalahkan
ibu/pengasuh.
5) Berikan nasihat kepada ibu sesuai anjuran
pemberian makan anak sesuai golongan
umurnya (seperti tercantum dalam Buku KIA).
6) Laporkan kepada tenaga kesehatan untuk
dirujuk ke fasyankes.
7) Pada anak BGM, setelah dirujuk dan
dikonfirmasi, tidak perlu dirujuk kembali jika
garis pertumbuhannya mengikuti garis
pertumbuhan di atasnya (N). Namun jika berat
badan tidak mengalami kenaikan (T) maka
harus dirujuk.
8) Anjurkan untuk datang pada penimbangan
berikutnya.

116 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


f. Balita yang pertama kali ditimbang atau yang tidak
ditimbang dalam waktu lama dan titik berat
badannya ada di bawah garis merah atau di atas
garis oranye
1) Berikan pujian kepada ibu/pengasuh yang
telah membawa balita ke Posyandu.
2) Berikan umpan balik dengan cara
menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya
yang tertera pada KMS secara sederhana.
3) Berikan nasihat tentang pemberian makan
anak sesuai golongan umurnya dengan
komposisi yang beragam dan sesuai porsi
(seperti yang tercantum dalam Buku KIA).
4) Berikan nasihat tentang aktivitas fisik.
5) Laporkan kepada tenaga kesehatan untuk
dirujuk ke fasyankes.
6) Anjurkan untuk datang pada penimbangan
berikutnya

Rujukan memiliki tujuan untuk mengkonfirmasi


risiko gangguan pertumbuhan agar dapat
ditindaklanjuti secara cepat dan tepat.

C. Materi Pokok 3: Indikator Pertumbuhan Anak

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 2 Tahun


2020, Standar Antropometri Anak digunakan untuk menilai
status pertumbuhan anak. Penilaian status pertumbuhan
diklasifikasikan berdasarkan Indeks Antropometri sesuai
dengan kategori status gizi pada WHO Child Growth
Standards untuk anak usia 0-5 tahun.

PENILAIAN STATUS PERTUMBUHAN BALITA


117
Standar Antropometri Anak didasarkan pada parameter
berat badan dan panjang atau tinggi badan yang terdiri dari
empat indeks, di antaranya:

1. Indeks berat badan menurut umur (BB/U)


Indeks BB/U menggambarkan berat badan relatif
dibandingkan dengan umur anak. Indeks ini digunakan
untuk mengidentifikasi:
 balita dengan berat badan kurang (underweight,
nilai z-score <-2 SD)
 balita dengan berat badan sangat kurang (severely
underweight, nilai z-score <-3 SD)

Penting untuk diketahui, indeks BB/U tidak dapat


digunakan untuk mengklasifikasikan anak gemuk atau
sangat gemuk. Balita dengan BB/U rendah
kemungkinan mengalami masalah pertumbuhan,
sehingga perlu dikonfirmasi dengan indeks BB/PB
atau BB/TB atau IMT/U sebelum diintervensi.

Terdapat empat jenis grafik BB/U yang dibedakan


berdasarkan jenis kelamin dan umur anak, di
antaranya:
 grafik BB/U anak perempuan 0-24 bulan
 grafik BB/U anak perempuan 24-60 bulan
 grafik BB/U anak laki-laki 0-24 bulan
 grafik BB/U anak laki-laki 24-60 bulan

2. Indeks panjang atau tinggi badan menurut umur (PB/U


atau TB/U)
Indeks PB/U atau TB/U menggambarkan pertumbuhan
panjang atau tinggi badan anak berdasarkan umurnya.
Indeks Panjang Badan (PB) digunakan pada anak umur
0-24 bulan yang diukur dengan posisi terlentang.

118 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Sementara untuk indeks Tinggi Badan (TB) digunakan
pada anak umur di atas 24 bulan sampai 59 bulan yang
diukur dengan posisi berdiri.

Indeks ini digunakan untuk mengidentifikasi:


 balita yang pendek (stunted, nilai z-score <-2 SD)
 balita yang sangat pendek (severely stunted, nilai
z-score <-3 SD)
 balita yang tergolong tinggi menurut umurnya
(nilai z-score >3 SD)

Anak-anak yang pendek atau sangat pendek dapat


disebabkan karena asupan gizi yang kurang dalam
waktu lama atau sering sakit. Sedangkan anak dengan
tinggi badan di atas normal biasanya disebabkan oleh
gangguan endokrin, meskipun hal ini jarang terjadi di
Indonesia.

Terdapat empat jenis grafik yang digunakan untuk


menilai status pertumbuhan berdasarkan indeks PB/U
atau TB/U, di antaranya:
 grafik PB/U anak perempuan 0-24 bulan
 grafik TB/U anak perempuan 24-60 bulan
 grafik PB/U anak laki-laki 0-24 bulan
 grafik TB/U anak laki-laki 24-60 bulan

3. Indeks berat badan menurut panjang/tinggi badan


(BB/PB atau BB/TB)
Indeks BB/PB atau BB/TB menggambarkan apakah
berat badan anak sesuai terhadap pertumbuhan
panjang/tinggi badannya. Indeks ini digunakan untuk
mengidentifikasi:
 balita dengan gizi buruk (severely wasted, nilai z-
score <-3 SD)

PENILAIAN STATUS PERTUMBUHAN BALITA


119
 balita dengan gizi kurang (wasted, nilai z-score <-2
SD)
 balita dengan risiko gizi lebih (possible risk of
overweight, nilai z-score >+1 SD)
 balita dengan gizi lebih (overweight, nilai z-score >+2
SD)
 balita dengan obesitas (obese, nilai z-score >+3 SD)

Kondisi gizi buruk dapat disebabkan oleh penyakit dan


kekurangan asupan gizi yang baru saja terjadi (akut)
maupun yang telah lama terjadi (kronis).

Terdapat empat jenis grafik yang digunakan untuk


menilai status pertumbuhan berdasarkan indeks
BB/PB atau BB/TB di antaranya:
 grafik BB/PB anak perempuan 0-24 bulan
 grafik BB/TB anak perempuan 24-60 bulan
 grafik BB/PB anak laki-laki 0-24 bulan
 grafik BB/TB anak laki-laki 24-60 bulan

4. Indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U)


Indeks IMT/U dan BB/PB atau BB/TB cenderung
menunjukkan hasil yang sama. Namun, indeks IMT/U
lebih sensitif untuk penapisan balita dengan gizi lebih
dan obesitas.

Indeks IMT/U digunakan untuk mengidentifikasi:


 balita dengan gizi buruk (severely, nilai z-score <-3 SD)
 balita dengan gizi kurang ( nilai z-score <-2 SD)
 balita dengan risiko gizi lebih (possible risk of
overweight, nilai z-score >+1 SD)
 balita dengan gizi lebih (overweight, nilai z-score >+2
SD)
 balita dengan obesitas (obese, nilai z-score >+3 SD)

120 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Terdapat empat jenis grafik yang digunakan untuk
menilai status pertumbuhan berdasarkan indeks
IMT/U, di antaranya:
 grafik IMT/U anak perempuan 0-24 bulan
 grafik IMT/U anak perempuan 24-60 bulan
 grafik IMT/U anak laki-laki 0-24 bulan
 grafik IMT/U anak laki-laki 24-60 bulan

Tabel Indikator Pertumbuhan Anak

Indikator Pertumbuhan
Z-score
PB/U atau BB/PB atau
BB/U IMT/U
TB/U BB/TB
Tinggi
Obesitas Obesitas
Di atas 3 (Lihat
(Obese) (Obese)
Catatan 2)
Risiko berat
Di atas 2 Gizi Lebih Gizi Lebih
badan lebih Normal
(Overweight) (Overweight)
(Lihat
Berisiko Berisiko
Catatan 1)
Gizi Lebih Gizi Lebih
Di atas 1 Normal
(Possible Risk of (Possible Risk of
Overweight) Overweight)
0 (Angka
Normal Normal Normal Normal
Median)
Di bawah -1 Normal Normal Normal Normal
BB Kurang Pendek Gizi Kurang Gizi Kurang
Di bawah -2
(Underweight) (Stunted) (Wasted) (Wasted)
BB Sangat Gizi Buruk
Sangat Pendek
Kurang Gizi Buruk (Severely Wasted)
Di bawah -3 (Severely
(Severely (Severely Wasted) (Lihat
Stunted)
Underweight) Catatan 3)

PENILAIAN STATUS PERTUMBUHAN BALITA


121
Catatan:
1. Anak yang termasuk pada kategori ini mungkin memiliki masalah
pertumbuhan, perlu dikonfirmasi dengan BB/TB atau IMT/U.
2. Anak pada kategori ini termasuk sangat tinggi dan biasanya
tidak menjadi masalah kecuali kemungkinan adanya gangguan
endokrin seperti tumor yang memproduksi hormon
pertumbuhan. Rujuk ke dokter spesialis anak jika diduga
mengalami gangguan endokrin (misalnya anak yang sangat
tinggi menurut umurnya sedangkan tinggi orang tua normal).
3. Walaupun interpretasi IMT/U mencantumkan gizi buruk dan gizi
kurang, kriteria diagnosis gizi buruk dan gizi kurang menurut
pedoman Tatalaksana Anak Gizi Buruk menggunakan Indeks
Berat Badan menurut Panjang Badan atau Tinggi Badan (BB/PB
atau BB/TB)

Plotting pada Grafik Indikator Pertumbuhan Anak

Hasil penimbangan dan pengukuran balita dicatat (plotting) ke


dalam grafik indikator pertumbuhan yang sesuai. Hasil plotting
digunakan untuk menentukan status pertumbuhan anak. Terdapat
hal-hal yang harus dipahami saat melakukan plotting, antara lain:

a. Perhatikan keterangan judul, sumbu x, dan sumbu y pada


grafik pertumbuhan.
1) Judul grafik, menunjukkan indikator pertumbuhan yang
digunakan (contoh: BB/U), jenis kelamin, dan umur.
2) Sumbu x, merupakan garis mendatar (horizontal) di
bagian bawah grafik. Sumbu x dapat menunjukkan umur
atau panjang/tinggi badan tergantung pada indikator
pertumbuhan yang digunakan.
3) Sumbu y, merupakan garis tegak (vertikal) di bagian kiri
grafik. Sumbu y dapat menunjukkan panjang/tinggi
badan, berat badan, atau IMT tergantung pada indikator
pertumbuhan yang digunakan.

122 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


b. Pastikan titik hasil plotting memotong sumbu x dan sumbu y
pada grafik.

PENILAIAN STATUS PERTUMBUHAN BALITA


123
D. Materi Pokok 4: Penilaian Status Pertumbuhan Balita
Berdasarkan Indikator Pertumbuhan Anak di Fasyankes

Status pertumbuhan balita di fasyankes dinilai oleh tenaga


kesehatan menggunakan indikator pertumbuhan anak,
meliputi indeks BB/U, PB/U atau TB/U, dan BB/PB atau
BB/TB. Anak-anak yang dinilai status pertumbuhannya di
fasyankes merupakan anak-anak dengan risiko gangguan
pertumbuhan yang dirujuk dari posyandu.

Saat anak dirujuk, penting untuk mengkonfirmasi berat


badan, panjang/tinggi badan, umur, dan IMT anak sebelum
melakukan penilaian status pertumbuhan menggunakan
indikator pertumbuhan anak.

Langkah-langkah penilaian status pertumbuhan balita


berdasarkan indikator pertumbuhan anak
Lakukan langkah-langkah berikut untuk menilai status
pertumbuhan balita menggunakan indikator pertumbuhan
anak:
1. Mengkaji catatan dan status pertumbuhan anak yang
terdapat pada buku KIA/KMS anak.
2. Menimbang berat badan dan mengukur panjang/tinggi
badan, menghitung umur, dan IMT anak.
3. Memeriksa tanda dan gejala klinis pada anak sesuai
dengan alur MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit).
4. Menilai status pertumbuhan dengan berdasarkan nilai
z-score:
a. Indeks BB/U
b. Indeks PB/U atau TB/U
c. Indeks BB/PB atau BB/TB
 Apabila nilai z-score BB/PB atau BB/TB >+1 SD,
status pertumbuhan selanjutnya dikonfirmasikan
dengan indeks IMT/U.

124 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


 Nilai z-score masing-masing indikator
pertumbuhan menurut jenis kelamin dan umur
anak dapat diperoleh dari Sigizi Terpadu atau dari
Tabel Pertumbuhan Anak dan Grafik Pertumbuhan
Anak yang terdapat pada Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 2 Tahun 2020
tentang Standar Antropometri Anak.
5. Membuat kesimpulan status pertumbuhan berdasarkan
standar nilai z-score indikator pertumbuhan anak.

Kesimpulan penilaian status pertumbuhan yang bisa


diperoleh, antara lain:
a. Tidak ada gangguan pertumbuhan, apabila anak
mempunyai status normal menurut indikator
pertumbuhan PB/U atau TB/U, BB/U, BB/TB atau
BB/PB dan IMT/U.
b. Ada gangguan pertumbuhan, apabila anak di luar
status normal menurut indikator pertumbuhan PB/U
atau TB/U, BB/U, BB/TB atau BB/PB dan IMT/U.

Seorang anak mungkin saja mengalami gangguan


pertumbuhan berdasarkan satu atau lebih indikator
pertumbuhan. Berikut adalah beberapa
kemungkinan status pertumbuhan anak:
1) Anak berat badan kurang, pendek, tetapi normal
menurut BB/PB atau BB/TB: artinya anak
tersebut mengalami masalah gizi kronis atau
berat badannya kurang disebabkan karena
pertumbuhan panjang/tingginya kurang.
2) Anak berat badan kurang, gizi kurang, tetapi
normal menurut PB/U atau TB/U: artinya anak
tersebut mengalami masalah gizi akut,
misalnya karena menderita sakit dan
mengalami penurunan nafsu makan.

PENILAIAN STATUS PERTUMBUHAN BALITA


125
3) Anak risiko berat badan berlebih, gizi lebih,
tetapi normal menurut PB/U atau TB/U: artinya
anak tersebut mengalami masalah gizi lebih.
4) Anak risiko berat badan lebih, gizi lebih, tetapi
pendek: artinya anak tersebut mengalami
masalah gizi kronis.
5) Anak gizi kurang dan pendek: artinya anak ini
mengalami masalah gizi akut dan kronis.
6) Anak risiko berat badan lebih, tinggi, tetapi
normal menurut BB/PB atau BB/TB: artinya
anak ini mempunyai pertumbuhan normal,
kecuali anak yang mengalami gangguan
endokrin.

E. Materi Pokok 5: Penilaian Status Pertumbuhan Balita


Berdasarkan Tabel Penambahan Berat Badan (Weight
Increment) dan Tabel Penambahan Panjang Badan (Length
Increment)

Tabel penambahan berat badan (weight increment) dan


panjang badan (length increment) khusus digunakan untuk
menetapkan status pertumbuhan anak usia 0-24 bulan
yang mengalami risiko gagal tumbuh. Penggunaan tabel
tersebut memungkinkan identifikasi ketidakcukupan
penambahan berat badan atau panjang badan anak secara
cepat dengan memperhitungkan faktor dinamika
pertumbuhan berdasarkan usia. Penambahan berat badan
atau panjang badan di bawah standar mengindikasikan
bahwa seorang anak memiliki risiko gagal tumbuh.
1. Penilaian status pertumbuhan balita berdasarkan
berdasarkan tabel penambahan berat badan (weight
increment)
Tabel penambahan berat badan (weight increment)
memuat informasi mengenai standar kenaikan berat

126 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


badan menurut interval umur. Terdapat tiga buah tabel
penambahan berat badan yang dapat digunakan
berdasarkan interval umur, yaitu:
 Tabel penambahan berat badan interval tiga bulan
 Tabel penambahan berat badan interval empat
bulan
 Tabel penambahan berat badan interval enam
bulan

Langkah-langkah penilaian status pertumbuhan balita


berdasarkan tabel penambahan berat badan
Lakukan langkah berikut untuk menilai status
pertumbuhan balita berdasarkan tabel penambahan
berat badan:
a. Mengkaji catatan dan status pertumbuhan anak
yang terdapat pada buku KIA/KMS anak.
b. Menghitung penambahan berat badan anak sesuai
dengan data yang tersedia.
c. Membandingkan hasil penghitungan penambahan
berat badan anak dengan standar penambahan
berat badan anak pada tabel dengan interval umur
yang sesuai.

PENILAIAN STATUS PERTUMBUHAN BALITA


127
Keterangan:
Sebagai contoh, data berat badan anak yang tersedia
adalah saat umur 4 bulan dan 7 bulan.
Berdasarkan tabel, standar penambahan berat badan
anak perempuan untuk interval 4-7 bulan adalah 694
gram.

Contoh penetapan status pertumbuhan berdasarkan


tabel penambahan berat badan

Sebagai contoh, berdasarkan data yang tersedia,


seorang anak perempuan memiliki berat badan 5,4 kg
saat berusia 4 bulan dan 5,6 kg saat berusia 7 bulan,
status pertumbuhan anak dapat ditetapkan sebagai
berikut.
Interval bulan 3 bulan (4-7 bulan)

Penambahan berat badan 200 g (5,4 kg ke 5,6 kg)


aktual

Standar penambahan berat 694 g


badan (pada tabel)

Kesimpulan Penambahan berat


badan kurang dari
standar (hanya 200 g,
seharusnya 694 g).
Artinya pertumbuhan
anak tidak adekuat.

128 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


2. Melakukan penilaian status pertumbuhan balita
berdasarkan tabel penambahan panjang badan (length
increment)
Tabel penambahan panjang badan (length increment)
memuat informasi mengenai standar kenaikan
panjang badan menurut interval umur. Terdapat
empat buah tabel penambahan panjang badan yang
dapat digunakan berdasarkan interval umur, yaitu:
 Tabel penambahan berat badan interval dua bulan
 Tabel penambahan berat badan interval tiga bulan
 Tabel penambahan berat badan interval empat
bulan
 Tabel penambahan berat badan interval enam
bulan

Langkah-langkah penilaian status pertumbuhan balita


berdasarkan tabel penambahan panjang badan
Lakukan langkah-langkah berikut untuk menilai status
pertumbuhan balita berdasarkan tabel penambahan
panjang badan:
a. Mengkaji catatan dan status pertumbuhan anak
yang terdapat pada buku KIA/KMS anak.
b. Menghitung penambahan panjang badan anak
sesuai dengan data yang tersedia.
c. Membandingkan hasil penghitungan penambahan
panjang badan anak dengan standar penambahan
panjang badan anak pada tabel dengan interval
umur yang sesuai.

PENILAIAN STATUS PERTUMBUHAN BALITA


129
Keterangan:
Sebagai contoh, data berat badan anak yang tersedia
adalah saat umur 1 bulan dan 7 bulan. Berdasarkan
tabel, standar penambahan berat badan anak
perempuan untuk interval 1-7 bulan adalah 11,5 cm.

Contoh penetapan status pertumbuhan berdasarkan


tabel penambahan panjang badan

Sebagai contoh, berdasarkan data yang tersedia,


seorang anak perempuan memiliki panjang badan 53,5
cm saat berusia 1 bulan dan 62,3 cm saat berusia 7
bulan, status pertumbuhan anak dapat ditetapkan
sebagai berikut.

Interval bulan 6 bulan (1-7 bulan)

Penambahan panjang 8,8 cm (53,5 cm ke


badan aktual 62,3 cm)

Standar penambahan 11,5 cm


panjang badan (pada tabel)

Kesimpulan Penambahan
panjang badan
kurang dari standar
(hanya 8,8 cm,
seharusnya 11,5
cm). Artinya
pertumbuhan anak
tidak adekuat.

130 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


F. Materi Pokok 6: Penilaian Status Pertumbuhan Balita
Berdasarkan Tren IMT/U

Penilaian status pertumbuhan balita menggunakan indeks


IMT/U memiliki kecenderungan hasil yang sama dengan
indeks BB/PB atau BB/TB. Namun, indeks IMT/U lebih
sensitif untuk penapisan anak dengan gizi lebih dan
obesitas. Oleh sebab itu, apabila nilai z-score berdasarkan
indeks BB/PB atau BB/TB >+1 SD, status pertumbuhan
harus dikonfirmasikan dengan indeks IMT/U.

Penting untuk dipahami, IMT tidak selalu meningkat dengan


bertambahnya umur. Terlihat pada grafik IMT/U berikut,
IMT bayi usia 0-6 bulan naik secara tajam karena terjadinya
peningkatan berat badan secara relatif terhadap panjang
badan. IMT selanjutnya menurun setelah bayi berumur 6
bulan dan tetap stabil pada umur 2 sampai 5 tahun.

PENILAIAN STATUS PERTUMBUHAN BALITA


131
Penilaian status pertumbuhan dengan memantau tren
kenaikan indeks massa tubuh menggunakan grafik IMT/U
memungkinkan identifikasi risiko gizi lebih secara dini. Hal
ini merupakan upaya untuk mencegah kejadian gizi lebih
dan obesitas pada anak serta menghindari dampak Penyakit
Tidak Menular yang mungkin timbul di kemudian hari.

G. Materi Pokok 7: Tindak Lanjut Hasil Penilaian Status


Pertumbuhan Balita di Fasyankes
1. Tindak lanjut bagi anak yang tidak mengalami
gangguan pertumbuhan
Tindak lanjut bagi anak yang tidak mengalami gangguan
pertumbuhan dibedakan ke dalam dua kelompok
berdasarkan kondisi kesehatan anak sebagai berikut.
a. Jika anak tidak mengalami gangguan
pertumbuhan dan tidak sakit, tenaga kesehatan
memberikan penyuluhan dan menganjurkan
ibu/pengasuh untuk kembali ke posyandu bulan
berikutnya.

132 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


b. Jika anak tidak mengalami gangguan
pertumbuhan tetapi menderita sakit, anak diberi
pengobatan sesuai penyakitnya atau dirujuk ke
fasyankes yang lebih tinggi. Setelah sehat,
ibu/pengasuh diberi penyuluhan dan dianjurkan
untuk kembali ke posyandu bulan berikutnya.

2. Tindak lanjut bagi anak yang mengalamai gangguan


pertumbuhan
Bagi anak yang mengalami gangguan pertumbuhan,
tindak lanjut harus disesuaikan dengan status
pertumbuhan anak, di antaranya.
a. Jika anak mengalami gangguan pertumbuhan,
anak harus mendapatkan tindak lanjut yang dapat
berupa tata laksana kasus, konseling, pengobatan
atau rujukan ke Fasyankes yang lebih tinggi.
Beberapa contoh tindak lanjut di antaranya adalah:
1) Untuk anak yang menderita sakit, anak diberi
pengobatan sesuai penyakitnya atau dirujuk
ke Fasyankes yang lebih tinggi dan mendapatkan
asuhan gizi sesuai dengan permasalahannya.
2) Untuk anak yang mengalami gizi kurang, anak
diberi asuhan gizi agar menjadi normal.
3) Untuk anak yang mengalami gizi buruk, anak
ditindaklanjuti sesuai dengan tatalaksana gizi
buruk.
4) Untuk anak yang mengalami risiko gizi lebih
dan gizi lebih, ibu/pengasuh disarankan untuk
memberikan makan mengikuti pedoman
PMBA (Pemberian Makan bagi Bayi dan Anak)
untuk anak usia 0-24 bulan atau Pedoman Gizi
Seimbang untuk anak usia 24-60 bulan dan
meningkatkan aktivitas fisik. Tenaga
kesehatan juga menganjurkan ibu/pengasuh

PENILAIAN STATUS PERTUMBUHAN BALITA


133
untuk membawa anaknya kembali ke
Fasyankes bulan berikutnya agar dapat dinilai
status pertumbuhan anaknya dengan
menggunakan tren IMT/U.
5) Untuk anak yang mengalami obesitas, anak
dirujuk ke Fasyankes yang lebih tinggi.
6) Untuk anak yang mengalami pendek dan
berumur 0-24 bulan, anak diberi asuhan gizi
agar mampu tumbuh kejar.
7) Untuk anak yang mengalami pendek dan
berumur diatas 24 bulan, anak diberi asuhan
gizi agar tidak menjadi lebih buruk (misalnya
menjadi gizi lebih dan/atau sangat pendek).
8) Untuk anak usia 0-24 bulan, tenaga kesehatan
menganjurkan ibu/pengasuh untuk
membawa anaknya kembali ke Fasyankes
bulan berikutnya agar dapat dinilai status
pertumbuhan dengan menggunakan
penambahan berat dan panjang badan (weight
dan length increment). Tabel penambahan
berat dan panjang badan dapat dilihat pada
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 2 Tahun 2020 tentang standar
antropometri anak.
9) Untuk anak yang penyebabnya merupakan
faktor lain, misalnya mempunyai permasalahan
sosial, budaya, ekonomi, lingkungan, atau
lainnya, tenaga kesehatan berkoordinasi
dengan perangkat kecamatan/desa.
b. Tenaga kesehatan memantau status
pertumbuhan anak hingga statusnya kembali ke
pertumbuhan normal.
c. Setelah pertumbuhan normal, maka pemantauan
pertumbuhannya dilakukan kembali di posyandu.

134 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


VIII. RANGKUMAN
Rangkuman uraian materi Modul MPI 3 mengenai Penilaian
Status Pertumbuhan Balita, antara lain: (1) mengisi KMS,
melakukan plotting hasil penimbangan, dan membentuk garis
pertumbuhan pada grafik dalam KMS merupakan suatu
upaya untuk memantau berat badan balita setiap bulannya
agar balita tumbuh baik dan sehat; (2) di posyandu, status
pertumbuhan balita dinilai berdasarkan arah garis
pertumbuhan pada grafik yang terdapat dalam KMS. Balita
dengan risiko gangguan pertumbuhan harus dirujuk agar
status pertumbuhan dapat dikonfirmasi dan risiko gangguan
pertumbuhan dapat ditindaklanjuti secara cepat dan tepat;
(3) empat jenis indikator pertumbuhan anak yang dapat
digunakan, di antaranya: indikator BB/U, PB/U atau TB/U,
BB/PB atau BB/TB, dan IMT/U; (4) Di fasyankes, status
pertumbuhan balita dinilai menggunakan indikator
pertumbuhan anak. Sebelum melakukan penilaian, berat
badan dan tinggi badan, umur, dan IMT anak harus
dikonfirmasi oleh tenaga kesehatan; (5) balita usia 0-24 bulan
yang mengalami risiko gagal tumbuh harus dikonfirmasi
status pertumbuhannya menggunakan tabel penambahan
berat badan (weight increment) dan panjang badan (length
increment); (6) penilaian status pertumbuhan balita
menggunakan indeks IMT/U memiliki kecenderungan hasil
yang sama dengan indeks BB/PB atau BB/TB. Namun,
indeks IMT/U lebih sensitif untuk penapisan anak dengan gizi
lebih dan obesitas; dan (7) anak yang mengalami gangguan
pertumbuhan harus mendapatkan tindak lanjut yang dapat
berupa tata laksana kasus, konseling, pengobatan atau
rujukan ke Fasyankes yang lebih tinggi.

PENILAIAN STATUS PERTUMBUHAN BALITA


135
IX. REFERENSI
1. Bina Gizi Direktorat Bina Gizi Jenderal Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI.
Modul Pelatihan Penilaian Pertumbuhan Anak. Jakarta,
2015.
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan
Menteri Kesehatan No. 2 Tahun 2020 tentang Standar
Antropometri Anak. Jakarta, 2020.
3. World Health Organization (WHO). WHO Child Growth
Standards: Training Course on Child Growth Assessment.
WHO Press, World Health Organization. Geneva, 2008.

X. LAMPIRAN
Panduan studi kasus (Penugasan individu)
1. Alokasi waktu: 180 menit
2. Tujuan penugasan:
Pada akhir penugasan peserta mampu melakukan
penilaian status pertumbuhan balita
3. Bahan Latihan
a. Flip chart
b. ATK
c. Lembar KMS
d. Lembar GPA
e. Tabel weight increment dan height increment
f. Tabel IMT/U
g. Lembar skenario kasus
4. Langkah-langkah penugasan
a. Fasilitator menjelaskan langkah-langkah penugasan
dan menyiapkan lembar kerja untuk seluruh peserta.
Peserta diberi kesempatan bertanya untuk hal-hal yang
kurang jelas sebelum pelaksanaan penugasan studi
kasus (10 menit).

136 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


b. Masing-masing peserta diberi waktu selama 90 menit
untuk mengerjakan studi kasus sebagai berikut:
 Menginterpretasi plotting dan garis pertumbuhan
pada KMS.
 Melakukan penilaian status pertumbuhan balita dan
tindak lanjut berdasarkan grafik pertumbuhan pada
KMS di posyandu.
 Melakukan penilaian status pertumbuhan balita di
fasyankes dan tindak lanjut berdasarakan indikator
pertumbuhan anak.
 Melakukan penilaian status pertumbuhan balita di
fasyankes menggunakan tabel penambahan berat
badan (weight increment) dan panjang badan (length
increment).
 Melakukan penilaian status pertumbuhan balita di
fasyankes menggunakan tren IMT/U di fasyankes.
c. Satu orang perwakilan peserta untuk masing-masing
soal studi kasus diminta untuk menyampaikan hasil
studi kasus (30 menit). Setelah seluruh peserta
menyampaikan hasilnya, fasilitator meminta peserta
pelatihan lainnya untuk mengajukan pertanyaan/
menanggapi (25 menit). Fasilitator memberikan
umpan balik dan dapat memberikan penjelasan lebih
lanjut apabila diperlukan (10 menit)
d. Fasilitator menyampaikan kesimpulan atas hasil studi
kasus (15 menit) .

PENILAIAN STATUS PERTUMBUHAN BALITA


137
Studi kasus 1
Menginterpretasi Plotting dan Garis Pertumbuhan Pada KMS

Grafik berikut menggambarkan hasil plotting berat badan anak laki-


laki bernama Riko pada KMS. Dalam kurun waktu 24 bulan, Riko
melakukan 20 kali kunjungan ke posyandu. Hasil plotting berat
badan Riko menurut umurnya dapat dilihat pada gambar berikut.

Berdasarkan grafik pertumbuhan Riko pada KMS di atas, tentukan


berat badan dan status pertumbuhan Riko:
a. Saat umur 4 bulan
b. Saat umur 8 bulan
c. Saat umur 11 bulan
d. Saat umur 17 bulan

138 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Studi kasus 2
Menetapkan Status Pertumbuhan Balita dan Tindak Lanjut
Berdasarkan
Grafik Pertumbuhan Pada KMS di Posyandu

Gunakan informasi dari catatan kunjungan posyandu seorang anak


untuk membuat plotting titik hasil penimbangan berat badan pada
lembar KMS. Kemudian, hubungkan titik-titik tersebut menjadi
garis pertumbuhan dan tentukan status pertumbuhan anak
tersebut pada bulan terakhir kunjungan ke posyandu.
Informasi tentang balita
Jonatan adalah anak laki-laki yang lahir pada 11 Januari 2020
dengan berat badan 3,5 kg. Jonatan telah melakukan kunjungan ke
posyandu sebanyak 7 kali. Hari pertama kunjungannya adalah pada
14 Februari 2020. Berikut adalah data hasil penimbangan berat
badan Jonatan dalam tujuh bulan kunjungan ke posyandu:

Kunjungan Tanggal Berat badan


ke- Kunjungan (kg)
1 14 Februari 2020 4,3
2 12 Maret 2020 5,7
3 10 April 2020 6,7
4 9 Mei 2020 7,3
5 12 Juni 2020 8,0
6 13 Juli 2020 8,6
7 9 Agustus 2020 9,5

PENILAIAN STATUS PERTUMBUHAN BALITA


139
Studi kasus 3
Menetapkan Status Pertumbuhan Balita dan Tindak Lanjut
Berdasarkan Indikator Pertumbuhan di Fasyankes

Latihan ini adalah lanjutan studi kasus dari Latihan Indikator Hasil
Belajar 2. Gunakan informasi balita sebelumnya dan informasi
tambahan berikut untuk menentukan status pertumbuhan balita
berdasarkan grafik indikator pertumbuhan:
● Indeks BB/U
● Indeks PB/U atau TB/U
● Indeks BB/PB atau BB/TB
● Indeks IMT/U

Informasi tentang balita


Berdasarkan informasi sebelumnya, berikut adalah data hasil
penimbangan berat badan dan pengukuran panjang/tinggi badan
Jonatan dalam tujuh bulan kunjungan ke posyandu:

Kunjungan Tanggal Berat badan Panjang/tinggi


ke- Kunjungan (kg) badan (cm)
1 14 Februari 2020 4,3 53,0
2 12 Maret 2020 5,7 57,2
3 10 April 2020 6,7 60,0
4 9 Mei 2020 7,3 62,1
5 12 Juni 2020 8,0 64,3
6 13 Juli 2020 8,6 65,5
7 9 Agustus 2020 9,5 67,0

Setelah menentukan status pertumbuhan Jonatan berdasarkan


bulan terakhir kunjungannya ke posyandu, tentukan tindak lanjut
yang harus diberikan kepada Jonatan.

140 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Studi kasus 4
Menetapkan Status Pertumbuhan Balita Menggunakan Tabel
Penambahan Berat Badan (Weight Increment) dan Panjang Badan
(Length Increment)

Gunakan informasi berikut untuk menetapkan status pertumbuhan


seorang anak dengan menggunakan tabel penambahan berat
badan (weight increment) dan panjang badan (length increment).
Informasi tentang balita
Fina adalah anak perempuan yang lahir pada 5 Mei 2020 dengan
berat badan 3,3 kg. Fina telah melakukan kunjungan ke posyandu
sebanyak 6 kali. Hari pertama kunjungannya adalah pada 11 Juni
2020. Berikut adalah data hasil penimbangan dan pengukuran Fina
dalam enam bulan kunjungan ke posyandu:

Berat Panjang
Kunjungan Tanggal
Badan Badan
ke- Kunjungan
(kg) (cm)
1 11 Juni 2020 4,1 53,5
2 13 Juli 2020 5,0 58,2
3 12 Agustus 2020 5,4 59,0
4 10 September 2020 5,8 61,8
5 13 Oktober 2020 6,4 62,3
6 11 November 2020 7,1 64,9

Penambahan berat badan


a. Berapakah penambahan berat badan Fina dari umur 3 bulan ke
umur 6 bulan?
b. Berapakah standar penambahan berat badan anak perempuan
dari umur 3 bulan ke umur 6 bulan yang direkomendasikan?
c. Buatlah kesimpulan status pertumbuhan Fina berdasarkan
penambahan berat badan dari umur 3 bulan ke umur 6 bulan.

PENILAIAN STATUS PERTUMBUHAN BALITA


141
Penambahan panjang badan
a. Berapakah penambahan panjang badan Fina dari umur 1 bulan
ke umur 5 bulan?
b. Berapakah standar penambahan panjang badan Fina dari
umur 1 bulan ke umur 5 bulan?
c. Buatlah kesimpulan status pertumbuhan Fina berdasarkan
penambahan panjang badan dari umur 1 bulan ke umur 5
bulan.

142 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Studi kasus 5
Menetapkan Status Pertumbuhan Balita Menggunakan Tren
IMT/U di Fasyankes

Gunakan informasi berikut untuk membuat garis pertumbuhan dan


menetapkan status pertumbuhan seorang anak dengan melihat
tren pertumbuhan pada grafik IMT/U.
Informasi tentang balita
Rizky adalah anak laki-laki yang lahir pada 18 April 2020 dengan
berat badan 3,5 kg. Gunakan data hasil penimbangan berat badan
dan pengukuran panjang badan Rizky untuk, menghitung IMT,
membuat plotting, dan membuat garis pertumbuhan pada grafik
IMT/U.

Berat Badan Panjang Badan


Umur
(kg) (cm)
11 bulan 10,7 74,6
12 bulan 11,0 75,2
13 bulan 11,3 76,7
14 bulan 11,8 78,0
15 bulan 12,2 78,8

PENILAIAN STATUS PERTUMBUHAN BALITA


143
144 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan
MA
TERI
PEL
ATI
HANI
NTI
4
PENYULUHAN DAN KONSELING PERTUMBUHAN BALITA

I. DESKRIPSI SINGKAT
Mata pelatihan ini membahas tentang faktor-faktor utama yang
mempengaruhi pertumbuhan balita, langkah-langkah
penyuluhan, dan langkah-langkah konseling pada pemantauan
pertumbuhan balita.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu
melakukan penyuluhan dan konseling pertumbuhan balita.

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan faktor-faktor utama yang mempengaruhi
pertumbuhan balita
2. Melakukan penyuluhan pada pemantauan pertumbuhan
balita
3. Melakukan konseling pada pemantauan pertumbuhan
balita

III. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK


Materi pokok dan sub materi pokok pada mata pelatihan ini
adalah sebagai berikut:
1. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan
balita.
a. Penyebab langsung.
b. Penyebab tidak langsung.
c. Penyebab mendasar.

PENYULUHAN DAN KONSELING PERTUMBUHAN BALITA 147


2. Langkah-langkah penyuluhan pada pemantauan
pertumbuhan balita
3. Langkah-langkah konseling pada pemantauan
pertumbuhan balita

IV. METODE
1. Ceramah tanya jawab.
2. Bermain peran.

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Bahan tayang/slide.
2. Modul.
3. Panduan bermain peran.
4. Laptop.
5. LCD.
6. ATK.
7. Flipchart.
8. Spidol.
9. Audio (Microphone, standing mic).
10. Peralatan makan.
11. Alat peraga lainnya.
12. Buku KIA yang telah terisi.
13. Meja dan kursi untuk konseling.
14. Kit konseling (disesuaikan dengan substansi).

148 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. Pembukaan sesi pembelajaran (5 menit), fasilitator
 Menyapa peserta.
 Melakukan bina suasana untuk menaikkan semangat
peserta dan mengajak fokus peserta agar siap
mengikuti pembelajaran.
 Memperkenalkan diri.
 Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan
menggunakan bahan tayangan dan deskripsi singkat
materi yang akan ajarkan
B. Penyajian (30 menit), fasilitator:
 Mengawali sesi paparannya dengan melakukan
apersepsi tentang materi yang akan dibahas.
 Penyampaian materi pokok Faktor-Faktor Utama yang
Mempengaruhi Pertumbuhan Balita.
a. Penyebab langsung.
b. Penyebab tidak langsung.
c. Penyebab mendasar.
 Penyampaian materi pokok Langkah-Langkah
Penyuluhan pada Pemantauan Pertumbuhan Balita.
 Penyampaian materi pokok Langkah-Langkah
Konseling pada Pemantauan Pertumbuhan Balita.
 Memberi kesempatan bertanya pada peserta
 Melaksanakan evaluasi pembelajaran dengan
memberikan pertanyaan dan pelaksanaan penugasan
menggunakan metode bermain peran dalam
melakukan Penyuluhan dan Konseling Pertumbuhan
Balita (135 menit)
Beberapa pertanyaan sebagai bahan evaluasi
1) Bagaimana anjuran pemberian makan untuk balita
usia 2-5 tahun?
2) Jelaskan pola asuh yang direkomendasikan untuk
mengasuh anak usia 0-11 bulan!

PENYULUHAN DAN KONSELING PERTUMBUHAN BALITA 149


3) Apa saja langkah-langkah penyuluhan yang harus
dilakukan pada pemantauan pertumbuhan balita?
4) Apa saja langkah-langkah konseling yang harus
dilakukan pada pemantauan pertumbuhan balita?
C. Penutup sesi pembelajaran (10 menit), fasilitator:
 Merangkum pembelajaran dengan mengajak peserta
untuk mengulang hal-hal yang penting sekaligus.
 Menutup sesi dengan permintaan maaf dan ucapan
terima kasih

VII. URAIAN MATERI


A. Materi pokok 1: Faktor-faktor utama yang mempengaruhi
pertumbuhan balita.

Sebagaimana dijelaskan pada MPD mengenai kerangka


konsep masalah gizi UNICEF dijelaskan bahwa terdapat
tiga tingkatan penyebab status gizi serta perkembangan
janin dan anak yang optimal, yaitu penyebab langsung, tidak
langsung, dan mendasar. Faktor penyebab langsung adalah
faktor-faktor yang berdampak langsung terhadap masalah
gizi anak. Faktor penyebab tidak langsung adalah faktor-
faktor yang mempengaruhi faktor-faktor penyebab
langsung, sedangkan faktor penyebab mendasar adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi penyebab tidak langsung
dan penyebab langsung.

Faktor penyebab langsung adalah (i) konsumsi ASI dan


pangan; dan (ii) beban penyakit infeksi. Faktor-faktor
penyebab langsung tersebut dapat ditimbulkan oleh empat
faktor penyebab tidak langsung, yaitu (i) pola asuh dan
stimulasi; (ii) ketahanan pangan, (iii) sumberdaya untuk
pangan dan pola asuh; (iv) akses dan penggunaan fasilitas
kesehatan serta lingkungan yang higienis dan aman.
Sementara itu, faktor penyebab tidak langsung dapat

150 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


dipengaruhi oleh faktor penyebab mendasar meliputi
(i) pendidikan dan pengetahuan; (ii) politik dan
pemerintahan; (iii) sumberdaya kepemimpinan, kapasitas
dan keuangan; (iv) konteks sosial, ekonomi, politik dan
lingkungan dalam tingkat nasional dan global.

Selanjutnya, faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi


tersebut beserta anjuran yang direkomendasikan agar
diperoleh status gizi serta perkembangan janin dan anak
yang optimal akan dijelaskan pada bagian berikut.

1. Penyebab langsung
a. Konsumsi ASI dan pangan
Masa balita merupakan periode pertumbuhan dan
perkembangan yang krusial dalam siklus kehidupan
manusia. Kebutuhan gizi balita pada periode ini
meningkat sesuai umur dan lebih besar
dibandingkan orang dewasa. Sementara itu,
pemenuhan gizi balita pada periode ini memiliki
ketergantungan yang tinggi terhadap orang lain
sehingga peran ibu, ayah, dan anggota keluarga
lainnya menjadi salah satu faktor penentu status
gizi balita.

Balita memiliki kebutuhan energi yang lebih tinggi


per kilogram berat badannya dibanding periode
pertumbuhan lainnya pada siklus pertumbuhan.
Untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam
mencapai pertumbuhan balita yang optimal,
diperlukan seluruh zat gizi (makro dan mikro) secara
seimbang sesuai dengan anjuran Pemberian Makan
Bayi dan Anak (PMBA) dan Prinsip Gizi Seimbang
yang tepat berdasarkan umur balita.

PENYULUHAN DAN KONSELING PERTUMBUHAN BALITA 151


Praktik pemberian ASI dan pola makan bagi balita
usia 0-23 bulan

Menurut UNICEF/WHO (2013) dalam The


Community Infant and Young Child Feeding,
rekomendasi pemberian makan bayi dan anak
terdari dari 4 bagian, yaitu Inisiasi Menyusu Dini
(IMD), pemberian ASI Eksklusif hingga usia 6 bulan,
pemberian MP ASI, dan melanjutkan pemberian ASI
sampai usia 2 tahun atau lebih. Anjuran pemberian
makan bayi dan anak tersebut diringkas sebagai
berikut (penjelasan tentang proses, manfaat, dan
tantangan pemberian makan secara terperinci
dijelaskan pada buku pedoman PMBA).

1) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


Inisiasi Menyusu Dini adalah proses yang
dilakukan segera setelah bayi lahir. IMD
dilakukan dengan cara kontak kulit ke kulit
antara bayi dengan ibunya segera dalam waktu
satu jam setelah kelahiran dan berlangsung
selama minimal satu jam.

2) ASI Eksklusif
Pemberian ASI esklusif adalah pemberian ASI
saja tanpa makanan atau minuman lain, kecuali
vitamin, mineral atau obat-obatan dalam bentuk
sirup. ASI dapat diberikan secara langsung dari
payudara ibu atau melalui ASI perah. Agar
proses menyusui berlangsung lancar, ibu
menyusui harus mendapat asupan gizi yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu dan
anaknya, cukup istirahat, mengurangi stress,
serta mendapat dukungan suami dan keluarga.

152 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


3) Makanan Pendamping ASI (MP ASI)
Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI)
adalah proses pemberian makanan dan cairan
lainnya yang diberikan kepada bayi mulai usia 6
bulan karena ASI saja tidak lagi mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Pemberian
MP-ASI harus diikuti dengan pemberian ASI
hingga anak usia 2 tahun atau lebih. MP ASI
harus diberikan untuk memenuhi kebutuhan
energi yang berasal dari lemak, karbohidrat, dan
protein seperti pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Kebutuhan energi, lemak, karbohidrat,


dan protein pada bayi kelompok usia 6-11 bulan
dan 1-3 tahun

Energi Lemak Karbohidrat Protein


Usia
(kkal) (%) (%) (%)

6-11
800
bulan 30-
45-60 *10
1-3 45
1350
tahun

Prinsip dasar pemberian MP-ASI harus


memenuhi 4 syarat yaitu tepat waktu, adekuat,
aman, dan diberikan dengan cara yang benar.

PENYULUHAN DAN KONSELING PERTUMBUHAN BALITA 153


 Tepat waktu berarti MP ASI diberikan saat ASI saja
sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi
yaitu pada usia 6 bulan.
 Adekuat berarti MP-ASI harus dapat memenuhi
kecukupan energi, protein, dan mikronutrien dengan
mempertimbangkan usia, jumlah, frekuensi,
konsistensi/ tekstur, dan variasi makanan.
 Aman berarti MP ASI disiapkan dan disimpan
dengan cara yang higienis, diberikan menggunakan
tangan dan peralatan yang bersih.
 Diberikan dengan cara yang benar berarti MP ASI
diberikan secara terjadwal, pada lingkungan yang
mendukung, dan mengikuti prosedur makan yang baik.

Anjuran pemberian makan pada bayi dan anak (usia 6-23


bulan) disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Anjuran pemberian makan pada bayi dan anak usia 6-23 bulan

154 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


MP-ASI sebaiknya bersumber dari bahan
pangan lokal yang tersedia. MP-ASI harus
mengandung karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup.
Kelompok bahan pangan yang digunakan untuk
membuat MP-ASI bagi balita usia 6-23 bulan, di
antaranya:
 Karbohidrat dapat diperoleh dari bahan
makanan pokok seperti serealia (beras,
jagung, gandum), sagu, ubi jalar, talas,
kentang, singkong, dan lain-lain.
 Protein hewani dapat diperoleh dari unggas
(ayam, bebek), hati, telur, ikan, daging sapi,
susu dan produk olahannya. Pemberian
protein hewani dalam MP-ASI diprioritaskan
karena mengandung asam amino yang lengkap,
mineral dengan bioavailabilitas yang baik,
serta memiliki daya serap yang baik.
 Protein nabati dapat diperoleh dari biji-bijian
atau kacang-kacangan seperti kacang
kedelai, tempe, tahu, kacang hijau, kacang
polong, kacang tanah, dan lain-lain.
 Lemak dapat diperoleh dari berbagai jenis
minyak seperti minyak kelapa sawit, minyak
kelapa, santan, mentega, margarin, dan
bahan pangan lainnya yang bersumber dari
hewani dan nabati. Pangan sumber lemak
dari sumber hewani misalnya keju
sedangkan pangan sumber lemak dari
sumber nabati misalnya alpukat.
Penggunaan atau penambahan sejumlah
lemak seperti minyak atau santan dapat
memberikan tambahan kandungan energi
tanpa meningkatkan volume MP-ASI.

PENYULUHAN DAN KONSELING PERTUMBUHAN BALITA 155


 Vitamin dan mineral dapat diperoleh dari
buah dan sayur seperti jeruk, pisang, papaya,
alpukat, tomat, bayam, wortel, labu kuning,
dan lain-lain.
Selain anjuran di atas, praktik pemberian makan
pada balita usia 0-23 bulan yang perlu
diperhatikan, di antaranya:
1) Praktik pemberian ASI
 Melakukan IMD segera setelah bayi lahir
dengan cara kontak kulit ke kulit antara
bayi dengan ibunya segera dalam waktu
satu jam setelah kelahiran dan
berlangsung selama minimal satu jam.
 Memberikan ASI eksklusif sejak usia 0
sampai 6 bulan.
 Menyusui bayi sesering mungkin sesuai
keinginan bayi 8-12 kali atau lebih dalam
24 jam.
 Posisi menyusui yang baik adalah: tubuh
bayi harus lurus dan menghadap ke
payudara, bayi harus dekat ke ibu, dan
ibu menopang seluruh tubuh bayi, bukan
hanya menopang leher dan pundaknya.
 Pada saat menyusu, bayi diberi
kesempatan menyusu dari satu
payudara sampai bayi melepas sendiri
sebelum memberikan payudara yang
lain agar bayi mendapatkan ASI akhir
yang kaya akan lemak.
 Apabila bayi sudah kenyang tetapi
payudara masih terasa penuh/kencang,
maka payudara perlu dikosongkan dengan
cara diperah dan ASI disimpan sesuai anjuran.

156 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Tabel 3. Anjuran penyimpanan ASI Perah (ASIP)
Tempat Suhu Lama
penyimpanan (°C) penyimpanan
ASI baru diperah 15 24 jam
disimpan dalam
cooler bag
Dalam ruangan 27-32 4 jam
(ASIP segar) <25 6-8 jam
Kulkas <4 48-72 jam
(2-3 hari)
Freezer pada -15 s.d. 2 minggu
lemari es 1 pintu 0
Freezer pada -20 s.d. 3-6 bulan
lemari es 2 pintu -18

 Meneruskan pemberian ASI sampai


anak berusia 2 tahun atau lebih. ASI
tetap diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan cairan.
 Pada anak berusia 12-23 bulan,
pemberian ASI hanya sebagai minuman
dengan frekuensi hanya 3-4 kali sehari.
 Menghindari pemberian ASI dengan
botol dan dot. ASI perah diberikan
dengan menggunakan gelas/cangkir
atau sendok yang aman bagi bayi.
 Memberikan dukungan kepada ibu dari
suami dan anggota keluarga lainnya
agar ibu termotivasi untuk menyusui.
 Bila ada kesulitan dalam pemberian ASI,
ibu dapat menghubungi tenaga kesehatan
atau konselor menyusui di fasyankes.

PENYULUHAN DAN KONSELING PERTUMBUHAN BALITA 157


2) Praktik pemberian MP-ASI
 Memberikan MP-ASI pada balita usia 6-
23 bulan dengan meneruskan
pemberian ASI.
 Memberikan MP-ASI secara bertahap
sesuai dengan kelompok usia anak (lihat
Tabel 2).
 Memenuhi gizi anak dengan makanan
sumber protein seperti ikan, daging,
unggas, telur, tempe, susu, dan tahu, serta
sumber lemak kaya omega 3, DHA, EPA
yang banyak terkandung dalam ikan.
 Memenuhi gizi anak dengan
mengonsumsi sayuran dan buah-
buahan yang kaya akan vitamin, mineral,
dan serat. Pada anak usia 6-11 bulan,
pemberian buah dan sayur yang
dianjurkan adalah yang rendah serat
atau dapat diberikan dengan cara
disaring terlebih dahulu.
 Anak usia 12-23 bulan sebaiknya tidak
diberikan makanan manis sebelum
waktu makan sebab dapat mengurangi
nafsu makan.
 Penggunaan gula dan garam dibatasi
dengan jumlah tertentu sesuai usia.
Asupan gula dalam bentuk gula
tambahan dibatasi di bawah 5% total
kalori untuk anak di bawah usia 2 tahun.
 Asupan gula yang disarankan adalah
berupa gula alami seperti buah segar
atau produk susu tanpa pemanis. Jus
buah/produk dengan tambahan
pemanis tidak disarankan.

158 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


 Kebutuhan garam pada anak usia 0-12
bulan adalah <1 gram/hari (< 400 mg
natrium). Sedangkan kebutuhan garam
pada anak usia 1–3 tahun adalah <2
gram/hari (< 800 mg natrium). 1 sendok
teh garam beratnya kurang lebih 5 gram.
 Memperkenalkan makanan baru pada
anak dengan cara memberikan makanan
yang sama selama tiga hari untuk
melihat respon anak. Jika tidak ada masalah
setelah seminggu observasi, maka
variasi makanan lain dapat diberikan.
 Untuk anak usia 12-23 bulan diberikan
paling kurang 1 sampai 2 kali makanan
selingan seperti barongko, bakpau,
bakpia, panada, pastel, perkedel
jagung/perkedel kentang, nagasari,
jalangkote, pisang ijo, alpukat, mangga
dan lain-lain. Selingan diutamakan
berupa makanan padat gizi.
 Tidak memberikan air minum terlalu
banyak ditengah-tengah waktu makan.
 Tidak memberikan minuman manis atau
bersoda.
 Membatasi penggunaan bumbu yang
tajam (cabai, jahe, asam, merica/lada),
kecap, saus, dan penyedap rasa.
 Menyediakan makanan dalam bentuk
yang menarik untuk meningkatkan nafsu
makan.
 Makanan harus disiapkan dan disimpan
di tempat yang bersih agar tidak
terkontaminasi sehingga terhindar dari
diare dan penyakit lainnya.

PENYULUHAN DAN KONSELING PERTUMBUHAN BALITA 159


Balita usia 0-23 bulan membutuhkan asupan
protein dan lemak lebih banyak dan serat lebih
sedikit dibandingkan orang dewasa.

Pola makan bagi balita usia 24-59 bulan


Kebutuhan zat gizi balita usia 24-59 bulan
meningkat karena masih berada pada masa
pertumbuhan cepat dan aktivitasnya semakin
meningkat. Balita pada usia ini sudah mempunyai
pilihan terhadap makanan yang disukai. Oleh karena
itu, ibu/pengasuh perlu memperhatikan pilihan
makanan utama dan selingan yang sehat dan
memperhatikan waktu dan jumlah pemberiannya.
Misalnya, waktu pemberian makanan selingan tidak
berdekatan dengan pemberian makanan utama
serta jumlah makanan selingan tidak boleh lebih
banyak daripada makanan utama.
Sesuai dengan prinsip gizi seimbang, balita usia 24-
59 bulan harus mengonsumsi beraneka ragam jenis
pangan agar kebutuhan gizinya terpenuhi.
Kelompok bahan pangan yang dapat diberikan, di
antaranya:
 Karbohidrat dapat diperoleh dari bahan
makanan pokok seperti serealia (beras, jagung,
gandum), sagu, ubi jalar, talas, kentang,
singkong, dan lain-lain.
 Protein hewani dapat diperoleh dari unggas
(ayam, bebek), hati, telur, ikan, daging sapi, susu
dan produk olahannya. Pemberian protein
hewani dalam MP-ASI diprioritaskan karena
mengandung asam amino yang lengkap,
mineral dengan bioavailabilitas yang baik, serta
memiliki daya serap yang baik.

160 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


 Protein nabati dapat diperoleh dari biji-bijian
atau kacang-kacangan seperti kacang kedelai,
tahu, tempe, kacang hijau, kacang polong,
kacang tanah, dan lain-lain.
 Lemak dapat diperoleh dari berbagai jenis
minyak seperti minyak kelapa sawit, minyak
kelapa, santan, mentega, margarin, dan bahan
pangan lainnya yang bersumber dari hewani dan
nabati. Pangan sumber lemak dari sumber
hewani misalnya keju sedangkan pangan
sumber lemak dari sumber nabati misalnya
alpukat. Penggunaan atau penambahan
sejumlah lemak seperti minyak atau santan
dapat memberikan tambahan kandungan energi
tanpa meningkatkan volume MP ASI.
 Vitamin dan mineral dapat diperoleh dari buah
dan sayur seperti jeruk, pisang, papaya, alpukat,
tomat, bayam, wortel, labu kuning, dan lain-lain.

Disamping itu, praktik pemberian makan yang harus


diperhatikan bagi balita usia 24-59 bulan, antara lain:
 Membiasakan anak makan 3 kali sehari (pagi,
siang, dan malam) bersama keluarga.
 Memenuhi gizi balita dengan makanan keluarga
yang bervariasi terdiri dari makanan pokok, lauk-
pauk, minyak, sayur, dan buah.
 Memenuhi gizi anak dengan makanan sumber
protein seperti ikan, daging, unggas, telur,
tempe, susu, dan tahu, serta sumber lemak kaya
omega 3, DHA, EPA yang banyak terkandung
dalam ikan.

PENYULUHAN DAN KONSELING PERTUMBUHAN BALITA 161


 Memenuhi gizi anak dengan mengonsumsi
sayuran dan buah-buahan yang kaya akan
vitamin, mineral, dan serat.
 Memberikan makanan selingan sehat dan
bergizi.
 Membatasi anak mengonsumsi makanan
selingan yang terlalu manis, asin, dan berlemak.
 Memenuhi kebutuhan air dalam jumlah yang
cukup untuk membantu proses metabolism dan
mencegah dehidrasi. Balita usia 2-3 tahun
memerlukan 1.300 mL atau ± 5 gelas belimbing.
Balita usia 3-5 tahun memerlukan 1.700 mL atau
± 7 gelas belimbing.
 Tidak memberikan air minum terlalu banyak
ditengah-tengah waktu makan.
 Tidak memberikan minuman manis atau
bersoda.
 Membatasi penggunaan bumbu yang tajam
(cabai, jahe, asam, merica/lada), kecap, saus,
dan penyedap rasa.
 Menyediakan makanan dalam bentuk yang
menarik untuk meningkatkan nafsu makan.
 Menciptakan suasana makan di lingkungan
yang netral (tidak sambil berlarian, menonton TV
atau bermain gawai).
 Mengajari anak makan dan minum sendiri.

Kebutuhan gizi seimbang dapat dipenuhi dengan


mengonsumi makanan yang berasal dari bahan pangan
lokal. Makanan bergizi tidak selalu harus mahal.

162 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


b. Beban penyakit infeksi
Beban penyakit infeksi adalah faktor penyebab
langsung lainnya yang dapat mempengaruhi status
gizi balita. Menurut Bappenas (2007), beberapa
penyakit infeksi dengan tingkat prevalansi tinggi di
Indonesia yang berkaitan dengan status kesehatan
balita, termasuk diare, infeksi saluran pernafasan
akut (ISPA), malaria, TBC, demam berdarah, dan
HIV/AIDS.

Asupan gizi yang kurang dapat melemahkan daya


tahan tubuh sehingga balita mudah sakit. Balita
yang sakit harus segera diatasi agar tidak berlanjut
atau semakin buruk status kesehatannya.
Sebaliknya, penyakit infeksi dapat menganggu
penyerapan asupan gizi yang berakibat pada
terjadinya masalah gizi. Oleh sebab itu, balita yang
menderita sakit atau baru sembuh dari sakit
memerlukan asupan energi dan zat gizi yang lebih
banyak daripada balita sehat. Meningkatnya
kebutuhan energi dan zat gizi ini diperlukan untuk
melawan penyakit, mengganti zat gizi yang hilang
atau untuk mengembalikan status kesehatannya
seperti semula.

Beban penyakit infeksi atau status kesehatan


dipengaruhi oleh penyebab tidak langsung.
Kurangnya perhatian terhadap pelayanan
kesehatan dan kebersihan lingkungan berdampak
besar terhadap terganggunya status kesehatan
balita. Agar balita terhindar dari penyakit, diperlukan
perhatian khusus mulai dari pelayanan kesehatan
hingga kebersihan lingkungan yang baik.

PENYULUHAN DAN KONSELING PERTUMBUHAN BALITA 163


Selain upaya-upaya di atas, imunisasi dapat
diberikan agar balita terhindar dari penyakit tertentu,
yaitu Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I), seperti hepatitis B, poliomyelitis,
tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, pneumonia
dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus
Influenza tipe b (Hib), dan campak. Setiap bayi wajib
mendapatkan imunisasi dasar lengkap pada usia
pemberian yang tepat. Disamping itu, imunisasi
lanjutan diberikan bagi balita usia 18 dan 24 bulan.
Jenis dan usia pemberian imunisasi dasar lengkap
dan imunisasi lanjutan dapat dilihat pada Tabel 4
dan 5.

Tabel 4. Jenis dan usia pemberian imunisasi dasar


lengkap
Jenis Usia Jumlah Interval
imunisasi pemberian pemberian
Hepatitis B 0-7 hari 1 -

BCG 1 bulan 1 -

Polio/IPV 1, 2, 3, 4 4 4
bulan minggu

DPT-HB-Hib 2, 3, 4 3 4
bulan minggu

Campak 9 bulan 1 -

164 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Tabel 5. Jenis dan usia pemberian imunisasi
lanjutan
Jenis Usia Jumlah Interval
imunisasi pemberian pemberian
DPT-HB- 18 bulan 1 -
Hib
Campak 24 bulan 1 -

Jika anak tertunda imunisasinya, ibu/pengasuh


dapat mengonsultasikan penjadwalan ulang
kepada tenaga kesehatan

2. Penyebab tidak langsung


a. Pola asuh dan stimulasi
Di masa balita, pertumbuhan fisik dan
perkembangan kognitif terjadi dengan pesat. Pada
periode ini, kebiasaan anak mulai terbentuk dari
adaptasi gaya hidup dan kebiasaan pada keluarga.
Pola asuh yang baik dan aktivitas yang dapat
menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan
balita harus diberikan dengan tepat sesuai umur
balita. Pola asuh dan stimulasi yang baik dapat
terwujud dengan menerapkan anjuran yang sesuai
dengan kelompok umur balita sebagai berikut
(penjelasan juga terdapat pada buku KIA).

Pola asuh bayi baru lahir sampai usia 1,5 tahun


1) Pengasuhan anak yang dilakukan dengan penuh
kasih sayang akan menimbulkan rasa aman,
bahagia, dan percaya.

PENYULUHAN DAN KONSELING PERTUMBUHAN BALITA 165


2) Tangisan menunjukkan bahwa bayi
membutuhkan bantuan. Jangan biarkan bayi
menangis lama karena akan membuat stres.
3) Memberikan ASI dengan penuh kasih sayang,
mendekap anak dengan hangat dan menjalin
hubungan kasih sayang sambil menatap dan
mengajak bicara bayi. Perasaan yang tidak
menyenangkan pada ibu akan dirasakan juga
oleh bayi dan berdampak rasa tidak nyaman
pada saat anak menyusu.
4) Mengajak anak bermain menggunakan
permainan yang menstimulasi fisik, motorik,
dan kemampuan berpikir.
5) Bayi/anak berusia <18 bulan tidak
menggunakan gawai kecuali dalam bentuk
video-chatting (video call) dengan didampingi
orang tua.
6) Penggunaan gawai berlebih berdampak pada
keterlambatan bicara dan bahasa, kurangnya
interaksi, gampang marah/ledakan emosi
(tantrum), serta gangguan kognitif (kurangnya
kecerdasan).

Pola asuh balita usia 1,5 tahun sampai 3 tahun


1) Selalui menghargai dan mengakui kemampuan
anak.
2) Mendorong anak bergerak bebas, hindari
larangan-larangan yang tidak perlu, namun
orang tua harus melindunginya dari bahaya.
3) Mengajak anak bermain dan berbicara dengan
kalimat pendek-pendek yang penuh arti.
4) Mendorong anak bermain dengan anak lain.
5) Melatih sopan santun dan disiplin secara
sederhana.

166 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


6) Memberi anak permainan yang sederhana.
7) Penggunaan gawai pada anak berusia 18-24
bulan:
 Hanya memilih konten program yang
berkualitas untuk anak, batasi tidak lebih
dari 1 jam per hari.
 Hendaknya dimainkan bersama orangtua
sehingga anak dapat mengetahui cara
terbaik untuk menggunakannya.
 Menghindarkan anak menggunakan gawai
sendirian tanpa pendampingan orang tua.
8) Membawa anak ke posyandu/fasyankes setiap
bulan untuk memantau pertumbuhan,
perkembangan (sesuai jadwal), pelayanan
imunisasi, vitamin A, dan obat cacing.

Pola asuh balita usia 3 sampai 5 tahun


1) Harus ada kerjasama antara ayah dan ibu serta
anggota keluarga dalam membantu anak
menjalani tahap usia dini. Pada tahap ini terjadi
proses mencontoh peran, yaitu anak laki-laki
mencontoh peran ayah sedangkan anak
perempuan mencontoh peran ibu. Mengajari
anak konsep perbedaan laki-laki dan
perempuan.
2) Mengajari anak untuk menjaga bagian
pribadinya (alat kelamin, paha, dada, pantat, dan
kaki) untuk menghindari pelecehan.
3) Orangtua membantu anak mengucapkan kata-
kata dengan benar.
4) Memenuhi kebutuhan anak, baik materi maupun
non materi.

PENYULUHAN DAN KONSELING PERTUMBUHAN BALITA 167


5) Memberi kepercayaan anak untuk melakukan
hal-hal tertentu secara mandiri sesuai
kemampuan anak.
6) Memberi kesempatan pada anak untuk
mengurus diri sendiri dengan pengawasan.
7) Ketika anak ketakutan, ibu/pengasuh mendekap
anak agar merasa aman, membicarakan
ketakutannya, dan membuat anak menjadi
nyaman dan merasa dimengerti.
8) Penggunaan gawai pada anak berusia 18-24
bulan:
 Membatasi penggunaan gawai tidak lebih
dari 1 jam per hari.
 Hanya memilih konten program yang
berkualitas untuk anak.
 Hendaknya dimainkan bersama orangtua
(didampingi) untuk meningkatkan proses
belajar anak, memperbanyak interaksi, dan
mengatur pembatasan waktu penggunaan
gawai.
 Tidak menggunakan gawai selama proses
makan dan 1 jam sebelum waktu tidur.
 Mematikan semua TV dan perangkat media
bila sedang tidak digunakan.
 Tidak menggunakan gawai dengan tujuan
untuk menenangkan perilaku anak.
 Mengupayakan agar kamar tidur, waktu saat
makan, dan waktu bermain dengan anak
terbebas dari penggunaan gawai.
 Mempunyai berbagai alternatif aktivitas
dalam rangka membatasi waktu
penggunaan gawai, terutama dalam hal
anak belajar memecahkan masalah dan
untuk menenangkan perilaku anak.

168 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


9) Membawa anak ke posyandu/fasyankes
setiap bulan untuk memantau pertumbuhan,
perkembangan (sesuai jadwal), pelayanan
imunisasi, vitamin A, dan obat cacing.

Anjuran aktivitas fisik


Menurut WHO, aktivitas fisik didefinisikan sebagai
pergerakan tubuh yang menggunakan energi
melebihi energi yang digunakan saat dalam kondisi
istirahat. Bagi balita, aktivitas fisik sangat penting
untuk melatih perkembangan motorik dan
psikomotor. Beberapa kegiatan yang termasuk
dalam aktivitas fisik diantaranya berjalan,
merangkak, berlari, melompat, memanjat, menari,
mengendarai mainan beroda, bersepeda, dan
lainnya. Agar balita tumbuh dengan sehat dan
terhindar dari risiko gizi lebih atau obesitas,
ibu/pengasuh harus memperhatikan rekomendasi
aktivitas fisik balita. Untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas fisik, pola seluruh aktivitas dalam waktu 24
jam harus dipertimbangkan. Hal ini termasuk waktu
tidur, kegiatan sedentari, aktivitas fisik dengan
intensitas ringan, sedang, dan berat.

Rekomendasi aktivitas fisik bagi balita berdasarkan


kelompok usia adalah sebagai berikut.
1. Balita usia 0-11 bulan
 Melakukan aktivitas fisik beberapa kali
dalam sehari dengan cara yang beragam,
terutama melalui permainan yang dilakukan
di atas lantai secara interaktif. Lebih banyak
aktivitas fisik, lebih baik.

PENYULUHAN DAN KONSELING PERTUMBUHAN BALITA 169


 Bagi balita yang belum aktif bergerak,
aktivitas fisik dapat berupa memposisikan
anak untuk tengkurap selama 30 menit.
 Tidak menahan balita pada stroller, kursi,
atau menggendong balita di punggung
selama lebih dari 1 jam dalam sekali waktu.
 Jika balita melakukan kegiatan sedentari,
ibu/pengasuh melibatkan anak dalam
kegiatan membaca atau mendongeng.
 Balita usia 0-3 bulan perlu tidur selama 14-
17 jam sehari, balita usia 4-11 bulan perlu
tidur selama 12-16 jam sehari (termasuk
tidur siang).

2. Balita usia 12-23 bulan


 Melakukan aktivitas fisik minimal 3 jam
dengan beragam jenis aktivitas fisik dan
intensitas, termasuk aktivitas fisik sedang ke
berat (minimal 1 jam).
 Durasi aktivitas fisik dapat dibagi-bagi ke
dalam waktu yang lebih pendek sepanjang
hari. Lebih banyak aktivitas fisik, lebih baik.
 Tidak menahan balita pada stroller, kursi
makan, atau menggendong balita di
punggung selama lebih dari 1 jam dalam
sekali waktu atau duduk terlalu lama.
 Jika balita melakukan kegiatan sedentari,
ibu/pengasuh melibatkan anak dalam
kegiatan membaca atau mendongeng.
 Waktu tidur selama 11-14 jam sehari,
termasuk tidur siang, dengan waktu tidur
dan bangun yang teratur.

170 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


3. Balita usia 24 bulan ke atas
 Melakukan aktivitas fisik minimal 3 jam
dengan beragam jenis aktivitas fisik dan
intensitas, termasuk aktivitas fisik sedang ke
berat (minimal 1 jam).
 Durasi aktivitas fisik dapat dibagi-bagi ke
dalam waktu yang lebih pendek sepanjang
hari. Lebih banyak aktivitas fisik, lebih baik.
 Tidak menahan balita pada stroller, kursi
makan, atau menggendong balita di
punggung selama lebih dari 1 jam dalam
sekali waktu atau duduk terlalu lama.
 Jika balita melakukan kegiatan sedentari,
ibu/pengasuh melibatkan anak dalam
kegiatan membaca atau mendongeng.
 Waktu tidur selama 10-13 jam sehari,
termasuk tidur siang, dengan waktu tidur
dan bangun yang teratur.

b. Ketahanan pangan
Ketahanan pangan di dalam Undang-Undang
Pangan didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya
pangan bagi negara sampai perseorangan, yang
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi,
merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan budaya masyarakat,
untuk dapat hidup sehat, aktif, produktif secara
berkelanjutan. Selain itu, FAO juga menyebutkan
bahwa terdapat tiga dimensi untuk mencapai
ketahanan pangan, yaitu:
1) Pentingnya memastikan ketersediaan pangan
yang aman dan bergizi di tingkat nasional
maupun di tingkat rumah tangga.

PENYULUHAN DAN KONSELING PERTUMBUHAN BALITA 171


2) Perlu adanya stabilitas dalam penyediaan
pangan baik dari satu tahun ke tahun lainnya
maupun sepanjang tahun.
3) Perlunya memastikan bahwa setiap rumah
tangga memiliki akses fisik, sosial, dan ekonomi
terhadap pangan yang cukup untuk memenuhi
kebutuhannya.

Menurut pengertian ketahanan pangan tersebut


diatas, ketahanan pangan dapat terjadi dalam
berbagai tingkatan; yaitu tingkatan negara, wilayah,
masyarakat, rumah tangga, hingga perseorangan.
Dalam tingkatan rumah tangga, artinya setiap
rumah tangga harus memiliki pengetahuan dan
kemampuan untuk memproduksi atau memperoleh
pangan yang dibutuhkan secara berkelanjutan. Diet
seimbang yang menyediakan semua zat gizi dan
energi yang diperlukan tanpa menyebabkan
konsumsi berlebihan atau limbah harus didukung.
Selain itu, distribusi makanan yang tepat di dalam
rumah tangga dan di antara semua anggota
keluarga juga perlu didorong agar tercapainya
ketahanan pangan rumah tangga.

c. Sumberdaya untuk pangan dan pola asuh


Untuk menjamin terpenuhinya praktik pemberian
makan dan pola asuh yang baik, perlu didukung
dengan sumberdaya pangan dan pola asuh yang
memadai baik di tingkat individu, rumah tangga, dan
masyarakat. Sumberdaya pangan dan pola asuh ini
meliputi pengetahuan, sikap dan ketrampilan
ibu/pengasuh serta masyarakat setempat
mengenai pola asuh dan praktik pemberian makan
bagi bayi dan anak; dukungan terhadap ibu dan anak
serta pemberdayaan perempuan.

172 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


d. Fasilitas pelayanan kesehatan dan kebersihan
lingkungan
Pelayanan kesehatan dan kebersihan lingkungan
merupakan faktor penyebab tidak langsung yang
mempengaruhi status gizi. Dampak dari pelayanan
kesehatan yang tidak optimal dan buruknya
kebersihan lingkungan dapat menyebabkan
penyakit infeksi yang selanjutnya dapat
menurunkan status gizi balita.

Pelayanan kesehatan ini termasuk pelayanan


kesehatan dasar bagi ibu dan anak, misalnya
pelayanan KB, kehamilan, kelahiran, imunisasi
dasar, pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan, dan lain-lainnya yang diatur dalam
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.

Dalam tingkat masyarakat, rumah tangga dan


perseorangan, maka pedoman Perilaku Hidup
Bersih (PHBS) dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. PHBS dapat dipraktikkan dengan
membiasakan hal-hal berikut:
1) Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
mengalir sebelum makan, sebelum memberikan
ASI, sebelum menyiapkan makanan dan
minuman, sebelum menyuapi anak, dan setelah
buang air besar/kecil.
2) Mencuci tangan anak dengan sabun dan air
bersih mengalir sebelum makan.
3) Memberikan makanan kepada anak
menggunakan peralatan makan yang bersih dan
mudah dibersihkan.
4) Selalu menutup mulut dan hidung bila bersin
agar tidak menyebarkan kuman penyakit.

PENYULUHAN DAN KONSELING PERTUMBUHAN BALITA 173


5) Menutup makanan untuk menghindarkan
makanan dihinggapi lalat dan binatang lainnya
serta debu yang membawa kuman penyakit.
6) Menerapkan prinsip kunci keamanan pangan
(menjaga pangan pada suhu aman, memasak
dengan benar, memisahkan pangan matang
dan pangan mentah, menjaga kebersihan, dan
menggunakan air dan bahan baku yang aman)
saat memasak.
7) Penjamah makanan selalu dalam kondisi sehat,
tidak menderita penyakit menular, dan
menerapkan kebersihan diri.
8) Mendampingi anak saat bermain di luar rumah
dan hindarkan dari keramaian yang berisiko
anak tertular penyakit.
9) Menggunakan alas kaki saat bermain di luar
rumah agar terhindar dari penyakit kecacingan.
10) Membersihkan rumah dan lingkungan bermain
anak dari debu dan sampah.
11) Membersihkan bak penampungan air dan selalu
menutupnya untuk menghindari berkembang
biaknya jentik nyamuk.
12) Memastikan selalu tersedia air bersih dan
jamban sehat. Membuang tinja anak di jamban
sehat. Ibu mengajari anak BAB di jamban sehat.
13) Perlakuan popok sekali pakai:
 Mencuci tangan sebelum dan sesudah
mengganti popok.
 Bila anak BAB, sebaiknya sisa kotoran di
popok disiram ke lubang pembuangan/toilet
sebelum popok dibuang.
 Gulung dan rekatkan popok agar tertutup
rapat sebelum dibuang.

174 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


 Buang popok bekas pakai ke tempat
pembuangan khusus.
 Tidak membuang popok bekas ke lubang
toilet atau ke sungai.
14) Menjauhkan anak dari asap rokok, asap dapur,
asap sampah, polusi kendaraan bermotor, dan
dari kotoran limbah hewan ternak yang
dipelihara berdampingan dengan rumah.
15) Menghindari gigitan nyamuk, melindungi anak
dengan mengoleskan losion kulit dan tidur
dengan kelambu. Di daerah endemis malaria,
anak harus tidur dalam kelambu berinsektisida.
16) Mengurangi penggunaan bahan kimia dan
pestisida yang dapat mencemari tanah.
17) Menanam tumbuhan hijau di halaman rumah.

3. Penyebab mendasar
Penyebab mendasar berhubungan dengan faktor-
faktor sosial, ekonomi, budaya, politik, tata
pemerintahan, kemampuan keuangan, dan lain-lainnya.
Sebagai contoh, jika di suatu daerah terdapat budaya
mengenai prioritas jumlah dan kualitas makanan yang
dapat dikonsumsi seseorang ditentukan oleh usia, jenis
kelamin atau kedudukan, maka konsumsi pangan di
dalam keluarga tersebut tidak merata sesuai
kebutuhan. Misalnya, prioritas pangan diberikan
kepada kepala keluarga atau yang berjenis kelamin laki-
laki, sehingga balita, anak perempuan dan ibu hamil
menjadi prioritas terbawah sehingga kebutuhan energi
dan zat gizinya tidak tercukupi. Faktor lingkungan
seperti terjadinya perubahan iklim atau bencana alam,
serta faktor sosial seperti adanya konflik antar daerah
juga dapat mempengaruhi status gizi karena

PENYULUHAN DAN KONSELING PERTUMBUHAN BALITA 175


terbatasnya sumber makanan atau akses ke pelayanan
dasar lainnya.

Kebijakan politik dan program-program peningkatan


ekonomi dapat mempengaruhi kesehatan melalui
peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan.
Reinhardt dan Fanzo (2014) menyebutkan bahwa
untuk meningkatkan status gizi pada kelompok rumah
tangga rentan dan miskin, pertumbuhan ekonomi di
tingkat nasional harus merata dan diiringi dengan
investasi di sektor kesehatan dan gizi. Selain itu,
infrastruktur dasar dasar termasuk, pengelolaan air
bersih, sanitasi, listrik, hingga fasilitas kesehatan
berhubungan dengan permasalahan gizi di suatu
negara. Penetapan kebijakan politik dan program
pembangunan sebaiknya berbasis bukti sehingga
dapat lebih bermanfaat bagi perbaikan kesejahteraan
masyarakat.

B. Materi pokok 2: Langkah-langkah penyuluhan pada


pemantauan pertumbuhan balita.

Dalam alur pemantauan pertumbuhan balita, penyuluhan


merupakan salah satu langkah penting untuk menyampaikan
informasi mengenai status pertumbuhan balita. Penyuluhan
diberikan kepada ibu/pengasuh baik yang anaknya memiliki
atau tidak memiliki risiko gangguan pertumbuhan.

Penyuluhan dilakukan oleh kader posyandu atau tenaga


kesehatan. Saat memberikan penyuluhan, kader posyandu
atau tenaga kesehatan dapat menggunakan buku KIA/KMS
atau media edukasi lainnya untuk membantu dalam
menyampaikan nasihat atau informasi lain kepada
ibu/pengasuh.

176 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Berikut adalah langkah-langkah penyuluhan pada
pemantauan pertumbuhan balita:
1. Memberikan pujian kepada ibu yang telah membawa
anaknya untuk ditimbang
 Memberikan pujian kepada ibu/pengasuh yang
telah membawa anaknya untuk ditimbang agar ibu
termotivasi membawa anaknya ke posyandu
setiap bulan untuk dipantau pertumbuhannya.
 Menyampaikan pentingnya memantau
pertumbuhan balita setiap bulannya, yaitu agar
masalah gizi dapat dideteksi dan ditindaklanjuti
dengan segera.

2. Memberikan umpan balik hasil penilaian pertumbuhan


balita
 Menyampaikan kegunaan plotting dan garis
pertumbuhan anak, yaitu untuk melihat apakah
anak tumbuh seperti yang diharapkan atau
memiliki gangguan pertumbuhan.
 Menyampaikan hasil penimbangan, pengukuran,
plotting, dan garis pertumbuhan pada grafik
pertumbuhan yang terdapat dalam KMS dan/atau
grafik indikator pertumbuhan anak (BB/U, PB/U
atau TB/U, BB/PB atau BB/TB, dan IMT/U).
 Menyampaikan interpretasi hasil penilaian
pertumbuhan kepada ibu dengan jelas dan
sederhana.
 Memberikan respon atau umpan balik berdasarkan
status pertumbuhan anak.
a. Jika anak tidak ada risiko
gangguan/gangguan pertumbuhan
- Memberikan pujian kepada ibu bahwa
anak tumbuh dengan baik.

PENYULUHAN DAN KONSELING PERTUMBUHAN BALITA 177


-Menyampaikan bahwa kenaikan berat
badan anak mengikuti garis pertumbuhan
normal merupakan keberhasilan ibu
mengasuh anak.
- Menganjurkan kepada ibu untuk
mempertahankan kondisi anak.
b. Jika anak ada risiko gangguan pertumbuhan
- Mendiskusikan kondisi balita dengan ibu
secara positif dan menghindari perkataan
yang bersifat menuduh atau
menyalahkan ibu.
- Membangun kepercayaan dan
komunikasi yang baik sehinga ibu bisa
membantu anaknya.
- Menanyakan dan mencatat keadaan
kesehatan anak bila ada keluhan sakit
(batuk, diare, demam, rewel, dll),
gangguan pola makan, dan berkurangnya
aktivitas fisiknya.
- Menyampaikan kepada ibu bahwa anak
dengan risiko gangguan pertumbuhan
harus dikonfirmasi/dinilai kembali status
pertumbuhannya oleh tenaga kesehatan.

3. Memberikan nasihat tentang anjuran pemberian


makan dan pola asuh
 Memberikan nasihat tentang pemberian makan
dan pola asuh sesuai kelompok umur anak
dan/atau untuk kelompok umur berikutnya
sebelum penimbangan selanjutnya. Nasihat
disesuaikan dengan anjuran PMBA dan/atau
Prinsip Gizi Seimbang.

178 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


 Menyarankan makanan lokal yang bergizi dan cara
menyiapkannya. Akan bermanfaat jika ditunjukkan
gambar atau poster makanan lokal. Beberapa
posyandu ada yang mendemonstrasikan cara
menyiapkan makanan yang bergizi. Anjurkan ibu
untuk mengikuti kegiatan tersebut.

4. Mengajukan pertanyaan pemahaman tentang anjuran


pemberian makan dan pola asuh
 Memastikan bahwa ibu telah memahami informasi
yang diberikan dengan mengajukan pertanyaan
pemahaman.
 Mengajukan pertanyaan pemahaman yang
terbuka yang mengharuskan ibu/pengasuh
menjawab dengan informasi yang lengkap (tidak
hanya ‘ya’ atau ‘tidak’).
 Contoh pertanyaan yang dianjurkan:
- Berapa kali makanan utama dan selingan
yang perlu ibu berikan setiap hari?
- Apa saja makanan selingan bergizi yang dapat
ibu berikan?
 Contoh pertanyaan yang tidak dianjurkan:
- Apakah ibu ingat makanan yang perlu
diberikan pada anak saat anak berumur 2-5
tahun?
 Menunggu dan memotivasi ibu dalam
memberikan jawaban.
 Mendengarkan jawaban ibu dengan baik dan
membantu ibu/pengasuh mengatasi masalah
untuk memperbaiki praktik pemberian makan.
 Memberikan informasi tambahan dan/atau
mengklarifikasi informasi yang telah disampaikan
jika ibu belum memahami dengan baik.

PENYULUHAN DAN KONSELING PERTUMBUHAN BALITA 179


 Menanyakan jika ibu memiliki kendala dalam
menerapkan anjuran pemberian makanan.

5. Menganjurkan ibu untuk membawa anaknya ke


penimbangan selanjutnya
 Mengingatkan ibu/pengasuh untuk membawa
anaknya datang kembali ke posyandu atau
fasyankes lainnya di bulan berikutnya untuk
ditimbang dan agar mendapatkan pelayanan
kesehatan lainnya.
 Mengingatkan ibu/pengasuh untuk selalu
membawa buku KIA/KMS saat melakukan
kunjungan selanjutnya.

Teknik Penyuluhan pada Pemantauan


Pertumbuhan Balita

Ketika memberi penyuluhan, sediakan cukup waktu untuk


menjelaskan setiap informasi dengan jelas dan sederhana.
Teknik penyuluhan dapat diringkas sebagai berikut.
1. Membangun kepercayaan dan memberikan dukungan
 Memberikan pujian kepada ibu.
 Menghindari kata-kata yang menyalahkan ibu.
 Memberikan umpan balik secara jelas dalam
bahasa yang sederhana.
 Memberikan nasihat, saran, dan dukungan.
2. Mendengarkan dan belajar dari ibu
 Mengajukan pertanyaan terbuka.
 Mendengarkan untuk dapat memahami hal-hal
yang disampaikan oleh ibu/pengasuh.
 Menunjukkan empati dalam memahami perasaan
ibu/pengasuh.
 Menggunakan bahasa tubuh dan isyarat untuk
menunjukkan ketertarikan pada apa yang
disampaikan ibu/pengasuh

180 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


C. Materi pokok 3: Langkah-langkah konseling pada
pemantauan pertumbuhan balita.
Pada konsep pemantauan pertumbuhan balita, konseling
ditujukan untuk membantu ibu/pengasuh agar mengenali,
menyadari dan mampu mengambil keputusan yang tepat
dalam mengatasi masalah kesehatan dan gizi yang dialami
anaknya. Proses komunikasi dalam konseling dilakukan
secara individu dan dua arah antara tenaga kesehatan atau
kader posyandu yang telah dilatih (yang memberi
konseling) dan ibu/pengasuh (yang diberi konseling).
Konseling diberikan kepada ibu/pengasuh yang anaknya
mengalami gangguan pertumbuhan.

Saat memberikan konseling, tenaga kesehatan dapat


menggunakan buku KIA/KMS atau media edukasi lainnya
untuk membantu dalam menyampaikan nasihat atau
informasi lainnya kepada ibu/pengasuh. Berikut adalah
langkah-langkah konseling pada pemantauan pertumbuhan
balita:

1. Memberikan pujian kepada ibu yang telah membawa


anaknya untuk dikonfirmasi status pertumbuhannya
 Memberikan pujian kepada ibu/pengasuh yang
telah membawa anaknya untuk diukur ulang berat
dan tinggi badannya untuk dinilai status
pertumbuhannya.
 Menyampaikan pentingnya menilai status
pertumbuhan balita sehingga balita yang ada risiko
gangguan pertumbuhan dapat segera dideteksi
dan ditindaklanjuti.

PENYULUHAN DAN KONSELING PERTUMBUHAN BALITA 181


2. Memberikan umpan balik hasil penilaian pertumbuhan
balita
 Menyampaikan kegunaan plotting dan garis
pertumbuhan anak, yaitu untuk melihat apakah
anak tumbuh seperti yang diharapkan atau
memiliki gangguan pertumbuhan.
 Menyampaikan hasil penimbangan, pengukuran,
plotting, dan garis pertumbuhan pada grafik
indikator pertumbuhan anak (BB/U, PB/U atau
TB/U, BB/PB atau BB/TB, dan IMT/U).
 Menyampaikan interpretasi hasil penilaian
pertumbuhan kepada ibu dengan jelas dan sederhana.

3. Mengonfirmasi kondisi kesehatan balita pada saat


kunjungan dan kemungkinan adanya riwayat penyakit
yang berulang
 Menanyakan kondisi kesehatan yang dialami anak
saat kunjungan.
 Hal-hal berikut perlu dipertimbangkan saat
melakukan konseling:
- Jika anak kekurangan gizi, kemungkinan anak
tersebut sedang menderita penyakit seperti
diare atau penyakit kronis yang dapat
memperberat masalah gizinya. Jika demikian,
sebaiknya segera mengobati penyakit penyerta
atau merujuk anak tersebut ke fasyankes untuk
memperoleh pelayanan yang sesuai.
- Jika diketahui atau dicurigai seorang anak
mempunyai penyakit kronis (seperti HIV/AIDS,
TB) atau riwayat penyakit yang berulang,
ibu/pengasuh perlu diberi konseling atau
melakukan tes/uji kesehatan.

182 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


- Jika anak mengalami trauma (seperti kematian
dalam keluarga atau pergantian pengasuh)
yang dapat berakibat pada menurunnya nafsu
makan anak, pertimbangkan untuk melakukan
wawancara di lain waktu.

4. Menggali informasi penyebab masalah gizi


 Mengajukan pertanyaan yang berdasarkan
penyebab langsung, tidak langsung, dan mendasar
(merujuk ke materi pokok 1).
 Mengajukan pertanyaan lanjutan sesuai
kebutuhan dan mencatat penyebab masalah gizi
untuk melengkapi informasi dalam memahami
penyebab utamanya. Jika terdapat beberapa
kemungkinan penyebab masalah gizi, penggalian
informasi sebaiknya difokuskan pada penyebab
utama yang dapat diubah.
 Menanyakan riwayat penyakit berulang yang
dialami anak.
 Menanyakan pendapat ibu mengenai apa yang
dianggapnya sebagai penyebab masalah gizi.
 Menyimpulkan dan menetapkan bersama ibu apa
yang menjadi penyebab utama masalah gizi.

Ketika mewawancarai ibu, mungkin saja ditemukan


beberapa penyebab masalah gizi. Sebaiknya tidak
memberikan nasihat kepada ibu sebelum penyebab
utamanya diketahui terlebih dahulu.

5. Memberi nasihat sesuai penyebab masalah gizi


• Mendiskusikan apa yang dapat dilakukan dan siapa
yang dapat menolong dan memberi dukungan
kepada ibu untuk mengatasi masalah gizi.

PENYULUHAN DAN KONSELING PERTUMBUHAN BALITA 183


• Memberikan nasihat yang sesuai jika praktik
pemberian makan atau pola asuh yang dilakukan ibu
tidak sesuai dengan yang dianjurkan.
• Membatasi nasihat untuk dua atau tiga saran
terpenting yang bisa dilakukan oleh ibu. Jika terlalu
banyak memberikan nasihat, mungkin ibu tidak
mampu untuk mengingat semuanya.

6. Menetapkan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan


anak
• Menetapkan jadwal kunjungan ulang dan tujuan
yang ingin dicapai untuk meningkatkan
pertumbuhan anak.
a. Untuk anak yang kekurangan gizi
- Jika penyebab kekurangan gizi adalah
karena sakit, tujuan yang harus dicapai
adalah mengembalikan anak pada berat
badan normal dalam suatu waktu tertentu,
misalnya 3 bulan.
- Jika ada penyebab lain anak kekurangan
gizi, tujuan pertama adalah menghentikan
kecenderungan pertumbuhan menurun ke
arah kekurangan gizi serta mengembalikan
ke pertumbuhan normal.
- Sebaiknya menghindari untuk menetapkan
target menaikkan berat badan, khususnya
jika anak pendek. Jika anak pendek
bertambah berat tanpa bertambah
panjang, anak tersebut bisa menjadi gizi
lebih (overweight). Tujuan yang lebih tepat
adalah untuk meningkatkan pertumbuhan
sehingga penambahan panjang dan berat
badan menjadi sesuai.

184 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


b. Untuk anak yang kelebihan gizi
- Sebaiknya tidak menganjurkan anak yang
kelebihan gizi untuk menurunkan berat
badan secara drastis. Tujuan yang lebih
tepat adalah mengurangi kecepatan
penambahan berat badan diiringi
penambahan tinggi badan.
- Mendiskusikan dengan ibu pentingnya
memperlambat penambahan berat badan
anak sedemikian rupa sehingga anak
secepatnya mempunyai berat badan
menurut tinggi badan yang normal.

• Menentukan dua atau tiga kegiatan yang dapat


dilakukan ibu/pengasuh dalam beberapa minggu
ke depan untuk memperbaiki pertumbuhan anak.
• Membuatkan catatan (misalnya dalam catatan
kunjungan di buku KIA) mengenai penyebab
masalah gizi untuk dibahas pada kunjungan
berikutnya.

Ringkasan Langkah-langkah Konseling pada Pemantauan Pertumbuhan Balita

1. Memberikan pujian kepada ibu yang telah membawa anaknya untuk


dikonfirmasi status pertumbuhannya
2. Memberikan umpan balik hasil penilaian pertumbuhan balita
3. Mengonfirmasi kondisi kesehatan balita pada saat kunjungan dan
kemungkinan adanya riwayat penyakit yang berulang
4. Menggali informasi penyebab masalah gizi
5. Memberi nasihat sesuai penyebab masalah gizi.
6. Menetapkan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan anak.

PENYULUHAN DAN KONSELING PERTUMBUHAN BALITA 185


VIII. RANGKUMAN
Rangkuman uraian materi Modul MPI 4 mengenai
Penyuluhan dan Konseling Pertumbuhan Balita, antara lain:
(1) tiga tingkatan penyebab status gizi serta perkembangan
janin dan anak yang optimal berdasarkan kerangka konsep
masalah gizi, di antaranya adalah penyebab langsung
(misalnya: konsumsi ASI dan pangan), penyebab tidak
langsung (misalnya: ketahanan pangan serta sumber daya
untuk pangan dan pola asuh), dan penyebab mendasar
(misalnya: pendidikan dan pengetahuan); (2) penyuluhan
merupakan salah satu langkah penting untuk menyampaikan
informasi mengenai status pertumbuhan balita. Penyuluhan
diberikan kepada ibu/pengasuh baik yang anaknya memiliki
atau tidak memiliki risiko gangguan pertumbuhan; dan (3)
konseling ditujukan untuk membantu ibu/pengasuh agar
mengenali, menyadari dan mampu mengambil keputusan
yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan dan gizi
yang dialami anaknya..

IX. REFERENSI
1. Direktorat Bina Gizi, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak, Kementerian Kesehatan RI.
Modul Pelatihan Penilaian Pertumbuhan Anak. Jakarta,
2015.
2. Direktorat Bina Gizi, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak, Kementerian Kesehatan RI.
Modul Pelatihan Konseling: Pemberian Makan Bayi dan
Anak. Jakarta, 2014.
3. Fanzo, Jessica. Addressing Chronic Malnutrition through
Multi-Sectoral, Sustainable Approaches: A Review of the
Causes and Consequences. Frontiers Nutrition, 2014. 1. 1-
11. 10.3389/fnut.2014.00013.

186 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Ajar
Imunisasi. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga
Kesehatan. Jakatta, 2014.
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan
Menteri Kesehatan No. 41 Tahun 2014 tentang Pedoman
Gizi Seimbang. Jakarta, 2020.
6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan
Menteri Kesehatan No. 12 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta, 2017.
7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan
Menteri Kesehatan No. 4 Tahun 2019 tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Jakarta, 2020.
8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan
Menteri Kesehatan No. 2 Tahun 2020 tentang Standar
Antropometri Anak. Jakarta, 2020.
9. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku
Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta, 2020.
10. Sukraniti, D.P., Taufiqurrahman, dan Iwan S. Bahan Ajar
Gizi: Konseling Gizi. Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia Kesehatan. Jakarta, 2018.
11. World Health Organization (WHO). WHO Child Growth
Standards: Training Course on Child Growth Assessment.
WHO Press, World Health Organization. Geneva, 2008.
12. World Health Organization (WHO). Guidelines on physical
activity, sedentary behaviour and sleep for children under 5
years of age. World Health Organization. 2019.
13. www.fao.org. Improving Household Security.
<http://www.fao.org/ag /agn/nutrition/ICN/icnhfs.htm>.
[Diakses 16 Juni 2021]

PENYULUHAN DAN KONSELING PERTUMBUHAN BALITA 187


X. LAMPIRAN
Panduan Bermain Peran
1. Alokasi waktu: 135 menit
2. Tujuan penugasan:
Pada akhir penugasan peserta memahami dan mampu
melakukan langkah-langkah penyuluhan dan konseling
dalam pelaksanaan pemantauan pertumbuhan balita.
3. Bahan Latihan
a. Meja dan kursi
b. ATK
c. Lembar KMS
d. Lembar bantu penyuluhan
e. Lembar kerja bermain peran
4. Langkah-langkah penugasan
a. Fasilitator menjelaskan langkah-langkah penugasan.
Peserta diberi kesempatan bertanya untuk hal-hal yang
kurang jelas sebelum pelaksanaan penugasan Latihan
dan bermain peran (10 menit).
b. Peserta pelatihan dibagi ke dalam 5 (lima) kelompok.
Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Masing-masing
anggota kelompok diminta untuk memilih peran. Satu
orang berperan sebagai tenaga kesehatan, satu orang
berperan sebagai ibu/pengasuh, dan dua orang
bertugas mengamati jalannya penyuluhan atau
konseling. Pengamat bertugas mengamati, mencatat,
dan mengevaluasi proses jika terdapat prosedur yang
terlewat saat melakukan penyuluhan/konseling.
c. Masing-masing kelompok diberi tugas untuk
menyelesaikan 5 tugas di bawah ini. Masing-masing
peserta dalam satu kelompok yang berperan sebagai
tenaga kesehatan mendapat kesempatan untuk
melakukan penyuluhan selama @ 6 menit dan
konseling selama @ 10 menit (total penyuluhan = 30
menit, konseling = 50 menit).

188 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


 Penyuluhan di posyandu bagi ibu/pengasuh
dengan anak yang status pertumbuhannya normal.
 Penyuluhan di posyandu bagi ibu/pengasuh
dengan anak yang memiliki risiko gangguan
pertumbuhan.
 Konseling di fasyankes bagi ibu/pengasuh dengan
anak yang mengalami gizi lebih.
 Konseling di fasyankes bagi ibu/pengasuh dengan
anak yang mengalami gizi buruk dan perlu
mendapatkan perawatan gizi.
 Konseling di fasyankes bagi ibu/pengasuh dengan
anak yang mengalami gizi kurang akibat faktor
penyebab tidak langsung.
d. Masing-masing kelompok diberi waktu 5 menit untuk
menyampaikan hasil evaluasi bermain peran.
e. Setelah seluruh kelompok menyampaikan hasilnya,
fasilitator memberikan umpan balik dan meminta
peserta pelatihan lain untuk mengajukan pertanyaan
dan memberikan kesempatan kepada kelompok untuk
menjawab pertanyaan tersebut (15 menit)
f. Fasilitator dapat memberikan penjelasan lebih lanjut
apabila diperlukan serta menyampaikan kesimpulan
atas hasil latihan (10 menit)

A. Lembar Kerja Penugasan Bermain Peran Melakukan


Penyuluhan Dan Konseling Pada Pemantauan
Pertumbuhan Balita

Pada latihan ini peserta akan mempraktikkan cara


melakukan penyuluhan atau konseling kepada
ibu/pengasuh dengan cara bermain peran. Peserta akan
dibagi dalam kelompok yang terdiri dari empat orang.
Setiap peserta mengambil peran sebagai tenaga
kesehatan, ibu, atau pengamat (dua orang).

PENYULUHAN DAN KONSELING PERTUMBUHAN BALITA 189


Instruksi untuk “tenaga kesehatan”
1. Kaji ulang informasi latar belakang kondisi
pertumbuhan anak.
2. Gunakan lembar bantu sebagai pemandu untuk
melakukan penyuluhan/konseling kepada ibu/pengasuh.
3. Mulai wawancara sesuai dengan langkah-langkah
penyuluhan/ konseling pada pemantauan pertumbuhan
balita.
4. Catat setiap jawaban yang diberikan pada lembar bantu
Instruksi untuk “ibu/pengasuh”
1. Kaji ulang informasi latar belakang kondisi
pertumbuhan anak.
2. Jawab pertanyaan dari tenaga kesehatan secara realistis,
seolah-olah Saudara adalah ibu dari anak dalam studi
kasus. Jika perlu, Saudara bisa menambah informasi
yang realistis dan sesuai dengan cerita tersebut. Jawab
pertanyaan, tetapi jangan memberi informasi, kecuali jika
tenaga kesehatan menanyakan hal itu.
Instruksi untuk "pengamat"
1. Kaji ulang informasi latar belakang kondisi
pertumbuhan anak.
2. Ketika tenaga kesehatan mewawancarai ibu/
pengasuh, ikuti lembar bantu.
3. Setelah bermain peran, beri komentar apakah:
a. semua pertanyaan yang sesuai telah diajukan;
b. nasihat terpenting dan yang sesuai telah
disampaikan secara baik;
c. pertanyaan pemahaman telah diajukan untuk
memastikan bahwa ibu mengerti apa yang harus
dikerjakan.
4. Tanyakan kepada ibu dan kemudian kepada tenaga
kesehatan untuk mengomentari tentang permainan
peran, sebagai contoh, apa yang telah dilakukan
dengan baik dan apa yang mungkin perlu diperbaiki.

190 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Informasi Latar Belakang untuk Bermain Peran - Kasus 1
Lisa adalah seorang anak perempuan berumur 11 bulan. Hari ini
Lisa melakukan kunjungan posyandu bersama ibunya, Ibu Dian.
Lisa terlihat aktif dan bahagia. Berat badannya juga terlihat sesuai
dengan rata-rata berat badan bayi pada umurnya. Berdasarkan
hasil catatan pada KMS, Lisa diberi ASI eksklusif selama 6 bulan.
Setiap hari, Lisa diberi 3 kali makanan utama dan 2 kali makanan
selingan. Menurut ibu Dian, Lisa mempunyai nafsu makan yang
baik. Lisa selalu menghabiskan makanannya dengan lahap. Setiap
kali makan, Lisa dapat menghabiskan makanannya hingga ¾
mangkok. Grafik pertumbuhan Lisa dapat dilihat pada KMS berikut.

PENYULUHAN DAN KONSELING PERTUMBUHAN BALITA 191


Informasi Latar Belakang untuk Bermain Peran - Kasus 2
Reni adalah anak perempuan berumur 7 bulan dari Ibu Eva. Reni
terlihat bahagia namun terlihat lebih kurus dibandingkan dengan
bayi pada umurnya. Reni diberi ASI Eksklusif hingga 6 bulan dan
masih melanjutkan ASI-nya hingga sekarang. Menurut ibu Eva, Reni
sudah mulai diberi MP ASI. Setiap hari, Reni diberi 2 kali makanan
utama dan 2 kali makanan selingan. Namun, makanan utamanya
terkadang tidak dihabiskan. Beberapa kali saat makan, dari 2-3
sendok makan MP ASI yang diberikan, hanya setengahnya yang
bisa dihabiskan. Grafik pertumbuhan Reni dapat dilihat pada KMS
berikut.

192 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Informasi Latar Belakang untuk Bermain Peran - Kasus 3

Ibu Nina memiliki anak berumur 4 tahun bernama Hendri. Hendri


tampak bahagia tapi terlihat lebih gemuk dari anak seumurnya. Ibu
Nina sehari-hari bekerja di supermarket, sementara suaminya
bekerja sebagai pegawai di pabrik. Karena harus bekerja shift,
waktu yang dimiliki ibu Nina untuk mengasuh Hendri terbatas. Oleh
karena itu, Hendri sering dititipkan bersama Neneknya yang tinggal
bersama Ibu Nina. Keluarga Ibu Nina memiliki cukup uang untuk
membeli makanan dan di rumahnya terdapat banyak fasilitas
seperti televisi. Menurut Ibu Nina, sehari-hari nenek Hendri sering
memberikan minuman berpemanis dalam kemasan. Hendri juga
sangat menyukai makanan manis lainnya sehingga sering kali
diberi makanan selingan seperti kue atau donat. Hendri lebih sering
menonton TV di rumah karena nenek Hendri tidak mampu
mendampingi Hendri bermain di luar. Hasil penilaian status
pertumbuhan Hendri menunjukkan bahwa indeks massa tubuh
Hendri cenderung ke arah kelebihan berat badan untuk balita
seumurnya. Berikut adalah grafik pertumbuhan Hendri.

PENYULUHAN DAN KONSELING PERTUMBUHAN BALITA 193


Informasi Latar Belakang untuk Bermain Peran - Kasus 4

Ibu Fitri memiliki anak laki-laki bernama Ari yang saat ini berumur
14 bulan. Ari terlihat lesu dan lebih kurus dibandingkan balita
seumurnya. Menurut Ibu Fitri, dia sering menangis dan marah saat
diberi makan. Ibu Fitri sudah mencoba memberinya makan 3 kali
dalam sehari, namun sering kali makanan Ari tidak dia habiskan.
Dari satu mangkok berukuran 250 ml, Ari hanya bisa menghabiskan
setengahnya, itu pun dalam waktu yang lama. Sering kali Ari
menutup mulutnya ketika disuapi makanan. Ari sangat pemilih
dalam hal makanan, terkadang makanan selingan yang diberikan
pun tidak mau dia makan. Setelah Ari dinilai status
pertumbuhannya dengan indeks BB/PB ternyata pertumbuhannya
cenderung tidak mencukupi untuk status pertumbuhan normal.
Hasil penilaian status pertumbuhan Ari adalah sebagai berikut.

194 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


PENYULUHAN DAN KONSELING PERTUMBUHAN BALITA 195
Informasi Latar Belakang untuk Bermain Peran - Kasus 5
Ibu Nurul mempunyai seorang anak perempuan berumur 28 bulan
bernama Amira. Amira terlihat lesu dan berat badannya lebih kurus
dibandingkan balita seumurnya. Dalam dua bulan ke belakang,
Amira beberapa kali terkena diare. Berdasarkan cerita Ibu Nurul, di
rumahnya tidak ada kamar kecil atau WC. Keluarganya harus
berbagi kamar kecil dengan tiga keluarga lainnya yang tinggal di
area yang sama. Ibu Nurul selalu menyimpan air minum untuk
keluarga pada wadah besar dan diambil memakai gayung. Menurut
Ibu Nurul, dia selalu menutup wadahnya dengan rapat, tetapi suami
dan anaknya yang lebih besar terkadang meninggalkan wadah
tersebut dalam keadaan terbuka. Hasil penilaian status
pertumbuhan Amira adalah sebagai berikut.

196 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


PENYULUHAN DAN KONSELING PERTUMBUHAN BALITA 197
B. Lembar Bantu Penyuluhan
Beri tanda
No Langkah Penyuluhan centang ()
jika dilakukan
1 Memberikan pujian kepada ibu karena telah membawa anaknya
untuk ditimbang
a Memberikan pujian kepada ibu/pengasuh yang
telah membawa anaknya untuk ditimbang.
b Menyampaikan pentingnya memantau
pertumbuhan balita setiap bulannya.
Keterangan:

2 Memberikan umpan balik hasil penilaian pertumbuhan balita


a Menyampaikan kegunaan plotting dan garis
pertumbuhan anak
b Menyampaikan hasil penimbangan, pengukuran,
plotting, dan garis pertumbuhan pada grafik
pertumbuhan yang terdapat dalam KMS
dan/atau grafik indikator pertumbuhan anak
(BB/U, PB/U atau TB/U, BB/PB atau BB/TB, dan
IMT/U).
c Menyampaikan interpretasi hasil penilaian
pertumbuhan kepada ibu dengan jelas dan
sederhana.
d Memberikan respon atau umpan balik
berdasarkan status pertumbuhan anak.
Keterangan:

3 Memberikan nasihat tentang anjuran pemberian makan dan pola asuh


a Memberikan nasihat tentang pemberian makan
dan pola asuh
b Menyarankan makanan lokal yang bergizi dan
cara menyiapkannya.
Keterangan:

198 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Beri tanda
No Langkah Penyuluhan centang ()
jika dilakukan
4 Mengajukan pertanyaan pemahaman tentang anjuran pemberian
makan dan pola asuh
a Memastikan bahwa ibu telah memahami
informasi yang diberikan dengan mengajukan
pertanyaan pemahaman.
b Mengajukan pertanyaan pemahaman yang
terbuka yang mengharuskan ibu/pengasuh
menjawab dengan informasi yang lengkap.
c Menunggu dan memotivasi ibu dalam
memberikan jawaban.
d Mendengarkan jawaban ibu dengan baik dan
membantu ibu/pengasuh mengatasi masalah
untuk memperbaiki praktik pemberian makan.
e Memberikan informasi tambahan dan/atau
mengklarifikasi informasi yang telah disampaikan
jika ibu belum memahami dengan baik.
f Menanyakan jika ibu memiliki kendala dalam
menerapkan anjuran pemberian makanan.
Keterangan:

5 Menganjurkan ibu untuk membawa anaknya ke penimbangan


selanjutnya
a Mengingatkan ibu/pengasuh untuk membawa
anaknya datang kembali ke posyandu atau
fasyankes lainnya di bulan berikutnya untuk
ditimbang dan agar mendapatkan pelayanan
kesehatan lainnya.
b Mengingatkan ibu/pengasuh untuk selalu
membawa buku KIA/KMS saat melakukan
kunjungan selanjutnya.
Keterangan:

PENYULUHAN DAN KONSELING PERTUMBUHAN BALITA 199


C. Lembar Bantu Konseling
Beri tanda
No Langkah Konseling centang ()
jika dilakukan
1 Memberikan pujian kepada ibu karena telah membawa anaknya
untuk dikonfirmasi status pertumbuhannya.
a Memberikan pujian kepada ibu/pengasuh yang
telah membawa anaknya untuk diukur ulang
berat dan tinggi badannya untuk dinilai status
pertumbuhannya.
b Menyampaikan pentingnya pentingnya menilai
status pertumbuhan balita.
Keterangan:

2 Memberikan umpan balik hasil penilaian pertumbuhan balita


a Menyampaikan kegunaan plotting dan garis
pertumbuhan anak
b Menyampaikan hasil penimbangan,
pengukuran, plotting, dan garis pertumbuhan
pada grafik indikator pertumbuhan anak (BB/U,
PB/U atau TB/U, BB/PB atau BB/TB, dan
IMT/U).
c Menyampaikan interpretasi hasil penilaian
pertumbuhan kepada ibu dengan jelas dan
sederhana.
Keterangan:

3 Mengonfirmasi kondisi kesehatan balita pada saat kunjungan dan


kemungkinan adanya riwayat penyakit yang berulang
a Menanyakan kondisi kesehatan yang dialami
anak saat kunjungan.
Keterangan:

200 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Beri tanda
No Langkah Konseling centang ()
jika dilakukan
4 Menggali informasi penyebab masalah gizi (jika balita tidak sakit)
a Mengajukan pertanyaan yang berdasarkan
penyebab langsung, tidak langsung, dan
mendasar.
b Mengajukan pertanyaan lanjutan sesuai
kebutuhan dan mencatat penyebab masalah gizi
untuk melengkapi informasi dalam memahami
penyebab utamanya.
c Menanyakan riwayat penyakit berulang yang
dialami anak.
d Menanyakan pendapat ibu mengenai apa yang
dianggapnya sebagai penyebab utama masalah
gizi.
e Menyimpulkan dan menetapkan bersama ibu
apa yang menjadi penyebab utama masalah gizi.
Keterangan:

5 Memberi nasihat sesuai penyebab masalah gizi.


a Mendiskusikan apa yang dapat dilakukan dan
siapa yang dapat menolong dan memberi dukungan
kepada ibu untuk mengatasi masalah gizi.
b Memberikan nasihat yang sesuai jika praktik
pemberian makan atau pola asuh yang
dilakukan ibu tidak sesuai dengan yang
dianjurkan.
c Membatasi nasihat untuk dua atau tiga saran
terpenting yang bisa dilakukan oleh ibu. Jika
terlalu banyak memberikan nasihat, mungkin ibu
tidak mampu untuk mengingat semuanya.
Keterangan:

PENYULUHAN DAN KONSELING PERTUMBUHAN BALITA 201


Beri tanda
No Langkah Konseling centang ()
jika dilakukan
6 Menetapkan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan anak.
a Menetapkan jadwal kunjungan ulang dan
tujuan yang ingin dicapai untuk meningkatkan
pertumbuhan anak.
b Menentukan dua atau tiga kegiatan yang dapat
dilakukan ibu/pengasuh dalam beberapa
minggu ke depan untuk memperbaiki
pertumbuhan anak.
c Membuatkan catatan (misalnya dalam catatan
kunjungan di buku KIA) mengenai penyebab
masalah gizi untuk dibahas pada kunjungan
berikutnya.
Keterangan:

202 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


MA
TERI
PEL
ATI
HANI
NTI
5
PENCATATAN DAN PELAPORAN
PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA

I. DESKRIPSI SINGKAT
Mata pelatihan ini membahas tentang pencatatan dan
pelaporan pemantauan pertumbuhan balita.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu
melakukan pencatatan dan pelaporan pemantauan
pertumbuhan balita sesuai pedoman.

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengkuti mata pelatihan ini, peserta mampu:
a. Melakukan pencatatan pemantauan pertumbuhan balita.
b. Melakukan pelaporan pemantauan pertumbuhan balita.

III. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK


Materi pokok dan sub materi pokok pada mata pelatihan ini
adalah sebagai berikut:
1. Pencatatan pemantauan pertumbuhan balita.
2. Pelaporan pemantauan pertumbuhan balita.

IV. METODE
1. Ceramah tanya jawab.
2. Curah pendapat.
3. Latihan.

PENCATATAN DAN PELAPORAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA 205


V. MEDIA DAN ALAT BANTU
1. Bahan Tayang/Slide.
2. Modul.
3. Bahan latihan.
4. Laptop.
5. LCD.
6. ATK.
7. Flipchart.
8. Spidol.

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


A. Pembukaan sesi pembelajaran (5 menit), fasilitator
 Menyapa peserta.
 Melakukan bina suasana untuk meningkatkan
semangat peserta dan mengajak peserta untuk fokus
agar siap mengkuti pembelajaran.
 Memperkenalkan diri.
 Menyampaikan tujuan pembelajaran dan deskripsi
singkat materi yang akan diajarkan dengan
menggunakan bahan tayang.
B. Penyajian (35 menit), fasilitator:
 Mengawali sesi paparannya dengan melakukan
apersepsi tentang materi yang akan dibahas
 Penyampaian materi pokok Pencatatan Pemantauan
Pertumbuhan Balita
a. Pengertian dan fungsi pencatatan pemantauan
pertumbuhan balita.
b. Jenis-jenis pencatatan dari kegiatan pemantauan
pertumbuhan balita di posyandu dan di fasyankes.
 Penyampaian materi pokok Pelaporan pemantauan
pertumbuhan balita

206 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


a. Pengertian dan fungsi pelaporan pemantauan
pertumbuhan balita
b. Jenis-jenis pelaporan dari kegiatan pemantauan
pertumbuhan balita di posyandu dan di fasyankes
 Memberi kesempatan bertanya pada peserta
 Melaksanakan evaluasi pembelajaran dengan
memberikan pertanyaan dan pelaksanaan penugasan
menggunakan metode latihan menyusun laporan
pemantauan Pertumbuhan (45 menit)
Beberapa pertanyaan evaluasi diantaranya:
1). Pencatatan dan pelaporan pemantauan
pertumbuhan balita apa saja yang ada di wilayah
kerja masing-masing peserta?
2). Berapa banyak waktu yang digunakan dalam
seminggu untuk membuat pencatatan?
3). Seberapa sering menyusun laporan pemantauan
pertumbuhan balita?

C. Penutup sesi pembelajaran (5 menit), fasilitator:


 Merangkum pembelajaran dengan mengajak peserta
untuk mengulang hal-hal yang penting sekaligus.
 Menutup sesi dengan permintaan maaf dan ucapan
terima kasih.

VII. URAIAN MATERI


A. Materi Pokok: Paparan mengenai Pencatatan dan
Pelaporan Pemantauan Pertumbuhan Balita
1. Pencatatan pemantauan pertumbuhan balita.
a. Pengertian dan fungsi pencatatan pemantauan
pertumbuhan balita
Pencatatan merupakan suatu bentuk dokumentasi
data dan pengamatan yang terjadi sebagai bagian
dari kegiatan pemantauan pertumbuhan balita.

PENCATATAN DAN PELAPORAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA 207


Pencatatan merupakan ‘ingatan’ administrasi dan
sangat penting dalam pengendalian dan penilaian
kegiatan. Pencatatan harus akurat, dapat diakses,
tersedia ketika dibutuhkan dan memuat informasi
yang bermanfaat bagi pengelolaan kegiatan
pemantauan pertumbuhan balita. Pencatatan
harus dipandang sebagai bagian penting dari
kegiatan pemantauan pertumbuhan balita.

Pencatatan mempunyai beberapa fungsi penting,


diantaranya adalah:
- Sebagai arsip atas riwayat yang berhubungan
dengan pemantauan pertumbuhan balita yang
dapat digunakan oleh keluarga, kader
posyandu, tenaga kesehatan, pemangku desa,
tokoh masyarakat serta pihak lain.
- Untuk dapat memastikan keberlanjutan
pelayanan ketika salah satu petugas tidak di
tempat.
- Sebagai salah satu sarana penting dalam
monitoring.
- Sebagai dasar untuk penyusunan laporan.
- Untuk mendukung pengumpulan data, penilaian
dan pengambilan keputusan serta menjelaskan
alasan dari pengambilan tindakan dan
keputusan.
- Sebagai bagian dari akuntabilitas kerja.
- Dapat memfasilitasi peninjauan kembali
mengenai hal-hal yang telah dilakukan
sebelumnya.
- Dapat digunakan sebagai dasar investigasi,
pelacakan kasus, atau permintaan khusus
lainnya.

208 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Pencatatan dilakukan dengan menggunakan format
yang telah ditetapkan sebelumnya. Pencatatan
pemantauan pertumbuhan balita di posyandu dan di
fasyankes harus ditulis secara lengkap, jelas dan
sesuai dengan urutan kronologis waktu kejadian.

b. Jenis-jenis pencatatan dari kegiatan pemantauan


pertumbuhan balita. Diantaranya :
- Buku KIA/KMS
Buku KIA/KMS berisi lembar informasi dan
catatan kesehatan serta catatan khusus
mengenai ibu selama hamil, bersalin sampai
nifas serta anak (janin, bayi baru lahir, bayi dan
anak hingga usia 6 tahun). Di dalam buku KIA
juga terdapat lembar KMS yang memuat
pencatatan mengenai umur, praktik ASI, hasil
penimbangan, plotting grafik pertumbuhan, dan
catatan lain, misalnya mengenai riwayat sakit
atau pola makan.
- Buku register
Buku register merupakan catatan seluruh
sasaran balita, yang berisi mengenai identitas
balita dan pelayanan yang diterima oleh balita di
posyandu.
- Formulir rekapitulasi data pengukuran balita.
Formulir rekapitulasi data pengukuran balita
digunakan untuk mencatat hasil penimbangan
dan pengukuran dan keterangan lain yang
diperoleh pada saat kegiatan pemantauan
pertumbuhan. Data dari formulir rekapitulasi ini
merupakan data yang dikirimkan ke Puskesmas
untuk selanjutnya di entry ke dalam Sigizi
Terpadu secara elektronik.

PENCATATAN DAN PELAPORAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA 209


- Buku bantu kader
Buku bantu kader mempunyai beberapa format
tergantung dari dinas kesehatan setempat.
Buku bantu kader digunakan untuk mencatat
hasil pemantauan pertumbuhan dalam bentuk
agregat, seperti jumlah sasaran balita yaitu
jumlah sasaran sebelumnya ditambah balita
baru (S), jumlah balita yang datang dan
ditimbang ke posyandu (D), jumlah balita yang
balita yang tidak naik berat badannya (T), daftar
balita yang dirujuk ke Fasyankes, dan daftar
balita yang tidak hadir ke posyandu (O) untuk
dilakukan kunjungan rumah (sweeping).
Buku KIA/KMS harus disimpan oleh ibu/pengasuh
untuk dipelajari di rumah dan dibawa ketika
membawa balita ke posyandu atau fasyankes. Buku
dan formulir pencatatan lainnya disimpan oleh
kader posyandu dan dapat digunakan sewaktu-
waktu oleh para kader posyandu, tenaga kesehatan
atau pihak-pihak lain yang memerlukan.
Jenis-jenis pencatatan pemantauan pertumbuhan
balita di fasyankes
- Buku kohort balita
Buku kohort balita memuat catatan balita, yang
berisi mengenai identitas balita dan pelayanan
yang diterima oleh balita di fasyankes.
- Rekapitulasi penimbangan dan pengukuran
balita dari posyandu
Fasyankes mengarsipkan formulir rekapitulasi
data pengukuran balita dari seluruh posyandu di
wilayah cakupannya. Saat ini hasil
penimbangan balita dari posyandu harus di-entry
ke dalam Sigizi Terpadu sesegera mungkin.

210 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Buku dan formulir pencatatan di fasyankes
disimpan di fasyankes dan dapat digunakan oleh
tenaga kesehatan ketika balita hadir untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan di fasyankes.

Beberapa hal berikut ini dapat merupakan bagian


dari pencatatan, yaitu: surat, catatan memo, catatan
hasil rapat/pertemuan, email, pesan singkat dan
lain-lain. Hal-hal tersebut sebaiknya juga
didokumentasikan dan menjadi bagian dari sistem
pencatatan pemantauan pertumbuhan balita.

2. Pelaporan pemantauan pertumbuhan balita


a. Pengertian dan tujuan pelaporan pemantauan
pertumbuhan balita
Pelaporan merupakan tindakan menghasilkan
laporan dengan tujuan untuk mengomunikasikan
kegiatan pemantauan pertumbuhan kepada pihak
lain. Pelaporan biasanya dilakukan dalam jangka
waktu yang teratur, misalnya laporan bulanan,
triwulan, semester atau tahunan.

Pelaporan mempunyai beberapa fungsi,


diantaranya adalah:
- Dapat digunakan untuk melacak kemajuan
kegiatan dan membandingkan dengan target
sasaran.
- Untuk mengidentifikasi risiko sejak dini,
sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan.
- Dapat menunjukkan kinerja kegiatan.
- Sebagai sumber pembelajaran untuk perbaikan.
- Dapat digunakan untuk menentukan tindakan
atau program lanjutan.

PENCATATAN DAN PELAPORAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA 211


Pembuatan laporan merupakan proses yang
membutuhkan kelengkapan, ketepatan dan
ketelitian agar semua aspek kegiatan pemantauan
pertumbuhan balita dapat tercakup. Pelaporan yang
baik perlu memperhatikan beberapa kaidah sebagai
berikut:
- Harus ditulis dengan singkat dan jelas sehingga
mudah dimengerti.
- Harus memperhatikan tata bahasa dan tata cara
penulisan yang baik.
- Disusun dengan urutan yang logis dan beraturan.
- Harus dapat membedakan antara fakta dan opini.
- Harus memasukkan unsur analisis dari data atau
catatan yang diperoleh.
- Harus disusun sesuai dengan periode waktu
yang telah ditetapkan.
b. Jenis-jenis pelaporan dari kegiatan pemantauan
pertumbuhan balita di posyandu dan di fasyankes
1). Laporan rutin, misalnya laporan bulanan, tiga
bulanan, semesteran atau tahunan.
2). Laporan khusus
c. Hal-hal yang dilaporkan
1) Jumlah S, K, D, N, T, O, dan B yang disajikan
secara agregrat menurut posyandu atau wilayah.
Keterangan:
S = sasaran (balita)
K = balita yang mempunyai buku KIA/KMS
D = balita yang ditimbang
N = balita yang status pertumbuhannya Naik
T = balita yang status pertumbuhannya Tidak Naik
O = balita yang tidak ditimbang/tidak hadir di posyandu
B = balita yang baru didaftarkan di posyandu

212 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


2) Penghitungan efektivitas pemantauan
pertumbuhan balita, yaitu:
 % D/S = partisipasi masyarakat terhadap
pemantauan pertumbuhan balita.
 % K/S = cakupan pemantauan pertumbuhan
balita.
 % N/D = keberhasilan pemantauan
pertumbuhan balita
 Jumlah balita T
 Jumlah balita O
 Jumlah balita B

Penghitungan efektivitas pemantauan pertumbuhan


balita tersebut dapat disajikan menurut
posyandu, desa/kelurahan, atau menurut jangka
waktu untuk memperlihatkan tren.

3) Hal-hal lain yang dapat dilaporkan diantaranya


adalah:
 Jumlah balita dengan risiko gangguan
pertumbuhan yang ditindak lanjuti ke
fasyankes
 Ketepatan antara penetapan risiko
gangguan pertumbuhan di posyandu
dengan hasil konfirmasi status
pertumbuhan oleh tenaga kesehatan di
fasyankes.
 Jumlah balita dengan gangguan
pertumbuhan yang kembali ke posyandu
dengan status pertumbuhan baik.

Saat ini pencatatan dan pelaporan dapat dilakukan secara


manual dan secara elektronik. Manual artinya
menggunakan tulisan tangan, misalnya dalam lembar

PENCATATAN DAN PELAPORAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA 213


pencatatan, buku, atau lainnya, sedangkan elektronik
artinya menggunakan bantuan komputer atau aplikasi di
telepon pintar. Pencatatan dan pelaporan elektronik dapat
memudahkan penyimpanan catatan dan dapat dibagikan
kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan secara cepat
dan dalam waktu yang sebenarnya (real time). Pencatatan
dan pelaporan sebaiknya dilakukan secara manual dan
elektronik sehingga saling melengkapi. Saat ini telah
tersedia platform elektronik Sigizi Terpadu yang digunakan
sebagai pencatatan dan pelaporan kegiatan pemantauan
pertumbuhan balita di seluruh wilayah Indonesia. Apabila
memungkinkan, tenaga kesehatan dapat melatih beberapa
kader posyandu untuk melakukan entry data hasil
penimbangan dan pengukuran ke dalam aplikasi Sigizi
Terpadu sehingga dapat mempercepat proses pencatatan
dan pelaporan kegiatan pemantauan pertumbuhan balita.

VIII. RANGKUMAN
Rangkuman uraian materi Modul MPI 5 mengenai
Pencatatan dan Pelaporan Pemantauan Pertumbuhan
Balita, antara lain: (1) pencatatan pemantauan
pertumbuhan balita adalah suatu bentuk dokumentasi data
dan pengamatan yang terjadi sebagai bagian dari kegiatan
pemantauan pertumbuhan balita; (2) pelaporan
pemantauan pertumbuhan balita adalah tindakan
menghasilkan laporan dengan tujuan untuk
mengomunikasikan kegiatan pemantauan pertumbuhan
kepada pihak lain dalam jangka waktu tertentu secara
teratur; dan (3) pencatatan dan pelaporan dapat dilakukan
secara manual maupun elektronik.

214 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


IX. REFERENSI
1. UNICEF. Revisiting Growth Monitoring and its Evolution to
Promoting Growth as a Strategic Program Approach:
Building Consensus for Future Program Guidance. Report of
a Technical Consultation. UNICEF Headquarters New
York, USA. September 25-26, 2007.
2. McMahon R, Barton E, Piot M. On being in charge: a guide
to management in primary health care. Gelina N and
Ross F (eds). World Health Organization. 1992. ISBN 92
4 154426 0.
3. Dewings L. Rough guide to recording and report writing.
Hartlepool Safeguarding Children Board. 2012.

X. LAMPIRAN
Lembar Penugasan Pencatatan dan Pelaporan Pemantauan
Pertumbuhan Balita
Panduan Latihan
1. Alokasi waktu: 45 menit
2. Tujuan penugasan:
Pada akhir penugasan peserta mampu melakukan
pencatatan dan pelaporan pemantauan pertumbuhan
balita dengan tepat
3. Bahan Latihan
a. Flip chart
b. ATK
c. Lembar kerja latihan
4. Langkah-langkah penugasan
a. Fasilitator menjelaskan langkah-langkah penugasan.
Peserta diberi kesempatan bertanya untuk hal-hal yang
kurang jelas sebelum pelaksanaan latihan (5 menit).

PENCATATAN DAN PELAPORAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA 215


b. Fasilitator membagi peserta ke dalam 5 kelompok
yang terdiri dari 4-5 orang. Masing-masing kelompok
diminta untuk menunjuk satu orang sebagai ketua
kelompok. Ketua kelompok bertugas memimpin
pelaksanaan penugasan di dalam kelompoknya agar
penugasan dapat dilaksanakan dengan baik, tuntas
dan tepat waktu. Ketua kelompok dapat menugaskan
anggotanya untuk bertindak sebagai notulis dan juru
bicara kelompok
c. Peserta diberi waktu selama 20 menit untuk
melaksanakan penugasan secara kelompok
d. Peserta menyampaikan hasil latihan kepada fasilitator.
Selanjutnya fasilitator memberikan tanggapan atas
hasil latihan. Fasilitator juga meminta peserta untuk
bertanya
e. Fasilitator dapat memberikan penjelasan lebih lanjut
apabila diperlukan dan menyampaikan kesimpulan
atas hasil latihan mengenai pencatatan dan pelaporan
pemantauan pertumbuhan balita (15 menit)

Lembar Kerja Penugasan Latihan Pencatatan dan Pelaporan


Pemantauan Pertumbuhan Balita

A. Latihan pencatatan.

1. Uraian data dan informasi kegiatan pemantauan


pertumbuhan balita di kecamatan Cipta Indah untuk
latihan pencatatan.

Kegiatan penimbangan di Posyandu Cahaya Mekar


bulan Februari 2020 dilaksanakan di Balai RW 05 pada
hari Selasa tanggal 14 Februari 2020. Pada hari itu,
Posyandu dibuka pada pukul 09:00 dan berakhir pukul
11:30.

216 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Berikut adalah data dari tiga balita:

1) Miki, laki-laki, lahir pada tanggal 11 Januari 2020


dengan berat lahir 3,5 kg. Hasil penimbangan
menunjukkan berat badannya 4,3 kg. Ibu
melaporkan bahwa Miki sangat kuat minum ASI dan
aktif.
2) Mutia, perempuan, datang bersama Miki. Mutia
merupakan anak dari kakak Ibu Miki yang sedang
berlibur di rumah Miki. Hasil penimbangan
menunjukkan berat Mutia adalah 8,2 kg. Ibu Miki
menyebutkan bahwa Mutia 11 bulan lebih tua
daripada Miki. Mutia sudah tidak mendapatkan ASI
akan tetapi Mutia mempunyai selera makan yang
baik.
3) Nio, anak laki-laki, lahir tanggal 9 November 2018
dengan hasil penimbangan 7,5 kg. Nio tinggal
bersama orang tua dan kakek neneknya. Bulan lalu
Nio demam dan sudah dilaporkan ke Puskesmas.
Bulan ini Nio mengalami batuk dan kurang tidur.

Sementara itu, pada tanggal 25 Februari 2020, Nio


datang ke Puskesmas diantar oleh orang tuanya karena
diminta oleh kader posyandu untuk berkunjung ke
Puskesmas. Nio masih mengalami batuk dan sedikit
demam. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa berat
badan Nio adalah 7,3 kg dengan panjang badan 73,1
cm. Petugas selanjutnya akan melakukan konseling
sebelum melakukan tindakan asuhan gizi lainnya.

PENCATATAN DAN PELAPORAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA 217


2. Uraian tugas untuk latihan pencatatan pemantauan
pertumbuhan balita.

a. Buatlah pencatatan di buku register untuk Miki.


b. Buatlah pencatatan di buku rekapitulasi untuk Miki,
Mutia dan Nio.
c. Buatlah pencatatan di buku KIA/KMS untuk Miki.
d. Buatlah pencatatan di buku kohort balita untuk Nio.
e. Buatlah pencatatan (entry data) di Sigizi Terpadu
untuk Nio.

B. Latihan pelaporan.
a. Uraian data dan informasi kegiatan pemantauan
pertumbuhan balita di kecamatan Cipta Indah untuk
latihan pelaporan.

Penimbangan bulan Januari 2020 di Posyandu Cahaya


Mekar
Jumlah sasaran balita tercatat sebanyak 72 balita.
Pada hari tersebut, terdapat 5 balita baru, yang terdiri
dari 2 bayi baru lahir, 1 balita yang ikut hadir dengan
saudaranya dan 2 balita yang baru mendaftar
meskipun telah tinggal di desa tersebut 1 tahun
lamanya. Sebanyak 63 balita datang membawa buku
KIA/KMS dan ditimbang pada hari tersebut.
Sebanyak 55 balita mempunyai status pertumbuhan
naik, 5 balita mempunyai risiko gangguan
pertumbuhan kekurangan gizi dan 3 balita
mempunyai risiko gangguan pertumbuhan kelebihan
gizi. Tiga dari 5 balita yang mempunyai risiko
gangguan pertumbuhan kekurangan gizi merupakan
anak yang dipantau oleh Puskesmas Cipta Sehat.

218 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Penimbangan bulan Februari 2020 di Posyandu Cahaya Mekar
Pada bulan Februari terdapat 75 balita yang datang
ditimbang; akan tetapi hanya 70 yang datang
membawa buku KIA/KMS. Pada bulan Februari, balita
juga mendapatkan kapsul vitamin A dan diukur
panjang/tinggi badannya. Selain itu, ada tenaga
kesehatan dari Kabupaten yang hadir memberikan
penyuluhan kepada ibu/pengasuh sebelum tenaga
kesehatan ini menghadiri rapat di Kelurahan. Dari
balita yang ditimbang, 60 mempunyai status
pertumbuhan naik, termasuk 3 anak yang
dikembalikan ke Posyandu oleh Puskesmas karena
status pertumbuhannya sudah baik. Terdapat 5 balita
yang sudah lebih dari 5 tahun. Posyandu melaporkan
10 anak dengan risiko gangguan pertumbuhan; 8
anak kekurangan gizi dan 2 anak kelebihan gizi.
Penimbangan bulan Maret 2020 di 3 Posyandu
Posyandu
Keterangan Cahaya Sinar Ceria
Mekar Indah Berkarya
Jumlah sasaran 79 112 82
Mempunyai buku
75 100 72
KIA/KMS
Ditimbang 75 98 51
Naik 60 81 38
Tidak Naik 10 17 13
Balita baru 1 0 4
Umur > 5 tahun 5 2 4
Dikonfirmasi di
3 7 1
Puskesmas
Dikembalikan ke
0 1 0
posyandu
Dipantau
2 6 1
Puskesmas

PENCATATAN DAN PELAPORAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA 219


Rekapitulasi kunjungan posyandu di Puskesmas Cipta
Sehat
Balita KMS Ditimbang Naik
Januari 423 423 312 216
Februari 471 471 375 213
Maret 513 513 393 207
April 498 498 336 156
Mei 504 504 393 231
Juni 489 489 375 291
Juli 513 513 480 351
Agustus 513 513 465 402
September 576 576 489 393
Oktober 576 576 495 405
November 576 570 456 369

b. Uraian tugas untuk latihan pelaporan pemantauan


pertumbuhan balita
1) Buatlah laporan dari kegiatan penimbangan di
posyandu Cahaya Mekar bulan Februari 2020.
2) Buatlah laporan triwulan dari kegiatan pemantauan
pertumbuhan balita di posyandu Cahaya Mekar
untuk bulan Januari - Maret 2020
3) Buatlah laporan bulanan dari kegiatan pemantauan
pertumbuhan balita di puskesmas Cipta Sehat
untuk bulan Maret 2020.
4) Buatlah laporan semesteran dari kegiatan
pemantauan pertumbuhan balita di puskesmas
Anda pada tahun 2020.
5) Dari data yang tercantum di Sigizi Terpadu, buatlah
laporan tahunan dari kegiatan pemantauan
pertumbuhan balita di puskesmas Anda pada tahun
2020.

220 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


MA
TERI
PEL
ATI
HANI
NTI
6
MONITORING DAN EVALUASI PEMANTAUAN
PERTUMBUHAN BALITA

I. DESKRIPSI SINGKAT
Mata pelatihan ini membahas tentang monitoring dan evaluasi
pemantauan pertumbuhan balita.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu
melakukan monitoring dan evaluasi pemantauan
pertumbuhan balita sesuai pedoman.

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu:
a. Melakukan monitoring pemantauan pertumbuhan balita.
b. Melakukan evaluasi pemantauan pertumbuhan balita.

III. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK


Materi pokok dan sub materi pokok pada mata pelatihan ini
adalah sebagai berikut:
1. Monitoring pemantauan pertumbuhan balita.
2. Evaluasi pemantauan pertumbuhan balita.

IV. METODE
1. Ceramah tanya jawab.
2. Curah pendapat.
3. Latihan.

MONITORING DAN EVALUASI PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA 223


V. MEDIA DAN ALAT BANTU
1. Bahan Tayang/Slide.
2. Modul.
3. Laptop.
4. LCD.
5. ATK.
6. Flipchart.
7. Spidol
8. Panduan latihan

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


1. Pembukaan sesi pembelajaran (5 menit), fasilitator:
● Menyapa peserta.
● Melakukan bina suasana untuk menaikkan semangat
peserta dan mengajak fokus peserta agar siap
mengikuti pembelajaran.
● Memperkenalkan diri.
● Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan
menggunakan bahan tayangan dan deskripsi singkat
materi yang akan ajarkan

2. Penyajian (35 menit), fasilitator:


● Mengawali sesi paparannya dengan melakukan
apersepsi tentang materi yang akan dibahas.
● Penyampaian materi pokok monitoring pemantauan
pertumbuhan balita.
a. Pengertian dan tujuan monitoring pemantauan
pertumbuhan balita.
b. Cakupan monitoring pemantauan pertumbuhan
balita di posyandu dan di fasyankes.

224 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


● Penyampaian materi pokok evaluasi pemantauan
pertumbuhan balita.
a. Pengertian dan tujuan evaluasi pemantauan
pertumbuhan balita.
b. Langkah-langkah evaluasi pemantauan
pertumbuhan balita di posyandu dan di fasyankes.
● Memberi kesempatan bertanya pada peserta
● Melaksanakan evaluasi pembelajaran dengan
memberikan pertanyaan dan pelaksanaan penugasan
menggunakan metode latihan melakukan monitoring
dan evaluasi pemantauan pertumbuhan balita (90
menit).

Beberapa pertanyaan terkait monitoring dan evaluasi


pemantauan pertumbuhan balita
1) Seberapa sering monitoring dan evaluasi
pemantauan pertumbuhan balita dilaksanakan di
wilayah kerja masing-masing?
2) Hal-hal apa yang paling sering ditemukan dalam
kegiatan monitoring?
3) Bagaimana supervisi dilakukan sebagai tindak
lanjut dari monitoring?
4) Apa hasil evaluasi pemantauan pertumbuhan balita
dari wilayah kerja masing-masing?

3. Penutup sesi pembelajaran (5 menit), fasilitator:


● Merangkum pembelajaran dengan mengajak peserta
untuk mengulang hal-hal yang penting sekaligus.
● Menutup sesi dengan permintaan maaf dan ucapan
terima kasih.

MONITORING DAN EVALUASI PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA 225


VII. URAIAN MATERI
A. Materi Pokok 1: Monitoring pemantauan pertumbuhan balita
1. Pengertian dan tujuan monitoring pemantauan
pertumbuhan balita
Monitoring adalah pengamatan secara terus menerus
dan teratur terhadap kinerja program selama program
tersebut berlangsung untuk memastikan apakah
suatu kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan
pedoman dan mencapai hasil sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan. Monitoring mempunyai
beberapa tujuan, diantaranya adalah:
- Untuk memantau kemajuan pelaksanaan
kegiatan atau program.
- Untuk memantau kinerja para petugas
- Untuk memantau cakupan layanan

Hasil pelaksanaan dari masing-masing tahapan


kegiatan pemantauan pertumbuhan balita harus
diperiksa secara teratur untuk mengetahui
kekurangan dan mencari penyebabnya secara dini.
Monitoring seringkali diikuti dengan supervisi fasilitatif
untuk menentukan tindakan yang diperlukan sesuai
dengan hasil monitoring. Supervisi fasilitatif dilakukan
untuk meningkatkan kinerja petugas dengan cara
memberikan pembinaan, bantuan dan pengarahan
melalui petunjuk, nasihat, bantuan, pembelajaran dan
motivasi. Untuk membantu pelaksanaan monitoring
dan supervisi fasilitatif diperlukan sebuah daftar tilik.

Informasi yang diperoleh dari monitoring dan supervisi


fasilitatif dapat digunakan untuk memetakan masalah
sehari-hari dan perencanaan kegiatan untuk periode
tahun berikutnya.

226 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


2. Aspek monitoring pemantauan pertumbuhan balita di
posyandu dan di fasyankes
Monitoring dapat dilakukan dengan berbagai metode,
di antaranya adalah:
- Mengamati secara rutin dan terus menerus
terhadap pencapaian tugas dan sasaran, kinerja
petugas, dan cakupan layanan.
- Membandingkan penggunaan sarana dan
prasarana dengan daftar inventaris.
- Memeriksa dengan teliti kelengkapan dan hasil
pencatatan.
- Mendiskusikan kemajuan dan kesulitan
pekerjaan dengan para petugas, ibu/pengasuh
dan anggota masyarakat lainnya.

Beberapa contoh hal-hal yang perlu diamati dalam


pelaksanaan monitoring dan supervisi fasilitatif
diantaranya adalah:
a. Kelayakan sarana dan prasarana yang digunakan
selama kegiatan pemantauan pertumbuhan
balita, termasuk misalnya:
- Kelayakan tempat dan lokasi
- Kelayakan dan kecukupan alat ukur
antropometri
- Kelayakan dan kecukupan alat bantu
pencatatan data hasil pengukuran
antropometri, seperti ketersediaan buku
KIA/KMS, buku bantu kader, dan alat bantu
lainnya.
- Kemudahan untuk mengakses SIGIZI
Terpadu.
b. Kecukupan jumlah tenaga pelaksana di
posyandu dan di fasyankes.

MONITORING DAN EVALUASI PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA 227


c. Kecukupan tingkat pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, dan kemampuan tenaga pelaksana
di posyandu dan di fasyankes, yang meliputi:
- Pengetahuan dan pemahaman mengenai
alur kegiatan pemantauan pertumbuhan
balita.
- Pengetahuan dan pemahaman mengenai
sarana dan prasarana yang digunakan.
- Kemampuan dalam melakukan
penimbangan dan pengukuran
panjang/tinggi badan dan memplotkan hasil
penimbangan ke dalam buku KIA/KMS.
- Kemampuan dalam menentukan status
pertumbuhan balita berdasarkan buku
KIA/KMS bagi kader posyandu.
- Kemampuan dalam menentukan status
pertumbuhan balita berdasarkan indeks
BB/U, PB/U atau TB/U, BB/PB atau BB/TB,
IMT/U, penambahan berat dan panjang
badan (weight dan length increment), tren
IMT/U bagi tenaga kesehatan.
- Kemampuan dalam memberikan
penyuluhan dan konseling.
- Kemampuan tenaga kesehatan dalam tata
laksana bagi balita dengan gangguan
pertumbuhan, termasuk pemantauan
selama masa pemulihan gizi.
- Kemampuan tenaga kesehatan dalam
melakukan rujukan kepada fasyankes bagi
balita yang mengalami risiko gangguan
pertumbuhan atau gangguan kesehatan.
d. Kelengkapan, ketepatan, dan keteraturan
pencatatan dan pelaporan, termasuk
diantaranya:

228 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


- Pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan
di posyandu dalam format yang tersedia.
- Pengisian data pada buku KIA/KMS sesuai
dengan pelayanan yang dilakukan.
- Pencatatan dan pelaporan tata laksana bagi
balita yang mengalami gangguan
pertumbuhan di fasyankes.
- Pelaporan rutin bulanan, triwulan,
semesteran dan tahunan serta laporan
khusus.
e. Pengetahuan, sikap, dan praktik masyarakat
terhadap pemantauan pertumbuhan balita,
misalnya:
- Motivasi dan partisipasi ibu/pengasuh
dalam kegiatan pemantauan pertumbuhan
balita.
- Pemahaman ibu/pengasuh mengenai grafik
pertumbuhan anak di buku KIA/KMS.
- Dukungan masyarakat dan tokoh
masyarakat serta pemangku kepentingan
lainnya terhadap kegiatan pemantauan
pertumbuhan balita.

B. Materi Pokok 2: Evaluasi pemantauan pertumbuhan balita


1. Pengertian dan tujuan evaluasi pemantauan
pertumbuhan balita
Evaluasi adalah penilaian status kinerja dan kemajuan
secara berkala terhadap target-target yang telah
ditetapkan. Evaluasi bertujuan untuk menentukan
pencapaian dalam hal:
- Efektivitas atau pencapaian hasil.
- Kinerja suatu kegiatan.
- Efisiensi penggunaan sumberdaya.

MONITORING DAN EVALUASI PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA 229


2. Tahapan evaluasi pemantauan pertumbuhan balita di
posyandu dan di fasyankes. Di antaranya adalah:
a. Pengumpulan data dari hasil pencatatan, pelaporan,
serta kegiatan monitoring dan supervisi fasilitatif.
b. Pengolahan dan analisis data yang meliputi:
- Pengolahan data menurut tempat (posyandu,
desa/kelurahan, kecamatan, puskesmas), waktu
(kondisi saat ini dan tren), dan demografi
sasaran (kelompok umur dan jenis kelamin).
- Data yang ditampilkan diantaranya adalah:
1) Pemetaan % D/S, % K/S dan % N/D, antar
tempat, waktu dan demografi sasaran.
2) Tren % D/S, % K/S dan % N/D antar waktu
3) Jumlah posyandu menurut kecukupan
jumlah tenaga dan sarana dan prasarana
untuk pemantauan pertumbuhan balita.
4) Jumlah fasyankes yang memiliki tenaga dan
sarana dan prasarana untuk pemantauan
pertumbuhan balita dan tata laksana bagi
balita dengan gangguan pertumbuhan.
5) Rekapitulasi data penanganan kasus balita
dengan gangguan pertumbuhan yang dirujuk.
c. Penelaahan hasil analisis data
- Penelaahan mengenai efektivitas atau
pencapaian hasil pemantauan pertumbuhan
balita, diantaranya adalah:
1) Besaran % D/S menggambarkan partisipasi
masyarakat terhadap pemantauan
pertumbuhan balita.
2) Besaran % K/S menggambarkan cakupan
program pemantauan pertumbuhan balita.
3) Besaran % N/D menggambarkan keberhasilan
pemantauan pemantauan pertumbuhan balita.

230 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


- Penelaahan mengenai kinerja pemantauan
pertumbuhan balita, di antaranya adalah:
1) Kesesuaian antara jumlah balita dengan
risiko gangguan pertumbuhan yang
diidentifikasi di posyandu dengan yang
dikonfirmasi oleh tenaga kesehatan di
fasyankes.
2) Kesesuaian antara penetapan status
pertumbuhan balita di posyandu dengan
hasil konfirmasi di fasyankes.
- Penelaahan mengenai efisiensi penggunaan
sumberdaya, di antaranya adalah:
1) Cakupan pemantauan pertumbuhan balita
sebelum dan sesudah supervisi fasilitatif
kepada kader posyandu atau kepada tenaga
kesehatan.
2) Kesesuaian antara penetapan status
pertumbuhan balita di posyandu dengan
hasil konfirmasi di fasyankes sebelum dan
sesudah pelatihan kepada kader posyandu.
3) Cakupan pemantauan pertumbuhan balita
dihubungkan dengan cakupan ASI eksklusif,
distribusi kapsul vitamin A, dan lain-lain.
d. Diseminasi
- Diseminasi hasil evaluasi pemantauan
pertumbuhan balita dapat berupa laporan,
infografis, atau dalam bentuk lainnya.
- Puskesmas menyampaikan hasil evaluasi
pemantauan pertumbuhan balita dalam forum
musyawarah desa/kelurahan dan lokakarya mini
lintas sektor di kecamatan.
e. Tindak lanjut
- Kegiatan tindak lanjut yang dilaksanakan harus
sesuai dengan jenis permasalahan dan penyebabnya.

MONITORING DAN EVALUASI PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA 231


Beberapa contoh tindak lanjut yang dilakukan
diantaranya adalah:
1) Tenaga kesehatan dan kader posyandu bersama
tokoh masyarakat desa melakukan edukasi dan
pendekatan informal agar masyarakat
berpartisipasi penuh dalam pemantauan
pertumbuhan balita.
2) Kelompok PKK bersama dengan masyarakat
membentuk kelompok waspada gizi di desa yang
menyediakan MP-ASI bergizi bagi balita dengan
risiko gangguan pertumbuhan.
3) Tenaga kesehatan melakukan pendampingan
kepada kader posyandu untuk meningkatkan
keterampilan dalam pemantauan pertumbuhan
balita.
4) Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam
pelaksanaan pemantauan pertumbuhan balita.

VIII. RANGKUMAN
Rangkuman uraian materi Modul MPI 6 mengenai Monitoring
dan Evaluasi Pemantauan Pertumbuhan Balita, antara lain:
(1) monitoring pemantauan pertumbuhan balita adalah
pengamatan secara terus menerus dan teratur terhadap
kinerja program selama program tersebut berlangsung untuk
memastikan apakah suatu kegiatan telah dilaksanakan
sesuai dengan pedoman dan mencapai hasil sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan; (2) evaluasi pemantauan
pertumbuhan balita adalah penilaian status kinerja dan
kemajuan secara berkala terhadap target-target yang telah
ditetapkan; dan (3) tahapan evaluasi pemantauan
pertumbuhan balita adalah: pengumpulan data, pengolahan
dan analisis data, penelaahan hasil analisis data, diseminasi
dan tindak lanjut.

232 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


IX. REFERENSI
1. UNICEF. Revisiting Growth Monitoring and its Evolution to
Promoting Growth as a Strategic Program Approach:
Building Consensus for Future Program Guidance. Report of
a Technical Consultation. UNICEF Headquarters New
York, USA. September 25-26, 2007.
2. McMahon R, Barton E, Piot M. On being in charge: a guide
to management in primary health care. Gelina N and
Ross F (eds). World Health Organization. 1992. ISBN 92
4 154426 0.

X. LAMPIRAN
Lembar Penugasan Monitoring dan Evaluasi Pemantauan
Pertumbuhan Balita
Panduan Latihan
1. Alokasi waktu: 90 menit
2. Tujuan penugasan:
Pada akhir penugasan peserta mampu melakukan monitoring
dan evaluasi pemantauan pertumbuhan balita
3. Bahan Latihan
a. Flip chart
b. ATK
c. Lembar kerja latihan
4. Langkah-langkah penugasan
a. Fasilitator menjelaskan langkah-langkah penugasan.
Peserta diberi kesempatan bertanya untuk hal-hal yang
kurang jelas sebelum pelaksanaan latihan (5 menit).
b. Fasilitator membagi peserta ke dalam 5 kelompok yang
terdiri dari 4-5 orang. Masing-masing kelompok diminta
untuk menunjuk satu orang sebagai ketua kelompok, juru
bicara dan notulis.

MONITORING DAN EVALUASI PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA 233


c. Peserta diberi waktu selama 60 menit untuk
melaksanakan penugasan sesuai skenario yang telah
disediakan.
d. Peserta menyampaikan hasil latihan kepada fasilitator.
Selanjutnya fasilitator memberikan tanggapan atas hasil
latihan. Fasilitator juga meminta peserta untuk bertanya
(15 menit)
e. Fasilitator dapat memberikan penjelasan lebih lanjut
apabila diperlukan dan menyampaikan kesimpulan atas
hasil latihan mengenai monitoring dan evaluasi
pemantauan pertumbuhan balita (10 menit)

Lembar Kerja Latihan Monitoring dan Evaluasi Pemantauan


Pertumbuhan Balita

1. Latihan monitoring pemantauan pertumbuhan balita


a. Baca kembali uraian mengenai Pemantauan
Pertumbuhan Balita di Kecamatan Cipta Indah. Peserta
dapat juga menambahkan gambaran Pemantauan
Pertumbuhan Balita di wilayah kerja masing-masing.
b. Buatlah daftar tilik, kemudian isi daftar tilik tersebut,
serta berikan kesimpulan dan tindakan yang perlu
dilakukan untuk kegiatan monitoring dan/atau supervisi
fasilitatif untuk:
1) Kecukupan tenaga serta kecukupan dan
kelengkapan sarana dan prasarana di posyandu dan
di fasyankes.
2) Kecukupan tingkat keterampilan dan kemampuan
tenaga pelaksana di posyandu dan di fasyankes.
3) Kelengkapan, ketepatan, dan keteraturan
pencatatan dan pelaporan di posyandu dan di
fasyankes.

234 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


4) Pengetahuan dan sikap tenaga pelaksana di
posyandu dan di fasyankes terhadap pemantauan
pertumbuhan balita..
5) Pengetahuan, sikap dan praktik masyarakat
terhadap pemantauan pertumbuhan balita.

2. Tugas evaluasi pemantauan pertumbuhan balita


a. Pada laporan tahunan bulan Januari 2020, Puskesmas
Cipta Sehat telah menetapkan target-target berikut
untuk kegiatan Pemantauan Pertumbuhan Balita di
Kecamatan Cipta Indah yang harus dicapai pada
laporan tahunan bulan Januari 2021.
1) Tingkat partisipasi (D/S) sebesar 80% dan
keberhasilan pemantauan pertumbuhan balita
sebesar (N/D) 90%.
2) Seluruh kader posyandu mampu dan trampil dalam
menimbang berat badan, memplotkan hasil
penimbangan ke dalam buku KIA/KMS dan
menentukan status pertumbuhan balita
berdasarkan buku KIA/KMS.
3) Terbentuk kelompok dasa wisma untuk membantu
meningkatkan kehadiran sasaran.

b. Berdasarkan uraian dari Pemantauan Pertumbuhan


Balita di Kecamatan Cipta Indah dan hasil penugasan
pada MPI 5 Pencatatan dan Pelaporan dan MPI 6 untuk
monitoring, maka:
1) Buatlah daftar data dan informasi yang diperlukan
dan sumber dari data dan informasi tersebut dapat
diperoleh. Berikan juga uraian mengenai hal-hal
yang memudahkan dan menyulitkan dalam
memperoleh data dan informasi tersebut.

MONITORING DAN EVALUASI PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA 235


2) Berdasarkan dari laporan triwulan Posyandu Cahaya
Mekar dan laporan bulanan bulan Maret dari 3
posyandu, berikan penilaian terhadap prediksi
pencapaian terhadap target yang telah ditetapkan.
3) Berdasarkan laporan tahunan, berikan penilaian
kinerja pemantauan pertumbuhan balita dengan
memperhatikan data dan informasi tambahan
sebagai berikut:
i. Data gizi buruk yang ditangani Puskesmas
sebanyak 54 kasus dalam tahun 2020.
ii. Hasil PSG menyebutkan gizi buruk sebesar
1.3%, gizi kurang sebesar 11.3% dan gizi lebih
sebesar 3.6%.
iii. Data ASI eksklusif sebesar 23%.
iv. Data tentang cakupan vitamin A untuk bayi
sebesar 62% dan untuk anak sebesar 91%
4) Tentukan rencana diseminasi dan tetapkan pesan
yang akan disampaikan.
5) Berikan rekomendasi rencana tindak lanjut untuk
memenuhi target yang telah ditetapkan.

236 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


MA
TERI
PEL
ATI
HANPE
NUNJ
ANG1
BUILDING LEARNING COMMITMENT (BLC)

I. DESKRIPSI SINGKAT
Dalam suatu pelatihan terutama pelatihan dalam kelas (in class
training), akan bertemu sekelompok orang yang belum saling
mengenal sebelumnya, berasal dari tempat yang berbeda,
dengan latar belakang sosial budaya, pendidikan/ pengetahuan,
pengalaman, serta sikap dan perilaku yang berbeda pula. Apabila
hal ini tidak diantisipasi sejak awal pelatihan, kemungkinan besar
akan dapat mengganggu kesiapan peserta dalam memasuki
proses pelatihan yang bisa berakibat pada terganggunya
kelancaran proses pembelajaran selanjutnya. Hal ini dapat terlihat
pada para peserta yang sering menunjukkan suasana kebekuan (freezing).

Agar pelatihan sukses, partisipatif dan berbasis aktifitas peserta,


harus diperkenalkan rasa percaya antar peserta, melalui
perkenalan antara peserta, fasilitator dan panitia. Dalam
lingkungan peserta yang saling percaya, peserta akan lebih
disiapkan untuk berani berkontribusi dan lebih menyenangi
proses belajar dan membantu kelancaran proses pembelajaran.
Untuk menciptakan rasa saling percaya ini, kebekuan harus
dipecahkan dengan proses pencairan (unfreezing) pada awal
pelatihan dengan cara saling mengenal antar peserta dan
menciptakan perasaan positif satu sama lain. Building Learning
Commitment (BLC) juga mengajak peserta mampu
mengemukakan harapan-harapan dan kekhawatiran mereka
dalam pelatihan, serta merumuskan nilai-nilai dan norma serta
kontrol kolektifnya yang kemudian disepakati bersama untuk
dilaksanakan selama proses pembelajaran.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu membangun
komitmen belajar selama proses pelatihan

Building Learning Commitment (BLC) 239


B. Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu:
1. Melakukan Perkenalan
2. Melakukan Pencairan Suasana Kelas
3. Menghimpun Harapan Peserta
4. Memandu Pemilihan Pengurus Kelas
5. Membangun Komitmen Kelas

III. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK


Dalam modul ini akan dibahas materi pokok dan sub materi
pokok sebagai berikut:
1. Pokok Bahasan 1: Perkenalan
2. Pokok Bahasan 2: Pencairan Suasana Kelas
3. Pokok Bahasan 3: Harapan Peserta
4. Pokok Bahasan 4: Pemilihan Pengurus Kelas
5. Pokok Bahasan 5: Komitmen Kelas

IV. BAHAN BELAJAR


Bahan belajar yang digunakan pada materi ini yaitu:
1. Modul BLC
2. Bahan permainan

V. LANGKAH PEMBELAJARAN
Dalam sesi ini peserta akan mempelajari 5 (lima) materi pokok
dan sub materi pokok. Kegiatan pembelajaran menggunakan
metode games dan diskusi kelompok. Waktu yang dialokasikan
untuk kegiatan tersebut adalah 2 jam pelajaran @ 45 menit (90
menit), terdiri dari 2 jam pelajaran praktik. Berikut merupakan
langkah-langkah kegiatan pembelajaran:

240 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Langkah 1: Pengkondisian (5 menit)
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat serta
memperkenalkan diri (apabila belum diperkenalkan). Perkenalkan
diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja, materi yang akan disampaikan. Kemudian
menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok bahasan
yang akan disampaikan serta waktu yang tersedia untuk
materi ini, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.
2. Fasilitator melakukan curah pendapat tentang materi yang
akan dibahas.

Langkah 2: Penyampaian Pokok Bahasan 1 dan 2: Perkenalan


dan Pencairan (35 menit)
Proses perkenalan dapat dilakukan dengan pilihan metode:
1. Fasilitator yang hadir dan panitia melakukan perkenalan
disertai tugas yang dilakukannya
2. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok, tiap kelompok
terdiri minimal 10 orang.

Pembagian kelompok berdasarkan kesamaan Pilihan Warna:


 Fasilitator menyediakan potongan kertas berwarna sebanyak
jumlah peserta, dengan warna-warna: biru, hijau, kuning,
merah hati, merah jambu, ungu, coklat, oranye dan sebagainya
yang terbagi secara merata.
 Peserta diminta mengambil salah satu warna yang paling
disukainya, disesuaikan dengan jumlah potongan kertas
yang tersedia.
 Peserta dengan pilihan warna yang sama diminta berkumpul
menjadi satu kelompok.
Catatan: untuk pembagian kelompok, fasilitator diperkenankan
memilih cara lain sesuai yang diinginkan fasilitator

Pengenalan diri sendiri dan orang lain dengan melakukan


Permainan ‘Kereta Api’

Building Learning Commitment (BLC) 241


1. Fasilitator meminta seluruh peserta untuk berdiri dan
membentuk lingkaran dalam kelompok yang telah dibagi.
2. Peserta pertama memperkenalkan diri dengan menyebutkan
nama dan unit kerja
3. Peserta berikutnya diminta menyebutkan terlebih dahulu
nama-nama peserta sebelumnya baru kemudian
memperkenalkan dirinya sendiri.
4. Demikian seterusnya sehingga merangkai seperti rangkaian
Kereta Api
5. Peserta terakhir harus menyebutkan seluruh nama peserta
sebelum memperkenalkan dirinya sendiri.
6. Masing-masing kelompok diwakili oleh satu peserta
memperkenalkan semua anggota kelompok, dengan
menyebut nama dan asal instansi.
7. Kelompok digabung menjadi kelompok besar dan untuk
mengukur efektifitas proses perkenalan, fasilitator mengecek
kemampuan peserta dengan minta beberapa diantara
peserta menyebutkan seluruh nama peserta yang hadir.

Pilihan permainan lainnya untuk perkenalan dan pencairan yaitu:


 Peserta masih dalam posisi duduk melingkar
 Fasilitator memberikan kepada setiap peserta kartu yang
telah disediakan
 Fasilitator meminta kepada peserta untuk menuliskan nama
dan unit kerjanya masing-masing pada bagian atas kartu
 Fasilitator meminta juga peserta untuk mengidentifikasi
sesuatu tentang: latar belakang kehidupan mereka, pengalaman
kerja, hobby, kota asal dan lain-lain yang dianggap perlu.
 Kumpulkan semua kartu di tengah forum.
 Fasilitator meminta seorang peserta untuk menarik salah
satu kartu dan membacakannya dimuka forum. Peserta yang
namanya dibacakan, diminta berdiri, sementara informasi
lainnya terus dibacakan

242 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


 Selanjutnya peserta yang namanya baru saja dibacakan, diminta
mengambil secara acak kartu lain dan membacakannya pula,
sementara peserta yang nama dan identitasnya dibacakan agar
berdiri.
 Teruskan sampai semua kartu (seluruh peserta) terbacakan.

Menjelang akhir acara, fasilitator mengajukan pertanyaan:


1. Bagaimana perasaan hati anda sekarang, dibandingkan
sebelum acara perkenalan?
2. Apa saja yang dapat dijadikan bahan pembelajaran dari
berbagai peristiwa perilaku yang terjadi selama interaksi?

Langkah 3: Penyampaian Pokok Bahasan 3: Harapan Peserta (5


menit)
Fasilitator membagi peserta dalam kelompok kecil @ 5-6 orang,
kemudian menjelaskan penugasan kelompok yaitu:
1. Masing-masing kelompok menentukan harapan terhadap
pelatihan ini. Mula-mula secara individu, kemudian hasil setiap
individu dibahas dan dilakukan kesepakatan sehingga menjadi
harapan kelompok.
2. Setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil
diskusi. Peserta lainnya diminta untuk memberikan tanggapan
dan masukan.
3. Fasilitator memandu peserta untuk membahas harapan dari
setiap kelompok tersebut sehingga menjadi harapan kelas
yang disepakati bersama.
4. Fasilitator meminta peserta menempelkan harapan-harapan
tersebut pada pohon harapan yang telah dibuat oleh fasilitator.
5. Peserta difasilitasi sedemikian rupa agar semua berperan aktif
dan memberikan komitmennya untuk mentaati norma kelas
tersebut.

Building Learning Commitment (BLC) 243


Langkah 4: Penyampaian Pokok Bahasan 4: Pemilihan Pengurus
Kelas (5 menit)
Fasilitator memandu peserta untuk memilih ketua kelas dan
selanjutnya ketua kelas memilih sekretaris kelas

Langkah 5: Penyampaian Pokok Bahasan 5: Komitmen Kelas (25


menit)
Fasilitator mengarahkan peserta untuk membentuk kelompok kecil
@ 5-6 orang per kelompok
1. Berdasarkan harapan kelas yang telah disepakati, kemudian
fasilitator memandu peserta untuk merumuskan nilai kelas
untuk disepakati bersama.
2. Fasilitator membagikan kertas berisi daftar nilai-nilai pribadi
sebagai referensi
3. Peserta diminta menyepakati nilai kelompok
4. Selanjutnya nilai kelompok tersebut disepakati menjadi nilai
kelas yang disepakati secara bersama-sama dan dijabarkan
menjadi norma kelas, termasuk kontrol kolektif (sanksi) bagi
yang melanggar
5. Fasilitator memandu brainstorming tentang sanksi apa yang
harus diberlakukan bagi orang yang tidak mematuhi atau
melanggar norma yang telah disepakati. Tuliskan hasil
brainstorming di papan flipchart agar bisa dibaca oleh semua
peserta. Peserta difasilitasi sedemikian rupa sehingga aktif
dalam melakukan brainstorming.
6. Fasilitator memandu membahas hasil brainstorming,
sehingga dapat dirumuskan sanksi yang disepakati kelas.
7. Fasilitator meminta salah seorang peserta untuk menuliskan
dengan jelas rumusan norma dan sanksi yang telah disepakati
tersebut pada flipchart serta menempelnya di dinding agar
bisa dibaca dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

244 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Langkah ke 5: Rangkuman dan Penutup (15 menit)
Fasilitator memandu peserta membuat rangkuman dan evaluasi
dari semua proses dan hasil pembelajaran selama sesi ini.
1. Fasilitator memberi ulasan singkat tentang materi yang
terkait dengan BLC
2. Fasilitator meminta peserta berdiri membentuk lingkaran
3. Fasilitator meminta peserta secara acak untuk mengucapkan
kata-kata tentang hal yang diketahui terkait BLC.
Fasilitator meminta peserta mengucapkan ikrar bersama untuk
mencapai harapan kelas dan mematuhi norma yang telah
disepakati

VI. URAIAN MATERI


Konsepsi Building Learning Commitment (BLC)
Aktivitas pelatihan adalah proses pengembangan pengetahuan,
keterampilan dan sikap atau tingkah laku sebagai interaksi
individu dengan lingkungan belajar yaitu orang lain, fasilitas fisik,
psikologis, metode, media dan teknologi pembelajaran.

Pelatihan seringkali dikonstruksikan sebagai sesuatu yang


formal, terstruktur dan terkait sistem-sistem. Peserta latih yang
berasal dari lingkungan dan latar belakang berbeda adakalanya
menjadi canggung untuk berperilaku maupun mengemukakan
ide-idenya karena tidak setiap orang dapat dengan mudah
beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Oleh karena itu proses
pelatihan harus dimulai dengan membangun kesepakatan
belajar (building learning commitment).

Untuk membangun kesepakatan, perlu dimulai dengan


perkenalan antar peserta, menyepakati aturan dan tindakan
sebagai bentuk kebersamaan, keterbukaan, saling menghormati,
saling menghargai dan secara bersama-sama berusaha
mencapai keberhasilan (sukses) dalam pelatihan yang diikuti.

Building Learning Commitment (BLC) 245


Materi Pokok 1: Perkenalan
Pada awal memasuki suatu pelatihan, sering para peserta
menunjukkan suasana kebekuan (freezing), karena belum tentu
pelatihan yang diikuti merupakan pilihan prioritas dalam
kehidupannya. Mungkin saja kehadirannya di pelatihan karena
terpaksa, tidak ada pilihan lain, harus menuruti ketentuan/
persyaratan. Mungkin juga terjadi, pada saat pertama hadir
sudah memiliki anggapan merasa sudah tahu semua yang akan
dipelajari atau membayangkan kejenuhan yang akan dihadapi.
Untuk mengantisipasi semua itu, perlu dilakukan suatu proses
pencairan (unfreezing).

Proses BLC adalah proses melalui tahapan dari mulai saling


mengenal antar pribadi, mengidentifikasi dan merumuskan
harapan dari pelatihan ini, sampai terbentuknya norma kelas
yang disepakati bersama serta kontrol kolektifnya. Pada proses
BLC setiap peserta harus berpartisipasi aktif dan dinamis.
Keberhasilan atau ketidakberhasilan proses BLC akan
berpengaruh pada proses pembelajaran selanjutnya.

Pada tahap perkenalan fasilitator memperkenalkan diri dan asal


usul institusinya dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran. Kemudian mengajak peserta untuk ikut
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dalam
memandu peserta untuk proses perkenalan dengan
menggunakan metode yaitu : dalam 5 menit pertama setiap
peserta diminta berkenalan dengan peserta lain sebanyak-
banyaknya. Meminta peserta yang berkenalan dengan jumlah
peserta terbanyak, dan dengan jumlah peserta paling sedikit
untuk memperkenalkan teman-temannya. Meminta peserta
yang belum disebut namanya untuk memperkenalkan diri,
sehingga seluruh peserta saling berkenalan, diikuti juga oleh
panitia untuk memperkenalkan dirinya.

246 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Materi Pokok 2: Pencairan Suasana Kelas
Fasilitator menyiapkan kursi sejumlah peserta dan disusun
melingkar. Fasilitator meminta semua peserta duduk di kursi
dan satu diantaranya duduk di tengah lingkaran. Peserta yang
duduk di tengah lingkaran diminta memberi aba-aba, agar
peserta yang disebut identitasnya pindah duduk, misalnya
dengan menyeru: misalnya ”peserta yang menggunakan kaca
mata pindah kursi” Pada keadaan tersebut akan terjadi
pertukaran tempat duduk dan saling berebut antar peserta. Hal
tersebut menggambarkan suasana “storming”, atau seperti “badai”
yang merupakan tahap awal dari suatu pembentukan kelompok.

Ulangi lagi, setiap peserta yang duduk di tengah lingkaran untuk


menyerukan identitas yang berbeda, misalnya peserta yang
berkaca mata atau yang berbaju batik dan lain-lain. Lakukan
permainan tersebut selama 10 – 15 menit, tergantung situasi
dan kondisi.

Fasilitator memandu peserta untuk merefleksikan perasaannya


dalam permainan tersebut serta pengalaman belajar apa yang
diperolehnya. Fasilitator membuat rangkuman bersama-sama
peserta, agar terjadi proses yang dinamis.

Materi Pokok 3: Harapan Peserta


Harapan adalah kehendak/keinginan untuk memperoleh atau
mencapai sesuatu. Dalam pelatihan berarti keinginan untuk
memperoleh atau mencapai tujuan yang diinginkan sebagai
hasil proses pembelajaran. Dalam menentukan harapan harus
realistis dan rasional sehingga kemungkinan untuk
mencapainya besar. Harapan jangan terlalu tinggi dan jangan
terlalu rendah. Harapan juga harus menimbulkan tantangan
atau dorongan untuk mencapainya dan bukan sesuatu yang
diucapkan secara asal-asalan. Dengan demikian dinamika
pembelajaran akan terus terpelihara sampai akhir proses.

Building Learning Commitment (BLC) 247


Materi Pokok 4: Pemilihan Pengurus kelas
Agar kelas berjalan dengan lancar dan mengakomodasi semua
kebutuhan peserta, dibentuk pengurus kelas yang akan
mengkoordinasikan kegiatan dengan Panitia dan Fasilitator.
Dengan terbangunnya BLC, juga akan mendukung terwujudnya
saling percaya, saling kerja sama, saling membantu, saling
memberi dan menerima, sehingga tercipta suasana/ lingkungan
pembelajaran yang kondusif.

Materi Pokok 5: Komitmen Kelas


Kesepakatan (commitment) adalah sebuah kata yang memiliki
makna yang sangat penting dalam sebuah
kelompok/komunitas. Kesepakatan dibangun berdasarkan nilai-
nilai yang diyakini secara pribadi. Margaret Thatcher menyatakan
bahwa “...seseorang dapat mengubah taktik, strategi dan
program-programnya sesuai perubahan situasi namun tidak
mengubah prinsip dan nilai (value) yang diyakini pribadinya”.
Komitmen belajar/pembelajaran merupakan keterikatan,
keterpanggilan seseorang/ kelompok/ kelas (peserta pelatihan)
terhadap apa yang dijanjikan atau yang menjadi tujuan dirinya
atau kelompoknya yang telah disepakati dan terdorong
berupaya sekuat tenaga untuk mengaktualisasinya dengan
berbagai macam cara yang baik, efektif dan efisien. Keadaan ini
sangat menguntungkan dalam mencapai keberhasilan individu/
kelompok/ kelas, karena dalam diri setiap orang yang memiliki
komitmen tersebut akan terjadi niat baik dan tulus untuk
memberikan yang terbaik kepada individu lain, kelompok dan
kelas secara keseluruhan. Dengan membangun komitmen
belajar maka para peserta akan berupaya untuk mencapai
harapan yang diinginkannya dalam setiap proses pembelajaran.

Nilai-nilai pribadi peserta latih, mungkin berbeda mungkin pula


sama. Melalui proses diskusi dan interaksi dalam kelompok,
peserta didorong untuk memberikan pendapat/argumentasi

248 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


atas pilihannya dan belajar saling menghargai serta saling
memahami akan nilai-nilai yang diyakini peserta lainnya.
Perbedaan haruslah dipahami sebagai kekayaan cara setiap
individu memandang sesuatu. Semakin banyak perbedaan
semakin kaya dan luas kita memandang sesuatu. Meskipun
demikian semakin banyak perbedaan semakin rentan terjadi
konflik dan friksi, sehingga peserta latih belajar untuk tenggang
rasa. Melalui proses interaksi dalam diskusi peserta belajar untuk
mencari solusi untuk mensinergikan perbedaan diantara kelompok.

Agar nilai-nilai yang telah disepakati tetap terjaga, maka


diperlukan norma belajar yang mengatur tata pergaulan selama
proses belajar sehingga semua memperoleh kesempatan untuk
sukses. Nilai-nilai yang sudah ditetapkan bersama dijabarkan
dalam norma yang terukur dan jelas operasionalisasinya.

Norma kelas merupakan nilai yang diyakini oleh suatu kelompok


atau masyarakat, kemudian menjadi kebiasaan serta dipatuhi
sebagai patokan dalam perilaku kehidupan sehari-hari
kelompok/masyarakat tersebut. Norma adalah gagasan,
kepercayaan tentang kegiatan, instruksi, perilaku yang
seharusnya dipatuhi oleh suatu kelompok. Norma dalam suatu
pelatihan,adalah gagasan, kepercayaan tentang kegiatan,
instruksi, perilaku yang diterima oleh kelompok pelatihan, untuk
dipatuhi oleh semua anggota kelompok (peserta, pelatih/
fasilitator dan panitia).

Ketua kelas dan sekretaris beserta fasilitator memandu


brainstorming tentang sanksi apa yang harus diberlakukan bagi
orang yang tidak mematuhi atau melanggar norma yang telah
disepakati agar komitmen yang dibangun menjadi lebih kuat.
Tuliskan hasil brainstorming di papan flipchart agar bisa dibaca
oleh semua peserta. Peserta difasilitasi sedemikian rupa
sehingga aktif dalam melakukan brainstorming, sehingga dapat

Building Learning Commitment (BLC) 249


dirumuskan sanksi yang disepakati kelas. Kontrol kolektif
merupakan kesepakatan bersama tentang memelihara agar
kesepakatan terhadap norma kelas ditaati. Biasanya ditentukan
dalam bentuk sanksi apa yang harus diberlakukan apabila
norma tidak ditaati atau dilanggar.

VII. EVALUASI PEMBELAJARAN


Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan mengacu pada
pencapaian output pembelajaran yaitu peserta sudah saling
kenal, cair satu sama lain, tak sungkan komunikasi, ada
pengurus kelas, ada harapan peserta., ada nilai-norma dan
kontrol kolektif kelas.

VIII.RANGKUMAN
Fasilitator memandu peserta merangkuman dari semua proses
dan hasil pembelajaran selama sesi ini. Fasilitator memberi
ulasan singkat tentang materi yang terkait dengan BLC.
Fasilitator meminta peserta untuk berdiri membentuk lingkaran
sambil berpegangan tangan, dan mengucapkan ikrar bersama
untuk mencapai harapan kelas dan mematuhi norma yang telah
disepakati. Dan untuk mengakhiri sesi diminta kepada peserta
secara bersama-sama untuk bertepuk tangan. Fasilitator
mengucapkan salam dan mengajak semua peserta saling
bersalaman.

Dengan melakukan building learning commitment (BLC) yang


didahului dengan proses perkenalan dan dilanjutkan proses
pencairan (unfreezing / ice breaking) maka akan didapatkan
komitmen peserta dalam melaksanakan proses pembelajaran
selanjutnya dengan baik berdasarkan dari norma-norma kelas
yang dibuat oleh peserta sendiri. Adapun untuk keberhasilan
proses BLC ini diperlukan adanya partisipasi aktif dari seluruh
peserta pelatihan.

250 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Hakikat pembelajaran BLC yaitu untuk menyiapkan peserta tidak
hanya secara fisik tetapi juga secara jiwa untuk terlibat aktif
didalam setiap sesi pembelajaran. Mengikuti pelatihan tidak
hanya sekedar menambah wawasan ataupun keterampilan
tetapi siap untuk mengikuti perubahan terhadap kinerja yang
selama ini dilakukan.

IX. REFERENSI
1. Munir, Baderal, Dinamika Kelompok, Penerapannya Dalam
Laboratorium Ilmu Perilaku, Jakarta: 2001.
2. LAN dan Pusdiklat Aparatur Kemenkes RI, Buku Panduan
Dinamika Kelompok, Jakarta: 2010.

Building Learning Commitment (BLC) 251


252 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan
MA
TERI
PEL
ATI
HANPE
NUNJ
ANG2
ANTI-KORUPSI

I. DESKRIPSI SINGKAT
Transparansi Internasional Indonesia (TII) mencatat kalau
uang rakyat dalam praktik APBN dan APBD menguap oleh
perilaku korupsi. Sekitar 30-40 persen dana menguap karena
dikorupsi, dan korupsi terjadi 70 persennya pada pengadaan
barang dan jasa oleh pemerintah. ASN yang semestinya
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat seringkali
harus mengalahkan integritasnya dengan menerima suap,
iming-iming, gratifikasi atau apapun untuk memberikan
kemenangan.Modul ini mengajak peserta untuk mampu
menginternalisasi sadar antikorupsi sehingga dapat semakin
jauh dari perilaku korupsi.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini, peserta
mampu menginternalisasi sadar antikorupsi dan semakin
jauh dari perilaku korupsi.

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti pembelajaran materi ini, peserta dapat:
1. Menginternalisasikan Sadar antikorupsi
2. Menginternalisasikan semakin jauh dari korupsi

III. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK


Materi pokok dan Sub Materi Pokok mata pelatihan ini:
1. Sadar antikorupsi
a. Dampak korupsi
b. Pengertian dan penyebab korupsi
c. Delik-delik tindak pidana korupsi di indonesia

ANTI-KORUPSI 255
2. Semakin Jauh dari perilaku Korupsi
a. Niat, Semangat dan Komitmen Melakukan Pemberantasan
Korupsi
b. Penguatan Nilai-nilai antikorupsi
c. Prinsip-prinsi antikorupsi
d. Impian Indonesia bebas dari korupsi

IV. BAHAN BELAJAR


Bahan belajar yang digunakan yaitu:
1. Modul Antikorupsi
2. Video Antikorupsi

V. LANGKAH PEMBELAJARAN
Berikut ini langkah pembelajaran mata pelatihan ini.
Langkah 1. Pengkondisian (5 menit)
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas,
mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, mata
pelatihan yang akan disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran (hasil belajar dan indikator
hasil belajar) materi pokok dan sub materi pokok yang akan
disampaikan, dengan menggunakan bahan tayang (slide ppt).
3. Lakukan bina suasana untuk menyemangati dan membangun
hubungan kedekatan dengan peserta

Langkah 2. Penyampaian materi pokok (75 menit)


1. Fasilitator memulai pembelajaran dengan melakukan
apersepsi dengan memberikan beberapa pertanyaan dan
meminta peserta merespon
2. Fasilitator memulai penyampaian materi pokok 1: Sadar
antikorupsi dengan menggunakan metode ceramah
interaktif

256 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


3. Fasilitator melanjutkan dengan penyampaian materi pokok
2: Semakin Jauh dari perilaku Korupsi
4. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk
bertanya
5. Fasilitator melakukan evaluasi pembelajaran dengan
menanyakan beberapa pertanyaan

Langkah 4. Pengakhiran (10 menit)


1. Fasilitator merangkum pembelajaran
2. Fasilitator mengucapkan maaf dan terimakasih atas
partisipasi peserta dalam pembelajaran

VI. URAIAN MATERI


Pada bagian ini uraian dari seluruh Materi Pokok secara rinci
dan berurutan sesuai Materi Pokok dan sub Materi Pokok

Materi Pokok 1: Sadar antikorupsi

Dalam modul ini peserta akan diajak untuk dapat menyadari


dampak perilaku dan tindak pidana korupsi. Peserta
menyadari sepenuh hati dampak dari korupsi yang diuraikan
dalam modul ini, karena kesadaran tersebut dapat menjadi
kemauan kuat serta semangat tinggi untuk menghindarkan
diri dari perilaku dan tindak pidana korupsi.

Ada 3 sub Materi Pokok untuk mata pelatihan ini yaitu:


dampak korupsi, pengertian korupsi, delik-delik tindak pidana
korupsi di indonesia

ANTI-KORUPSI 257
a. Dampak korupsi
Pelayanan publik tak kunjung membaik. Pelayanan kesehatan
mahal dan banyak lagi contoh buruk akibat kejahatan koruptor.
Dampak korupsi merupakan mis-alokasi sumber daya sehingga
perekonomian tidak dapat
berkembang optimum.
Dampak korupsi terhadap
berbagai bidang
kehidupan masyarakat
menimbulkan biaya
yang disebut sebagai
biaya sosial korupsi.
Banyak dampak korupsi
yang mengenai negara, masyarakat, organisasi/ institusi,
keluarga, diri sendiri dan lingkungan. Dampak bagi negara,
berimplikasi terhadap kesejahteraan umum. Dampak korupsi
dalam bidang ekonomi menyebabkan rendahnya kesejahteraan
umum masyarakat. Peserta pasti sering memperhatikan
tayangan televisi tentang pembuatan peraturan-peraturan baru

258 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Tidak
jarang pula, ketika dicermati, peraturan-peraturan tersebut
ternyata justru lebih memihak pada perusahaan-perusahaan
besar yang mampu memberikan keuntungan untuk para
pejabat. Akibatnya, perusahaan-perusahaan kecil dan juga
industri menengah tidak mampu bertahan dan membuat
kesejahteraan masyarakat umum terganggu. Tingkat
pengangguran makin tinggi, diikuti dengan tingkat kemiskinan
yang juga semakin tinggi. Dampak lainnya bagi negara yang
paling penting yaitu tidak adanya kepercayaan terhadap lembaga
pemerintah. Sebagai pengamat, masyarakat Indonesia saat ini
sudah semakin cerdas untuk menilai sebuah kasus.
Berdasarkan pengamatan, saat ini masyarakat Indonesia tidak
pernah merasa puas dengan tindakan hukum kepada para
koruptor. Banyak koruptor yang menyelewengkan materi dalam
jumlah yang tidak sedikit, namun hanya memperoleh hukuman
tidak seberapa. Akibatnya, rakyat tidak lagi percaya pada proses
hukum yang berlaku. Tidak jarang pula masyarakat lebih senang
main hakim sendiri untuk menyelesaikan sebuah kasus. Hal
tersebut sebenarnya merupakan salah satu tanda bahwa
masyarakat Indonesia sudah tidak percaya dengan jalannya
hukum, terutama dengan berbagai tindakan yang diambil oleh
pemerintah dalam menangani kasus korupsi.

Dampak bagi masyarakat, peserta pastinya masih mengingat


robohnya jembatan Kutai Kertanegara. Masih ada kasus-kasus
lain mengenai kerusakan fasilitas publik yang juga menimbulkan
korban jiwa. Selain itu, ada pula pekerja-pekerja fasilitas publik
yang mengalami kecelakaan kerja. Ironisnya, kejadian tersebut
diakibatkan oleh korupsi. Bukan rahasia jika dana untuk
membangun insfrastruktur publik merupakan dana yang sangat
besar jika dilihat dalam catatan. Nyatanya, saat dana tersebut
melewati para pejabat-pejabat pemerintahan, dana tersebut
mengalami pangkas sana-sini sehingga dalam pengerjaan

ANTI-KORUPSI 259
infrastruktur tersebut menjadi minim keselamatan. Hal tersebut
terjadi karena tingginya risiko yang timbul ketika korupsi tersebut
memangkas dana menjadi sangat minim pada akhirnya.
Keselamatan para pekerja dipertaruhkan ketika berbagai bahan
insfrstruktur tidak memenuhi standar keselamatan karena
minimnya dana.

Dampak bagi individu dan keluarganya, tindakan korupsi itu


mempunyai dampak yang kronis (dampak yang akan
berpengaruh ke seluruh lapisan). Dampak yang akan dirasakan
diri sendiri sebagai pelaku korupsi, dirasakan juga oleh orang
lain dan keluarga. Contoh dampak yang akan dirasakan oleh diri
sendiri yaitu terkenanya pelaku korupsi hukuman dari Allah
SWT, dosa yang ditimbulkan dari tindakan korupsi, dari
pemerintah ataupun masyarakat. Perasaan bersalah yang
akan menghantui dalam kehidupan kelak. Sedangkan dampak
yang akan dirasakan oleh orang lain adalah timbulnya kerugian
baik secara materi atau non materi bagi korban tindakan
korupsi.

Itulah sebagian dari dampak korupsi dan masih banyak


dampak lainnya dapat dielaborasi oleh peserta. Mempelajari
dampak korupsi akan membawa kita memiliki kesadaran diri,
peserta akan lebih mantap untuk memastikan bahwa seluruh
unsur dalam diri peserta baik pikiran, emosi, ucapan dan
tindakan atau perilaku, akan antikorupsi dapat terbangun
dengan kebiasaan integritas.

b. Pengertian dan penyebab korupsi


Setelah mengetahui dampak dari korupsi, perlu kita samakan
pemahaman terhadap korupsi. Apa yang dimaksud dengan
korupsi. Banyak pengertian korupsi dari berbagai versi salah
satunya Korupsi adalah tindakan seseorang yang

260 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


menyalahgunakan kepercayaan dalam suatu masalah atau
organisasi untuk mendapatkan keuntungan. Tindakan korupsi
ini terjadi karena beberapa faktor faktor yang terjadi di dalam
kalangan masyarakat.

Pengertian Korupsi menurut Undang-Undang No. 31 Tahun


1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
adalah "setiap orang yang dikategorikan melawan hukum,
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri,
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan
atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara".

Korupsi = kanker ganas yang kronis dan akut menggerogoti


perekonomian negara secara perlahan, namun pasti

ANTI-KORUPSI 261
Penyebab korupsi pun cukup banyak, secara umum ada 2 (dua)
yaitu penyebab internal dan penyebab eksternal. Penyebab
internal “NIAT” dan penyebab eksternal “KESEMPATAN”. Niat
dapat muncul dipicu karena beberapa hal di antaranya: sifat
tamak/ rakus (greeds), gaya hidup yang konsumtif, hedonic
(keinginan versus kebutuhan). Sedangkan kesempatan
(opportunity) dipicu karena: kelemahan sistem, politik, hukum,
ekonomi, organisasi.

c. Delik tindak pidana korupsi korupsi


Menurut UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001
korupsi dirumuskan ke dalam tiga puluh bentuk/jenis tindak
pidana korupsi. Ketigapuluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi
tersebut pada dasarnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1) Kerugian keuangan negara
Menurut Prof. Komariah sebagaimana dikutip
Hukumonline.com, UU No. 31/1999 menganut konsep
kerugian negara dalam arti delik formil. Unsur "dapat
merugikan keuangan negara" seharusnya diartikan
merugikan negara dalam arti langsung maupun tidak
langsung. Artinya, suatu tindakan otomatis dapat dianggap
merugikan keuangan negara apabila tindakan tersebut
berpotensi menimbulkan kerugian negara.
2) Suap-menyuap
Untuk mengetahui pengertian suap- menyuap dapat kita
lihat dalam rumusan pasal 2 dan pasal 3 Undang-undang
No. 11 tahun 1980 tentang Tindak Pidana Suap:
- Pasal 2
"memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang
dengan maksud untuk membujuk supaya orang itu
berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam
tugasnya, yang berlawanan dengan kewenangan atau
kewajibannya yang menyangkut kepentingan umum"

262 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


- Pasal 3
"menerima sesuatu atau janji, sedangkan ia mengetahui
atau patut dapat menduga bahwa pemberian sesuatu atau
janji itu dimaksudkan supaya ia berbuat sesuatu atau tidak
berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang berlawanan
dengan kewenangan atau kewajibannya yang menyangkut
kepentingan umum""

3) Penggelapan dalam jabatan


Menurut R. Soesilo (1968.258), penggelapan adalah
kejahatan yang hampir sama dengan pencurian dalam pasal
362. Bedanya ialah pada pencurian barang yang dimiliki itu
belum berada di tangan pencuri dan masih harus “diambilnya”
sedangkan pada penggelapan waktu dimilikinya barang itu
sudah ada di tangan si pembuat tidak dengan jalan
kejahatan.

ANTI-KORUPSI 263
4) Pemerasan
Berdasarkan pasal 12 huruf e UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU
No. 20 Tahun 2001 pemerasan adalah tindakan/ perbuatan
yang dilakukan oleh pegawai negeri atau penyelenggara
negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri
atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan
menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang
memberikan sesuatu, membayar, atau menerima
pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan
sesuatu bagi dirinya sendiri

5) Perbuatan curang
Untuk memahami unsur perbuatan curang dalam tindak
pidana korupsi, mari kita lihat tumusan pasal 7 dan pasal 12
huruf h UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001
setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau
penyerahan bahan bangunan, sengaja membiarkan
perbuatan curang

6) Benturan kepentingan dalam pengadaan


Benturan kepentingan dalam pengadaan barang/ jasa
pemerintah adalah situasi di mana seorang PN yang
mendapatkan kekuasaan dan kewenangan berdasarkan
peraturan perundang-undangan memiliki atau diduga
memiliki kepentingan pribadi atas setiap penggunaan
wewenang yang dimilikinya sehingga dapat mempengaruhi
kualitas dan kinerja yang seharusnya.
Faktor Penyebab Konflik Kepentingan:
 Kekuasaan dan kewenangan Pegawai Negeri;
 Perangkapan jabatan;
 Hubungan afiliasi;
 Gratifikasi;
 Kelemahan sistem organisasi;
 Kepentingan pribadi

264 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


7) Gratifikasi
Tindak pidana korupsi menerima gratifikasi sebagaimana
dimuat dalam Pasal 12B UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No.
20 Tahun 2001 dirumuskan sebagai berikut:
Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila
berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan
dengan kewajiban atau tugasnya dengan ketentuan:
Yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau
lebih pembuktiannya bahwa gratifikasi tersebut bukan
merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi; Yang
nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah),
pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dibuktikan oleh
penuntut umum:

Materi Pokok 2. Semakin jauh dari korupsi

Ada 2 sub Materi Pokok pada Materi Pokok ini yaitu niat,
semangat dan komitmen melakukan pemberantasan korupsi
dan impian Indonesia yang bebas dari korupsi.

Kesadaran antikorupsi merupakan makna


bagi kehidupan. Jika kesadaran tersebut
terbukti atau telah diikuti dengan upaya
dan tindakan nyata dalam menghindari
korupsi itu menunjukkan bahwa Anda
tidak memberikan ruang dan waktu
sedikitpun untuk munculnya niat dan
kesempatan korupsi dalam perjalanan
karir dan pengabdian Anda sebagai
pegawai negeri sipil atau bagian dari

ANTI-KORUPSI 265
masyarakat Indonesia. Niat, semangat dan komitmen Anda
akan menjadi modal untuk dapat menghindarkan diri dari
perilaku dan tindak pidana korupsi.

a. Niat, semangat dan komitmen melakukan pemberantasan


korupsi
Lelah sudah membahas kasus korupsi yang tidak kunjung
selesai ini, tidak heran jika Indonesia disebut sebagai
negara korup karena tingkat korupsinya yang tinggi, karena
itu realitanya, menyadari kebutuhan mendesak untuk
mengatasi korupsi (karena merugikan investasi dan
umumnya mendorong adanya ketidakadilan terus-menerus
dalam masyarakat).

Kalau pada Materi Pokok 1 sudah diuraikan tentang


dampak negatif dari korupsi, ternyata ada juga dampak
positif korupsi. Mengapa poin ini diulas pada modul ini
karena untuk memberikan dorongan niat yang semakin
kuat bahwa untuk jauh dari korupsi kita harus selalu pasang
niat, semangat dan komitmen melakukan pemberantasan
korupsi. Dampak positif korupsi terimplementasi dengan
adanya KPK yang selalu komitmen untuk memantau aliran
uang, yang menyebabkan perbelanjaan pemerintah
menjadi lambat. Korupsi sangat menghambat negara kita
dalam merealisasikan potensi ekonomi dan menyebabkan
ketidakadilan yang signifikan di masyarakat Indonesia
karena sebagian kecil orang mendapatkan manfaat yang
amat besar dari lembaga yang korup. Hal tersebut bisa
disebut sebagai keberhasilan pengaruh KPK. Selanjutnya
sisi positif dari adanya korupsi di negara Indonesia seperti
korupsi menuntut pemerintah untuk memperketat hukum
dalam negaranya dengan cara seksama memeriksa akses
keluar masuknya uang negara, hal ini bermanfaat untuk

266 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


memperketat keamanan negara, korupsi juga memberikan
keuntungan besar bagi satu pihak yang mengambil uang
tanpa modal sedikitpun.

Niat sebagai modalitas untuk membangun komitmen


dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai antikorupsi
(nilai integritas) dalam
kehidupan sehari hari. Untuk
menjaga (maintenance) niat
maka perlu dilakukan
pembangunan sistem integritas
diri dan organisasi. Upaya
pemberantasan korupsi akan
efektif, efisien dan
berintegritas jika pelaksanaan
pembangunan dilakukan
atau dipimpin oleh orang-
orang yang berintegritas tinggi. Mereka menjalankan
program dengan penuh keikhlasan sebagai basis bekerja
berdasarkan moral idealism (bukan sekedar idealisme),
sehingga dalam mencapai keberhasilan tidak melakukan
pelanggaran norma/ nilai. Namun upaya untuk selalu
berada dalam tataran norma tersebut, dilakukan dengan
tetap berinteraksi dengan realitas, sehingga dalam kondisi
demikian diperlukan manusia-manusia yang bijak.

Bagaimana agar niat untuk tidak korupsi selalu terjaga?

Setiap individu dan organisasi perlu mencapai kebutuhan


pribadi, organisasi, pilar dan bangsa, yang tercermin dalam
implementasi nilai-nilai luhur bangsa dalam kehidupan
sehari-hari termasuk pada saat melaksanakan tugas dan
fungsinya dalam organisasi, sehingga tujuan organisasi
maupun pribadi tercapai dengan cara-cara yang bermoral/

ANTI-KORUPSI 267
berakhlak. Untuk itu harus dilakukan pelembagaan sistem
integritas dalam ruang lingkup organisasi dengan
menciptakan iklim etika yang kuat, yaitu kondisi organisasi
dengan kode etiknya telah terinternalisasi dengan kuat
pada individu, sehingga penyelarasan dan pengendalian
organisasi dapat dijalankan dengan baik.

b. Penguatan Nilai-nilai antikorupsi


KPK bersama dengan para pakar telah melakukan
identifikasi nilai-nilai dasar antikorupsi yang juga
merupakan nilai integritas dan dihasilkan sebanyak 9 nilai
antikorupsi sebagai berikut: 1) jujur, 2) peduli, 3) mandiri, 4)
disiplin, 5) tanggung jawab, 6) kerja keras, 7) sederhana, 8)
berani, 9) adil. Untuk mengingatnya, maka buatlah 9 nilai
tersebut kedalam satu singkatan” Jupe mandi tangker
sebedil”.

Dari 9 nilai di atas, dikelompokkan menjadi 3 nilai utama


yaitu:
1. Nilai inti terdiri dari kejujuran, disiplin, tanggung jawab
2. Nilai etos kerja terdiri dari Kerja keras, sederhana, dan
mandiri)
3. Nilai sikap terdiri dari adil, berani, dan peduli.

Nilai-nilai antikorupsi yang akan dibahas meliputi kejujuran,


kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, pertanggung-
jawaban, kerja keras, kesederhanaan, keberanian, dan
keadilan. Nilai-nilai inilah yang akan mendukung prinsip-
prinsip antikorupsi untuk dapat dijalankan dengan baik. Ada
sembilan nilai antikorupsi yang cara gampangnya untuk
mengingatnya dengan jembatan keledai “Jupe mandi
tangker sebedil” sebagaimana digambarkan pada bagan di
bawah ini.

268 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Berikut ini adalah uraian secara rinci untuk tiap nilai
antikorupsi

1. Kejujuran
Menurut Sugono kata jujur dapat didefinisikan sebagai
lurus hati, tidak berbohong, dan tidak curang. Jujur
adalah salah satu sifat yang sangat penting bagi
kehidupan pegawai, tanpa sifat jujur pegawai tidak akan
dipercaya dalam kehidupan sosialnya (Sugono: 2008).
Nilai kejujuran dalam kehidupan dunia kerja yang
diwarnai dengan budaya kerja sangat-lah diperlukan.
Nilai kejujuran ibaratnya seperti mata uang yang berlaku
dimana-mana termasuk dalam kehidupan di dunia kerja.
Jika pegawai terbukti melakukan tindakan yang tidak
jujur, baik pada lingkup kerja maupun sosial, maka
selamanya orang lain akan selalu merasa ragu untuk
mempercayai pegawai tersebut.

ANTI-KORUPSI 269
Sebagai akibatnya pegawai akan selalu mengalami
kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Hal ini juga akan menyebabkan ketidaknyamanan bagi
orang lain karena selalu merasa curiga terhadap pegawai
tersebut yang terlihat selalu berbuat curang atau tidak
jujur. Selain itu jika seorang pegawai pernah melakukan
kecurangan ataupun kebohongan, akan sulit untuk dapat
memperoleh kembali kepercayaan dari pegawai lainnya.
Sebaliknya jika terbukti bahwa pegawai tersebut tidak
pernah melakukan tindakan kecurangan maupun
kebohongan maka pegawai ter-sebut tidak akan
mengalami kesulitan yang disebabkan tindakan tercela
tersebut. Prinsip kejujuran harus dapat dipegang teguh
oleh setiap pegawai sejak masa-masa ini untuk
memupuk dan membentuk karakter mulia di dalam
setiap pribadi pegawai.

2. Kepedulian
Menurut Sugono definisi kata peduli adalah
mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan
(Sugono: 2008). Nilai kepedulian sangat penting bagi
seorang pegawai dalam kehidupan di dunia kerja dan di
masyarakat. Sebagai calon pemimpin masa depan,
seorang pegawai perlu memiliki rasa kepedulian
terhadap lingkungannya, baik lingkungan di dalam dunia
kerja maupun lingkungan di luar dunia kerja. Rasa
kepedulian seorang pegawai harus mulai ditumbuhkan
sejak berada di dunia kerja. Oleh karena itu upaya untuk
mengembangkan sikap peduli di kalangan pegawai
sebagai subjek kerja sangat penting.

270 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Seorang pegawai dituntut untuk peduli terhadap proses
belajar mengajar di dunia kerja, terhadap pengelolalaan
sumber daya di dunia kerja secara efektif dan efisien,
serta terhadap berbagai hal yang berkembang di dalam
dunia kerja pegawai juga dituntut untuk peduli terhadap
lingkungan di luar dunia kerja. Beberapa upaya yang bisa
dilakukan sebagai wujud kepedulian di antaranya adalah
dengan menciptakan sikap tidak berbuat curang atau
tidak jujur. Selain itu jika seorang pegawai pernah
melakukan kecurangan ataupun kebohongan, akan sulit
untuk dapat memperoleh kembali kepercayaan dari
pegawai lainnya. Sebaliknya jika terbukti bahwa pegawai
tersebut tidak pernah melakukan tindakan kecurangan
maupun kebohongan maka pegawai tersebut tidak akan
mengalami kesulitan yang disebabkan tindakan tercela
tersebut.

3. Kemandirian
Kondisi mandiri bagi pegawai dapat diartikan sebagai
proses mendewasakan diri yaitu dengan tidak
bergantung pada orang lain untuk mengerjakan tugas
dan tanggung jawabnya. Hal ini penting untuk masa
depannya dimana pegawai tersebut harus mengatur
kehidupannya dan orang-orang yang berada di bawah
tanggung jawabnya sebab tidak mungkin orang yang
tidak dapat mandiri (mengatur dirinya sendiri) akan
mampu mengatur hidup orang lain. Dengan karakter
kemandirian tersebut pegawai dituntut untuk
mengerjakan semua tanggung jawab dengan usahanya
sendiri dan bukan orang lain (Supardi: 2004).

ANTI-KORUPSI 271
4. Kedisiplinan
Menurut Sugono definisi kata disiplin adalah ketaatan
(kepatuhan) kepada peraturan (Sugono: 2008). Dalam
mengatur kehidupan dunia kerja baik kerja maupun
sosial pegawai perlu hidup disiplin. Hidup disiplin tidak
berarti harus hidup seperti pola militer di barak militier
namun hidup disiplin bagi pegawai adalah dapat
mengatur dan mengelola waktu yang ada untuk
dipergunakan dengan sebaik-baiknya untuk
menyelesaikan tugas baik dalam lingkup kerja maupun
sosial dunia kerja. Manfaat dari hidup yang disiplin
adalah pegawai dapat mencapai tujuan hidupnya
dengan waktu yang lebih efisien. Disiplin juga membuat
orang lain percaya dalam mengelola suatu kepercayaan.
Nilai kedisiplinan dapat diwujudkan antara lain dalam
bentuk kemampuan mengatur waktu dengan baik,
kepatuhan pada seluruh peraturan dan ketentuan yang
berlaku di dunia kerja, mengerjakan segala sesuatunya
tepat waktu, dan fokus pada pekerjaan.

5. Tanggung Jawab
Menurut Sugono definisi kata tanggung jawab adalah
keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau
terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan
diperkarakan) (Sugono: 2008). Pegawai adalah sebuah
status yang ada pada diri seseorang yang telah lulus dari
penkerjaan terakhirnya yang melanjutkan pekerjaan
dalam sebuah lembaga yang bernama organisasi.
Pegawai yang memiliki rasa tanggung jawab akan
memiliki kecenderungan menyelesaikan tugas lebih baik
dibanding pegawai yang tidak memiliki rasa tanggung
jawab. Pegawai yang memiliki rasa tanggung jawab akan
mengerjakan tugas dengan sepenuh hati karena berpikir

272 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


bahwa jika suatu tugas tidak dapat diselesaikan dengan
baik dapat merusak citra namanya di depan orang lain.
Pegawai yang dapat diberikan tanggung jawab yang
kecil dan berhasil melaksanakannya dengan baik berhak
untuk mendapatkan tanggung jawab yang lebih besar
lagi sebagai hasil dari kepercayaan orang lain terhadap
pegawai tersebut.

Pegawai yang memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi


mudah untuk dipercaya orang lain dalam masyarakat
misalkan dalam memimpin suatu kepanitiaan yang
diadakan di dunia kerja. Tanggung jawab adalah
menerima segala sesuatu dari sebuah perbuatan yang
salah, baik itu disengaja maupun tidak disengaja.
Tanggung jawab tersebut berupa perwujudan kesadaran
akan kewajiban menerima dan menyelesaikan semua
masalah yang telah di lakukan. Tanggung jawab juga
merupakan suatu pengabdian dan pengorbanan.

6. Kerja keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Kata
”kemauan” menimbulkan asosiasi dengan ketekadan,
ketekunan, daya tahan, tujuan jelas, daya kerja, pendirian,
pengendalian diri, keberanian, ketabahan, keteguhan,
tenaga, kekuatan, kelaki-lakian dan pantang mundur.
Adalah penting sekali bahwa kemauan pegawai harus
berkembang ke taraf yang lebih tinggi karena harus
menguasai diri sepenuhnya lebih dulu untuk bisa
menguasai orang lain. Setiap kali seseorang penuh
dengan harapan dan percaya, maka akan menjadi lebih
kuat dalam melaksanakan pekerjaannya. Jika interaksi
antara individu pegawai dapat dicapai bersama dengan
usaha kerja keras maka hasil yang akan dicapai akan

ANTI-KORUPSI 273
semakin optimum. Bekerja keras merupakan hal yang
penting guna tercapainya hasil yang sesuai dengan
target. Akan tetapi bekerja keras akan menjadi tidak
berguna jika tanpa adanya pengetahuan. Di dalam dunia
kerja, para pegawai diperlengkapi dengan berbagai ilmu
pengetahuan.

7. Sederhana
Gaya hidup pegawai merupakan hal yang penting dalam
interaksi dengan masyarakat di sekitarnya. Gaya hidup
sederhana sebaiknya perlu dikembangkan sejak pegawai
me-ngenyam masa penkerjaannya. Dengan gaya hidup
sederhana, setiap pegawai dibiasakan untuk tidak hidup
boros, hidup sesuai dengan kemampuannya dan dapat
memenuhi semua kebutuhannya. Kerap kali kebutuhan
diidentikkan dengan keinginan semata, padahal tidak
selalu kebutuhan sesuai dengan keinginan dan
sebaliknya. Dengan menerapkan prinsip hidup
sederhana, pegawai dibina untuk memprioritaskan
kebutuhan di atas keinginannya. Prinsip hidup
sederhana ini merupakan parameter penting dalam
menjalin hubungan antara sesama pegawai karena
prinsip ini akan mengatasi permasalahan kesenjangan
sosial, iri, dengki, tamak, egois, dan yang sikap-sikap
negatif lainnya lainnya. Prinsip hidup sederhana juga
menghindari seseorang dari keinginan yang berlebihan.

8. Keberanian
Jika kita temui di dalam dunia kerja, ada banyak pegawai
yang sedang mengalami kesulitan dan kekecewaan.
Meskipun demikian, untuk menumbuhkan sikap
keberanian demi mempertahankan pendirian dan
keyakinan pegawai, terutama sekali pegawai harus

274 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


mempertimbangkan berbagai masalah dengan sebaik-
baiknya. Nilai keberanian dapat dikembangkan oleh
pegawai dalam kehidupan di dunia kerja dan di luar dunia
kerja. Antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk berani
mengatakan dan membela kebenaran, berani mengakui
kesalahan, berani bertanggung jawab, dan lain
sebagainya

Prinsip akuntabilitas dapat mulai diterapkan oleh


pegawai dalam kehidupan sehari-hari sebagai pegawai
Misalnya program-program kegiatan harus dibuat
dengan mengindahkan aturan yang berlaku di dunia
kerja dan dijalankan sesuai dengan aturan.

9. Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak
berat sebelah, tidak memihak. Bagi pegawai karakter adil
ini perlu sekali dibina agar pegawai dapat belajar
mempertimbangkan dan mengambil keputusan secara
adil dan benar.

c. Prinsip-Prinsip Antikorupsi
Setelah memahami nilai-nilai
antikorupsi yang penting untuk
mencegah faktor internal
terjadinya korupsi, berikut akan
dibahas prinsip-prinsip Anti-korupsi
yang meliputi akuntabilitas,
transparansi, kewajaran, kebijakan,
dan kontrol kebijakan, untuk
mencegah faktor eksternal penyebab korupsi. Ada 5 (lima)
prinsip antikorupsi

ANTI-KORUPSI 275
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan
pelaksanaan kerja. Semua lembaga mempertanggung
jawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik dalam bentuk
konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure), baik pada
level budaya (individu dengan individu) maupun pada level
lembaga (Bappenas: 2002). Lembaga-lembaga tersebut
berperan dalam sektor bisnis, masyarakat, publik, maupun
interaksi antara ketiga sektor.

Akuntabilitas publik secara tradisional dipahami sebagai


alat yang digunakan untuk mengawasi dan mengarahkan
perilaku administrasi dengan cara memberikan kewajiban
untuk dapat memberikan jawaban (answerability) kepada
sejumlah otoritas eksternal (Dubnik: 2005). Selain itu
akuntabilitas publik dalam arti yang paling fundamental
merujuk kepada kemampuan menjawab kepada seseorang
terkait dengan kinerja yang diharapkan (Pierre: 2007).
Seseorang yang diberikan jawaban ini haruslah seseorang
yang memiliki legitimasi untuk melakukan pengawasan dan
mengharapkan kinerja (Prasojo: 2005). Akuntabilitas publik
memiliki pola-pola tertentu dalam mekanismenya, antara
lain adalah akuntabilitas program, akuntabilitas proses,
akuntabilitas keuangan, akuntabilitas outcome,
akuntabilitas hukum, dan akuntabilitas politik (Puslitbang,
2001). Dalam pelaksanaannya, akuntabilitas harus dapat
diukur dan dipertanggungjawabkan melalui mekanisme
pelaporan dan pertanggungjawaban atas semua kegiatan
yang dilakukan. Evaluasi atas kinerja administrasi, proses
pelaksanaan, dampak dan manfaat yang diperoleh
masyarakat baik secara langsung maupun manfaat jangka
panjang dari sebuah kegiatan.

276 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


2. Transparansi
Adalah satu prinsip penting antikorupsi lainnya adalah
transparansi. Prinsip transparansi ini penting karena
pemberantasan korupsi dimulai dari transparansi dan
mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan secara
terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat
diketahui oleh publik (Prasojo: 2007).

Selain itu transparansi menjadi pintu masuk sekaligus


kontrol bagi seluruh proses dinamika struktural
kelembagaan. Dalam bentuk yang paling sederhana,
transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran
untuk saling menjunjung tinggi kepercayaan (trust) karena
kepercayaan, keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan
modal awal yang sangat berharga bagi para pegawai untuk
dapat melanjutkan tugas dan tanggungjawabnya pada
masa kini dan masa mendatang (Kurniawan: 2010). Dalam
prosesnya, transparansi dibagi menjadi lima yaitu 1) proses
penganggaran, 2) proses penyusunan kegiatan, 3) proses
pembahasan, 4) proses pengawasan, dan 5) proses
evaluasi.

Proses evaluasi ini berlaku terhadap penyelenggaraan


proyek dijalankan secara terbuka dan bukan hanya
pertanggung-jawaban secara administratif, tapi juga secara
teknis dan fisik dari setiap output kerja-kerja pembangunan.

Hal-hal tersebut merupakan panduan bagi pegawai untuk


dapat melaksanakan kegiatannya agar lebih baik. Setelah
pembahasan prinsip ini, pegawai sebagai individu dan juga
bagian dari masyarakat/ organisasi/ institusi diharapkan
dapat mengimplementasikan prinsip transparansi di dalam
kehidupan keseharian pegawai.

ANTI-KORUPSI 277
3. Kewajaran
Prinsip antikorupsi lainnya adalah prinsip kewajaran.
Prinsip fairness atau kewajaran ini ditujukan untuk
mencegah terjadinya manipulasi (ketidakwajaran) dalam
penganggaran, baik dalam bentuk mark-up maupun
ketidakwajaran lainnya. Sifat-sifat prinsip kewajaran ini
terdiri dari lima hal penting yaitu komprehensif dan disiplin,
fleksibilitas, terprediksi, kejujuran, dan informatif.

Komprehensif dan disiplin berarti mempertimbangkan


keseluruhan aspek, berkesinam-bungan, taat asas, prinsip
pembebanan, pengeluaran dan tidak melampaui batas (off
budget), sedangkan fleksibilitas artinya adalah adanya
kebijakan tertentu untuk mencapai efisiensi dan efektifitas.
Terprediksi berarti adanya ketetapan dalam perencanaan
atas dasar asas value for money untuk menghindari defisit
dalam tahun anggaran berjalan. Anggaran yang terprediksi
merupakan cerminan dari adanya prinsip fairness. Prinsip
kewajaran dapat mulai diterapkan oleh pegawai dalam
kehidupan di dunia kerja. Misalnya, dalam penyusunan
anggaran program kegiatan kepegawaian harus dilakukan
secara wajar. Demikian pula dalam menyusun Laporan
pertanggung-jawaban, harus disusun dengan penuh
tanggung-jawab.

4. Kebijakan
Prinsip antikorupsi yang keempat adalah prinsip kebijakan.
Pembahasan mengenai prinsip ini ditujukan agar pegawai
dapat mengetahui dan memahami kebijakan antikorupsi.
Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar
tidak terjadi penyimpangan yang dapat merugikan negara
dan masyarakat. Kebijakan antikorupsi ini tidak selalu
identik dengan undang-undang anti-korupsi, namun bisa

278 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


berupa undang-undang kebebasan mengakses informasi,
undang-undang desentralisasi, undang-undang anti-monopoli,
maupun lainnya yang dapat memudahkan masyarakat
mengetahui sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan
penggunaan anggaran negara oleh para pejabat negara.

Aspek-aspek kebijakan terdiri dari isi kebijakan, pembuat


kebijakan, pelaksana kebijakan, kultur kebijakan. Kebijakan
anti-korupsi akan efektif apabila di dalamnya terkandung
unsur-unsur yang terkait dengan persoalan korupsi dan
kualitas dari isi kebijakan tergantung pada kualitas dan
integritas pembuatnya. Kebijakan yang telah dibuat dapat
berfungsi apabila didukung oleh aktor-aktor penegak
kebijakan yaitu keKemenkesan, kejaksaan, pengadilan,
pengacara, dan lembaga pemasyarakatan.

Eksistensi sebuah kebijakan tersebut terkait dengan nilai-


nilai, pemahaman, sikap, persepsi, dan kesadaran masyarakat
terhadap hukum atau undang-undang antikorupsi. Lebih
jauh lagi, kultur kebijakan ini akan menentukan tingkat
partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsi.

5. Kontrol Kebijakan
Prinsip terakhir antikorupsi adalah kontrol kebijakan.
Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang
dibuat betul-betul efektif dan mengeliminasi semua bentuk
korupsi. Pada prinsip ini, akan dibahas mengenai lembaga-
lembaga pengawasan di Indonesia, self-evaluating
organization, reformasi sistem pengawasan di Indonesia,
problematika pengawasan di Indonesia. Bentuk kontrol
kebijakan berupa partisipasi, evolusi dan reformasi. Kontrol
kebijakan berupa partisipasi yaitu melakukan kontrol
terhadap kebijakan dengan ikut serta dalam penyusunan
dan pelaksanaannya dan kontrol kebijakan berupa oposisi.

ANTI-KORUPSI 279
d. Impian Indonesia bebas dari korupsi.
Semangat perlawanan terhadap korupsi merupakan
langkah awal yang harus dimiliki masyarakat dalam
pemberantasan korupsi dengan mempelajari beberapa
negara yang relatif bersih dari korupsi dan potensi yang
dimiliki Indonesia untuk mewujudkan impian tanpa
korupsi.
Bayangkan beberapa tahun ke depan. Tak ada lagi
kemiskinan di negeri ini.
Rakyat hidup makmur,
tentram, rukun, dan
damai. Keramahan,
kepedulian, dan gotong
royong kembali menjadi
sifat dasar bangsa ini di
semua lapisan. Orangtua
bekerja di kantor, di
sawah, di pabrik, di rumah, dengan tenang, karena tahu
impian mereka akan tercapai tak lama lagi. Dengan pikiran
tenang, melakukan pekerjaan pun dengan penuh
konsentrasi dan produktivitas meningkat.

Ada 3 (tiga) potensi penting dalam konteks ini yaitu: 1.


Potensi penduduk, 2. Potensi Wilayah, dan 3. Sejarah Besar

1. Potensi Penduduk
Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar
keempat di dunia, Indonesia memiliki potensi yang luar
biasa. Jumlah penduduk yang demikian besar itu, bisa
menjadi sumber penyediaan tenaga kerja dalam
memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Selain
itu, sangat potensial untuk mempertahankan keutuhan
negara dari ancaman negara lain.

280 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


2. Potensi Wilayah
Berbicara tentang besarnya potensi wilayah yang dimiliki
Indonesia, tentu tak ada yang menyangkal. Indonesia,
harus diakui merupakan negeri yang memiliki kekayaan
alam berlimpah, posisi yang strategis, dan bahkan
kesuburan yang luar biasa. Saking suburnya, sampai-
sampai grup musik legendaris Koes Ploes, pada 1973
menyebut, “tongkat kayu dan batu dan batu jadi
tanaman.”

Memang begitulah Indonesia. Dari berbagai potensi


wilayah yang ada, semua memperlihatkan bahwa negeri
ini menyimpan potensi yang luar biasa. Antara lain: 1.
Posisi strategis 2. Potensi luas wilayah 3. Potensi
kekayaan alam dan budaya Posisi strategis: Indonesia
merupakan negara kepulauan yang terletak antara dua
benua, yakni Asia dan Australia serta antara dua
samudera, yakni Samudera Pasifik dan Samudera
Indonesia. Dengan posisi seperti itu, kita bisa
membayangkan beberapa keuntungan yang dimiliki
Indonesia. Antara lain, menjadi persimpangan lalu lintas
dunia, baik lalu lintas darat maupun laut. Selain itu,
Indonesia juga menjadi titik persilangan kegiatan
perekonomian dunia. Muaranya, apa lagi kalau bukan
sangat bermanfaat untuk mewujudkan Indonesia yang

ANTI-KORUPSI 281
makmur dan sejahtera.³ Potensi luas wilayah: Indonesia
adalah negara kepulauan terbesar di dunia, yang
memiliki 13.466 pulau. Luas daratan Indonesia
1.922.570 km² dan luas perairan 3.257.483 km².⁴ 23 Apa
yang dapat dimanfaatkan dengan wilayah seluas itu?
Pusatkan pikiran Anda untuk membayangkan betapa
setiap pulau dan laut Indonesia memiliki kekayaan alam
yang tak ternilai. Mulai yang tampak, seperti flora dan
fauna, hingga yang tidak terlihat, seperti bahan tambang.
Jika semua kekayaan tersebut dimanfaatkan secara
optimal, tentu bisa mewujudkan Indonesia menjadi
negara yang makmur dan sejahtera, sebagaimana negeri
impian. Potensi kekayaan alam dan budaya: Indonesia
memiliki sumber keanekaragaman hayati (biodiversity)
terlengkap di dunia. Diperkirakan, sekitar 100-150 genus
dari tumbuhan monoecious dan diecious, dengan
25.000-30.000 spesies terdapat di Indonesia. Itu
sebabnya, Indonesia disebut pula sebagai negara
“megadiversity”. Sementara, jenis hewan yang ada juga
lengkap, sekitar 220 ribu jenis. Terdiri atas sekitar 200
ribu serangga, 4 ribu jenis ikan, 2 ribu jenis burung, serta
seribu jenis reptil dan ampibi. Bahkan, 17% jenis
serangga di dunia, bisa ditemukan di Indonesia. 5 Jadi,
betapa besar potensi yang dimiliki Indonesia. Bahkan,
total potensi maritim Indonesia, diperkirakan mencapai
enam kali Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN). Besarnya, sekitar Rp7.200 triliun per tahun. ⁶ Itu
baru potensi laut. Belum lagi potensi kehutanan, yang
pernah menjadi penyumbang devisa terbesar kedua di
negeri ini setelah minyak dan gas bumi. Demikian juga
dengan tambang, minyak, perkebunan, dan lain-lain. 24
Bayangkan, jika potensi laut yang diperkirakan mencapai
Rp7.200 triliun per tahun dimanfaatkan sebaik mungkin,
misalnya tak hanya untuk memenuhi konsumsi dalam

282 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


negeri, juga untuk ekspor, betapa banyak devisa yang
masuk. Bayangkan pula, jika semua dimanfaatkan
secara optimal, tentu kondisi sebagaimana dimiliki
negeri impian pun bukan lagi mimpi bagi negeri ini.

3. Sejarah Besar
Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945, diakui sebagai salah
satu titik penting sejarah bangsa Indonesia. Dengan
kemerdekaan, bangsa ini bisa leluasa mengurus diri
sendiri, mengelola kekayaan yang dimiliki, dan
memanfaatkan sebesar-besarnya demi kemakmuran
bangsa. Begitupun, sejarah panjang Indonesia
sebenarnya sudah dimulai jauh sebelum kemerdekaan.
Bahkan, bukan hanya ketika Indonesia berada dalam
penjajahan Belanda selama 3,5 abad dan Jepang 3,5
tahun.

Lebih dari itu, ketika garis historis ditarik ke belakang,


tetap merupakan bagian tak terpisahkan dari negeri ini.
Walhasil, kemampuan Majapahit di bawah komando
Mahapatih Gajah Mada yang berhasil mempersatukan
Nusantara, Sriwijaya yang begitu digdaya, Samudera
Pasai yang menguasai perdagangan, bahkan
mozaikmozaik berupa penelitian jejak peradaban seperti
benua Atlantis dan situs Gunung Padang, kian
mengokohkan dan menjadi bagian tak terpisahkan dari
sejarah besar Indonesia. Bisa dibayangkan, betapa besar
sesungguhnya bangsa ini.

ANTI-KORUPSI 283
VII. EVALUASI HASIL BELAJAR
Sebelum mengakhiri proses pembelajaran pelatih dapat
mengajukan beberapa pertanyaan berikut ini
1. Mengapa sebagai seorang tenaga kesehatan harus
memahami tentang antikorupsi?
2. Apa upaya yang bisa dilakukan oleh seorang tenaga
kesehatan dalam pelaksanaan tugasnya agar
terhindar dari perilaku korupsi

VIII. RANGKUMAN
 Memahami tentang antikorupsi sangat aperlu bagi
kita semua untuk menimbulkan kesadaran akan antikorupsi
sehingga tidak berperilaku korupsi
 Ketika seseorang sudah memiliki kesadaran yang bagus
tentang antikorupsi maka akan menggiring langkahnya
untuk semakin jauh dari tindak pidana korupsi

IX. REFERENSI
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
2. Undang-undang Nomor 14 tahun 2008 Keterbukaan
Informasi Publik
3. Instruksi Presiden nomor 1 tahun 2013
4. Peraturan Pemerintah No 61 tahun 2010 Pelaksanaan
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008
5. Permenpan Nomor 5 tahun 2009
6. Permenkes No 49 tahun 2012 tentang Pedoman
Penanganan Pengaduan Masyarakat terpadu di lingkungan
Kementerian Kesehatan.
7. Permenkes nomor 134 tahun 2012 tentang Tim Pengaduan
Masyarakat

284 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


8. Permenkes Nomor 14 tahun 2014 Kebijakan tentang
Gratifikasi bidang Kesehatan
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 232/ Menkes/ SK/
VI/ 2013 Tentang Strategi Komunikasi Penkerjaan dan
Budaya Antikorupsi
10. Dr. Uhar Suharsaputra, M.Pd Budaya Korupsi dan
Pendidikan Tantangan bagi Dunia Pendidikan
11. ACLC KPK

ANTI-KORUPSI 285
286 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan
MA
TERI
PEL
ATI
HANPE
NUNJ
ANG3
RENCANA TINDAK LANJUT

I. DESKRIPSI SINGKAT
Rencana Tindak Lanjut merupakan aksi yang akan
dilaksanakan oleh peserta setelah kembali ke Fasyankes
masing-masing untuk mengimplementasikan hasil pelatihan
bagi dirinya sendiri di tempat kerja yang pada akhirnya akan
meningkatkan kinerja organisasinya. Pada modul ini
membahas tentang pengertian dan ruang lingkup serta
Langkah Menyusun RTL

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Hasil Belajar
Setelah menyelesaikan sesi ini, peserta mampu
menyusun rencana tindak lanjut.
B. Indikator Hasil Belajar:
Setelah menyelesaikan sesi ini, peserta diharapkan
mampu:
1. Menjelaskan Pengertian Rencana Tindak Lanjut
2. Menjelaskan Ruang Lingkup Rencana Tindak Lanjut
3. Menyusun rencana tindak lanjut.

III. MATERI POKOK


A. Pengertian Rencana Tindak Lanjut
B. Ruang Lingkup Rencana Tindak Lanjut
C. Langkah menyusun rencana tindak lanjut

IV. BAHAN BELAJAR


1. Modul Rencana Tindak Lanjut
2. Format Rencana Tindak Lanjut

RENCANA TINDAK LANJUT 289


V. URAIAN MATERI
A. Pengertian Rencana Tindak Lanjut

Rencana tindak lanjut atau RTL adalah rencana yang akan


dilaksanakan oleh peserta setelah kembali ke permanen
sistem atau puskesmasnya masing-masing untuk
mengaplikasikan/mengimplementasikan hasil pelatihan
bagi dirinya sendiri di tempat kerja secara bertahap dan
berkesinambungan, yang pada gilirannya akan
meningkatkan pengelolaan pemantauan pertumbuhan di
puskesmas.

B. Ruang Lingkup Rencana Tindak Lanjut

Lingkup dari RTL meliputi menemukan kondisi saat ini yang


belum sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang
dipelajari selama pelatihan-menetapkan kondisi yang akan
dicapai sesuai dengan kondisi ideal yang dipelajari-
menentukan langkah perubahan dari kondisi saat ini
menjadi kondisi yang diinginkan dengan melakukan
perubahan berupa aksi

KONDISI SAAT KONDISI YANG


INI DIINGINKAN

C. Penyusunan Rencana Tindak Lanjut


Pertanyaan yang pertama muncul ketika kita akan
membuat RTL adalah mengapa kita harus membuat RTL?
tentunya disebabkan karena adanya masalah yang
merupakan kesenjangan antara yang diharapkan dengan
yang terjadi.

290 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


Setelah semua masalah diidentifikasi, tentukanlah tujuan
yang ingin dicapai dalam upaya meningkatkan pemantauan
pertumbuhan di wilayah puskesmas anda. Kemudian
identifikasi kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan tersebut. Gunakan form 1 (terlampir). Rincilah
kegiatan sedetil mungkin, mulai dari tahap persiapan,
pelaksanaan, sampai monitoring dan evaluasi.

Selanjutnya, agar RTL yang disusun jelas dan terarah, harus


memenuhi krieria berikut ini:
1. Dapat menerangkan kepada semua tentang apa yang
akan dikerjakan.
2. Dapat menerangkan kepada semua kapan perubahan
akan diselesaikan.
3. Dapat menerangkan kepada semua, siapa yang
bertanggung jawab menyelesaikan kegiatan.
4. Dapat dijadikan dasar bagi pelaksana evaluasi.
5. Melalui diskusi, memungkinkan dicapainya. kesepakatan
yang lebih luas terhadap tugas-tugas.

Untuk itu, tahapan terakhir dalam penyusunan RTL adalah


membuat form 2 (terlampir), yang memuat semua
persyaratan yang dibutuhkan dalam membuat RTL yang
baik.

RENCANA TINDAK LANJUT 291


FORM 1

Nama : …………………………………………………………………….....................
Unit Kerja : …………………………………………………………………….....................

RENCANA AKSI

1. Kegiatan apa saja yang akan dilakukan di wilayah puskesmas


setelah selesai pelatihan?

2. Mengapa kegiatan tersebut yang akan dilaksanakan?

3. Bagaimana kegiatan tersebut dilaksanakan?

4. Siapa yang melaksanakan dan siapa/apa sasarannya?

5. Dimana kegiatan akan dilaksanakan?

292 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan


FORM 2
WAKTU
NO. KEGIATAN TUJUAN PELAKSANA TEMPAT BIAYA
PELAKSANAAN

RENCANA TINDAK LANJUT 293


294 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai