TERI
PEL
ATI
HANDASAR
KEBIJAKAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA
DI INDONESIA
I. DESKRIPSI SINGKAT
Mata pelatihan ini membahas tentang besaran masalah gizi
pada balita, serta kebijakan operasional pemantauan
pertumbuhan balita.
IV. METODE
1. Ceramah tanya jawab.
2. Curah pendapat.
IX. REFERENSI
1. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Upaya
Percepatan Perbaikan Gizi.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang
Standar Pelayanan Minimal.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 tahun 2020 tentang
Standar Antropometri Anak.
5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas 2013). Jakarta, 2013.
I. DESKRIPSI SINGKAT
Mata pelatihan ini membahas tentang konsep pemantauan
pertumbuhan balita mulai dari pengertian, alur pelaksanaan
serta penyediaan tenaga, sarana dan prasarana yang
diperlukan dalam kegiatan pemantauan pertumbuhan balita.
2) Kader posyandu
Kader posyandu adalah anggota masyarakat yang
dipilih dari dan oleh masyarakat, yang mau dan
mampu bekerja bersama dalam berbagai kegiatan
kemasyarakatan secara sukarela. Peran kader
posyandu dalam kegiatan pemantauan
pertumbuhan balita di Posyandu di antaranya
adalah:
- Bersama dengan tenaga kesehatan, melakukan
pendekatan kepada aparat desa dan tokoh
masyarakat mengenai kegiatan pemantauan
pertumbuhan balita.
- Mengirimkan undangan kepada sasaran
mengenai pelaksanaan kegiatan pemantauan
pertumbuhan balita.
- Melakukan pendaftaran, penimbangan, mem-
plotting hasil penimbangan, dan
menginterpretasikan hasil penimbangan ke
dalam KMS untuk menentukan status
pertumbuhan balita.
- Melakukan pengukuran panjang dan tinggi
badan balita pada jadwal yang ditentukan.
- Memberikan penyuluhan dan konseling.
- Melaporkan hasil pemantauan pertumbuhan
balita kepada tenaga kesehatan.
VIII. RANGKUMAN
Rangkuman uraian materi Modul MPI 1 mengenai Konsep
Pemantauan Pertumbuhan Balita, antara lain: (1)
pemantauan pertumbuhan adalah proses mengamati tingkat
pertumbuhan anak melalui pengukuran antropometri berkala
yang dibandingkan dengan standar untuk mengukur
kecukupan pertumbuhan dan mengidentifikasi gangguan
pertumbuhan secara dini; (2) alur pelaksanaan pemantauan
pertumbuhan balita terjadi di posyandu dan di Fasyankes
yang merupakan proses secara berkesinambungan; dan (3)
untuk keperluan kegiatan pemantauan pertumbuhan,
diperlukan tenaga, sarana dan prasarana.
.
X. LAMPIRAN
Panduan Studi Kasus
1. Alokasi waktu: 90 menit
2. Tujuan penugasan:
Pada akhir penugasan peserta memahami pengertian
pemantauan pertumbuhan balita, alur pelaksanaan
pemantauan pertumbuhan balita dan tenaga serta sarana
dan prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan
pemantauan pertumbuhan balita.
2. Bahan Latihan
a. Flip chart
b. ATK
c. Lembar skenario kasus
3. Langkah-langkah penugasan
a. Fasilitator menjelaskan langkah-langkah penugasan
dan peserta diberi kesempatan bertanya untuk hal-hal
yang kurang jelas sebelum pelaksanaan penugasan
diskusi kelompok (10 menit).
ii. Tugas 2.
Urutkan alur pelaksanaan pemantauan
pertumbuhan balita di kecamatan Cipta Indah
dengan tepat!
Bagaimana alur pemantauan pertumbuhan
balita di wilayah Anda dibandingkan dengan di
kecamatan Cipta Indah? Pada bagian mana
alur pemantauan pertumbuhan balita yang
perlu diperbaiki?
I. DESKRIPSI SINGKAT
Mata pelatihan ini membahas tentang perhitungan umur,
penimbangan berat badan, pengukuran panjang dan tinggi
badan, dan perhitungan indeks massa tubuh balita.
Selisih -5 -9 1
Selisih 25 2 0
b. Pelaksanaan penimbangan
1) Menyalakan tombol power/on dan
memastikan angka pada jendela baca
menunjukkan angka nol. Posisi awal harus
selalu berada di angka nol.
Jendela baca
menunjukkan
angka nol
5) Meletakkan sarung
timbang/kotak
timbang
kosong/celana
timbang yang bersih
pada dacin.
6) Menyetimbangkan
dacin yang telah
dibebani dengan
sarung timbang/kotak
timbang
kosong/celana
timbang yang bersih
dengan memasang
kantung plastik
berisikan pasir, beras,
kerikil, dan bahan
lainnya yang sejenis
diujung batang dacin,
sampai kedua jarum
dalam posisi
lurus/bertemu dalam
satu garis.
b. Pelaksanaan penimbangan
1) Balita memakai pakaian seminimal mungkin.
Jaket, baju, celana yang tebal, sepatu, popok,
topi, dan aksesoris harus dilepas, serta balita
tidak memegang sesuatu.
2) Mengobservasi apakah balita menderita
edema atau tidak.
3) Balita diletakkan ke dalam sarung timbang/
celana timbang/kotak timbang yang bersih.
4) Bandul digeser sampai jarum tegak lurus lalu
baca berat badan balita dengan cara melihat
angka di ujung bandul geser.
5) Hasil penimbangan dicatat dalam kg dengan
satu angka di belakang koma
6) Bandul dikembalikan ke posisi awal/angka nol
dan balita dapat dikeluarkan dari sarung/
celana/kotak timbang.
a. Persiapan alat
1) Memastikan kelengkapan dan kebersihan
timbangan.
2) Memasang baterai pada timbangan yang
menggunakan baterai.
3) Meletakkan timbangan di tempat yang datar,
keras, dan cukup cahaya.
4) Menyalakan timbangan dan memastikan
bahwa angka yang muncul pada layar baca
adalah 00,0.
5) Timbangan siap digunakan.
b. Pelaksanaan penimbangan
Jika balita berusia 2 tahun atau lebih dan dapat
berdiri dengan tenang di atas timbangan:
1) Balita memakai pakaian seminimal mungkin.
Jaket, baju, celana yang tebal, sepatu, popok,
topi, dan aksesoris harus dilepas, serta balita
tidak memegang sesuatu.
Saat ini, alat ukur panjang maupun tinggi badan yang lebih
praktis telah dikembangkan. Cara pemasangan alat ini
dapat disesuaikan dengan tujuan penggunaan. Jika akan
digunakan untuk mengukur panjang badan, alat diletakkan
di atas meja atau di lantai seperti infantometer. Jika akan
digunakan untuk mengukur tinggi badan, alat ini diletakkan
pada permukaan yang vertical seperti microtoise.
a. Persiapan alat
1) Alat harus dipastikan dalam kondisi baik dan
lengkap, alat penunjuk ukuran (meteran) dapat
terbaca jelas dan tidak terkelupas atau
tertutup.
2) Alat ditempatkan pada tempat yang datar, rata
dan keras.
3) Alat ukur panjang badan dipasang sesuai
petunjuk. Harus dipastikan bahwa alat geser
dapat digerakkan dengan baik.
4) Pada bagian kepala papan ukur dapat
diberikan alas kain yang tipis dan tidak
mengganggu pergerakan alat geser.
5) Panel bagian kepala diposisikan pada sebelah
kiri pengukur. Posisi pembantu pengukur
berada di belakang panel bagian kepala.
b. Pelaksanaan pengukuran
1) Sepatu/alas kaki, kaus kaki, hiasan rambut,
tutup kepala, dan aksesoris lainnya pada balita
harus dilepaskan.
2) Pengukur pertama memposisikan balita
berdiri tegak lurus di bawah microtoise
membelakangi dinding. Tangan kiri pengukur
pertama memegang dagu dan melihat skala
ukur. Pastikan pandangan balita lurus ke
depan. Kepala harus dalam posisi tegak lurus
dengan dinding.
3) Pengukur kedua memposisikan tangan kirinya
pada lutut balita, menekan kaki balita ke papan
dengan lembut agar anak berdiri tegak.
Tangan kanan pada tulang kering, tungkai
anak menempel ke papan dan tempat berpijak
4) Pengukur pertama memastikan bahu balita
datar, tangan balita di samping, dan lurus.
5) Pengukur pertama memastikan 5 bagian
tubuh anak menempel di dinding yaitu bagian
belakang kepala, punggung, bokong, betis, dan
tumit.
PB PB
atau INDEKS MASSA TUBUH atau
TB TB
(cm) (cm)
Tempat :
Tanggal pengukuran :
Nama petugas :
Nama balita
Jenis kelamin
Tanggal lahir
I. DESKRIPSI SINGKAT
Mata pelatihan ini membahas tentang penilaian status
pertumbuhan balita di posyandu dan di fasyankes. Materi
penilaian status pertumbuhan balita di posyandu meliputi
pengisian KMS, plotting hasil penimbangan, membentuk garis
pertumbuhan dalam grafik pada KMS, serta penilaian status
pertumbuhan dan tindak lanjut berdasarkan penilaian status
pertumbuhan balita. Sedangkan materi penilaian status
pertumbuhan balita di fasyankes meliputi penjelasan mengenai
indikator pertumbuhan anak, penilaian status pertumbuhan
balita berdasarkan indikator pertumbuhan anak, tabel
penambahan berat badan (weight increment), tabel
penambahan panjang badan (length increment), dan tren IMT/U,
serta tindak lanjut berdasarkan status pertumbuhan balita.
Contoh:
Penimbangan dilaksanakan pada tanggal 5
Agustus 2019. Bila Ibu/pengasuh
mengatakan anak baru saja berulang tahun
yang pertama bulan lalu, berarti umur anak
saat ini 13 bulan.
Contoh:
Aida dalam
penimbangan
bulan Juni 2019
umurnya 4 bulan
dan berat
badannya
6,0 kg.
Indikator Pertumbuhan
Z-score
PB/U atau BB/PB atau
BB/U IMT/U
TB/U BB/TB
Tinggi
Obesitas Obesitas
Di atas 3 (Lihat
(Obese) (Obese)
Catatan 2)
Risiko berat
Di atas 2 Gizi Lebih Gizi Lebih
badan lebih Normal
(Overweight) (Overweight)
(Lihat
Berisiko Berisiko
Catatan 1)
Gizi Lebih Gizi Lebih
Di atas 1 Normal
(Possible Risk of (Possible Risk of
Overweight) Overweight)
0 (Angka
Normal Normal Normal Normal
Median)
Di bawah -1 Normal Normal Normal Normal
BB Kurang Pendek Gizi Kurang Gizi Kurang
Di bawah -2
(Underweight) (Stunted) (Wasted) (Wasted)
BB Sangat Gizi Buruk
Sangat Pendek
Kurang Gizi Buruk (Severely Wasted)
Di bawah -3 (Severely
(Severely (Severely Wasted) (Lihat
Stunted)
Underweight) Catatan 3)
Kesimpulan Penambahan
panjang badan
kurang dari standar
(hanya 8,8 cm,
seharusnya 11,5
cm). Artinya
pertumbuhan anak
tidak adekuat.
X. LAMPIRAN
Panduan studi kasus (Penugasan individu)
1. Alokasi waktu: 180 menit
2. Tujuan penugasan:
Pada akhir penugasan peserta mampu melakukan
penilaian status pertumbuhan balita
3. Bahan Latihan
a. Flip chart
b. ATK
c. Lembar KMS
d. Lembar GPA
e. Tabel weight increment dan height increment
f. Tabel IMT/U
g. Lembar skenario kasus
4. Langkah-langkah penugasan
a. Fasilitator menjelaskan langkah-langkah penugasan
dan menyiapkan lembar kerja untuk seluruh peserta.
Peserta diberi kesempatan bertanya untuk hal-hal yang
kurang jelas sebelum pelaksanaan penugasan studi
kasus (10 menit).
Latihan ini adalah lanjutan studi kasus dari Latihan Indikator Hasil
Belajar 2. Gunakan informasi balita sebelumnya dan informasi
tambahan berikut untuk menentukan status pertumbuhan balita
berdasarkan grafik indikator pertumbuhan:
● Indeks BB/U
● Indeks PB/U atau TB/U
● Indeks BB/PB atau BB/TB
● Indeks IMT/U
Berat Panjang
Kunjungan Tanggal
Badan Badan
ke- Kunjungan
(kg) (cm)
1 11 Juni 2020 4,1 53,5
2 13 Juli 2020 5,0 58,2
3 12 Agustus 2020 5,4 59,0
4 10 September 2020 5,8 61,8
5 13 Oktober 2020 6,4 62,3
6 11 November 2020 7,1 64,9
I. DESKRIPSI SINGKAT
Mata pelatihan ini membahas tentang faktor-faktor utama yang
mempengaruhi pertumbuhan balita, langkah-langkah
penyuluhan, dan langkah-langkah konseling pada pemantauan
pertumbuhan balita.
IV. METODE
1. Ceramah tanya jawab.
2. Bermain peran.
1. Penyebab langsung
a. Konsumsi ASI dan pangan
Masa balita merupakan periode pertumbuhan dan
perkembangan yang krusial dalam siklus kehidupan
manusia. Kebutuhan gizi balita pada periode ini
meningkat sesuai umur dan lebih besar
dibandingkan orang dewasa. Sementara itu,
pemenuhan gizi balita pada periode ini memiliki
ketergantungan yang tinggi terhadap orang lain
sehingga peran ibu, ayah, dan anggota keluarga
lainnya menjadi salah satu faktor penentu status
gizi balita.
2) ASI Eksklusif
Pemberian ASI esklusif adalah pemberian ASI
saja tanpa makanan atau minuman lain, kecuali
vitamin, mineral atau obat-obatan dalam bentuk
sirup. ASI dapat diberikan secara langsung dari
payudara ibu atau melalui ASI perah. Agar
proses menyusui berlangsung lancar, ibu
menyusui harus mendapat asupan gizi yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu dan
anaknya, cukup istirahat, mengurangi stress,
serta mendapat dukungan suami dan keluarga.
6-11
800
bulan 30-
45-60 *10
1-3 45
1350
tahun
Tabel 2. Anjuran pemberian makan pada bayi dan anak usia 6-23 bulan
BCG 1 bulan 1 -
Polio/IPV 1, 2, 3, 4 4 4
bulan minggu
DPT-HB-Hib 2, 3, 4 3 4
bulan minggu
Campak 9 bulan 1 -
b. Ketahanan pangan
Ketahanan pangan di dalam Undang-Undang
Pangan didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya
pangan bagi negara sampai perseorangan, yang
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi,
merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan budaya masyarakat,
untuk dapat hidup sehat, aktif, produktif secara
berkelanjutan. Selain itu, FAO juga menyebutkan
bahwa terdapat tiga dimensi untuk mencapai
ketahanan pangan, yaitu:
1) Pentingnya memastikan ketersediaan pangan
yang aman dan bergizi di tingkat nasional
maupun di tingkat rumah tangga.
3. Penyebab mendasar
Penyebab mendasar berhubungan dengan faktor-
faktor sosial, ekonomi, budaya, politik, tata
pemerintahan, kemampuan keuangan, dan lain-lainnya.
Sebagai contoh, jika di suatu daerah terdapat budaya
mengenai prioritas jumlah dan kualitas makanan yang
dapat dikonsumsi seseorang ditentukan oleh usia, jenis
kelamin atau kedudukan, maka konsumsi pangan di
dalam keluarga tersebut tidak merata sesuai
kebutuhan. Misalnya, prioritas pangan diberikan
kepada kepala keluarga atau yang berjenis kelamin laki-
laki, sehingga balita, anak perempuan dan ibu hamil
menjadi prioritas terbawah sehingga kebutuhan energi
dan zat gizinya tidak tercukupi. Faktor lingkungan
seperti terjadinya perubahan iklim atau bencana alam,
serta faktor sosial seperti adanya konflik antar daerah
juga dapat mempengaruhi status gizi karena
IX. REFERENSI
1. Direktorat Bina Gizi, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak, Kementerian Kesehatan RI.
Modul Pelatihan Penilaian Pertumbuhan Anak. Jakarta,
2015.
2. Direktorat Bina Gizi, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak, Kementerian Kesehatan RI.
Modul Pelatihan Konseling: Pemberian Makan Bayi dan
Anak. Jakarta, 2014.
3. Fanzo, Jessica. Addressing Chronic Malnutrition through
Multi-Sectoral, Sustainable Approaches: A Review of the
Causes and Consequences. Frontiers Nutrition, 2014. 1. 1-
11. 10.3389/fnut.2014.00013.
Ibu Fitri memiliki anak laki-laki bernama Ari yang saat ini berumur
14 bulan. Ari terlihat lesu dan lebih kurus dibandingkan balita
seumurnya. Menurut Ibu Fitri, dia sering menangis dan marah saat
diberi makan. Ibu Fitri sudah mencoba memberinya makan 3 kali
dalam sehari, namun sering kali makanan Ari tidak dia habiskan.
Dari satu mangkok berukuran 250 ml, Ari hanya bisa menghabiskan
setengahnya, itu pun dalam waktu yang lama. Sering kali Ari
menutup mulutnya ketika disuapi makanan. Ari sangat pemilih
dalam hal makanan, terkadang makanan selingan yang diberikan
pun tidak mau dia makan. Setelah Ari dinilai status
pertumbuhannya dengan indeks BB/PB ternyata pertumbuhannya
cenderung tidak mencukupi untuk status pertumbuhan normal.
Hasil penilaian status pertumbuhan Ari adalah sebagai berikut.
I. DESKRIPSI SINGKAT
Mata pelatihan ini membahas tentang pencatatan dan
pelaporan pemantauan pertumbuhan balita.
IV. METODE
1. Ceramah tanya jawab.
2. Curah pendapat.
3. Latihan.
VIII. RANGKUMAN
Rangkuman uraian materi Modul MPI 5 mengenai
Pencatatan dan Pelaporan Pemantauan Pertumbuhan
Balita, antara lain: (1) pencatatan pemantauan
pertumbuhan balita adalah suatu bentuk dokumentasi data
dan pengamatan yang terjadi sebagai bagian dari kegiatan
pemantauan pertumbuhan balita; (2) pelaporan
pemantauan pertumbuhan balita adalah tindakan
menghasilkan laporan dengan tujuan untuk
mengomunikasikan kegiatan pemantauan pertumbuhan
kepada pihak lain dalam jangka waktu tertentu secara
teratur; dan (3) pencatatan dan pelaporan dapat dilakukan
secara manual maupun elektronik.
X. LAMPIRAN
Lembar Penugasan Pencatatan dan Pelaporan Pemantauan
Pertumbuhan Balita
Panduan Latihan
1. Alokasi waktu: 45 menit
2. Tujuan penugasan:
Pada akhir penugasan peserta mampu melakukan
pencatatan dan pelaporan pemantauan pertumbuhan
balita dengan tepat
3. Bahan Latihan
a. Flip chart
b. ATK
c. Lembar kerja latihan
4. Langkah-langkah penugasan
a. Fasilitator menjelaskan langkah-langkah penugasan.
Peserta diberi kesempatan bertanya untuk hal-hal yang
kurang jelas sebelum pelaksanaan latihan (5 menit).
A. Latihan pencatatan.
B. Latihan pelaporan.
a. Uraian data dan informasi kegiatan pemantauan
pertumbuhan balita di kecamatan Cipta Indah untuk
latihan pelaporan.
I. DESKRIPSI SINGKAT
Mata pelatihan ini membahas tentang monitoring dan evaluasi
pemantauan pertumbuhan balita.
IV. METODE
1. Ceramah tanya jawab.
2. Curah pendapat.
3. Latihan.
VIII. RANGKUMAN
Rangkuman uraian materi Modul MPI 6 mengenai Monitoring
dan Evaluasi Pemantauan Pertumbuhan Balita, antara lain:
(1) monitoring pemantauan pertumbuhan balita adalah
pengamatan secara terus menerus dan teratur terhadap
kinerja program selama program tersebut berlangsung untuk
memastikan apakah suatu kegiatan telah dilaksanakan
sesuai dengan pedoman dan mencapai hasil sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan; (2) evaluasi pemantauan
pertumbuhan balita adalah penilaian status kinerja dan
kemajuan secara berkala terhadap target-target yang telah
ditetapkan; dan (3) tahapan evaluasi pemantauan
pertumbuhan balita adalah: pengumpulan data, pengolahan
dan analisis data, penelaahan hasil analisis data, diseminasi
dan tindak lanjut.
X. LAMPIRAN
Lembar Penugasan Monitoring dan Evaluasi Pemantauan
Pertumbuhan Balita
Panduan Latihan
1. Alokasi waktu: 90 menit
2. Tujuan penugasan:
Pada akhir penugasan peserta mampu melakukan monitoring
dan evaluasi pemantauan pertumbuhan balita
3. Bahan Latihan
a. Flip chart
b. ATK
c. Lembar kerja latihan
4. Langkah-langkah penugasan
a. Fasilitator menjelaskan langkah-langkah penugasan.
Peserta diberi kesempatan bertanya untuk hal-hal yang
kurang jelas sebelum pelaksanaan latihan (5 menit).
b. Fasilitator membagi peserta ke dalam 5 kelompok yang
terdiri dari 4-5 orang. Masing-masing kelompok diminta
untuk menunjuk satu orang sebagai ketua kelompok, juru
bicara dan notulis.
I. DESKRIPSI SINGKAT
Dalam suatu pelatihan terutama pelatihan dalam kelas (in class
training), akan bertemu sekelompok orang yang belum saling
mengenal sebelumnya, berasal dari tempat yang berbeda,
dengan latar belakang sosial budaya, pendidikan/ pengetahuan,
pengalaman, serta sikap dan perilaku yang berbeda pula. Apabila
hal ini tidak diantisipasi sejak awal pelatihan, kemungkinan besar
akan dapat mengganggu kesiapan peserta dalam memasuki
proses pelatihan yang bisa berakibat pada terganggunya
kelancaran proses pembelajaran selanjutnya. Hal ini dapat terlihat
pada para peserta yang sering menunjukkan suasana kebekuan (freezing).
V. LANGKAH PEMBELAJARAN
Dalam sesi ini peserta akan mempelajari 5 (lima) materi pokok
dan sub materi pokok. Kegiatan pembelajaran menggunakan
metode games dan diskusi kelompok. Waktu yang dialokasikan
untuk kegiatan tersebut adalah 2 jam pelajaran @ 45 menit (90
menit), terdiri dari 2 jam pelajaran praktik. Berikut merupakan
langkah-langkah kegiatan pembelajaran:
VIII.RANGKUMAN
Fasilitator memandu peserta merangkuman dari semua proses
dan hasil pembelajaran selama sesi ini. Fasilitator memberi
ulasan singkat tentang materi yang terkait dengan BLC.
Fasilitator meminta peserta untuk berdiri membentuk lingkaran
sambil berpegangan tangan, dan mengucapkan ikrar bersama
untuk mencapai harapan kelas dan mematuhi norma yang telah
disepakati. Dan untuk mengakhiri sesi diminta kepada peserta
secara bersama-sama untuk bertepuk tangan. Fasilitator
mengucapkan salam dan mengajak semua peserta saling
bersalaman.
IX. REFERENSI
1. Munir, Baderal, Dinamika Kelompok, Penerapannya Dalam
Laboratorium Ilmu Perilaku, Jakarta: 2001.
2. LAN dan Pusdiklat Aparatur Kemenkes RI, Buku Panduan
Dinamika Kelompok, Jakarta: 2010.
I. DESKRIPSI SINGKAT
Transparansi Internasional Indonesia (TII) mencatat kalau
uang rakyat dalam praktik APBN dan APBD menguap oleh
perilaku korupsi. Sekitar 30-40 persen dana menguap karena
dikorupsi, dan korupsi terjadi 70 persennya pada pengadaan
barang dan jasa oleh pemerintah. ASN yang semestinya
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat seringkali
harus mengalahkan integritasnya dengan menerima suap,
iming-iming, gratifikasi atau apapun untuk memberikan
kemenangan.Modul ini mengajak peserta untuk mampu
menginternalisasi sadar antikorupsi sehingga dapat semakin
jauh dari perilaku korupsi.
ANTI-KORUPSI 255
2. Semakin Jauh dari perilaku Korupsi
a. Niat, Semangat dan Komitmen Melakukan Pemberantasan
Korupsi
b. Penguatan Nilai-nilai antikorupsi
c. Prinsip-prinsi antikorupsi
d. Impian Indonesia bebas dari korupsi
V. LANGKAH PEMBELAJARAN
Berikut ini langkah pembelajaran mata pelatihan ini.
Langkah 1. Pengkondisian (5 menit)
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas,
mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, mata
pelatihan yang akan disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran (hasil belajar dan indikator
hasil belajar) materi pokok dan sub materi pokok yang akan
disampaikan, dengan menggunakan bahan tayang (slide ppt).
3. Lakukan bina suasana untuk menyemangati dan membangun
hubungan kedekatan dengan peserta
ANTI-KORUPSI 257
a. Dampak korupsi
Pelayanan publik tak kunjung membaik. Pelayanan kesehatan
mahal dan banyak lagi contoh buruk akibat kejahatan koruptor.
Dampak korupsi merupakan mis-alokasi sumber daya sehingga
perekonomian tidak dapat
berkembang optimum.
Dampak korupsi terhadap
berbagai bidang
kehidupan masyarakat
menimbulkan biaya
yang disebut sebagai
biaya sosial korupsi.
Banyak dampak korupsi
yang mengenai negara, masyarakat, organisasi/ institusi,
keluarga, diri sendiri dan lingkungan. Dampak bagi negara,
berimplikasi terhadap kesejahteraan umum. Dampak korupsi
dalam bidang ekonomi menyebabkan rendahnya kesejahteraan
umum masyarakat. Peserta pasti sering memperhatikan
tayangan televisi tentang pembuatan peraturan-peraturan baru
ANTI-KORUPSI 259
infrastruktur tersebut menjadi minim keselamatan. Hal tersebut
terjadi karena tingginya risiko yang timbul ketika korupsi tersebut
memangkas dana menjadi sangat minim pada akhirnya.
Keselamatan para pekerja dipertaruhkan ketika berbagai bahan
insfrstruktur tidak memenuhi standar keselamatan karena
minimnya dana.
ANTI-KORUPSI 261
Penyebab korupsi pun cukup banyak, secara umum ada 2 (dua)
yaitu penyebab internal dan penyebab eksternal. Penyebab
internal “NIAT” dan penyebab eksternal “KESEMPATAN”. Niat
dapat muncul dipicu karena beberapa hal di antaranya: sifat
tamak/ rakus (greeds), gaya hidup yang konsumtif, hedonic
(keinginan versus kebutuhan). Sedangkan kesempatan
(opportunity) dipicu karena: kelemahan sistem, politik, hukum,
ekonomi, organisasi.
ANTI-KORUPSI 263
4) Pemerasan
Berdasarkan pasal 12 huruf e UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU
No. 20 Tahun 2001 pemerasan adalah tindakan/ perbuatan
yang dilakukan oleh pegawai negeri atau penyelenggara
negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri
atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan
menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang
memberikan sesuatu, membayar, atau menerima
pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan
sesuatu bagi dirinya sendiri
5) Perbuatan curang
Untuk memahami unsur perbuatan curang dalam tindak
pidana korupsi, mari kita lihat tumusan pasal 7 dan pasal 12
huruf h UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001
setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau
penyerahan bahan bangunan, sengaja membiarkan
perbuatan curang
Ada 2 sub Materi Pokok pada Materi Pokok ini yaitu niat,
semangat dan komitmen melakukan pemberantasan korupsi
dan impian Indonesia yang bebas dari korupsi.
ANTI-KORUPSI 265
masyarakat Indonesia. Niat, semangat dan komitmen Anda
akan menjadi modal untuk dapat menghindarkan diri dari
perilaku dan tindak pidana korupsi.
ANTI-KORUPSI 267
berakhlak. Untuk itu harus dilakukan pelembagaan sistem
integritas dalam ruang lingkup organisasi dengan
menciptakan iklim etika yang kuat, yaitu kondisi organisasi
dengan kode etiknya telah terinternalisasi dengan kuat
pada individu, sehingga penyelarasan dan pengendalian
organisasi dapat dijalankan dengan baik.
1. Kejujuran
Menurut Sugono kata jujur dapat didefinisikan sebagai
lurus hati, tidak berbohong, dan tidak curang. Jujur
adalah salah satu sifat yang sangat penting bagi
kehidupan pegawai, tanpa sifat jujur pegawai tidak akan
dipercaya dalam kehidupan sosialnya (Sugono: 2008).
Nilai kejujuran dalam kehidupan dunia kerja yang
diwarnai dengan budaya kerja sangat-lah diperlukan.
Nilai kejujuran ibaratnya seperti mata uang yang berlaku
dimana-mana termasuk dalam kehidupan di dunia kerja.
Jika pegawai terbukti melakukan tindakan yang tidak
jujur, baik pada lingkup kerja maupun sosial, maka
selamanya orang lain akan selalu merasa ragu untuk
mempercayai pegawai tersebut.
ANTI-KORUPSI 269
Sebagai akibatnya pegawai akan selalu mengalami
kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Hal ini juga akan menyebabkan ketidaknyamanan bagi
orang lain karena selalu merasa curiga terhadap pegawai
tersebut yang terlihat selalu berbuat curang atau tidak
jujur. Selain itu jika seorang pegawai pernah melakukan
kecurangan ataupun kebohongan, akan sulit untuk dapat
memperoleh kembali kepercayaan dari pegawai lainnya.
Sebaliknya jika terbukti bahwa pegawai tersebut tidak
pernah melakukan tindakan kecurangan maupun
kebohongan maka pegawai ter-sebut tidak akan
mengalami kesulitan yang disebabkan tindakan tercela
tersebut. Prinsip kejujuran harus dapat dipegang teguh
oleh setiap pegawai sejak masa-masa ini untuk
memupuk dan membentuk karakter mulia di dalam
setiap pribadi pegawai.
2. Kepedulian
Menurut Sugono definisi kata peduli adalah
mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan
(Sugono: 2008). Nilai kepedulian sangat penting bagi
seorang pegawai dalam kehidupan di dunia kerja dan di
masyarakat. Sebagai calon pemimpin masa depan,
seorang pegawai perlu memiliki rasa kepedulian
terhadap lingkungannya, baik lingkungan di dalam dunia
kerja maupun lingkungan di luar dunia kerja. Rasa
kepedulian seorang pegawai harus mulai ditumbuhkan
sejak berada di dunia kerja. Oleh karena itu upaya untuk
mengembangkan sikap peduli di kalangan pegawai
sebagai subjek kerja sangat penting.
3. Kemandirian
Kondisi mandiri bagi pegawai dapat diartikan sebagai
proses mendewasakan diri yaitu dengan tidak
bergantung pada orang lain untuk mengerjakan tugas
dan tanggung jawabnya. Hal ini penting untuk masa
depannya dimana pegawai tersebut harus mengatur
kehidupannya dan orang-orang yang berada di bawah
tanggung jawabnya sebab tidak mungkin orang yang
tidak dapat mandiri (mengatur dirinya sendiri) akan
mampu mengatur hidup orang lain. Dengan karakter
kemandirian tersebut pegawai dituntut untuk
mengerjakan semua tanggung jawab dengan usahanya
sendiri dan bukan orang lain (Supardi: 2004).
ANTI-KORUPSI 271
4. Kedisiplinan
Menurut Sugono definisi kata disiplin adalah ketaatan
(kepatuhan) kepada peraturan (Sugono: 2008). Dalam
mengatur kehidupan dunia kerja baik kerja maupun
sosial pegawai perlu hidup disiplin. Hidup disiplin tidak
berarti harus hidup seperti pola militer di barak militier
namun hidup disiplin bagi pegawai adalah dapat
mengatur dan mengelola waktu yang ada untuk
dipergunakan dengan sebaik-baiknya untuk
menyelesaikan tugas baik dalam lingkup kerja maupun
sosial dunia kerja. Manfaat dari hidup yang disiplin
adalah pegawai dapat mencapai tujuan hidupnya
dengan waktu yang lebih efisien. Disiplin juga membuat
orang lain percaya dalam mengelola suatu kepercayaan.
Nilai kedisiplinan dapat diwujudkan antara lain dalam
bentuk kemampuan mengatur waktu dengan baik,
kepatuhan pada seluruh peraturan dan ketentuan yang
berlaku di dunia kerja, mengerjakan segala sesuatunya
tepat waktu, dan fokus pada pekerjaan.
5. Tanggung Jawab
Menurut Sugono definisi kata tanggung jawab adalah
keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau
terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan
diperkarakan) (Sugono: 2008). Pegawai adalah sebuah
status yang ada pada diri seseorang yang telah lulus dari
penkerjaan terakhirnya yang melanjutkan pekerjaan
dalam sebuah lembaga yang bernama organisasi.
Pegawai yang memiliki rasa tanggung jawab akan
memiliki kecenderungan menyelesaikan tugas lebih baik
dibanding pegawai yang tidak memiliki rasa tanggung
jawab. Pegawai yang memiliki rasa tanggung jawab akan
mengerjakan tugas dengan sepenuh hati karena berpikir
6. Kerja keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Kata
”kemauan” menimbulkan asosiasi dengan ketekadan,
ketekunan, daya tahan, tujuan jelas, daya kerja, pendirian,
pengendalian diri, keberanian, ketabahan, keteguhan,
tenaga, kekuatan, kelaki-lakian dan pantang mundur.
Adalah penting sekali bahwa kemauan pegawai harus
berkembang ke taraf yang lebih tinggi karena harus
menguasai diri sepenuhnya lebih dulu untuk bisa
menguasai orang lain. Setiap kali seseorang penuh
dengan harapan dan percaya, maka akan menjadi lebih
kuat dalam melaksanakan pekerjaannya. Jika interaksi
antara individu pegawai dapat dicapai bersama dengan
usaha kerja keras maka hasil yang akan dicapai akan
ANTI-KORUPSI 273
semakin optimum. Bekerja keras merupakan hal yang
penting guna tercapainya hasil yang sesuai dengan
target. Akan tetapi bekerja keras akan menjadi tidak
berguna jika tanpa adanya pengetahuan. Di dalam dunia
kerja, para pegawai diperlengkapi dengan berbagai ilmu
pengetahuan.
7. Sederhana
Gaya hidup pegawai merupakan hal yang penting dalam
interaksi dengan masyarakat di sekitarnya. Gaya hidup
sederhana sebaiknya perlu dikembangkan sejak pegawai
me-ngenyam masa penkerjaannya. Dengan gaya hidup
sederhana, setiap pegawai dibiasakan untuk tidak hidup
boros, hidup sesuai dengan kemampuannya dan dapat
memenuhi semua kebutuhannya. Kerap kali kebutuhan
diidentikkan dengan keinginan semata, padahal tidak
selalu kebutuhan sesuai dengan keinginan dan
sebaliknya. Dengan menerapkan prinsip hidup
sederhana, pegawai dibina untuk memprioritaskan
kebutuhan di atas keinginannya. Prinsip hidup
sederhana ini merupakan parameter penting dalam
menjalin hubungan antara sesama pegawai karena
prinsip ini akan mengatasi permasalahan kesenjangan
sosial, iri, dengki, tamak, egois, dan yang sikap-sikap
negatif lainnya lainnya. Prinsip hidup sederhana juga
menghindari seseorang dari keinginan yang berlebihan.
8. Keberanian
Jika kita temui di dalam dunia kerja, ada banyak pegawai
yang sedang mengalami kesulitan dan kekecewaan.
Meskipun demikian, untuk menumbuhkan sikap
keberanian demi mempertahankan pendirian dan
keyakinan pegawai, terutama sekali pegawai harus
9. Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak
berat sebelah, tidak memihak. Bagi pegawai karakter adil
ini perlu sekali dibina agar pegawai dapat belajar
mempertimbangkan dan mengambil keputusan secara
adil dan benar.
c. Prinsip-Prinsip Antikorupsi
Setelah memahami nilai-nilai
antikorupsi yang penting untuk
mencegah faktor internal
terjadinya korupsi, berikut akan
dibahas prinsip-prinsip Anti-korupsi
yang meliputi akuntabilitas,
transparansi, kewajaran, kebijakan,
dan kontrol kebijakan, untuk
mencegah faktor eksternal penyebab korupsi. Ada 5 (lima)
prinsip antikorupsi
ANTI-KORUPSI 275
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan
pelaksanaan kerja. Semua lembaga mempertanggung
jawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik dalam bentuk
konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure), baik pada
level budaya (individu dengan individu) maupun pada level
lembaga (Bappenas: 2002). Lembaga-lembaga tersebut
berperan dalam sektor bisnis, masyarakat, publik, maupun
interaksi antara ketiga sektor.
ANTI-KORUPSI 277
3. Kewajaran
Prinsip antikorupsi lainnya adalah prinsip kewajaran.
Prinsip fairness atau kewajaran ini ditujukan untuk
mencegah terjadinya manipulasi (ketidakwajaran) dalam
penganggaran, baik dalam bentuk mark-up maupun
ketidakwajaran lainnya. Sifat-sifat prinsip kewajaran ini
terdiri dari lima hal penting yaitu komprehensif dan disiplin,
fleksibilitas, terprediksi, kejujuran, dan informatif.
4. Kebijakan
Prinsip antikorupsi yang keempat adalah prinsip kebijakan.
Pembahasan mengenai prinsip ini ditujukan agar pegawai
dapat mengetahui dan memahami kebijakan antikorupsi.
Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar
tidak terjadi penyimpangan yang dapat merugikan negara
dan masyarakat. Kebijakan antikorupsi ini tidak selalu
identik dengan undang-undang anti-korupsi, namun bisa
5. Kontrol Kebijakan
Prinsip terakhir antikorupsi adalah kontrol kebijakan.
Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang
dibuat betul-betul efektif dan mengeliminasi semua bentuk
korupsi. Pada prinsip ini, akan dibahas mengenai lembaga-
lembaga pengawasan di Indonesia, self-evaluating
organization, reformasi sistem pengawasan di Indonesia,
problematika pengawasan di Indonesia. Bentuk kontrol
kebijakan berupa partisipasi, evolusi dan reformasi. Kontrol
kebijakan berupa partisipasi yaitu melakukan kontrol
terhadap kebijakan dengan ikut serta dalam penyusunan
dan pelaksanaannya dan kontrol kebijakan berupa oposisi.
ANTI-KORUPSI 279
d. Impian Indonesia bebas dari korupsi.
Semangat perlawanan terhadap korupsi merupakan
langkah awal yang harus dimiliki masyarakat dalam
pemberantasan korupsi dengan mempelajari beberapa
negara yang relatif bersih dari korupsi dan potensi yang
dimiliki Indonesia untuk mewujudkan impian tanpa
korupsi.
Bayangkan beberapa tahun ke depan. Tak ada lagi
kemiskinan di negeri ini.
Rakyat hidup makmur,
tentram, rukun, dan
damai. Keramahan,
kepedulian, dan gotong
royong kembali menjadi
sifat dasar bangsa ini di
semua lapisan. Orangtua
bekerja di kantor, di
sawah, di pabrik, di rumah, dengan tenang, karena tahu
impian mereka akan tercapai tak lama lagi. Dengan pikiran
tenang, melakukan pekerjaan pun dengan penuh
konsentrasi dan produktivitas meningkat.
1. Potensi Penduduk
Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar
keempat di dunia, Indonesia memiliki potensi yang luar
biasa. Jumlah penduduk yang demikian besar itu, bisa
menjadi sumber penyediaan tenaga kerja dalam
memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Selain
itu, sangat potensial untuk mempertahankan keutuhan
negara dari ancaman negara lain.
ANTI-KORUPSI 281
makmur dan sejahtera.³ Potensi luas wilayah: Indonesia
adalah negara kepulauan terbesar di dunia, yang
memiliki 13.466 pulau. Luas daratan Indonesia
1.922.570 km² dan luas perairan 3.257.483 km².⁴ 23 Apa
yang dapat dimanfaatkan dengan wilayah seluas itu?
Pusatkan pikiran Anda untuk membayangkan betapa
setiap pulau dan laut Indonesia memiliki kekayaan alam
yang tak ternilai. Mulai yang tampak, seperti flora dan
fauna, hingga yang tidak terlihat, seperti bahan tambang.
Jika semua kekayaan tersebut dimanfaatkan secara
optimal, tentu bisa mewujudkan Indonesia menjadi
negara yang makmur dan sejahtera, sebagaimana negeri
impian. Potensi kekayaan alam dan budaya: Indonesia
memiliki sumber keanekaragaman hayati (biodiversity)
terlengkap di dunia. Diperkirakan, sekitar 100-150 genus
dari tumbuhan monoecious dan diecious, dengan
25.000-30.000 spesies terdapat di Indonesia. Itu
sebabnya, Indonesia disebut pula sebagai negara
“megadiversity”. Sementara, jenis hewan yang ada juga
lengkap, sekitar 220 ribu jenis. Terdiri atas sekitar 200
ribu serangga, 4 ribu jenis ikan, 2 ribu jenis burung, serta
seribu jenis reptil dan ampibi. Bahkan, 17% jenis
serangga di dunia, bisa ditemukan di Indonesia. 5 Jadi,
betapa besar potensi yang dimiliki Indonesia. Bahkan,
total potensi maritim Indonesia, diperkirakan mencapai
enam kali Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN). Besarnya, sekitar Rp7.200 triliun per tahun. ⁶ Itu
baru potensi laut. Belum lagi potensi kehutanan, yang
pernah menjadi penyumbang devisa terbesar kedua di
negeri ini setelah minyak dan gas bumi. Demikian juga
dengan tambang, minyak, perkebunan, dan lain-lain. 24
Bayangkan, jika potensi laut yang diperkirakan mencapai
Rp7.200 triliun per tahun dimanfaatkan sebaik mungkin,
misalnya tak hanya untuk memenuhi konsumsi dalam
3. Sejarah Besar
Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945, diakui sebagai salah
satu titik penting sejarah bangsa Indonesia. Dengan
kemerdekaan, bangsa ini bisa leluasa mengurus diri
sendiri, mengelola kekayaan yang dimiliki, dan
memanfaatkan sebesar-besarnya demi kemakmuran
bangsa. Begitupun, sejarah panjang Indonesia
sebenarnya sudah dimulai jauh sebelum kemerdekaan.
Bahkan, bukan hanya ketika Indonesia berada dalam
penjajahan Belanda selama 3,5 abad dan Jepang 3,5
tahun.
ANTI-KORUPSI 283
VII. EVALUASI HASIL BELAJAR
Sebelum mengakhiri proses pembelajaran pelatih dapat
mengajukan beberapa pertanyaan berikut ini
1. Mengapa sebagai seorang tenaga kesehatan harus
memahami tentang antikorupsi?
2. Apa upaya yang bisa dilakukan oleh seorang tenaga
kesehatan dalam pelaksanaan tugasnya agar
terhindar dari perilaku korupsi
VIII. RANGKUMAN
Memahami tentang antikorupsi sangat aperlu bagi
kita semua untuk menimbulkan kesadaran akan antikorupsi
sehingga tidak berperilaku korupsi
Ketika seseorang sudah memiliki kesadaran yang bagus
tentang antikorupsi maka akan menggiring langkahnya
untuk semakin jauh dari tindak pidana korupsi
IX. REFERENSI
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
2. Undang-undang Nomor 14 tahun 2008 Keterbukaan
Informasi Publik
3. Instruksi Presiden nomor 1 tahun 2013
4. Peraturan Pemerintah No 61 tahun 2010 Pelaksanaan
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008
5. Permenpan Nomor 5 tahun 2009
6. Permenkes No 49 tahun 2012 tentang Pedoman
Penanganan Pengaduan Masyarakat terpadu di lingkungan
Kementerian Kesehatan.
7. Permenkes nomor 134 tahun 2012 tentang Tim Pengaduan
Masyarakat
ANTI-KORUPSI 285
286 Modul Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita Bagi Tenaga Kesehatan
MA
TERI
PEL
ATI
HANPE
NUNJ
ANG3
RENCANA TINDAK LANJUT
I. DESKRIPSI SINGKAT
Rencana Tindak Lanjut merupakan aksi yang akan
dilaksanakan oleh peserta setelah kembali ke Fasyankes
masing-masing untuk mengimplementasikan hasil pelatihan
bagi dirinya sendiri di tempat kerja yang pada akhirnya akan
meningkatkan kinerja organisasinya. Pada modul ini
membahas tentang pengertian dan ruang lingkup serta
Langkah Menyusun RTL
Nama : …………………………………………………………………….....................
Unit Kerja : …………………………………………………………………….....................
RENCANA AKSI