Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH NUTRISI PADA NEONATUS, BAYI,

DAN BALITA

DISUSUSUN OLEH :
Nama:Fadilla ramadani
Nim :PO7124322032

MATA KULIAH
Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Balita

DOSEN PENGAMPU :
UMI DAIMAH, S.SiT,M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN MUARA ENIM
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah Nutrisi Pada
neonatus,bayi dan balita Tahun 2023. Penulisan Makalah ini dilakukan dalam
rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Balita
Prodi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang Kampus Muara Enim.
Makalah ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini Penulisjuga
mengucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing mata kuliah ini.

Akhir kata, kami berharap Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga Makalah ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu. Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan pada
penulisan Makalah ini, sehingga masukan membangun Saya harapkan untuk
kesempurnaan Makalah ini.

Muara Enim, Desember 2023

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................

BAB I: PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN

BAB II: PEMBAHASAN

A. Pemberian Nutrisi pada bayi dan balita.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi berpengaruh terhadap keadaan nutrisi pada


bayi dan balita......................................................................................6

C. Kebutuhan energi dan zat nutrisi pada bayi dan balita.

1. Kebutuhan gizi bayi usia 6-8 bulan..................................................10


2. Kebutuhan gizi bayi usia 9-11 bulan................................................13
3. Kebutuhan gizi bayi usia 1-2 bulan..................................................15

BAB III: PENUTUP

A. KESIMPULAN

B.SARAN

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Konsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi
oleh seorang anak karena faktor eksternal maupun intaernal. Faktor eksternal
menyangkut keterbatasan ekonomi keluarga sehingga uang yang tersedia
tidak cukup untuk membeli makanan. Sedangkan faktor internal adalah faktor
yang terdapat di dalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai
problema makan pada anak.

Anak balita memang sudah bisa makan apa saja seperti halnya orang
dewasa. Tetapi mereka pun bisa menolak makanan yang disajikan tidak
memenuhi selera mereka. Oleh karena kebanyakan orang tua harus berlaku
demokratis untuk sesekali menghidangkan makanan yang memang menjadi
kegemaran si anak.

Gizi yang baik berperan penting didalam mencapai pertumbuhan


badan yang optimal. Dan pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup
pula pertumbuhan otak yang sangat menentukan kecerdasan seseorang.

Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah


kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak
pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya memberikan makan yang enak kepada
anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang
cukup atau tidak, dan tidak mengimbanginya dengan makanan sehat yang
mengandung banyak gizi.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa tujuan pemberian nutrisi pada bayi dan balita?
2. Apa saja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keadaan nutrisi pada
bayi dan balita?
3. Apa kebutuhan energi dan zat nutrisi pada bayi dan balita?

C. TUJUAN
1. Mengetahui tujuan pemberian nutrisi pada bayi dan balita.
2. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keadaan nutrisi
pada bayi dan balita
3. Mengetahui kebutuhan energi dan zat nutrisi pada bayi dan balita

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemberian Nutrisi pada bayi dan balita.


1. Bayi
Bayi adalah sebutan untuk anak usia 0 – 1 tahun ( Soetjiningsih tahun
2018) dan makhluk hidup yang baru saja dilahirkan dari Rahim ibu (Muchtar
tahun 2022). Pada masa ini sangat lucu-lucu nya anak baik fisik maupun
dalam tingkah lakunya, karena pada masa ini adalah masa yang polos dan
unik bagi anak.
Gizi merupakan asupan yang teramat penting bagi tumbuh kembang
anak. Kecukupan gizi untuk anak akan mendorong perkembangan anak
secara optimal. Sebaliknya kekurangan gizi atau malnutrisi akan
menimbulkan berbagai risiko kesehatan anak, diantaranya adalah hambatan
pertumbuhan tulang, lemah otot, degeneratif otak serta gangguan mental.
Orang tua harus memahami standar kebutuhan gizi anak yang harus
terpenuhi.
Di usia 0 hingga 6 bulan, sumber gizi bayi adalah air susu ibu (ASI).
ASI mengandung gizi yang sangat lengkap sehingga sudah mencukupi
standar kebutuhan gizi bayi. Sementara bagi bayi di usia lebih dari 6 bulan
memerlukan asupan makanan pendamping ASI sebagai tambahan sumber
gizi bayi.
Berikut ini daftar standar kebutuhan gizi bayi untuk memenuhi angka
kecukupan kalori tersebut :
1. Karbohidrat yang diperlukan tubuh bayi berkisar antara 40% dari
kebutuhan kalori bayi.

2. Protein yang diperlukan sebesar 10% dari jumlah kebutuhan kalori bayi
per hari.

3
3. Lemak yang diperlukan sebanyak 40 sampai 50% dari total kebutuhan
kalori.

Selain itu, kebutuhan gizi bayi akan vitamin dan mineral juga harus
dipenuhi. Berikut ini sebagian daftar standar kebutuhan gizi bayi per hari
untuk usia 7 sampai 12 bulan terhadap vitamin dan mineral yang
direkomendasikan oleh The George Mateljan Foundation for The World’s
Healthiest Foods.
 Vitamin D: 5 mg

 Vitamin E: 5 mg

 Vitamin K: 2,5 mg

 Vitamin B6: 0,3 mg

 Folat: 80 mg

 Vitamin B12: 0,5 mg

 Kolin: 150 mg

 Vitamin C:50 mg

 Kalsium 570 mg

 Fosfor: 275 mg

 Magnesium: 75 mg

 Zat besi: 11 mg

 Zinc: 3 mg

 Magnesium: 0,6 mg

4
2. Balita
Balita merupakan individu atau sekelompok individu dari suatu
penduduk yang berada dalam rentan usia tertentu. Usia balita dapat
dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu usia bayi (0-2 tahun), golongan
batita (2-3 tahun), dan golongan prasekolah (<3-5 tahun).
Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup
untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan
gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi
badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan
sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau
dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju
Sehat (KMS).

a. Kebutuhan Energi

Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan


orang dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat
pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan
bertambahnya usia.
b. Kebutuhan zat pembangun
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga
kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika
dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun,
kebutuhannya relatif lebih kecil.
c. Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring
dengan bertambahnya usia.

5
B. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keadaan nutrisi pada bayi
dan balita
1. Hubungan Pola Asuh dengan Status Gizi
Pola asuh signifikun terhadap status gizi (sig < 0,05) yakni nilai
signinkasi o,ooo. Sehinggu dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antar
pola asuh dengan status gizi. Terdapat hubungan antara pola asuh dengan
perkembangan anak, karena pola asuh orangtua merupakan gambaran
tentang sikap dan perilaku orangtua dan anak dalam berinteraksi,
berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Dalam
kegiatan memberikan pengasuhan ini, orangtua akan memberikan
perhatian, peraturan, disiplin, hadiah dan hukuman, serta tanggapan
terhadap keinginan anaknya.
Berdasarkan penelitian (Syatyawati R, 2013) terdapat hubungan antara
Status gizi dengan prestasi belajar,status gizi juga merupakan keadaan
akibat keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan
penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari
tersedianya zat gizi dalam seluruh tubuh. salah satu faktor yang
mempengaruhi status gizi .dengan memberikan pendidikan, makanan dan
sebagainya, pengasuhan merupakan faktor yang sangat erat kaitanya
dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, dimana anak masih sangat
membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup
memadai.
Sikap, perilaku, dan kebiasaan orangtua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru
oleh anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tidak sadar akan
diresapi kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya.

2. Hubungan Asupan Makan dan Ketahanan Bahan Pangan dengan


Status Gizi pada Bayi dan Balita.
Hubungan asupan makan dan ketahanan bahan pangan dengan status
gizi sangat berpengaruh karena bayi dan balita sangat membutuh kan
asupan gizi dan nutrisi yang seimbang dan apabila mengalami
Kekurangan gizi pada anak dapat menimbulkan beberapa efek negatif
6
seperti lambatnya pertumbuhan badan, rawan terhadap penyakit,
menurunnya tingkat kecerdasan, dan terganggunya mental anak.
Kekurangan gizi yang serius dapat menyebabkan kematian anak .Sebagai
akibat kurangnya asupan gizi, status gizi dibagi menjadi dua sifat yaitu
status gizi yang sifatnya akut dan status gizi yang sifatnya kronis.
Status gizi yang sifatnya akut sebagai akibat keadaan yang
berlangsung dalam waktu yang pendek, seperti menurunnya nafsu makan
akibat sakit atau karena menderita diare. Status gizi balita dipengaruhi
banyak faktor, baik penyebab langsung maupun tidak langsung. Penyebab
Langsung yang mempe-ngaruhi status gizi adalah asupan makanan dan
penyakit infeksi yang diderita balita, penyebab tidak langsung meliputi
ketersediaan pangan dalam hal ini dengan mengetahui pekerjaan dan
pendapatan orang tua, pola asuh anak, serta pelayanan kesehatan dan
kesehatan lingkungan. Ketiga faktor penyebab tidak langsung tersebut
berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan ketrampilan
keluarga.

3. Hubungan Kesehatan Lingkungan dengan Status Gizi Balita


Proporsi Anak balita status gizi kurang (BB/U) yang tumbuh di
lingkungan
yang tidak sehat, lebih besar di banding di lingkungan sehat. Sebaliknya
pada status gizi baik, proporsi anak balita yang tinggal di sanitasi sehat,
terlihat lebih besar, dibanding di lingkungan yang tidak sehat. Hal ini
menunjukkan hubungan bermakna antara status gizi dengan sanitasi
lingkungan .
Balita yang tumbuh di lingkungan tidak sehat berpeluang satu kali lebih
besar akan mengalami status gizi buruk, dibanding pada anak balita yang
normal atau anak balita status gizi baik. Variabel yang dinyatakan secara
statistik berhubungan, mengambarkan eratnya pengaruh faktor luar
terhadap perekembangan balita. Penyakit diare terlihat erat hubungannya
dengan ketiga

7
klasifikasi status gizi, menandakan penyakit ini telah umum terjadi, dan
dapat
mempengaruhi perkembangan kesehatan balita. Sanitasi lingkungan,
lebih terlihat memberikan efek langsung pada perkembangan kesehatan
anak balita. Sanitasi lingkungan dalam hal ini dikategorikan sehat, bila
rumahtangga tidak memelihara hewan ternak di sekitar/di dalam rumah
dan air minum selalu direbus sampai mendidih. Air yang tidak sehat
akan mengakibatkan diare pada anak balita dan menurunkan berat
badannya, sehingga berpengaruh pada satus gizi .Keadaan lingkungan
yang kurang baik memungkinkan terjadinya berbagai jenis penyakit,
antara lain diare dan infeksi saluran pencerman. Dimana keadaan
tersebut akan berpengaruh juga terhadap status gizi sescorang.

4. Huhungan ASI eksklusif dengan Status Gizi Balita


ASI lebih unggul dibandingkan makanan lain untuk bayi seperti susu
formula, karena kandungan protein pada ASI lebih rendah dibandingkan
pada susu sapi sehingga tidak memberatkan kerja ginjal, jenis proteinnya
pun mudah dicerna.
Selain itu, ASI mengandung lemak dalam bentuk asam amino esensial,
asam lemak jenuh, trigliserida rantai sedang, dan kolesterol dalam
jumlah yang mencukupi kebutuhan bayi dapat disimpulkan ada
hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi balita usia
6-24 bulan, dimana ibu yang memberikan ASI Eksklusif akan semakin
baik status gizi balitanya dari pada ibu yang tidak memberikan ASI
Eksklusif kepada balita yang berusia 6 – 24 bulan.
Adapun hubungan antara riwayat pemberian ASI eksklusif dengan status
gizi balita dan diketahui pula bahwa anak yang tidak diberikun ASI
cksklusif 9 kali lebih berisiko terjudi malnutrisi dibandingkan dengan
anak yang diberi ASI cksklusif.

8
5. Hubungan MP-ASI dengan Satus Gizi Balita
Makanan pendamping ASI tidak banyak membenikan pengaruh
terhadap keadaan status gizi balita. Sesudah umur diatas enam bulan
seorang anak diharapkan sudah diberikan makanan pendamping ASI
(MP-ASI) karena kebutuhan gizi pada usia ini meningkat dan tidak
mencukupi hanya oleh ASI saja. Makanan pendamping ASI merupakan
makanan dan minuman selain ASI yang diberikan sccara beragam
kepada balita baik itu dibuat sendiri di rumah maupun MP- ASI siap saji.

6. Hubungan Umur dengan Status Gizi Balita


Diketahui bahwa tidak ada pengaruh antara umur dengan status gizi
balita yakni puda usia 2-5 tahun merupakan masi golden age dimana
pada masa itu dibutuhkan zat tenaga yang diperlukan bagi tubuh untuk
pertumbuhannya. Semakin bertambah usia akan semakin meningkat
kebutuhan zat tenaga yang diburuhkan oleh tubuh untuk mendukung
meningkatnya dan semakin beragamnya kegiatan fisik

7. Hubungan Pendapatan Orang Tua dengan Status Gizi Balita


Di jelaskan bahwa terdapat pengaruh antara pendapatan orang tun
dengan status gizi bulita menemukan bahwa peningkatan pendapatan
anak mengakibatkan individu cenderung meningkatkan kualitas
konsumsi pangannya dengan harga yang lebih mahal per bahan pangan
yang di miliki yang akhirnya berdampak positif terhandap status gizi,
begitupun sebaliknya apabila status ekonomi atau pendapatan dari orang
tua melemah maka kualitas konsumsi pangannya lebih murah.

8. Hubungan Jumlsh Anggota Keluarga denagn Status Gizi Balita


Pengaruh antara jumlah anggota keluarga dengan status gizi. Jumlah
anggota keluarga akan mempengaruhi pada lokasi pendapatan keluarga
dalam memenuhi kebutuhan pangan keluarganya, bahwa asupan makan
merupukan faktor yang paling dominan mempengaruhi status gizi
balita.Makanan didalam tubuh mempunyai tiga fungsi utama yaitu
9
sebagai zat pembangun, sumber tenaga, dan sebagi zat pengatur.
Dengan memanfaatkan ketiga golongan bahan makanan tersebut maka
dapat terpenuhi kebutuhan hidup kita akan zat -- zat makanan dan stutus
gizi yang baik hingga tubuh dapat melakukan kegiatan hidup dengan
baik.
Balita yang mendapatkan asupan makanan yang kurang, mempunyai
peluang mengalami status gizi tidak normal dibandingkan dengun balita
yang asupan nutrisinya baik. Ada pengaruh antara pola asuh, infeksi
penyakit, asupan makan, ketahanan pangan, kesehatan lingkungan,
riwayat ASI Eksklusif, pendidikan, tingkat pengetahuan, pekerjaan
orang tua, pendapatan orung tua, dan jumlah anggota keluarga dengan
status gizi balita.

C. Kebutuhan energi dan zat nutrisi pada bayi dan balita.


1. Kebutuhan gizi bayi usia 6-8 bulan
Sebelum menginjak usia balita, air susu ibu (ASI) adalah makanan
utama untuk memenuhi gizi bayi di 6 bulan pertamanya, atau disebut
sebagai ASI eksklusif. Namun hebatnya, kebutuhan gizi harian bayi dapat
terpenuhi dengan baik meski hanya dari ASI saja.
Jadi sebisa mungkin, pastikan bayi mendapatkan ASI eksklusifnya
selama 6 bulan penuh tanpa pemberian makanan dan minuman lainnya.
Ada 2 jenis tekstur ASI yang mesti diketahui ibu, Hindmilk adalah ASI
dengan tekstur kental yang biasanya keluar saat akhir menyusu.
Foremilk adalah ASI yang keluar di awal menyusu.

Angka kecukupan gizi (AKG) harian bayi usia 6-8 bulan :


Kebutuhan zat gizi makro harian anak:
 Energi: 550 kkal

 Protein: 12 gram (gr)

 Lemak 34 gr

 Karbohidrat 58 gr

10
Kebutuhan zat gizi mikro harian anak:

Vitamin
 Vitamin A: 375 mikrogram (mcg)

 Vitamin D: 5 mcg

 Vitamin E: 4 miligram (mg)

 Vitamin K: 5 mcg

Mineral
 Kalsium: 200 mg

 Fosfor: 100 mg

 Magnesium: 30 mg

 Natrium: 120 mg

 Kalium: 500 mg

 kalsium, tembaga, mangan, fluor, kromium, selenium, dan lainnya.

Makanan terbaik bagi bayi adalah air susu ibu (ASI) sampai berumur 2
tahun, dimana sampai 6 bulan pertama hanya ASI tanpa disertai makanan
atau minuman lain (ASI ekslusif). Mulai umur 6 sampai 24 bulan pemberian
ASI harus disertai makanan lain (MPASI) karena kualitas dan kuantitas ASI
tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan bayi yang terus tumbuh. Jumlah
kebutuhan ASI bagi bayi tidak dibatasi, kapan bayi mau menyusu harus
diberikan.
Menginjak usia 6 bulan, sudah saatnya memberikan asupan nutrisi lewat
makanan padat. ASI memang masih diperlukan bayi, namun perkembangan
bayi tentu membutuhkan asupan gizi lainnya dari makanan pendamping ASI.

11
Nutrisi berikut ini akan membantu tumbuh kembang bayi mulai dari fisik
hingga perkembangan otaknya.

1. Zat besi

Jenis mineral ini memainkan peran penting dalam produksi


hemoglobin.Zat besi memiliki fungsi untuk memperlancar sel darah
merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh.Zat besi juga membantu
perkembangan keterampilan motorik dan memori otak.Pastikan si kecil
mendapatkan 11 miligram zat besi yang bisa didapat dari daging sapi,
ayam, ikan, telur, alpukat, brokoli serta bayam.

2. Zinc

Hampir sama seperti zat besi, nutrisi ini menjaga otak bayi untuk
terus berkembang dan bergerak. Zinc juga berfungsi untuk produksi sel
darah putih yang dapat melawan infeksi serta memastikan sel-sel tubuh
bertumbuh dengan baik. Jenis nutrisi ini, biasanya ada di dalam daging
sapi dan daging ayam.Biasanya makanan yang mengandung zat besi juga
mengandung zinc.

3. Kalsium dan Vitamin D

Kalsium sangat baik untuk mengembangkan tulang kuat dan vitamin


D sangat baik untuk membantu penyerapan kalsium. ASI dan susu
formula memang telah memberikan kalsium yang dibutuhkan bayi.
Namun, Anda tetap perlu memberikan asupan kedua nutrisi ini yang bisa
di dapatkan dari telur dan ikan.

4. Omega-3

Omega-3 memang dikenal untuk kesehatan jantung. Bagi bayi, nutrisi


ini punya fungsi lain yakni membantu perkembangan otak dan mata.

12
Berbagai penelitian juga mengungkapkan, omega-3 akan membantu
perkembangan kemampuan kognitif bayi. Lemak sehat ini pun,
membantu tubuh menyerap vitamin A dan E. Omega-3 bisa didapatkan
dari alpukat, salmon, tuna, minyak zaitun, dan lainnya.

5. Vitamin A, B, C dan E

Keempat jenis vitamin ini dapat membantu perkembangan saraf,


organ mata, kulit hingga meningkatkan fungsi kekebalan tubuh.Jenis
vitamin ini menjadi paket lengkap sebagai nutrisi yang dibutuhkan
bayi.Anda tak perlu ragu lagi untuk memasukkan berbagai jenis sayuran
yang terbukti memiliki kandungan vitamin yang tinggi.Vitamin A berada
di dalam wortel serta ubi.Sementara sayuran hijau dan pisang memiliki
kandungan vitamin B yang tinggi.Vitamin C ada di dalam tomat, jeruk,
stroberi hingga melon.Biji-bijian juga dibutuhkan karena mengandung
vitamin E.

2. Kebutuhan gizi bayi usia 9-11 bulan

Memasuki usia 6 bulan ke atas atau sampai awal usia balita, ASI bisa
tetap diberikan untuk memenuhi kebutuhan gizi hariannya. Akan tetapi,
pemberian ASI sebaiknya disertai juga dengan makanan padat. Pasalnya,
di usia 6 bulan sampai awal usia balita, ASI tidak dapat sepenuhnya lagi
memenuhi kebutuhan gizi harian anak.
Oleh karena itu, diperlukan bantuan dari makanan dan minuman
lainnya untuk mencukupi kebutuhan karbohidrat, lemak, protein, serat,
mineral, dan vitamin anak.

Angka kecukupan gizi (AKG) harian bayi usia 9-11 bulan


Kebutuhan zat gizi makro harian anak:
 Energi: 725 kkal

 Protein: 18 gr

13
 Lemak 36 gr

 Karbohidrat 82 gr

 Serat: 10 gr

 Air: 800 mililiter (ml)

Kebutuhan zat gizi mikro harian anak:

Vitamin
 Vitamin A: 400 mikrogram (mcg)

 Vitamin D: 5 mcg

 Vitamin E: 5 miligram (mg)

 Vitamin K: 10 mcg

Mineral
 Kalsium: 250 mg

 Fosfor: 250 mg

 Magnesium: 55 mg

 Natrium: 200 mg

 Kalium: 700 mg

 Besi: 7 mg

Di usianya yang semakin bertambah, kebutuhan anak akan berbagai


zat gizi tentu semakin meningkat. Ini karena ASI hanya dapat memenuhi
sekitar 65-80 persen dari total kebutuhan energi, dan sangat sedikit
kandungan mikronutriennya. Itu sebabnya, pemberian ASI saja tidak
mampu memenuhi semua nutrisi harian anak.Untuk melengkapinya, anak

14
harus mulai diperkenalkan dengan makanan pendamping ASI (MP-ASI)
sejak usianya 6 bulan. Proses pengenalan dan pemberiannya pun harus
dilakukan secara bertahap.

Syarat MP-ASI yang baik


Menurut WHO, beberapa syarat MP-ASI yang baik meliputi:
 Diberikan pada waktu yang tepat, yakni ketika pemberian ASI saja
sudah tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.

 Aman, yakni MP-ASI harus disimpan dan diberikan kepada anak


dengan tangan atau perlengkapan makan yang bersih.

 Kaya akan gizi, yakni MP-ASI mampu mencukupi kebutuhan zat gizi
makro dan mikronutrien bayi dan balita.

Teksturnya disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak

3. Kebutuhan gizi balita usia 1-2 tahun

Jika memungkinkan, ASI sebaiknya diberikan sampai anak berusia 2


tahun atau sebelum balita untuk membantu mencukupi gizi
hariannya.Pasalnya, ASI mengandung zat gizi penting yang masih
dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak, walaupun harus tetap
didampingi dengan asupan makanan lainnya.

Angka kecukupan gizi (AKG) harian balita usia 1-2 tahun


Kebutuhan zat gizi makro harian anak:
 Energi: 1125 kkal

 Protein: 26 gr

 Lemak 44 gr

 Karbohidrat 155 gr

 Serat: 16 gr

15
 Air: 1200 mililiter (ml)

Kebutuhan zat gizi mikro harian anak:

Vitamin
 Vitamin A: 400 mikrogram (mcg)

 Vitamin D: 15 mcg

 Vitamin E: 6 miligram (mg)

 Vitamin K: 15 mcg

Mineral
 Kalsium: 650 mg

 Fosfor: 500 mg

 Magnesium: 60 mg

 Natrium: 1000 mg

 Kalium: 3000 mg

 Besi: 8 mg

Setelah usia anak menginjak 1 tahun dan mulai terbiasa


dengan makanan padat, Anda mulai bisa memberikan makanan
lainnya. Idealnya, makanan dengan bentuk dan tekstur yang biasanya
menjadi menu makan anggota keluarga. Bukan hanya itu, Anda juga
harus pintar-pintar dalam memvariasikan makanan si kecil.Tentu saja
memberikan variasi makanan ini bisa Anda lakukan dengan bertahap.

Mulailah untuk lebih sering memberikan anak balita anak


sayur, buah-buahan, lauk pauk dari sumber protein hewani dan nabati,
hingga makanan pokok sumber kalori. Dengan begitu, kebutuhan gizi
harian anak balita akan lebih tercukupi dengan optimal berkat
beragam sumber makanan yang dimakannya. Demikian juga porsi

16
makanan yang sebaiknya ditingkatkan secara bertahap, tapi tetap
seimbang dan tidak berlebihan. Sebab kebutuhan zat gizi harian anak
menginjak usia balita ini sudah mulai meningkat. Hal ini dikarenakan
masa pertumbuhan anak di usia ini terbilang cepat dan disertai dengan
si kecil yang semakin aktif.

17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Gizi merupakan asupan yang teramat penting bagi tumbuh kembang


anak. Kecukupan gizi untuk anak akan mendorong perkembangan anak
secara optimal. Sebaliknya kekurangan gizi atau malnutrisi akan
menimbulkan berbagai risiko kesehatan anak, diantaranya adalah
hambatan pertumbuhan tulang, lemah otot, degeneratif otak serta
gangguan mental. Orang tua harus memahami standar kebutuhan gizi
anak yang harus terpenuhi.
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan
orang dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat
pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan
bertambahnya usia.
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga
kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika
dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun,
kebutuhannya relatif lebih kecil.

B. SARAN

Semoga pembaca dapat mengetahui dan memahami materi yang dibahas


pada makalah ini dengan baik. Jika ada kesalahan dalam penulisan
laporan ini, penulis mengaharapkan kritikan atau saran dari pembaca

18
DAFTAR PUSTAKA

Anik Maryunani. Buku Asuhan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Jakarta: Trans Info Media; 2019.

Dinkes Kab. Pesisir Selatan. Laporan Tahunan Program Kesehatan Ibu, Anak dan
KB Tahun 2018. In: Kesehatan, editor. Painan: Dinkes Kab. Pesisir Selatan;
2017.

Dinkes Kab. Pesisir Selatan. Laporan Tahunan Program Kesehatan Ibu, Anak dan
KB tahun 2018. In: Kesehatan, editor. Painan2018.

Dinkes Kab. Pesisir Selatan. Laporan Tahunan Program Kesehatan Ibu, Anak dan
KB tahun 2015. In: Kesehatan, editor. Painan2019.

Dinkes Prov. Sumbar. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat 2018. In:
Kesehatan, editor. Padang: Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat; 2018.

Dinkes Prov. Sumbar. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat 2017. In:
Kesehatan, editor. Padang: Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat; 2017.

Dinkes Prov. Sumbar. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat 2018. In:
Kesehatan, editor. Padang: Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat; 2018.

Dirjen BGKIA. Kesehatan Dalam Kerangka Sustainable Development Goals


(SDGs). In: Kesehatan, editor. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2019.
Kemenkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor

HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan


Tahun 2015-2019. In: Kesehatan, editor. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI;
2019.

https://doktersehat.com/kebutuhan-nutrisi-bagi-bayi-dan-balita/

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/download/16845/16377;hubungan

19
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/download/16845/16377;hubungan

https://hellosehat.com/parenting/bayi/kebutuhan-gizi-bayi/#gref

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia In: Kesehatan, editor. Jakarta: Kemenkes
RI; 2018.

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia. In: Kesehatan, editor. Jakarta: Kemenkes
RI; 2018.

Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar 2017 In: Kesehatan, editor. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2017.

Marmi K, R,. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar; 2018.

Salido P. Pusat Data dan Informasi Tahun 2019. In: Kesehatan, editor. Kab. Pesisir
Selatan2019.

Suryati. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian BBLR Di Wilayah Kerja


Puskesmas Air Dingin Tahun 2013. Fakultas Kesehatan Masyarakat
UniversitasAndalas.2019;8(2):7

20

Anda mungkin juga menyukai