Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM VII

KEBUTUHAN GIZI BALITA

DISUSUN OLEH:

Nama : Mulyani Adi Astutiatmaja

Nim : J410190100

Kelas : Kesmas 2B

Shift : D

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITA MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2020
A. JUDUL PRAKTIKUM
Kebutuhan Gizi Balita

B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Untuk melakukan pemantauan status gizi balita
2. Untuk menghitung nilai energi pangan pada balita

C. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Gizi merupakan salah satu penentu kwalitas sumber daya manusia. Akibat
kekurangan gizi akan menyebabkan beberapa efek serius seperti kegagalan pertumbuhan
fisik serta tidak optimalnya perkembangan dan kecerdasan. Akibat lain adalah terjadinya
penurunan produktifitas, menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit yang akan
meningkatkan resiko kesakitan dan kematian. Gizi yang baik sangat diperlukan untuk
proses tumbuh kembang bagi anak-anak yang normal ditinjau dari segi umur, anak balita
yaitu anak yang berumur di bawah lima tahun, merupakan anak yang sedang dalam masa
tumbuh kembang adalah merupakan golongan yang paling rawan terhadap kekurangan
kalori protein.
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai dengan proses
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Disertai dengan perubahan yang
memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kwalitas tinggi. Akan tetapi,
balita termasuk kelompok lawan gizi, mereka mudah menderita kelainan gizi karena
kekurangan makanan yang dibutuhkan. Pada masa ini ditandai dengan proses pertumbuhan
dan perkembangan yang sangat pesat. Disertai dengan perubahan yang memerlukan zat-
zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kwalitas tinggi (Irianto, 2017)
Balita membutuhkan Nutrisi dalam jumlah yang memadai untuk bisa menunjang
pertumbuhan dan perkembangannya yang berjalan dengan pesat. Makanan yang diberikan
tidaklah cukup hanya sekadar membuhi rasa laparnya saja. Namun yang terpenting juga
harus memnuhi Angka Kecukupan Gizi yang telah ditetapkan berdasarkan usia anak.
Pemberian Nutrisi yang baik dan tepat akan sangat penting untuk menunjang
kesehatan anak. Kebutuhan nutrisi Balita tentu saja berbeda dengan kebutuhan nutrisi pada
orang dewasa, sehingga Angka Kecukupan Gizinya pun tentu akan berbeda.
Perbedaan ini terlihat baik dalam hal jumlah maupun proporsi nutrisinya. Misalnya
saja proporsi Zat Gizi Mikro. Pada Balita, proporsi Lemak lebih banyak dibutuhkan
dibandingkan dengan proporsi Karbohidrat dan Protein. Kebutuhan nutrisi pada Balita
akan terus mengalami perubahan seiring dengan bertambahnya usia dan aktivitasnya.
Masalah gizi balita yang harus dihadapi Indonesia pada saat ini adalah masalah gizi
kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang disebabkan oleh kemiskinan,
kurangnya persediaan pangan, sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang gizi dan kesehatan, sedang Masalah gizi lebih disebabkan
oleh kemajuan ekonomi pada masyarakat disertai dengan kurangnya pengetahuan gizi dan
kesehatan.
Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang
kebutuhan gizi balita, karena masa balita adalah masa pertumbuhan yang sangat pesat
sehingga mempengaruhi aktivitas fisik, pertumbuhan dan kecerdasan balita.

D. HASIL PRAKTIKUM

KUESONER PRAKTIKUM GIZI BALITA

Nama : M. Azril Abrisam

Tempat Tanggal Lahir : 18 September 2018

Usia : 1 Tahun 9 Bulan

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Berat Badan Lahir : 3 kg

Panjang Badan Lahir : 48 cm

Berat Badan Saat Ini : 11 kg

Tinggi Badan Saat Ini : 75 cm


Pertanyaan

1. Apakah ibu memberikan ASI ekslusif atau tidak?


Iya, sejak usia 0-6 bulan

2. Bagaimana status imunisasi pada balita sampai saat ini?


Imunisasi sudah rutin dilakukan
Pada tanggal 18 september 2018 imunisasi HB-0 (0-7 hari)
Pada tanggal 18 Oktober 2018 imunisasi BCG dan Polio 1
Pada tanggal 22 oktober 2018 imunisasi BCG dan Polio 1
Pada tanggal 12 desember 2018 imunisasi DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2
Pada tanggal 01 maret 2019 imunisasi DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3
Pada tanggal 13 Mei 2019 imunisasi DPT-HB-Hib 3 dan Polio 4
Pada tanggal 18 Mei 2019 imunisasi IPV
Pada tanggal 18 Maret 2020 imunisasi DPT-HB-Hib Lanjutan
Pada tanggal 27 Mei 2020 imunisasi Campak Lanjutan

3. Bagaimana deteksi tumbuh kembang pada balita?


1. Pada usia 1 bulan : Anak sudah mampu menatap ke ibu, mulai tersenyum, mampu
mengeluarkan suara o..o.., dan mampu menggerakkan tangan dan kaki.
2. Pada usia 3 bulan : Anak mampu tertawa dan mengoceh spontan, anak suadah mampu
menggerakkan kepala ke kiri dan kanan.
3. Pada usia 6 bulan : Anak mampu telungkup maupun telentang, mulai meraih benda yang
ada didekatnya, dan sudah mampu menggenggam mainan.
4. Pada usia 9 bulan : Anak sudah bisa memainkan mainanya, bermain tepuk tangan, mulai
makan biscuit sendiri dan sudah bisa mengucapkan ma…ma atau ta..ta
5. Pada usia 12 bulan : Anak sudah berdiri dan berjalan dengan berpegangan disekitarnya,
6. Pada usia 21 bulan : Anak mampu untuk lari-lari, mampu berjalan tanpa jatuh, mampu
memanggil nama anggota keluarga dan mampu berteriak.

4. Bagaimana perkembangan berat badan balita tiap bulan?


1. Usia 0 bulan berat badan anak 3 kg
2. Usia 1 bulan berat badan anak 4,3 kg
3. Usia 2 bulan berat badan anak 5,3 kg
4. Usia 3 bulan berat badan anak 5,8 kg
5. Usia 4 bulan berat badan anak 6,5 kg
6. Usia 5 bulan berat badan anak 7,1 kg
7. Usia 6 bulan berat badan anak 7,3 kg
8. Usia 7 bulan berat badan anak 7,8 kg
9. Usia 8 bulan berat badan anak 8 kg
10. Usia 9 bulan berat badan anak 8,5 kg
11. Usia 10 bulan berat badan anak 8,5 kg
12. Usia 11 bulan berat badan anak 8,8 kg
13. Usia 12 bulan berat badan anak 9 kg
14. Usia 13 bulan berat badan anak 9,2 kg
15. Usia 14 bulan berat badan anak 9,6 kg
16. Usia 15 bulan berat badan anak 9,5 kg
17. Usia 17 bulan berat badan anak 10,2 kg
18. Usia 18 bulan berat badan anak 10,3 kg
19. Usia 20 bulan berat badan anak 11 kg
20. Usia 21 bulan berat badan anak 11 kg
Pada usia 16 dan 19 bulan ibu tidak membawa balita ke pusyandu
LAMPIRAN

a) Wawancara dengan ibu balita

b) Identitas
c) Status imunisasi
d) KMS
E. PEMBAHASAN

Massa balita merupakan massa-massa dimana kita membutuhkan nutrisi yang banyak
untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh kita.Untuk itu diperlukan berbagai makanan yang
dapat melengkapi kecukupan terhadap vitamin-vitamin yang kita butuhkan.Seperti Vitamin A,
D, E, K, Kalsium, Vitamin B dan C, serta Zat Besi.Seperti kita ketahui, vitamin A sangat baik
untuk penglihatan dan kesehatan kulit balita.

Dari berbagai macam kebutuhan seorang balita tersebut kadang tidak dapat dipenuhi oleh
orang tua balita yang disebabkan oleh beberapa factor seperti : Ketersediaan pangan ditingkat
keluarga, Pola Asuh Keluarga, Kesehatan Lingkungan, dll.

 Berat badan balita


Anak balita pada usia 1-3 tahun bersifat konsumen pasif dan usia 3-5 tahun bersifat
konsumen aktif. Konsumen pasif artinya pada usia 1-3 tahun makanan yang dikonsumsi
tergantung pada apa yang disediakan oleh ibu, sedangkan konsumen aktif artinya anak
dapat memilih makanan yang disukainya. Frekuensi konsumsi pangan pada anak, ada yang
terikat pada pola makan 3 kali per hari tetapi banyak pula yang mengkonsumsi pangan
antara 5 sampai 7 kali per hari atau lebih.
Berat badan merupakan salah satu parameter yang memberikan gambaran
masatubuh. Masa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan yang mendadak, misalnya
karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah
makananyang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antroprometri yang sangat labil.
Dalam keadaan normal dimana kesehatan baik, keseimbangan antara konsumsi dan
kebutuhangizi terjamin maka berat badan berkembang mengikuti pertumbuhan umur.
Sebaliknya , dalam keadaan abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan, yaitu
dapatberkembang cepat atau lebih lambat.
Berikut ini berat badan ideal balita :
 Responden balita memiliki berat badan lahir sebesar 3 kg dan sekarang memiliki berat
badan 11 kg dengan usia 1 tahun 9 bulan maka bisa disebut responden balita tersebut
memiliki berat badan yang ideal dan sesuai dengan usia balita tersebut.

 Tinggi badan balita


Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan
umur.Pertumbuhan tinggi badan relatif sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam
waktuyang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak
dalamwaktu yang relatif lama.
Berikut ini tinggi badan ideal balita :

 Responden balita memiliki panjang badan saat lahir sebesar 48 cm dan tinggi badan
saat ini sebesar 75 cm sehingga bisa dikatakan responden balita memiliki tinggi badan
yang ideal dan sesuai dengan usia balita tersebut.

 ASI eksklusif pada anak


ASI mempunyai komposisi asam lemak yang sangat tepat untuk keperluan bayi dan
anak-anak sampai dua tahun tersebut. Juga mengandung faktor-faktor yang menyebabkan
lemaknya mudah dicerna, juga komposisi kimianya membuat ASI mudah dicerna dan juga
memberikan suplai yang seimbang antara asam lemak omega-6 dan omega-3.
 Ibu dari balita yang menjadi responden memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara
ekslusif selama 6 bulan tanpa diberi selingan makanan pengganti maka bisa disebut
balita tersebut diberikan ASI eksklusif.

 Imunisasi pada anak
Imunisasi penting untuk kesehatan anak. Imunisasi bertujuan untuk meningkatkan
pembentukan antibodi untuk memperkuat kerja sistem imun tubuh anak saat melawan
patogen (kuman, bakteri, jamur, virus, dan lainnya) penyebab penyakit berbahaya.
Imunisasi dilakukan dengan menyuntikkan versi jinak dari virus atau bakteri
penyakit yang sudah dilemahkan. Tubuh anak kemudian mendeteksi kedatangannya
sebagai “ancaman” dan memicu sistem imun untuk memproduksi antibodi yang nantinya
bertugas untuk melawan penyakit. Jadi, jika suatu saat anak terserang penyakit tersebut,
tubuhnya sudah memiliki “pasukan” antibodi yang mampu mengenali dan melawan
serangan virus atau bakteri
Imunisasi merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi sejak bayi baru lahir untuk
menjaga kesehatannya. Kemudian demi memperpanjang “masa berlaku” perlindungannya,
beberapa jenis vaksin utama harus diulangi sesuai dengan jadwal dan jarak yang telah
ditentukan.
 Responden balita sudah melakukan beberapa jenis imunasi diantaranya imunisasi HB-
0 ( 0-7 hari ), imunisasi BCG, imunisasi Polio , imunisasi DPT-HB-Hib, IPV dan
Campak.

- Vaksin hepatitis B (HB). Vaksin HB pertama (monovalent) paling baik diberikan


dalam waktu 12 jam setelah lahir dan didahului pemberian suntikan vitamin K1
minimal 30 menit sebelumnya. Jadwal pemberian vaksin HB monovalen adalah
usia 0,1, dan 6 bulan. Pemberian vaksin ini bertujuan untuk mencegah penularan
penyakit hepatitis B dan kerusakan hati.
- Vaksin BCG. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum usia 3 bulan, optimal
pada 1 usia bulan. Pemberian vaksin ini bertujuan untuk mencegah penularan
penyakit TBC (Tuberkolusis) yang berat.
- Vaksin Polio. Apabila lahir di rumah segera berikan OPV-0. Apabila lahir di
sarana kesehatan, OPV-0 diberikan saat bayi dipulangkan. Selanjutnya, untuk
polio-1, polio-2, polio-3, dan polio booster diberikan OPV atau IPV. Paling sedikit
harus mendapat satu dosis vaksin IPV bersamaan dengan pemberian OPV-3.
Vaksin ini mencegah dari polio yang dapat menyebabkan lumpuh layuh pada
tungkai dan atau lengan.
- Vaksin DTP-HB-HIB. Vaksin ini diberikan untuk mencegah difteri yang
menyebabkan penyembatan jalan nafas, Btuk rejan, tetanus, hepatitis B yang
menyebabkan kerusakan hati dan infeksi HIB menyebabkan meningitis.
- Campak. Vaksin yang melindungi dari campak yang dapat mengakibatkan
komplikasi radang paru, radang otak, dan kebutaan.

 Deteksi tumbuh kembang anak


Deteksi dini tumbuh kembang anak, kita dapat mengetahui lebih dini dan dapat
mencegah anak yang mengalami gangguan tumbuh kembang seperti tinggi badan dan berat
badan yang tidak sesuai usia, stunting (tubuh pendek), gangguan bicara, gangguan
emosional, gangguan kepribadian, bahkan kita dapat mengetahui lebih dini apakah anak
memiliki gejala autis.
Deteksi dini tumbuh kembang anak yang komprehensif akan sangat membantu
dalam keberhasilan intervensi oleh petugas kesehatan. Pemantauan tumbuh kembang dan
pelaksanaan intervensinya membutuhkan peran dari ayah dan ibu.
 Responden balita yang kini sudah berusia 1 tahun 9 bulan berada dalam fase berlari,
berjalan dan sudah mulai mengoceh, sehingga bisa dikatakan pertumbuhan atau
perkembangan balita baik.

 PERHITUNGAN Z-SCORE (AMBANG BATAS STATUS GIZI)


Status Gizi balita dapat dihitung berdasarkan indeks berat badan terhadap umur
(BB/U), indeks tinggi badan terhadap umur (TB/U) dan indeks tinggi badan terhadap berat
badan dengan menggunakan standar baku WHO-NCHS yang dapat mengenali pola dan
mampu mengklasifikasi status gizi balita ke dalam gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, dan
gizi lebih.
 Indikator pertumbuhan BB/U
 Responden balita memiliki berat badan 11 kg dan memiliki usia 1 tahun 9 bulan
(21 bulan) maka BB/U balita tersebut memiliki nilai Z-Score di angka median 0
yang berarti balita tersebut memiliki gizi normal atau gizi baik
 Indikator Pertumbuhan TB/U
 Responden balita memiliki tinggi badan 75 cm dan memiliki usia 1 tahun 9 bulan
(21 bulan) maka TB/U balita tersebut mmemiliki nilai Z-Score dibawah -3 yang
berarti balita tersebut memiliki tinggi sangat pendek.
 Indikator Pertumbuhan BB/TB
 Responden balita memiliki panjang badan 75 cm, berat badan 11 kg dan memiliki
usia 1 tahun 9 bulan (21 bulan) maka BB/TB balita tersebut mmemiliki nilai Z-
Score 0 (Angka Median) yang berarti balita tersebut memiliki badan normal.
F. KESIMPULAN

Dari praktikum Kebutuhan Gizi Balita dapat disimpulkan bahwa :

1. Pemantauan status gizi balita dapat dihitung menggunakan perhtungan Z-Score dengan
indikator pertumbuhan BB/U, TB/U dan TB/BB. Dari hasil perhitungan Z-Score
Responden balita yang bernama Azril memiliki gizi normal, tinggi badan sangat
pendek dan berat badan yang normal. Selain itu responden juga sudah melakukan
imunisasi secara rutin sehingga akan memperkuat imun tubuh.
G. DAFTAR PUSTAKA

Adriani, Merryana. 2014. Gizi dan Kesehatan Balita. Jakarta : Kencana Pranada Media.

Fikawati, Sandra. 2015. Gizi Ibu Dan Bayi. Depok : Rajawali Press.

Irianto, Djoko Pekik. 2017. Pedoman Gizi Lengkap Keluarga Dan Olahragawan, Edisi Revisi.
Yogyakarta : Andi Publisher.

Sary, Yessy Nur Endah. 2018. Balita Gizi Kurang dan Keluarga. Yogyakarta: Deepublish
(CV Budi Utama).

Anda mungkin juga menyukai