Alhamdulillahirabbilalamin, puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat-
Nya sehingga Buku Saku Stunting ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga-Nya, Sahabat-Nya, dan kita
selaku umat-Nya hingga akhir zaman.
Rangkaian kata terimakasih kami ucapkan kepada Bapak Dr. apt Entris Sutrisno,
MH.Kes, Ibu Eki Pratidina, S.Kp., MM, Bapak Yosef Pandai Lolan, S.M., M.Kes, Bapak
Gilang Fajar Rachadi, S.Farm, MM, Bapak Sumbara S.Kep., Ners., M.Kep, Ibu Rahma
Ziska, M.Si selaku Dosen Pembimbing KKN Tematik Kelompok 24 Universitas Bhakti
Kencana serta seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam menyelesaikan buku saku
ini.
Buku saku ini diperuntukkan agar masyarakat mengetahui tentang ciri stunting beserta
pencegahannya. Buku saku ini masih memiliki banyak kekurangan dan penulis
mengharapkan berbagai kritik dan saran yang membangun demi perbaikan buku saku ini.
Semoga buku saku ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
LATAR BELAKANG
PENGERTIAN STUNTING
CIRI-CIRI STUNTING
DAMPAK STUNTING
PENCEGAHAN STUNTING
DAFTAR PUSTAKA
2
LATAR BELAKANG
Stunting diartikan sebagai terjadinya kekurangan gizi kronik akibat nutrisi yang
tidak terpenuhi dalam jangka waktu yang lama terutama dalam 1000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK) yaitu saat terjadi konsepsi atau awal kehamilan sampai bayi berusia 2
tahun yang berdampak pada gangguan pertumbuhan dan ditandai dengan tinggi badan
anak yang lebih rendah untuk usianya. Terhambatnya pertumbuhan anak karena
terjadinya kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama dapat dilihat setelah memasuki
usia 2 tahun. Berdasarkan pengukuran tinggi atau panjang badan ditentukan dengan nilai
z-score yaitu jika kurang dari -2SD/standar deviasi termasuk balita pendek (stuned) dan
kurang dari -3SD/standar deviasi termasuk balita sangat pendek (severely stuned).
Berdasarkan data Survei Status Gizi Nasional (SSGI) tahun 2022, prevalensi
stunting di Indonesia di angka 21,6%. Jumlah ini menurun dibandingkan tahun
sebelumnya yaitu 24,4%. Walaupun menurun, angka tersebut masih tinggi, mengingat
target prevalensi stunting di tahun 2024 sebesar 14% dan standard WHO di bawah 20%.
Stunting tidak hanya berdampak pada gangguan pertumbuhan linier saja namun
juga dapat menyebabkan terganggunya perkembangan otak dan kecerdasan, penurunan
fungsi kognitif, penurunan kekebalan tubuh sehingga dapat terjadi peningkatan kejadian
kesakitan dan kematian.
Sehingga stunting merupakan suatu ancaman dalam meningkatkan sumber daya
manusia yang optimal dan berkualitas. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
stunting dapat memengaruhi terjadinya praktik pengasuhan yang buruk, akses makanan
bergizi kurang memadai, pelayanan kesehatan yang kurang berkualitas, penggunaan air
bersih yang kurang, dan sanitasi yang buruk sehingga meningkatkan risiko terjadinya
stunting pada anak dikemudian hari.
Asupan ibu saat hamil dan anak setelah lahir dalam mencukupi kebutuhan gizi
merupakan faktor yang berperan penting dalam menentukan kualitas pertumbuhan,
perkembangan, dan status kesehatan anak di kemudian hari. Jumlah dan kualitas asupan
ibu saat hamil dan status kesehatan ibu akan memengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi
pada janin yang dikandungnya. Pada ibu hamil yang mengalami kekurangan asupan
3
makanan yang berkualitas atau mengalami masalah kesehatan selama kehamilan dapat
memengaruhi status gizi ibu sehingga mengakibatkan terjadinya hambatan tumbuh
kembang janin yang dikandungnya. Kebutuhan gizi yang tidak tercukupi merupakan
faktor utama dalam terjadinya stunting sehingga untuk mencegah terjadinya stunting
diperlukan upaya dalam mencegah atau mengurangi gangguan gizi secara langsung dan
tidak langsung melalui intervensi gizi yang dapat dilakukan selama periode 1000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK). Pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) disebut
sebagai periode emas (golden periode) dan periode kritis (windows of opportunity)
sehingga menjadi periode yang efektif untuk melakukan penanggulangan stunting.
PENGERTIAN STUNTING
4
2. Pengertian stunting menurut BKKBN
Stunting adalah kekurangan gizi pada bayi di 1000 hari pertama kehidupan yang
berlangsung lama dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh
kembang anak. Karena mengalami kekurangan gizi menahun, bayi stunting tumbuh lebih
pendek dari standar tinggi balita seumurnya. Tapi ingat, stunting itu pasti bertubuh
pendek, sementara yang bertubuh pendek belum tentu stunting.
Resiko terjadinya stunting pada anak bisa meningkat jika ibu hamil memiliki beberapa
kondisi atau faktor berikut:
1. Intrauterine growth restriction (IUGR)
2. Perawakan pendek
3. Berat badan ibu tidak naik selama kehamilan
4. Tingkat pendidikan rendah
5. Kemiskinan
6. Tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk dan tidak mendapatkan akses untuk air
bersih
Sedangkan pada anak, beberapa kondisi yang meningkatkan risikonya mengalami
stunting adalah :
1) Mengalami penelantaran
2) Tidak mendapatkan ASI eksklusif
3) Mendapatkan gizi MPASI yang berkualitas buruk
5
4) Menderita penyakit yang menghalangi penyerapan nutrisi,seperti penyakit
TBC, anemia, penyakit jantung bawaan, infeksi kronis, serta sindrom
malabsorbsi
CIRI-CIRI STUNTING
Ciri-ciri umum stunting pada anak dapat terlihat dari perawakan anak yang kerdil
saat mencapai usia 2 tahun, atau lebih pendek daripada anak- anak seusianya dengan jenis
kelamin yang sama.
Selain pendek, anak yang mengalami stunting juga terlihat kurus. Walaupun
terlihat pendek dan kurus, tubuh anak tetap proporsional. Namun perlu diingat, tidak
semua anak yang pendek disebut stunting.
berikut ini ciri-ciri stunting pada anak:
1. Tinggi dan berat badan lebih kecil dibandingkan dengan anak seusianya.
2. Anak rentan mengalami gangguan pada tulang.
3. Mengalami gangguan tumbuh kembang.
4. Rentan mengalami gangguan kesehatan.
5. Terlihat lemas terus menerus.
6. Kurang aktif.
DAMPAK STUNTING
6
PENCEGAHAN STUNTING
1. Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil. Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk
mencegah stunting pada anak adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan.
2. Beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, menurut Veronika Scherbaum, ahli
nutrisi dari Universitas Hohenheim,Jerman, menyatakan ASI ternyata berpotensi
mengurangi peluang stunting pada anak berkat kandungan gizi mikro dan makro
3. Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke
atas, maka ibu sudah bisa memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini
pastikan makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang
sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting.
4. Terus memantau tumbuh kembang anak. Orang tua perlu terus memantau tumbuh
kembang anak mereka, terutama dari tinggi dan berat badan anak. Bawa si Kecil secara
berkala ke Posyandu maupun klinik khusus anak
5. Selalu jaga kebersihan lingkungan. Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan
akan serangan penyakit, terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula
yang secara tak langsung meningkatkan peluang stunting
Menu makan yang disusun sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 28 tahun 2019 Tentang Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk
Masyarakat Indonesia.
Kebutuhan Energi Umur 6-11 bulan dibutuhkan 800 kkal, Sebagian kebutuhan Energi
besar dicukupi dari ASI, sehingga kebutuhan kalori dari MP-ASI yang dibutukan sebesar
200 kkal/hari.
7
Tekstur makanan untuk MP-ASI usia 6-8 adalah bubur saring kental. Dalam memberikan
makanan harus memperhatikan respon anak pada saat makan yaitu dengan jadwal
teratur, lama pemberian makan maksimal 30 menit, ajarkan anak makan sendiri dengan
sendok dan minum dengan gelas (Buku KIA tahun 2021).
Bahan :
1. Beras 10g
3. Tahu 10g
Cara memasak :
2. Rebus air hingga mendidih dalam panci, masukkan beras dan diaduk sampai menjadi
nasi lembek (nasi tim)
8
5. Tumis bumbu halus hingga harum
7. Tambahkan nasi lumat, tahu, sayuran cincang dan air secukupnya lalu masak sampai
matang.
9. Siap disajikan
Bahan :
2. Tepung susu 5g
Cara memasak :
2. Rebus ubi ungu dengan air hingga empuk, haluskan selagi panas
3. Masukan tepung susu kedalam air matang hangat lalu aduk rata
5. Siap disajikan
9
BUBUR PELANGI (Menu Umur 6-8 Bulan)
Bahan :
1. Beras 10g
3. Tomat 10g
4. Kangkung 10g
5. Minyak kelapa 2g
Cara memasak :
2. Rebus air hingga mendidih dalam panci, masukkan beras dan diaduk sampai menjadi
nasi lembek (nasi tim)
4. Masukkan hati cincang dan sayuran kedalam nasi lembek masak sampai matang
7. Masukan semua bahan kedalam tumisan bumbu dan masak sampai matang.
10
8. Saring sampai halus
9. Siap disajikan
Kebutuhan Energi umur 6-11 bulan dibutuhkan 800 kkal.Sebagian kebutuhan energi
besar dicukupi dari ASI, sehingga kebutuhan kalori/Energi dari MP-ASI yang dibutuhkan
sebesar 300 kkal/hari.
Tekstur makanan untuk MP-ASI usia 9-11 bulan dicincang/dicacah. Dalam memberikan
makanan harus memperhatikan respon anak pada saat makan yaitu dengan jadwal teratur,
lama pemberian makan maksimal 30 menit, ajarkan anak makan sendiri dengan sendok
dan minum dengan gelas (Buku KIA tahun 2021)
Bahan :
1. Kentang 15g
2. Ayam 10g
3. Wortel 5g
11
Cara memasak :
4. Haluskan kentang, wortel dan ayam sampai lumat, aduk sampai rata
6. Haluskan bumbu-bumbu (bawang merah, bawang putih, garam dan gula), tumis
sampai wangi
9. Sajikan
Bahan :
2. Santan 5g
4. Agar-agar 1g
12
Cara memasak :
4. Campur labu kuning lumat, santan, telur, agar-agar, gula ke dalam panci
Bahan :
1. Beras 10g
3. Tahu 5g
4. Buncis 5g
5. Tomat 5g
13
Cara memasak :
2. Rebus air hingga mendidih dalam panci, masukkan nasi dan diaduk sampai nasi
lembek (nasi tim)
7. Masukkan nasi tim, ikan kembung yang sudah dihaluskan, masak hingga setengah
matang
8. Kemudian masukkan tahu, buncis dan tomat yang sudah dicincang halus kedalam nasi
tim sambil diaduk pelan pelan sampai matang
9. Sajikan
Tekstur makanan untuk MP-ASI usia 12-24 bulan berupa makanan keluarga. Dalam
memberikan makanan harus memperhatikan respon anak pada saat makan yaitu dengan
jadwal teratur, lama pemberian makan maksimal 30 menit, ajarkan anak makan sendiri
dengan sendok dan minum dengan gelas (Buku KIA tahun 2021).
14
Bahan:
1. Sukun 60g
3. Telur 15g
4. Wortel 10g
5. Minyak 2g
6. Kecap 2g
7. Pepaya 50g
Cara memasak :
3. Tumis bumbu (bawang merah, bawang putih, ketumbar, garam) hingga harum
4. Masukkan daging sapi, tambahkan air, masak hingga empuk, tambahkan kecap masak
hingga matang.
15
Bahan :
1. Tepung terigu 5g
2. Jagung 5g
3. Minyak kelapa 2g
4. Telur 10g
Cara memasak :
1. Campurkan jagung yang sudah disisir, tepung terigu, telur dan bumbu halus (bawang
putih, bawang merah, ketumbar, garam) aduk hingga merata.
2. Panaskan wajan beri minyak kelapa dan goreng adonan bakwan tadi hingga berwarna
kecoklatan, angkat.
Bahan :
1. Pepaya 10g
2. Melon 20g
16
3. Mangga 10g
4. Tepung susu 5g
5. Mayonaise 2g
Cara memasak :
Bahan :
Vanilli (opsional)
17
Langkah :
1. Masukkan 1liter susu dan 1 sachet agar- agar ke dalam panci dengan menggunakan api
sedang, sambil terus diaduk agar tidak menggumpal. Masukkan 1 lembar daun pandan
2. Setelah itu masukkan gula pasir sesuai selera, dan masukkan vanili (opsional)
5. Jika uap nya sudah hilang, lalu dimasukkan kedalam cetakan, lalu biarkan dingin
18
DAFTAR PUSTAKA
Henningham,. Mcgregor,. (2008). Public Health Nutrition. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Kerangka Kebijakan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka Seribu Hari
Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK). (2013). Jakarta : Republik Indonesia.
Pipes dan Cristine. (1985). Nutrition in infancy and childhood (3rd ed). United States of America
: Mosby St. Louis.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2022). Situasi Balita Pendek. Jakarta :
Kementerian Kesehatan.
Rahayu, A., Yulidasari, F., Putri, A.O dan Rahman, F. (2015). Riwayat Berat Badan Lahir
dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia Bawah Dua Tahun. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional Vol. 10 (2): 67-73
Sulistyoningsih H. (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu Dan Anak. Jogjakarta : Graha Ilmu.
19