Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

GIZI
Memahami STUNTING di indonesia

ANDI AYUB AWU ABDULLAH

M.KES-4

PASCASARJANA KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
A. PENDAHULUAN
Stunting adalah kondisi ketika anak lebih pendek dibandingkan anak-anak
lain seusianya, atau dengan kata lain, tinggi badan anak berada di bawah standar.
Standar yang dipakai sebagai acuan adalah kurva pertumbuhan yang dibuat oleh
Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Di Asia Tenggara, Indonesia menempati posisi ke-3 untuk jumlah stunting
terbanyak. Pada tahun 2018, walaupun jumlahnya turun dibandingkan tahun-
tahun sebelumnya, masih ada 3 dari 10 balita Indonesia yang mengalami stunting.

B. Penyebab Stunting pada Anak


Stunting merupakan akibat dari kurangnya asupan gizi pada anak dalam
1000 hari pertama kehidupan, yaitu semenjak anak masih di dalam kandungan
hingga anak berusia 2 tahun.
Stunting pada anak bisa disebabkan oleh masalah pada saat kehamilan,
melahirkan, menyusui, atau setelahnya, seperti pemberian MPASI (Makanan
pendamping ASI) yang tidak mencukupi asupan nutrisi.
Selain nutrisi yang buruk, stunting juga bisa disebabkan oleh kebersihan
lingkungan yang buruk, sehingga anak sering terkena infeksi. Pola asuh yang
kurang baik juga ikut berkontribusi atas terjadinya stunting. Buruknya pola asuh
orang tua sering kali disebabkan oleh kondisi ibu yang masih terlalu muda, atau
jarak antar kehamilan terlalu dekat.

C. Ciri-Ciri Anak Mengalami Stunting


Stunting pada anak akan terlihat dari perawakan anak yang kerdil saat
mencapai usia 2 tahun, atau lebih pendek dibandingkan anak-anak seusianya
dengan jenis kelamin yang sama. Selain pendek atau kerdil, anak yang mengalami
stunting juga terlihat kurus. Walaupun terlihat pendek dan kurus, tubuh anak tetap
proporsional. Tetapi perlu diingat, tidak semua anak yang pendek itu disebut
stunting,
Selain mengalami gangguan pertumbuhan, stunting pada anak juga
memengaruhi perkembangannya. Anak dengan stunting akan mengalami
penurunan tingkat kecerdasan, gangguan berbicara, dan kesulitan dalam belajar.
Akibatnya, prestasi anak di sekolah akan buruk. Dampak lebih jauh dari stunting
adalah pada masa depan anak, di mana ia akan sulit mendapatkan pekerjaan
ketika dewasa.
Anak dengan stunting juga memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah,
sehingga lebih mudah sakit, terutama akibat penyakit infeksi. Selain itu, anak
yang mengalami stunting akan lebih sulit dan lebih lama sembuh ketika sakit.
Stunting juga memberikan dampak jangka panjang terhadap kesehatan anak.
Setelah dewasa, anak akan rentan mengalami penyakit diabetes, hipertensi, dan
obesitas.
Seluruh ciri-ciri anak stunting ini sebenarnya adalah dampak dari kurangnya
nutrisi, seringnya terkena penyakit, dan salahnya pola asuh pada 1000 hari
pertama kehidupan, yang sebenarnya dapat dicegah namun tidak dapat diulang
kembali.
D. Mencegah Stunting pada Anak
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, gangguan tumbuh kembang akibat
stunting bersifat menetap, yang artinya tidak dapat diatasi. Namun, kondisi ini
sangat bisa dicegah, terutama pada saat 1000 hari pertama kehidupan anak,
dengan cara sebagai berikut:
1. Penuhi kecukupan nutrisi ibu selama kehamilan dan menyusui, terutama zat
besi, asam folat, dan yodium.
2. Lakukan inisiasi menyusui dini dan memberikan ASI eksklusif.
3. Lengkapi pengetahuan mengenai MPASI yang baik dan menerapkannya.
4. Biasakan perilaku hidup bersih dan sehat dengan mencuci tangan
menggunakan sabun dan air, terutama sebelum menyiapkan makanan dan
setelah buang air besar atau buang air kecil, meminum air yang terjamin
kebersihannya, dan mencuci peralatan makan dengan sabun cuci piring.
Semua ini dilakukan untuk mencegah anak terkena penyakit infeksi.
Orang tua juga perlu memeriksakan Si Kecil ke Posyandu atau Puskesmas
secara rutin, agar kenaikan berat badan dan tinggi badannya dapat dipantau, untuk
kemudian dibandingkan dengan kurva pertumbuhan dari WHO. Pemeriksaan ini
dianjurkan untuk dilakukan setiap bulan bagi anak berusia di bawah 1 tahun, dan
setiap 3 bulan bagi anak berusia 1-2 tahun.
Selain pemantauan terhadap tinggi badan dan berat badan, pemeriksaan
rutin ini juga diperlukan untuk melakukan evaluasi kemungkinan terjadinya
infeksi pada anak, seperti cacingan, TBC, infeksi saluran kencing, dan diare
berulang.
Walaupun stunting adalah kondisi gangguan pertumbuhan yang tidak bisa
diperbaiki, penanganan sedini mungkin tetap penting untuk dilakukan agar
kondisi anak tidak semakin parah.
E. Kebijakan Pemerintah dalam menanggulangi STUNTING
Stunting dapat diintervensi dengan gizi spesifik dan gizi sensitive.
Intervensi gizi spesifik merupakan intervensi yang ditujukan kepada anak dalam
1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan berkontribusi pada 30% penurunan
stunting. Kerangka kegiatan intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan pada
sektor kesehatan dimulai dari masa kehamilan ibu hingga melahirkan balita.Yang
meliputi intervensi gizi spesifik, yaitu pemberian makanan pada ibu hamil, ibu
hamil mengonsumsi tablet tambah darah, Inisiasi Menyusui Dini (IMD),
pemberian ASI eksklusif, pemberian ASI didampingi oleh pemberian MPASI
pada usia 6-24 bulan, dan berikan imunisasi lengkap pada anak.
Sedangka Intervensi gizi sensitif dilakukan melalui berbagai kegiatan
pembangunan di luar sektor kesehatan dan berkontribusi pada 70% intervensi
stunting. Kegiatan terkait intervensi gizi sensitif dapat dilaksanakan melalui
beberapa kegiatan yang umumnya makro dan dilakukan secara lintas Kementerian
dan Lembaga yang meliputi intervensi gizi sensitif, yaitu menyediakan dan
memastikan akses pada air bersih dan sanitasi, menyediakan akses ke layanan
kesehatan dan Keluarga Berencana (KB), memberikan pendidikan pengasuhan
pada orang tua, dan memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi serta
gizi pada remaja.

Anda mungkin juga menyukai