Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

GIZI
Memahami STUNTING di Indonesia

SRI NOVITA SARI AMIR

M.Kes 4

PASCASARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA

MAKASSAR

2019
A. PENDAHULUAN
Perkembangan masalah gizi di Indonesia juga mulai teridentifikasi dan perlu diperhatikan
. Masalah gizi yang sudah dapat dikendalikan meliputi kekurangan Vitamin A pada anak
Balita, Gangguan Akibat Kurang Iodium dan Anemia Gizi pada anak 2-5 tahun.
Penanggulangan masalah Kurang Vitamin A (KVA) pada anak Balita sudah dilaksanakan
secara intensif sejak tahun 1970-an, melalui distribusi kapsul vitamin A setiap 6 bulan, dan
peningkatan promosi konsumsi makanan sumber vitamin A. Dua survei terakhir tahun 2007
dan 2011 menunjukkan, secara nasional proporsi anak dengan serum retinol kurang dari 20
ug sudah di bawah batas masalah kesehatan masyarakat, artinya masalah kurang vitamin A
secara nasional tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Masalah gizi yang belum selesai adalah masalah gizi kurang dan pendek (stunting). Pada
tahun 2018 prevalensi anak stunting 35.6 %, artinya 1 diantara tiga anak kita kemungkinan
besar pendek. Sementara prevalensi gizi kurang telah turun dari 31% (1989), menjadi 17.9%
(2018). Dengan capaian ini target MDGs sasaran 1 yaitu menurunnya prevalensi gizi kurang
menjadi 15.5% pada tahun 2015 diperkirakan dapat dicapai.
Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa 35,6% anak Indonesia “stunted”. Sebagai
akibatnya, produktivitas individu menurun dan masyarakat harus hidup dengan penghasilan
yang rendah.Stunting atau penurunan tingkat pertumbuhan pada manusia utamanya
disebabkan oleh kekurangan gizi. Lebih jauh lagi, kekurangan gizi ini disebabkan oleh
rusaknya mukosa usus oleh bakteri fecal yang mengakibatkan terjadinya gangguan absorbsi
zat gizi. Dengan demikian, peningkatan cakupan sanitasi dan perilaku hygiene sebesar 99%
dapat membantu menurunkan insiden diare sebesar 30% dan menurunkan prevalensi
stuntingsebesar 2,4%.
Stunting adalah kondisi ketika anak lebih pendek dibandingkan anak-anak lain
seusianya, atau dengan kata lain, tinggi badan anak berada di bawah standar. Standar yang
dipakai sebagai acuan adalah kurva pertumbuhan yang dibuat oleh Badan Kesehatan Dunia
(WHO).
Di Asia Tenggara, Indonesia menempati posisi ke-3 untuk jumlah stunting terbanyak.
Pada tahun 2018, walaupun jumlahnya turun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, masih
ada 3 dari 10 balita Indonesia yang mengalami stunting.
B. Penyebab Stunting Pada Anak
Stunting merupakan akibat dari kurangnya asupan gizi pada anak dalam 1000 hari
pertama kehidupan, yaitu semenjak anak masih di dalam kandungan hingga anak berusia 2
tahun. Stunting pada anak bisa disebabkan oleh masalah pada saat kehamilan, melahirkan,
menyusui, atau setelahnya, seperti pemberian MPASI yang tidak mencukupi asupan nutrisi.
Selain nutrisi yang buruk, stunting juga bisa disebabkan oleh kebersihan lingkungan
yang buruk, sehingga anak sering terkena infeksi. Pola asuh yang kurang baik juga ikut
berkontribusi atas terjadinya stunting. Buruknya pola asuh orang tua sering kali disebabkan
oleh kondisi ibu yang masih terlalu muda, atau jarak antar kehamilan terlalu dekat.

C. Ciri-Ciri Anak Mengalami Stunting


Stunting pada anak akan terlihat dari perawakan anak yang kerdil saat mencapai usia 2
tahun, atau lebih pendek dibandingkan anak-anak seusianya dengan jenis kelamin yang
sama. Selain pendek atau kerdil, anak yang mengalami stunting juga terlihat kurus.
Walaupun terlihat pendek dan kurus, tubuh anak tetap proporsional. Tetapi perlu diingat,
tidak semua anak yang pendek itu disebut stunting, yah.
Selain mengalami gangguan pertumbuhan, stunting pada anak juga memengaruhi
perkembangannya. Anak dengan stunting akan mengalami penurunan tingkat kecerdasan,
gangguan berbicara, dan kesulitan dalam belajar. Akibatnya, prestasi anak di sekolah akan
buruk. Dampak lebih jauh dari stunting adalah pada masa depan anak, di mana ia akan sulit
mendapatkan pekerjaan ketika dewasa.
Anak dengan stunting juga memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah, sehingga
lebih mudah sakit, terutama akibat penyakit infeksi. Selain itu, anak yang mengalami
stunting akan lebih sulit dan lebih lama sembuh ketika sakit. Stunting juga memberikan
dampak jangka panjang terhadap kesehatan anak. Setelah dewasa, anak akan rentan
mengalami penyakit diabetes, hipertensi, dan obesitas.
Seluruh ciri-ciri anak stunting ini sebenarnya adalah dampak dari kurangnya nutrisi,
seringnya terkena penyakit, dan salahnya pola asuh pada 1000 hari pertama kehidupan,
yang sebenarnya dapat dicegah namun tidak dapat diulang kembali.
D. Mencegah Stunting pada Anak

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, gangguan tumbuh kembang akibat stunting


bersifat menetap, yang artinya tidak dapat diatasi. Namun, kondisi ini sangat bisa dicegah,
terutama pada saat 1000 hari pertama kehidupan anak, dengan cara sebagai berikut:

 Penuhi kecukupan nutrisi ibu selama kehamilan dan menyusui, terutama zat besi, asam
folat, dan yodium.
 Lakukan inisiasi menyusui dini dan memberikan ASI eksklusif.
 Lengkapi pengetahuan mengenai MPASI yang baik dan menerapkannya.
 Biasakan perilaku hidup bersih dan sehat dengan mencuci tangan menggunakan sabun
dan air, terutama sebelum menyiapkan makanan dan setelah buang air besar atau
buang air kecil, meminum air yang terjamin kebersihannya, dan mencuci peralatan
makan dengan sabun cuci piring. Semua ini dilakukan untuk mencegah anak terkena
penyakit infeksi.

Bunda dan Ayah juga perlu memeriksakan Si Kecil ke Posyandu atau Puskesmas secara
rutin, agar kenaikan berat badan dan tinggi badannya dapat dipantau, untuk kemudian
dibandingkan dengan kurva pertumbuhan dari WHO. Pemeriksaan ini dianjurkan untuk
dilakukan setiap bulan bagi anak berusia di bawah 1 tahun, dan setiap 3 bulan bagi anak
berusia 1-2 tahun.

Selain pemantauan terhadap tinggi badan dan berat badan, pemeriksaan rutin ini juga
diperlukan untuk melakukan evaluasi kemungkinan terjadinya infeksi pada anak, seperti
cacingan, TBC, infeksi saluran kencing, dan diare berulang.

Walaupun stunting adalah kondisi gangguan pertumbuhan yang tidak bisa diperbaiki,
penanganan sedini mungkin tetap penting untuk dilakukan agar kondisi anak tidak semakin
parah. Konsultasikan segera dengan dokter anak bila Si Kecil terlihat lebih pendek
dibandingkan anak-anak seusianya.

E. Kebijakan Pemerintah dalam Masalah Stunting

Selama ini pemerintah sudah berusaha mengurangi Gizi buruk, terutama pertumbuhan
yang terhambat, merupakan sebuah masalah kesehatan masyarakat yang utama di
Indonesia. Untuk mengatasi tantangan itu, UNICEF mendukung sejumlah inisiatif di tahun
2012 untuk menciptakan lingkungan nasional yang kondusif untuk gizi. Ini meliputi
peluncuran Gerakan Sadar Gizi Nasional (Scaling Up Nutrition – SUN) dan mendukung
pengembangan regulasi tentang pemberian ASI eksklusif, rencana nasional untuk
mengendalikan gangguan kekurangan iodine, panduan tentang pencegahan dan
pengendalian parasit intestinal dan panduan tentang suplementasi multi-nutrient
perempuan dan anak di Klaten, Jawa Tengah.

Manajemen masyarakat tentang gizi buruk akut dan pemberian makan bayi dan anak
menjelma menjadi sebuah paket holistic untuk menangani gizi buruk, sementara
pengendalian gizi anak dan malaria ditangani bersama untuk mencegah pertumbuhan yang
terhambat (stunting) (Laporan Tahuna Unicef Indonesia, 2012).

Anda mungkin juga menyukai