BERFIKIR SISTEM
SEPULUH LANGKAH UNTUK SISTEM YANG BERPIKIR UNTUK
MEMPERKUAT SISTEM KESEHATAN
NIM.006310112019
M.KES-5
A. Latar Belakang
Balita pendek (stunting) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat
pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan.
Stunting dapat di diagnosis melalui indeks antropometri tinggi badan menurut umur
yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan
dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai.
Stunting merupakan pertumbuhan linear yang gagal untuk mencapai potensi genetik
sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit infeksi (ACC/SCN, 2000).
Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan sosial
dan ekonomi dalam masyarakat. Ada bukti jelas bahwa individu yang stunting memiliki
tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai penyebab dan terjadinya peningkatan
penyakit. Stunting akan mempengaruhi kinerja pekerjaan fisik dan fungsi mental dan
intelektual akan terganggu (Mann dan Truswell, 2002). Hal ini juga didukung oleh
Jackson dan Calder (2004) yang menyatakan bahwa stunting berhubungan dengan
gangguan fungsi kekebalan dan meningkatkan risiko kematian. Di Indonesia,
diperkirakan 7,8 juta anak mengalami stunting, data ini berdasarkan laporan yang
dikeluarkan oleh UNICEF dan memposisikan Indonesia masuk ke dalam 5 besar negara
dengan jumlah anak yang mengalami stunting tinggi (UNICEF, 2007). Hasil Riskesdas
2010, secara nasional prevalensi kependekan pada anak umur 2-5 tahun di Indonesia
adalah 35,6 % yang terdiri dari 15,1 % sangat pendek dan 20 % pendek.
B. Rumusan Masalah
Bagaiman Menerapkan sistem dalam desain dan evaluasi interfensi pada
kejadian Stunting disuatu wilayah.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah ini untuk menerafkan 10 langkah penerapan
persfektif sistem dalam desain dan evaluasi intervensi.
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan.
A. Latar Belakang
GAMBARAN UMUM
Puskesmas Sudiang terletak di Kelurahan Pai Kecamatan Biringkanya Kota Makassar pada
sumbu titik koordinat: -5,08’077” LS dan 119,52’467” BT. Adapun batas Wilayah administrasi
sebagai berikut:
Secara Geografi, wilayah kerja Puskesmas Sudiang dengan luas wilayah sekitar 25.83 Km2
yang terdiri dari 4 (empat) kelurahan. Pada tahun 2010 terdapat 47 RW, 2.350 RT dan total
penduduk sekitar 65.696 jiwa.( lihat table 1)
2. Demografi (Kependudukan)
Sedang ratio beban tanggungan (dependentcy ratio) rata-rata sekitar 67 % atau dengan
interpretasi setiap 100 penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sudiang akan ditanggung sekitar 67
orang yang produktif. Angka ketergantungan lebih besar pada Kelurahan Untia yakni sekitar 86 %.
Sedang sex ratio atau ratio jenis kelamin Laki-laki dan Perempuan sekitar 1 : 4. (Lihat Tabel 2).
Untuk lebih jelas Bentuk piramida penduduk dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1 : Grafik Piramida Penduduk menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di
Wilayah Kerja Puskesmas Sudiang tahun 2010.
Dari gambar diatas dapat diketahui bentuk piramida penduduk berbentuk “Constriktif”
yang menggambarkan penduduk kelompok muda lebih sedikit dibanding penduduk usia produktif
dan usia tua, dimana pada penduduk usia produktif yang lebih dominan adalah penduduk pra Usila
(kelompok usia 45 – 64 th).
3. Gambaran Umum Puskesmas Sudiang Kota Makassar
a. Sarana Kesehatan
Puskesmas Sudiang dalam melaksanakan tugasnya sebagai Unit Pelaksana Teknis dalam pelayanan
Kesehatan kepada masyarakat umum dengan jumlah sarana sebagai berikut :
D. Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh, yaitu dapat mengetahui mengenai penyakit ISPA,
penyebab penyakit, gejala penyakit, dan pengobatan untuk penyakit ISPA, serta komplikasi
dari penyakit.
BAB II
PEMBAHASAN
Sepuluh langkah untuk berfikir sistem : Menerapkan Perspektif sistem
dalam desain dan evaluasi intervensi
8. Mengembangkan Rencana
Perkuat atau bentuk komite pencegahan dan pengendalian infeksi dan program
pencegahan dan pengendalian infeksi dengan personel terlatih untuk terus
memperbarui kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi dan memantau
pelaksanaannya
Berikan dukungan yang memadai untuk mempromosikan praktik pencegahan
dan pengendalian infeksi yang lebih baik melalui rekomendasi berikut:
A. Gunakan metode yang sudah terbukti untuk meningkatkan pelaksanaan tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi, yang mencakup berbagai strategi (misalnya,
pergantian prasarana, pendidikan, poster, peringatan, keterlibatan pimpinan
tingkat atas, umpan balik kinerja)
B. Didik petugas kesehatan untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian
infeksi pada semua pasien penyakit pernapasan yang menimbulkan demam akut
C. Pastikan tersedia perlengkapan pencegahan dan pengendalian infeksi yang
memadai seperti: fasilitas kebersihan tangan seperti sabun dan air bersih yang
mengalir, antiseptik berbasis alkohol, handuk kertas, atau handuk sekali pakai;
1. APD untuk perlindungan pasien (misalnya, masker/respirator, gaun pelindung,
sarung tangan, pelindung mata);
2. APD yang tidak mudah rusak (misalnya, sepatu pelindung yang tertutup rapat,
celemek tahan air, dan sarung tangan karet); dan persediaan bahan pembersih
dan disinfeksi yang memadai.
D. Susun rencana untuk pemeriksaan dan penanganan pasien yang diketahui atau
suspek terinfeksi ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran, seperti
penyaringan cepat (pembuatan sistem triase pasien) dan pelaksanaan segera
tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi
E. Buat sistem untuk segera mengidentifikasi dan mengisolasi pasien yang mungkin
menderita ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran untuk segera memberi
tahu lembaga kesehatan pemerintah yang berwenang
F. a Di negara-negara di mana terjadi ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran,
perkuat sistem pelaporan di fasilitas pelayanan kesehatan (misalnya, pasang
pengumuman pada semua pintu masuk dan tempat pemeriksaan klinis seperti
bagian gawat darurat) untuk memperingatkan pasien dan pengunjung agar segera
melaporkan penyakit pernapasan yang menimbulkan demam akut berat ke petugas
kesehatan
G. a Bila pasien confirm menderita ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran
sudah masuk fasilitas pelayanan kesehatan, tingkatkan surveilans pencegahan dan
pengendalian infeksi untuk mendeteksi bukti penularan ke pasien lain dan petugas
kesehatan
9. Tetapkan Anggaran
A. Biaya Oprasional Posbindu PTM
B. Penganti Biaya Perjalanan Kader
C. Biaya Penyediaan Bahan Habis Pakai
D. Biaya Penyuluhan
E. Biaya Rujukan
F. Biaya peyelengaraan Pertemuan
G. Biaya Evaluasi
10. Sumber Pendanaan
A. APBN
B. APBD
C. BOK
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan.
ISPA adalah penyakit yang disebabkan oleh kelainan hormon yang mengakibatkan
sel-sel dalam tubuh tidak dapatmenyerap glukosa dari darah. Penyakit ini timbul ketika di
dalam darah tidak terdapat cukupinsulin atau ketika sel-sel tubuh kita dapat bereaksi normal
terhadap insulin dalam darah.