Anda di halaman 1dari 19

WRAP UP SKENARIO 3

BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS


“RISKESDAS 2018, IMUNISASI DASAR LENGKAP,
STATUS GIZI IBU HAMIL”

KELOMPOK A-2:

Ketua : Fadhilatul Hilya 1102016062

Sekertaris : Azura Syahadati 1102014056

Anggota : Abdul Halim 1102016001

Adinda Permata Putri 1102016007

Ajeng Tri Rengganis 1102016014

Ayunda Maharani S 1102016037

Dinda Maharani A 1102016056

Fanisa Tria Rani 1102015069

Megan Grishelda P 1102016116

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
Jalan. Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp. 62.21.4244574 Fax. 62.21. 4244574
SKENARIO 3

Riskesdas 2018, Imunisasi Dasar Lengkap, Status Gizi Ibu Hamil

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) melaksanakan


imunisasi pada anak dalam upaya menurunkan kejadian penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi, yaitu tuberkulosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta
hepatitis B. Tahun 2018, pemerintah melalui Kemenkes RI melakukarn Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan Kemenkes RI menemukan bahwa 9,2
persen anak 12-23 bulan tidak pernah mendapatkan imunisasi. Selain imunisasi dasar,
survai juga dilakukan terhadap masalah gizi pada wanita hamil. Status gizi wanita
hamil yang berumur 15-49 tahun diukur berdasarkan indikator Lingkar Lengan Atas
(LiLA) dan digunakan ambang batas nilai rerata LILA <23,5 cm. Hasilnya adalah
prevalensi risiko KEK wanita hamil umur 15-49 tahun, secara nasional sebanyak 17,3
persen.
KATA SULIT
LiLA = lingkar lengan atas, untuk mengetahui indicator KEK pada ibu hamil
KEK = kekurangan gizi kronis, masalah gizi yang disebabkan karena kekurangan
asupan makanan dalam waktu yang lama.
RISKESDAS = riset kesehatan kementrian RI, untuk mengetahui kesehatan
masyarakat berbasis komunitas dalam skala kabupaten, kota, hingga nasional.
Dilakukan 5-6 tahun sekali.
PERTANYAAN
1. Bagaimana status gizi yang baik pada wanita hamil berdasarkan LiLA ?
2. Bagaimana KEK bisa terjadi dan bagaimana pencegahannya ?
3. Tujuan dan fungsi dilakukan RISKESDAS ?
4. Apa saja gejala yang ditimbulkan pada KEK ?
5. Mengapa digunakan LiLA dibandingkan IMT untuk mengetahui risiko pada
ibu hamil ?
6. Apa saja pengaruh KEK terhadap kehamilan ?
7. Apa saja faktor yang mempengaruhi status gizi pada ibu hamil ?
8. Apakah imunisasi dasar ditanggung oleh pemerintah ?
9. Bagaimana cara meningkatkan presentase imunisasi dasar lengkap ?
10. Bagaimana langkah langkah RISKESDAS ?

JAWABAN
1. >23,5 (kurang dari itu resiko BBLR)
2. Asupan makanan kurang, beban kerja berat, PHBS rendah, penyakit infeksi
dan dicegah dengan promosi kesehatan, makan yang cukup, penurunan PHBS.
3. Mencari solusi masalah kesehatan masyarakat dengan cara survey.
Fungsi nya: perumusan berbagai kebijakan masalah kesehatan baik di tingkat
pusat, provinsi, kabupaten, atau kota.
4. Kesemutan, mudah lelah, lesu, kesulitan melahirkan, ASI kurang, anemia,
kekurangan energy.
5. Karena tidak didapatkan data BB pada sebagian besar ibu hamil.
6. BBLR, stunting, premature, aborsi, wasting.
7. Usia, kesehatan, pendapatan, pendidikan, pekerjaan.
8. Sudah ditanggung oleh pemerintah melalui BPJS.
9. Melakukan edukasi dan informasi untuk ibu yang memiliki anak bayi dan
evaluasi status imunisasi anak.
10. Dilakukan penelitian, didapatkan hasil (data), perencanaan, dikembangkan.
HIPOTESIS
Status gizi ibu hamil dipengaruhi oleh usia, kesehatan, pendapatan, pendidikan,
pekerjaan dan dapat diukur berdasarkan LiLA. Apabila LiLA <23,5 dapat mempunyai
risiko terjadinya BBLR, stunting, premature, aborsi, wasting yang ditandai dengan
engan gejala seperti kesemutan, mudah lelah, lesu, kesulitan melahirkan, ASI kurang,
anemia, dan kekurangan energy. KEK sendiri dapat terjadi oleh karena asupan
makanan kurang, beban kerja berat, PHBS rendah, penyakit infeksi dan dicegah
dengan promosi kesehatan, makan yang cukup, penurunan PHBS. RISKESDAS
bertujuan untuk Mencari solusi masalah kesehatan masyarakat dengan cara survey,
dan juga berfungsi sebagai perumusan berbagai kebijakan masalah kesehatan baik di
tingkat pusat, provinsi, kabupaten, atau kota.
SASBEL

I. Memahami dan Menjelaskan RISKESDAS


II. Memahami dan Menjelaskan Status Gizi Pada Wanita Hamil
III. Memahami dan Menjelaskan Imunisas Dasar Pada Anak dan Ibu Hamil
1. Memahami Dan Menjelaskan Riskesdas
1.1 Definisi
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) merupakan penelitian bidang
kesehatan berbasis komunitas yang indikatornya dapat menggambarkan
tingkat nasional sampai dengan tingkat kabupaten/kota. Pelaksanaan lima
tahun sekali dianggap interval yang tepat untuk menilai perkembangan
status kesehatan masyarakat, faktor risiko, dan perkembangan upaya
pembangunan kesehatan.

1.2 Riskesdas 2018


Tahun 2018, Kementerian Kesehatan RI melalui Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan kembali mengadakan Riskesdas, yakni survei
lima tahunan yang hasilnya dapat digunakan menilai perkembangan status
kesehatan masyarakat, faktor risiko, dan perkembangan upaya
pembangunan kesehatan.

Tujuan dilaksanakannya Riskesdas 2018, antara lain: a) Menilai status


kesehatan masyarakat dan determinan yang mempengaruhinya; b) Menilai
perubahan indikator status kesehatan masyarakat dan determinan yang
mempengaruhinya; serta c) Menilai perubahan Indeks Pembangunan
Kesehatan Masyarakat (IPKM) hasil pembangunan kesehatan di
Kabupaten/Kota.

Riskesdas 2018 rencananya akan dilakukan pada bulan April-Mei


2018. Desain penelitian yang digunakan potong lintang (cross sectional)
dengan kerangka sampel blok sensus dari Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) bulan Maret 2018 dari Badan Pusat Statistik (BPS). Populasi
adalah rumah tangga di Indonesia di seluruh provinsi dan kabupaten/kota
(34 Provinsi, 416 kabupaten dan 98 kota). Adapun jumlah sampel yang
dibutuhkan adalah 300.000 rumah tangga yang diperoleh dari 30.000 blok
survei (masing-masing blok survei terdiri dari 10 rumah tangga).
Merupakan sebuah kemajuan, karena pada tahun ini pelaksanaan
Riskesdas Kemenkes terintegrasi Susenas BPS.

Adapun metode pengumpulan data Riskesdas 2018 dilakukan melalui


metode wawancara, pengukuran, dan pemeriksaan. Kegiatan yang
dilakukan yaitu: a) Wawancara indikator kesehatan masyarakat kepada
semua anggota keluarga yang terpilih (sampel); b) Pemeriksaan biomedis;
dan c) Pemeriksaan gigi oleh dokter gigi (bekerjasama dengan Persatuan
Dokter Gigi Indonesia/PDGI).

Indikator Riskesdas berbasis komunitas dengan unit analisis Rumah


Tangga/ Anggota Rumah Tangga. Indikator Riskesdas 2018 merupakan
indikator prioritas (SPM, RPJMN, Renstra, IPKM, PIS-PK, Germas dan
program).

Indikator Riskesdas 2018, mencakup: a) Pelayanan Kesehatan meliputi


akses pelayanan kesehatan, JKN, pengobatan, pemanfaatan pelayanan
kesehatan, pelayanan kesehatan tradisional; b) Perilaku Kesehatan
meliputi merokok, aktivitas fisik, minuman beralkohol, konsumsi
makanan, pencegahan penyakit tular nyamuk, penggunaan helm; c)
Lingkungan meliputi penyediaan dan penggunaan air, penggunaan jamban,
pembuangan sampah, pembuangan limbah, rumah sehat, penggunaan
bahan bakar; d) Biomedis meliputi pemeriksaan malaria, HB, glukosa
darah, kolesterol, trigliserida, antibody (PD3I); serta e) Status kesehatan
meliputi penyakit menular, penyakit tidak menular, gangguan jiwa-
depresi-emosi, kesehatan gigi dan mulut, kesehatan ibu-bayi-balita dan
anak remaja, status gizi, cedera dan disabilitas.

1.3 Manajemen Data

2. Memahami dan Menjelaskan Status Gizi pada Wanita Hamil


2.1 Definisi
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk
ibu
hamil. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan
oleh
keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient.

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil


a. Faktor Langsung
Gizi secara langsung dipengaruhi oleh asupan makanan dan penyakit,
khususnya penyakit infeksi. Faktor-faktor tersebut meliputi :
 Keterbatasan ekonomi, yang berarti tidak mampu membeli bahan
makanan yang berkualitas baik, sehingga mengganggu pemenuhan
gizi.
 Produk pangan, dimana jenis dan jumlah makanan di negara tertentu
atau daerah tertentu biasanya berkembang dari pangan setempat untuk
jangka waktu yang panjang sehingga menjadi sebuah kebiasaan turun-
temurun.
 Sanitasi makanan (penyiapan, penyajian, penyimpanan) hendaknya
jangan sampai membuat kadar gizi yang terkandung dalam bahan
makanan menjadi tercemar atau tidak higienis dan mengandung kuman
penyakit.
 Pembagian makanan dan pangan masyarakat Indonesia umumnya
masih dipengaruhi oleh adat atau tradisi. Misalnya, masih ada
kepercayaan bahwa ayah adalah orang yang harus diutamakan dalam
segala hal termasuk pembagian makanan keluarga
 Pengetahuan gizi yang kurang, prasangka buruk pada bahan makanan
tertentu, salah persepsi tentang kebutuhan dan nilai gizi suatu makanan
dapat mempengaruhi status gizi seseorang.
 Pemenuhan makanan berdasarkan pada makanan kesukaan saja akan
berakibat pemenuhan gizi menurun atau berlebih.
 Pantangan pada makanan tertentu, sehubungan dengan makanan yang
dipandang pantas atau tidak untuk dimakan. Tahayul dan larangan
yang beragam didasarkan pada kebudayaan daerah yang berlainan.
Misalnya, ada sebagian masyarakat yang masih percaya ibu hamil
tidak boleh makan ikan.
 Selera makan juga akan mempengaruhi dalam pemenuhan kebutuhan
gizi. Selera makan dipicu oleh sistem tubuh (misal dalam keadaan
lapar) atau pun dipicu oleh pengolahan serta penyajian makanan
 Suplemen Makanan
Ada beberapa suplemen makanan yang biasanya diberikan untuk ibu
hamil, antara lain :
 Tablet Tambah Darah (TTD) yang mengandung zat besi (Fe)
yang dapat membantu pembentukan sel darah merah yang
berfungsi sebagai pengangkut oksigen dan zat nutrisi makanan
bagi ibu dan janin. TTD mengandung 200 mg ferrosulfat yang
setara dengan 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat.
Tablet Tambah Darah diminum satu tablet tiap hari di malam
hari selama 90 hari berturut-turut, karena pada sebagian ibu
yang hamil merasakan mual, muntah, nyeri pada lambung,
diare, dan susah buang air besar. Usaha lain untuk menambah
asupan zat besi adalah daging segar, ikan, telur,
kacangkacangan, dan sayuran segar yang berwarna hijau tua.
 Kalsium merupakan zat yang dibutuhkan untuk perkembangan
tulang dan gigi bayi, jika asupan kalsium kurang maka
kebutuhan kalsiun diambil dari tulang ibu. Kebutuhan akan
kalsium bagi ibu hamil adalah 950 mg tiap harinya. Asupan
Kalsium bisa didapat dari minum susu, ikan, udang, rumput
laut, keju, yoghurt, sereal, jus jeruk, ikan sarden,
kacangkacangan, biji-bijian, dan sayur yang berwarna hijau
gelap.
 Vitamin juga diperlukan untuk menjaga kesehatan ibu yang
hamil. Beberapa vitamin ibu hamil yang dibutuhkan adalah
vitamin C (80 mg) yang berfungsi untuk membantu penyerapan
zat besi, vitamin A (6000 IU), vitamin D (4 mcg). Vitamin ini
dapt diperoleh dari cabe merah, mangga, pepaya, wortel,
ubi,aprikot, dan tomat.
b. Faktor Tidak Langsung
 Pendidikan keluarga
Faktor pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan menyerap
pengetahuan tentang gizi yang diperolehnya melalui berbagai
informasi.
 Faktor budaya
Masih ada kepercayaan untuk melarang memakan makanan tertentu
yang jika dipandang dari segi gizi, sebenarnya sangat baik bagi ibu
hamil.
 Faktor fasilitas kesehatan
Fasilitas kesehatan sangat penting untuk menyokong status kesehatan
dan gizi ibu hamil, dimana sebagai tempat masyarakat memperoleh
informasi tentang gizi dan informasi kesehatan lainnya, bukan hanya
dari segi kuratif, tetapi juga preventif dan rehabilitatif

Kebutuhan Gizi Ibu Hamil


Asupan gizi sangat menentukan kesehatan ibu hamil dan janin yang dikandungnya.
Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat sebesar 15% dibandingkan
dengan kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan untuk
pertumbuhan rahim (uterus), payudara (mammae), volume darah, plasenta, air
ketuban dan pertumbuhan janin. Makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil akan
digunakan untuk pertumbuhan janin sebesar 40% dan sisanya 60% digunakan untuk
pertumbuhan ibunya. Secara normal, ibu hamil akan mengalami kenaikan berat badan
sebesar 11-13 kg. Hal ini terjadi karena kebutuhan asupan makanan ibu hamil
meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Asupan makanan yang
dikonsumsi oleh ibu hamil berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan janin,
mengganti sel-sel tubuh yang rusak atau mati, sumber tenaga, mengatur suhu tubuh
dan cadangan makanan. Untuk memperoleh anak yang sehat, ibu hamil perlu
memperhatikan makanan yang dikonsumsi selama kehamilannya. Makanan yang
dikonsumsi disesuaikan dengan kebutuhan tubuh dan janin yang dikandungnya.
Dalam keadaan hamil, makanan yang dikonsumsi bukan untuk dirinya sendiri tetapi
ada individu lain yang ikut
mengkonsumsi makanan yang dimakan. Penambahan kebutuhan gizi selama hamil
meliputi :
a. Energi
Tambahan energi selain untuk ibu, janin juga perlu untuk tumbuh kembang.
Banyaknya energi yang dibutuhkan hingga melahirkan sekitar 80.000 Kkal
atau membutuhkan tambahan 300 Kkal sehari. Menurut RISKESDAS 2007
Rerata nasional Konsumsi Energi per Kapita per Hari adalah 1.735,5 kkal.
Kebutuhan kalori tiap trimester antara lain:
 Trimester I, kebutuhan kalori meningkat, minimal 2.000 kilo
kalori/hari.
 Trimester II, kebutuhan kalori akan meningkat untuk kebutuhan ibu
yang meliputi penambahan volume darah, pertumbuhan uterus,
payudara dan lemak.
 Trimester III, kebutuhan kalori akan meningkat untuk pertumbuhan
janin dan plasenta.
b. Protein
Penambahan protein selama kehamilan tergantung kecepatan pertumbuhan
janinnya. Kebutuhan protein pada trimester I hingga trimester II kurang dari 6
gram tiap harinya, sedangkan pada trimester III sekitar 10 gram tiap harinya.
Menurut Widyakarya Pangan dan Gizi VI 2004 menganjurkan penambahan 17
gram tiap hari. Kebutuhan protein bisa didapat dari nabati maupun hewani.
Sumber hewani seperti daging tak berlemak, ikan, telur, susu. Sedangkan
sumber nabati seperti tahu, tempe dan kacang-kacangan Protein digunakan
untuk: pembentukan jaringan baru baik plasenta dan janin, pertumbuhan dan
diferensiasi sel, pembentukan cadangan darah dan Persiapan masa menyusui.
c. Lemak
Lemak dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan janin selama dalam
kandungan sebagai kalori utama. Lemak merupakan sumber tenaga dan untuk
pertumbuhan jaringan plasenta. Selain itu, lemak disimpan untuk persiapan
ibu sewaktu menyusui. Kadar lemak akan meningkat pada kehamilan tirmester
III.
d. Karbohidrat
Sumber utama untuk tambahan kalori yang dibutuhkan selama kehamilan
untuk pertumbuhan dan perkembangan janin adalah karbohidrat. Jenis
karbohidrat yang dianjurkan adalah karbohidrat kompleks seperti roti, serelia,
nasi dan pasta. Karbohidrat kompleks mengandung vitamin dan mineral serta
meningkatkan asupan serat untuk mencegah terjadinya konstipasi.
e. Vitamin
Wanita hamil membutuhkan lebih banyak vitamin dibandingkan wanita tidak
hamil. Kebutuhan vitamin diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangan janin serta proses diferensiasi sel. Kebutuhan vitamin meliputi:
 Asam Folat
Asam folat merupakan vitamin B yang memegang peranan penting
dalam perkembangan embrio. Asam folat juga membantu mencegah
neural tube defect, yaitu cacat pada otak dan tulang belakang.
Kekurangan asam folat dapat menyebabkan kehamilan prematur,
anemia, cacat bawaan, bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR),
dan pertumbuhan janin terganggu. Kebutuhan asam folat sekitar 600-
800 miligram. Menurut Widyakarya Pangan dan Gizi VI 2004
menganjurkan mengkonsumsi asam folat sebesar 5 mg/kg/hr (200 mg).
Asam folat dapat didapatkan dari suplemen asam folat, sayuran
berwarna hijau, jeruk, buncis, kacang-kacangan dan roti gandum.
 Vitamin A
Vitamin A mempunyai fungsi untuk penglihatan, imunitas,
pertumbuhan dan perkembangan embrio. Kekurangan vitamin A
menyebabkan kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah.
Sumber vitamin A antara lain: buah-buahan, sayuran warna hijau atau
kuning, mentega, susu, kuning telur dan lainnya
 Vitamin B
Vitamin B1, vitamin B2, niasin dan asam pantotenat yang dibutuhkan
untuk membantu proses metabolisme. Vitamin B6 dan B12 diperlukan
untuk membentuk DNA dan sel-sel darah merah. Vitamin B6 berperan
dalam metabolisme asam amino.
 Vitamin C
Vitamin C merupakan antioksidan yang melindungi jaringan dari
kerusakan dan dibutuhkan untuk membentuk kolagen serta
menghantarkan sinyal ke otak. Vitamin C juga membantu penyerapan
zat besi di dalam tubuh. Ibu hamil disarankan mengkonsumsi 85
miligram per hari. Sumber vitamin C didapat
dari tomat, jeruk, strawberry, jambu biji dan brokoli.
 Vitamin D
Vitamin D berfungsi mencegah hipokalsemia, membantu penyerapan
kalsium dan fosfor, mineralisasi tulang dan gigi serta mencegah
osteomalacia pada ibu. Sumber vitamin D terdapat pada susu, kuning
telur dan dibuat sendiri oleh tubuh dengan bantuan sinar matahari.
 Vitamin E
Vitamin E berfungsi untuk pertumbuhan sel dan jaringan serta
integrasi sel darah merah. Selama kehamilan wanita hamil dianjurkan
mengkonsumsi 2 miligram per hari.
 Vitamin K
Kekurangan vitamin K dapat mengakibatkan gangguan perdarahan
pada bayi. Pada umumnya kekurangan vitamin K jarang terjadi, karena
vitamin K terdapat pada banyak jenis makanan dan juga disintesis oleh
bakteri usus.
f. Mineral
Wanita hamil juga membutuhkan lebih banyak mineral dibandingkan sebelum
hamil. Kebutuhan mineral diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangan janin serta proses diferensiasi sel. Kebutuhan mineral antara
lain:
 Zat Besi
Kebutuhan zat besi akan meningkat 200-300 miligram dan selama
kehamilan yang dibutuhkan sekitar 1040 miligram. Zat besi
dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin, yaitu protein di sel darah
merah yang berperan membawa oksigen ke jaringan tubuh. Selain itu,
zat besi penting untuk pertumbuhan dan metabolisme energi dan
mengurangi kejadian anemia. Defisiensi zat besi akan berakibat ibu
hamil mudah lelah dan rentan infeksi, resiko persalinan prematur dan
berat badan bayi lahir rendah. Untuk mencukupi kebutuhan zat besi,
ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi 30 miligram tiap hari. Efek
samping dari zat besi adalah konstipasi dan nausea (mual muntah). Zat
besi baik dikonsumsi dengan vitamin C, dan tidak dianjurkan
mengkonsumsi bersama kopi, the, dan susu. Sumber alami zat besi
dapat ditemukan pada daging merah, ikan, kerang, unggas, sereal, dan
kacang-kacangan.
 Zat Seng
Zat seng digunakan untuk pembentukan tulang selubung syaraf tulang
belakang. Resiko kekurangan seng menyebabkan kelahiran prematur
dan berat bayi lahir rendah. Kebutuhan seng pada ibu hamil sekitar 20
miligram per hari. Sumber makanan yang mengandung seng antara
lain: kerang, daging, kacang-kacangan,
sereal.
 Kalsium
Ibu hamil membutuhkan kalsium untuk pembentukan tulang dan gigi,
membantu pembuluh darah berkontraksi dan berdilatasi, serta
mengantarkan sinyal syaraf, kontraksi otot dan sekresi hormon.
Kebutuhan kalsium ibu hamil sekitar 1000 miligram per hari. Sumber
kalsium didapat dari ikan teri, susu, keju, udang, sarden, sayuran hijau
dan yoghurt.
 Yodium
Ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi yodium sekitar 200 miligram
dalam bentuk garam beryodium. Kekurangan yodium dapat
menyebabkan hipotirodisme yang berkelanjutan menjadi kretinisme.
 Fosfor
Fosfor berperan dalam pembentukan tulang dan gigi janin serta
kenaikan metabolisme kalsium ibu. Kekurangan fosfor akan
menyebabkan kram pada tungkai.
 Fluor
Fluor diperlukan tubuh untuk pertumbuhan tulang dan gigi.
Kekurangan fluor menyebabkan pembentukan gigi tidak sempurna.
Fluor terdapat dalam air minum.
 Natrium
Natrium berperan dalam metabolisme air dan bersifat mengikat cairan dalam jaringan
sehingga mempengaruhi keseimbnagan cairan tubuh pada ibu hamil. Kebutuhan
natrium meningkat seiring dengan meningkatnya kerja ginjal. Kebutuhan natrium ibu
hamil sekitar 3,3 gram per minggu

2.2 KEK Berdasarkan LiLA


Lingkaran lengan atas (LILA) sudah digunakan secara umum di
Indonesia untuk mengidentifikasi ibu hamil risiko kurang energi kronis
(KEK). Menurut Departemen Kesehatan, batas ibu hamil yang disebut sebagai
risiko KEK jika ukuran LILA kurang dari 23,5 Cm. Dalam pedoman Depkes
tersebut disebutkan intervensi yang diperlukan untuk wanita usia subur (WUS)
atau ibu hamil yang menderita risiko KEK.
Kurang energi kronis pada orang dewasa dapat diketahui dengan
indeks massa tubuh (IMT) yang diukur dari perbandingan antara berat dan
tinggi badan. Jika IMT kurang dari 18,5 dikatakan sebagai KEK. Akan tetapi
pengukuran IMT memerlukan alat pengukur tinggi badan dan berat badan.
Dibandingkan dengan pengukuran antropometri lain, pita LILA adalah alat
yang sederhana dan praktis yang telah digunakan di lapangan untuk mengukur
risiko KEK. Selain itu LILA juga digunakan untuk prediktor terhadap risiko
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR), kematian neonatal dini (kurang
dari satu minggu setelah dilahirkan), status gizi bayi sampai dengan umur 9
tahun.

2.3 Hubungan KEK dengan BBLR


Status gizi sebelum dan selama hamil dapat mempegaruhi pertumbuhan janin
yang sedang dikandung. Bila staus gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama
hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat
badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat terganntung pada
keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil.
Salah satu cara mengetahui kualitas bayi adalah dengan mngukur berat bayi
pada saat lahir. Seorang ibu hamil akan melahirkan bayi yang sehat bila tingkat
kesehatan dan gizinya berada pada kondisi yang baik. Namun sampai saat ini masih
banyak ibu hamil ynag mengalami masalah gizi khusunya gizi kurang seperti Kurang
Enargi Kronis (KEK) dan anemia gizi. Hasil SKRT 1995 menunjukkan bahwa 40%
ibu hamil menderita KEK dan 51% yang menderita anemia mempunyai kecnderungan
melahirkan bayi denga Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).
Ibu hamil yang menderita KEK dan Anemia mempunyai resiko kesakitan
yang lebih besar terutama pada trimester III kehamilan dibandingkan dengan ibu
hamil normal. Akibatnya mereka mempunyai resiko yang lebih besar unmtuk
melahirkan bayi dengan BBLR, kematian saat persalinan, perdarahan, pasca
persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan. Bayi
yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan
lingkungan yang baru, sehingga dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan, bahkan dapat mengganggu kelangsungan hidupnya. Selain itu akan
dapat menimbulkan resiko kesakitan dan kematian bayi karena rentan terhadap infeksi
saluran pernapasan bagian bawah.

3. Memahami dan Menjelaskan Imunisas Dasar Pada Anak dan Ibu Hamil

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan


seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
Cakupan imunisasi dalam program imunisasi nasional merupakan parameter
kesehatan nasional. Besar cakupan imunisasi harus mencapai lebih dari 80%, artinya
di setiap desa, anak-anak berusia di bawah 12 bulan, 80% harus sudah mendapatkan
imunisasi dasar lengkap. Tetapi saat ini, cakupan imunisasi belum memuaskan. Salah
satu dampak cakupan imunisasi yang tidak sesuai target adalah terjadinya kejadian
luar biasa (KLB). Penyakit dapat dicegah bila cakupan imunisasi sebesar 80% dari
target. Penularan berbanding searah dengan cakupan imunisasi. Apbila anak yang
tidak diimunisasi semakin banyak maka penularan akan semakin meningkat.
Sedangkan cakupan imunisasi yang tinggi akan mengurangi penularan (majalah
farmacia, 2012).
Rendahnya cakupan imunisasi dapat diakibatkan oleh beberapa faktor. Faktor
tersebut adalah aspek geografis dimana di daerah pelosok akses pelayanan kesehatan
masih minim termasuk imunisasi. Selain itu, masyarakat sering menganggap bahwa
anak yang menderita batuk pilek tidak boleh diimunisasi. Faktor lain adalah
kurangnya kesadaran masyarakat atas imunisasi akibat minimnya pendidikan.
Sehingga tenaga kesehata seperti dokter, bidan atau perawat memiliki kewajiban
mengingatkan pasien tentang jadwal imunisasi. Faktor lain adalah munculnya
kelompok anti vaksin. Selain itu, kesalahan pemahaman masyarakat mengenai ASI
juga turut mempengaruhi kesediaan untuk melakukan imunisasi. ASI memang
meningkatkan daya tahan, namun perlindungan ASI juga akan berkurang seiring
munculnya paparan pada anak (majalah farmacia, 2012).
A. Imunisasi Rutin
Imunisasi rutin terdiri atas Imunisasi dasar dan Imunisasi lanjutan. Imunisasi dasar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) Peraturan Menteri Kesehatan No.12
tentang Penyelenggaraan Imunisasi diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu)
tahun.
1) Imunisasi Dasar

Tabel 1. Jadwal Pemberian Imunisasi


Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 12 Tahun 2017
Tentang Penyelenggaraan Imunisasi
Interval Minimal untuk
jenis Imunisasi yang
Umur Jenis sama

0-24 Jam Hepatitis B

1 bulan BCG, Polio 1

2 bulan DBT-HB-Hib 1, Polio 2 1 bulan

3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3

4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4,


IPV

9 bulan Campak

Catatan :
a. Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi <24 jam pasca
persalinan, dengan didahului suntikan vitamin K1 2-3 jam sebelumnya,
khusus daerah dengan akses sulit, pemberian Hepatitis B masih
diperkenankan sampai <7 hari.
b. Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta,
Imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.
c. Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapat diberikan
sampai usia <1 tahun tanpa perlu melakukan tes mantoux.
d. Bayi yang telah mendapatkan Imunisasi dasar DPT-HB-Hib 1, DPT-HB-
Hib 2, dan DPT-HB-Hib 3 dengan jadwal dan interval sebagaimana Tabel
1, maka dinyatakan mempunyai status Imunisasi T2.
e. IPV mulai diberikan secara nasional pada tahun 2016
f. Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat diberikan
sebelum bayi berusia 1 tahun.
2) Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjamin terjaganya
tingkat imunitas pada anak baduta, anak usia sekolah, dan wanita usia subur (WUS)
termasuk ibu hamil.
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada Baduta terdiri atas Imunisasi terhadap
penyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia dan meningitis yang
disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib), serta campak. Imunisasi lanjutan
yang diberikan pada anak usia sekolah dasar terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit
campak, tetanus, dan difteri. Imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia
sekolah dasar diberikan pada bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) yang
diintegrasikan dengan usaha kesehatan sekolah. Imunisasi lanjutan yang diberikan
pada WUS terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit tetanus dan difteri.

Tabel 2. Imunisasi Lanjutan pada Wanita Usia Subur (WUS)


Status Imunisasi Interval Minimal Masa Perlindungan
Pemberian

T1 - -

T2 4 minggu setelah T1 3 tahun

T3 6 bulan setelah T2 5 tahun

T4 1 tahun setelah T3 10 tahun

T5 1 tahun setelah T4 Lebih dari 25 tahun

Catatan:
a. Sebelum Imunisasi, dilakukan penentuan status Imunisasi T (screening)
terlebih dahulu, terutama pada saat pelayanan antenatal.
b. Pemberian Imunisasi Td tidak perlu diberikan, apabila status T sudah
mencapai T5, yang harus dibuktikan dengan buku Kesehatan Ibu dan
Anak, kohort dan/atau rekam medis.
Pemberian vaksin selama kehamilan menjadi perhatian bagi tenaga kesehatan dan
pasien tentang risiko penularan virus dan perkembangan fetus. Vaksin-vaksin dengan
virus hidup yang dilemahkan pada umumnya kontraindikasi bagi wanita hamil.
Menurut Center for Disease Control (CDC), jika vaksin dengan virus hidup yang
dilemahkan diberikan pada wanita hamil atau jika wanita tersebut hamil setelah 4
minggu vaksinasi, dia harus diberikan konseling tentang efek samping pada fetus,
walaupun tidak dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan.
Tidak ada bukti yang menunjukkan meningkatnya risiko dari vaksinasi pada
wanita hamil dengan inaktif virus atau vaksin bakterial atau toksoid. Oleh karena itu,
jika pasien berisiko tinggi untuk memiliki penyakit, jika infeksi akan berisiko bagi ibu
atau janin dan jika vaksin tidak menyebabkan kerusakan, maka pertimbangkan
keuntungan pemberian vaksinasi pada wanita hamil daripada risikonya.
Tenaga kesehatan harus mempertimbangkan pemberian vaksinasi pada wanita
hamil berdasarkan pada risiko dari vaksinasi dengan keuntungan perlindungan pada
situasi tertentu, walaupun vaksin aktif atau tidak aktif yang digunakan. Indikasi
penggunaan vaksin selama kehamilan dirangkum dalam tabel 3.

Tabel 3. Vaksinasi selama Kehamilan


Kontra
indikasi
selama
Dipertimbang hamil atau Rekomendasi
kan aman Khusus
keamanan
tidak
dijamin
TT BCG Antrax
Diptheri Measless Hepatitis A
Hepatitis B Mumps Japanese
Influenza Rubella Enchepalitis
Meningococal Varicella Pneumococcal
Rabies Polio (IPV)
Typhoid
Vaccinia
Yellow Fever

Jadwal Imunisasi TT ibu hamil


1. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon pengantin) sudah mendapat TT sebanyak 2
kali, maka kehamilan pertama cukup mendapat TT 1 kali, dicatat sebagai TT
ulang dan pada kehamilan berikutnya cukup mendapat TT 1 kali saja yang dicatat
sebagai TT ulang juga.
2. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon pengantin) atau hamil sebelumnya baru
mendapat TT 1 kali, maka perlu diberi TT 2 kali selama kehamilan ini dan
kehamilan berikutnya cukup diberikan TT 1 kali sebagai TT ulang
3. Bila ibu hamil sudah pernah mendapat TT 2 kali pada kehamilan sebelumnya,
cukup mendapat TT 1 kali dan dicatat sebagai TT ulang.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, Permenkes Republik Indonesia, No. 41/2014. Tentang Pedoman Gizi


Seimbang (Jakarta: Depkes RI 2014).
Fikawati, Sandra 2008. Kumpulan Materi Gizi Kesehatan Masyarakat. Depok : FKM
UI
Notoatmodjo, Soekidjo 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : Rineka Cipta
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, No. 12/2017. Tentang
Penyelenggaraan Imunisasi.
Kesehatan RI. 2018.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan 2014. Buku Ajar Imunisasi. Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan: Jakarta Selatan

Anda mungkin juga menyukai