KELOMPOK A-6
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2019
Skenario 3
Pertanyaan
Jawaban
1. Keguguran, kelainan pada organ janin terganggu, kematian bayi saat lahir,
pertumbuhan bayi yang tidak maksimal.
2. Kurangnya pengetahuan mengenai makanan yang sehat
Susahnya mendapat bahan pangan sesuai kebutuhan nutrisi
3. Untuk menilai perubahan indikator kesehatan tingkat nasional, provinsi,
kabupaten/kota.
Untuk menilai perubahan faktor resiko terhadap derajat kesehatan tingkat nasional,
provinsi, kabupaten/kota.
Untuk menilai perubahan indeks IPKM hasil pembangunan kesehatan tingkat
kabupaten/kota.
Untuk perumusan berbagai kebijakan kesehatan baik di tingkat pusat, provinsi,
kabupaten/kota.
4. 3 tahun sekali
5. Total gizi yang dibutuhkan sekitar 80.000 kalori dalam sehari ibu hamil harus 300
kkal. Dalam 1 porsi makanan ada 40% makanan pokok, 40% sayuran, 10% lauk pauk,
air putih, batasi konsumsi gula dan minyak.
6. Pucat, lelah terus menerus, ASI tidak mencukupi, Badannya sering kesemutan, Sulit
untuk melahirkan.
7. Bukan untuk mengukur status gizi ideal
Butuh jangka waktu yang lama
Tidak digunakan untuk memantau perubahan suatu gizi jangka pendek
8. Untuk menurunkan resiko KEK pada ibu atau wanita usia subur dalam rangka
mewujudkan kesehatan ibu dan anak
9. Berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkat perut, LiLA, tajam penglihatan,
kesehatan gigi, tekanan darah, HB dan gula darah, spesimen darah dan urin untuk
parameter terkait faktor resiko penyakit
10. LiLA untuk mencegah ibu hamil kekurangan energi
IMT untuk menentukan berat badan ideal
Hipotesis
Apakah Riskesdas menunjukkan data mengenai status gizi buru pada wanita hamil dan
imunisasi pada anak?
H(0): Tidak menunjukkan data mengenai status gizi buru pada wanita hamil dan imunisasi
pada anak
H(1): Menunjukkan data mengenai status gizi buru pada wanita hamil dan imunisasi pada
anak
Sasaran Belajar
Pengertian
Riset Kesehatan Dasar adalah riset berbasis masyarakat untuk mendapatkan gambaran
kesehatan dasar masyarakat, termasuk biomedis yang menggunakan sampel Susenas Kor dan
informasinya mewakili tingkat kabupaten/kota, Propinsi dan nasional.
Prinsip Riskesdas:
1. Riset berskala nasional, dilaksanakan serentak dalam waktu yang sama,
dengan sebagian besar informasi dapat mewakili tingkat kabupaten/kota. Beberapa data yang
membutuhkan sampel besar (misalnya angka kematian bayi) yang diharapkan dapat mewakili
kabupaten/kota, diharapkan dapat memberi estimasi tingkat Propinsi atau nasional.
2. Pengembangan indikator Riskesdas didasarkan atas kebutuhan untuk
memonitor pencapaian indikator pembangunan kesehatan, seperti Millenium Development
Goals (MDGs), Rencana Strategis (Renstra) Depkes, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN).
3. Besar sampel yang terintegrasi dengan Susenas (sampel Kor), bila diperlukan,
daerah dapat menambah sampel untuk mewakili kecamatan dengan memanfaatkan sumber
daya yang dimiliki oleh daerah.
4. Pengumpulan data dilakukan secara aterintegrasi antara petugas kesehatan dan
petugas statistik setempat yang terlatih, dengan pendampingan teknis dari tim Riskesda.
5. Data kesehatan berbasis masyarakat dikumpulkan melalui metode wawancara,
pengukuran, dan pemeriksaan spesimen biomedis.
6. Informasi hasil pengolahan dan analisis data, dapat dimanfaatkan di tingkat
nasional, Propinsi dan kabupaten/kota.
Cakupan
Tahun 2007
Badan Litbangkes telah melakukan Riskesdas pertama, meliputi semua indikator kesehatan
utama, yaitu status kesehatan (penyebab kematian, angka kesakitan, angka kecelakaan,
angka disabilitas, dan status gizi), kesehatan lingkungan (lingkungan fisik), konsumsi
rumahtangga, pengetahuan-sikap-perilaku kesehatan (Flu Burung, HIV/AIDS, perilaku
higienis, penggunaan tembakau, minum alkohol, aktivitas fisik, perilaku konsumsi makanan)
dan berbagai aspek mengenai pelayanan kesehatan (akses, cakupan, mutu layananan,
pembiayaan kesehatan). Telah dikumpulkan pula sekitar 33.000 sampel serum, bekuan darah,
dan sediaan apus, untuk test-test lanjutan di laboratorium Badan Litbangkes.
Hasil Riskesdas 2007 telah dimanfaatkan oleh penyelenggara program, terutama di jajaran
Kementerian Kesehatan; dan Bappenas, untuk evaluasi program pembangunan kesehatan
termasuk pengembangan rencana kebijakan pembangunan kesehatan jangka menengah
(RPJMN 2010-2014), dan oleh beberapa kabupaten/kota dalam merencanakan,
mengalokasikan anggaran, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi program-program
kesehatan berbasis bukti (evidence-based planning). Komposit beberapa indikator Riskesdas
2007 juga telah digunakan sebagai model Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat
(IPKM) di Indonesia untuk melihat peringkat Kabupaten/Kota.
Tahun 2010
Bertepatan dengan tahun akan dilaksanakannya pertemuan puncak tingkat tinggi
Majelis Umum PBB untuk mengevaluasi pencapaian deklarasi Millenium
Development Goals (MDGs) dari 189 negara termasuk Indonesia. Pada deklarasi
tersebut disepakati 8 tujuan untuk mencapai MDGs di tahun 2015 yaitu: memberantas
kemiskinan dan kelaparan, mencapai universal primary education, mendorong
kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan kematian anak,
meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, malaria dan tuberkulosis,
memastikan lingkungan yang kesinambungan, mengembangkan kemitraan global
untuk pembangunan. Dalam rangka mendukung pertemuan tersebut dan mendapatkan
data kesehatan terkini yang faktual, Riskesdas 2010 difokuskan pada indikator-
indikator pencapaian MDGs dan data pendukung lainnya.
Tahun 2018
Pemilihan indikator dalam Riskesdas 2018, dilakukan dengan mempertimbangkan
Sustainable Development Goals (SDGs), RPJMN, Rencana Strategis (Renstra),
Standar Pelayanan Minimal (SPM), Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat
(IPKM), Program Indonesia Sehat – Pendekatan Keluarga (PIS-PK), dan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (Germas), serta masukan berbagai pihak. Pelaksanaan
Riskesdas 2018 terintegrasi dengan Susenas Maret 2018 yang dilaksanakan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) dalam hal metode dan kerangka sampel.
1.2 Fungsi
1.3 Tujuan
Lingkaran lengan atas (LILA) sudah digunakan secara umum di Indonesia untuk
mengidentifikasi ibu hamil risiko kurang energi kronis (KEK). Menurut Departemen
Kesehatan batas ibu hamil yang disebut sebagai risiko KEK jika ukuran LILA kurang dari
23,5 Cm. Dalam pedoman Depkes tersebut disebutkan intervensi yang diperlukan untuk
wanita usia subur (WUS) atau ibu hamil yang menderita risiko KEK. Kurang energi kronis
pada orang dewasa dapat diketahui dengan indeks massa tubuh (IMT) yang diukur dari
perbandingan antara berat dan tinggi badan. Jika IMT kurang dari 18,5 dikatakan sebagai
KEK. Akan tetapi pengukuran IMT memerlukan alat pengukur tinggi badan dan
berat badan. Dibandingkan dengan pengukuran antropometri lain, pita LILA adalah alat yang
sederhana dan praktis yang telah digunakan di lapangan untuk mengukur risiko KEK.
Pengaruh KEK terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan
lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), pendarahan setelah persalinan, serta
persalinan dengan operasi cenderung meningkat. KEK ibu hamil dapat mempengaruhi proses
pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian
neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan),
lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Bila BBLR bayi mempunyai resiko kematian,
gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak. Untuk mencegah
resiko KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan wanita usia subur sudah harus mempunyai
gizi yang baik, misalnya dengan LILA tidak kurang dari 23,5 cm. Apabila LILA ibu sebelum
hamil kurang dari angka tersebut, sebaiknya kehamilan ditunda sehingga tidak beresiko
melahirkan BBLR.
Asupan gizi sangat menentukan kesehatan ibu hamil dan janin yang dikandungnya.
Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat sebesar 15% dibandingkan dengan
kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan untuk pertumbuhan rahim
(uterus), payudara (mammae), volume darah, plasenta, air dan pertumbuhan janin. Makanan
yang dikonsumsi oleh ibu hamil akan digunakan untuk pertumbuhan janin sebesar 40% dan
sisanya 60% digunakan untuk pertumbuhan ibunya. Secara normal, ibu hamil akan
mengalami kenaikan berat badan sebesar 11-13 kg. Hal ini terjadi karena kebutuhan asupan
makanan ibu hamil meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Asupan
makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan
janin, mengganti sel-sel tubuh yang rusak atau mati, sumber tenaga, mengatur suhu tubuh dan
cadangan makanan.
Untuk memperoleh anak yang sehat, ibu hamil perlu memperhatikan makanan yang
dikonsumsi selama kehamilannya. Makanan yang dikonsumsi disesuaikan dengan kebutuhan
tubuh dan janin dikandungnya. Dalam keadaan hamil, makanan yang dikonsumsi bukan
untuk dirinya sendiri tetapi ada individu lain yang ikut mengkonsumsi makanan yang
dimakan. Penambahan kebutuhan gizi selama hamil meliputi :
a. Energi
Tambahan energi selain untuk ibu, janin juga perlu untuk tumbuh kembang. Banyaknya
energi yang dibutuhkan hingga melahirkan sekitar 80.000 Kkal atau membutuhkan
tambahan 300 Kkal sehari. Menurut RISKESDAS 2007 Rerata nasional Konsumsi Energi
per Kapita per Hari adalah 1.735,5 kkal. Kebutuhan kalori tiap trimester antara lain:
1) Trimester I, kebutuhan kalori meningkat, minimal 2.000 kilo kalori/hari.
2) Trimester II, kebutuhan kalori akan meningkat untuk kebutuhan ibu yang meliputi
penambahan volume darah, pertumbuhan uterus,payudara dan lemak.
3) Trimester III, kebutuhan kalori akan meningkat untuk pertumbuhan janin dan plasenta.
b. Protein
Penambahan protein selama kehamilan tergantung kecepatan pertumbuhan janinnya.
Kebutuhan protein pada trimester I hingga trimester II kurang dari 6 gram tiap harinya,
sedangkan pada trimester III sekitar 10 gram tiap harinya. Menurut Widyakarya Pangan
dan Gizi VI 2004 menganjurkan penambahan 17 gram tiap hari. Kebutuhan protein bisa
didapat dari nabati maupun hewani. Sumber hewani seperti daging tak berlemak, ikan,
telur, susu. Sedangkan sumber nabati seperti tahu, tempe dan kacang-kacangan Protein
digunakan untuk: pembentukan jaringan baru baik plasenta dan janin, pertumbuhan dan
diferensiasi sel, pembentukan cadangan darah dan Persiapan masa menyusui.
c. Lemak
Lemak dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan janin selama dalam
kandungan sebagai kalori utama. Lemak merupakan sumber tenaga dan untuk pertumbuhan
jaringan plasenta. Selain itu, lemak disimpan untuk persiapan ibu sewaktu menyusui. Kadar
lemak akan meningkat pada kehamilan tirmester III.
d. Karbohidrat
Sumber utama untuk tambahan kalori yang dibutuhkan selama kehamilan untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin adalah karbohidrat. Jenis karbohidrat yang dianjurkan
adalah karbohidrat kompleks seperti roti, serelia, nasi dan pasta. Karbohidrat kompleks
mengandung vitamin dan mineral serta meningkatkan asupan serat untuk mencegah
terjadinya konstipasi.
e. Vitamin
Wanita hamil membutuhkan lebih banyak vitamin dibandingkan wanita tidak hamil.
Kebutuhan vitamin diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin serta
proses diferensiasi sel. Kebutuhan vitamin meliputi:
1) Asam Folat
Asam folat merupakan vitamin B yang memegang peranan penting dalam
perkembangan embrio. Asam folat juga membantu mencegah neural tube defect, yaitu
cacat pada otak dan tulang belakang. Kekurangan asam folat dapat menyebabkan
kehamilan prematur, anemia, cacat bawaan, bayi dengan berat bayi lahir rendah
(BBLR), dan pertumbuhan janin terganggu. Kebutuhan asam folat sekitar 600-800
miligram. Menurut Widyakarya Pangan dan Gizi VI 2004 menganjurkan
mengkonsumsi asam folat sebesar 5 mg/kg/hr (200 mg). Asam folat dapat didapatkan
dari suplemen asam folat, sayuran berwarna hijau, jeruk, buncis, kacang-kacangan dan
roti gandum.
2) Vitamin A
Vitamin A mempunyai fungsi untuk penglihatan, imunitas, pertumbuhan dan
perkembangan embrio. Kekurangan vitamin A menyebabkan kelahiran prematur dan
berat badan lahir rendah. Sumber vitamin A antara lain: buah-buahan, sayuran warna
hijau atau kuning, mentega, susu, kuning telur dan lainnya.
3) Vitamin B
Vitamin B1, vitamin B2, niasin dan asam pantotenat yang dibutuhkan untuk membantu
proses metabolisme. Vitamin B6 dan B12 diperlukan untuk membentuk DNA dan sel-
sel darah merah. Vitamin B6 berperan dalam metabolisme asam amino.
4) Vitamin C
Vitamin C merupakan antioksidan yang melindungi jaringan dari kerusakan dan
dibutuhkan untuk membentuk kolagen serta menghantarkan sinyal ke otak. Vitamin C
juga membantu penyerapan zat besi di dalam tubuh. Ibu hamil disarankan
mengkonsumsi 85 miligram per hari. Sumber vitamin C didapat dari tomat, jeruk,
strawberry, jambu biji dan brokoli.
5) Vitamin D
Vitamin D berfungsi mencegah hipokalsemia, membantu penyerapan kalsium dan
fosfor, mineralisasi tulang dan gigi serta mencegah osteomalacia pada ibu. Sumber
vitamin D terdapat pada susu, kuning telur dan dibuat sendiri oleh tubuh dengan
bantuan sinar matahari.
6) Vitamin E
Vitamin E berfungsi untuk pertumbuhan sel dan jaringan serta integrasi sel darah
merah. Selama kehamilan wanita hamil dianjurkan mengkonsumsi 2 miligram per hari.
7) Vitamin K
Kekurangan vitamin K dapat mengakibatkan gangguan perdarahan pada bayi. Pada
umumnya kekurangan vitamin K jarang terjadi, karena vitamin K terdapat pada banyak
jenis makanan dan juga disintesis oleh bakteri usus.
f. Mineral
Wanita hamil juga membutuhkan lebih banyak mineral dibandingkan sebelum hamil.
Kebutuhan mineral diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin serta
proses diferensiasi sel. Kebutuhan mineral antara lain:
1) Zat Besi
Kebutuhan zat besi akan meningkat 200-300 miligram dan selama kehamilan yang
dibutuhkan sekitar 1040 miligram. Zat besi dibutuhkan untuk memproduksi
hemoglobin, yaitu protein di sel darah merah yang berperan membawa oksigen ke
jaringan tubuh. Selain itu, zat besi penting untuk pertumbuhan dan metabolism energi
dan mengurangi kejadian anemia. Defisiensi zat besi akan berakibat ibu hamil mudah
lelah dan rentan infeksi, resiko persalinan prematur dan berat badan bayi lahir rendah.
Untuk mencukupi kebutuhan zat besi, ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi 30 miligram
tiap hari. Efek samping dari zat besi adalah konstipasi dan nausea (mual muntah). Zat
besi baik dikonsumsi dengan vitamin C, dan tidak dianjurkan mengkonsumsi bersama
kopi, the, dan susu. Sumber alami zat besi dapat ditemukan pada daging merah, ikan,
kerang, unggas, sereal, dan kacang-kacangan.
2) Zat Seng
Zat seng digunakan untuk pembentukan tulang selubung syaraf tulang belakang. Resiko
kekurangan seng menyebabkan kelahiran prematur dan berat bayi lahir rendah.
Kebutuhan seng pada ibu hamil sekitar 20 miligram per hari. Sumber makanan yang
mengandung seng antara lain: kerang, daging, kacang-kacangan, sereal.
3) Kalsium
Ibu hamil membutuhkan kalsium untuk pembentukan tulang dan gigi, membantu
pembuluh darah berkontraksi dan berdilatasi, serta mengantarkan sinyal syaraf,
kontraksi otot dan sekresi hormon. Kebutuhan kalsium ibu hamil sekitar 1000 miligram
per hari. Sumber kalsium didapat dari ikan teri, susu, keju, udang, sarden, sayuran hijau
dan yoghurt.
4) Yodium
Ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi yodium sekitar 200 miligram dalam bentuk garam
beryodium. Kekurangan yodium dapat menyebabkan hipotirodisme yang berkelanjutan
menjadi kretinisme.
5) Fosfor
Fosfor berperan dalam pembentukan tulang dan gigi janin serta kenaikan metabolisme
kalsium ibu. Kekurangan fosfor akanmenyebabkan kram pada tungkai.
6) Fluor
Fluor diperlukan tubuh untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Kekurangan fluor
menyebabkan pembentukan gigi tidak sempurna. Fluor terdapat dalam air minum.
7) Natrium
Natrium berperan dalam metabolisme air dan bersifat mengikat cairan dalam jaringan
sehingga mempengaruhi keseimbnagan cairan tubuh pada ibu hamil. Kebutuhan
natrium meningkat seiring dengan meningkatnya kerja ginjal. Kebutuhan natrium ibu
hamil sekitar 3,3 gram per minggu.
Berat badan sebelum hamil dan perubahan berat badan selama kehamilan berlangsung
merupakan parameter klinik yang penting untuk memprediksikan berat badan bayi lahir
rendah. Wanita dengan berat badan rendah sebelum hamil atau kenaikan berat badan
rendah sebelum hamil atau kenaikan berat badan tidak cukup banyak pada saat hamil
cenderung melahirkan bayi BBLR. Kenaikan berat badan selama kehamilan sangat
mempengaruhi massa pertumbuhan janin dalam kandungan. Pada ibu-ibu hamil yang
status gizi jelek sebelum hamil maka kenaikan berat badan pada saat hamil akan
berpengaruh terhadap berat bayi lahir. Kenaikan tersebut meliputi kenaikan komponen
janin yaitu pertumbuhan janin, plasenta dan cairan amnion 1. Pertambahan berat badan ini
juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin. Pada akhir kehamilan kenaikan
berat hendaknya 12,5-18 kg untuk ibu yang kurus. Sementara untuk yang memiliki berat
ideal cukup 10-12 kg sedangkan untuk ibu yang tergolong gemuk cukup naik < 10 kg .
Sebelum kehamilan, pasien memiliki berat badan 64 kg dan tinggi badan 157 cm
dengan indeks massa tubuh 26,01 kg/m2. Berdasarkan data tersebut, disimpulkan pasien
memiliki berat badan berlebih. Saat hamil, pasien awalnya pasien memiliki berat badan 65
kg (pada kehamilan 6 minggu), kemudian turun menjadi 63 kg (pada kehamilan 8
minggu). indeks massa tubuh pada kehamilan 8 minggu 25.6 kg/m 2 yang disimpulkan
sebagai berat badan berlebih. Selama kehamilan, pasien mengaku jarang makan
dikarenakan setiap pasien makan selalu dimuntahkan. Dalam 1 minggu terakhir, pasien
baru hanya memakan roti. Pada pasien ini IMT 26,01 kg/m rekomendasi penambahan
berat padan seperti pada wanita hamil seperti pada pasien ini 7-11,5 Kg. Hal ini
dikarenakan pada kasus ini memiliki indeks massa tubuh yang berlebih. Penambahan berat
badan selama kehamilan secara fisiologis dapat dilihat pada table berikut ini.
2. LILA
Dengan mengukur lingkar lengan atas (LILA) biasanya dilakukan pada wanita usia subur
(15-45 tahun) dan ibu hamil untuk memprediksi adanya kekurangan energi dan protein yang
bersifat kronis atau sudah terjadi dalam waktu lama.
Di Indonesia, ada sekitar 12-22% wanita usia 15- 49 tahun yang mengalami KEK.
Prevalensi KEK lebih tinggi pada wanita yang lebih muda dibandingkan pada wanita lebih
tua (Atmarita 2005). Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar tahun 2007, mengungkapkan
bahwa prevalensi KEK scara nasional pada wanita usia 19-45 tahun adalah 13,6%, dimana
prevalensi di wilayah pedesaan lebih tinggi (14,1%) dibanding perkotaan (13,0%)
(Departemen Kesehatan 2008).
Di Indonesia ada sekitar sepertiga remaja dan WUS menderita anemia gizi besi dan
berlanjut pada masa kehamilan. Kekurangan Energi Kronis (KEK) dijumpai pada WUS usia
15-49 tahun yang ditandai dengan proporsi LILA < 23,5 cm, sebesar 24,9% pada tahun 1999
dan menurun menjadi 16,7% pada tahun 2003. Pada umumnya proporsi WUS dengan risiko
KEK cukup tinggi pada usia muda (15-19 tahun), dan menurun pada kelompok umur lebih
tua, kondisi ini memprihatinkan mengingat WUS dengan risiko KEK cenderung melahirkan
bayi BBLR yang akhirnya akan menghambat pertumbuhan pada anak usia balita. Secara
spesifik KEK disebabkan akibat dari ketidakseimbangan antara asupan untuk pemenuhan
kebutuhan dan pengeluaran energi. Beberapa hal yang terkait dengan status gizi ibu adalah
distribusi pangan yang tidak merata dalam rumah tangga.
RBW = BB x 100%
(TB-100)
1) Kurus, jika RBW < 90 %
2) Normal, jika RBW = 90-100 %
3) Gemuk, jika RBW >110 % atau -<120 %
4) Obesitas ringan, RBW 120-130 %
5) Oesitas sedang, RBW > 130-140 %
6) Obesitas berat, RBW > 140 %
4. Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin (Hb) adalah komponen darah yang bertugas mengangkut oksigen dari paru-
paru ke seluruh jaringan tubuh. Untuk level normalnya untuk wanita sekitar 12-16 gram
per 100 ml sedang untuk pria sekitar 14-18 gram per 100 ml. Pengukuran Hb pada saat
kehamilan biasanya menunjukkan penurunan jumlah kadar Hb. Hemoglobin merupakan
parameter yang digunakan untuk menetapkan prevalensi anemia. Anemia merupakan
masalah kesehatan yang paling banyak ditemukan pada ibu hamil. Kurang lebih 50% ibu
hamil di Indonesia menderita anemia. Anemia merupakan salah satu status gizi yang
berpengaruh terhadap BBLR. Pengukuran kadar haemoglobin dilakukan sebelum usia
kehamilan 20 minggu dan pada kehamilan 28 minggu. Pada pasien ini tidak dapat
dilakukan pemeriksaan darah rutin sehingga nilai Hb tidak dapat diketahui. Namun dari
hasil pemeriksaan fisik konjungtiva palpebral tidak terlihat pucat.
Daftar Pustaka
Depkes, Permenkes Republik Indonesia, No. 41/2014. Tentang Pedoman Gizi Seimbang
(Jakarta: Depkes RI 2014).
Fikawati, Sandra 2008. Kumpulan Materi Gizi Kesehatan Masyarakat. Depok : FKM UI
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, No. 12/2017. Tentang Penyelenggaraan
Imunisasi. Diunduh dari:
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._12_ttg_Penyelenggaraan_Imun
isasi_.pdf
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, No. 39/2016. Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan 2014. Buku Ajar Imunisasi. Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan: Jakarta Selatan