Anda di halaman 1dari 10

PROMKES

Pemberdayaan Masyarakat
Jenis UKBM : Baru
Latar Belakang : Upaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan bayi merupakan salah satu
bentuk investasi di masa depan. Keberhasilan upaya kesehatan ibu dan bayi, diantaranya
dapat dilihat dari Indikator Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Menurut World Health Organization (WHO), setiap hari pada tahun 2017 sekitar 810 wanita
meninggal, pada akhir tahun mencapai 295.000 orang dari 94% diantaranya terdapat di
negara berkembang. Pada tahun 2018 angka kematian bayi baru lahir sekitar 18 kematian per
1.000 kelahiran hidup. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) disebabkan oleh komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Menurut Kemenkes RI
(2018), Angka Kematian Ibu di Indonesia secara umum terjadi penurunan dari 390 menjadi
305 per 100.000 kelahiran hidup.

Pada Puskesmas Pontang pernah terjadi angka kematian ibu yang tinggi di wilayah kerja
Puskesmas Pontang ini sehingga Puskesmas Pontang mengeluarkan program baru yaitu
KASIH (Kelompok Keluarga Siaga Ibu Hamil). Kegiatan ini dilakukan di setiap posyandu
berupa penyuluhan tentang kesehatan pada ibu hamil tetapi informasi ini sasaran targetnya
bukan kepada ibu hamil tetapi keluarganya ibu hamil contoh : suami, mertua, orang tua, adik
dan kakak.

Gambaran Pelaksana : Pelaksanaan dimulai saat ada kegiatan posyandu di tiap desa,
kemudian saat posyandu di mulai petugas kesehatan memberi penyuluhan tentang program
KASIH ini kepada masyarakat yang hadi di posyandu tersebut. Tujuan penyuluhan ini adalah
untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil serta menurunkan angka kematian ibu hamil.
Penyuluhan ini dilakukan selama kurang lebih 15 menit sebelum posyandu di mulai. Setelah
penyuluhan nanti akan ada diskusi tanya jawab dengan masyarakat supaya masyarakat yang
kurang megerti dapat lebih mengerti tentang program KASIH ini. Petugas kesehatan juga
menyarankan jika ada ibu hamil yang mempunyai gejala – gejala atau permasalahan bisa
langsung datang ke Puskesmas Pontang untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
KEMITRAAN

Nama UKS/Sekolah : Semua sekolah yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pontang

Judul Laporan Kegiatan : Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Di Wilayah Kerja


Puskesmas Pontang

Latar Belakang :

Anak usia sekolah merupakan sasaran strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, selain
jumlahnya yang besar ( 30%) dari jumlah penduduk, mereka juga merupakan sasaran yang
mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik. Penjaringan kesehatan merupakan salah
satu bentuk dari pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mendeteksi dini siswa yang
memiliki masalah kesehatan agar segera mendapatkan penanganan sedini mungkin serta
dapat dijadikan pertimbangan dalam menyusun program pembinaan kesehatan di sekolah.
Penjaringan kesehatan ini dilakukan dari siswa SD sampai dengan SMA. Pada kegiatan
penjaringan kesehatan tersebut, para siswapun diajak untuk mempraktikan cara menjaga
kesehatan. Diantaranya dengan mengajak membawa sikat gigi dari rumah kemudian
diberikan pemahaman cara menggosok gigi yang benar. Selain itu siswa dikenalkan pula
dengan pola hidup bersih dan sehat. Seperti melakukan cuci tangan yang benar dan bahaya
rokok bagi kesehatan. Apabila ditemukan suatu masalah kesehatan yang membutuhkan
penanganan lebih lanjut, maka tindakan lanjut dari penjaringan kesehatan ini adalah
dengan melakukan rujukan peserta didik ke Puskesmas Pontang.

Jadwal penjaringan siswa digelar secara bertahap dari SD/MI hingga SMA/MA/SMK
sederajat. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan meliputi Pemeriksaan kebersihan
perorangan, Pemeriksaan status gizi, Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut, Pemeriksaan
kesehatan & ketajaman indera penglihatan pendengaran, Pemeriksaan kebugaran jasmani ,
Pendeteksiaan riwayat kesehatan keluarga, Pendeteksiaan riwayat kesehatan diri, Gaya
hidup

Gambaran Pelaksana : Petugas kesehatan datang langsung ke sekolah di wilayah kerja


Pusksmas Pontang untuk melakukan pemeriksaan kesehatan jika ada suatu masalah
kesehatan pada siswa. Petugas kesehatan akan melakukan pemeriksaan contohnya
antropometri, pemeriksaan fisik (head to toe), mengajak siswa untuk mempraktekan
perilaku hidup bersih dan sehat dengan mencuci tangan dengan benar serta diberikan
informasi tentang bahaya asap rokok. Petugas kesehatan juga memberi kesempatan untuk
siswa dapat mempraktekan gaya hidup bersih dan sehat contohnya mencuci tangan dengan
benar. Jika sudah petugas kesehatan akan mencatat, mendokumentasi, mealporkan kepada
Kepala Puskesmas dan setelah itu ke Dinkes.
ADVOKASI

Nama Keluarga : Keluarga Tn. H Awalnya IKS Pra Sehat dan sekarang menjadi IKS Sehat
Di Desa Singarajan

Judul Laporan : Indeks Keluarga Sehat dengan 12 Indikator

Latar Belakang : Program Indonesia Sehat yang merupakan program prioritas Kementerian
Kesehatan, adalah salah satu program Nawa Cita ke 5 yang meningkatkan kualitas hidup
manusia Indonesia. Dan dilaksanakan oleh Puskesmas dengan mengintegrasikan pelaksanaan
program melalui pendekatan 6 komponen utama dalam penguatan sistem kesehatan (six
building blocks), yaitu penguatan upaya pelayanan kesehatan, ketersediaan tenaga kesehatan,
sistem informasi kesehatan, akses terhadap ketersediaan obat esensial, pembiayaan dan
kepemimpinan atau pemerintah. Untuk menyatakan bahwa satu keluarga sehat atau tidak
digunakan sejumlah indikator atau penanda. Dalam pelaksanaan program indonesia sehat
telah disepakati adanya 12 indikator utama untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga
(Data dan Informasi Kesehatan, 2017). 12 indikator tersebut antara lain 1) Keluarga
mengikuti program Keluarga Berencana (KB); 2) Ibu melakukan persalinan di fasilitas
kesehatan; 3) bayi mendapat imunisasi dasar lengkap; 4) bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI)
eksklusif; 5) balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan; 6) penderita tuberkulosis paru
mendapatkan pengobatan sesuai standar; 7) penderita hipertensi melakukan pengobatan
secara teratur; 8) penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan;
9) anggota keluarga tidak ada yang merokok; 10) keluarga sudah menjadi anggota Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN); 11) keluarga mempunyai akses sarana air bersih; dan 12)
keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat.

Nilai IKS ini merupakan akumulasi dari nilai 12 indikator PIS PK dan dikategorikan ke


dalam 3 kelompok, yakni Keluarga Sehat bila nilai IKS > 0,8, Keluarga Pra Sehat bila
nilai IKS 0,5 - 0,8 dan Keluarga Tidak Sehat bila nilai IKS < 0,5.

Gambaran Pelaksana : Petugas kesehatan akan melakukan home visit di setiap rumah di
Desa Singarajan setiap jadwal PIS-PK (Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga) disini yang di kunjungi adalah rumah dengan kepala keluarga Tn. H. Petugas
kesehatan akan melakukakn pemeriksaan fisik berupa tanda vital : tekanan darah, nadi,
frekuensi napas dan suhu serta melakukan pemeriksaan antropometri untuk melihat berat
badan dan tinggi badan. Petugas kesehatan juga akan menanyakan terkait dengan 12 indikator
PIS-PK untuk melihat hasil indeks kesehatan keluarga (IKS). Pada keluarga Tn. H ada
beberapa indikator yang belum memenuhi target diantaranya : tidak melakukan keluarga
berencana, melakukan persalinan masih dibantu dengan paraji, bayi tidak mendapatkan
imunisasi dasar lengkap, bayi belum mendapatkan asi eklusif, balita mendapatkan
pemantauan dan pertumbuhan, pengobatan hipertensi tidak teratur teratur, anggota keluarga
masih ada yang merokok. Dari hasil tersebut maka keluarga Tn. H mendapatkan IKS dengan
angka 0,52 (warna kuning) artinya IKS pra sehat.

Setelah itu petugas kesehatan akan menyampaikan hasil kunjungan PIS-PK tersebut kepada
Kepala Desa terkait hasil kunjungan PIS-PK tersebut apakah hasil suatu masalah indikator
tersebut banyak masalah atau tidak teratur. Petugas kesehatan akan menginput data untuk
melihat apakah ada peningkatan IKS untuk kunjungan PIS-PK selanjutnya.

Hasil kunjungan PIS-PK selanjutnya untuk keluarga Tn. H mencapai IKS 1,00 (warna hijau)
artinya IKS Sehat, berarti ada nya peningkatan pada hasil IKS pada keluarga Tn. H
PENYULUHAN

Tanggal : 13 Mei 2022


TEMA : Gizi
Judul Laporan Kegiatan : Penyuluhan Tentang Gizi
Latar Belakang : Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat
kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat
keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Stunting atau pendek
merupakan masalah kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi
dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak
yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Keadaan
pendek (stunting) berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang
standar artropometri penilaian status gizi anak adalah suatu keadaan dimana hasil pengukuran
Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) berada di
antara -3 SD sampai -2 SD. Jika hasil pengukuran PB/U atau TB/U berada dibawah -3 SD
disebut sangat pendek (severe stunting). Terdapat 22,2% atau 151 juta anak yang menderita
stunting di seluruh dunia. Proporsi stunting terbanyak terdapat di Asia dengan dengan jumlah
balita stunting lebih dari setengah kasus di dunia atau sebanyak 83,6 juta (55%), sedangkan
sepertiganya lagi terdapat di Afrika sebanyak 39% dari jumlah balita stunting. Proporsi
terbanyak balita stunting di Asia berasal dari Asia Selatan sebanyak 58,7% dan proporsi
yang paling sedikit terdapat di Asia Tengah. Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi
(PSG) selama tiga tahun terakhir, stunting di Indonesia memiliki prevalensi tertinggi
dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti gizi kurang (underweight), kurus
(wasting), dan gemuk (obesitas). Prevalensi stunting mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Prevalensi balita pendek 9,8% dan sangat pendek 19,8%. Hasil Riskesdas 2018,
menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia sebesar 30,8%. Menurut UNICEF masalah
stunting disebabkan oleh dua penyebab langsung yaitu asupan makan dan penyakit infeksi.
Penyebab langsung tersebut berhubungan dengan faktor pola asuh, ketahanan pangan, akses
terhadap pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan..

Gambaran Pelaksanaan : Pelaksanaan ini dimulai sesaat sebelum dimulainya Pelayanan Poli
jam 08.00. Saat pukul 7.45 dokter melakukan penyuluhan di depan masyarakat yang sedang
berobat menunggu pelayanan poli dimulai. Penyuluhan ini dilakukan sekitar kurang lebih 15
menit dan masyarakat yang hadir kurang lebih ada 30 orang. Pada saat penyuluhan
masyarakat banyak yang menyimak,dan memperhatikan setelah selesai penyuluhan dokter
memberi kesempatan masyarakat untuk bertanya jika masih ada hal yang masih kurang
dipahami. Kemudian dokter akan memberi jawaban sampai masyarakat benar – benar paham
dengan materinya.
Tanggal : 10 Juni 2022
Tema : Jiwa
Judul Laporan Kegiatan : Penyuluhan Tentang Penyakit Jiwa
Latar belakang : Gangguan jiwa adalah sindrom pola perilaku seseorang yang secara khas
berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment) di dalam satu
atau lebih fungsi yang penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku, biologik, dan
gangguan itu tidak hanya terletak di dalam hubungan antara orang itu tetapi juga dengan
masyarakat. Oleh karena itu gangguan jiwa ini masih menjadi perhatian yang sangat penting
dari berbagai lintas sektor baik pemerintah maupun masyarakat, hal ini dikarenakan
gangguan jiwa menghabiskan biaya pelayanan kesehatan yang besar. Saat ini , perkiraan
jumlah penderita gangguan jiwa di dunia sekitar 450 juta jiwa termasuk skizofrenia. Kasus
gangguan jiwa di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018
meningkat. Peningkatan ini terlihat dari kenaikan prevalensi rumah tangga yang memiliki
ODGJ di Indonesia. Ada peningkatan jumlah menjadi 7 permil rumah tangga. Artinya per
1000 rumah tangga terdapat 7 rumah dengan ODGJ, sehingga jumlahnya diperkirakan sekitar
450 ribu ODGJ. Prevalensi (permil) Rumah Tangga dengan Gangguan Jiwa Skizofrenia
menurut tempat tinggal menunjukan yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia/psikosis
lebih banyak di perdesaan daripada perkotaan. Pada tahun 2018 ada penderita gangguan jiwa
yang di pasung seperti pada perdesaan paling banyak sekitar 31,8% dan perkotaan 31.1%.
Sebagian masyarakat memiliki pemahaman dan pengetahuan yang keliru tentang gangguan
jiwa. ODGJ dianggap sebagai orang kerasukan setan, kena teluh atau berbahaya bagi
lingkungannya. Pemasung anggap sebagai solusi untuk mengendalikan gejala kerasukan,
kena teluh atau mengurangi keberbahayaan ODGJ. Stigma pada ODGJ yang dipasung dapat
memunculkan konsekwensi dan dampak negatif bagi penderita dan keluarganya. Dampak
negatif yang bisa dijumpai meliputi penanganan yang kurang maksimal, drop out dari
pengobatan/putus obat, dan perbedaan pemahaman terkait penderita gangguan jiwa.
Gambaran Pelaksana : Pelaksanaan ini dimulai sesaat sebelum dimulainya Pelayanan Poli
jam 08.00. Saat pukul 7.45 dokter melakukan penyuluhan di depan masyarakat yang sedang
berobat menunggu pelayanan poli dimulai. Penyuluhan ini dilakukan sekitar kurang lebih 15
menit dan masyarakat yang hadir kurang lebih ada 30 orang. Pada saat penyuluhan
masyarakat banyak yang menyimak,dan memperhatikan setelah selesai penyuluhan dokter
memberi kesempatan masyarakat untuk bertanya jika masih ada hal yang masih kurang
dipahami. Kemudian dokter akan memberi jawaban sampai masyarakat benar – benar paham
dengan materinya.
Tanggal : 20 Mei 2022
Tema : Kesling
Judul Laporan Kegiatan : Penyuluhan tentang Rumah Sehat
Latar Belakang : Rumah sehat merupakan rumah yang memenuhi kriteria minimal akses
air minum, akses jamban sehat, lantai, ventilasi, dan pencahayaan. Kriteria rumah sehat yang
digunakan apabila memenuhi tujuh kriteria, yaitu atap berplafon, dinding permanen
(tembok/papan), jenis lantai bukan tanah, tersedia jendela, ventilasi cukup, pencahayaan
alami cukup, dan tidak padat huni yaitu lebih besar atau sama dengan 8 m2/orang. Persentase
rumah yang memenuhi syarat kesehatan di Indonesia mencapai angka 61,81%, angka ini
meningkat dibandingkan pada tahun sebelumnya yang hanya mencapai 24,9%, akan tetapi
angka tersebut masih jauh dari target kesehatan rumah yang ingin dicapai pemerintah
Indonesia yakni sebesar 79%. Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya
taraf kesehatan jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit dan
mengurangi daya kerja atau daya produktif seseorang. Rumah tidak sehat ini dapat menjadi
reservoir penyakit bagi seluruh lingkungan, jika kondisi tidak sehat bukan hanya pada satu
rumah tetapi pada kumpulan rumah sebagai suatu kawasan lingkungan pemukiman.
Timbulnya permasalahan kesehatan di lingkungan pemukiman pada dasarnya disebabkan
karena beberapa faktor diantaranya tingkat kemampuan ekonomi(pendapatan), pendidikan,
pengetahuan dan sikap masyarakat yang rendah. Dalam pencapaian derajat kesehatan
terutama untuk meningkatkan perilaku penyehatan rumah, pengetahuan menjadi suatu
pendukung utama agar dapat menciptakan rumah sehat. Pengetahuan merupakan hasil proses
dari usaha manusia untuk tahu.

Gambaran Pelaksana : Pelaksanaan ini dimulai sesaat sebelum dimulainya Pelayanan Poli
jam 08.00. Saat pukul 7.45 dokter melakukan penyuluhan di depan masyarakat yang sedang
berobat menunggu pelayanan poli dimulai. Penyuluhan ini dilakukan sekitar kurang lebih 15
menit dan masyarakat yang hadir kurang lebih ada 30 orang. Pada saat penyuluhan
masyarakat banyak yang menyimak,dan memperhatikan setelah selesai penyuluhan dokter
memberi kesempatan masyarakat untuk bertanya jika masih ada hal yang masih kurang
dipahami. Kemudian dokter akan memberi jawaban sampai masyarakat benar – benar paham
dengan materinya.
Tanggal : 18 Maret 2022
Tema : KIA
Judul Laporan Kegiatan : Penyuluhan tentang Kesehatan Ibu dan Anak
Latar Belakang : Kesehatan Ibu dan Anak merupakan upaya dalam bidang kesehatan untuk
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta
anak prasekolah. Kesehatan ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian yang khusus karena
ada beberapa kemungkinan pada ibu hamil maupun bersalin mempunyai risiko terjadinya
masalah, sehingga dari yang fisiologis dapat menjadi patologis. Maka dari itu dibutuhkan
pelayanan secara berkala sesuai dengan pedoman untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan ibu anak dari masa kehamilan sampai proses persalinan, bayi baru lahir, nifas, serta
pemilihan metode kontrasepsi keluarga berencana (KB). Menurut World Health Organization
(WHO) tahun 2019 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia masih sangat tinggi. Sekitar 295.000
wanita meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan pada tahun 2017. Sebagian
besar kematian ini (94%) terjadi di rangkaian sumber daya rendah, dan sebagian besar dapat
dicegah dan diobati. Komplikasi utama yang menyebabkan hampir 75% dari semua kematian
ibu adalah perdarahan, infeksi, tekanan darah tinggi selama kehamilan (preeklamsia dan
eklamsia), komplikasi dari persalinan, dan aborsi yang tidak aman. Berdasarkan Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2018 angka kematian bayi (AKB)
mencapai 24,00/1.000 KH. Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan
menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas,
seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih
di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan
khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi. Upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)
dan Angka Kematian Bayi (AKB) di fokuskan pada kegiatan promotif dan preventif yaitu
dengan jaminan mutu Antenatal Care (ANC) terpadu sesuai standart 14T serta pemberdayaan
masyarakat melalui pendampingan ibu hamil oleh kader, satu ibu hamil satu kader
pendamping, dan akan di dampingi mulai dari awal kehamilan sampai masa nifas.
Gambaran Pelaksana : Pelaksanaan ini dimulai sesaat sebelum dimulainya Pelayanan Poli
jam 08.00. Saat pukul 7.45 dokter melakukan penyuluhan di depan masyarakat yang sedang
berobat menunggu pelayanan poli dimulai. Penyuluhan ini dilakukan sekitar kurang lebih 15
menit dan masyarakat yang hadir kurang lebih ada 30 orang. Pada saat penyuluhan
masyarakat banyak yang menyimak,dan memperhatikan setelah selesai penyuluhan dokter
memberi kesempatan masyarakat untuk bertanya jika masih ada hal yang masih kurang
dipahami. Kemudian dokter akan memberi jawaban sampai masyarakat benar – benar paham
dengan materinya.
Tanggal : 4 Maret 2022
Tema : Keluarga Berencana
Judul Laporan Kegiatan : Penyuluhan tentang Keluarga Berencana
Latar belakang : Menurut WHO, KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan
suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval di antara
kehamilan dan mengontrol waktu saat kelahiran. Penurunan peserta KB pada bulan Maret
2020 apabila dibandingkan dengan bulan Februari 2020 di seluruh Indonesia diantaranya
yaitu pemakaian Intra Uterine Device (IUD) pada bulan Februari 2020 sejumlah 36.155
akseptor turun menjadi 23.383 akseptor, sedangkan implan dari 81.062 akseptor menjadi
51.536 akseptor, suntik dari 524.989 akseptor menjadi 341.109 akseptor, pil 251.619 akseptor
menjadi 146.767 akseptor, kondom dari 31.502 akseptor menjadi 19.583 akseptor, Metode
Operasi Pria (MOP) dari 2.283 akseptor menjadi 1.196 akseptor, dan Metode Operasi Wanita
(MOW) dari 13.571 akseptor menjadi 8.093 akseptor. Kunjungan KB atau kepesertaan KB
yang menurun akan berimbas kepada risiko terjadinya kehamilan yang tinggi. Akseptor yang
putus suntik (tidak melakukan suntik KB ulang) pada bulan pertama risiko kehamilan adalah
10%, intra uterine device (KB IUD) terputus risko kehamilan adalah 15%, putusnya
penggunaan pil KB risiko kehamilan adalah 20%. Adanya risiko kehamilan 15%- 20%, maka
kemungkinan ada penambahan jumlah kehamilan sekitar 370.000 sampai 500.000 kehamilan.
Masih rendahnya pemahaman masyarakat secara umum tentang konsep perencanaan keluarga
menjadi salah satu masalah dalam program perencanaan keluarga. Berdasarkan data
Kemenkes RI menunjukkan penggunaan kontrasepsi hormonal seperti implant, suntik dan pil
memiliki jumlah dan prosentasi yang berbeda. Penggunaan kontrasepsi hormonal implant
tertinggi adalah Provinsi Jawa Tengah 8,27% dan pengguna terendah terdapat pada Provinsi
Papua Barat 6.45%. penggunaan kontrasepsi suntik tertinggi terdapat pada Provinsi Jawa
Barat 63,93% dan terendah adalah Provinsi Papua Barat 66,87%. Pengguna kontrasepsi pil
tertinggi terdapat Provinsi Jawa Barat 18,71%.
Gambaran Pelaksana : Pelaksanaan ini dimulai sesaat sebelum dimulainya Pelayanan Poli
jam 08.00. Saat pukul 7.45 dokter melakukan penyuluhan di depan masyarakat yang sedang
berobat menunggu pelayanan poli dimulai. Penyuluhan ini dilakukan sekitar kurang lebih 15
menit dan masyarakat yang hadir kurang lebih ada 30 orang. Pada saat penyuluhan
masyarakat banyak yang menyimak,dan memperhatikan setelah selesai penyuluhan dokter
memberi kesempatan masyarakat untuk bertanya jika masih ada hal yang masih kurang
dipahami. Kemudian dokter akan memberi jawaban sampai masyarakat benar – benar paham
dengan materinya.

Anda mungkin juga menyukai