Anda di halaman 1dari 7

PELAYANAN P2P

Vaksinasi Dasar / BIAS


Latar Belakang : Vaksin hepatitis B adalah vaksin untuk mencegah penyakit hepatitis B,
vaksin ini berisi Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) yaitu suatu protein virus hepatitis B
yang dapat merangsang pembentukan kekebalan tubuh terhadap virus hepatitis B. Vaksin
hepatitis B tidak boleh diberikan pada orang dengan riwayat reaksi alergi berat, karena vaksin
hepatitis mengandung protein ragi jamur sehingga dikontraindikasikan pada orang alergi ragi.
Penyakit hepatitis B merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang di
dunia, termasuk di Indonesia. Virus hepatitis B telah menginfeksi sejumlah 2 milyar orang di
dunia dan sekitar 240 juta merupakan pengidap virus hepatitis B kronis dan 4 juta kasus baru
per tahun. Insidensi infeksi Hepatitis B di Asia Tenggara lebih dari 5,6% dari total populasi
dengan angka kematian per tahun mencapai 300.000 jiwa. Indonesia merupakan negara
dengan endemisitas hepatitis B tertinggi kedua di antara negara anggota WHO SEARO
(South-East Asian Regional Office) setelah Myanmar dengan angka carrier HBsAg 9,4%
Sekitar 23 juta penduduk telah terinfeksi hepatitis B. Dosis pertama diberikan ketika bayi
baru lahir (kurang dari 12 jam setelah lahir). Dosis kedua hingga keempat diberikan secara
berurutan ketika bayi berusia 2, 3, dan 4 bulan. Setelah itu bayi bisa menerima suntikan
booster di usia 18 bulan. Vaksin hepatitis B diberikan melalui suntikan. Satu dosis berisi 0.5
ml vaksin yang akan disuntikan secara intramuskular (ke otot).

Ringkasan Pelaksanaan : Ibu datang ke Posyandu di daerah tersebut dengan membawa


anaknya yang berusia 5 bulan untuk melakukan imunisasi Hepatitis B. Saat di Posyandu nanti
akan melewati beberapa meja.
Meja 1 : Pendaftaran. Bayi, balita, ibu hamil, Pasangan Usia Subur (PUS), dan Wanita Usia
Subur (WUS) mendaftarkan identitasnya di meja 1. Kader akan melakukan pencatatan
peserta yang datang ke posyandu
Meja 2 : Penimbangan Bayi dan Balita. Kader melakukan penimbangan bayi dan balita.
Beberapa posyandu menggunakan dacin untuk menimbang bayi, namun ada pula yang telah
menggunakan timbangan digital. Biasanya, kendala yang dialami pada meja 2 yaitu bayi
menangis dan terus bergerak sehingga sulit untuk ditimbang. Oleh karena itu, diperlukan
kerjasama antara ibu dan kader untuk menenangkan bayi.
Meja 3 : Pengisian KMS. Pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS) dilakukan di meja 3. KMS
diberikan kepada bayi dan balita dengan tujuan: Memantau pertumbuhan anak sesuai standar
WHO, Mencatat riwayat kesehatan anak, Menyediakan informasi mengenai tumbuh kembang
anak. Kader membantu mengisi KMS sesuai hasil timbang dan di meja 2. Bagi anak laki-laki
KMS berwarna biru, sedangkan anak perempuan berwarna merah muda.
Meja 4 : Penyuluhan Perorangan. Penyuluhan dan pelayanan gizi bagi bayi, balita, ibu hamil,
PUS, dan WUS dilakukan di meja 4. Pada bagian ini, kader posyandu terlatih bertugas untuk
memberi edukasi sesuai kondisi kesehatan masing-masing individu.
Meja 5 : Pelayanan oleh tenaga kesehatan meliputi pelayanan KIA, KB, Imunisasi dan
pengobatan, serta pelayanan lain sesuai dengan kebutuhan. Pemberian imunisasi, KB, tablet
tambah besi, vitamin A, obat cacing, dan sebagainya dilakukan di meja 5 oleh petugas medis
atau bidan. Tak hanya itu, beberapa posyandu juga menyediakan pelayanan pengobatan
lainnya.
Pada saat Meja 5 itu adalah tempat untuk melakukan imunisasi. Imunisasi yang diberikan
adalah sesuai umur dan ini akan diberikan imunisasi Hepatitis B. Imunisasi ini akan diberikan
oleh petugas kesehatan melalui suntikan intramuscular dengan dosis 0,5 ml. Setelah itu bayi
bisa menerima suntikan booster di usia 18 bulan.
Vaksinator Covid-19
Latar Belakang : proporsi kasus anak terinfeksi Covid-19 berdasarkan data Satgas
Penanganan Covid-19 per 1 November 2021 yaitu 13 persen.Anak usia 6-12 tahun perlu
divaksinasi adalah karena mereka dapat tertular dan juga dapat menularkan Covid-19 ke
orang sekitar. Pemberian vaksin bagi anak usia 6-12 tahun ini bertujuan melindungi mereka
dari paparan Covid-19 dan memberikan keamanan saat melaksanakan pembelajaran tatap
muka (PTM) terbatas.
Selain itu Manfaat menerima vaksin Covid-19 antara lain:
1. Merangsang sistem kekebalan tubuh
2. Mengurangi risiko penularan tubuh
3. Mengurangi dampak berat dari virus

Ringkasan Pelaksanaan : Sebelumnya dilakukan sosialisasi kepada orang tua dan anak
bahwa akan diadakan vaksinasi covid 19 pada anak sekolah dasar kubang puji 2 tersebut Yg
dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2022.. jadwal dilakukannya vaksinasi anak di sekolah
Sekolah Dasar Kubang Puji 2 mulai pukul 8.00 wib dilakukan screning covid pada anak..
jika anak yg memenuhi syarat untuk divaksin.. anak tersebut langsung diberikan/disuntikan
vaksin covid sinovac.
Setelah selesai Anak yg sudah divaksin akan diberikan kartu Vaksin yg menandakan bahwa
anak tersebut sudah divaksin..
Setelah itu anak di perintahkan untuk istirahat sebentar untuk di observasi selama 15 menit..
jika tidak ada keluhan setelah vaksin anak tersebut di perbolehkan untuk keluar ruangan.
Tracing Penyakit Menular
Latar Belakang : Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang
menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya
dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan
ketahanan sosial. Penyakit ini dapat berdampak pada kecacatan yang permanen jika
tidak ditangani dengan baik. Tidak hanya bagi segi medis saja, kusta juga berpengaruh
terhadap masalah sosial dan ekonomi. Menurut WHO, jumlah kasus baru kusta di
dunia mencapai angka 211.009 pada tahun 2017. Indonesia menduduki peringkat tiga
untuk negara dengan jumlah kasus baru kusta terbanyak setelah India dan Brazil.
Pada tahun 2017 terdapat sebesar 0,70 kasus/10.000 penduduk dan angka temuan kasus
baru sebesar 6,08 per 100.000 penduduk. Selain itu di 10 provinsi di Indonesia,
prevalensi penyakit kusta mencapai lebih dari 1 per 10.000 penduduk, angka ini belum
dapat dinyatakan bebas kusta dan mencapai eliminasi sesuai target nasional.
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit kusta dan kendala penderita
untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan di beberapa daerah berkontribusi pada
keterlambatan diagnosis kusta. Hal ini dapat mengakibatkan kecacatan fisik dan
menurunkan produktivitas seseorang. Oleh karena itu dibutuhkan deteksi dini dalam
pencarian kasus kusta ini sehingga dapat diobati dengan cepat.

Ringkasan Pelaksanaan : Untuk gambaran pelaksana dibagi menjadi 2 metode.


1. Diberikan penyuluhan terlebih dahulu di posbindu tentang penyakit kusta ini dan tanda
gejala yang mengarah ke penyakit kusta. Setiap masyarakat yang mengalami keluhan seperti
bercak putih pada kulit tangan ataupun kaki disertai adanya tidak ada rasa atau kebas dapat
melaporkan ke kader di posbindu daerah tersebut. Setelah itu kader akan mendata dan
menyuruh untuk datang ke Puskesmas Pontang. Saat di Puskesmas Petugas akan melakukan
pemeriksaan tes sensorik dengan menggunakan kapas di area bercak putih tersebut. Jika hasil
negatif makan disarankan untuk tes selanjutnya yaitu kerokan kulit dan jika hasil kerokan
kulit negatif maka dicurigain itu adalah jamur tetapi jika hasil positif maka akan diberikan
pengobatan kusta. Jika hasil tes sensori dengan kapas positif maka akan diberikan juga
pengobatan kusta. Pengobatan kusta ini ada 2 macam : ada yang tipe Poli Basiler (PB) dan
Multi Basiler (MB). Untuk pengobatan MDT PB akan diberikan selama 6 bulan dengan
gejala khas nya ada bercak < 5 dan untuk MDT MB diberikan pengobatan selama 12 bulan
dengan gejala khas ada bercak > 5. Pengobatan kust MDT ini ada yang untuk anak dan
dewasa.
2. Dengan dilakukannya home visit, jadi petugas kesehatan dari Puskesmas Pontang akan
melakukan home visit ke setiap rumah warga yang sebelumnya petugas mendapatkan laporan
bahwa ada warga yang mengalami keluhan seperti kusta. Petugas mendatangi rumah tersebut
dan diberikan inform consent terlebih dahulu kemudian melakukan pemeriksaan tes sensorik
jika hasil positif maka akan diberikan pengobatan kusta.
Penapisan TB
Latar Belakang : Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (TBC) dan paling sering bermanifestasi di paru. Penyakit
menular Tuberkulosis sampai sekarang masih menjadi masalah kesehatan yang utama dan
merupakan masalah kesehatan global sebagai penyebab utama kematian pada jutaan orang
setiap tahun di seluruh dunia setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). Berdasarkan
Global Tuberculosis Report 2017 menyatakan bahwa dari 10,4 juta kasus baru TB hanya 6,1
juta yang diobati dan 49% diantaranya yang berhasil diobati (success rate). Salah satu
penyebab masih rendahnya keberhasilan dalam pengendalian TB adalah adanya
keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan pasien TB (diagnosis and treatment delay).
Maka dari itu dilakukannya penapisan TB (screening) : untuk mendeteksi seseorang yang
belum pernah terdiagnosis penyakit TBC apakah menderita penyakit TBC.

Ringkasan Pelaksanaan : Os datang ke poli umum Puskesmas Pontang dengan keluhan


batuk sejak 4 bulan yang lalu. Os mengalami batuk kering awalnya tetapi sekarang menjadi
batuk berdahak. Os juga sudah pernah berobat selama 1 bulan ke Puskesmas Pontang tetapi
tidak ada perubahan. Os juga pernah mengalami batuk berdarah pertama kali sejak 4 bulan
yang lalu. Os juga kadang mengalami demam naik turun, mengalami keringatan saat malam
hari dan merasa berat badan nya menurun sekitar 9 kg. Os sebelumnya perokok aktif dan
tetangga sekitar ada yang mengalami keluhan batuk seperti os. Os juga saat keluar rumah
jarang memakai masker. Sekarang os sudah menjalani pengobatan TB 3 bulan.
Disini dilakukanlah screening atau penapisan yang mengarah ke penyakit TBC, pertama kali
yang di cek adalah menggunakan dahak BTA. Dahak diambil saat waktu tertentu yaitu
sewaktu, pagi sewaktu kemudian dilakukan tes dan hasilnya negatif. Jika hasil BTA Sputum
negatif maka dilakukanlah foto rontgen Thorax. Os kembali ke Puskesmas dengan membawa
hasil Rontgen thorax yaitu : Infiltrat pada kedua lapang paru atas, kesan : TB Paru. Paisen
diberikan pengobatan FDC Lanjutan 1x3 tab No. 30 dengan BB : 49 kg. Setiap 10 hari pasien
harus kontrol untuk mengambil obatnya. Pasien harus menjalankan pengobatan selama 6
bulan setelah 6 bulan selesai pengobatan pasien akan di cek kembali untuk Dahak BTA, jika
hasil negatif maka pasien dinyatakan sembuh. Jika hasil masih positif pasien akan diberikan
obat kembali dengan kategori 2.
Pengobatan TB
Latar Belakang : Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (TBC) dan paling sering bermanifestasi di paru. Penyakit
menular Tuberkulosis sampai sekarang masih menjadi masalah kesehatan yang utama dan
merupakan masalah kesehatan global sebagai penyebab utama kematian pada jutaan orang
setiap tahun di seluruh dunia setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). Berdasarkan
Global Tuberculosis Report 2017 menyatakan bahwa dari 10,4 juta kasus baru TB hanya 6,1
juta yang diobati dan 49% diantaranya yang berhasil diobati (success rate). Salah satu
penyebab masih rendahnya keberhasilan dalam pengendalian TB adalah adanya
keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan pasien TB (diagnosis and treatment delay).
Maka dari itu dilakukannya pengobatan TB dengan tujuan untuk menyembuhkan pasien,
mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah
terjadinya resistensi kuman terhadap OATuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi
menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (TBC) dan paling sering
bermanifestasi di paru. Penyakit menular Tuberkulosis sampai sekarang masih menjadi
masalah kesehatan yang utama dan merupakan masalah kesehatan global sebagai penyebab
utama kematian pada jutaan orang setiap tahun di seluruh dunia setelah Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Berdasarkan Global Tuberculosis Report 2017 menyatakan
bahwa dari 10,4 juta kasus baru TB hanya 6,1 juta yang diobati dan 49% diantaranya yang
berhasil diobati (success rate). Salah satu penyebab masih rendahnya keberhasilan dalam
pengendalian TB adalah adanya keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan pasien TB
(diagnosis and treatment delay). Maka dari itu dilakukannya pengobatan TB dengan tujuan
untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan
rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.

Ringkasan Pelaksanaan : Os datang dengan keluhan batuk berdahak sejak 2 bulan yang
lalu. Os mengeluh batuknya ini sudah 2 bulan dan sudah minum obat dari Puskesmas tetapi
tidak sembuh. Awalnya batuknya berdahak dan sekarang os mengalami batuknya berdarah
pertama kali sejak 6 hari yang lalu. Os juga mengalami kadang adanya demam naik turun
serta tiap malam kadang berkeringat. Os juga mengalami kadang terasa sesak nafas. Os juga
mengalami berat badan menurun kurang lebih 7 kg dalam 1 bulan ini. Sebelumnya os
mempunyai tetangga dengan keluhan batuk yang sudah lama dan sekarang os mengalami hal
yang sama. Suami os juga mengalami keluhan batuk yang sudah lama tetapi tidak kunjung
sembuh. Os jarang memakai masker ketika keluar rumah. Alergi obat (-)
Pada pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda vital : TD : 128/83 mmHg, nadi : 90 x/menit, suhu : 36,5C, RR : 22 x/menit
BB : 49 kg
Paru - paru : vesikuler (+/+) Rh (-/-), Wh (-/-)
Jantung : Bj 1 dan 2 murni reguler, gallop (-), murmur (-).
Pemeriksaan Penunjang :
- Cek dahak BTA: sewaktu (-/-), pagi (-)
- Rontgen thorax : Tampak infiltrat di perihiler bawah kanan dan lapang bawah paru bilateral.
Kesan : TB Paru

Tatalaksana :
- FDC Intensif No. 30 1x3 tab (kontrol selama 10 hari)
- Acetylsistein tab 3x1
- Salbutamol tab 2x1.

Anda mungkin juga menyukai