Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

IMUNISASI

OLEH :

ALDEGONDA F JEHARUT

NPM. 21203015

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

TAHUN AJARAN 2021/2022


A. Pengertian posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber
Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi. UKBM adalah wahana pemberdayaan
masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat,
dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan
bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait
lainnya
B. Manfaat posyandu
1. Untuk mendukung perbaikan perilaku
2. Mendukung perilaku hidup bersih dan sehat
3. Mencegah penyakit yang berbasis lingkungan dan penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi
4. Mendukung pelayanan keluarga berencana
5. Mendukung pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam
penganekaragaman pangan melalui pemanfaatan pekarangan.
C. Jenis pelayanan di posyandu
1. Penimbangan berat badan dan pengukuran panjang badan/tinggi
badan
Pemantauan pertumbuhan merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang terdiri dari pengukuran pertumbuhan fisik dan
perkembangan individu di masyarakat dengan tujuan
meningkatkan status kesehatan anak, perkembangan dan kualitas
hidup. Kegiatan pemantauan pertumbuhan di Posyandu
dilakukan dengan melakukan pengukuran Antropometri.
Antropometri (ukuran tubuh) merupakan salah satu cara
langsung menilai status gizi, khususnya keadaan energi dan
protein tubuh seseorang. Pengukuran utama Antropometri yang
paling banyak dilakukan adalah
a. Massa tubuh, misalnya berat badan
b. Dimensi linier, misalnya tinggi badan; dan
c. Komposisi tubuh, misalnya tebal lemak dan lipatan kulit
Berat badan merupakan salah satu antropometri yang
memberikan gambaran tentang masssa tubuh (otot dan
lemak). Karena massa tubuh sangat peka terhadap perubahan
yang mendadak, seperti terserang penyakit infeksi dan
menurunnya nafsu makan atau menurunnya konsumsi
makanan. Dalam keadaan normal, yang mana keadaan
kesehatan baik dan konsumsi makanan cukup, maka berat
badan akan berkembang mengikuti perkembangan umur.
Sedangkan Tinggi badan memberikan gambaran keadaan
pertumbuhan. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh
bersamaan dengan pertambahan umur.
2. Penentuan status pertumbuhan
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan
dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ
maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat ( gram,
pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari
proses pematangan misalnya diferensiasi sel, jaringan tubuh,
organ dan sistem organ, perkembangan emosi intelektual dan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
a. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
1) Faktor Genetik
Faktor genetik adalah modal dasar dalam mencapai
hasil akhir dari proses tumbuh kembang anak. Yang
termasuk dalam faktor genetik antara lain berbagai
faktor bawaan yang normal dan patologi, jenis
kelamin, suku bangsa dan bangsa.
2) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor dasar yang
menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan,
lingkungan yang kurang akan menghambatnya.
Lingkungan merupakan bio-psiko-sosial dan perilaku.
Faktor lingkungan secara garis besar dibagi menjadi
faktor yang mempengaruhi anak pada waktu masih di
dalam kandungan dan faktor yang mempengaruhi
tumbuh kembang anak setelah lahir.
3) Faktor hormonal
juga mempengaruhi tumbuh kembang anak. Yang
masuk sebagai faktor hormonal antara lain
insulin,tiroid, hormon sex dan steroid. Ketiga hal
tersebut sangat berpengaruh terhadap perkembangan
yaitu faktor genetik, lingkungan, dan hormonal.
3. Penyuluhan dan konseling
Penyuluhan gizi di Posyandu dilakukan oleh petugas kesehatan
kepada ibu/keluarga balita. Penyuluhan kesehatan dapat berupa
kebutuhan gizi yang diperlukan oleh bayi untuk menunjang
perkembangan dan pertubuhannya. KMS merupakan alat
sederhana dan murah untuk memantau kesehatan dan
pertumbuhan anak. KMS sebagai alat memantau tumbuh
kembang anak dimaksudkan agar terjadi keseimbanagan
pemberian makan pada anak. Disamping itu, KMS berisi catatan
penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak, imunisasi,
penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi
kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI,
pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/ Rumah
Sakit. KMS juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan
gizi bagi orangtua balita tentang kesehatan anakny
4. pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh
kembang.

Vaksin BCG
Deskripsi:
Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung
Mycrobacterium BOVIS hidup yang dilemahkan (Bacillus
Calmette Guerin), strain paris.

Indikasi:
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosis.

Vaksin BCG & pelarut


Cara pemberian dan dosis:
• Dosis pemberian: 0,05 ml, sebanyak 1 kali.
• Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertio musculus deltoideus),
dengan menggunakan ADS 0,05 ml.
efek samping:
2–6 minggu setelah imunisasi BCG daerah bekas suntikan timbul bisul kecil (papula) yang
semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi dalam waktu 2–4 bulan, kemudian menyembuh
perlahan dengan menimbulkan jaringan parut dengan diameter 2–10 mm.
Penanganan efek samping:
• Apabila ulkus mengeluarkan cairan perlu dikompres dengan cairan antiseptik.
• Apabila cairan bertambah banyak atau koreng semakin membesar anjurkan orangtua
membawa bayi ke ke tenaga kesehatan.
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak
diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit
tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi
belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain. Imunisasi adalah
suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila
suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau
hanya mengalami sakit ringan. Tujuannya adalah menurunkan
angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit yang
Vaksin DPT – hB – hIB
Deskripsi:
Vaksin DTP-HB-Hib digunakan untuk pencegahan
terhadap difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), hepatitis
B, dan infeksi Haemophilus influenzae tipe b secara
simultan.

Vaksin DPT-HB-HIB

Cara pemberian dan dosis:


• Vaksin harus disuntikkan secara intramuskular pada anterolateral paha atas.
• Satu dosis anak adalah 0,5 ml.
Kontra indikasi:
Kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau kelainan saraf serius .

efek samping:
Reaksi lokal sementara, seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan pada lokasi suntikan, disertai demam
dapat timbul dalam sejumlah besar kasus. Kadang-kadang reaksi berat, seperti demam tinggi, irritabilitas
(rewel), dan menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam setelah pemberian.
Penanganan efek samping:
• Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau sari buah).
• Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
• Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
• Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam).
• Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
• Jika reaksi memberat dan menetap bawa bayi ke dokter.
Vaksin hepatitis B

Deskripsi:
Vaksin virus recombinan yang telah
diinaktivasikan dan bersifat non-infecious,
berasal dari HBsAg.

Vaksin Hepatitis B

Cara pemberian dan dosis:


• Dosis 0,5 ml atau 1 (buah) HB PID, secara intramuskuler, sebaiknya pada anterolateral paha.
• Pemberian sebanyak 3 dosis.
• Dosis pertama usia 0–7 hari, dosis berikutnya interval minimum 4 minggu (1 bulan).

Kontra indikasi:
Penderita infeksi berat yang disertai kejang.
efek Samping:
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan.
Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
Cara pemberian dan dosis:
• Dosis 0,5 ml atau 1 (buah) HB PID, secara intramuskuler, sebaiknya pada anterolateral paha.
• Pemberian sebanyak 3 dosis.
• Dosis pertama usia 0–7 hari, dosis berikutnya interval minimum 4 minggu (1 bulan).

Vaksin Polio Oral (Oral Polio Vaccine [OPV])

Deskripsi:
Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari
suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2, dan 3
(strain Sabin) yang sudah dilemahkan.

Indikasi:
Vaksin Polio dan droplet Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
poliomielitis
Cara pemberian dan dosis:
Secara oral (melalui mulut), 1 dosis (dua tetes) sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan
interval setiap dosis minimal 4 minggu.
Kontra indikasi:
Pada individu yang menderita immune deficiency tidak ada efek berbahaya yang timbul akibat
pemberian polio pada anak yang sedang sakit.
efek Samping:
Sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio oral. Setelah mendapat vaksin polio oral bayi
boleh makan minum seperti biasa. Apabila muntah dalam 30 menit segera diberi dosis
ulang.
Penanganan efek samping:
Orangtua tidak perlu melakukan tindakan apa pun.

Vaksin Campak
Deskripsi:
Vaksin virus hidup yang dilemahkan.

Indikasi:
Pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit
Vaksin campak dan pelarut campak
Cara pemberian dan dosis:
0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas atau anterolateral paha, pada usia 9–11
bulan.
Kontra indikasi:
Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang diduga menderita
gangguan respon imun karena leukemia, limfoma.
efek samping:
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat
terjadi 8–12 hari setelah vaksinasi.
Penanganan efek samping:
• Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau sari buah).
• Jika demam kenakan pakaian yang tipis.
• Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
• Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam).
• Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
• Jika reaksi tersebut berat dan menetap bawa bayi ke dokter.

Vaksin Inactive Polio Vaccine (IPV)

Deskripsi:
Bentuk suspensi injeksi

Indikasi:
Untuk pencegahan poliomyelitis pada bayi dan
anak immunocompromised, kontak di lingkungan
keluarga dan pada individu di mana vaksin polio
oral menjadi kontra indikasi

Vaksin Polio IPV

Cara pemberian dan dosis:


• Disuntikkan secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml.
• Dari usia 2 bulan, 3 suntikan berturut-turut 0,5 ml harus diberikan pada interval satu atau dua
bulan.
• IPV dapat diberikan setelah usia bayi 6, 10, dan 14, sesuai dengan rekomendasi dari WHO.
• Bagi orang dewasa yang belum diimunisasi diberikan 2 suntikan berturut-turut dengan interval
satu atau dua bulan.
Kontra indikasi:
• Sedang menderita demam, penyakit akut atau penyakit kronis progresif.
• Hipersensitif pada saat pemberian vaksin ini sebelumnya.
• Penyakit demam akibat infeksi akut: tunggu sampai sembuh.
• Alergi terhadap Streptomycin.
efek samping:
Reaksi lokal pada tempat penyuntikan: nyeri, kemerahan, indurasi, dan bengkak bisa terjadi
dalam waktu 48 jam setelah penyuntikan dan bisa bertahan selama satu atau dua hari.
Penanganan efek samping:
• Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI).
• Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
• Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
• Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam)
• Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.

DAFTAR PUSTAKA
Mulyati,Elis dkk. (2014). Buku Ajar Imunisasi. Jakarta Selatan.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga

Suparmanto. (2010). Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu.


Jakarta. Communitu Health Services

Anda mungkin juga menyukai