Manajemen Terpadu Bayi Muda merupakan pendekatan yang digunakan dengan konsep yang
terpadu untuk bayi muda yang usianya 1 hari- 2 bulan baik yang berkondondisi sehat ataupun
sakit. Dalam pendekatan ini juga menggunakan suatu persepsi untuk menggunakan fasilitas
rawat jalan untuk pelayanan kesehatan dasar yang dilakukan dengan mengunjungi bayi muda
yang tergolong neonatal oleh petugas kesehatan.
Bayi yang lahir pada saat tubuh dibasahi oleh air ketuban akan mudah kehilangan panas tubuh.
Hal tersebut diakibatkan oleh aliran udara yang berasal dari ventilasi terbuka dan mempercepat
bayi kehilangan panas tubuhnya.
Akibat dari itu semua bayi akan mengalami serangan dingin yang menjadi gejala awal
hipotermia.
Bayi yang mengalami gejala hipotermia tidak menunjukkan keadaan yang menggigil mengingat
kontrol suhu tubuh yang belum sempurna.
Hal tersebut salah satu faktor pemicu tidak terdeteksinya gejala hipotermia pada payi oleh ibu
serta tenaga medis yang membantu proses persalinan.
Gejala hipotermia terjadi bila suhu tubuh (aksila) bayi turun di bawah 36 C.
Segera keringkan bayi baru lahir dengan kain yang hangat dan kering untuk menghindari
hipotermia.
Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi stabil.
Untuk mencegah terjadinya serangan dingin, ibu serta penolong persalinan harus menunda
sementara waktu untuk memandikan bayi. Hal tersebut memiliki alasan sebagai berikut:
Pada bayi baru lahir sehat/ckup bulan, berat > 2.500 gram, lansung menangis kuat,maka
memandikan bayi di tunda selama±24 jam setelah kelahiran dgan air hangat. Pada bayi lahir
dengan resiko, keadaan umum lemah dan bayi dengan berat<2.000 gram, sebaiknya jangan di
mandikan, di tunda beberapa hari sampai keadaan umum membaik yaitu suhu tubuh bayi stabil,
bayi sudah lebih kuat dan dapat menghisap ASI dengan baik.
Cara yang tepat untuk menghangatkan tubuh bayi pada saat awal-awal kelahiran bisa dilakukan
dengan meletakkan bayi pada dada ibu. Selain itu cara yang dapat ditempuh berupa:
1. Bayi dpat ditelungkupkan di dada ibu sehingga terjadi kontak kulit antara ibu dan anak
2. Bayi dapat dipakaikan baju yang memiliki tingkat kehangatan yang sesuai, baju tersebut
bisa disebut dengan metode kanguru
3. Ibu disarankan menggunakan baju longgar dan memiliki kancing depan.
Berbicara masalah kanguru prinsip dasar yang digunakan ialah sebagai pengganti metode BBLR
dalam inkubator. Dalam hal tersebut ibu diidentikkan sebagai kanguru yang sedang mendekap
anaknya. Dari situ akan diperolaeh suhu badan yang maksimal serta opyimal esuai kebutuhan
bayi.
Demikian artikel yang berjudul Pelaksanaan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM ) oleh
Tenaga Kesehatan.
Latar Belakang
Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 34/1000 kelahiran hidup. Bila angka ini
dikonversikan secara matematis, maka setidaknya terjadi 400 kematian bayi perhari atau 17
kematian bayi setiap 1 jam di seluruh Indonesia, sedangkan Angka Kematian Balita (AKBAL)
sebesar 44/1000 kelahiran hidup yang berarti terjadi 529 kematian/hari atau 22 kematian balita
setiap jamnya. Bila kita mencoba menghitung lebih jauh lagi, berarti terjadi lebih dari 15.000
kematian balita setiap bulannya.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, ada beberapa penyakit utama
yang menjadi penyebab kematian bayi dan balita. Pada kelompok bayi (0-11 bulan), dua
penyakit terbanyak sebagai penyebab kematian bayi adalah penyakit diare sebesar 31,4% dan
pneumonia 24%, sedangkan untuk balita, kematian akibat diare sebesar 25,2%, pneumonia
15,5%, Demam Berdarah Dengue (DBD) 6,8% dan campak 5,8%.
Berdasarkan data diatas WHO dan UNICEF terdorong ubtuk mengembangkan suatu
strategi yang disebu Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). MTBS merupakan pendekatan
keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit di fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Dalam
pelayanan dengan pendekatan MTBS selain upaya kuratif juga dilakukan sekaligus upaya
promotif dan preventif. MTBS diracang terutama untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh para medis dengan mengintegrasikan kegiatan manajerial seperti
pelatihan, supervisi, komunikasi, monitoring dan evaluasi.
Tujuan
1. Untuk memahami Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan Manajemen Terpadu Bayi
Muda (MTBM).
2. Untuk mengetahui definisi MTBS dan MTBM.
3. Untuk mengetahui proses manajemen kasus balita sakit
4. untuk mengetahui tatalaksana bayi sakit
1. Definisi MTBS
Suatu manejemen untuk balita yang datang di pelayanan kesehatan,dilaksanakan secara
terpadu mengenai klasifikasi,status gizi,status imun maupun penangan dan konseling yang
diberikan. MTBS merupakan suatu program pemerintah untuk menurunkan angka kematian
balita dan menurunkan angka kesakitan.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan keterpaduan dalam
tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar
yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi
telinga, malnutrisi, dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian
vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian
bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut (Pedoman Penerapan
Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas, Modul-7. 2004). Balita (bawah lima tahun) yaitu
anak umur 0-5 tahun (tidak termasuk umur 5 tahun) (MTBS, Modul 1, 2004).
2. Tujuan MTBS
Menurunkan secara signifikan angka kesakitan dan kematian global yang terkait dengan
penyebab utama penyakit pada balita, melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di unit
rawat jalan fasilitas kesehatan dasar dan memberikan konttribusi terhadap pertumbuhan
perkembangan kesehatan anak.
Penerapan MTBS dengan baik dapat meningkatkan upaya penemuan kasus secara dini,
memperbaiki manajemen penanganan dan pengobatan, promosi serta peningkatan pengetahuan
bagi ibu – ibu dalam merawat anaknya dirumah serta upaya mengoptimalkan system rujukan dari
masyarakat ke fasilitas pelayanan primer dan rumah sakit sebagai rujukan. ( Modul MTBS 1,
2008 )
b. Klasifikasi dehidrasi
Pada klasifikasi ini termasuk klasifikasi diare dengan dihindari yang terbagi menjadi 3 kelompok
yaitu:
1) Dehidrasi berat apabila ada tanda dan gejala seperti letargis atau tidak sadar,mata
cekung,turgor kulit jelek sekali,
2) Klasifikasi dehidrasi ringan sedang dengan tanda seperti gelisah,rewet,mata
cekung,haus,turgor jelek
3) Klasifikasi diare tanpa dehidrasi apabila tidak cukup tanda adanya dehidrasi
d. Klasifikasi disentri
Pada klasifikasi disentri ini juga termasuk klasifikasi diare secara umum akan tetapi
apabilah diarenya disertai dengan darah dalam tinja atau diarenya bercampur dengan darah
f. Klasifikasi Campak
Pada klasifikasi campak ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Campak dengan komplikasi berat apabila ditemukan adanya tanda bahaya umum terjadi
kekeruhan pada kornea mata, adanya luka pad daerah mulut yang dalam & luas serta
adanya tanda umum campak seperti adanya ruang kemerahan dikulit yang menyeluruh,
adanya batuk, pilek, atau mata merah.
2) Campak dengan komplikasi pada mata atau mulut apabila ditemukan tanda mata bernanah
serta luka dimulut dan ketiga klasifikasi campak apabila hanya khas campak yang tidak
disertai tanda klasifikasi diatas.
b. Dehidrasi
Pada klasifikasi dehidrasi tindakan dapat dikelompokkan berdasarkan derjat dari dehidrasi,
apabila klasfikasinya dehidrasi berat maka tindakannya adalah sbb:
1) Berikan cairan intravena secepatnya, apabila anak dapat minum berikan oralit melalui
mulut sambil infus dipersiapkan, berikan 100 ml/kg ringer laktat atau NaCl
2) Lakukan monitoring setiap 1-2 jam tentang status dehidrasi, apabila belum membaik
berikan tetesan intravena
3) Berikan oralit (kurang dari 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum
4) Lakukan monitoring kembali sesudah 6 jam pada bayi atau pada anak sesudah 3 jam dan
tentukan kembali status dehidrasi kemudian ditentukan status dehidrasi dan lakukan sesuai
dengan derjat dehidrasi
5) Anjurkan untuk tetap memberikan ASI
e. Klasifikasi Campak
Pada klasifikasi campak dapat dilakukan tindakan sebagai berikut :
Apabila campak dijumpai dengan komplikasi berat maka tindakannya adalah pemberian
vitamin A, antibiotik yang sesuai, saleo mata tetrasiklin atau kloramefnikol apabila dijumpai
kekeruhan pada kornea, pemberian paracetamol apabila disertai demam tinggi (38,5 derajat
celcius), kemudian apabila campak disertai komplikasi mata dan mulut ditambahkan dengan
gentian violet dan apabila hanya campak saja tidak ditemukan penyakit atau komplikasi lain
maka tindakannya hanya diberikan vitamin A.
4. Pemberian Konseling
Pada pemberian konseling yang dilakukan manajemen terpadu balita sakit umur 2 bulan
sampai dengan 5 tahun pada umumnya adalah konseling tentang:
a. Konseling pemberian makan pada anak
1) Lakukan evaluasi tentang cara memberikan makanan pada anak menyatakan cara meneteki
anak, berapa kali sehari apakah pada malam hari menetek, kemudian anak mendapat makan
atau minum lain, apabila anak berat badan berdasarkan umur sangat rendah menyatakan
berapa banyak makan atau minum yang diberikan pada anak apakah anak dapat makan
sendiri dan bagaimana caranya apakah selama sakait makan ditambah dan lain-lain.
2) Menganjurkan cara pemberian makan pada ibu
b. Diare persistem
Pada tindak lanjut masalah ini dilakukan sesudah 5 hari dengan cara mengevaluasi diare
apabila diare belum berhenti maka pelayanan tindak lanjut adalah memberikan obat yang
diperlukan dan apabila sudah berhenti maka makan sesuai umur.
c. Disentri
Pelayanan tindak lanjut untuk disentri dilakukan sesudah 2 hari dengan mengevaluasi
jumlah darah dalam tinja berkurang tentang tanda disentri apabila anak masi mengalami disentri
maka lakukan tindakan sesuai tindaka dehidrasi berdasarkan derajatnya.
d. Resiko malaria
Pelayan tindak lanjut pada resiko malaria dilkukan sesudah 2 hari apabila demam lagi
dalam 14 hari dengan melakukan penilaian sebagai berikut: apabila ditemukan malaria oral
pilihan kedua bahaya umum atau kakuk kuduk maka lakukan tindakan sesuai protap.
e. Campak
Pelayanan tindak lanjut pada klasifikasi campak ini dilakukan sesudah 2 hari dengan
mengevaluasi atau memperhatikan tentang gejala yang pernah dimilikinya apabila mata masi
bernanah maka lakukan evaluasi kepada keluarga atau ibu dengan menjelaskan cara mengobati
infeksi mata jika sudah benar lakukan rujukan dan apabila kurang benar maka ajari dengan
benar.
f. Demam berdarah
Pada klasifikasi pelayanan tindak lanjut dilakukan sesudah 2 hari dengan melakukan
evaluasi tanda dan gejala yang ada,apabila ditemuakan tanda bahaya umum dan adanya kaku
kuduk maka lakukan tindakan sesui dengan pedoman tindakan pada penyakit demam berdarah
dengan penyakit berat,akan tetapi apabila ditemukan penyebab lain dari demam berdarah maka
berikan pengobatan yang sesuai dan apabila masih ada tanda demam berdarah maka lakukan
tindakan sebagaimana tindakan demam berdarah dan dalam waktu 7 hari masi ditemukan demam
lakukan pemeriksaan lebih lanjut.
g. Masalah telinga
Pada pelanyanan tindak lanjut masalah telinga ini dilakukan sesudah 5 hari dengan
mengetahui nana evaluasi tanda dan gejala yang ada,apabilah pada waktukunjungan didapatkan
pembengkakan dan nyeri dibelakang telinga dan demam tinggi maka segera lakukan rujukan,dan
apabilah masih terdapat nyeri dan keluarkan cairan atau nana maka lakukan pengobatan
antibotika selama 5 hari dengan mengerinkan bagian telinga,apabila sudah benar anjurkan tetap
mempertahankan apabila masih kurang ajari tentang cara mengeringkannya,kemudian apabila
keadaan telinga sudah tidak timbul nyeri atau tidak keluar cairan maka lanjutkan pengobatan
antibiotika sampai habis.
Dalam pendekatan MTBS tersedia “Formulir Pencatatan” untuk Bayi Muda dan untuk
kelompok umur 2 bulan sampai 5 tahun. Kedua formulir pencatatan ini mempunyai cara
pengisian yang sama yaitu :
a. Penilaian berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan pemeriksaan fisik
b. Klasifikasi membuat keputusan mengenai kemungkinan penyakit atau masalah serta tingkat
keparahannya dan merupakan suatu kategori untuk menentukan tindakan bukan sebagai
diagnosis spesifik penyakit
c. Tindakan dan pengobatan berarti menentukan tindakan dan memberi pengobatan difasilitas
kesehatan sesuai dengan setiap klasifikasi.
d. Konseling juga merupakan menasehati ibu yang mencakup bertanya, mendengar jawaban
ibu, memuji, memberi nasehat relevan, membantu memecahkan masalah dan mengecek
pemahaman
e. Pelayanan tindak lanjut berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak datang
untuk kunjungan ulang.
Menanyakan kepada ibu mengenai masalah bayi muda. Tentukan pemeriksaan ini
merupakan kunjungan atau kontak pertama dengan bayi muda atau kunjungan ulang untuk
masalah yang sama. Jika merupakan kunjungan ulang akan diberikan pelayanan tindak lanjut
yang akan dipelajari pada materi tindak lanjut.
Kunjungan Pertama lakukan pemeriksaan berikut :
a. Periksa bayi muda untuk kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi
bakteri.selanjutnya dibuatkan klasifikasi berdasarkan tanda dan gejalanya yang ditemukan.
b. Menanyakan pada ibu apakah bayinya diare, jika diare periksa tanda dan gejalanya yang
terkait. klasifikasikan bayi muda untuk dehidrasi nya dan klasifikasikan juga untuk diare
persisten dan kemungkinan disentri.
c. Periksa semua bayi muda untuk ikterus dan klasifikasikan berdasarkan gejala yang ada.
d. Periksa bayi untuk kemungkinan berat badan rendah dan atau masalah pemberian asi.
selanjutnya klasifikasikan bayi muda berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan.
e. Menanyakan kepada ibu apakah bayinya sudah di imunisasi?. tentukan status imunisasi bayi
muda.
f. Menanyakan status pemberian vit k1.
g. Menanyakan kepada ibu masalah lain seperti kelainan kongenital, trauma lahir, perdarahan
tali pusat dan sebagainya.
h. Menanyakan kepada ibu keluhan atau masalah yang terkait dengan kesehatan bayinya. Jika
Bayi Muda membutuhkan RUJUKAN SEGERA lanjutkan pemeriksaan secara cepat. Tidak
perlu melakukan penilaian pemberian ASI karena akan memperlambat rujukan.
3) Gangguan Napas
Pola napas Bayi Muda tidak teratur (normal 30-59 kali/menit) jika <30 kali/menit atau ≥
60 kali/menit menunjukkan ada gangguan napas, biasanya disertai dengan tanda atau gejala bayi
biru(sianosis), tarikan dinding dada yang sangat kuat (dalam sangat kuat mudah terlihat dan
menetap), pernapasan cuping hidung serta terdengar suara merintih (napas pendek menandakan
kesulitan bernapas)
4) Hipotermia
Suhu noramal 36,5 -37,5 C jika suhu < 35,5C disebut hipotermi berat yang
mengidentikasikan infeksi berat sehingga harus segera dirujuk, suhu 35,5-36,0 C disebut
hipotermi sedang dan suhu ≥ 37,5 disebut demam
Mengukur suhu menggunakan termometer pada aksiler selama 5 menit tidak dianjurkan
secara rektal karena dapat mengakibatkan perlukaan rektal.
b. Menilai Diare
Ibu mudah mengenal diare karena perubahan bentuk tinja yang tidak seperti biasanya dan
frekuensi beraknya lebih sering dibandingkan biasanya. Biasanya bayi dehidrasi rewel dan
gelisah dan jika berlanjut bayi menjadi letargis atau tidak sadar, karena bayi kehilangan cairan
matanya menjadi cekung dan jika dicubit kulit akan kembali dengan lambat atau sangat lambat.
Cubit kulit perut dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk lihat apakah kulit itu kembali lagi
dengan sangat lambat (lebih dari 2 detik), lambat atau segera.
Klasifikasi Diare
Tanda dan Gejala Klasifikasi
Terdapat 2 atau lebih tanda berikut : DIARE DEHIDRASI BERAT
Letargis atau tidak sadar
Mata Cekung
Cubitan kulit perut kembalinya sangat
lambat
Terdapat 2 atau lebih tanda berikut : DIARE DEHIDRASI RINGAN /SEDANG
Gelisah atau rewel
Mata Cekung
Cubitan kulit perut kembali lambat
Tidak cukup tanda dehidrasi berat atau DIARE TANPA DEHIDRASI
ringan/sedang
c. Ikterus
Ikterus merupakan perubahan warna kulit atau selaput mata menjadi kekuningan sebagian
besar(80%) akibat penumpukan bilirubin (hasil pemecahan sel darah merah) sebagian lagi karena
ketidak cocokan gol.darah ibu dan bayi. Peningkatan kadar bilirubin dapat diakibatkan oleh
pembentukan yang berlebihan atau ada gangguan pengeluaran.
Ikterus dapat berupa fisiologik dan patologik (hiperbilirubin mengakibatkan gangguan
saraf pusat)
Sangat penting mengetahui kapan ikterus timbul, kapan menghilang dan bagian tubuh
mana yang kuning. Timbul setelah 24 jam dan menghilang sebelum 14 hari tidak memerlukan
tindakan khusus hanya pemberian ASI. Ikterus muncul setelah 14 hari berhubungan dengan
infeksi hati atau sumbatan aliran bilirubin pada empedu. Lihat tinja pucat seperti dempul
menandakan adanya sumbatan aliran bilirubin pada sistem empedu.
Untuk menilai derajat kekuningan digunakan metode KRAMER
Kramer I : kuning pada daerah kepala dan leher
Kramer 2 : kuning sampai dengan badan bagian atas (dari pusar ke atas)
Kramer 3 : kuning sampai badan bagian bawah hingga lutut atau siku
Kramer 4 : kuning sampai pergelangan tangan dan kaki
Kramer 5: kuning sampai daerah tangan dan kaki
Klasifikasi Ikterus
Tanda dan Gejala Klasifikasi
1) Timbul kuning pada hari pertama (<
24 jam) ATAU IKTERUS BERAT
2) Kuning ditemukan pada umur lebih
dari 14 hari ATAU
3) Kuning sampai telapak tangan
/telapak kaki ATAU
4) Tinja berwarna pucat
5) Timbul kuning pada umur ≥ 24 jam IKTERUS
sampai ≤ 14 hari dan tidak sampai
telapak tangan/kaki
6) Tidak kuning TIDAK ADA IKTERUS
2) Gangguan Nafas pada penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat
a) Posisikan kepala bayi setengah mengadah jika perlu bahu diganjal dengan gulungan kain
b) Bersihkan jalan nafas dan beri oksigen 2 l per menit
c) Jika apnoe lakukan resusitasi
3) Hipotermi
a) Menghangatkan tubuh bayi
b) Cegah penurunan gula darah (berikan ASI bila bayi masih bisa menyusu dan beri ASI
perah atau air gula menggunakan pipet bila bayi tidak bisa menyusu) dapat menyebabkan
kerusakan otak
c) Nasehati ibu cara menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan rujukan
d) Rujuk segerta
4) Ikterus
a) Cegah turunnya gula darah
b) Nasehati ibu cara menjaga bayi tetap hangat
c) Rujuk segera
6) Diare
a) Rehidrasi (RL atau NaCl 100 ml/kg BB
30 ml/kg BB selama 1 jam
70 ml/ kg BB selama 5 jam
Jika memungkinkan beri oralit 5 ml/kg BB/jam
b) Rehidrasi melalui pipa nasogastrik 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam (120 ml/kg BB)
c) Sesudah 6 jam periksa kembali derajat dehidrasi
Dibawah ini beberapa tindakan /pengobatan pada Bayi Muda yang tidak memerlukan
rujukan :
1) Menghangatkan tubuh bayi segera
2) Mencegah gula darah tidak turun
3) Memberi antibiotik per oral yang sesuai
4) Mengobati infeksi bakteri lokal
5) Melakukan rehidrasi oral baik diklinik maupun dirumah
6) Mengobati luka atau bercak putih di mulut
7) Melakukan asuhan dasar Bayi Muda (mencegah infeksi, menjaga bayi tetap hangat,
memberi ASI sesering mungkin, imunisasi
b. 14 hari
Berat Badan Rendah menurut umur