OLEH :
1. ROSALIA D.PADUT
2. FELISITAS N. AWONG
3. THERESIA INA
4. ALEKSANDER GUNTUR
5. YULIANUS SYUKUR DIAS
Menyetujui
Ns. Yuliana R.S Krowa, M.Kep Ns. Ngakan Nyoman Rai Bawa, S. Kep
NIDN: 1516029001 NIP : 19850731200812100
i
BAB I
PENDAHULUAN
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung hawa, alveoli. Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan
endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya lebih kurang 90 m2. Pada
lapisan ini terjadi pertukaran udara, oksigen masuk kedalam darah dan
karbondioksida dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini
kurang lebih 700.000.000 buah (kiri dan kanan).
Paru-paru dibagi dua, paru-paru kanan terdiri dari tiga lobus, lobus pulmo
dekstra superior, lobus media dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh
lobulus. Paru-paru kiri terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan inferior.
Tiap lobus terdiri dari belahan yang bernama segmen kemudian lobulus yang
berisi bronkhiolus yang bercabang banyak disebut duktus alveolus berakhir
pada alveolus yang diameternya 0,2-0,3 mm.
Proses terjasinya pernapasan terbagi dalam dua bagian yaitu inspirasi dan
ekspirasi. Bernapas berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara
bergantian, teratur, berirama dan terus-menerus.
1
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat
membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen
selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat
diperbaiki dan bisa menimbulkan kematian. Kalau pasokan oksigen
berkurang akan menimbulkan kacau pikiran, anoksia serebialis.
Guna pernapasan :
2
1.2 Definisi
1.3 Epidemologi
3
hemitoraks kanan daripada hemithoraks kiri. Pneumothoraks bilateral kira –
kira 2% dari seluruh pneumothoraks spontan. Laki – laki lebih sering terkena
daripada wanita (5:1) dan paling sering terjadi pada usia 20 – 30 tahun.
Pneumothoraks spontan yang timbul pada umur lebih dari 40 tahun lebih
sering disebabkan oleh adanya bronkitis kronik dan emfisema. Lebih sering
pada orang – orang dengan bentuk tubuh kurus dan tinggi (astenikus)
terutama pada mereka yang mempunyai kebiasaan merokok. Pneumothoraks
kanan lebih sering terjadi dari pada kiri.
1.4 Etiologi
a. Pneumothoraks Spontan
Terjadi tanpa penyebab yang jelas. Pneumothorax spontan primer
terjadi jika pada penderita tidak ditemukan penykait paru-paru.
Pneumothoraks ini diduga disebabkan pecahnya kantong kecil berisi
udara di dalam paru-paru yang disebut bleb atau bulla. Pneumothorak
spontan sekunder merupakan komplikasi dari penyakit paru-paru
(misalnya penyakit paru obstruktif menahun, asma, fibrosis kistik,
tuberkulosis, batuk rejan).
b. Pneumothoraks Traumatik
Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat
menembus (luka tusuk) atau tumpul (benturan pada kecelakaan).
Pneumothoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis
tertentu (misalnya torakosentesis). Bila akibat jatuh atau patah rusuk,
sering akan kita temukan emfisema subkutan, karena pleura
perietalnya juga mengalami kerusakan (robek).
c. Ketegangan Pneumothoraks
4
Pneumothoraks progresif menyebabkan kenaikan tekanan
intrapleural ketingkat yang menjadi positif sepanjang siklus
pernafasan dan menutup paru-paru, pergeseran mediastinum, dan
merusak vena kembali kejantung. Air terus masuk kedalam rongga
pleura tetapi tidak dapat keluar.
d. Pneumothoraks Iatiogenik
Disebabkan oleh intervensi medis, termasuk jarum trausthoracic
aspirasi, thoracentesis, penempatan kateter vena pusat, pentilasi
mekanik dan resusitasi cardiopulmonari.
1.5 Patofisiologi
5
permukaan paru yang pecah menyebabkan udara masuk ke dalam kavum
pleura.
1.7 Komplikasi
Tension pneumathoraks dapat menyebabkan pembuluh darah kolaps,
akibatnya pengisian jantung menurun sehingga tekanan darah menurun. Paru
yang sehat juga dapat terkena dampaknya.
6
Pneumothoraks dapat menyebabkan hipoksia dan dispnea berat. Kematian
menjadi akhir dari pneumothoraks jika tidak ditangani dengan cepat.
Gambaran ancaman terhadap kehidupan pada pasien ekstrim yaitu
pertimbangan tension pneumothoraks, nafas pendek, hypotensi, tachykardy,
trachea berubah.
7
2. Blast injury or tention
Jika udara masuk kerongga pleura disebabkan oleh robekan
jaringan paru, perlu penanganan segera. Sebuah tusukan jarum
halus dapat dilakukan untuk mengurangi tekanan agar paru dapat
mengembang kembali
3. Penatalaksanaan WSD (Water Sealed Drainage)
4. Perawatan Per – hospital
Beberapa paramedis mampu melakukan needle thoracosentesis
untuk mengurangi tekanan intrapleura. Jika dikehendaki intubasi
dapat segera dilakukan jika keadaan pasien makin memburuk.
Perwatan medis lebih lanjut dan evaluasi sangat dianjurkan segera
dilakukan. Termasuk dukungan ventilasi mekanik.
5. Pendekatan melalui torakotomi anterior, torakomi
poskerolateral dan skernotomi mediana, selanjutnya dilakukan
diseksi bleb, bulektonomi, subtotal pleurektomi. Parietalis dan
Aberasi pleura melalui Video Assisted Thoracoscopic Surgery
(VATS).
8
1.10 Pathway
9
BAB II
2.1 PENGKAJIAN
a. Pengkajian Skunder
1. Identitas
Identitas klien yang terdiri dari nama , umur, suku/bangsa, status
perkawinan, agama, pendidikan, alamt, nomor registrasi.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien saat pengkajian , alasan utama
masuk rumah sakit.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Keadaan dan keluhan pasien saat timbulnya serangan, waktu dan frekuensi
timbulnya serangan, tindakan yang telah dilakukan untuk mnegurangi
gejala.
4. Riwayat kesehatan terdahulu
Riwayat penyakit yang pernah diderita oleh pasien, terutama yang
berkaitan dengan penyakit saat ini.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit keluarga yang pernah diderita berhubungan dengan
penyakit pasien saat ini.
b. Pengkajian Primer
10
yang utama adalah mengkaji airway, breathing, circulation, disability dan
exposure ( Planas, & Waseem, 2019)
1. Airway
a. Pastikan patensi airway pasien
b. Pastikan tidak ada obstruksi pada jalan napas pasien
2. Breathing
a) Perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakandinding
dada
b) Perhatikan apakah pasien mengalami napas cuping hidung
c) Perhatikan apakah pasien mengalami sesak napas atautidak
d) Lakukan palpasi torak
e) Periksa frekuensi napas pasien
f) Periksa pola napas pasien
g) Auskultasi suara napas pasien
3. Circulation
1). Periksa frekuensi denyut nadi dan denyut jantung pasien
2). Periksa tekanan darah
3). Pemeriksaan pulse oxymetri
4). Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis)
4. Disability
1). Periksa tingkat kesadaran pasien
2). Periksa refleks pupil pasien
5. Exposure
1). Periksa tubuh pasien apakah terdapat luka dan tentukanlokasi, luas
dan kedalaman luka pasien
b. Pengkajian Sekunder (Secondary Survey)
Pengkajian sekunder/secondary survey merupakan pemeriksaansecara lengkap
yang dilakukan secara head to toe , dari depanhingga belakang. Secondary surey
hanya dilakukan setelah kondisi pasien mulai stabil, dalam artian tidak mengalami
syok atau tandatanda syok telah mulai membaik.
1. Anamnesis
Anamnesis juga harus meliputi riwayat SAMPLEyangbisadidapat dari pasien
dan keluarga, yaitu :
S = Sign and Symptom
11
Tanda dan gejala terjadinya tension pneumotorak dapat berupaadanya
jejas pada thorak, gangguan pernapasan, berkeringat, hipotensi, dan
pucat akibat hipoksia, pergeseran mediastinum, dan berkurangnya aliran
balik vena
A = Allergies
Riwayat alergi yang dimiliki oleh pasien baik alergi obat- obatan, alergi
makanan maupun minuman.
M = Medications
Obat – obatan yang sedang digunakan pasien saat ini, untukmencegah
terjadinya kontraindikasi dalam pemberian obat lainnya
P = Previous Illnes
Riwayat penyakit yang pernah dialami pasien sebelumnya yangdapat
mempengaruhi penatalaksanaan tension pneumotorakseperti memiliki
riwayat penyakit jantung
L = Last meal
Waktu klien makan atau minum terakhir
E = Event
Mengkaji proses terjadinya kecelakaan untuk mengetahui secara jelas
penyebab terjadinya kondisi pasien saat ini.
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa
medik, alamat, semua datamengenai identitaas klien tersebut untuk
menentukantindakan selanjutnya.
2. Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untukmemudahkan dan jadi
penanggung jawab klien selamaperawatan, data yang terkumpul meliputi
nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
3. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakanolehklien saat
pengkajian. Biasanya pasien akan mengeluhsesaknafas berat ditandai
dengan wajah pucat
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utamamelalui metode
PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien,
12
quality atau kualitas(Q) yaitu bagaimana nyeri dirasakan oleh klien,
regional (R) yaitu nyeri menjalar kemana, Safety(S) yaitu posisi
yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri atau klien merasa
nyaman dan Time (T) yaitusejak kapan klien merasakan nyeri
tersebut
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau
pernah di riwayat sebelumnya.
b.Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : Lakukan inspeksi dan palpasi pada seluruhkepala dan wajah untuk
mengetahui adanya pigmentasi, laserasi, massa, kontusio, fraktur dan luka termal,
ruam, perdarahan, dan nyeri tekan
2. Wajah
Mata : Periksa kornea ada cedera atau tidak, ukuranpupil apakah isokor
atau anisokor serta bagaimanarefleks cahayanya, apakah pupil
mengalami miosisatau midriasis, adanya icterus, ketajaman mata(macies
visus dan acies campus), apakah konjungtivaanemis atau adanya
kemerahan.
Hidung : Periksa adanya perdarahan, perasaan nyeri, penyumbatan
penciuman, apabila ada deformitaslakukan palpasi akan kemungkinan
krepitasi dari suatu fraktur.
Telinga : Periksa danya nyeri tinnitus, pembengkakan, penurunan atau
hilangnya pendengaran, periksa dengansenter mengenai keutuhan
membrane timpani atauadanya hemotimpanum.
Mulut : Inspeksi pada bagian mukosa, adanya lesi.
3.Toraks
Inspeksi : Pada pasien tension pneumotorak, pasienakan mengalami
peningkatan usaha frekuensi pernapasan, serta penggunaan otot bantu
pernpasan. Gerakan pernapasan ekspansi dada yang asimetris(pergerakan
dada tertinggal pada sisi yang sakit), igamelebar, rongga dada asimetris
(cembung pada sisi yang sakit).
Palpasi : Pada pasien dengan tension pneumotorakakan ditemukan Taktil
Fremitus menurun pada sisi yang sakit. Di samping itu, pada palpasi
jugaditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang
sakit. Pada sisi yang sakit, ruangantar-iga bisa saja normal atau melebar.
Perkusi : Adanya suara ketok pada sisi yang sakit, hipersonor sampai
timpani, dan tidak bergetar. Batasjantung terdorong ke arah thoraks yang
13
sehat, apabilatekanan intrapleura tinggi.
Auskultasi : Suara napas menurun sampai menghilang pada sisi yang
sakit. Pada posisi duduk, semakin ke atas letak cairan maka akan
semakintipis, sehingga suara napas terdengar amforis, bila ada fistel
brongkhopleura yang cukup besar pada pneumotoraksterbuka.
Abdomen : Inspeksi abdomen bagian depan dan belakanguntuk adanya
trauma tajam, tumpul, dan perdarahaninternal, adakah distensi abdomen,
acites, luka, memar. Auskultasi bising usus, perkusi abdomen
untukmendapatkan nyeri lepas (ringan). Palpasi abdomen
untukmengetahui adakah kekakuan atau nyeri tekan, hepatomegaly
Ektremitas : Inspeksi adanya kemerahan, edema, ruam, lesi, paralisis,
atropi/hipertropi, pada jari-jari periksaadanya clubbing finger, serta catat
adanya nyeri tekan, danhitung berapa detik kapiler refill, palpasi untuk
memeriksadenyut nadi distal.
Punggung : Memeriksa punggung dilakukan denganlogroll, memerikasa
pasien dengan tetap menjaga kesegarisantubuh. Periksa adanya
perdarahan, lecet, luka, hematoma, ruam, lesi, dan edema serta nyeri.
Neurologis : Pemeriksaan neurologis yang diteliti meliputi pemeriksaan
tingkat kesadaran, ukran dan reaksi pupil. Untuk menentukan tingkat
kesadaran klien dapat digunakan perhitungan Glassglow Coma Scale
(GCS). Untuk klien dengan gangguan tension pneumothoraks, biasanya
kesadaranya menurun.Dapat juga dinilai melalui cara berikut :
• A = Alert
Penderita sadar dan mengenali keberadaandanlingkungannya.
• V = Verbal
Penderita hanya menjawab/bereaksi bila dipanggil
ataumendengar suara.
• P = Pain
Penderita hanya bereaksi terhadap rangsang nyeri yangdiberikan
oleh penolong, misalnya dicubit, tekananpadatulang dada.
• U = Unrespon
Penderita tidak bereaksi terhadap rangsang apapunyangdiberikan
oleh penolong. Tidak membuka mata, tidakbereaksi terhadap
suara atau sama sekali tidak bereaksi pada rangsang nyeri.
14
Domain 04, Ketidakefektifan pola pernapasan b.d ekspansi paru
kelas 4 , 00032 yang tidak maksdimal karena trauma.
Domain 4, kelas Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan umum, penurunan
4 , 00092 akan ketahanan nyeri .
Domain 5, kelas Defisien Pengetahuan b.d Keterbatsan pengetahuan
4 , 00126 penyakitnya, tindakan yang dilakukan, obat – oabtan
yang diberikan, komplikasi yang mungkin muncul dan
perubahan gaya hidup
15
2.3 Intervensi Keperawatan
No Hari / Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional Paraf
Tanggal /
Jam
1. Senin , 07 Domain 04 : Setelah dilakukan asuhan 1. Berikan posisi yang 1. Agar pasien
Januari Aktivitas/Istirahat keperawatan selama 1 x nyaman, biasanya merasa
2019 24 jam , klien dapat : dengan oeninggian lebih
Kelas 4 . Respon 1. Memperlihatkan kepala tempat tidur. nyaman
kardiovaskular/ frekuensi nafas Balik ke sisi yang 2. Untuk
pulmonal yang efektif sakit. Dorong klien mengetahui
2. Mengalami untuk duduk fungsi
00032 – perbaikan sebanyak mungkin. pernapasan
Ketidekefektifan pola pertukaran gas 2. Observasi fungsi klien
napas pada paru – paru pernapasan, catat 3. Agar pasien
3. Adaptif mengatasi frekuensi memahami
Definisi : faktor – faktor pernapasan, dispnea tentang
Inspirasi dan atau penyebab. atau perubahan tanda penyakit yang
ekspirasi yang tidak – tanda vital . dialami
memebri ventilasi 3. Jelaskan padaa klien 4. Untuk menjaga
klien agar tetap
16
tenang dan
17
adekuat. bahwa tindakan dapat megikuti
tersebut dilakukan pengobatan
untuk menjamin dengan
keamanan. maksimal
4. Jelaskan pada klien 5. Untuk
klien tentang etiologi mengetahui
/ faktor pencetus alat bekerja
adanya sesak atau dengan baik.
kolaps paru – paru 6. Untuk
5. Pertahankan perilaku mempercepat
tenang, bantu pasien pengurangan
untuk kontrol diri nyeri yang di
dengan rasakan oleh
menggunakan klien .
pernapasan lebih
lambat dan dalam.
6. Perhatikan alat
bullow drainase
berfungsi baik, cek
18
setiap 1 – 2 jam.
7. Kolaborasi dengan
tim kesehatan
lainnya. Dengan
dokter, radiologi dan
fisioterapi dalam
pemberian
antibiotika,
analgetika,
fisioterapi dada,
konsul foto thoraks.
19
aktivitas sehari – 3. Batasi aktivitas pada meminimalkan
00092 – Intoleransi hari (ADLs) dasar nyeri dan energi yang
aktivitas secara mandiri berikan aktifitas digunakan
2. Tanda – tanda sensori yang tidak klien sehingga
Definisi : vital berada berat dapat
Ketidakcukupan energi salam batas 4. Jelaskan pola mengurangi
psikologis atau normal peningkatan keletihan pada
fisiologis untuk bertahap dari tingkat klien.
mempertahankan atau aktifitas, seperti 3. Untuk
menyelesaikan bangun dari kursi mempercepat
aktivitas kehidupan bila tidak nyeri, proses
sehari – hari yang ambulasi dan penyembuhan
harus atau yang ingin istirahat selama 1 klien.
dilakukan. jam setelah makan 4. Agar klien
5. Kaji ulang tanda dapat
gangguan yang mengetahui
menunjukkan tidak tentang
toleran terhadap kegiatan-
aktivitas atau kegiatan yang
20
memerlukan boleh
pelaporan . dilakukan .
5. Untuk
mengetahui
keadaan klien
setelah
dilakukan
treatment.
3. Senin , 07 Domain 5 : Persepsi / Setelah dilakukan asuhan 1. Berikan penilaian 1. Untuk
Januari Kognisi keperawatan selama 1 x tentang tingkat mengetahui
2019 24 jam diharapkan pengetahuan pasien seberapa
Kelas 4. Kognisi Pengetahuan bertambah tentang proses jauh
dengan Kriteria Hasil : penyakit yang pemahaman
00126 – Defisien 3. Pasien dan spesifik. klien
Pengetahuan keluarga 2. Jelaskan tentang
menyatakan patofisiologi dari penyait
Definisi : pemahaman penyakit dan yang
Ketiadaan atau defisien tentang penyakit, bagaimana hal ini dialami.
informasi kognitif yang kondisi, berhubungan dengan 2. Agar klien
21
berkaitan dengan topik prognosis dan anfis dengan cara memamham
tertentu, atau program yang tepat . i tentang
kemahiran . pengobatan. 3. Gambarkan tanda bagaimana
4. Pasien dan dan gejala yang penyakit
keluarga mampu biasa muncul pada tersebut
melaksanakan penyakit, dengan dapat
prosedur yang cara yang tepat muncul atau
dijelaskan secara 4. Gambarkan proses dialami
benar penyakit, dengan oleh klien.
5. Pasien dan cara yang tepat 3. Agar klien
keluarga mampu 5. Identifikasi mengetahui
menjelaskan kemungkinan tanda
kembali apa yang penyebab, dengan ataupun
dijelaskan cara yang tepat gejala yang
perawat / petugas 6. Sediakan informasi dapat
kesehatan lainnya pada pasien tentang dialami
kondisi, dengan cara klien .
yang tepat 4. Supaya
7. Hindari harapan klien
22
yang kosong mengerti
8. Sediakan bagi apa saja
keluarga informasi kemungkina
tentang kemajuan n penyebab
pasien dengan cara penyakit
yang tepat tersebut
9. Kebiasaan yang dapat
mungkin diperlukan dialami
untuk mencegah oleh klien.
komplikasi di masa 5. Aagr
yang akan datang keluarga
dan atau proses klien dapat
pengontrolan memahami
penyakit . tentang
10. Diskusikan pilihan penyakit
terapi atau yang
penanganan dialami
11. Dukung pasien oleh klien.
untuk 6. Agar klien
23
mengeksplorasi atau mengetahui
mendapatkan second dan
opinion dengan cara memahami
yang tepat atau di terapi apa
indikasikan yang dapat
12. Eksplorasi dilakukan
kemungkinan sehingga
sumber atau klien dapat
dukungan, dengan meakukan
cara yang tepat terapi
13. Instruksikan pasien dengan baik
mengenai tanda dan dan paham
gejala untuk tentang
melaporkan pada terapi apa
pemberi perawatan yang
kesehatan, dengan dilakukan.
cara yang tepat .
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Judith M. Wilkinson. 2005. Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC
Interventions and NOC Outcome. New Jersey : Horrisonburg.
26