OLEH :
NAMA: CLARA CABRAL ORNAI XIMENES
NPM : 21203027
2021/2022
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Praktik Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis ini telah disetujui pada
tanggal.........
Menyetujui,
1) DEFINISI
ADHF (Acute Decompensasi Heart Failure) yaitu penyakit gagal
jantung akut dimana serangannya cepat dari gejala-gejala yang diakibat oleh
abnormalnya fungsi jantung. Disfungsi dapat berupa sistolik maupun diastolik
abnormalitas irama jantung. Gagal jantung bisa terjadi pada seseorang dengan
serangan baru tanpa kelainan jantung sebelumnya. (Aaronson, 2010)
Decompensasi cordis adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami
penurunan atau kegagalan dalam memompa darah dimana terjadi penurunan
kemampuan kontraktilitas fungsi pompa jantung untuk mencukupi kebutuhan
tubuh akan nutrisi dan oksigen secara adekuat (Udjianti, 2010). Penyakit gagal
jantung yaitu jantung tidak mampu memompa pasokan darah, untuk
mempertahankan sirkulasi adekuat sesuai kebutuhan tubuh meskipun tekanan
pengisian cukup, dimana gejalanya seperti nafas sesak selama istirahat,
beraktifitas dan kelelahan, edema pulmonal kardiogenik dengan akumulasi
cairan yang cepat pada paru dan pembengkakan pada
tungkai (Arif Muttaqin, 2009). Jadi ADHF adalah gagal jantung akut yang gagal
memompa cukup darah untuk mencukupi kebutuhan tubuh serta tidak dapat
mempertahankan sirkulasi yang adekuat dan serangannya dirasakan secara
cepat.
2) ANATOMI FISIOLOGI
a) Anatomi Jantung
Jantung yaitu otot yang berongga dimana berukuran sebesar kepalan
tangan. Fungsi jantung untuk memompakan darah ke pembuluh darah secara
berulang. Jantung normal memiliki empat ruang yaitu 2 ruang atas jantung
disebut atrium dan 2 ruang jantung bawah dimana masing-masing berfungsi
sebagai memompa. Dinding yang memisahkan kedua atrium dan ventrikel
pada bagian kanan dan kiri dinamakan septum. Jantung terletak pada rongga
dada (cavum thorax) tepatnya pada rongga mediastinum diantara paru-paru
kiri dan kanan.
Lapisan Jantung
a. Lapisan perikardium
dimana lapisan terletak paling atas dari jantung fungsinya sebagai
pembungkus jantung. Lapisan ini terdiri dari perikardium parietal
(pembungkus luar jantung) dan perikardium visceral (lapisan yang
langsung menempel pada jantung) dan diantara kedua perikardium
terdapat ruangan yang berisi cairan serosa sebagai pelumas berjumlah 15-
50 ml.
b. Lapisan epikardium
terletak di lapisan paling atas dinding jantung.
c. Lapisan miokardium yaitu lapisan fungsional jantung yang memungkinkan
jantung bekerja sebagai pompa yang bekerja secara otonom (miogenik)
dan mampu berkontraksi secara ritmik. Miokardium terdiri dari dua berkas
otot yaitu sinsitium atrium dan sinsitium ventrikel.
d. Lapisan endokardium adalah lapisan yang membentuk bagian dalam
jantung untuk membantu aliran darah.
Katup-Katup Jantung
a. Katup Trikuspid
Katup trikuspid ini terletak pada atrium dan ventrikel kanan. Jika katup ini
membuka, maka terjadi darah mengalir pada atrium kanan menuju
ventrikel kanan. Katup trikuspid ini berfungsi untuk mencegah kembalinya
aliran darah atrium kanan dengan cara menutup pada saat kontraksi
ventrikel.
b. Katup Pulmonal
a. Darah akan mengalir dari dalam ventrikel kanan melalui trunkus
pulmonalis sesaat setelah katup trikuspid tertutup. Trunkus pulmonalis
bercabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri yang akan Katup
Bikuspid
Katup bikuspid atau katup mitral ini berfungsi untuk mengatur aliran
darah dari atrium kiri menuju ventrikel kiri. Katup bikuspid terdiri dari
dua daun katup.
b. Katup aorta
Katup aorta ini akan membuka jika ventrikel kiri berkontraksi dan darah
akan mengalir keseluruh tubuh. Sebaliknya katup akan menutup pada
saat ventrikel kiri relaksasi, sehingga mencegah darah masuk kembali
kedalam ventrikel kiri.
berhubungan dengan jaringan paru kanan dan kiri.
Pembuluh Darah Besar Pada Jantung
Ada beberapa pembuluh darah besar yang berdekatan letaknya dengan
jantung yaitu :
a. Vena Cava Superior
Vena cava superior adalah vena besar yang membawa darah
kotor dari tubuh bagian atas menuju atrium kanan.
b. Vena Cava Inferior
Vena cava inferior adalah vena besar yang membawa darah kotor
dari bagian bawah diafragma ke atrium kanan.
c. Sinus Conaria
Sinus coronari adalah vena besar di jantung yang membawa
darah kotor dari jantung sendiri.
d. Trunkus Pulmonalis
Pulmonari trunkus adalah pembuluh darah besar yang membawa
darah kotor dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis. Arteri
pulmonalis dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa
darah kotor dari pulmonari trunkus ke dua paru-paru.
e. Vena Pulmonalis
Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang
membawa darah bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri.
f. Aorta Asendens
Ascending aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa
darah bersih dari ventrikel kiri ke arkus aorta (lengkung aorta) ke
cabangnya yang bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian
atas.
g. Aorta Desendens.
Descending aorta, yaitu bagian aorta yang membawa darah bersih
dan bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian bawah.
Sirkulasi Darah
a. Sirkulasi pulmonal
diawali dengan keluarnya darah dari ventrikel kanan ke paru-
paru melalui arteri pulmonalis dan kembali ke atrium kiri melalui
vena-vena pulmonalis. Sistem sirkulasi pulmonal dimulai ketika
darah yang teroksigenasi yang berasal dari seluruh tubuh, yang
dialirkan melalui vena cava superior dan vena cava inferior
kemudian ke atrium kanan dan selanjutnya menuju keventrikel
kanan, sehingga meninggalkan jantung bagian kanan
menggunakan arteri pulmonalis menuju keparu-paru (kanan dan
kiri). Pada paru, darah mengalir pada kapiler paru sehingga
terjadi pertukaran antara zat dan cairan lalu menghasilkan darah
yang teroksigenasi. Oksigen diambil dari udara pernapasan. Di
dalam darah yang teroksigenasi dialirkan kevena pulmonalis
(kanan dan kiri), menuju atrium kiri sehingga memasuki ventrikel
kiri melalui katup mitral (bikuspidalis). Darah yang dari ventrikel
kiri tadi kemudian masuk ke dalam aorta lalu dialirkan pada
seluruh tubuh.
b. Sirkulasi sistemik
merupakan peredaran darah dari jantung ke seluruh tubuh
(kecuali paru-paru). Sirkulasi sistemik dimana keluarnya darah
melalui ventrikel kiri menuju aorta lalu mengalir keseluruh tubuh
melalui berbagai percabangan arteri. Jumlah darah dalam tubuh
yang mengalir pada sistem sirkulasi mencapai 5-6 liter.
b) Fisiologi Jantung
Jantung dapat dianggap sebagai 2 bagian pompa yang terpisah terkait
fungsinya sebagai pompa darah. Masing-masing terdiri dari satu
atriumventrikel kiri dan kanan.. Ada 5 pembuluh darah mayor yang
mengalirkan darah ke jantung. Vena cava inferior dan vena cava superior
mengumpulkan darah dari sirkulasi vena dan mengalirkan darah tersebut
ke jantung sebelah kanan. Darah masuk ke atrium kanan, dan melalui
katup trikuspid menuju ventrikel kanan, kemudian ke paru-paru melalui
katup pulmonal. Darah tersebut melepaskan karbondioksida, mengalami
oksigenasi di paru paru, selanjutnya darah ini kemudian menuju atrium
kiri melalui keempat vena pulmonalis. Tekanan ini selanjutnya
dinamakan tekanan darah diastolik. Pada kedua atrium dan ventrikel ini
berkontraksi secara bersamaan.
3) ETIOLOGI
Terjadinya gagal jantung dapat disebabkan : (Wijaya&Putri, 2013)
a) Disfungsi miokard (kegagalan miokardial)
Kegagalan miokard berkontraksi mengakibatkan isi sekuncup dan curah
jantung (cardiac output) terjadi menurun.
b) Beban tekanan berlebihan pembebanan sistolik (systolic overload)
Beban berlebihan pada kemampuan ventrikel menyebabkan pengosongan
ventrikel terhambat.
c) Beban volum berlebihan pembebanan diastolic (diastolic overload)
d) Preload yang berlebihan dan melampaui kapasitas ventrikel (diastolic
overload) akan menyebabkan volum dan tekanan pada akhir diastolic
dalam ventrikel meninggi.
e) Gangguan pengisian (hambatan input).
Hambatan dalam pengisian ventrikel dikarenakan gangguan pada aliran
masuk ventrikel akan menyebabkan pengeluaran ventrikel yang
berkurang sehingga curah jantung terjadi penurunan.
f) Hipertensi Sistemik / Pulmonal
Peningkatan beban kerja jantung mengakibatkan pengecilan serabut otot
jantung. Efeknya (hipertrofi miokard) sebagai mekanisme kompensasi
karena meningkatkan kontraktilitas jantung.
g) Penyakit jantung
Penyakit jantung lain seperti stenosis katup semilunar, temponade
perikardium, perikarditis konstruktif, stenosis katup AV.
≤ 40 tahun
bahan kimia rokok
melekat pada dinding Otot-otot jantung penumpukan plak pada
arteri melemah pembuluh darah
perubahan fisiologis
jantung
dinding arteri kardiomiopati aliran darah ke jantung
menebal alkoholik berkurang
depan
belakang
tanda dan gejala : Bradikardial peningkatan RA preload
/Takikardia, Gambaran EKG penurunan perfusi organ
aritmia atau gangguan konduksi sistemik katup inkompetent
Edema, Distensi vena jugularis, penurunan aliran balik sistemik,
CVP meningkat/menurun, TD penurunan venous return
meningkat/menurun,Nadi perifer peningkatan afterload
teraba lemah, CRT > 3 penurunan TD sistemik
detik,Oliguria. mendesak lobus hepar
peningkatan teknan kapiler pulmonal
Dx: intoleransi
pemeriksaan diagnostik : aktivitas
EKG(elektrokardiogram), edema pada bronkus kematian sel hepar, fibrosis,
Ekokardiografi, Foto rontgen dada: sirosis
untuk mengetahui adanya pembesaran tanda dan gejala : Sesak
jantung, dalam beraktivitas berat,
Dx: bersihan jalan napas
penimbunan cairan di paru-paru atau gangguan frekuensi dan
tidak efektif
penyakit paru lainnya. irama jantung: aritmia peningkatan tekanan vena aorta
(takikardia, bradiakardia),
perubahan pola EKG,
tanda dan gejala : batuk tidak
palpitasi. Dengan akumulasi cairan di sirkulasi
efektif, sputum berlebih, suara
gangguan preload: edema,
napas mengi atau wheezing
keletihan, peningkatan
dan ronkhi.
atau penurunan tekanan
vena sentrat, distensi vena Dx : kelebihan volume cairan
jugularis, murmur,
kenaikan BB.
tanda dan gejala : Kenaikan berat
badan secara cepat. Pembengkakan
pada lengan dan kaki. Bengkak
sesak sekitar area perut khususnya pada
pasien penyakit hati. Sesak napas
akibat cairan yang terlalu banyak
pada jaringan paru.
KEMATIAN Henti napas
5) MANIFESTASI KLINIK
a) Sesak nafas (dyspnea) muncul saat istirahat dan beraktivitas.
b) Ortopnue yaitu saat berbaring sesak nafas, memerlukan posisi tidur
setengah duduk dengan menggunakan bantal lebih dari satu.
c) Paroxysmal Nocturnal Dyspneu (PND) yaitu tiba-tiba pada malam hari
terasa sesak nafas dan disertai batuk-batuk
d) Takikardia dan berdeber-debar
e) Batuk-batuk terjadi akibat edema pada broncus dan penekanan pada
broncus oleh atrium kiri yang dilatasi. Batuk sering berupa yang basah,
berbusa dan disertai bercak darah. Bunyi tambahan seperti ronkhi dapat
disebabkan oleh penumpukan cairan di paru akibat aliran balik darah ke
paru paru.
f) Mudah lelah (fatique)
g) Penumpukan cairan pada jaringan atau edema Edema disebabkan oleh
aliran darah yang keluar dari jantung melambat, sehingga darah balik ke
jantung menjadi terhambat. Hal tersebut mengakibatkan cairan
menumpuk di jaringan. Kerusakan ginjal yang tidak mampu
mengeluarkan natrium dan air juga menyebabkan retensi cairan dalam
jaringan. Penumpukan cairan di jaringan ini dapat terlihat dari bengkak
di kaki maupun pembesaran perut (Wijaya&Putri, 2013).
6) PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a) Laboratorium: hematologi (Hb, Ht, Leukosit), eritolit (kalium, natrium,
magnesium), gula darah, analisa gas darah.
b) EKG (elektrokardiogram) dan Ekokardiografi
c) Foto rontgen dada
d) Tes darah BNP: untuk mengukur kadar hormon BNP (B-type natriuretic
peptide) yang pada gagal jantung akan meningkat
7) KOMPLIKASI
a) Edema paru akut dapat terjadi pada gagal jantung kiri
b) Syok kardiogenik akibat penurunan curah jantung sehingga perfusi
jaringan ke organ vital tidak adekuat.
c) Episode trombolitik, trombus terbentuk akibat immobilitas pasien dan
gangguan sirkulasi, trombus dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh
darah
d) Efusi perikardial dan tamponade jantung dimana masuknya cairan ke
jantung perikardium, cairan dapat meregangkan pericardium sampai
ukuran maksimal. Cardiac output menurun dan aliran balik vena ke
jantung akan mengakibatkan tamponade jantung.
e) Efusi Pleura
Efusi pleura merupakan hasil dari peningkatan tekanan pada pembuluh
kapiler pleura. Peningkatan tekanan menyebabkan cairan transudate pada
pembuluh kapiler pleura berpindah ke dalam pleura. Efusi pleura
menyebabkan pengembangan paru-paru tidak optimal sehingga oksigen
yang diperoleh tidak optimal.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
A. Pengkajian
a. Identitas
1. Identitas pasien
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit
(MRS), nomor register,dan diagnosa medik.
2. Identitas penanggungjawab
meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status
hubungan dengan pasien.
b. Keluhan utama : sesak saat bekerja, dispnea noktural paroksimal, ortopnea,
lelah, pusing, nyeri dada, edema ekstremitas bawah, nafsu makan menurun,
nausea, distensi abdomen, urin menurun.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan
tentang kronologi keluhan utama. Pengkajian yang didapat dengan gejala –
gejala kongesti vaskuler pulmonal, yakni munculnya dispnea, ortopnea,
batuk, edema pulmonal akut.
d. Riwayat penyakit dahulu
Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada pasien apakah
pasien sebelumnya menderita nyeri dada khas infark miokard, hipertensi,
DM, atau hiperlipidemia. Tanyakan juga obat – obatan yang biasanya
diminum oleh pasien pada masa lalu, yang mungkin masih relevan.
Tanyakan juga alergi yang dimiliki pasien.
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit jantung, dan penyakit
keturunan lain seperti DM, hipertensi.
f. Pengkajian data
1) Aktivitas dan istirahat : adanya kelelahan, insomnia, letargi, kurang
istirahat, nyeri dada, dispnea pada saat istirahat atau saat beristirahat.
2) Sirkulasi : riwayat hipertensi, anemia, syok septik, asites, disaritmia,
fibrilasi atrial, kontrakti ventrikel prematur, peningkatan JVP, sianosis,
pucat.
3) Respirasi : dispnea pada waktu istirahat, takipnea, riwayat penyakit paru.
4) Pola makan dan cairan : hilang nafsu makan, mual dan muntah.
5) Eliminasi : penurunan volume urine, urin pekat, nokturia, diare atau
konstipasi.
6) Neuorologi ; pusing, penurunan kesadaran, disorientasi.
7) Interaksi Sosial : aktivitas sosial berkurang.
8) Rasa aman : perubahan status mental, gangguan pada kulit.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Inspeksi: simetris pada kepala, rambut terlihat kering dan kusam,
warna rambut hitam atau beruban, tidak adanya hematoma pada
kepala,tidak adanya pedarahan pada kepala.
Palpasi: tidak teraba benjolan pada kepala, rambut teraba kasar.
2) Mata
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan pada mata,
reaksi pupil terhadap cahaya baik, konjungtiva anemis, sklera tidak
ikterik, tidak ada pembengkakan pada mata, tidak memakai kaca
mata.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan lepas pada daerah mata, tidak
teraba benjolan disekitar mata.
3) Telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan pada telinga, tidak terjadi
perdarahan, tidak ada pembengkakan, dan pendengaran masih baik.
Palpasi : tidak teraba benjolan pada daun telinga, tidak ada nyeri
saat diraba bagian telinga, tidak ada perdarahan pada telinga baik
luar maupun dalam.
4) Hidung
Inspeksi : simetris pada hidung, tidak ada kelainan bentuk pada
hidung,tidak ada perdarahan, ada cuping hidung,terpasang oksigen.
Palpasi : tidak teraba benjolan pada hidung dan tidak ada perdarahan
pada hidung.
5) Mulut dan tenggorokan
Inspeksi : mulut terlihat bersih, gigi lengkap atau tidak sesuai
dengan usia, mukosa lembab/ kering, tidak ada stomatitis, dan tidak
terjadi kesulitan menelan.
6) Thoraks
Inspeksi : dada tampak simetris tidak ada lesi pada thorak, tidak
menggunakan otot bantu pernafasan, dan tidak terjadi perdarahan
pada thorak.
Palpasi : tidak teraba benjolan pada dada, suhu pada thorak teraba
sama kiri kanan. Perkusi: sonor seluruh lapang paru Auskultasi:
vesikuler atau terdapat suara tambahan pada thoraks seperti ronkhi,
wheezing, dullnes.
7) Jantung
Inspeksi : vena leher dengan JVP meningkat, letak ictus cordis (normal :
ICS ke 5). Palpasi : PMI bergeser kekiri, inferior karena dilatasi
atau hipertrofi ventrikel. Perkusi: batas jantung normal pada orang
dewasa. Kanan atas: SIC II Linea Para Sternalis Dextra. Kanan bawah :
SIC IV Linea Para Sternalis Dextra. Kiri atas : SIC II Linea Para
Sternalis sinistra. Kiri bawah : SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra.
Auskultasi : bunyi jantung I dan II BJI : terjadi karena getaran
menutupnya katup atrioventrikular, yang terjadi pada saat kontraksi
simetris dari bilik pada permulaan systole
BJII : terjadi akibat getaran menutupnya katup aorta dan arteri
pulmonalis pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira pada permulaan
diastole. (BJ II normal selalu lebih lemah daripada BJ I).
8) Abdomen
Inspeksi : abdomen tampak datar, tidak ada pembesaran, tidak ada
bekas operasi, dan tidak adanya lesi pada abdomen. Auskultasi : bising
usus 12x/m. Perkusi : saat diperkusi terdengar bunyi tympani Palpasi :
tidak teraba adanya massa/ pembengkakan, hepar dan
limpa tidak teraba, tidak ada nyeri tekan dan lepas didaerah
abdomen.
9) Genitalia
Pasien terpasang kateter, produksi urin banyak karena pasien
jantung dapat diuretik.
10) Ekstremitas
Ekstremitas atas : terpasang infus salah satu ekstremtas atas, tidak
ada kelainan pada kedua tangan, turgor kulit baik, tidak terdapat
kelainan, akral teraba hangat, tidak ada edema, tidak ada terjadi
fraktur pada kedua tangan. Ekstremitas bawah : tidak ada kelainan pada
kedua kaki,terlihat edema pada kedua kaki dengan piting edema > 2
detik,type derajat edema, tidak ada varises pada kaki, akral teraba hangat.
h. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium: hematologi (Hb, Ht, Leukosit), eritolit (kalium,
natrium,magnesium),analisa gas darah.
EKG(elektrokardiogram)
Ekokardiografi
Foto rontgen dada: untuk mengetahui adanya pembesaran jantung,
penimbunan cairan di paru-paru atau penyakit paru lainnya.
B. Diagnosa Keperawatan
Penurunan curah jantung berhubungan dengan Perubahan kontraktilitas
miokardial/perubahan inotropik.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan reflek
batuk, penumpukan secret.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema paru
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi
glomerulus, meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No. Intervensi
keperawatan hasil
1. Penurunan NOC : NIC :
curah jantung 1. Cardiac Pump Cardiac Care
berhubungan effectiveness 1. Evaluasi adanya nyeri dada
dengan 2. Circulation Status (intensitas,lokasi, durasi)
Perubahan 3. Vital Sign Status 2. Catat adanya disritmia jantung
kontraktilitas 3. Catat adanya tanda dan gejala
Setelah diberikan
miokardial/peru penurunan cardiac output
asuhan keperawatan
bahan 4. Monitor status kardiovaskuler
selama ….x….
inotropik. 5. Monitor status pernafasan yang
diharapkan tanda vital
menandakan gagal jantung
dalam batas yang
6. Monitor abdomen sebagai
dapat diterima
indicator penurunan perfusi
(disritmia terkontrol
7. Monitor balance cairan
atau hilang) dan bebas
8. Monitor adanya perubahan
gejala gagal jantung.
tekanan darah
Kriteria Hasil:
9. Monitor respon pasien terhadap
1. Tanda Vital dalam
efek pengobatan antiaritmia
rentang normal
10. Atur periode latihan dan istirahat
(Tekanan darah,
Nadi, respirasi)
2. Dapat untuk menghindari kelelahan
mentoleransi 11. Monitor toleransi aktivitas pasien
aktivitas, tidak ada 12. Monitor adanya dyspneu,
kelelahan fatigue, tekipneu dan ortopneu
3. Tidak ada edema 13. Anjurkan untuk menurunkan
paru, perifer, dan stress
tidak ada asites
4. Tidak ada Vital Sign Monitoring
penurunan 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
kesadaran 2. Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
3. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor adanya puls paradoksus
8. Monitor adanya puls alterans
9. Monitor jumlah dan irama
jantung
10. Monitor bunyi jantung
11. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
12. Monitor suara paru
13. Monitor pola pernapasan
abnormal
14. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
15. Monitor sianosis perifer
16. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
17. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
1. PENGKAJIAN
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- WBC : 7,2 10^3/uL
- RBC : 3,91 10^/uL
- HGB : 10,8 g/dL
- HCT : 31,8 %
- MCV : 81, 3 fL
- MCH : 27,6 pg
- MCHC : 34,0 g/dL
- PLT : 143 10^3/Ul
- LYM : 19,9 %
- MXD : 8,2 %
- NEUT : 71,9 %
- LYM : 1,4 10^3/uL
- MXD : 0,6 10^3/uL
- NEUT : 5,2 10^3/uL
- RDW-CV : 15,2 %
- PDW : 11,5 fL
- MPV : 10,0 Fl
- P-LCR : 26,9 %
BALANCE CAIRAN
Masuk 133 ml
Keluar 2000 ml
IWL 100 ml
BC 24 jam -1967 ml
Bc sebelumnya
2. ANALISA DATA
No DATA MASALAH ETIOLOGI
1 Subyektif: Penurunan curah Merokok, Dispnea, riwayat
- Keluarga mengatakan, jantung penyakit jantung ± 5 tahun
pasien ada riwayat
penyakit jantung sejak ±
5 tahun yang lalu.
- Keluarga pasien
mengatkan pasien sesak
nafas sejak 4 hari
sebelum masuk rumah
sakit.
- Pasien mengeluh pusing,
lemas dan sulit untuk
beraktivitas
Obyektif :
- Pasien tampak pucat
- Pasien tampak lemas
- CRT<3 detik
- TTV: TD: 95/70 mmHg,
N: 59x/menit, RR:
21x/menit,, S: 36,5c,
SPo2: 97%
Obyektif :
- Pasien tampak lemas
- Pasien tampak terbaring
di tempat tidur.
- TTV: TD: 95/70 mmHg,
N: 59x/menit, RR:
21x/menit,, S: 36,5c,
SPo2: 97%
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1) penurunan curah jantung berhubungan dengan Perubahan afterload
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3) Risiko konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen
4. RENCANA KEPERAWATAN
2 19.00 1) Mengidentifikasi S:
gangguan fungsi tubuh - Pasien masih mengeluh
yang mengakibatkan pusing, badan lemas dan
kelelahan. sulit untuk beraktivitas
2) Monitor pola dan jam tidur seperti makan minum
3) Monitor kelelahan fisik
dan emosional O:
4) Monitor lokasi dan - Pasien tampak lemas
ketidaknyaman selama - Pasien tampak terbaring
melakukan aktivitas di tempat tidur.
5) Menyediakan lingkungan - Pasien tampak gelisah
nyaman dan rendah - TTV:
stimulus TD: 98/80 mmHg,
6) Melakukan latihan rentang N:61x/menit, RR:
gerak pasif dan aktif 19x/menit,,
18.00 7) Menganjurkan tirah baring S: 35,5c, SPo2: 96%
8) Menganjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap A: Intoleransi Aktivitas menurun
9) Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara P: Lanjutkan Intervensi
meningkatkan asupan - Pantau keadaan umum
makanan - Pantau TTV
- Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan makanan
2 08.05 1) Mengidentifikasi S:
gangguan fungsi tubuh - Pasien masih mengeluh
yang mengakibatkan pusing, badan lemas dan
kelelahan. sulit untuk beraktivitas
2) Monitor pola dan jam tidur seperti makan minum
3) Monitor kelelahan fisik
dan emosional O:
4) Monitor lokasi dan - Pasien tampak lemas
ketidaknyaman selama - Pasien tampak terbaring
melakukan aktivitas di tempat tidur.
5) Menyediakan lingkungan - Pasien tampak gelisah
nyaman dan rendah - CRT <2detik
stimulus - TTV: TD: 98/70 mmHg,
6) Melakukan latihan rentang N:67x/menit, RR:
gerak pasif dan aktif 17x/menit,,
7) Menganjurkan tirah baring S: 36,5c, SPo2: 97%
8) Menganjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap A: Intoleransi Aktivitas menurun
11.50 9) Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara P: Lanjutkan Intervensi
meningkatkan asupan - Pantau keadaan umum
makanan - Pantau TTV
- Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan makanan
2 08.10 1) Mengidentifikasi S:
gangguan fungsi tubuh - Pasien masih mengeluh
yang mengakibatkan pusing, badan lemas dan
kelelahan. sulit untuk beraktivitas
08.15 2) Monitor pola dan jam tidur seperti makan minum.
3) Monitor kelelahan fisik
dan emosional
4) Monitor lokasi dan O:
ketidaknyaman selama - Pasien tampak lemas
melakukan aktivitas - Pasien tampak terbaring
5) Menyediakan lingkungan di tempat tidur.
nyaman dan rendah - Pasien tampak gelisah
stimulus - CRT<3 detik
10.50 6) Melakukan latihan rentang - TTV: TD: 105/70
gerak pasif dan aktif mmHg, N:64x/menit,
7) Menganjurkan tirah baring RR: 18x/menit,,
8) Menganjurkan melakukan S: 36,6c, SPo2: 97%
aktivitas secara bertahap
12.00 9) Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara A: Intoleransi Aktivitas menurun
meningkatkan asupan
makanan P: Lanjutkan Intervensi
- Pantau keadaan umum
- Pantau TTV
- Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan makanan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Decompensasi cordis adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami
penurunan atau kegagalan dalam memompa darah dimana terjadi
penurunan kemampuan kontraktilitas fungsi pompa jantung untuk
mencukupi kebutuhan tubuh akan nutrisi dan oksigen secara adekuat
(Udjianti, 2010).
Masalah keperawatan utama yang dapat terjadi pada pasien dengan
ADHF adalah penurunan curah jantung. Salah satu intervensi mandiri
perawat untuk mengatasi penurunan curah jantung jaatung adalah
pemberian posisi semi fowler.
DAFTAR PUSTAKA