Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUANG


RATNA RSAD TINGKAT II UDAYANA

OLEH:

NI PUTU DEWI PUTRI WIARDANI, S.Kep


NIM. C2222047

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA USADA BALI
2022
I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Definisi
Hipertensi merupakan peningkatan abnormal tekanan darah, baik tekanan
darah sistolik maupun tekanan darah diastolik. Meningkatnya tekanan darah dalam
arteri bisa terjadi melalui beberapa cara seperti jantung memompa lebih kuat
sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya sehingga
menyebabkan naiknya tekanan darah (Rianto, 2020).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung
dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara terus–menerus
lebih dari suatu periode (Marsita, Narmawan, & Indriastuti, 2020).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolic lebih dari 90mmhg pada
dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/ tenang (Info DATIN,Kemenkes RI, 2019).

B. Anatomi Fisiologi
1. Jantung
Jantung merupakan organ muskular berongga, bentuknya menyerupai
pyramid atau jantung pisang yang merupakan pusat sirkulasi darah ke seluruh
tubuh, terletak pada rongga torakspada bagian mediastinum. Ujung jantung
mengarah ke bawah, ke depan bagian kiri. Basis jantung mengarah ke atas , ke
belakang, dan sedikit kea rah kanan. Pada basis jantung terdapat aorta, batangnadi
paru, pembuluh balik atas dan bawahdan pembuluh balik paru.

Jantung manusia memiliki rongga dengan 2 atrium dan 2 ventrikel.


Jantung merupakan organ berotot yang mampu mendorong darah ke berbagai
bagian tubuh. Jantung manusia berbentuk seperti kerucut dan berukuran sebesar
kepalan tangan, terletak di rongga dada sebalah kiri. Jantung dibungkus oleh suatu
selaput yang disebut perikardium. Jantung bertanggung jawab untuk
mempertahankan aliran darah dengan bantuan sejumlah klep yang melengkapinya.
Untuk menjamin kelangsungan sirkulasi, jantung berkontraksi secara periodik.

a. Bentuk Serta Ukuran Jantung


Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler. Jantung
dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri
serta ventrikel kanan dan kiri. Ukuran jantung panjangnya kira-kira 12 cm, lebar
8-9 cm seta tebal kira-kira 6 cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai
425 gram dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Setiap harinya jantung
berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung memompa 2000 galon
darah atau setara dengan 7.571 liter darah.
Posisi jantung terletak diantar kedua paru dan berada ditengah tengah
dada, bertumpu pada diaphragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas
processus xiphoideus.Pada tepi kanan cranial berada pada tepi cranialis pars
cartilaginis costa III dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal
berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral
sternum. Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II
sinistra di tepi lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada ruang intercostalis 5,
kira-kira 9 cm di kiri linea medioclavicularis.
Selaput yang membungkus jantung disebut perikardium dimana terdiri
antara lapisan fibrosa dan serosa, dalam cavum pericardii berisi 50 cc yang
berfungsi sebagai pelumas agar tidak ada gesekan antara perikardium dan
epikardium. Epikardium adalah lapisan paling luar dari jantung, lapisan
berikutnya adalah lapisan miokardium dimana lapisan ini adalah lapisan yang
paling tebal. Lapisan terakhir adalah lapisan endokardium.

b. Ruang Dalam Jantung


Ada 4 ruangan dalam jantung dimana dua dari ruang itu disebut atrium
dan sisanya adalah ventrikel. Pada orang awam, atrium dikenal dengan serambi
dan ventrikel dikenal dengan bilik. Kedua atrium merupakan ruang dengan
dinding otot yang tipis karena rendahnya tekanan yang ditimbulkan oleh atrium.
Sebaliknya ventrikel mempunyai dinding otot yang tebal terutama ventrikel kiri
yang mempunyai lapisan tiga kali lebih tebal dari ventrikel kanan. Kedua atrium
dipisahkan oleh sekat antar atrium (septum interatriorum), sementara kedua
ventrikel dipisahkan oleh sekat antar ventrikel (septum inter-ventrikulorum).
Atrium dan ventrikel pada masing-masing sisi jantung berhubungan satu sama
lain melalui suatu penghubung yang disebut orifisium atrioventrikuler. Orifisium
ini dapat terbuka atau tertutup oleh suatu katup atrioventrikuler (katup AV). Katup
AV sebelah kiri disebut katup bikuspid (katup mitral) sedangkan katup AV
sebelah kanan disebut katup trikuspid.

c. Katup-Katup Jantung
1) Katup Trikuspidalis
Katup trikuspidalis berada diantara atrium kanan dan ventrikel kanan. Bila
katup ini terbuka, maka darah akan mengalir dari atrium kanan menuju ventrikel
kanan. Katup trikuspid berfungsi mencegah kembalinya aliran darah menuju
atrium kanan dengan cara menutup pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai dengan
namanya, katup trikuspid terdiri dari 3 daun katup.
2) Katup pulmonal
Setelah katup trikuspid tertutup, darah akan mengalir dari dalam ventrikel
kanan melalui trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis bercabang menjadi arteri
pulmonalis kanan dan kiri yang akan berhubungan dengan jaringan paru kanan
dan kiri. Pada pangkal trunkus pulmonalis terdapat katup pulmonalis yang terdiri
dari 3 daun katup yang terbuka bila ventrikel kanan berkontraksi dan menutup bila
ventrikel kanan relaksasi, sehingga memungkinkan darah mengalir dari ventrikel
kanan menuju arteri pulmonalis.
3) Katup bikuspidalis
Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari atrium kiri
menuju ventrikel kiri.. Seperti katup trikuspid, katup bikuspid menutup pada saat
kontraksi ventrikel. Katup bikuspid terdiri dari dua daun katup.
4) Katup Aorta
Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada pangkal aorta.
Katup ini akan membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi sehingga darah
akan mengalir keseluruh tubuh. Sebaliknya katup akan menutup pada saat
ventrikel kiri relaksasi, sehingga mencegah darah masuk kembali kedalam
ventrikel kiri.

d. Komponen Sistem Induksi Jantung


1) Sinoatrial
2) Atrioventrikular
3) RA, LA, RV, LV

e. Peace Meker ( Pusat Picu Jantung )


Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh dimana
pada saat memompa jantung otot-otot jantung (miokardium) yang bergerak.
Untuk fungsi tersebut, otot jantung mempunyai kemampuan untuk
menimmbulkan rangsangan listrik. Aktifitas kontraksi jantung untuk memompa
darah keseluruh tubuh selalu didahului oleh aktifitas listrik. Aktifitas listrik
inidimulai pada nodus sinoatrial (nodus SA) yang terletak pada celah antara vena
cava suiperior dan atrium kanan. Pada nodus SA mengawali gelombang
depolarisasi secara spontan sehingga menyebabkan timbulnya potensial aksi yang
disebarkan melalui sel-sel otot atrium, nodus atrioventrikuler (nodus AV), berkas
His, serabut Purkinje dan akhirnya ke seluruh otot ventrikel.

2. Pembuluh Darah
Pembuluh darah adalah bagian dari sistem sirkulasi dan berfungsi
mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Jenis-jenis yang paling penting, arteri dan
vena, juga disebut demikian karena mereka membawa darah keluar atau masuk ke
jantung. Kerja pembuluh darah membantu jantung tuk mengedarkan sel darah
merah atau eritrosit ke seluruh tubuh.dan mengedarkan sarimakanan, oksigen dan
membawa keluar karbon dioksida.
a. Pembuluh Nadi (Arteri)
1) Membawa darah bersih (oksigen) kecuali arteri pulmonalis
2) Mempunyai dinding yang tebal
3) Mempunyai jaringan yang elastic
4) Katup hanya pada pemulaan keluar dari jantung
5) Menunjukkan adanya tempat untuk mendengarkan denyut jantung
6) Pembuluh darah arteri yang terbesar adalah Aorta ( yang keluar dari
ventrikel sinistra) dan arteri pulmonalis (yang keluar dari ventrikel
dekstra).
7) Cabang dari arteri disebut Arteriola yang selanjutnya menjadi kapiler.
8) Arteri membawa darah dari jantung menuju ke seluruh tubuh.
9) Arteri terbesar: aorta.
10) Aorta berasal dari ventrikel kiri jantung, pangkal aorta : aorta asenden
—arcus aorta—aorta desendens (aorta torakalis di rongga dada dan
aorta abdominalis di rongga perut) lalu berakhir sebagai a. iliaca
komunis kiri dan kanan di rongga panggul.
b. Pembuluh Balik (Vena)
1) Mengembalikan darah ke jantung dilengkapi dengan katup
2) Membawa darah kotor (sisa metabolisme dan CO2), kecuali vena
pulmonalis
3) Mempunyai dinding yg tipis
4) Jaringannya kurang elastic
5) Mempunyai katup-katup sepanjang jalan yang mengarah ke jantung
6) Tidak menunjukkan adanya tempat mendengar denyut jantung.
7) Pembuluh darah vena yang ukurannya besar adalah vena kava dan
vena pulmonalis.
8) Cabang dari vena disebut venolus/ venula yang selanjutnya menjadi
kapiler.

c. Kapiler
1) Disebut juga pembuluh rambut
2) Terdiri dari sel-sel endotel
3) Diameter kira-kira 0,008 mm
4) Alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena
5) Tempat terjadinya pertukaran zat-zat antara darah dan cairan jaringan
6) Mengambil hasil-hasil dari kelenjar
7) Menyerap zat makanan yang terdapat di usus
8) Menyaring darah yang terdapat di ginjal
Semua pembuluh darah kecuali kapiler terdiri atas tiga lapisan yaitu :
a. Tunika intima/ interna, lapisan dalam yang mempunyai lapisan endotel dan
berhubungan dgn darah.
b. Tunika media, lapisan tengah, terdiri dari jaringan otot, sifatnya elastis dan
termasuk otot polos.
c. Tunika adventisia/ eksterna, lapisan luar, terdiri dari jaringan ikat yang
berguna menguatkan dinding arteri (Syaifuddin, 2014).

C. Etiologi/Predisposisi
Menurut penyebabnya ada 2 jenis yaitu:
1. Hipertensi primer (essensial) :
a. Keturunan
b. Umur
c. Psikis
2. Hipertensi sekunder:
a. Penyakit ginjal (glumerulus nephitis akuta/kronika)
b. Tumor dalam rongga kepala
c. Penyakit syaraf
d. Toxemia gravidarum
Faktor yang menunjang:
1. Adakah riwayat penyakit system kardiovaskuler atau ginjal sebelumnya
2. Obesitas
3. Aktivitas yang terlalu melelahkan (gerak badan)
4. Emosional/ketegangan mental
5. Umur semakin tua makin bertambah desakan (50-60)
(Arita Murwani, 2009).

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan
– perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
(Nurarif, 2015).

D. Manifestasi Klinis/ Tanda dan Gejala


Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
1. Tekanan darah >140 mmHg sistol
2. Sakit kepala dan pusing
3. Epistaksis
4. Sesak napas
5. Emosi meningkat (tidak labil)
6. Susah tidur
7. Pandangan menjadi kabur kabur
8. Tegang pada leher.
(Mansjoer, 2010)
Klasifikasi hipertensi menurut Joint National Commision (JNC) 8
adalah prahipertensi, hipertensi tahap 1, dan hipertensi tahap 2.
a) Prahipertensi adalah kondisi di mana tekanan darah sistolik 120-
139mmhgdan diastolic mencapai 80-89mmhg.
b) Hipertensi tahap 1 adalah tekana darah sistolik 140-159mmhg dan
diastolic 90-99mmhg
c) Hipertensi tahap 2 kondisi ini ditandai dengan tekana sistolik >
160mmhg dan diastolic >100mmhg.

E. Patofisiologi
Tekanan akan sangat mempengaruhi terhadap tingginya desakan darah.
Tekanan ini terjadi pada pembuluh darah perifer. Tahanan terbesar di alami oleh
arteriolae sehingga perbedaan desakan besar bila arteriolae menyempit akan
menaikkan desakan darah. Stadium pertama dari hipertensi sensiil adalah
kenaikan tonus dari arteriolae.
Hipertensi disebabkan oleh banyak faktor penyebab seperti penyempitan
arteri renalis atau penyakit parenkim ginjal, berbagai obat, disfungsi organ, tumor
dan kehamilan. Gangguan emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan,
rangsangan kopi yang berlebihan, tembakau dan obat-obatan dan faktor
keturunan, faktor umur. Faktor penyebab diatas dapat berpengaruh pada sistem
saraf simpatis.
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor pada medula diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medula spinalis ke ganglia simpatis ditoraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem jarak simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan kontriksi
pembuluh darah. Pada saat bersamaan sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi kelenjar adrenal terangsang,
vasokonstriksi bertambah. Medula adrenal mensekresi epinofrin menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid yang memperkuat
respons vasokontriksi dan mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal
merangsang pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiptensin I dan
diubah menjadi angiotensin II yang mengakibatkan retensi natrium dan air yang
menimbulkan odema.
Vasokontriksi pembuluh darah juga mengakibatkan peningkatan tahanan
perifer, meningkatnya tekanan arteri juga meningkatkan aliran balik darah vena ke
jantung dalam keadaan ini tubuh akan berkompensasi untuk meningkatkan curah
jantung mengalami penurunan. Hal ini mempengaruhi suplai O2 miokardium
berkurang yang menimbulkan manifestasi klinis cianosis, nyeri dada/ angina,
sesak dan juga mempengaruhi suplai O2 ke otak sehingga timbul spasme otot
sehingga timbul keluhan nyeri kepala/pusing, sakit pada leher. Tingginya tekanan
darah yang terlalu lama akan merusak pembuluh darah diseluruh tubuh seperti
pada mata menimbulkan gangguan pada penglihatan, jantung, ginjal dan otak
karena jantung dipaksa meningkatkan beban kerja saat memompa melawan
tingginya tekanan darah. Diotak tekanan darah tinggi akan meningkatkan tekanan
intra kranial yang menimbulkan manifestasi klinis penurunan kesadaran, pusing,
mual/muntah dan gangguan pada penglihatan kadang-kadang sampai
menimbulkan kelumpuhan. (Smeltzer, 2012).
Pertimbangan gerontologist, perubahan stuktural dan fungsional pada
sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada giliranya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
( volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan
tahan perifer (Brunner & Suddarth, 2012).
F. Pathway
Umur Jenis Kelamin Gaya Hidup Obesitas

Elastisitas, Arteriosklerosis

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

Vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

Otak Ginjal Pembuluh Darah Retina

Resistensi Suplai O2 Vasokonstriksi Sistemik Koroner


Spasme
pembuluh Otak Pembuluh darah
arteriole
darah otak Menurun Ginjal

Nyeri Gangguan Blood flow Iskema


Kepala pola tidur Sinkop Vasokonstriksi Miocard Diplopia
Menurun

Gangguan Nyeri dada Resti injuri


Respon Afterload
perfusi
RAA Meningkat
jaringan

Penurunan
Rangsang
curah Fatique
Aldosterone
jantung

Retensi Na Intoleransi aktifitas

Edema

G. Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik


1. Pemeriksaan penunjang menurut Murwani (2009):
a. Mengukur tekanan darah, pada kedua tangan ketika pasien terlentang dan
tegak setiap 1-2 jam sekali
b. Mengukur berat badan,tinggi badan ( BB ideal, gemuk, obesitas)
c. Pemeriksaan khusus:
1) Jantung ( pada gagal jantung kanan terjadi oedema perifer, sesak napas)
2) ECG
3) Foto Thorax
4) Echocardiogram
5) Pada mata fundus copi (pembuluh darah pada retina menjadi tipis)
d. Pemeriksaan darah : cholesterol, uric acid, gula darah, creatinin, ureum,
clearance, trigliserida, electrolit.
e. Pemeriksaan IVP.
2. Kriteria diagnostik dan pemeriksaan penunjang menurut Nugroho (2011):
a. Kriteria diagnostik:
1) Tekanan darah diatas normal
2) Sebagian kecil mengeluh : sakit kepala, berdebar-debar, dll.
3) Gejala yang muncul tergantung organ yang terkena
b. Pemeriksaan penunjang:
1) Mencari factor resiko: kolesterol serum, trigliserida, gula darah.
2) Mencari komplikasi : ureum, kreatinin, proteinuria, ronsen torak

H. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan causal
b. Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan tekanan darah
dengan harapan meperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi.
c. Upaya menurnkan tekanan darah ilakukan dengan mengunakan obat anti
hipertensi selain dengan perubaha gaya hidup.
d. Pengobatan hipertensi primer adalah pengobatan jangka panjang dengan
memunkginakn besat untuk seumur hidup.
e. Terapi :
1) Diet rendah garam
2) Penurunan berat badan, olahraga, latihan jiwa ( yoga, dll.)
3) Diuretic
4) Penghambat adrenergic
5) Penyekat alfa 1
6) Penyekat beta
7) Vasodilator
8) Penghambat ACE
9) Penghambat kalsium
f. Penyulit :
1) Perdarahan otak, perdarahan retina, dekompensasi cordis.
2) Stroke, penyakit jantung, gagal ginjal.
g. Lama Perawatan : 1 minggu.

2. Keperawatan
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Penurunan asupan etanol
5) Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
1) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain
2) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau
72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
3) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
4) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback --> Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai
untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh
yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan
biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti
nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi --> Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang
bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara
melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks
d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
e. Kolaborasi dengan dokter mengenai terapi obat dan fisioterapi (Pudiastuti,
2011).
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Pengkajian yang dapat dilakukan pada pasien hipertensi yaitu;
a. Biodata Data
Biodata dikaji dengan lengkap dari pasien meliputi : nama lengkap,
umur, jenis kelamin, kawin/belum kawin, agama, suku bangsa, pendidikan,
pekerjaan, pendapatan dan alamat, identitas penangung meliputi : nama
lengkap, jenis kelamin, umur, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,
hubungan dengan pasien dan alamat.
b. Keluhan utama
Keluhan hipertensi biasanya bermula dari nyeri kepala yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan aliran darah ke otak.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang Keadaan yang didapatkan pada saat
pengkajian misalnya pusing, jantung kadang berdebar-debar, cepat lelah,
palpitasi, kelainan pembuluh retina (hipertensi retinopati), vertigo dan
muka merah dan epistaksis spontan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi
menjadi dua golongan :
a) Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya. Banyak factor yang mempengaruhi seperti genetic,
lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatis dan factor-faktor
yang meningkatkan resiko seperti : obesitas, alcohol, merokok serta
polisetemia.
b) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, penyebabnya seperti :
penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit hipertensi lebih banyak menyerang wanita daripada pria dan
penyakit ini sangat dipengaruhi oleh factor keturunan yaitu jika orang tua
mempunyai riwayat hipertensi maka anaknya memiliki resiko tinggi
menderita penyakit seperti orang tuanya.
4) Riwayat psikososial
Gejala : Riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah kronik,
factor stress multiple.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian,
tangisan yang meledak, gerak tangan empati, muka tegang, gerak fisik,
pernafasan menghela nafas, penurunan pola bicara.

5) Riwayat spiritual
Pada riwayat spiritual bila dihubungkan dengan kasus hipertensi belum
dapat diuraikan lebih jauh, tergantung dari dan kepercayaan masing-masing
individu.
6) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : pasien nampak lemah
b) Tanda-tanda vital Suhu tubuh kadang meningkat, pernapasan dangkal
dan nadi juga cepat, tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan
diastolic di atas 90 mmHg.
c) Review of sistem
- Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, atherosclerosis, penyakit jantung
kongesti/katup dan penyakit serebrovaskuler.
Tanda :
 Kenaikan tekanan darah
 Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan
denyut.
 Denyut apical : titik point of maksimum impuls, mungkin
bergeser atau sangat kuat.
 Frekuensi/irama : takikardia, berbagai disritmia.
 Bunyi jantung : tidak terdengar bunyi jantung I, pada dasar
bunyi jantung II dan bunyi jantung III. Murmur stenosis
valvular.
 Distensi vena jugularis/kongesti vena. Desiran vaskuler tidak
terdengar di atas karotis femoralis atau epigastrium (stenosis
arteri).
 Ekstremitas : perubahan warana kulit, suhu dingin, pengisian
kapiler mungkin lambat atau tertunda
- Neurosensory
Gejala : Keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala sub
occipital. Episode bebas atau kelemahan pada satu sisi tubuh.
Gangguan penglihatan dan episode statis staksis.
Tanda :
 Status mental : perubahan keterjagaan, orientasi. Pola/isi
bicara, afek, proses pikir atau memori.
 Respon motoric : penurunan kekuatan, genggaman tangan
 Perubahan retinal optic : sclerosis, penyempitan arteri
ringan-mendatar, edema, papiladema, exudat, hemoragi.

- Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri coroner/keterlibatan jantung),
Nyeri tungkai yang hilang timbul/klaudasi, Sakit kepala oxipital
berat, Nyeri abdomen/masa.
- Pernafasan (berhubungan dengan efek cardiopulmonal tahap lanjut
dari hipertensi menetap/berat).
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja tachypnea,
ortopnea, dispnea, nocturnal paroxysmal, batuk dengan/tanpa
pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda : Distress respirasi/pengunaan otot aksesori pernafasan,
bunyi nafas tambahan, sianosis.
- Keamanan
Keluhan: Gangguan koordinasi/cara berjalan.
Gejala: Episode parastesia unilateral transien, hipotensi postural.
- Aktivitas sehari-hari
 Aktivitas
Gejala: Kelemahan, letih nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda: Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama
jantung, takipnea.
 Eliminasi
Gejala: Gejala ginjal saat ini atau yang lalu (misalnya :
infeksi, obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu).
 Makanan dan cairan
Gejala: Makanan yang disukasi mencakup makanan tinggi
garam, lemak, kolesterol serta makanan dengan kandungan
tinggi kalori.
Tanda: Berat badan normal atau obesitas. Adanya edema,
kongesti vena, distensi vena jugularis, glikosuria (Bano,
2020).

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterlood,
vasokonstriksi
3. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan perubahan fisiologis (kerusakan
neurologis).
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplay dan
kebutuhan oksigen.

6. Resiko cidera berhubungan dengan gangguan keseimbangan tubuh


7. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi terkait
penyakit.
3. INTERVENSI DAN RASIONAL
No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Setelah diberikan asuhan keperawatan NIC Label:


selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri
menurun. Manajemen nyeri

Dengan kriteria hasil: a. Lakukan pengkajian nyeri a. Untuk mengetahui tingkat nyeri
komprehensif yang dialami pasien
NOC Label:
b. Ajarkan penggunaan teknik
Kontrol nyeri non farmakologi b. Untuk mengurangi efek
penggunaan obat.
c. Berikan individu penurun nyeri
a. Mampu mengenali kapan nyeri
yang optimal dengan peresepan
terjadi
b. Menggunakan Tindakan analgesic c. Untuk mempercepat penurunan
pengurangan nyeri tanpa nyeri
d. Gali faktor-faktor penurun dan
analgesic pemberat nyeri
c. Menggunakan analgesic yang
direkomendasikan d. Untuk mengetahui penyebab nyeri
e. Berikan informasi mengenai dan cara menangani nyeri
NOC Label: nyeri, penyebab nyeri, lama
nyeri akan dirasakan, serta
Tingkat Nyeri penanganan nyeri e. Meningkatkan pemahaman
a. Tidak melaporkan nyeri mengenai nyeri dan penanganannya
f. Dukung istirahat/tidur yang
b. Tidak menggosok area yang
adekuat untuk membantu
terdampak
penurunan nyeri f. Untuk membantu mengurangi nyeri
c. Ekspresi wajah tidak menahan
nyeri
d. Dapat beristirahat
2. Setelah diberikan asuhan keperawatan NIC Label: Perawatan Jantung
No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional

selama 3 x 24 jam diharapkan a. Evaluasi adanya nyeri pada a. Mengetahui tingkat nyeri yang
penurunan curah jantung tidak terjadi dada dialami pasien

Dengan Kriteria Hasil: b. Catat adanya disritmia jantung b. Untuk mengetahui kelainan pada
jantung pasien
NOC Label: Efektivitas Pompa c. Catat adanya penurunan
Jantung cardiac output c. Untuk mengetahui adanya
gangguan pada fungsi pompa
a. Pasien dapat mentoleransi d. Monitor balance cairan jantung
aktivitas
e. Monitor adanya perubahan d. Untuk mengetahui keseimbangan
b. Tidak adanya kelelahan tekanan darah cairan tubuh
c. Tidak adanya penurunan f. Monitor respon pasien e. Untuk mengetahui adanya
kesadaran terhadap efek pemberian obat gangguan pada pompa jantung
antiaritmia
d. Tidak adanya edema paru f. Untuk mengetahui efek
g. Atur periode latihan dan farmakologi dan mencegah
e. Tidak adanya acites istirahat komplikasi dari penanganan
h. Monitor toleransi terhadap farmakologi

NOC Label: Vital Sign aktivitas g. Untuk mencegah kelelahan

a. Saturasi oksigen ketika beraktivitas i. Monitor adanya dyspnea, h. Untuk mengetahui kemampuan
fatigue pasien melakukan aktivitas
(98-100%)
j. Monitor suhu, tekanan darah, i. Untuk mengetahui tingkat
b. Frekuensi nadi (100-150 x/menit) nadi dan pernafasan pasien tooleransi pasien terhadap aktivitas
c. Frekuensi pernapasan (20 – 60 j. Untuk mengetahui perkembangan
No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional

x/menit) k. Monitor sianosis perifer kondisi pasien

d. Tekanan darah (110-120/ 70-80 l. Monitor bunyi jantung k. Untuk mengetahui adanya
gangguan pada sistem sirkulasi
mmHg)
l. Untuk mengetahui adanya bunyi
jantung tambahan

3. Setelah dilakukan asuhan keperawatan


selama 3 x 24 jam, diharapkan suplai a. Monitor tekanan perfusi
a. Mengetahui adanya TIK
aliran darah ke otak lancar dengan serebral
b. Mengetahui adanya gangguan dalam
kriteria hasil: b. Catat respon pasien terhadap
1. Mendemonstrasikan status sirkulasi stimulasi merespon
yang ditandai dengan c. Monitor tekanan intracranial
c. Mengetahui besar dan durasi
a. Tekanan systole diastole dalam pasien dan respon neurology
terjadinya TIK
rentang yang diharapkan terhadap aktivitas
b. Tidak ada ortostatik hipertensi d. Monitor jumlah drainage d. Mengetahui jumlah pengeluaran
c. Tidak ada tada-tanda cairanserebrospinal
cairan serbrospinal
peningkatan tekanan intracranial e. Monitor intake dan output
e. Mengetahui keseimbangan cairan
(tidak lebih dari 15 mmHg) cairan
2. Mendemonstrasikan kemampuan f. Monitor suhu dan angka WBC tubuh
kognitif yang ditandai dengan g. Kolaborasi pemberian
f. Mengetahui adanya tanda infeksi
a. Berkomunikasi dengan jelas dan antibiotic
No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional

sesuai dengan kemampuan h. Posisikan pasien pada posisi g. Mencegah infeksi


menunjukan perhatian, semifowler
h. Mencegah TIK
konsentrasi dan orientasi i. Minimalkan stimulasi dari
i. Meningkatkan kenyamanan dan
memproses informasi membuat lingkungan
keputusan dengan benar istirahat
3. Menunjukan fungsi sessori motori
cranial yang utuh :
Tingkat kesadaran membaik, tidak
ada gerakan – gerakan involunter
4. Setelah dilakukan asuhan keperawatan NIC Label : Peningkatan Tidur
selama 3 x 24 jam, diharapkan pasien a. Determinasi efek - efek
dapat memiliki kualitas dan kuantitas a. Untuk mengetahui efek dari obat –
medikasi terhadap pola tidur obatan yang membantu tidur
tidur yang cuukup
b. Jelaskan pentingnya tidur yang b. Agar pasien mengetahui pentingnya
Dengan Kriteria hasil : durasi dan kualitas tidur
adekuat
NOC Label : Perasaan nyaman c. Fasilitas untuk c. Agar tidak menganggu kualitas dan
kuantitas tidur
a. Pasien mengatakan merasa mempertahankan aktivitas
nyaman dan segar saat bangun sebelum tidur (membaca) d. Untuk menciptakan rasa nyaman
tidur saat tidur
d. Ciptakan lingkungan yang
nyaman
NOC Label : Kebutuhan istirahat e. Kolaborasikan pemberian obat e. Untuk membantu pasien
mendapatkan kualitas dan kuantitas
No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a. Kebutuhan istirahat ( 6 – 8 jam / tidur tidur yang baik


hari) f. Diskusikan dengan pasien dan
b. Tidak terbangun pada malam keluarga tentang teknik tidur
hari f. Agar keluarga mengetahui dan
pasien dapat membantu pasien
c. Tidak sulit untuk memulai tidur meningkatkan kualitas dan
g. Instruksikan untuk memonitor
kuantitas tidur
tidur pasien
g. Agar mengetahui gangguan tidur
h. Monitor waktu makan dan
yang dialami pasien
minum dengan waktu tidur
h. Untuk mengetahui apakah
i. Monitor/catat kebutuhan tidur penyebab gangguan berasal dari
pasien setiap hari dan jam keinginan BAK / BAB saat malam
hari
i. Untuk memonitoring kebutuhan
tidur pasien.
5. Setelah dilakukan asuhan keperawatan NIC Label :

selama 3 x 24 jam diharapkan pasien Terapi Latihan : Ambulasi

mampu bergerak dengan atau tanpa alat a. Beri pasien pakaian yang tidak a. Untuk membebaskan gerak

bantu mengekang b. Mencegah jatuh

Dengan Kriteria hasil : b. Sediakan tempat tidur c. Mencegah jatuh dah pusing secara tiba-

NOC Label : Pergerakan berketinggian rendah tiba


No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a. Pasein dapat bergerak dengan c. Dorong pasien untuk duduk di d. Untuk membantu pasien bergerak atau

mudah samping tempat tidur atau kursi berpindah

b. Pasien dapat berdiri d. Terapkan/sediakan alat bantu e. Mencegah jatuh dan memudahkan

c. Pasien mampu berjalan (walker/tongkat/ kursi roda) pasien berpindah

e. Bantu pasien untuk berpindah f. Mencegah jatuh

f. Bantu pasien untuk berdiri

6. Setelah dilakukan asuhan keperawatan NIC Label: Manajemen


selama 3 x 24 jam, diharapkan cidera Lingkungan
a. untuk mencegah cidera pada pasien
dapat dihindari a. Sediakan lingkungan yang
b. Untuk mengetahui batas kemampuan
Dengan Kriteria Hasil: aman untuk pasien
pasien dan pengamanan yang
NOC Label : Kontrol Resiko b. Identifikasi kebutuhan
diperlukan pasien
a. Pasien terbebas dari cidera keamanan pasien
c. Mencegah terjadinya cidera akibat
b. Pasien mampu mengenali perubahan c. Pindahkan barang-barang yang
lingkungan
status kesehatan membahayakan
d. Mencegah pasien terjatuh
d. Pasang side raik tempat tidur
e. mencegah terjadinya cidera
e. Anjurkan keluarga untuk
menemani pasien
7. Setelah diberikan asuhan keperawatan NIC Label:
No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional

selama 3 x 24 jam diharapkan Pengajaran: Proses Penyakit

pengetahuan pasien dan keluarga a. Kaji tingkat pengetahuan a. Untuk mengetahui besarnya
pasien mengenai proses pemahaman penyakit
meningkat tentang penyakit. penyakit

b. Agar keluarga dan pasien mengetahui


Dengan kriteria hasil : b. Jelaskan proses terjadinya proses terjadinya penyakit
penyakit
NOC Label : c. Agar keluarga dan pasien mampu
mengetahui tanda dan gejala penyakit
Pengetahuan Manajemen Penyakit c. Jelaskan tanda dan gejala pada
suatu penyakit d. Agar keluarga dan pasien mengetahui
a. Pasien dan keluarga mampu bagaimana penanganan yang dapat
terhadap penyakit
d. Jelaskan
mengetahui factor – factor
manajemen/terapi/penanganan
yang dapat dilakukan
penyebab
e. Agar pasien dan keluarga mampu
b. Pasien dan keluarga mengetahui e. Jelaskan komplikasi yang menangani dan mencegah komplikasi
mungkin terjadi yang terjadi
tanda dan gejala penyakit

c. Pasien dan keluarga

memanajemen penyakit
4. EVALUASI
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkan
dan respon pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan. Kemudian mengganti
rencana perawatan jika diperlukan.
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Ada 2 komponen untuk
mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan yaitu Proses Formatif dan hasil sumatif. Proses
Formatif berfokus pada aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan tindakan
keperawatan, evaluasi proses harus dilaksanakan segera setelah perencanaan dilaksanakan dan
terus menerus dilaksanakan sampai tujuan tercapai.
Hasil sumatif berfokus pada perubahan prilaku/status kesehatan pasien pada akhir
tindakanperawatan pasien, tipe ini dilaksanakan pada akhir tindakan secara paripurna. Disusun
menggunakan SOAP dimana :
S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara objektif oleh pasien setelah
diberikan implementasi keperawatan
O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang
objektif
A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjek dan objektif apakah telah tertasi, teratasi
sebagian atau belum teratasi
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis
Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan keberhasilan tujuan tindakan
yaitu tujuan tercapai apabila pasien menunjukkan perubahan sesuai kriteria hasil yang telah
ditentukan,tujuan tercapai sebagian apabila jika klien menunjukkan perubahan pada sebagian
kriteria hasil yang telah ditetapkan, tujuan tidak tercapai jika klien menunjukkan sedikit
perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali (Abdul & Sjahranie, 2019).
Daftar Pustaka

Brunner & Suddarth. (2012). Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, EGC: Jakarta.

Bulechek, G.M., Butcher, H.K, Dochterman, J.M, & Wagner, C.M. (2017). Nursing Interventions
Classification (NIC) Edisi Keenam. Mocomedia: Yogyakarta.

Herdman, T. Heather. (2015). Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi
2015-2017. EGC: Jakarta.

Mansjoer, Arif, dkk. (2010). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aeculapius FKUI: Jakarta.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E. (2017). Nursing Outcomes Classification (NOC)
Edisi Kelima. Mocomedia: Yogyakarta.

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. (2015). Asuhan Keperawatan Praktis, Berdasarkan
Penerapan Diagnosa Nanda, Nic, Noc dalam Berbagai Kasus, Edisi Revisi Jilid 2. Mediaction:
Yogyakarta.

Pudiastuti, R.D. (2011). Penyakit Pemicu Stroke. Nuha Medika: Yogyakarta.

Smeltzer, C. Suzanne & Bare, Brenda G. (2012). Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 volume 2. EGC:
Jakarta.

Syaifuddin. (2017). Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Salemba Medika
: Jakarta

Abdul, R., & Sjahranie, W. (2019). Caesarea Di Ruang Perawatan Mawar Nifas
Marsita, S., Narmawan, & Indriastuti, D. (2020). Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada
Lansia Di Wilayah Pesisir Puskesmas Abeli Kota Kendari, 02(01), 18–24.
Mulyani, S. siwi. (2019). Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Hipertensi Di Panti Tresna Werdha
Nirwana Puri Samarinda.
Rianto. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan, Jenis Makan Dan Frekuensi Makan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Lansia Di Desa Waturejo Ngantang Kabupaten Malang
Widodo. (2019). Studi Kasus “Asuhan Keperawatan Pada Ny E. L Dengan Hipertensi Grade Iii Di
Puskesmas Penfui , Desa Penfui, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang.” Journal Of Chemical
Information And Modeling, 53.

Anda mungkin juga menyukai