Anda di halaman 1dari 47

TUMOR JARINGAN LUNAK: GLUTEUS MAXIMUS

A. KONSEP MEDIS
1. DEFINISI
Jaringan lunak adalah
bagian dari tubuh yang
terletak antara kulit dan tulang
serta organ tubuh bagian
dalam. Yang tergolong
jaringan lunak antara lain
adalah otot, tendon, jaringan
ikat, lemak dan jaringan synovial (jaringan di sekitar persendian)
ikat, lemak dan jaringan
(Adhiyaksa, 2015).
Gluteus adalah salah satu dari tiga otot besar pada pantat.
Gluteus maximus adalah otot terbesar dalam tubuh manusia yang
membentuk sebagian dari bokong/pantat. Otot ini besar dan kuat
karena memiliki pekerjaan menjaga batang tubuh dalam posisi
tegak. Ini adalah otot antigravitasi utama yang membantu kita
berjalan menaiki tangga. Selain gluteus maximus, ada dua otot
gluteal lain yang disebut gluteus medius dan gluteus minimus
(Anonim, 2016).
Tumor (neoplasma) adalah suatu jaringan yang terbentuk
ketika sel-sel tubuh membelah dan tumbuh secara berlebihan di
dalam tubuh. Normalnya, pertumbuhan dan pembelahan sel
Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal
yang disebabkan
sangat teratur, oleh neoplasma.
dimana sel-sel Secara
baru klinis,
akan tumor dibedakan
diciptakan untuk
dalam tubuh, tetapi dalam artian khusus tumor adalah benjolan
atas golongan neoplasma
menggantikan dan nonneoplasma
sel yang sudah tua atau untuk misalnya kista,
menggantikan
yang disebabkan oleh neoplasma. Secara klinis, tumor dibedakan
akibat reaksi
fungsinya. Selradang atau hipertrofi.
yang rusak atau tidakTumor jaringan
diperlukan akanlunak
mati atau
untuk
Soft Tissue ruang
memberikan Tumorkosong
(STT)bagiadalah suatu baru
sel pengganti benjolan atau
yang sehat.
pembengkakan abnormal
Jika keseimbangan yang disebabkan
pertumbuhan pertumbuhan
sel dan kematian sel
terganggu,
baru.
tumorTumor jaringan (Fitri,
bisa terbentuk
2. KLASIFIKASI lunak 2014).
dapat terjadi di seluruh bagian tubuh
Jika
mulai dibedakan dari jenis
dari ujung kepala sampaipertumbuhannya, tumor 2015).
ujung kaki (Adhiyaksa, digolongkan
menjadi tumor jinak (benigna) dan tumor ganas (maligna).

1
2.1 Tumor Jinak
Tumor jinak adalah pertumbuhan sel tidak normal
tetapi tidak menyerang jaringan yang berdekatan, tumbuh
lambat, dan tidak berbahaya. Tumor jinak dikatakan berbahaya
apabila pertumbuhannya semakin lama menekan jaringan
darah atau saraf.
Penyebab dari tumor jinak tidak diketahui sampai saat
ini, namun perkembangan dari tumor jinak diketahui
mempunyai kaitannya dengan beberapa faktor berikut ini.
a) Genetik atau faktor keturunan.

b) Faktor lingkungan seperti paparan (terekspos) dengan sinar


radiasi.

c) Diet. Asupan makanan yang tidak teratur, kurangnya


asupan sayur dan buah dapat menjadi salah satu pemicu
terjadinya tumor jinak di dalam tubuh.

d) Stres. Adanya peningkatan kadar stres dapat memicu


terjadinya tumor jinak di berbagai bagian dari tubuh.

e) Trauma atau luka. Trauma atau luka pada tubuh yang tidak
ditangani dengan baik akan memicu terjadinya tumor jinak.
Pertumbuhan abnormal pada berbagai jenis jaringan
juga mempengaruhi jenis neoplasia tertentu yang terbentuk.
Jenis tumor jinak yang paling umum meliputi:
a) Lipoma Neoplasma jinak yang berasal dari sel lemak dan
paling sering terjadi pada leher, bahu, lengan, dan
punggung; tumor ini sering diturunkan tetapi juga dapat
muncul akibat dari cedera sebelumnya. Tumbuh lambat dan
berbentuk lembut, bulat, serta dapat bergerak

2
b) Adenoma Neoplasma jinak yang berasal dari kelenjar
atau jaringan pada kelenjar, yang paling umum adalah
tumor pada kelenjar tiroid

c) Hemangioma Neoplasma jinak yang berasal dari


penumpukan pembuluh darah

d) Fibroma Neoplasma jinak yang berasal dari jaringan ikat


atau serat

Meskipun sebagian besar tumor (neoplasma) ditandai


oleh proliferasi jaringan abnormal, beberapa mungkin muncul
dalam bentuk lain, seperti kista sebasea, radang kelenjar,
hematoma, hamartoma, choristoma, jaringan nekrotik,
granuloma, dan keloid.

Pada sebagian besar kasus yang ada, penanganan


tumor jinak tidak membutuhkan penanganan yang serius. Yang
biasanya dilakukan oleh dokter adalah melakukan pengamatan
pada benjolan saja, dan melihat apakah benjolan tersebut
menyebabkan gangguan lain di dalam tubuh.
Jika pertumbuhan tumor tersebut sudah mengganggu
fungsi tubuh maka penanganan tumor jinak adalah dengan
cara operasi. Tujuan dari operasi adalah mengambil tumor dari
tubuh tanpa merusak jaringan yang ada di sekitar tumor.
2.2 Tumor Ganas (kanker)
Tumor ganas disebut juga kanker. Munculnya benjolan
sering dianggap sebagai gejala penyakit kanker. Kanker adalah
penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan
tubuh normal yang berubah menjadi sel kanker dan
mempunyai sifat tumbuh secara cepat. Penyakit ini memiliki
potensi untuk menyerang dan merusak jaringan yang

3
berdekatan. Kondisi ini dalam istilah medis dinamakan
metastasis.
Mengutip dari jurnal penelitian mengenai faktor risiko
genetik dan hormonal pada Kanker Payudara dari Universitas
Pennsylvania tahun 2000 yang dilaporkan di situs Oxford
Journal, diketahui bahwa ada hubungan riwayat keluarga
dengan kejadian kanker payudara. Salah satu faktor genetik
yang diduga berhubungan dengan kanker payudara adalah
perubahan atau mutasi dari dua gen yang bernama BRCA1
dan BRCA2. Kedua gen ini merupakan singkatan dari Breast
Cancer Susceptibility Gene 1 dan Breast Cancer Susceptibility
Gene 2. (www.jnci.oxfordjournals.org, 15 Mei 2000)
Kedua gen tersebut bermutasi dari gen awal yang
dinamakan gen BRCA yang terdapat dalam DNA berperan
untuk mengontrol pertumbuhan sel agar berjalan normal.
Dalam kondisi tertentu gen BRCA tersebut dapat mengalami
mutasi menjadi BRCA1 dan BRCA2, sehingga fungsi sebagai
pengontrol pertumbuhan hilang dan memberi kemungkinan
pertumbuhan sel menjadi tak terkontrol atau timbul kanker.
Seorang wanita yang memiliki gen mutasi warisan (termasuk
BRCA1 dan BRCA2) meningkatkan risiko kanker payudara.
Selain itu, kedua gen ini merupakan gen keturunan,
yang fungsi normalnya bertugas membantu mengontrol
pertumbuhan sel. Mutasi dari kedua gen tersebut erat terkait
dengan kanker payudara. Wanita yang mewarisi gen-gen ini
memiliki peningkatan risiko menghadapi kanker payudara.
Pada penelitian ini ditemukan bahwa gen BRCA1
berperan sebagai faktor risiko penyakit kanker payudara
sebanyak 15-45%. Sedangkan gen BRCA2 memiliki peran
lebih tinggi sebagai faktor risiko penyakit kanker sebanyak 60-
85%.

4
Oleh karena itu wanita yang memiliki risiko tinggi
kanker payudara disertai riwayat keluarga dapat melakukan tes
darah untuk mendeteksi gen BRCA, namun perlu
dipertimbangkan lebih lanjut karena pemeriksaan tes ini
memerlukan biaya yang sangat mahal hingga puluhan juta
rupiah.
Berikut beberapa faktor penyebab lain dari terjadinya
kanker secara umum dari beberapa penelitian terkait penyakit
kanker dari dunia kedokteran.
a) Umur. Semakin usia kita bertambah maka risiko mengidap
tumor ganas juga akan meningkat. Dilansir dari National
Cancer Institute risiko terjadi kanker payudara meningkat
seseorang berumur di atas 50 tahun (www.cancer.gov, 24
September 2012)
b) Faktor lingkungan; Faktor lingkungan seperti paparan
bahan kimia atau zat beracun contohnya benzena, asbes,
nikel, dan rokok. Paparan sinar radiasi seperti sinar
ultraviolet dari matahari, sinar radiasi radiologi, sinar radiasi
seperti jenis sinar alpha, gamma, dan beta. Sinar alpha,
sinar gamma dan sinar beta adalah jenis sinar radiasi yang
biasa digunakan pada praktik kedokteran radiologi.
c) Dilansir dari jurnal penelitian dari Badan Penelitian Kanker
Internasional, WHO yaitu IARC Monographs on the
Evaluation of Carcinogenic Risks to Humans, vol 89
Smokeless Tobacco and Some Tobacco-specific N-
Nitrosamines, Lyon, France, 2007, sebuah Evaluasi atas
risiko pencetus kanker, menyebutkan bahwa mengunyah,
menghisap tembakau juga dapat meningkatkan risiko terjadi
kanker mulut, kanker esophagus dan kanker pankreas.
d) Keturunan; beberapa jenis kanker dipengaruhi oleh faktor
keturunan (genetik) seperti kanker payudara, kanker kulit,

5
kanker rahim, kanker kolorektal (usus besar-anus) dan
kanker prostat (www.cancer.gov, 15 Mei 2000).
e) Pemilihan Menu Makanan; Sedangkan menurut sebuah
penelitian mengenai penyebab dan gejala kanker yang
diterbitkan oleh Cancer Research UK, diet yang
meningkatkan faktor risiko kanker adalah terlalu banyak
makan daging berwarna merah, kurang asupan serat,
terlalu banyak konsumsi garam, dan tidak makan sayur dan
buah setiap hari (www.cancer.gov, 15 Mei 2000)
f) Gangguan sistem imun; Seseorang yang mengalami
gangguan sistem imun akan berisiko untuk memicu
terjadinya kanker. Berikut beberapa gangguan sistem imun
yang berpotensi terkena tumor ganas:
g) Seseorang yang mendapatkan donor organ tubuh dan
terapi pengobatan yang berfungsi untuk menekan sistem
imun untuk mencegah penolakan organ baru tersebut di
dalam tubuh.
h) Terinfeksi HIV (sebuah nama virus yang dapat
menyebabkan AIDS).
i) Gangguan penyakit yang merusak sistem imunitas yang
didapatkan sejak lahir.
j) Infeksi bakteri Helicobacteria pylori yang dapat
menyebabkan infeksi pada lambung. Helicobacteria pylori
adalah suatu bakteri yang menyebabkan peradangan
lapisan lambung yang kronis pada manusia. Menurut
penelitian kanker lambung tahun 2011 oleh Helicobacter
and Cancer Collaborative Group, sebuah analisis gabungan
dari 12 studi kasus, infeksi dari bakteri ini dapat
meningkatkan risiko terjadinya kanker lambung.
k) Jenis Kelamin. Menurut penelitian mengenai kesenjangan
jenis kelamin pada angka kematian dan kelangsungan
hidup penderita kanker dari Michael B. Cook, divisi kanker
epidemiologi dan genetika, Badan Kanker Nasional Amerika

6
Serikat tahun 2011, menyebutkan pria lebih banyak
mengalami kanker dibandingkan dengan wanita, namun hal
ini sifatnya relatif dan diperlukan lebih banyak penelitian
untuk mendukung hal ini. (www.cebp.aacrjournals.org, 12
Juni 2011)
Gejala dari kanker tergantung dari jenis kanker, dan
lokasi penjalaran kanker tersebut di dalam tubuh. Gejala umum
dari kanker bisa dilihat sebagai berikut:
a) Penurunan berat badan.
b) Perubahan warna kulit menjadi lebih hitam.
c) Terdapat perdarahan secara spontan di bagian tubuh.
Perdarahan ini tergantung dari lokasi kanker yang muncul.
Contohnya, kanker serviks perdarahan dari vagina bisa
muncul diluar siklus menstruasi.
d) Batuk lama lebih dari tiga bulan.
e) Perubahan suara menjadi serak.
f) Pembesaran kelenjar getah bening yang merupakan bagian
dari sistem pertahanan tubuh.
g) Terdapat benjolan.
Dilansir dari National Cancer Institute, kanker terbagi
menjadi lima kategori menurut asal sel kanker:
a) Karcinoma: Kanker yang mulai berkembang dari kulit atau
jaringan yang melapisi organ tubuh bagian dalam.
b) Sarkoma: Kanker yang mulai berkembang dari tulang,
tulang rawan, lemak, otot, pembuluh darah, atau jaringan
penyambung atau jaringan pendukung di dalam tubuh.
c) Leukimia: Kanker yang mulai berkembang dari jaringan
tubuh yang berfungsi memproduksi darah seperti tulang
sumsum.
d) Limphoma dan myeloma: Kanker yang mulai berkembang di
dalam sel-sel imunitas tubuh.
e) Kanker sistem saraf pusat: Kanker yang mulai berkembang
dari jaringan-jaringan di dalam otak dan batang otak

7
Penanganan tumor ganas dilakukan berdasarkan jenis
dan stadium kanker. Berikut kami sampaikan penanganan dari
tumor ganas:
a) Operasi. Penanganan tumor ganas yang utama adalah
tindakan operasi.
b) Terapi radiasi. Terapi radiasi bertujuan untuk menghancurkan
jaringan kanker, mengurangi ukuran kanker, dan
menghilangkan gejala serta gangguan yang menyertainya.
c) Kemoterapi. Kemoterapi merupakan pengobatan yang
menggunakan obat keras (beracun/kimia) untuk merusak
atau membunuh sel-sel yang tumbuh dengan cepat. Tujuan
dari kemoterapi adalah menghambat atau menghentikan
pertumbuhan sel-sel kanker pada tubuh pasien.
(Anonim, 2015)
3. ETIOLOGI
Tumor jaringan lunak dapat disebabkan antara lain oleh:
a) Kondisi genetik
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah
faktor predisposisi untuk beberapa tumor jaringan lunak, dalam
daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen memiliki peran
penting dalam diagnosis.

b) Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen
radiasi-induksi yang mendorong transformasi neoplastik.
c) Lingkungan karsinogen
Sebuah hubungan antara eksposur ke berbagai karsinogen dan
setelah itu dilaporkan meningkatnya insiden tumor jaringan
lunak.
d) Infeksi
Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya
lemah juga akan meningkatkan kemungkinan tumor jaringan
lunak.

8
e) Trauma
Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya
kebetulan. Trauma mungkin menarik perhatian medis ke pra-
luka yang ada.
4. PATOFISIOLOGI
Perubahan yang terjadi pada sel, terutama disebabkan
oleh virus, polusi udara, makanan, radiasi, dan bahan kimia, baik
bahan kimia yang ditambahkan pada makanan, maupun bahan
kimia yang berasal dari polusi. Perubahan ini merugikan proses
pembelahan sel dan sebaliknya menguntungkan proses mutasi.
Resiko terjadinya mutasi akan semakin bertambah seiring dengan
pertambahan usia, hal ini dikarenakan tubuh seseorang yang
semakin berumur bekerja tak seoptimal dulu. Inilah yang dengan
mudah bisa memicu terjadinya kesalahan pada pembelahan sel.
Satu kesalahan saja yang terjadi dalam gen bisa
menyebabkan tubuh tak lagi bisa memproduksi zat putih telur atau
protein penting. Akibatnya, ini akan memungkinkan terjadinya
perubahan struktur gen dalam skala ringan. Meski perubahan yang
terjadi hanya dalam skala ringan, hal ini sudah bisa menyebabkan
sel tak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Perubahan gen
yang paling berbahaya adalah jika perubahan tersebut menimpa
gen dan protein yang bertugas mengontrol pertumbuhan sel-sel.
Akibatnya, dalam keadaan tertentu siklus sel-sel bisa keluar jalur,
sehingga sel-sel tersebut mengalami degradasi atau kemunduran.
Sel-sel yang gennya telah mengalami perubahan tersebut
bisa berubah menjadi sel-sel tumor. Sel-sel tumor ini tumbuh
sendiri tanpa perintah dan bisa membelah tanpa kontrol. Jika sel-
sel yang rusak ini berkembang biak, tapi tetap tinggal di satu
tempat maka sel-sel ini akan menjadi tumor baik (jinak) yang bisa
dengan mudah diangkat melalui sebuah operasi. Akan tetapi, jika
sel-sel dari tumor tersebut pecah kemudian menyebar ke tempat
lain dalam tubuh lalu berkembang biak disana (metastasis), maka

9
sel-sel tersebut telah berubah menjadi sel-sel tumor jahat (ganas).
Benjolan kanker yang baru timbul tersebut akan memicu terjadinya
pembentukan pembuluh darah baru disekeliling benjolan. Dari
pembuluh darah inilah tumor mendapat makanan, sehingga tumor
yang terletak di tempat-tempat terpencil dalam tubuh pun bisa
tumbuh.
(Osterath, 2014)
5. MANIFESTASI KLINIS
Gejala dan tanda tumor jaringan lunak tidak spesifik,
tergantung pada lokasi dimana tumor berada, umumnya gejalanya
berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit.
Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi
akibat pendarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga
karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi. Tumor jinak
jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila
diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah
digerakan dari jaringan di sekitarnya dan tidak pernah menyebar ke
tempat jauh (Adhiyaksa, 2015).

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Metode diagnosis yang paling umum selain pemeriksaan
klinis adalah pemeriksaan biopsi, bisa dapat dengan biopsi aspirasi
jarum halus (FNAB) atau biopsi dari jaringan tumor langsung
berupa biopsi insisi yaitu biopsi dengan mengambil jaringan tumor
sebagian sebagai contoh bila ukuran tumornya besar. Bila ukuran
tumor kecil, dapat dilakukan biopsi dengan pengangkatan seluruh
tumor. Jaringan hasil biopsi diperiksa oleh ahli patologi anatomi dan
dapat diketahui apakah tumor jaringan lunak itu jinak atau ganas.
Bila jinak maka cukup hanya benjolannya saja yang diangkat, tetapi
bila ganas setalah dilakukan pengangkatan benjolan dilanjutkan
dengan penggunaan radioterapi dan kemoterapi. Bila ganas, dapat
juga dilihat dan ditentukan jenis subtipe histologis tumor tersebut,

10
yang sangat berguna untuk menentukan tindakan selanjutnya
(Kaharu, 2016).
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Bila diagnosis sudah ditegakkan, maka penanganannya
tergantung pada jenis tumor jaringan lunak itu sendiri. Bila jinak,
maka cukup hanya benjolannnya saja yang diangkat dan tidak ada
tindakan tambahan lainnya. Bila tumor jaringan lunak hasilnya
ganas atau kanker, maka pengobatannya bukan hanya tumornya
saja yang diangkat, namun juga dengan jaringan sekitarnya sampai
bebas tumor menurut kaidah yang telah ditentukan, tergantung
dimana letak kanker ini. Tindakan pengobatannya adalah berupa
operasi eksisi luas. Penggunaan radioterapi dan kemoterapi
hanyalah sebagai pelengkap, namun responsnya kurang begitu
baik, kecuali untuk jenis kanker jaringan lunak yang berasal dari
otot yang disebut embrional rhabdomyosarcoma. Untuk kanker
yang ukurannya besar, setelah operasi, ditambah dengan
radioterapi. Pada kanker jaringan lunak yang sudah lanjut, dengan
ukuran yang besar, resiko kekambuhan setelah dilakukan tindakan
operasi masih dapat terjadi. Oleh karena itu setelah operasi
biasanya penderita harus sering kontrol untuk memonitor ada
tidaknya kekambuhan pada daerah operasi ataupun kekambuhan
ditempat jauh berupa metastasis di paru, liver atau tulang (Kaharu,
2016).
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian pasien pre operatif menurut Doenges (2000), meliputi :
a) Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal,
penyakit vaskular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko
pembentukan trombus).
b) Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; faktor-faktor
stress multipel, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.

11
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka
rangsang ; stimulasi simpatis.
c) Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pankreas/DM, (predisposisi untuk
hipoglikemia/ketoasidosis); malnutrisi (termasuk obesitas);
membran mukosa yang kering (pembatasan
pemasukkan/periode puasa pra operasi).
d) Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
e) Keamanan
Gejala : alergi/sensitif terhadap obat, makanan, plester, dan
larutan; Defisiensi immune (peningkatan risiko infeksi sitemik dan
penundaan penyembuhan); Munculnya kanker/terapi kanker
terbaru; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi
anestesi; Riwayat penyakit hepatik (efek dari detoksifikasi obat-
obatan dan dapat mengubah koagulasi); Riwayat transfusi
darah/reaksi transfusi.
Tanda : munculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
f) Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotik,
antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator,
diuretic, dekongestan, analgesik, antiinflamasi, antikonvulsan
atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-
obatan rekreasional. Penggunaan alkohol (risiko akan kerusakan
ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan
juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi).
2. DIAGNOSA
a) Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan yang
akan dilakukan
b) Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi pembedahan
dan proses tindakan invasif
c) Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan akibat tindakan pembedahan
d) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan sumber
informasi

12
3. INTERVENSI
a) Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan yang
akan dilakukan
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar
disertai respon autonom (sumber sering sekali tidak spesifik
atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan
isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan
adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman.
Batasan Karakteristik:
- Perilaku
Penurunan produktivitas
Gerakan yang ireleven
Gelisah
Melihat sepintas
Kontak mata yang buruk
Mengeskpresikan kekhawatiran
Agitasi
Mengintai
Tampak waspada
- Afektif
Gelisah, distress
Kesedihan yang mendalam
Ketakutan
Perasaan tidak adekuat
Berfokus pada diri sendiri
Peningkatan kewaspadaan
Gugup senang berlebihan
Rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan
Ragu/tidak percaya diri
Khawatir
- Fisiologis
Wajah tegang
Tremor tangan
Peningkatan keringat
Suara bergetar
Tujuan:
- Anxiety self-control
- Anxiety level
- Coping

13
Kriteria Hasil:
- Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala
cemas
- Klien mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk
mengontrol cemas
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
Intervensi Rasional
1. Observasi tingkah laku Pasien mungkin tidak
yang menunjukkan menunjukkan masalah secara
tingkat ansietas, catat langsung, tetapi kata-
respon verbal dan kata/tindakan dapat
nonverbal pasien. menunjukkan rasa agitasi dan
gelisah.

2. Gunakan pendekatan
Pendekatan dan motivasi
yang menenangkan dan
membantu pasien untuk
berikan motivasi kepada
mengeksternalisasikan
pasien untuk
kecemasan yang dirasakan.
mengungkapkan pikiran
dan perasaan.

3. Dengarkan dengan
penuh perhatian. Akui Validasi bahwa perasaan
bahwa ansietas dan normal dapat membantu
masalah mirip dengan menurunkan stress dan
yang diekspresikan orang meyakini bahwa saya bukan
lain. satu-satunya

4. Jelaskan semua prosedur Pasien mungkin mengalami


dan apa yang akan kesalahan interpretasi tentang
dirasakan selama informasi praoperasi mengenai

14
prosedur secara akurat proses penyakit/pembedahan.
dan faktual. Memberikan informasi akurat
dapat menurunkan
distorsi/kesalahan interpretasi
yang dapat berperan pada
reaksi ansietas atau ketakutan.

Menegaskan pada pasien


5. Temani/tinggal bersama
bahwa walaupun perasaan
pasien; pertahankan
pasien dluar kontrol,
sikap yang tenang
lingkungannya tetap aman

Menciptakan lingkungan yang

6. Kurangi stimulasi dari terapeutik; menunjukkan

luar; tempatkan pada bahwa aktivitas unit/personel

ruangan yang tenang. dapat meningkatkan ansietas


pasien.
(Doenges, 2000)
b) Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi pembedahan
dan proses tindakan invasif
Definisi: mengalami peningkatan resiko terserang organisme
patogenik.
Tujuan:
- Imune status,
- Knowledge : Infection control
- Risk control
Kriteria hasil:
- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
- Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya
infeksi
- Mempertahankan konsep steril pada tindakan

Intervensi Rasional

15
1. Tetap pada fasilitas Tetapkan mekanisme yang
kontrol infeksi, sterilisasi dirancang untuk mencegah
dan prosedur/kebijakan infeksi.
aseptik
Membebaskan tangan dari
2. Cuci tangan setiap
kuman/bakteri dan mencegah
sebelum dan sesudah
kontaminasi yang dapat
melakukan tindakan
menyebabkan timbulnya
infeksi.

Alat pelindung berguna untuk


3. Gunakan baju, masker, mencegah terjadinya
sarung tangan sebagai kontaminasi silang antara
alat pelindung personil bedah dengan pasien
dan sebaliknya.

Pembersihan akan
4. Uji bahwa kulit mengurangi jumlah bakteri
praoperasi, vaginal, dan pada kulit, mukosa vaginal,
prosedur pembersihan dan saluran gastrointestinal.
usus telah dilakukan
sesuai kebutuhan. Meminimalkan jumlah bakteri
pada lokasi operasi.
5. Siapkan lokasi operasi
menurut prosedur
Kontaminasi dengan
khusus.
lingkungan/kontak personal
akan menyebabkan daerah
6. Identifikasi gangguan
yang steril menjadi tidak steril
pada teknik aseptik dan
sehingga dapat meningkatkan
atasi dengan segera
resiko infeksi.
pada waktu terjadi
Penampungan darah dan
cairan tubuh, jaringan serta

16
7. Tamping cairan/sisa yang sisa-sisa bahan dalam kontak
terkontaminasi pada dengan luka/pasien yang
tempat-tempat tertentu terinfeksi akan mencegah
didalam ruang operasi penyebaran infeksi pada
dan kemudian dibuang lingkungan/pasien
sesuai dengan metode lainnya/personil.
pembuangan yang telah
ditetapkan rumah sakit.
(Doenges, 2000)
c) Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan akibat tindakan pembedahan.
Tujuan:
- Nyeri berkurang/terkontrol
- Meningkatnya rasa nyaman
Kriteria Hasil:
- Melaporkan nyeri hilang/terkontrol
- Mengungkapkan metode yang memberikan penghilangan
- Mendemonstrasikan penggunaan intervensi terapeutik (mis.
keterampilan relaksasi) untuk menghilangkan nyeri
Intervensi Rasional
1. Lakukan pengkajian Memberikan dasar untuk
nyeri secara mengkaji keefektivasan
komprehensif termasuk tindakan pereda nyeri
lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor
prespitasi Perubahan ekspresi wajah
juga dapat menandakan
2. Observasi reaksi
adanya ketidaknyamanan
nonverbal dari
pada pasien
ketidaknyamanan
Memungkinkan pasien untuk
berpartisipasi secara aktif dan
3. Dorong menggunakan meningkatkan rasa kontrol

17
keterampilan
manajemen nyeri (non
Menghilangkan rasa nyeri dan
farmakologi)
mempermudah kerjasama
dengan intervensi lain
4. Beri analgetik untuk
mengurangi nyeri
(Doenges, 2000)
d) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan sumber
informasi
Batasan karakteristik:
- Pertanyaan/permintaan informasi
- Pernyataan kesalahan konsep
- Instruksi lanjutan yang tidak akurat/perkembangan komplikasi
yang tidak dapat dicegah
Tujuan:
- Meningkatnya pengetahuan tentang penyakit dan
pengobatannya
Kriteria Hasil:
- Menuturkan pemahaman kondisi, efek prosedur dan
pengobatan
- Dengan tepat menunjukkan prosedur yang diperlukan dan
menjelaskan alasan suatu tindakan
- Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut
serta dalam program perawatan
Intervensi Rasional
1. Tinjau ulang efek Memberikan dasar
prosedur pembedahan pengetahuan dimana pasien
dan harapan masa dapat membuat pilihan
datang. berdasarkan informasi.

Memberikan kesempatan
2. Instruksikan untuk
pasien untuk melakukan
melakukan perawatan
perawatan diri sendiri secara
luka pada daerah insisi,
kompeten.
mis. membersihkan dan

18
membalutnya.
Mencegah regangan yang tidak
3. Identifikasi
diinginkan di lokasi operasi.
keterbatasan aktivitas
Mencegah kepenatan,
khusus.
penghematan energi, dan
meningkatkan penyembuhan.
4. Dorong periode istirahat
adekuat dengan Pengenalan awal terhadap
aktivitas yang terjadwal. adanya komplikasi seperti
infeksi, dapat mencegah
5. Identifikasi tanda dan perkembangan kea rah situasi
gejala yang yang lebih serius atau
memerlukan evaluasi membahayakan jiwa.
medik, mis. demam,
drein luka
berlanjut/berbau,
eritema, pembengkakan Memantau perkembangan
insisional, karakteristik penyembuhan dan
rasa sakit yang tidak mengevaluasi keefektivan
terpecahkan/berubah regimen
6. Tekankan pentingnya
kunjungan lanjutan

(Doenges, 2000)

19
BIOPSI

1. DEFINISI
Biopsi adalah tindakan diagnostik yang dilakukan dengan
mengambil sampel jaringan atau sel untuk dianalisis di laboratorium,
baik untuk mendiagnosis suatu penyakit atau untuk mengetahui jenis
pengobatan atau terapi yang terbaik bagi pasien. Tindakan ini juga
dikenal sebagai pengambilan sampel jaringan.
Biopsi merupakan salah satu cara pemeriksaan patologi
anatomi yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis pasti
suatu lesi khususnya yang dicurigai sebagai suatu keganasan.
Pemeriksaan patologi ini juga bermanfaat tidak hanya menegakkan
diagnosis dan rencana pengobatan tetapi juga untuk menentukan
prognosis.
Biopsi seringkali dikaitkan dengan kanker. Kanker dapat
dideteksi dalam sel dan jaringan tubuh, dimana sel dapat menjadi
tumor atau massa yang melekat pada organ tubuh. Tergantung pada

20
jenis biopsi yang dilakukan, tindakan ini dapat digunakan untuk
mengetahui tingkat invasi penyakit yaitu apakah penyakit telah
menyebar ke bagian tubuh lainnya. Tindakan ini juga dapat digunakan
untuk mengeliminasi keberadaan kanker atau mengetahui apakah
tumor bersifat jinak.
Istilah biopsi sangatlah luas. Istilah ini meliputi semua tes
pada jaringan yang bertujuan untuk mendeteksi kelainan, termasuk
ukuran dan bentuk fisik sampel yang berbeda dari populasi umum. Ada
banyak cara untuk melakukan biopsi, tergantung pada jenis jaringan
yang dibutuhkan oleh dokter, penyakit yang diduga menyebabkan
gangguan, atau hasil dari tes awal yang mendorong dokter untuk
meminta agar biopsi dilakukan. Setelah dilakukan pemeriksaan awal
yang menunjukkan kelainan jaringan atau sel yang mencurigakan,
seorang ahli penyakit dalam atau spesialis organ tubuh adalah orang
yang paling tepat untuk mengetahui apakah pasien membutuhkan
biopsi. Sebagai contoh, seorang wanita yang telah menjalani
mammogram yang menunjukkan bahwa ada pertumbuhan tumor
kemungkinan akan diminta untuk melakukan biopsi payudara untuk
mengetahui penyakit yang diderita atau penyebab pertumbuhan tumor.
Biopsi juga dapat dilakukan untuk memeriksa keberadaan
penyakit lain, seperti sirosis hati, yaitu suatu kondisi yang ditandai
dengan hati yang terluka parah. Perubahan pada jaringan dapat
dideteksi dengan biopsi. Sedangkan biopsi ginjal adalah prosedur
standar untuk memeriksa apakah ginjal yang akan ditransplantasi
membawa penyakit tertentu. Biopsi ginjal adalah prosedur standar
untuk memastikan bahwa penerima ginjal akan mendapatkan ginjal
yang sehat dan dapat berfungsi dengan baik.
Biopsi juga dapat dilakukan untuk mengetahui
perkembangan penyakit. Selain itu, biopsi adalah proses standar
dalam tes genetik, dimana bahan kimia atau jenis agen lainnya dapat
dimasukkan ke jaringan sebelum sampel jaringan diambil. Hasil biopsi

21
biasanya akan diberikan setelah beberapa minggu. Namun, ada juga
kasus di mana biopsi dilakukan saat operasi. Sampel jaringan dapat
diambil sebelum atau saat operasi. Kemudian, sampel akan segera
dikirim ke laboratorium, dimana dokter spesialis akan menganalisis
sampel dan memberikan diagnosis atau laporan awal. Setelah itu,
dokter bedah dapat menggunakan data tersebut untuk merencanakan
operasi dengan baik. Biopsi yang lebih menyeluruh akan dilakukan
beberapa hari atau beberapa minggu setelah operasi.
Biopsi dapat bersifat minim invasif atau invasif. Apabila
biopsi dilakukan selama operasi, maka tindakan ini dikenal sebagai
biopsi terbuka. Apabila biopsi membutuhkan sayatan kecil, maka
tindakan ini dikenal sebagai biopsi tertutup. Semakin besar sayatan
yang dibutuhkan saat biopsi, maka semakin besar juga risiko dokter
akan membutuhkan bius lokal atau total untuk mengurangi pendarahan
dan nyeri, serta meningkatkan kenyamanan pasien. Biasanya, pasien
tidak harus melakukan persiapan khusus sebelum biopsi, walaupun
semua hal yang dapat memengaruhi sampel jaringan, seperti obat-
obatan atau penyakit yang telah diderita, harus dilaporkan ke dokter.
Apabila pasien sedang mengonsumsi obat tertentu, ia dapat diminta
untuk berhenti mengonsumsi obat tersebut sejak beberapa hari
sebelum biopsi.
Dua risiko atau komplikasi biopsi yang paling umum adalah
infeksi dan pendarahan. Biopsi biasanya akan menyebabkan sedikit
pendarahan, terutama apabila biopsi membutuhkan sayatan. Namun,
setelah sayatan dijahit, pendarahan juga akan langsung berhenti.
Bahaya yang lebih besar adalah pendarahan serius, yang dapat terjadi
apabila alat yang digunakan untuk mengambil sampel atau
memberikan panduan bagi alat pengambil sampel melukai atau
merusak pembuluh darah. Apabila pasien mengalami mual, muntah,
demam tinggi, dan nyeri yang tidak normal atau sangat menyakitkan
pada bagian tubuh dimana biopsi dilakukan, maka ia harus segera

22
menghubungi penyedia layanan kesehatan. Infeksi juga dapat terjadi
karena sayatan yang dibuat saat biopsi. Infeksi dapat dicegah dengan
pemberian obat-obatan.

2. INDIKASI & KONTRA INDIKASI


Infeksi akan terjadi bila tidak memperhatikan teknik aseptik antisepsis.
Perdarahan bisa terjadi pada lesi neoplasma karena adanya
hipervaskularisasi.
Indikasi suatu tindakan Biopsi adalah sebagai berikut :
a. Lesi yang menetap lebih dari 2 minggu tanpa diketahui
penyebabnya
b. Ulserasi yang menetap tidak menunjukkan tanda tanda
kesembuhan sampai 3 minggu
c. Setiap penonjolan yang dicurigai sebagai suatu neoplasma
d. Lesi tulang yang tidak diidentifikasi setelah pemeriksaan klinis dan
radiologis
e. Lesi hiperkeratotik yang menetap
Sedangkan Kontra Indikasi Biopsi antara lain:
a. Infeksi pada lokasi yang akan dibiopsi (relatif)

b. Gangguan faal hemostasis berat (relatif)

c. Biopsi diluar daerah yang direncanakan akan dieksisi saat operasi

3. JENIS PEMERIKSAAN
Biopsi harus representatif baik secara klinis maupun mikroskopis
misalnya memilih daerah tumor yang tidak ada nekrosis dan tidak
terdapat infeksi sekunder. Interpretesi biopsi untuk diagnosis suatu
neoplasma dapat dilakukan berdasarkan :
3.1 Pemeriksaan makroskopis
Merupakan pemeriksaan dengan mata biasa untuk menilai/
memperkirakan suatu jaringan tumor bersifat ganas atau jinak.
Misalnya bentuk, ukuran, warna, permukaan, batas jelas/tidak,
permukaan rata/berbenjol-benjol, tepi meninggi/tidak, mudah

23
berdarah/tidak, bersimpai/tidak, rapuh tidaknya tumor, seperti
dibawah ini :
a. Bentuk plaque : melanoma, basalioma
b. Bentuk nodus : padat, kistik
c. Bentuk erosi,ulkus
3.2 Pemeriksaan mikroskopis
Suatu pertumbuhan neoplastik khususnya keganasan dini tidak
dapat didiagnosis berdasarkan pengamatan klinis semata, karena
tidak ada kriteria pasti untuk menentukan jinak dan ganasnya.
Suatu lesi secara klinis selain tidak adanya gejala karakteristik,
seringkali baru terdeteksi pada stadium lanjut setelah timbul gejala
klinis yang mengganggu penderita. Untuk mengatasi hal ini perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang laboratorium. Pemeriksaan
Mikroskopis merupakan cara yang sangat penting untuk
menegakkan suatu neoplasma.

4. JENIS BIOPSI
Biopsi terbagi menjadi :
4.1 Biopsi tertutup
a. Tanpa membuka kulit,
b. Bisa dikerjakan oleh disiplin non-bedah
c. Bahan sedikit/kurang representatif, dapat ditingkatkan dengan
biopsi terbuka, Contoh : FNAB, Core Biopsy, Cairan cyste-
sputum-darah-ascites, dan Endoscopy.
4.2 Biopsi terbuka
Biopsi terbuka adalah prosedur medis untuk mengambil
sampel jaringan dari pertumbuhan abnormal, seperti benjolan
atau tumor, dari bagian-bagian tubuh. Prosedur ini membantu
dokter menentukan sifat tumor. Ini dianggap sebagai prosedur
bedah karena memerlukan sayatan untuk mengakses benjolan
atau tumor tersebut. Biopsi terbuka terbagi menjadi dua jenis,
insisi dan eksisi. Biopsi insisi untuk mengambil separuh bagian
tumor sebagai sampel, sedangkan biopsi eksisi dilakukan bila
dokter memerlukan informasi tambahan mengenai tumor yang
tidak dapat sepenuhnya diangkat karena ukurannya. Prosedur ini
pun dilakukan saat dokter tidak dapat menjangkau tumor melalui

24
teknik biopsi tanpa bedah, seperti aspirasi jarum halus dan biopsi
jarum inti.
Biopsi terbuka dilakukan pada pasien yang memiliki
pertumbuhan abnormal, seperti benjolan, tumor, atau lesi.
Prosedur ini umumnya diperlukan setelah dokter menemukan
adanya pertumbuhan abnormal melalui Magnetic Resonance
Imaging (MRI) atau tes pencitraan lainnya. Prosedur yang
seringkali disebut biopsi bedah ini dilakukan dengan membuat
sebuah sayatan untuk menjangkau tumor. Oleh karena itu,
prosedur ini dianggap sebagai salah satu biopsi invasif. Namun,
biopsi insisi adalah metode yang aman dan akurat untuk
mendiagnosis tumor besar atau dalam, yang tidak dapat
dijangkau oleh metode biopsi lain. Biopsi terbuka terbagi menjadi:
a. Insisi Ini dilakukan bila dokter hanya mengambil sedikit
bagian tumor. Karena hanya sedikit jaringan yang terangkat,
prosedur ini relatif lebih aman dan tidak terlalu invasif
dibanding biopsi eksisi.

b. Eksisi Ini dilkukan untuk mengangkat tumor sepenuhnya dan


jaringan sehat di sekitarnya. Biopsi eksisi lebih invasif, masa
pemulihan menjadi lebih lama, dan pasien beresiko lebih
besar mengalami infeksi dan luka.
Sebagian besar dokter lebih memilih biopsi eksisi,
terutama bila tumor relatif kecil dan dapat diangkat dalam satu
kali prosedur. Dengan begitu, pasien tidak perlu menjalani operasi
tambahan bila tumor bersifat ganas. Namun, jika tumor terlalu
besar, dokter cenderung melakukan biopsi insisi. Sebagai aturan
umum, dokter mengambil dan mengidentifikasi komposisi jaringan
tumor. Jaringan sehat tidak akan diangkat.
Paska biopsi insisi, dokter akan membawa sampel
jaringan ke laboratorium. Laporan hasil biopsi akan ditangani oleh
spesialis patologi. Hasil biopsi bisa berupa:

25
a. Positif Bila sampel jaringan mengandung sel kanker. Pasien
harus segera menjalani [pengobatan kanker.
b. Negatif Bila sampel jaringan tidak mengandung sel kanker.
Ini berarti tumor bersifat jinak. Pasien dapat merundingkan
langkah pengobatan selanjutnya dengan dokter. Pengobatan
yang cocok untuk tumor jinak adalah pengangkatan melalui
prosedur bedah. Apalagi jika tumor kian membesar, mendesak
saraf dan pembuluh darah, dan menimbulkan gejala seperti
sakit kepala dan kejang-kejang. Gejala akibat tumor
cenderung berbeda, tergantung pada lokasi tumor. Tumor otak
jinak menyebabkan masalah ingatan karena tumor mengisi
ruang di dalam otak. Tumor jenis ini biasanya diangkat melalui
prosedur bedah tanpa komplikasi serius dan resiko kambuh
yang minim.
Biopsi terbuka dilaksanakan sebagai prosedur rawat jalan.
Setelah menyuntikkan anestesi lokal, dokter akan membersihkan
dan menyayat area biopsi. Sayatan ini biasanya berdiameter 1,5-
2 inchi. Kemudian, dokter memasukkan alat biopsi untuk
menggapai tumor. Sampel jaringan akan diambil dari tumor.
Terakhir, dokter akan menjahit sayatan dan membawa sampel ke
laboratorium patologi. Pasien diperbolehkan pulang di hari yang
sama. Namun, pasien disarankan tidak mengendarai atau
mengoperasikan mesin selama 24 jam karena pengaruh obat
bius. Dokter akan menjadwalkan kunjungan lanjutan untuk
membuka jahitan pasien.
4.3 Biopsi Insisional
Yaitu pengambilan sampel jaringan melalui pemotongan dengan
pisau bedah. Dengan pisau bedah, kulit disayat hingga
menemukan massa dan diambil sedikit untuk diperiksa. Teknik
suatu biopsi insisional antara lain :
a. Tentukan daerah yang akan dibiopsi.
b. Rancang garis eksisi dengan memperhatikan segi kosmetik.

26
c. Buat insisi bentuk elips dengan skalpel nomor 15.
d. Angkat tepi kulit normal dengan pengait atau pinset bergerigi
halus.
e. Teruskan insisi sampai diperoleh contoh jaringan. Sebaiknya
contoh jaringan ini jangan sampai tersentuh.
f. Tutup dengan jahitan sederhana memakai benang yang tidak
dapat diserap.

4.4 Biopsi Eksisional


Yaitu pengambilan seluruh massa yang dicurigai disertai jaringan
sehat disekitarnya. Metode ini dilakukan di bawah anestesi umum
atau lokal tergantung lokasi massa dan biasanya dilakukan bila
massa tumor kecil dan belum ada metastase. Teknik biopsi
eksisional, adalah sebagai berikut :
a. Rancang garis eksisi,

b. Sebaiknya panjang elips empat kali lebarnya.

c. Lebar maksimum ditentukan oleh elastisitas, mobilitas, serta


banyaknya kulit yang tersedia di kedua tepi sayatan.
d. Banyaknya jaringan sehat yang ikut dibuang tergantung pada
sifat lesi, yaitu:
1) Lesi jinak, seluruh tebal kulit diangkat berikut kulit sehat di
tepi lesi dengan sedikit lemak mungkin perlu dibuang agar
luka mudah dijahit.
2) Karsinoma sel basal, angkat seluruh tumor beserta paling
kurang 0.5 s/d 1 cm kulit sehat.

27
3) Karsinoma sel skuamosa, angkat seluruh tumor beserta
paling kurang 1 s/d 2 cm kulit sehat.
e. Insisi dengan skalpel nomor 15 hingga menyayat seluruh tebal
kulit.
f. Inspeksi luka dan atasi perdarahan.

g. Tutup dengan jahitan sederhana menggunakan benang yang


tidak dapat diserap.

4.5 Biopsi Jarum


Yaitu pengambilan sampel jaringan atau cairan dengan
cara disedot lewat jarum. Biasanya cara ini dilakukan dengan
bius lokal (hanya area sekitar jarum). Bisa dilakukan secara
langsung atau dibantu dengan radiologi seperti CT scan atau
USG sebagai panduan untuk membuat jarum mencapai massa
atau lokasi yang diinginkan.

28
Biopsi jarum dibagi atas FNAB (fine needle aspiration
biopsy)/BAJAH (Biopsi Aspirasi Jarum halus), dan Core biopsy.
Bila biopsi jarum menggunakan jarum berukuran besar maka
disebut core biopsy, sedangkan bila menggunakan jarum kecil
atau halus maka disebut fine needle aspiration biopsy. Biopsi
aspirasi jarum halus merupakan metode lain untuk 'diagnosis
jaringan' yaitu sebuah cara sampling sel dalam benjolan
mencurigakan atau massa. Biopsi aspirasi jarum halus sedikit
lebih cepat dan kurang invasif dari biopsi inti. Biopsi jarum halus
aspirasi tidak memerlukan banyak anestesi lokal. Seperti
dengan biopsi inti, USG atau mammographik mungkin
diperlukan untuk menemukan benjolan atau area yang akan
dijadikan sampel jika tidak dapat dengan mudah dirasakan.
Pada hampir semua tumor dapat dilakukan biopsi aspirasi, baik
yang letaknya superfisial palpable ataupun tumor yang terletak
di dalam rongga tubuh unpalpable dengan indikasi :
a. Preoperatif biopsi aspirasi pada tumor sangkaan maligna
operable. Tujuannya adalah untuk diagnosis dan
menentukan pola tindakan bedah selanjutnya.
b. Maligna inoperable. Biopsi aspirasi merupakan diagnosis
konfirmatif.
c. Diagnosis konfirmatif tumor "rekuren" dan metastasis.
d. Membedakan tumor kistik,solid dan peradangan.
e. Mengambil spesimen untuk kultur dan penelitian
Penggunaan biopsi aspirasi dalam diagnosis tumor
mempunyai dampak yang menguntungkan baik ditinjau dari segi

29
manejemen tumor, pelayanan onkologik rumah sakit maupun
bagi pasien. Namun harus disadari bahwa jangkauan sitologi
biopsi aspirasi sangat terbatas yang dapat terjadi pada keadaan
dimana luasnya invasi tumor tidak dapat ditentukan, subtipe
kanker tidak selalu dapat diidentifikasi, dan dapat terjadi negatif
palsu. Diagnosis sitologik dengan menggunakan FNAB
mempunyai nilai klinik antara lain
a. Sitologi positif / Positif Maligna : Merupakan petunjuk untuk
melakukan tindakan lebih lanjut antara lain survei
metastasis, menentukan stadium, memilih alat diagnostik
lain bila diperlukan dan mendiskusikan pola pengobatan.
b. Sitologi negatif atau kelainan jinak : Belum dapat
menyingkirkan adanya kanker; perlu dipikirkan kemungkinan
negatif palsu. Negatif palsu dapat terjadi karena kesalahan
teknis, sehingga sejumlah sel tumor tidak terdapat pada
sediaan. Bila terdapat perbedaan sitologi dan data klinik,
alternatif tindakan terbaik adalah biopsi bedah; akan tetapi,
pada kasus sitologi negatif dengan spesifikasi kelainan dan
cocok dengan gambaran klinik, maka pola pengobatan dapat
ditentukan.
c. Sitologi suspek / mencurigakan maligna : Mungkin
memerlukan pemeriksaan lain sebelum pengobatan antara
lain pemeriksaan potongan bekuataupun sitologi imprint atau
kerokan durante operasionam.
d. Inkonklusif (tidak dapat diinterpretasikan) : Dapat terjadi
karena kesalahan teknik atau karena situasi tumor, misalnya
mudah berdarah, reaksi jaringan ikat banyak atau tumor
terlalu kecil, sehingga sulit memperoleh sel tumor. Dalam
praktek, sitologi inkonklusif meningkatkan negatif palsu.
Tindakan core biopsi adalah prosedur dimana jarum
melewati kulit untuk mengambil sampel jaringan dari
suatu massa atau benjolan. Jaringan tersebut kemudian

30
diperiksa dibawah mikroskop untuk setiap kelainan. Core
Biopsi dapat dilakukan ketika sebuah benjolan mencurigakan
ditemukan, misalnya benjolan payudara atau pembesaran
kelenjar getah bening, atau jika suatu kelainan terdeteksi pada
tes pencitraan seperti x-ray , USG atau mamografi. Core biopsi
merupakan prosedur lebih invasif daripada biopsi aspirasi
jarum halus, karena menggunakan bius lokal. Namun, lebih
cepat dan kurang invasif daripada biopsi bedah. Dalam
beberapa kasus, hasil biopsi inti akan mencegah tindakan
operasi.Sedangkan untuk tehnik suatu tindakan Core Biopsi
dijelaskan sebagai berikut dimana lebih awal dilakukan tindakan
dengan menggunakan anestesi lokal di mana jarum
dimasukkan. Sebuah sayatan kecil (dipotong) dibuat dalam kulit
diatas benjolan, dan jarum dimasukkan melalui insisi. Ketika
ujung jarum berada di daerah yang akan diperiksa, jarum
cekung yang didesain khusus digunakan untuk mengumpulkan
sampel sel-sel yang hadir. Ini ditampilkan dalam diagram di
bawah ini. Jarum kemudian ditarik, dan sampel yang
diekstraksi. Hal ini dapat diulang sampai 5 kali, sampai sebuah
sampel yang cukup telah dikumpulkan.

31
ANESTESI
(ANESTESI INTRAVENA/TIVA & ANESTESI LOKAL)

A. ANESTESI INTRAVENA (TIVA)


1. DEFINISI
Anestesi intravena (TIVA) merupakan suatu teknik yang
dirancang untuk menginduksi dan mempertahankan anastesi
umum dengan hanya menggunakan obat-obat anastesi yang
dimasukkan lewat jalur intravena (Boulton & Blogg, 1994). TIVA
(Total Intravenous Anesthesia) digunakan untuk ketiga trias
anastesi yaitu hipnotik, analgetik, dan relaksasi otot. TIVA
merupakan salah satu jenis anestesi umum yang meniadakan nyeri
secara sentral disertai hilangnya kesadaran yang bersifat
reversible. Pada pasien diatas pembedahan dilakukan dengan
general anestesi intravena, intermitten balance, tanpa intubasi,
napas spontan dengan bantuan kanul oksigen (Anonim, 2011).
2. INDIKASI
TIVA dalam prakteknya sehari-hari digunakan sebagai :
a) Obat induksi anastesi umum
b) Obat tunggal untuk anastesi pembedahan singkat
c) Tambahan untuk obat inhalasi yang kurang kuat
d) Obat tambahan anastesi regional
e) Menghilangkan keadaan patologis akibat rangsangan SSP
3. KELEBIHAN
a) Dapat dikombinasikan atau terpisah dan dapat dititrasi dalam
dosis yang lebih akurat dalam pemakaiannya.
b) Tidak mengganggu jalan nafas pada pasien

32
c) Mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat serta mesin
anestesi khusus.

4. CARA PEMBERIAN
a) Suntikan tunggal, untuk operasi singkat
Contoh : cabut gigi
b) Suntikan berulang sesuai dengan kebutuhan
Contoh : kuretase
c) Diteteskan lewat infus dengan tujuan menambah kekuatan
anestesi
5. JENIS OBAT YANG DIBERIKAN

1.
GOLONGAN BARBITURAT
Pentothal/ Thiopenthal Sodium/ Penthio Barbital/ Thiopenton
Obat ini tersedia dalam bentuk serbuk higroskopis, bersifat basa, berbau
belerang,
larut dalam air dan alcohol.Penggunaannya sebagai obat induksi,
suplementasi dari
anastesi regional, antikonvulsan, pengurangan dari peningkatan TIK,
proteksi
serebral.Metabolismenya di hepar dan di ekskresi lewat ginjal.
Onset
: 20-30 detik
Durasi
: 20-30 menit
Dosis
:

Induksi iv
: 305 mg/Kg BB, anak 5-6 mg/Kg BB, bayi 7-8 mg/kg BB

Suplementasi anastesi : iv 0,5-1 mg/kg BB

33
Induksi rectal : 25 mg/ kg BB

Antikonvulsan : iv 1-4 mg/kg BB


Efek samping obat
:

Sistem kardiovaskuler
-
Depresi otot jantung
-
Vasodilatasi perifer
-
Turunnya curah jantung

Sistem pernapasan, menyebabkan depresi saluran pernapasan

konsentrasi
otak mencapai puncak

apnea

Dapat menembus barier plasenta dan sedikit terdapat dalam ASI

Sedikit mengurangi aliran darah ke hepar

Meningkatkan sekresi ADH (efek hilang setelah pemberian dihentikan)

Pemulihan kesadaran pada orang tua lebih lama dibandingkan pada


dewasa
muda

34

Menyebabkan mual, muntah, dan salivasi

Menyebabkan trombophlebitis, nekrosis, dan gangren


Kontraindikasi :

Alergi barbiturat

Status ashmatikus

Porphyria

Pericarditis constriktiva

Tidak adanya vena yang digunakan untuk menyuntik

Syok

Anak usia < 4 th (depresi saluran pernapasan)


2.
GOLONGAN BENZODIAZEPIN
Obat ini dapat dipakai sebagai trasqualiser, hipnotik, maupun
sedative.Selain itu obat
ini mempunyai efek antikonvulsi dan efek amnesia.
Obat-obat pada golongan ini sering digunakan sebagai :
a.
Obat induksi
b.
Hipnotik pada balance anastesi
c.

35
Untuk tindakan kardioversi
d.
Antikonvulsi
e.
Sebagai sedasi pada anastesi regional, local atau tindakan diagnostic
f.
Mengurangi halusinasi pada pemakaian ketamin
g.
Untuk premedikasi
a.
Diazepam
Karena tidak larut air, maka obat ini dilarutkan dalam pelarut organic
(propilen
glikol dan sodium benzoate).Karena itu obat ini bersifat asam dan
menimbulkan
rasa sakit ketika disuntikan, trombhosis, phlebitis apabila disuntikan pada
vena
kecil.Obat ini dimetabolisme di hepar dan diekskresikan melalui ginjal.
Obat ini dapat menurunkan tekanan darah arteri.Karena itu, obat ini
digunakan
untuk induksi dan supplement pada pasien dengan gangguan jantung
berat
Diazepam biasanya digunakan sebagai obat premedikasi, amnesia,
sedative, obat
induksi, relaksan otot rangka, antikonvulsan, pengobatan penarikan
alcohol akut
dan serangan panic.
Awitan aksi
: iv< 2 menit, rectal < 10 menit,
oral 15 menit-1 jam
Lama aksi

36
: iv 15 menit- 1 jam, PO 2-6 jam
Dosis
:

Premedikasi : iv/im/po/rectal 2-10 mg

Sedasi : 0,04-0,2 mg/kg BB

Induksi : iv 0,3-0,6 mg/kg

Antikonvulsan : iv 0,05-0,2 mg/kg BB setiap 5-10 menit dosis maksimal 30


mg, PO/rectal 2-10 mg 2-4 kali sehari
Efek samping obat
:

Menyebabkan bradikardi dan hipotensi

Depresi pernapasan

Mengantuk, ataksia, kebingungan, depresi,

Inkontinensia

Ruam kulit

DVT, phlebitis pada tempat suntikan


b.
Midazolam
Obat ini mempunyai efek ansiolitik, sedative, anti konvulsif, dan
anteretrogad

37
amnesia. Durasi kerjanya lebih pendek dan kekuatannya 1,5-3x
diazepam.
Obat ini menembus plasenta, akan tetapi tidak didapatkan nilai APGAR
kurang
dari 7 pada neonatus.
Dosis :

Premedikasi : im 2,5-10 mg, Po 20-40 mg

Sedasi : iv 0,5-5 mg

Induksi : iv 50-350 g/kg


Efek samping obat :

Takikardi, episode vasovagal, komplek ventrikuler premature, hipotensi

Bronkospasme, laringospasme, apnea, hipoventilasi

Euphoria, agitasi, hiperaktivitas

Salvasi, muntah, rasa asam

Ruam, pruritus, hangat atau dingin pada tempat suntikan


3.
PROPOFOL
Merupakan cairan emulsi isotonic yang berwarna putih.Emulsi ini terdiri
dari gliserol,
phospatid dari telur, sodium hidroksida, minyak kedelai dan air. Obat ini
sangat larut

38
dalam lemak sehingga dapat dengan mudah menembus blood brain barier
dan
didistribusikan di otak. Propofol dimetabolisme di hepar dan ekskresikan
lewat ginjal.
Penggunaanya untuk obat induksi, pemeliharaan anastesi, pengobatan
mual muntah
dari kemoterapi
Dosis :

Sedasi : bolus, iv, 5-50 mg

Induksi : iv 2-2,5 mg/kg

Pemeliharaan : bolus iv 25-50 mg, infuse 100-200 g/kg/menit, antiemetic


iv
10 mg
Pada ibu hamil, propofol dapat menembus plasenta dan menyebabakan
depresi janin.
Pada sistem kardiovaskuler, obat ini dapat menurunkan tekanan darah
dan sedikit
menurunkan nadi. Obat ini tidak memiliki efek vagolitik, sehingga
pemberiannya bisa
menyebabkan asystole. Oleh karena itu, sebelum diberikan propofol
seharusnya
pasien diberikan obat-obatan antikolinergik. Pada pasien epilepsi, obat ini
dapat
menyebabkan kejang.
4.
KETAMIN
Obat ini mempunyai efek trias anastesi sekaligus. Pemberiannya
menyebabkan pasien

39
mengalami katalepsi, analgesic kuat, dan amnesia, akan tetapi efek
sedasinya ringan.
Pemberian ketamin dapat menyebakan mimpi buruk.
Dosis

Sedasi dan analgesia : iv 0,5-1 mg/kg BB, im/rectal 2,5-5 mg/kg BB, Po 5-
6
mg/kg BB

Induksi : iv 1-2,5 mg/kg BB, im/ rectal 5-10 mg/kg BB


Ketamin meningkatkan aliran darah ke otak, kerana itu pemberian ketamin
berbahaya
bagi orang-orang dengan tekanan intracranial yang tinggi. Pada
kardiovaskuler,
ketamin meningkatkan tekanan darah, laju jantung dan curah
jantung.Dosis tinggi
menyebabkan depresi napas.
Kontraindikasi :

Hipertensi tak terkontrol

Hipertroid

Eklampsia/ pre eklampsia

Gagal jantung

Unstable angina

Infark miokard

40

Aneurisma intracranial, thoraks dan abdomen

TIK tinggi

Perdarahan intraserebral

TIO tinggi

Trauma mata terbuka


5.
OPIOID
Opioid (morfin, petidin, fentanil, sufentanil) untuk induksi diberikan dalam
dosis
tinggi.Opioid tidak mengganggu kardiovaskulet, sehingga banyak
digunakan untuk
induks pada pasien jantung.
a.
Morfin
Penggunaanya untuk premedikasi, analgesic, anastesi, pengobatan nyeri
yang
berjaitan dengan iskemia miokard, dan dipsnea yang berkaitan dengan
kegagalan
ventrikel kiri dan edema paru.
Dosis :
Analgesic : iv 2,5-15 mg, im 2,5-20 mg, Po 10-30 mg, rectal 10-20 mg
setiap 4 jam

Induksi : iv 1 mg/kg
Awitan aksi

41
: iv< 1 menit, im 1-5 menit
Lama aksi
: 2-7 jam
Efek samping obat :

Hipotensi, hipertensi, bradikardia, aritmia

Bronkospasme, laringospasme

Penglihatan kabur, sinkop, euphoria, disforia

Retensi urin, spasme ureter

Spasme traktus biliaris, konstipasi, anoreksia, mual, muntah, penundaan


pengosongan lambung

Miosis
b.
Petidin
Penggunaannya untuk n
yeri sedang sampai berat, sebagai suplemen sedasi
sebelum pembedahan, nyeri pada infark miokardium walaupun tidak
seefektif
morfin sulfat, untuk menghilangkan ansietas pada pasien dengan dispnea
karena
acute pulmonary edema dan acute left ventricular failure.
Dosis

Oral/ IM,/SK :

42
Dewasa :

Dosis lazim 50150 mg setiap 3-4 jam jika perlu,

Injeksi intravena lambat : dewasa 1535 mg/jam.

Anak-anak oral/IM/SK : 1.11.8 mg/kg setiap 34 jam jika perlu.

Untuk sebelum pembedahan : dosis dewasa 50 100 mg IM/SK


Petidin dimetabolisme terutama di hati
Kontraindikasi

Pasien yang menggunakan trisiklik antidepresan dan MAOi. 14 hari


sebelumnya (menyebabkan koma, depresi pernapasan yang parah,
sianosis, hipotensi, hipereksitabilitas, hipertensi, sakit kepala, kejang)

Hipersensitivitas.

Pasien dengan gagal ginjal lanjut


Efek samping obat

Depresi pernapasan,

Sistem saraf : sakit kepala, gangguan penglihatan, vertigo, depresi, rasa


mengantuk, koma, eforia, disforia, lemah, agitasi, ketegangan, kejang,

Pencernaan : mual, muntah, konstipasi,

Kardiovaskular : aritmia, hipotensi postural,

43

Reproduksi, ekskresi &endokrin : retensi urin, oliguria.

Efek kolinergik : bradikardia, mulut kering, palpitasi, takikardia, tremor


otot, pergerakan yg tidak terkoordinasi, delirium atau disorintasi,
halusinasi.

Lain-lain : berkeringat, muka merah, pruritus, urtikaria, ruam kulit


Peringatan !!!
Hati-hati pada pasien dengan disfungsi hati & ginjal krn akan memperlama
kerja & efek kumulasi opiod, pasien usia lanjut, pada depresi sistem saraf
pusat yg parah, anoreksia, hiperkapnia, depresi pernapasan, aritmia,
kejang,
cedera kepala, tumor otak, asma bronchial
c.
Fentanil
Digunakan sebagai analgesic dan anastesia
Dosis :

Analgesik : iv/im 25-100 g

Induksi : iv 5-40 g/ kg BB

Suplemen anastesi : iv 2-20 g/kg BB

Anastetik tunggal : iv 50-150 g/ kg BB


Awitan aksi
: iv dalam 30 detik, im < 8 menit
Lama aksi
: iv 30-60 menit, im 1-2 jam

44
Efek samping obat :

Bradikardi, hipotensi

Depresi saluran pernapasan, apnea

Pusing, penglihatan kabur, kejang

Mual, muntah, pengosongan lambung terlambat

Miosis
Berikut contoh penggunaan teknik TIVA :
I. PROPOFOLTIVA:
1.
Premed : Pethidine 25 mg/lV atau Fentanyl 5O ug/lV
2.
Induksi
Dewasa = dosis 1.5 - 2.5 mg/kg BB/IV
Anak = dosis lebih fanggi
Manula = dosis diturunkan s/d 25 - 50%
3.
Maintenance:
Dosis 6-12 mg/kg BB/lv > Rata-rata = 8 mg/kg BB/jam atau Dosis 100 -
300 u/kg
BB/mnt/IV (kombinasi dengan short acting opioid) Dosis sedasi = 25-100
ug/kg/mnt
(rata-rata = 100 m/jam) dosis Px tertentu dapat ditambahkan opioid atau
midazolam
II. PENTHOTAL TIVA.
1.

45
Premed:
Pethidine : 25 mg/IV (dosis 0.5 mg/kg BB/IV)
Fentanyl: 1 - 2 u/kg BB/TV
.
Induksi:
Dosis Penthotal =3-5 mg/kg BB/IV
Maintanance : 1 mg/kgBB D.
III KETAMIN TIVA
Efek ketamin pada Air Way:
1.
Kekakuan otot dan gerakan tidak beraturan (bila terjadi pada otot rahang
>
gangguan pada Air Way / Obstruksi)
2.
Hipersalivasi
3.
Mual / Muntah
4.
Pemberian cepat > henti napas
Pada induksi dengan ketamin reflex muntah masih (+) ~> hati-hati waktu
itubasi
Premed:
,- SA (untuk melawan Hipersekresi)
-
Benzodiasephine (untuk melawan Emergency Delirium )
Induksi:
-
Ketamin (Dosis 1-2 mg/kg BB/IV)1 pelan (> 60 dtk)
Maintenance:
- Bolus = Ketamin dengan dosis % doss induksi. Diberikan tiap : 7 -10
menit

46
- Drips Ketamin dengan dosis : 2-4 mg/kg BB/jam
- Stiringe Pump Ketamin : 2-4 mg/kg BB/Jam

B. ANESTESI LOKAL
1. DEFINISI
2. INDIKASI
3. KELEBIHAN
4. CARA PEMBERIAN
5. JENIS OBAT YANG DIBERIKAN

47

Anda mungkin juga menyukai