Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang
serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot,
tendon, jaringan ikat, lemak dan jaringan synovial (jaringan di sekitar persendian).
Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh, tetapi dalam artian
khusus tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma. Secara klinis, tumor
dibedakan atas golongan neoplasma dan nonneoplasma misalnya kista, akibat reaksi
radang atau hipertrofi.
Tumor jaringan lunak dapat terjadi di seluruh bagian tubuh mulai dari ujung
kepala sampai ujung kaki. Tumor jaringan lunak ini ada yang jinak dan ada yang ganas.
Tumor ganas atau kanker pada jaringan lunak dikenal sebagai sarcoma jaringan lunak
atau Soft Tissue Sarcoma (STS).
Kanker jaringan lunak termasuk kanker yang jarang ditemukan, insidensnya
hanya sekitar 1% dari seluruh keganasan yang ditemukan pada orang dewasa dan 7-
15% dari seluruh keganasan pada anak. Bisa ditemukan pada semua kelompok umur.
Pada anak-anak paling sering pada umur sekitar 4 tahun dan pada orang dewasa paling
banyak pada umur 45-50 tahun.
Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada anggota gerak bawah yaitu
sebesar 46% di mana 75% ada diatas lutut terutama di daerah paha. Di anggota gerak
atas mulai dari lengan atas, lengan bawah hingga telapak tangan sekitar 13%. 30% di
tubuh bagian luar maupun dalam, seperti pada dinding perut, dan juga pada jaringan
lunak dalam perut maupun dekat ginjal atau yang disebut daerah retroperitoneum. Pada
daerah kepala dan leher sekitar 9% dan 1% di tempat lainnya, antara lain di dada.
Dari data yang diperoleh di ruangan rawat inap bedah RSUD selasih dalam 5
bulan terakhir, didapat 10 penyakit terbanyak yang salah satunya adalah tumor.

1
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka kami kelompok 1 sangat tertarik untuk
mengangkat kasus tumor terutama tumor jaringan lunak.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman, agar mahasiswa mengetahui tentang tumor jaringan lunak
khususnya di area glutea serta mampu melakukan pengkajian dan
merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan tumor di glutea.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penyusunan laporan ini adalah untuk:
Mengetahui konsep dasar tentang tumor jaringan lunak di glutea mulai
dari :
- Pengertian tumor jaringan lunak di region glutea
- Klasifikasi tumor
- Etiologi
- Patofisiologi (WOC)
- Manifestasi klinik
- Pemeriksaan diagnostic
- Komplikasi
- Penanganan
Mengetahui tentang Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Tumor
Jaringan Lunak di Glutea

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR
1. Defenisi
Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta
organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon,
jaringan ikat, lemak dan jaringan synovial (jaringan di sekitar persendian ikat, lemak dan
jaringan synovial (jaringan di sekitar persendian) (Adhiyaksa, 2015).
Tumor adalah : merupakan kumpulan sel abdormal yang terbentuk oleh
sel-sel yang tumbuh terus menerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan
jaringan disekitarnya serta tidak berguna bagi tubuh. (Kusuma, Budi 2001)
Tumor (neoplasma) adalah suatu jaringan yang terbentuk ketika sel-sel
tubuh membelah dan tumbuh secara berlebihan di dalam tubuh. Normalnya,
pertumbuhan dan pembelahan sel sangat teratur, dimana sel-sel baru akan
diciptakan untuk menggantikan sel yang sudah tua atau untuk menggantikan
fungsinya. Sel yang rusak atau tidak diperlukan akan mati untuk memberikan ruang
kosong bagi sel pengganti baru yang sehat. Jika keseimbangan pertumbuhan sel
dan kematian terganggu, tumor bisa terbentuk (Fitri, 2014).
Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh, tetapi
dalam artian khusus tumor adalah benjolan yang yang disebabkan oleh neoplasma.
Secara klinis, tumor dibedakan atas golongan neoplasma dan nonneoplasma
misalnya kista, akibat reaksi radang atau hipertrofi. Tumor jaringan lunak atau Soft
Tissue Tumor (STT) adalah suatu benjolan atau pembengkakan abnormal yang
disebabkan pertumbuhan sel baru. Tumor jaringan lunak dapat terjadi di seluruh
bagian tubuh mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki (Adhiyaksa, 2015).
Gluteus adalah salah satu dari tiga otot besar pada pantat. Gluteus
maximus adalah otot terbesar dalam tubuh manusia yang membentuk sebagian
dari bokong/pantat. Otot ini besar dan kuat karena memiliki pekerjaan menjaga
batang tubuh dalam posisi tegak. Ini adalah otot antigravitasi utama yang

3
membantu kita berjalan menaiki tangga. Selain gluteus maximus, ada dua otot
gluteal lain yang disebut gluteus medius dan gluteus minimus (Anonim, 2016).
kesimpulan bahwa tumor gluteus adalah benjolan yang abnormal atau yang
tumbuh secara berlebihan/abnormal yang berada di salah satu dari tiga otot besar
pada bokong/pantat.

2. Klasifikasi
Jika dibedakan dari jenis pertumbuhannya, tumor digolongkan menjadi tumor jinak
(benigna) dan tumor ganas (maligna).
2.1 Tumor Jinak
Tumor jinak adalah pertumbuhan sel tidak normal tetapi tidak
menyerang jaringan yang berdekatan, tumbuh lambat, dan tidak berbahaya.
Tumor jinak dikatakan berbahaya apabila pertumbuhannya semakin lama
menekan jaringan darah atau saraf.
Penyebab dari tumor jinak tidak diketahui sampai saat ini, namun
perkembangan dari tumor jinak diketahui mempunyai kaitannya dengan
beberapa faktor berikut ini.
a) Genetik atau faktor keturunan.
b) Faktor lingkungan seperti paparan (terekspos) dengan sinar radiasi.
c) Diet. Asupan makanan yang tidak teratur, kurangnya asupan sayur dan
buah dapat menjadi salah satu pemicu terjadinya tumor jinak di dalam
tubuh.
d) Stres. Adanya peningkatan kadar stres dapat memicu terjadinya tumor
jinak di berbagai bagian dari tubuh.
e) Trauma atau luka. Trauma atau luka pada tubuh yang tidak ditangani
dengan baik akan memicu terjadinya tumor jinak.
Pertumbuhan abnormal pada berbagai jenis jaringan juga
mempengaruhi jenis neoplasia tertentu yang terbentuk. Jenis tumor jinak yang
paling umum meliputi:

4
a) Lipoma Neoplasma jinak yang berasal dari sel lemak dan paling sering
terjadi pada leher, bahu, lengan, dan punggung; tumor ini sering
diturunkan tetapi juga dapat muncul akibat dari cedera sebelumnya.
Tumbuh lambat dan berbentuk lembut, bulat, serta dapat bergerak
b) Adenoma Neoplasma jinak yang berasal dari kelenjar atau jaringan pada
kelenjar, yang paling umum adalah tumor pada kelenjar tiroid
c) Hemangioma Neoplasma jinak yang berasal dari penumpukan
pembuluh darah
d) Fibroma Neoplasma jinak yang berasal dari jaringan ikat atau serat
Meskipun sebagian besar tumor (neoplasma) ditandai oleh proliferasi
jaringan abnormal, beberapa mungkin muncul dalam bentuk lain, seperti kista
sebasea, radang kelenjar, hematoma, hamartoma, choristoma, jaringan
nekrotik, granuloma, dan keloid.
Pada sebagian besar kasus yang ada, penanganan tumor jinak tidak
membutuhkan penanganan yang serius. Yang biasanya dilakukan oleh dokter
adalah melakukan pengamatan pada benjolan saja, dan melihat apakah
benjolan tersebut menyebabkan gangguan lain di dalam tubuh.
Jika pertumbuhan tumor tersebut sudah mengganggu fungsi tubuh
maka penanganan tumor jinak adalah dengan cara operasi. Tujuan dari operasi
adalah mengambil tumor dari tubuh tanpa merusak jaringan yang ada di sekitar
tumor.

2.2 Tumor Ganas (kanker)


Tumor ganas disebut juga kanker. Munculnya benjolan sering
dianggap sebagai gejala penyakit kanker. Kanker adalah penyakit akibat
pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh normal yang berubah
menjadi sel kanker dan mempunyai sifat tumbuh secara cepat. Penyakit ini

5
memiliki potensi untuk menyerang dan merusak jaringan yang berdekatan.
Kondisi ini dalam istilah medis dinamakan metastasis.

3. Etiologi
Tumor jaringan lunak dapat disebabkan antara lain oleh:
a) Kondisi genetik
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi
untuk beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang abnormal,
bahwa gen memiliki peran penting dalam diagnosis.
b) Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang
mendorong transformasi neoplastik.
c) Lingkungan karsinogen
Sebuah hubungan antara eksposur ke berbagai karsinogen dan setelah itu
dilaporkan meningkatnya insiden tumor jaringan lunak.
b) Infeksi
Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga akan
meningkatkan kemungkinan tumor jaringan lunak.
c) Trauma
Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya kebetulan.
Trauma mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.

4. Patofisiologi (Pathway/Woc)
Perubahan yang terjadi pada sel, terutama disebabkan oleh virus, polusi
udara, makanan, radiasi, dan bahan kimia, baik bahan kimia yang ditambahkan
pada makanan, maupun bahan kimia yang berasal dari polusi. Perubahan ini
merugikan proses pembelahan sel dan sebaliknya menguntungkan proses mutasi.
Resiko terjadinya mutasi akan semakin bertambah seiring dengan pertambahan
usia, hal ini dikarenakan tubuh seseorang yang semakin berumur bekerja tak

6
seoptimal dulu. Inilah yang dengan mudah bisa memicu terjadinya kesalahan pada
pembelahan sel.
Satu kesalahan saja yang terjadi dalam gen bisa menyebabkan tubuh tak lagi
bisa memproduksi zat putih telur atau protein penting. Akibatnya, ini akan
memungkinkan terjadinya perubahan struktur gen dalam skala ringan. Meski
perubahan yang terjadi hanya dalam skala ringan, hal ini sudah bisa menyebabkan
sel tak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Perubahan gen yang paling berbahaya
adalah jika perubahan tersebut menimpa gen dan protein yang bertugas mengontrol
pertumbuhan sel-sel. Akibatnya, dalam keadaan tertentu siklus sel-sel bisa keluar
jalur, sehingga sel-sel tersebut mengalami degradasi atau kemunduran.
Sel-sel yang gennya telah mengalami perubahan tersebut bisa berubah
menjadi sel-sel tumor. Sel-sel tumor ini tumbuh sendiri tanpa perintah dan bisa
membelah tanpa kontrol. Jika sel-sel yang rusak ini berkembang biak, tapi tetap
tinggal di satu tempat maka sel-sel ini akan menjadi tumor baik (jinak) yang bisa
dengan mudah diangkat melalui sebuah operasi. Akan tetapi, jika sel-sel dari tumor
tersebut pecah kemudian menyebar ke tempat lain dalam tubuh lalu berkembang
biak disana (metastasis), maka sel-sel tersebut telah berubah menjadi sel-sel tumor
jahat (ganas). Benjolan kanker yang baru timbul tersebut akan memicu terjadinya
pembentukan pembuluh darah baru disekeliling benjolan. Dari pembuluh darah
inilah tumor mendapat makanan, sehingga tumor yang terletak di tempat-tempat
terpencil dalam tubuh pun bisa tumbuh. (Osterath, 2014)

7
PATHWAY/WOC

Kondisi genetik, Radiasi, Infeksi, Trauma

Sel tumor menginvasi jaringan lunak

Terbentuknya benjolan (tumor) di salah satu dari tiga otot besar pada pantat

Tumor jaringan lunak di glutea

Pre Operasi Post Operasi

Adanya Inflamasi
Menstimulasi respon nyeri
Adanya luka bekas operasi

Perubahan Fisik Merangsang BPH


Perawatan luka
tidak baik RESIKO
RESIKO INFEKSI
INFEKSI
Anatomi kulit yang abnormal
Saraf Afferen
Peradangan pada
Kurangnya pengetahuan kulit
Medulla Spinalis

Bercak-bercak merah
CEMAS / Thalamus
ANSIETAS

KERUSAKAN Korteks Serebri


INTEGRITAS KULIT
Saraf Efferen

NYERI

8
5. Manifestasi Klinik
Gejala dan tanda tumor jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada lokasi
dimana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan dibawah
kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang
biasanya terjadi akibat pendarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena
adanya penekanan pada saraf-saraf tepi. Tumor jinak jaringan lunak biasanya
tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila diraba terasa lunak dan bila tumor
digerakan relatif masih mudah digerakan dari jaringan di sekitarnya dan tidak
pernah menyebar ke tempat jauh (Adhiyaksa, 2015).

6. Pemeriksaan Diagnostik
Metode diagnosis yang paling umum selain pemeriksaan klinis adalah
pemeriksaan biopsi, bisa dapat dengan biopsi aspirasi jarum halus (FNAB) atau
biopsi dari jaringan tumor langsung berupa biopsi insisi yaitu biopsi dengan
mengambil jaringan tumor sebagian sebagai contoh bila ukuran tumornya besar.
Bila ukuran tumor kecil, dapat dilakukan biopsi dengan pengangkatan seluruh
tumor. Jaringan hasil biopsi diperiksa oleh ahli patologi anatomi dan dapat
diketahui apakah tumor jaringan lunak itu jinak atau ganas. Bila jinak maka cukup
hanya benjolannya saja yang diangkat, tetapi bila ganas setalah dilakukan
pengangkatan benjolan dilanjutkan dengan penggunaan radioterapi dan
kemoterapi. Bila ganas, dapat juga dilihat dan ditentukan jenis subtipe histologis
tumor tersebut, yang sangat berguna untuk menentukan tindakan selanjutnya
(Kaharu, 2016).

7. Komplikasi
1. Penekanan pada jaringan sekitar (pembuluh saraf, otot dan pembuluh darah)
2. Infeksi
3. Ulkus

9
8. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medik
a. Bedah
Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah mencapai
angka keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan bedah ini bertujuan
untuk mengangkat tumor atau benjolan tersebut.
b. Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat kimia
untuk membunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini berfungsi untuk
menghambat pertumbuhan kerja sel tumor.
Pada saat sekarang, sebagian besar penyakit yang berhubungan dengan tumor
dan kanker dirawat menggunakan cara kemoterapi ini.
c. Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber dari
radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupankan terapi tunggal. Tapi
terkadang dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi pembedahan.
2. Penatalaksanaan Keperawaatan
a. Perhatikan kebersihan luka pada pasien
b. Perawatan luka pada pasien
c. Pemberian obat
d. Amati ada atau tidaknya komplikasi atau potensial yang akan terjadi setelah
dilakukan operasi.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1. Data klien
2. Riwayat penyakit
3. Faktor resiko
4. Pemeriksaan fisik dan lab

10
5. Pola hidup sehari hari :
- Kebutuhan nutrisi
- Eliminasi
- Personal hyiegene
Pengkajian pasien pre operatif menurut Doenges (2000), meliputi :
a) Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vaskular
perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).
b) Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; faktor-faktor stress multipel,
misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ;
stimulasi simpatis.
c) Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pankreas/DM, (predisposisi untuk
hipoglikemia/ketoasidosis); malnutrisi (termasuk obesitas); membran
mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan/periode puasa pra operasi).
d) Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
e) Keamanan
Gejala : alergi/sensitif terhadap obat, makanan, plester, dan larutan;
Defisiensi immune (peningkatan risiko infeksi sitemik dan penundaan
penyembuhan); Munculnya kanker/terapi kanker terbaru; Riwayat keluarga
tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi; Riwayat penyakit hepatik
(efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi);
Riwayat transfusi darah/reaksi transfusi.
Tanda : munculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.

11
f) Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotik, antihipertensi,
kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan,
analgesik, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang
dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alkohol (risiko akan
kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan
juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi).

2. DIAGNOSA
Pre operasi
a. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan
tindakan pembedahan yang akan dilakukan
Post Operasi
a. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi pembedahan dan proses
tindakan invasif
b. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat
tindakan pembedahan
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka post operasi
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang terpajan sumber informasi

3. INTERVENSI
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Cemas berhubungan a. Anxiety control a. Anxiety reduction
dengan kurang b. Coping (penurunan kecemasan)
pengetahuan tentang Kriteria Hasil : - Gunakan pendekatan
penyakit dan tindakan yang menenangkan

12
pembedahan yang a. Klien mampu mengidentifikasi R/ meningkatkan bhsp
akan dilakukan dan mengungkapkan gejala - Jelaskan semua
cemas prosedur dan apa yang
b. Mengidentifikasi, dirasakan selama
Ditandai dengan: mengugkapkan dan prosedur
a. Gelisah menunjukkan tehnik untuk R/ agar pasien
b. Insomnia mengontrol cemas mengetahui tujuan dan
c. Resah c. Vital sign dalam batas normal prosedur tindakan
d. Ketakutan d. Postur tubuh, ekspresi wajah, - Temani pasien untuk
e. Sedih bahasa tubuh dan tingkat memberikan keamanan
f. Fokus pada diri aktivitas menunjukkan dan mengurangi takut
g. Kekhawatiran berkurangnya kecemasan R/ mengurangi
kecemasan pasien
- Berikan informasi
faktual mengenai
diagnosis, tindakan
prognosis
R/ membantu
mengungangi tingkat
kecemasan
- Identifikasi tingkat
kecemasan
R/ mengetahui tingkat
kecemasan pasien
- Bantu pasien mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan

13
R/membantu pasien
agar lebih tenang
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
R/ membantu pasien
tenang dan nyaman
- Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
R/ cemas berkurang,
pasien merasa tenang
- Berikan obat
R/untuk mengurangi
kecemasan
2. Nyeri akut a. Pain Level a. Pain Management
berhubungan dengan b. Pain control - Lakukan pengkajian
terputusnya c. Comfort level nyeri secara
kontinuitas jaringan komprehensif termasuk
akibat tindakan Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik,
pembedahan a. Mampu mengontrol nyeri (tahu durasi, frekuensi,
Batasan Karakteristik: penyebab nyeri, mampu kualitas dan faktor
a. Laporan secara menggunakan tehnik presipitasi
verbal atau nonfarmakologi untuk R/ mengetahui tindakan
nonverbal mengurangi nyeri, mencari dan obat yang akan
b. Fakta dari bantuan) diberikan
observasi

14
c. Posisi antalgik b. Melaporkan bahwa nyeri - Observasi reaksi
(menghindari berkurang dengan nonverbal dari
nyeri) menggunakan manajemen nyeri ketidaknyamanan
d. Gerakan c. Mampu mengenali nyeri (skala, R/ mengetahui tingkat
melindungi intensitas, frekuensi dan tanda nyeri pasien
e. Tingkah laku nyeri) - Gunakan teknik
berhati-hati d. Menyatakan rasa nyaman komunikasi terapeutik
f. Muka topeng setelah nyeri berkurang untuk mengetahui
(nyeri) e. Tanda vital dalam rentang pengalaman nyeri
g. Gangguan tidur normal pasien
(mata sayu, R/membantu pasien
tampak capek, sulit mengungkapkan
atau gerakan perasaan nyerinya
kacau, - Evaluasi bersama
menyeringai) pasien dan tim
h. Terfokus pada diri kesehatan lain tentang
sendiri ketidakefektifan kontrol
i. Fokus menyempit nyeri masa lampau
(penurunan R/untuk memberikan
persepsi waktu, intervensi yang tepat
kerusakan proses - Kontrol lingkungan
berpikir, yang dapat
penurunan mempengaruhi nyeri
interaksi dengan seperti suhu ruangan,
orang lain dan pencahayaan dan
lingkungan) kebisingan

15
j. Tingkah laku R/membantu
distraksi, contoh mengurangi nyeri
jalan-jalan, pasien
menemui orang - Kurangi faktor
lain dan atau presipitasi nyeri
aktivitas berulang- R/ mengurangi nyeri
ulang pasien
k. Respon autonom - Pilih dan lakukan
(seperti penanganan nyeri
berkeringat, (farmakologi, non
perubahan tekanan farmakologi dan inter
darah, perubahan personal)
nafas, nadi dan R/ membantu
dilatasi pupil mengurangi rasa nyeri
l. Perubahan otonom pasien
dalam tonus otot - Kaji tipe dan sumber
(mungkin dalam nyeri untuk menentukan
rentang dari lemah intervensi
ke kaku) R/ memberikan
m. Tingkah laku intervensi yang tepat
ekspresif (contoh - Ajarkan tentang teknik
gelisah, merintih, non farmakologi
menangis, R/mengurangi nyeri
waspada, iritabel, dengan cara pengobatan
nafas non farmakologis
panjang/berkeluh - Berikan analgetik untuk
kesah mengurangi nyeri

16
n. Perubahan dalam R/ nyeri dapat
nafsu makan dan berkurang
minum - Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
Faktor Yang R/ nyeri terkontrol
Berhubungan : - Tingkatkan istirahat
Agen injury (biologi, R/ menguragi nyeri
kimia, fisik, b. Analgesic Administration
psikologis) - Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
R/ untuk memberikan
intervensi yang tepat
- Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
R/ benar dalam
pemberian obat
- Cek riwayat alergi Pilih
analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu

17
R/ menentukan obat
yang tidak alergi untuk
pasien
- Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
R/ memberikan obat
yang sesuai dengan
keluhan
- Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
R/ mengetahui kondisi
pasien
- Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
R/ membantu
mengurangi nyeri

3. Kerusakan integritas Tissue Integrity : Pressure ulcer prevention


kulit berhubungan Skin and Mucous Membranes a. Wound care
dengan adanya luka Wound Healing :primary and - Anjurkan pasien untuk
post operasi secondary intention menggunakan pakaian
yang longgar
R/ menjaga integritas
kulit pasien

18
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil : - Jaga kulit agar tetap
a. Gangguan pada a. Integritas kulit yang baik bisa bersih dan kering
bagian tubuh dipertahankan (sensasi, R/agar kulit tetap
b. Kerusakan lapisa elastisitas, temperatur, hidrasi, lembab
kulit (dermis) pigmentasi) - Hindari kerutan pada
c. Gangguan b. Tidak ada luka/lesi pada kulit tempat tidur
permukaan kulit c. Perfusi jaringan baik R/ menjaga integritas
(epidermis) d. Menunjukkan pemahaman kulit tetap baik
dalam proses perbaikan kulit - Mobilisasi pasien
Faktor yang dan mencegah terjadinya (ubah posisi pasien)
berhubungan : sedera berulang setiap dua jam sekali
e. Mampu melindungi kulit dan R/ membantu agar
Eksternal : mempertahankan kelembaban pasien nyaman
a. Hipertermia atau kulit dan perawatan alami - Monitor kulit akan
hipotermia f. Tidak ada tanda-tanda infeksi adanya kemerahan
b. Substansi kimia g. Menunjukkan terjadinya proses R/ mengetahui kondisi
c. Kelembaban udara penyembuhan luka integritas kulit
d. Faktor mekanik - Oleskan lotion atau
(misalnya : alat minyak/baby oil pada
yang dapat derah yang tertekan
menimbulkan luka, R/ agar kulit tetap
tekanan, restraint) terjaga tidak terjadi
e. Immobilitas fisik luka baru
f. Radiasi - Monitor aktivitas dan
g. Usia yang ekstrim mobilisasi pasien
h. Kelembaban kulit R/ membantu pasien
i. Obat-obatan agar bisa mobilisasi

19
Internal : - Monitor status nutrisi
a. Perubahan status pasien
metabolik R/ mengawasi pasien
b. Tulang menonjol agar tidak kekurangan
c. Defisit imunologi nutrisi
- Memandikan pasien
Faktor yang dengan sabun dan air
berhubungan : hangat
a. Gangguan R/mempertahankan
sirkulasi personal higyene
b. Iritasi kimia pasien
(ekskresi dan - Observasi luka :lokasi,
sekresi tubuh, dimensi, kedalaman
medikasi) luka, karakteristik,
c. Defisit warna cairan,
cairan,kerusakan granulasi, jaringan
mobilitas fisik, nekrotik, tanda-tanda
keterbatasan infeksi lokal.
pengetahuan, R/ menguragi tanda-
faktor mekanik tanda infeksi
(tekanan, gesekan) - Lakukan teknik
kurangnya nutrisi, perawatan luka dengan
radiasi, faktor steril
suhu (suhu yang R/mencegah adanya
ekstrim) infeksi

20
4. Resiko infeksi a. Immune Status a. Infection Control (Kontrol
berhubungan dengan b. Knowledge : Infection control infeksi)
luka bekas c. Risk control - Bersihkan lingkungan
pembedahan dan setelah dipakai pasien
proses tindakan Kriteria Hasil : lain
invasif a. Klien bebas dari tanda dan R/mengurangi resiko
gejala infeksi infeksi
Faktor-faktor resiko : b. Mendeskripsikan proses - Pertahankan teknik
a. Prosedur Infasif penularan penyakit, factor yang isolasi
b. Ketidakcukupan mempengaruhi penularan serta R/ menurunkan resiko
pengetahuan untuk penatalaksanaannya, kontminasi silang
menghindari c. Menunjukkan kemampuan - Batasi pengunjung bila
paparan patogen untuk mencegah timbulnya perlu
c. Trauma infeksi R/ menurunkan resiko
d. Kerusakan d. Jumlah leukosit dalam batas infeksi
jaringan dan normal - Instruksikan pada
peningkatan e. Menunjukkan perilaku hidup pengunjung untuk
paparan sehat mencuci tangan saat
lingkungan berkunjung dan setelah
e. Ruptur membran berkunjung
amnion meninggalkan pasien
f. Agen farmasi R/ mencegah terjadinya
(imunosupresan) kontaminasi silang
g. Malnutrisi - Gunakan sabun
h. Peningkatan antimikrobia untuk cuci
paparan tangan
lingkungan
patogen

21
i. Imonusupresi R/ mencegah terpajan
j. Ketidakadekuatan pada organisme
imun buatan infeksius
k. Tidak adekuat - Cuci tangan setiap
pertahanan sebelum dan sesudah
sekunder tindakan keperawatan
(penurunan Hb, R/ menurunkan resiko
Leukopenia, infeksi
penekanan respon - Pertahankan lingkungan
inflamasi) aseptik selama
l. Tidak adekuat pemasangan alat
pertahanan tubuh R/ mempertahankan
primer (kulit tidak teknik steril
utuh, trauma - Tingkatkan intake
jaringan, nutrisi
penurunan kerja R/ membantu
silia, cairan tubuh meningkatkan respon
statis, perubahan imun
sekresi pH, - Berikan terapi antibiotik
perubahan bila perlu
peristaltik) R/ mencegah terjadinya
m. Penyakit kronik infeksi
b. Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
- Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal

22
R/mengidentifikasi
keadaan umum pasien
dan luka
- Monitor hitung
granulosit, WBC
R/ mengidentfikasi
adanya infeksi
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
R/ menghindari resiko
infeksi
- Berikan perawatan kulit
pada area epidema
R/ meningkatkan
kesembuhan
- Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
R/mengetahui tingkat
kesembuhan pasien
- Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
R/ membantu
meningkatkan status
pertahanan tubuh
terhadap infeksi

23
- Ajarkan cara
menghindari infeksi
R/ mempertahankan
teknik aseptik
- Laporkan kultur positif
R/ mengetahui
terjadinya infeksi pada
luka

24
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. Y DENGAN
TUMOR JARINGAN LUNAK DI REGIO GLUTEA DEKSTRA
DI RAWAT INAP BEDAH RSUD SELASIH PANGKALAN KERINCI

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Y Umur : 35 Th
Tgl lahir : 15 april 1997 Jenis Kelamin : Laki-laki
Tgl masuk : 05 Juli 2017 Suku Bangsa : Melayu
Tgl Pengkajian : 07 Juli 2017 Dari/Rujukan : Poli Bedah
Nomor MR : 03.87.99
B. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
KELUHAN UTAMA
Pasien datang ke Poli Bedah RUSD Selasih Pangkalan Kerinci pada tanggal 05
Juli 2017 dengan keluhan ada benjolan di bokong kanan sejak 6 bln yang lalu
dan terasa nyeri saat duduk. Saat pengkajian yang dilakukan pada tanggal 07
Juli 2017 di ruang Rawat Inap Bedah, pasien sudah mendapat tindakan operasi
(Eksisi) yang telah dilaksanakan pada tanggal 06 Juli 2017. Pada saat
pengkajian pasien mengeluh nyeri pada bekas luka operasinya (bokong sebelah
kanan), nyeri seperti ditusuk-tusuk. Nyeri yang dirasakan sewaktu- waktu
dengan skala nyeri 5.

C. RIWAYAT KESEHATAN SEBELUMNYA


Klien mengatakan bahwa benjolan pada bokongnya sudah dideritanya sejak +
6 bulan yang lalu. Tetapi klien tidak berobat. Klien juga mengatakan tidak ada
riwayat penyakit infeksi seperti TBC ataupun menderita penyakit lainnya

25
dalam 6 bulan terakhir. Klien juga tidak memiliki riwayat alergi baik alergi
makanan maupun alergi obat. Klien mempunyai kebiasaan merokok

D. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA & GENOGRAM


Dalam keluarga pasien tidak ada memiliki riwayat penyakit keturunan seperti
jantung, diabetes, darah tinggi dan penyakit keturunan lainnya.

Keterangan :
/ : Meninggal - - - - - : Tinggal satu rumah
: laki-laki : garis keturunan
: perempuan : Pasien

E. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL


1. Aktivitas dan latihan
Dalam melakukan aktivitas sehari-hari selama dirawat, klien selalu dibantu
oleh orang tua klien dan perawat. Klien lebih banyak tampak di tempat
tidur. Klien juga mengatakan luka di bokognya terasa nyeri jika banyak
bergerak.
2. Kebutuhan oksigenasi
Sebelum dan saat dirawat di Rumah sakit klien tidak memiliki masalah
dengan pola nafas. Klien bernafas secara normal dengan irama pernafasan
regular, RR 20x/I dan klien tidak ada mendapat alat bantuan pernafasan.

26
3. Kebutuhan cairan, elektrolit dan keseimbangan cairan-elektrolit
Sebelum sakit/dirawat klien tidak memiliki masalah dengan pemenuhan
cairan. Pasien mengatakan minum + 7-8 gelas sehari (air putih). Kien
sesekali juga minum the manis di pagi hari.
Saat dikaji klien mengatakan sedikit berkurang dalam pemasukan cairan
(minum). Klien mengatakan minum + 5-6 gelas/hari (air putih)
4. Kebutuhan istirahat dan tidur
Sebelum sakit klien istirahat normal, 7-8 jam / 24 jam, pola tidur teratur
Saat dikaji klien mengatakan pola istirahatnya sedikit berkurang namun
tidak terlalu terganggu. Klien mengatakan istirahat tidur sedikit berkurang
akibat nyeri yang terkadang dirasakan oleh klien.
5. Kebutuhan Nutrisi
Saat dirawat klien tidak memiliki masalah dengan nutisi / pola makannya.
Klien makan 3x/hari, jumlah 1 porsi habis, jenis makanan nasi, lauk dan
sayur. Klien tidak mempunyai pantangan makanan
6. Kebutuhan eliminasi
Sebelum dirawat klien tidak memiliki masalah dengan pola eliminasi
Saat dirawat klien juga tidak memiliki masalah dengan pola eliminasi baik
BAK ataupun BAB
a. BAK : normal, klien BAK 3-4 kali/hari dengan warna kuning jernih,
tidak ada darah, bau urine khas. Kllien tidak terpasang kateter
b. BAB : saat dikaji klien baru 1x BAB sejak dari masuk sampai saat dikaji
7. Kebutuhan rasa nyaman
Sebelum dirawat klien mengatakan merasa aman dan betah untuk tinggal
dirumahnya sendiri bersama keluarga
Saat dikaji kien mengatakan kurang betah berada dirumah sakit dan
mengatakan ingin cepat pulih dan segera pulang. Kebutuhan rasa nyaman
klien juga terganggu akibat nyeri yang dirasakan pada area luka bekas

27
operasi di bokong kanan dan hal itu terasa dan mengganggu terutama ketika
klien duduk.
8. Kebutuhan kebersihan dan perawatan diri
Sebelum dirawat klien mandi 2-3 kali/hari. Gosok gigi 2x/hari dan mencuci
rambut setiap mandi.
Saat di rumah sakit pemenuhan kebersihan diri kien tidak terlalu terganggu
karena klien juga mandi 2 kali/hari dengan diseka di tempat tidur oleh
keluarga. Kien tampak sedikit rapi, rambut terlihat bersih
F. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : cukup baik namun klien masih terlihat lemah
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital
- TD : 120/70 MmHg
- T : 36,7 C
- HR : 88x/i
- RR : 22x/i
Tinggi badan : 170 cm
1. Kepala
a. Rambut
Rambut terlihat lebat, bentuk kepala normal, ukuran normal, tekstur
rambut tipis, keadaan rambut bersih, tidak terdapat ketombe dan rambut
tidak rontok
b. Mata
Tidak ada kelainan (normal), posisi bola mata simetris, pupil isokor,
sclera tidak icterik, konjungtiva tidak anemis, fungsi penglihatan baik,
reflek cahaya baik. Klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan
(kaca mata).

28
c. Hidung
Bentuk simetris, bersih, tidak terdapat perdarahan, tidak ada nyeri tekan
tekan. Fungsi penciuman bagus, tidak terdapat secret dan tidak ada
peradangan pada mukosa, tidak terdapat polip. Tidak terpasang alat
bantu seperti NGT
d. Mulut
Rongga mulut bersih, tidak terdapat lesi dan sariawan, tidak ada
perdarahan. Lidah bersih, bibir tidak pucat, tidak ada edema pada bibir
dan tidak ada gangguan pengecapan.
e. Gigi
Tidak terpasang gigi palsu, gigi bersih namun terdapat sedikit caries gigi
dan tidak terdapat peradangan pada gusi
f. Telinga
Bersih, tidak ada pembengkakan/massa, tidak terdapat perdarahan,
tidak nyeri, tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada telinga. Fungsi
pendengaran baik.

2. Leher
Bentuk simetris, warna sesuai area kulit sekitar, tidak ada pembengkakan/
pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada nyeri tekan, tidak terjadi
pembesaran kelenjar tyroid, tidak kaku kuduk, pergerakan leher normal
(bergerak kekanan dan kekiri, atas dan bawah) dan tidak ada massa.

3. Dada
a. Paru
- Inspeksi
Bentuk simetris, tidak Nampak retraksi dada, tidak tampak
penggunaan otot bantu nafas, tidak ada massa, pola nafas normal
(RR : 22x/i)

29
- Palpasi
Fokal premitus normal (tidak ada hambatan oleh secret dan
penumpukan cairan), tidak ada terdapat nyeri tekan, ekspansi paru
simetris
- Perkusi
Suara paru sonor, tidak redup
- Auskultasi
Suara paru vesikuler, tidak ada ronkhi dan wheezing
b. Jantung
- Inspeksi
Tidak terdapat sianosis dan nyeri dada, ictus cordis tampak pada
intercostal ke-5, capila refil < 3 detik
- Palpasi
Tidak teraba pembesaran jantung, tidak terdapat nyeri tekan, pulse
teraba kuat
- Perkusi
Batas-batas jantung normal, suara redup / dullnes
- Auskultasi
Bunyi jantung normal, tidak terdengar gallop (tidak terdapat bunyi
jantung tambahan)
4. Tangan
Tidak terdapat bunyi krepitasi sendi, tidak ada luka, tangan utuh, tidak
sianosis (capila refil normal < 3 detik), akral hangat, turgor baik dan elastis,
tidak ada edema. Terpasang infus NaCl 20 tts/i ditangan sebelah kiri
5. Abdomen
- Inspeksi
Turgor baik, elastis, tidak ada kelainan bantuk, tidak terdapat massa,
tidak ada ansietas dan tidak terdapat luka ataupun jaringan parut

30
- Auskultasi
Bunyi bising usus terdengar, peristaltic usus 20%
- Perkusi
Terdengar bunyi timpani
- Palpasi
Tidak terdapat pembesaran hepar dan tidak teraba benjolan/massa

6. Genetalia
Tidak dikaji, namun dari hasil wawancara kien mengatakan tidak terdapat
pembesaran pada skrotum, tidak ada luka dan bengkak di area sekitar
genetalia (tidak ada kelainan bentuk)

7. Anus
Tidak ada lesi, klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit
hemoroid/ tidak ada benjolan. Terdapat luka bekar operasi di area bokong
sebelah kanan yang telah ditutup dengan kassa.

8. Kaki
Tidak ada edema, ROM normal, tidak ada luka dan tanda-tanda infeksi,
tidak sianosis, bentuk kaki normal, jumlah jari normal, reflek normal

9. Punggung
Tidak ada terdapat fraktur, bentuk punggung normal, tidak ditemukan
decubitus dan tanda-tanda infeksi

10. Neurologi
GCS 15, orientasi baik, bicara baik (tidak ada gangguan bicara penciuman
dan pengecapan normal. Reflek menelan baik, tidak ada kejang.

31
G. PEMERIKSAAN PSIKOSOSIAL
- Klien percaya ia akan segera sembuh dari penyakitnya dank lien menerima
dengan kondisi yang dialaminya sekarang. Emosi klien stabil, hanya klien
merasa sedikit tidak betah berada lama-lama dirumah sakit. Namun ia dapat
beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit.
- Hubungan klien dengan orang tua dan saudaranya cukup baik, selama di
rumah sakit klien tampak dijaga oleh orang tua dan saudara kandungnya.
Klien selalu memperhatikan pada saat berbicara dengan lawan bicaranya.
Dalam keseharian klien menggunakan bahasa melayu.

H. PENGKAJIAN NYERI
KATEGORI PERTANYAAN JAWABAN
PROVOKATIF/ - Apa yang menjadi pencetus? - Nyeri timbul akibat luka
PALIATIF memperberat timbulnya sayatan/ luka post operasi
P nyeri ?
- Apa yang dapat meredakan - Pemberian obat
nyeri ?
QUALITY - Seberapa Berat Keluhan - Sedang karena perlu
Nyeri Terasa? analgesic injeksi
Q
- Bagaimana rasanya? - Seperti tertusuk-tusuk
- Seberapa sering terjadinya? - Sewaktu-waktu
- Diman lokasi keluhan nyeri - Perut bagian bawah kanan
tersebut
REGION/ dirasakan/ditemukan?
R
RADIATION - Apakah nyerinya menyebar? - Nyeri tidak menyebar
- Menyebar ke adaerah tubuh
bagian mana?

32
Seberapa berat nyeri yang Skala 5 : Nyeri sedang
dirasakan ?
S SUVERITY Menggunakan Numerik Ranting
Scale, Wong Bacer Face, Flacc,
Cries, atau Comfort Pain Scale
Kapan keluhan nyeri tersebut - Nyeri ditemukan atau
mulai ditemukan/dirasakan? dirasakan pasien 1 hari
Seberapa sering keluhatan sebelum pasien masuk
tersebut dirasakan/terjadi? rumah sakit (sebelum
Apakah terjadi secara mendadak operasi)
T TIMING atau bertahap? - Awal nyeri, nyeri yang
Akut atau kronik? dirasakan sering dating
apalagi ketika pasien
berjalan
- Nyeri bertahap
- Nyeri akut

SKALA NYERI BERDASARKAN EKSPRESI WAJAH


Nyeri : Tidak Ya

Ket :
Wajah 1: Tersenyum karena tidak merasa sakit sama sekali.
Wajah 2: Sakit hanya sedikit.
Wajah 3: Sedikit lebih sakit.
Wajah 4: Jauh lebih sakit.
Wajah 5: Jauh lebih sakit banget.
Wajah 6: Sangat sakit luar biasa hingga pasien menangis

33
Pengelompokan nyeri :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan, (masih bisa ditahan, aktifitas tak terganggu, analgetik oral)
4-7 : Nyeri sedang, (menganggu aktivitas fisik, perlu analgesic injeksi)
8-10 : Nyeri berat, (tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri, konsul Tim nyeri)
Skore nyeri : 5 (Nyeri sedang)
Keterangan :
Pada Skala 1 (Sangat Ringan / Very Mild)
Rasa nyeri hampir tak terasa. Sangat ringan, seperti gigitan nyamuk. Sebagian besar
waktu Anda tidak pernah berpikir tentang rasa sakit.
Pada Skala 2 (Tidak Nyaman / Discomforting)
Nyeri ringan, seperti cubitan ringan pada kulit. Mengganggu dan mungkin memiliki
kedutan kuat sesekali. Reaksi ini berbeda-beda untuk setiap orang.
Pada Skala 3 (Bisa Ditoleransi / Tolerable)
Rasa nyeri sangat terasa, seperti pukulan ke hidung menyebabkan hidung berdarah,
atau suntikan oleh dokter. Nyeri terlihat dan mengganggu, namun Anda masih bisa
bereaksi untuk beradaptasi.
Pada Skala 4 (Menyedihkan / Distressing)
Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa sakit dari sengatan lebah. Jika
Anda sedang melakukan suatu kegiatan, rasa itu masih dapat diabaikan untuk jangka
waktu tertentu, tapi masih mengganggu. Misalnya, saat anda sakit gigi, jika
dipaksakan, anda masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari, tapi itu cukup
mengganggu.
Pada Skala 5 (Sangat Menyedihkan / Very Distressing)
Rasa nyeri yang kKuat, dalam, nyeri yang menusuk, seperti pergelangan kaki terkilir.
Rasa sakit nyerinya tidak dapat diabaikan selama lebih dari beberapa menit, tetapi
dengan usaha Anda masih dapat mengatur untuk bekerja atau berpartisipasi dalam
beberapa kegiatan sosial.

34
Pada Skala 6 (Intens)
Rasa nyeri yang kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga tampaknya
cenderung mempengaruhi sebagian indra Anda, menyebabkan tidak fokus,
komunikasi terganggu. Nyeri cukup kuat yang mengganggu aktivitas normal sehari-
hari. Kesulitan berkonsentrasi.
Pada Skala 7 (Sangat Intens)
Sama seperti nomor 6, kecuali bahwa rasa sakit benar-benar mendominasi indra Anda
menyebabkan tidak dapat berkomunikasi dengan baik dan tak mampu melakukan
perawatan diri. Nyeri berat yang mendominasi indra Anda dan secara signifikan
membatasi kemampuan Anda untuk melakukan aktivitas normal sehari-hari atau
mempertahankan hubungan sosial. Bahkan mengganggu tidur.
Pada Skala 8 (Sungguh Mengerikan / Excruciating)
Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak lagi dapat berpikir jernih, dan sering
mengalami perubahan kepribadian yang parah jika sakit datang dan berlangsung
lama. Aktivitas fisik sangat terbatas. Dan penyembuhan membutuhkan usaha yang
besar.
Pada Skala 9 (Menyiksa Tak Tertahankan / Unbearable)
Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak bisa mentolerirnya dan sampai-sampai
menuntut untuk segera menghilangkan rasa sakit apapun caranya, tidak peduli apa
efek samping atau risikonya. Sakit luar biasa. Tidak dapat berkomunikasi. Menangis
dan atau mengerang tak terkendali.
Pada Skala 10 (Sakit tak terbayangkan tak dapat diungkapkan)
Sakit yang tak tergambarkan (Unimaginable/Unspeakable) merupakan nyeri begitu
kuat tak sadarkan diri. Terbaring di tempat tidur dan mungkin mengigau. Kebanyakan
orang tidak pernah mengalami sakala rasa sakit ini. Karena sudah keburu pingsan
seperti mengalami kecelakaan parah, tangan hancur, dan kesadaran akan hilang
sebagai akibat dari rasa sakit yang luar biasa parah.

35
Hasil Pemeriksaan Laboratorium dan diagnostic
a. Hb : 14,4 gr/dl
b. Leucosit : 7.400 /ul
c. Trombosit : 388.000/ ul
d. Hematokrit : 43,5%
e. Waktu perdarahan : 2
f. Waktu pembekuan : 9
g. GDR : 77 gr/dl
h. HbSAg : non reaktif

Medikasi/ obat-obatan yang diberikan


Tgl 6-7 juli 2017
a. Infus / IFVD RL 18 tetes/i
b. Cefotaxim
c. Ketorolac
d. Ranitidine
Tgl 8 Juli 2017 (obat pulang)
a. Cefadroxil 2x500 mg
b. Asam mefenamat 3x500 mg

ANALISA DATA
No Data (DO/DS) Etiologi Masalah
1. Data Subjektif : Terputusnya kontinuitas Gangguan rasa
Klien mengatakan nyeri pada luka jaringan nyaman nyeri
bekas operasi (bokong sebelah
kanan) dan nyeri bertambah jika Penekanan pembuluh
pasien duduk saraf
P : luka bekas operasi

36
Q : Nyeri tekan Menstimulasi respon
R : bokong sebelah kiri nyeri
S : skala nyeri 5
T : sewaktu-waktu Inpuls nyeri masuk ke
Data Objektif : thalamus
- Pasien tampah lemah
- Sesekali tampak meringis dan NYERI
gelisah
- Skala nyeri 5
- Tampak verban di bokong
sebelah kanan, nyeri (+)
- Tanda-tanda vital
TD : 120/70 MmHg
T : 37 C
HR : 84x/I, RR : 22x/i
2. Data subjektif Luka post operasi (eksisi) Resiko infeksi
- Klien mengatakan ada luka
bekas operasi di bokong Tempat masuk
kanannya mikroorganisme
- Klien mengatakan tidak ada
demam Penanganan luka tidak
Data Objektif : baik
- Tampak ada verban di bokong
kanan Resiko infeksi
- Verban bersih, luka kering
- Post eksisi (+) hari pertama
- Leucosit : 7.400/ ul
- T : 37 C

37
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas


jaringan (luka post operasi)
b. Resiko infeksi berhubungan dengan post operasi dan penanganan luka yang
tidak benar

38
III. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnose keperawatan NOC NIC Rasional
1. Gangguan rasa nyaman : Setelah dilakukan tindakan Paint Manajement : 1. Memberikan informasi yang
nyeri berhubungan keperawatan 2x24 jam 1. Kaji riwayat nyeri, lokasi, diperlukan untuk
dengan terputusnya diharapkan masalah nyeri durasi dan intensitas nyeri merencanakan asuhan
kontinuitas jaringan (luka dapat teratasi dengan KH: 2. Untuk meningkatkan
post operasi) - Pasien mengatakan nyeri 2. Berikan pengalihan seperti kenyamanan dengan
terkontrol/hilang reposisi dan aktivitas mengalihkan perhatian klien
- Melaporkan nyeri yg menyenangkan seperti dari rasa nyeri
dialaminya berbincang-bincang, membaca
- Mendemostrasikan tekhnik buku ataupun mendengarkan
relaksasi dan pengalihan music
rasa nyeri 3. Observasi relaksasi non verbal 3. Membantu mengurangi rasa
- Mengikuti atau dari ketidaknyamanan nyeri pasien
berpartisipasi dalam 4. Ajarkan tentang teknik non
program pengobatan farmakologi (teknik relaksasi/ 4. Mengurangi rasa nyeri
nafas dalam) 5. Meningkatakan kenyamanan
5. Tingkatkan istirahat / mengurangi rasa nyeri
6. Monitor vital sigh 6. Mengetahui kondisi pasien
dan tindakan selanjutnya.

39
Analgesic Administration
7. Tentukan lokasi, 7. untuk memberikan
karakteristik, kualitas, dan intervensi yang tepat
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
8. Cek instruksi dokter tentang 8. Benar dalam pemberian
jenis obat, dosis, dan obat
frekuensi
9. Cek riwayat alergi Pilih 9. Menentukan obat yang
analgesik yang diperlukan tidak alergi untuk pasien
atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
10. Monitor vital sign sebelum 10. Mengetahui kondisi pasien
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
11. Lakukan penanganan nyeri 11. Membantu mengurangi
farmakologi (pemberian nyeri
analgesic) terutama saat nyeri

40
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan a. Infection Control (Kontrol
berhubungan dengan post keperawatan selama 2x24 jam infeksi)
operasi dan penanganan diharapkan resiko infeksi 1. Inspeksi kondisi luka/ eksisi 1. Mengetahui tingkat
luka yang tidak benar dapat diminamalkan/ tidak bedah kesembuhan pasien
terjadi dengan KH : 2. Batasi pengunjung bila perlu 2. Menurunkan resiko infeksi
- Klien mengatakan lukanya 3. Instruksikan kepada 3. Mencegah terjadinya
membaik pengunjung untuk mencuci kontaminasi silang
- Klien mengatakan tidak tangan pada saat berkunjung
merasa nyeri pada area dan setelah berkunjung
luka post operasi meninggalkan pasien
- Luka klien tampak bersih 4. Cuci tangan setiap sebelum 4. Menurunkan resiko infeksi
dan kering dan sesudah tindakan
- Tidak ada pembengkakan keperawatan
atau kemerahan diarea 5. Pertahankan lingkungan 5. Mempertahankan teknik
sekitar luka aseptik selama pemasangan steril
- Suhu tubuh normal alat
- Jumlah leucosit dalam 6. Tingkatkan intake nutrisi 6. Membantu meningkatkan
batas normal respon imun dan
mempercepat proses
penyembuhan luka

41
b. Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
- Monitor tanda dan gejala - Mengidentifikasi keadaan

infeksi sistemik dan lokal umum pasien dan luka

- Monitor laboratorium - mengidentfikasi adanya

(leucosit) infeksi

- Monitor Suhu tubuh - Untuk mengetahui kondisi


pasien
pasien
- Menghindari resiko infeksi
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
- Meningkatkan kesembuhan
- Berikan perawatan kulit
pada area epidema
- Inspeksi kondisi luka / - Mengetahui tingkat

insisi bedah kesembuhan pasien

- Instruksikan pasien untuk - Membantu meningkatkan

minum antibiotik sesuai status pertahanan tubuh

resep terhadap infeksi

- Ajarkan cara menghindari - Mempertahankan teknik

infeksi aseptic

42
IV. CATATAN PERKEMBANGAN
No Dx Tanggal & Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Nama dan TTD
1. 07 Juli 2017 - Mengkaji skala nyeri, lokasi, durasi dan S:
Jam 11.00 wib intensitas nyeri (skala 5, lokasi di - Klien mengatakan nyeri di bokong
bokong kanan bawah/luka bekas kanan bawah/luka bekas operasi,
operasi, nyeri bertambah ketika pasien nyeri bertambah ketika klien duduk
duduk dan datangnya sewaktu-waktu) dan datangnya sewaktu-waktu
- Memberikan pengalihan rasa nyeri - Klien mengatakan mengerti dengan
(seperti bercakap-cakap atau mendengar cara tekhnik nafas dalam dengan cara
music) menarik nafas dari hidung, tahan
- Mengajarkan klien tekhnik relaksasi selama 3 detik kemudian hembuskan
dengan cara menarik nafas dari hidung, perlahan melalui mulut
tahan selama 3 detik kemudian - Klien mengatakan sedikit rileks
hembuskan perlahan melalui mulut setelah melakukan teknik nafas dalam
- Memonitor vital sign O:
- Membatasi pengunjung - Skala nyeri 5
- Meningkatkan istirahat - Ekspresi wajah tampak meringis
- Memberikan obat penghilang nyeri sesuai ketika nyeri dating
instruksi dokter - Pasien sedikit gelisah
- Klien dapat mempraktekkan cara
tekhnik nafas dalam

43
- Tampak verban di bokong sebelah
kanan
- Injeksi ketorolac 30 mg diberikan
jam 12.00 wib
A : Masalah nyeri teratasi sebagian.
P:
- Kaji skala nyeri
- Monitor vital sign
- Anjurkan pasien melakukan tekhnik
nafas dalam setiap nyeri dating
- Berikan posisi yang nyaman bagi
pasien
2. 08 juli 2017 - Memonitor tanda dan gejala infeksi S :
Jam 13.00 wib sistemik dan local - Klien mengatakan ia sudah 1 hari di
- Memantau kondisi luka/ eksisi bedah operasi di area bokong kanan
- Membatasi pengunjung bila perlu - Klien mengatakan verbannya kering
- Mengajarkan kepada keluarga dan - Klien mengatakan tidak ada demam
pengunjung cara cuci tangan yang - Klien mengatakan sudah mengerti
benar tentang tekhnik cuci tangan yang
- Menginstruksikan kepada benar yang telah diajarkan
pengunjung untuk mencuci tangan

44
pada saat berkunjung dan setelah O :
berkunjung meninggalkan pasien - Keadaan umum klien baik
- Mencuci tangan setiap sebelum dan - Klien masih tampak lemah
sesudah tindakan keperawatan - Verban kering
- Mempertahankan lingkungan aseptik - Area luka tidak merah
selama pemasangan alat - TTV
- Meningkatkan intake nutrisi TD : 120/70 HR : 84x/i
- Memantau vital sign terutama suhu RR : 24x/I T : 37 C
tubuh pasien - Keluarga klien tampak
- Memberikan injeksi /terapi antibiotic mempraktekkan cara cuci tangan
sesuai order dokter yang benar
- Melakukan perawatan kulit disekitar - Klien menghabiskan porsi makan
area luka dengan benar yang telah diberikan dari rumah sakit
- Melakukan pemeriksaan dengan diet TKTP
laboratorium (leucosit) sesuai order - Pengunjung klien tampak dibatasi
dokter oleh orang tua klien
- Injeksi cefotaxime 1 gr telah
diberikan jam 10.00 wib
A : masalah infeksi tidak terjadi

45
P : Intervensi tetap dilanjutkan
- Monitor kondisi luka
- Kaji tanda-tanda adanya infeksi
- Monitor TTV terutama suhu pasien
- Lakukan perawatan luka dan
perawatan kulit sekitar luka dengan
teknik steril
- Cuci tangan sebelum dan dan
sesudah melakukan
- Pertahankan lingkungan aseptic
selama pemasangan alat
- Ingatkan kembali kepada keluarga
dan pengunjung untuk selalu mencuci
tangan pada saat berkunjung dan
setelah berkunjung meninggalkan
pasien
1. 8 juli 2017 - Mengobservasi keadaan umum pasien S:
Jam 10.00 - Mengkaji skala nyeri - Klien mengatakan nyeri sudah jarang
- Memonitor vital sign dirasakan
- Klien mengatakan nyeri timbul bila ia
duduk saja (area luka tertekan)

46
- Menganjurkan pasien utk selalu - Klien mengatakan sudah melakukan
melakukan tekhnik nafas dalam setiap teknik nafas dalam tiap nyeri datang
nyeri datang O:
- Memberikan posisi yang nyaman bagi - Keadaan umum pasien baik
pasien yang dapat meminimalkan nyeri - Skala nyeri 3
yang dirasakan - Ekspresi wajah sudah tampak rileks
- Mempertahankan istirahat yang cukup dan hanya sesekali tampak meringis
- Pasien tampak sudah tenang
- Klien dapat mempraktekkan cara
tekhnik nafas dalam
- TTV
TD : 120/70 HR : 82x/i
RR : 22x/I T : 36,6 C
- Klien sudah tampak berjalan-jalan
A : Masalah nyeri sudah teratasi /
terkontrol
P : tindakan keperawatan pasien
dihentikan (os sudah boleh pulang
oleh dokter) dan menganjurkan klien
tetap melakukan tindakan yang telah
diajarkan dirumah sakit

47
2. 8 juli 2017 - Memonitor kondisi luka S:
Jam 12.00 - Mengkaji tanda-tanda adanya infeksi - Klien mengatakan tidak ada demam
- Memantau suhu pasien - Keluarga klien mengatakan selalu
- Melakukan perawatan luka dan melakukan cuci tangan sebelum dan
perawatan kulit sekitar luka dengan sesudah kontak dengan klien
teknik steril O:
- Mencuci tangan sebelum dan dan sesudah - Keadaan umum klien baik
melakukan - Klien tampak tenang
- Mempertahankan lingkungan aseptic - Kondisi luka baik (kering)
selama pemasangan alat - Area luka tidak merah (tidak ada
- Mengingatkan kembali kepada keluarga tanda-tanda infeksi)
dan pengunjung untuk selalu mencuci - Suhu tubuh normal 36.4 C
tangan pada saat berkunjung dan setelah - Pengunjung klien tampak dibatasi
berkunjung meninggalkan pasien oleh orang tua klien
- Memberikan antibiotic cefotaxime 1 gr - Injeksi cefotaxime 1 gr telah
diberikan jam 10.00 wib
A : masalah infeksi tidak terjadi
P : Intervensi tetap dihentikan

48
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan kasus yang ada pada Tn. Y dengan post eksisi tumor jaringan lunak
di glutea kanan di ruang rawat inap RSUD Selasih, dari hasil analisa data yang didapat dari
pengkajian maka didapat 2 diagnosa yang muncul yaitu nyeri berhubungan dengan
terputusnya kontinuitas jaringan (luka post operasi) dan Resiko infeksi berhubungan
dengan post operasi dan penanganan luka yang tidak benar.
Implementasi dapat dikerjakan dengan baik sesuai dengan harapan dalam dalam
perencanaan tanpa ada kendala yang berarti, ini didukung oleh fasilitas yang mencukupi di
Rumah Sakit serta kerjasama dengan klien dan keluarga.
Hasil evaluasi dilakukan untuk mengetahui tercapainya pemecahan masalah dan
satu tindakan yang telah dilaksanakan. Dilakukan pengkajian ulang terhadap aspek yang
terkait masalah klien. Selama dalam perawatan yang penulis lakukan pada klien post
operasi tumor jaringan lunak di glutea berdasarkan hasil evaluasi maka dapat disimpulkan
bahwa semua masalah dapat teratasi.

B. SARAN
1. Dalam melakukan asuhan keperawatan diharapkan perawat harus memandang secara
menyeluruh sebagai makluk bio, psiko dan social
2. Dalam melakukan asuhan keperawatan diharapkan pada pasien agar lebih ikut
berpartisipasi dalam proses tindakan dan penyembuhan penyakit
3. Diharapkan kepada instalasi rumah sakit Umum Daerah Selasih untuk melengkapi dan
menyempurnakan sarana (fasilitas) sesuai kebutuhan termasuk juga membuka
perpustakan Rumah sakit guna meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang handal
terutama dalam peningkatan SDM khususnya di kabupaten pelalawan.
4. Bagi pihak institusi pendidikan, sebaiknya lebih banyak menyediakan buku-buku
perpustakan secara lengkap khususnya buku-buku yang berhubungan dengan medical
bedah, agar lebih meningkatkan kegiatan pembelajaran

49
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Grace, Pierce A & Borley Neil R. 2006. At a Glance Ilmi Bedah. Surabaya : Erlangga
Mansjoer, Arif dkk. 2011. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius

Sjamsuhidajat, R, Jong, W.D.(2005).Soft Tissue Tumor dalam Buku Ajar Ilmu


Bedah, Edisi 2. Jakarta : EGC

Weiss S.W.,Goldblum J.R.(2008).Soft Tissue Tumors.Fifth Edition. China : Mosby


Elsevier

Manuaba, T.W.( 2010).Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid, Peraboi 2010.


Jakarta : Sagung Seto

Smeltzer. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC

Reeves, J.C.(2001). Keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika

Price, Sylvia A. (2006).Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta :


EGC

Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


dan Nanda NIC-Noc, Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction Jogja

William & Wikins. 2012. Kapita Selekta Penyakit. Jakarta : EGC

Potter and Perry Volume 2 .2006.Fundamental Keperawatan .Jakarta:EGC

Anonim, 2012. Tumor Gluteus-Ners. http://www.scribd.com/mobile/document/338956804/


Tmor-Gluteus-Ners, dikutip tanggal 10 Juli 2017

50
KATA PENGANTAR

Limpahan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala Rahmad dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN TN. Y DENGAN TUMOR JARINGAN LUNAK DI AREA GLUTEA
DEKSTRA.

Kami selaku penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangannya dan jauh dari kesempurnaan yang disebabkan oleh keterbatasan waktu
dan kemampuan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan masukan dan kritikan dari semua pihak yang sifatnya senantiasa
membangun dan melengkapi kesempurnaan makalah ini.

Dengan selesainya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan dan partisipasi dari
semua pihak oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati kami selaku penulis
makalah menyampaikan ucapan terimah kasih dan penghargaan yang setinggi
tingginya Semoga segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada kami
selaku penulis bernilai ibadah dan mendapat imbalan serta limpahan rahmad dan
karuniah Tuhan Yang Maha Esa,Amin.

Akhir kata kiranya tersusunnya makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca terutama dalam menambah wawasan dan pengetahuan serta perkembangan
ilmu keperawatan di masa mendatang.

Pangkalan Kerinci, 08 Juli 2017

Penulis

51
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................ ii

ISI

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang ......................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan .................................................................... 2

II. TINJAUN TEORITIS

A. KONSEP DASAR

1. Defenisi Tumor ................................................................ 3

2. Klasifikasi ........................................................................ 4

3. Etiologi .............................................................................. 6

4. Patofisiologi (Pathway/WOC) ............................................ 8

5. Manifestasi Klinis .............................................................. 10

6. Pemeriksaan Diagnostik .................................................... 10

7. Kompliasi ........................................................................... 10

8. Penatalaksanaan ............................................................... 11

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian ......................................................................... 12

2. Diagnosa Keperawatan ...................................................... 12

3. Intervensi ............................................................................ 13

52
III. TINJAUAN KASUS

I. Pengkajian ........................................................................... 23

II. Analisa data ......................................................................... 35

III. Diagnose keperawatan ........................................................ 36

IV. Rencana asuhan keperawatan .............................................. 37

V. Catatan perkembangan ........................................................ 41

IV. PEMBAHASAN ............................................................................ 47

V. PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 49

B. Saran ....................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA

53
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. Y DENGAN
POST OPERASI EKSISI TUMOR DI GLUTEA DEKSTRA
DI RUANG RAWAT INAP BEDAH RSUD SELASIH

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I

1. AELVA DELIANA, S. Kep : 1641037


2. ANDI, S. Kep : 16410
3. EKA RISKI, S. Kep : 1641039
4. ENDANG SULASTRI, S. Kep : 1641040
5. EVA SUSANTI, S. Kep : 1641041
6. FITRI YATI, S. Kep : 1641042
7. IRLINA DEWI, S. Kep : 1641043
8. MARLINA, S. Kep : 1641045
9. MARLINA TATILOVA : 16410
10. MARLIANI, S. Kep : 16410
11. MURNIARTI, S. Kep : 1641047
12. NONA AIDA, S. Kep : 16410

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES TENGKU MAHARATU
PEKANBARU
2017

54
55

Anda mungkin juga menyukai