PENDAHULUAN
A. L
atar Belakang
Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang
serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah
otot, tendon, jaringan ikat, lemak dan jaringan synovial (jaringan di sekitar
persendian). Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh,
tetapi dalam artian khusus tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma.
Secara klinis, tumor dibedakan atas golongan neoplasma dan nonneoplasma misalnya
kista, akibat reaksi radang atau hipertrofi.
Tumor jaringan lunak dapat terjadi di seluruh bagian tubuh mulai dari ujung
kepala sampai ujung kaki. Tumor jaringan lunak ini ada yang jinak dan ada yang
ganas. Tumor ganas atau kanker pada jaringan lunak dikenal sebagai sarcoma
jaringan lunak atau Soft Tissue Sarcoma (STS).
Kanker jaringan lunak termasuk kanker yang jarang ditemukan, insidensnya
hanya sekitar 1% dari seluruh keganasan yang ditemukan pada orang dewasa dan
7-15% dari seluruh keganasan pada anak. Bisa ditemukan pada semua kelompok
umur. Pada anak-anak paling sering pada umur sekitar 4 tahun dan pada orang
dewasa paling banyak pada umur 45-50 tahun.
Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada anggota gerak bawah yaitu
sebesar 46% di mana 75% ada diatas lutut terutama di daerah paha. Di anggota gerak
atas mulai dari lengan atas, lengan bawah hingga telapak tangan sekitar 13%. 30% di
tubuh bagian luar maupun dalam, seperti pada dinding perut, dan juga pada jaringan
lunak dalam perut maupun dekat ginjal atau yang disebut daerah retroperitoneum.
Pada daerah kepala dan leher sekitar 9% dan 1% di tempat lainnya, antara lain di
dada.
1
Dari data yang diperoleh di ruangan rawat inap bedah RSUD selasih dalam 5
bulan terakhir, didapat 10 penyakit terbanyak yang salah satunya adalah tumor.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka kami kelompok 1 sangat tertarik untuk
mengangkat kasus tumor terutama tumor jaringan lunak.
B. T
ujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman, agar mahasiswa mengetahui tentang tumor jaringan lunak
khususnya di area glutea serta mampu melakukan pengkajian dan
merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan tumor di glutea.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penyusunan laporan ini adalah untuk:
● Mengetahui konsep dasar tentang tumor jaringan lunak di glutea mulai
dari :
- Pengertian tumor jaringan lunak di region glutea
- Klasifikasi tumor
- Etiologi
- Patofisiologi (WOC)
- Manifestasi klinik
- Pemeriksaan diagnostic
- Komplikasi
- Penanganan
● Mengetahui tentang Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Tumor
Jaringan Lunak di Glutea
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR
1. Defenisi
Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang
serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot,
tendon, jaringan ikat, lemak dan jaringan synovial (jaringan di sekitar persendian ikat,
lemak dan jaringan synovial (jaringan di sekitar persendian) (Adhiyaksa, 2015).
Tumor adalah : merupakan kumpulan sel abdormal yang terbentuk
oleh sel-sel yang tumbuh terus menerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi
dengan jaringan disekitarnya serta tidak berguna bagi tubuh. (Kusuma, Budi
2001)
Tumor (neoplasma) adalah suatu jaringan yang terbentuk ketika sel-sel
tubuh membelah dan tumbuh secara berlebihan di dalam tubuh. Normalnya,
pertumbuhan dan pembelahan sel sangat teratur, dimana sel-sel baru akan
diciptakan untuk menggantikan sel yang sudah tua atau untuk menggantikan
fungsinya. Sel yang rusak atau tidak diperlukan akan mati untuk memberikan
ruang kosong bagi sel pengganti baru yang sehat. Jika keseimbangan
pertumbuhan sel dan kematian terganggu, tumor bisa terbentuk (Fitri, 2014).
Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh, tetapi
dalam artian khusus tumor adalah benjolan yang yang disebabkan oleh
neoplasma. Secara klinis, tumor dibedakan atas golongan neoplasma dan
nonneoplasma misalnya kista, akibat reaksi radang atau hipertrofi. Tumor
jaringan lunak atau Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu benjolan atau
pembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel baru. Tumor jaringan
lunak dapat terjadi di seluruh bagian tubuh mulai dari ujung kepala sampai ujung
kaki (Adhiyaksa, 2015).
3
Gluteus adalah salah satu dari tiga otot besar pada pantat. Gluteus
maximus adalah otot terbesar dalam tubuh manusia yang membentuk sebagian
dari bokong/pantat. Otot ini besar dan kuat karena memiliki pekerjaan menjaga
batang tubuh dalam posisi tegak. Ini adalah otot antigravitasi utama yang
membantu kita berjalan menaiki tangg. Selain gluteus maximus, ada dua otot
gluteal lain yang disebut gluteus medius dan gluteus minimus (Anonim, 2016).
kesimpulan bahwa tumor gluteus adalah benjolan yang abnormal atau
yang tumbuh secara berlebihan/abnormal yang berada di salah satu dari tiga otot
besar pada bokong/pantat.
2. Klasifikasi
Jika dibedakan dari jenis pertumbuhannya, tumor digolongkan menjadi tumor
jinak (benigna) dan tumor ganas (maligna).
2.1 Tumor Jinak
Tumor jinak adalah pertumbuhan sel tidak normal tetapi tidak
menyerang jaringan yang berdekatan, tumbuh lambat, dan tidak berbahaya.
Tumor jinak dikatakan berbahaya apabila pertumbuhannya semakin lama
menekan jaringan darah atau saraf.
Penyebab dari tumor jinak tidak diketahui sampai saat ini, namun
perkembangan dari tumor jinak diketahui mempunyai kaitannya dengan
beberapa faktor berikut ini.
a) Genetik atau faktor keturunan.
b) Faktor lingkungan seperti paparan (terekspos) dengan sinar radiasi.
c) Diet. Asupan makanan yang tidak teratur, kurangnya asupan sayur dan
buah dapat menjadi salah satu pemicu terjadinya tumor jinak di dalam
tubuh.
4
d) Stres. Adanya peningkatan kadar stres dapat memicu terjadinya tumor
jinak di berbagai bagian dari tubuh.
e) Trauma atau luka. Trauma atau luka pada tubuh yang tidak ditangani
dengan baik akan memicu terjadinya tumor jinak.
Pertumbuhan abnormal pada berbagai jenis jaringan juga
mempengaruhi jenis neoplasia tertentu yang terbentuk. Jenis tumor jinak
yang paling umum meliputi:
a) Lipoma – Neoplasma jinak yang berasal dari sel lemak dan paling sering
terjadi pada leher, bahu, lengan, dan punggung; tumor ini sering
diturunkan tetapi juga dapat muncul akibat dari cedera sebelumnya.
Tumbuh lambat dan berbentuk lembut, bulat, serta dapat bergerak
d) Fibroma – Neoplasma jinak yang berasal dari jaringan ikat atau serat
Meskipun sebagian besar tumor (neoplasma) ditandai oleh
proliferasi jaringan abnormal, beberapa mungkin muncul dalam bentuk lain,
seperti kista sebasea, radang kelenjar, hematoma, hamartoma, choristoma,
jaringan nekrotik, granuloma, dan keloid.
Pada sebagian besar kasus yang ada, penanganan tumor jinak tidak
membutuhkan penanganan yang serius. Yang biasanya dilakukan oleh dokter
adalah melakukan pengamatan pada benjolan saja, dan melihat apakah
benjolan tersebut menyebabkan gangguan lain di dalam tubuh.
Jika pertumbuhan tumor tersebut sudah mengganggu fungsi tubuh
maka penanganan tumor jinak adalah dengan cara operasi. Tujuan dari
5
operasi adalah mengambil tumor dari tubuh tanpa merusak jaringan yang ada
di sekitar tumor.
2.2 Tumor Ganas (kanker)
Tumor ganas disebut juga kanker. Munculnya benjolan sering
dianggap sebagai gejala penyakit kanker. Kanker adalah penyakit akibat
pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh normal yang berubah
menjadi sel kanker dan mempunyai sifat tumbuh secara cepat. Penyakit ini
memiliki potensi untuk menyerang dan merusak jaringan yang berdekatan.
Kondisi ini dalam istilah medis dinamakan metastasis.
3. Etiologi
Tumor jaringan lunak dapat disebabkan antara lain oleh:
a) Kondisi genetik
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi
untuk beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang
abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam diagnosis.
b) Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi
yang mendorong transformasi neoplastik.
c) Lingkungan karsinogen
Sebuah hubungan antara eksposur ke berbagai karsinogen dan setelah itu
dilaporkan meningkatnya insiden tumor jaringan lunak.
b) Infeksi
Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga akan
meningkatkan kemungkinan tumor jaringan lunak.
c) Trauma
Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya kebetulan.
Trauma mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.
6
4. Patofisiologi (Pathway/Woc)
Perubahan yang terjadi pada sel, terutama disebabkan oleh virus, polusi
udara, makanan, radiasi, dan bahan kimia, baik bahan kimia yang ditambahkan
pada makanan, maupun bahan kimia yang berasal dari polusi. Perubahan ini
merugikan proses pembelahan sel dan sebaliknya menguntungkan proses mutasi.
Resiko terjadinya mutasi akan semakin bertambah seiring dengan pertambahan
usia, hal ini dikarenakan tubuh seseorang yang semakin berumur bekerja tak
seoptimal dulu. Inilah yang dengan mudah bisa memicu terjadinya kesalahan pada
pembelahan sel.
Satu kesalahan saja yang terjadi dalam gen bisa menyebabkan tubuh tak
lagi bisa memproduksi zat putih telur atau protein penting. Akibatnya, ini akan
memungkinkan terjadinya perubahan struktur gen dalam skala ringan. Meski
perubahan yang terjadi hanya dalam skala ringan, hal ini sudah bisa menyebabkan
sel tak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Perubahan gen yang paling
berbahaya adalah jika perubahan tersebut menimpa gen dan protein yang bertugas
mengontrol pertumbuhan sel-sel. Akibatnya, dalam keadaan tertentu siklus sel-sel
bisa keluar jalur, sehingga sel-sel tersebut mengalami degradasi atau kemunduran.
Sel-sel yang gennya telah mengalami perubahan tersebut bisa berubah
menjadi sel-sel tumor. Sel-sel tumor ini tumbuh sendiri tanpa perintah dan bisa
membelah tanpa kontrol. Jika sel-sel yang rusak ini berkembang biak, tapi tetap
tinggal di satu tempat maka sel-sel ini akan menjadi tumor baik (jinak) yang bisa
dengan mudah diangkat melalui sebuah operasi. Akan tetapi, jika sel-sel dari
tumor tersebut pecah kemudian menyebar ke tempat lain dalam tubuh lalu
berkembang biak disana (metastasis), maka sel-sel tersebut telah berubah menjadi
sel-sel tumor jahat (ganas). Benjolan kanker yang baru timbul tersebut akan
memicu terjadinya pembentukan pembuluh darah baru disekeliling benjolan. Dari
7
pembuluh darah inilah tumor mendapat makanan, sehingga tumor yang terletak di
tempat-tempat terpencil dalam tubuh pun bisa tumbuh. (Osterath, 2014)
WOC
Kondisi genetik, Radiasi,
Infeksi, Trauma
Gen yg banormal & mutasi gen Munculnya mutasi gen radiasi-induksi Infeksi
virus Epstein-Barr dalam tubuh
Yang mendorong tranformasi neoplastik
kekebalannya lemah
8
9
5. Manifestasi Klinik
Gejala dan tanda tumor jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada
lokasi dimana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan
dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh
sakit, yang biasanya terjadi akibat pendarahan atau nekrosis dalam tumor, dan
bisa juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi. Tumor jinak jaringan
lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila diraba terasa lunak dan
bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari jaringan di sekitarnya
dan tidak pernah menyebar ke tempat jauh (Adhiyaksa, 2015).
6. Pemeriksaan Diagnostik
Metode diagnosis yang paling umum selain pemeriksaan klinis adalah
pemeriksaan biopsi, bisa dapat dengan biopsi aspirasi jarum halus (FNAB) atau
biopsi dari jaringan tumor langsung berupa biopsi insisi yaitu biopsi dengan
mengambil jaringan tumor sebagian sebagai contoh bila ukuran tumornya besar.
Bila ukuran tumor kecil, dapat dilakukan biopsi dengan pengangkatan seluruh
tumor. Jaringan hasil biopsi diperiksa oleh ahli patologi anatomi dan dapat
diketahui apakah tumor jaringan lunak itu jinak atau ganas. Bila jinak maka cukup
hanya benjolannya saja yang diangkat, tetapi bila ganas setalah dilakukan
pengangkatan benjolan dilanjutkan dengan penggunaan radioterapi dan
kemoterapi. Bila ganas, dapat juga dilihat dan ditentukan jenis subtipe histologis
tumor tersebut, yang sangat berguna untuk menentukan tindakan selanjutnya
(Kaharu, 2016).
7. Komplikasi
1. Penekanan pada jaringan sekitar (pembuluh saraf, otot dan pembuluh darah)
2. Infeksi
10
3. Ulkus
8. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medik
a. Bedah
Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah mencapai
angka keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan bedah ini bertujuan
untuk mengangkat tumor atau benjolan tersebut.
b. Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat
kimia untuk membunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini berfungsi
untuk menghambat pertumbuhan kerja sel tumor.
Pada saat sekarang, sebagian besar penyakit yang berhubungan dengan
tumor dan kanker dirawat menggunakan cara kemoterapi ini.
c. Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber dari
radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupankan terapi tunggal. Tapi
terkadang dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi pembedahan.
2. Penatalaksanaan Keperawaatan
a. Perhatikan kebersihan luka pada pasien
b. Perawatan luka pada pasien
c. Pemberian obat
d. Amati ada atau tidaknya komplikasi atau potensial yang akan terjadi setelah
dilakukan operasi.
11
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1. Data klien : Nama, umur, pekerjaan, alamat, Agama
2. Keluhan Utama
3. Riwayat penyakit (Sekarang, Dahulu dan Keluarga)
4. Faktor resiko
5. Pemeriksaan fisik dan lab
6. Pola hidup sehari hari :
- Kebutuhan nutrisi
- Eliminasi
- Personal hyiegene
2. DIAGNOSA
Pre operasi
a. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan
tindakan pembedahan yang akan dilakukan
Post Operasi
a. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi pembedahan dan proses
tindakan invasif
b. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat
tindakan pembedahan
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka post operasi
12
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan sumber informasi
3. INTERVENSI
N Diagnosa NOC NIC
o Keperawatan
13
menunjukkan berkurangnya - Berikan informasi faktual
kecemasan mengenai diagnosis, tindakan
prognosis
R/ membantu mengungangi
tingkat kecemasan
- Identifikasi tingkat
kecemasan
R/ mengetahui tingkat
kecemasan pasien
- Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
R/membantu pasien agar
lebih tenang
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
R/ membantu pasien tenang
dan nyaman
- Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
R/ cemas berkurang, pasien
merasa tenang
- Berikan obat
R/untuk mengurangi
kecemasan
14
2. Nyeri akut berhubungan a. Pain Level a. Pain Management
dengan terputusnya b. Pain control - Lakukan pengkajian nyeri
kontinuitas jaringan c. Comfort level secara komprehensif termasuk
akibat tindakan lokasi, karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil :
pembedahan frekuensi, kualitas dan faktor
a. Mampu mengontrol nyeri
Batasan Karakteristik: presipitasi
(tahu penyebab nyeri,
a. Laporan secara R/ mengetahui tindakan dan
mampu menggunakan
verbal atau obat yang akan diberikan
tehnik nonfarmakologi
nonverbal - Observasi reaksi nonverbal
untuk mengurangi nyeri,
b. Fakta dari observasi dari ketidaknyamanan
mencari bantuan)
c. Posisi antalgik R/ mengetahui tingkat nyeri
b. Melaporkan bahwa nyeri
(menghindari nyeri) pasien
berkurang dengan
d. Gerakan melindungi - Gunakan teknik komunikasi
menggunakan manajemen
e. Tingkah laku terapeutik untuk mengetahui
nyeri
berhati-hati pengalaman nyeri pasien
c. Mampu mengenali nyeri
f. Muka topeng (nyeri) R/membantu pasien
(skala, intensitas, frekuensi
g. Gangguan tidur mengungkapkan perasaan
dan tanda nyeri)
(mata sayu, tampak nyerinya
d. Menyatakan rasa nyaman
capek, sulit atau - Evaluasi bersama pasien dan
setelah nyeri berkurang
gerakan kacau, tim kesehatan lain tentang
e. Tanda vital dalam rentang
menyeringai) ketidakefektifan kontrol nyeri
normal
h. Terfokus pada diri masa lampau
sendiri R/untuk memberikan
i. Fokus menyempit intervensi yang tepat
(penurunan persepsi - Kontrol lingkungan yang
waktu, kerusakan dapat mempengaruhi nyeri
proses berpikir,
15
penurunan interaksi seperti suhu ruangan,
dengan orang lain pencahayaan dan kebisingan
dan lingkungan) R/membantu mengurangi
j. Tingkah laku nyeri pasien
distraksi, contoh - Kurangi faktor presipitasi
jalan-jalan, menemui nyeri
orang lain dan atau R/ mengurangi nyeri pasien
aktivitas - Pilih dan lakukan penanganan
berulang-ulang nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter
k. Respon autonom personal)
(seperti berkeringat, R/ membantu mengurangi rasa
perubahan tekanan nyeri pasien
darah, perubahan - Kaji tipe dan sumber nyeri
nafas, nadi dan untuk menentukan intervensi
dilatasi pupil R/ memberikan intervensi
l. Perubahan otonom yang tepat
dalam tonus otot - Ajarkan tentang teknik non
(mungkin dalam farmakologi
rentang dari lemah R/mengurangi nyeri dengan
ke kaku) cara pengobatan non
m. Tingkah laku farmakologis
ekspresif (contoh - Berikan analgetik untuk
gelisah, merintih, mengurangi nyeri
menangis, waspada, R/ nyeri dapat berkurang
iritabel, nafas - Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
16
panjang/berkeluh R/ nyeri terkontrol
kesah - Tingkatkan istirahat
n. Perubahan dalam R/ menguragi nyeri
nafsu makan dan b. Analgesic Administration
minum - Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
Faktor Yang
R/ untuk memberikan
Berhubungan :
intervensi yang tepat
Agen injury (biologi,
- Cek instruksi dokter tentang
kimia, fisik, psikologis)
jenis obat, dosis, dan frekuensi
R/ benar dalam pemberian
obat
- Cek riwayat alergi Pilih
analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari
satu
R/ menentukan obat yang
tidak alergi untuk pasien
- Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
R/ memberikan obat yang
sesuai dengan keluhan
17
- Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
R/ mengetahui kondisi pasien
- Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
R/ membantu mengurangi
nyeri
18
Faktor yang kulit dan mencegah R/ membantu agar pasien
berhubungan : terjadinya sedera berulang nyaman
e. Mampu melindungi kulit - Monitor kulit akan adanya
Eksternal : dan mempertahankan kemerahan
a. Hipertermia atau kelembaban kulit dan R/ mengetahui kondisi
hipotermia perawatan alami integritas kulit
b. Substansi kimia f. Tidak ada tanda-tanda - Oleskan lotion atau
c. Kelembaban infeksi minyak/baby oil pada derah
udara g. Menunjukkan terjadinya yang tertekan
d. Faktor mekanik proses penyembuhan luka R/ agar kulit tetap terjaga
(misalnya : alat yang tidak terjadi luka baru
dapat menimbulkan - Monitor aktivitas dan
luka, tekanan, mobilisasi pasien
restraint) R/ membantu pasien agar
e. Immobilitas bisa mobilisasi
fisik - Monitor status nutrisi pasien
f. Radiasi R/ mengawasi pasien agar
g. Usia yang tidak kekurangan nutrisi
ekstrim - Memandikan pasien dengan
h. Kelembaban sabun dan air hangat
kulit R/mempertahankan personal
i.Obat-obatan higyene pasien
- Observasi luka :lokasi,
dimensi, kedalaman luka,
Internal :
karakteristik, warna cairan,
a. Perubahan status
granulasi, jaringan nekrotik,
metabolik
tanda-tanda infeksi lokal.
19
b. Tulang R/ menguragi tanda-tanda
menonjol infeksi
c. Defisit - Lakukan teknik perawatan
imunologi luka dengan steril
R/mencegah adanya infeksi
Faktor yang
berhubungan :
a. Gangguan
sirkulasi
b. Iritasi kimia
(ekskresi dan sekresi
tubuh, medikasi)
c. Defisit
cairan,kerusakan
mobilitas fisik,
keterbatasan
pengetahuan, faktor
mekanik (tekanan,
gesekan) kurangnya
nutrisi, radiasi,
faktor suhu (suhu
yang ekstrim)
20
dan proses tindakan R/mengurangi resiko infeksi
invasif - Pertahankan teknik isolasi
Kriteria Hasil : R/ menurunkan resiko
Faktor-faktor resiko : a. Klien bebas dari tanda dan kontminasi silang
a. Prosedur Infasif gejala infeksi - Batasi pengunjung bila perlu
b. Ketidakcukupan b. Mendeskripsikan proses R/ menurunkan resiko infeksi
pengetahuan untuk penularan penyakit, factor - Instruksikan pada pengunjung
menghindari paparan yang mempengaruhi untuk mencuci tangan saat
patogen penularan serta berkunjung dan setelah
c. Trauma penatalaksanaannya, berkunjung meninggalkan
d. Kerusakan jaringan c. Menunjukkan kemampuan pasien
dan peningkatan untuk mencegah timbulnya R/ mencegah terjadinya
paparan lingkungan infeksi kontaminasi silang
e. Ruptur membran d. Jumlah leukosit dalam batas - Gunakan sabun antimikrobia
amnion normal untuk cuci tangan
f. Agen farmasi e. Menunjukkan perilaku R/ mencegah terpajan pada
(imunosupresan) hidup sehat organisme infeksius
g. Malnutrisi - Cuci tangan setiap sebelum
h. Peningkatan paparan dan sesudah tindakan
lingkungan patogen keperawatan
i. Imonusupresi R/ menurunkan resiko infeksi
j. Ketidakadekuatan - Pertahankan lingkungan
imun buatan aseptik selama pemasangan
k. Tidak adekuat alat
pertahanan sekunder R/ mempertahankan teknik
(penurunan Hb, steril
Leukopenia, - Tingkatkan intake nutrisi
21
penekanan respon R/ membantu meningkatkan
inflamasi) respon imun
- Berikan terapi antibiotik bila
l. Tidak adekuat perlu
pertahanan tubuh R/ mencegah terjadinya infeksi
primer (kulit tidak b. Infection Protection (proteksi
utuh, trauma terhadap infeksi)
jaringan, penurunan - Monitor tanda dan gejala
kerja silia, cairan infeksi sistemik dan lokal
tubuh statis, R/mengidentifikasi keadaan
perubahan sekresi umum pasien dan luka
pH, perubahan - Monitor hitung granulosit,
peristaltik) WBC
m. Penyakit kronik R/ mengidentfikasi adanya
infeksi
- Monitor kerentanan terhadap
infeksi
R/ menghindari resiko infeksi
- Berikan perawatan kulit pada
area epidema
R/ meningkatkan kesembuhan
- Inspeksi kondisi luka / insisi
bedah
R/mengetahui tingkat
kesembuhan pasien
- Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
22
R/ membantu meningkatkan
status pertahanan tubuh
terhadap infeksi
23
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. Y DENGAN
TUMOR JARINGAN LUNAK DI REGIO GLUTEA DEKSTRA
DI RAWAT INAP BEDAH RSUD SELASIH PANGKALAN KERINCI
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Y Umur : 35 Th
Tgl lahir : 15 april 1997 Jenis Kelamin : Laki-laki
Tgl masuk : 05 Juli 2017 Suku Bangsa : Melayu
Tgl Pengkajian : 07 Juli 2017 Dari/Rujukan : Poli Bedah
Nomor MR : 03.87.99
B. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
KELUHAN UTAMA
Pasien datang ke Poli Bedah RUSD Selasih Pangkalan Kerinci pada tanggal
05 Juli 2017 dengan keluhan ada benjolan di bokong kanan sejak 6 bln yang
lalu dan terasa nyeri saat duduk. Saat pengkajian yang dilakukan pada tanggal
07 Juli 2017 di ruang Rawat Inap Bedah, pasien sudah mendapat tindakan
operasi (Eksisi) yang telah dilaksanakan pada tanggal 06 Juli 2017. Pada saat
pengkajian pasien mengeluh nyeri pada bekas luka operasinya (bokong
24
sebelah kanan), nyeri seperti ditusuk-tusuk. Nyeri yang dirasakan sewaktu-
waktu dengan skala nyeri 5.
Keterangan :
/ : Meninggal - - - - - : Tinggal satu rumah
: laki-laki : garis keturunan
: perempuan : Pasien
25
Dalam melakukan aktivitas sehari-hari selama dirawat, klien selalu
dibantu oleh orang tua klien dan perawat. Klien lebih banyak tampak di
tempat tidur. Klien juga mengatakan luka di bokognya terasa nyeri jika
banyak bergerak.
2. Kebutuhan oksigenasi
Sebelum dan saat dirawat di Rumah sakit klien tidak memiliki masalah
dengan pola nafas. Klien bernafas secara normal dengan irama pernafasan
regular, RR 20x/I dan klien tidak ada mendapat alat bantuan pernafasan.
26
Saat dirawat klien juga tidak memiliki masalah dengan pola eliminasi baik
BAK ataupun BAB
a. BAK : normal, klien BAK 3-4 kali/hari dengan warna kuning jernih,
tidak ada darah, bau urine khas. Kllien tidak terpasang kateter
b. BAB : saat dikaji klien baru 1x BAB sejak dari masuk sampai saat
dikaji
7. Kebutuhan rasa nyaman
Sebelum dirawat klien mengatakan merasa aman dan betah untuk tinggal
dirumahnya sendiri bersama keluarga
Saat dikaji kien mengatakan kurang betah berada dirumah sakit dan
mengatakan ingin cepat pulih dan segera pulang. Kebutuhan rasa nyaman
klien juga terganggu akibat nyeri yang dirasakan pada area luka bekas
operasi di bokong kanan dan hal itu terasa dan mengganggu terutama
ketika klien duduk.
8. Kebutuhan kebersihan dan perawatan diri
Sebelum dirawat klien mandi 2-3 kali/hari. Gosok gigi 2x/hari dan
mencuci rambut setiap mandi.
Saat di rumah sakit pemenuhan kebersihan diri kien tidak terlalu
terganggu karena klien juga mandi 2 kali/hari dengan diseka di tempat
tidur oleh keluarga. Kien tampak sedikit rapi, rambut terlihat bersih
F. PEMERIKSAAN FISIK
● Keadaan umum : cukup baik namun klien masih terlihat lemah
● Kesadaran : compos mentis
● Tanda-tanda vital
- TD : 120/70 MmHg
- T : 36,7 C
27
- HR : 88x/i
- RR : 22x/i
● Tinggi badan : 170 cm
1. Kepala
a. Rambut
Rambut terlihat lebat, bentuk kepala normal, ukuran normal, tekstur
rambut tipis, keadaan rambut bersih, tidak terdapat ketombe dan
rambut tidak rontok
b. Mata
Tidak ada kelainan (normal), posisi bola mata simetris, pupil isokor,
sclera tidak icterik, konjungtiva tidak anemis, fungsi penglihatan baik,
reflek cahaya baik. Klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan
(kaca mata).
c. Hidung
Bentuk simetris, bersih, tidak terdapat perdarahan, tidak ada nyeri
tekan tekan. Fungsi penciuman bagus, tidak terdapat secret dan tidak
ada peradangan pada mukosa, tidak terdapat polip. Tidak terpasang
alat bantu seperti NGT
d. Mulut
Rongga mulut bersih, tidak terdapat lesi dan sariawan, tidak ada
perdarahan. Lidah bersih, bibir tidak pucat, tidak ada edema pada bibir
dan tidak ada gangguan pengecapan.
e. Gigi
Tidak terpasang gigi palsu, gigi bersih namun terdapat sedikit caries
gigi dan tidak terdapat peradangan pada gusi
f. Telinga
28
Bersih, tidak ada pembengkakan/massa, tidak terdapat perdarahan,
tidak nyeri, tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada telinga. Fungsi
pendengaran baik.
2. Leher
Bentuk simetris, warna sesuai area kulit sekitar, tidak ada pembengkakan/
pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada nyeri tekan, tidak terjadi
pembesaran kelenjar tyroid, tidak kaku kuduk, pergerakan leher normal
(bergerak kekanan dan kekiri, atas dan bawah) dan tidak ada massa.
3. Dada
a. Paru
- Inspeksi
Bentuk simetris, tidak Nampak retraksi dada, tidak tampak
penggunaan otot bantu nafas, tidak ada massa, pola nafas normal
(RR : 22x/i)
- Palpasi
Fokal premitus normal (tidak ada hambatan oleh secret dan
penumpukan cairan), tidak ada terdapat nyeri tekan, ekspansi paru
simetris
- Perkusi
Suara paru sonor, tidak redup
- Auskultasi
Suara paru vesikuler, tidak ada ronkhi dan wheezing
b. Jantung
- Inspeksi
29
Tidak terdapat sianosis dan nyeri dada, ictus cordis tampak pada
intercostal ke-5, capila refil < 3 detik
- Palpasi
Tidak teraba pembesaran jantung, tidak terdapat nyeri tekan, pulse
teraba kuat
- Perkusi
Batas-batas jantung normal, suara redup / dullnes
- Auskultasi
Bunyi jantung normal, tidak terdengar gallop (tidak terdapat bunyi
jantung tambahan)
4. Tangan
Tidak terdapat bunyi krepitasi sendi, tidak ada luka, tangan utuh, tidak
sianosis (capila refil normal < 3 detik), akral hangat, turgor baik dan
elastis, tidak ada edema. Terpasang infus NaCl 20 tts/i ditangan sebelah
kiri
5. Abdomen
- Inspeksi
Turgor baik, elastis, tidak ada kelainan bantuk, tidak terdapat massa,
tidak ada ansietas dan tidak terdapat luka ataupun jaringan parut
- Auskultasi
Bunyi bising usus terdengar, peristaltic usus 20%
- Perkusi
Terdengar bunyi timpani
- Palpasi
Tidak terdapat pembesaran hepar dan tidak teraba benjolan/massa
6. Genetalia
30
Tidak dikaji, namun dari hasil wawancara kien mengatakan tidak terdapat
pembesaran pada skrotum, tidak ada luka dan bengkak di area sekitar
genetalia (tidak ada kelainan bentuk)
7. Anus
Tidak ada lesi, klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit
hemoroid/ tidak ada benjolan. Terdapat luka bekar operasi di area bokong
sebelah kanan yang telah ditutup dengan kassa.
8. Kaki
Tidak ada edema, ROM normal, tidak ada luka dan tanda-tanda infeksi,
tidak sianosis, bentuk kaki normal, jumlah jari normal, reflek normal
9. Punggung
Tidak ada terdapat fraktur, bentuk punggung normal, tidak ditemukan
decubitus dan tanda-tanda infeksi
10. Neurologi
GCS 15, orientasi baik, bicara baik (tidak ada gangguan bicara penciuman
dan pengecapan normal. Reflek menelan baik, tidak ada kejang.
G. PEMERIKSAAN PSIKOSOSIAL
- Klien percaya ia akan segera sembuh dari penyakitnya dank lien
menerima dengan kondisi yang dialaminya sekarang. Emosi klien stabil,
hanya klien merasa sedikit tidak betah berada lama-lama dirumah sakit.
Namun ia dapat beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit.
31
- Hubungan klien dengan orang tua dan saudaranya cukup baik, selama di
rumah sakit klien tampak dijaga oleh orang tua dan saudara kandungnya.
Klien selalu memperhatikan pada saat berbicara dengan lawan bicaranya.
Dalam keseharian klien menggunakan bahasa melayu.
H. PENGKAJIAN NYERI
KATEGORI PERTANYAAN JAWABAN
32
Menggunakan Numerik Ranting
Scale, Wong Bacer Face, Flacc,
Cries, atau Comfort Pain Scale
Ket :
Wajah 1: Tersenyum karena tidak merasa sakit sama sekali.
Wajah 2: Sakit hanya sedikit.
Wajah 3: Sedikit lebih sakit.
Wajah 4: Jauh lebih sakit.
33
Wajah 5: Jauh lebih sakit banget.
Wajah 6: Sangat sakit luar biasa hingga pasien menangis
Pengelompokan nyeri :
● 0 : Tidak nyeri
● 1-3 : Nyeri ringan, (masih bisa ditahan, aktifitas tak terganggu, analgetik oral)
● 4-7 : Nyeri sedang, (menganggu aktivitas fisik, perlu analgesic injeksi)
● 8-10 : Nyeri berat, (tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri, konsul Tim nyeri)
Skore nyeri : 5 (Nyeri sedang)
Keterangan :
Pada Skala 1 (Sangat Ringan / Very Mild)
Rasa nyeri hampir tak terasa. Sangat ringan, seperti gigitan nyamuk. Sebagian besar
waktu Anda tidak pernah berpikir tentang rasa sakit.
Pada Skala 2 (Tidak Nyaman / Discomforting)
Nyeri ringan, seperti cubitan ringan pada kulit. Mengganggu dan mungkin memiliki
kedutan kuat sesekali. Reaksi ini berbeda-beda untuk setiap orang.
Pada Skala 3 (Bisa Ditoleransi / Tolerable)
Rasa nyeri sangat terasa, seperti pukulan ke hidung menyebabkan hidung berdarah,
atau suntikan oleh dokter. Nyeri terlihat dan mengganggu, namun Anda masih bisa
bereaksi untuk beradaptasi.
Pada Skala 4 (Menyedihkan / Distressing)
Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa sakit dari sengatan lebah. Jika
Anda sedang melakukan suatu kegiatan, rasa itu masih dapat diabaikan untuk jangka
waktu tertentu, tapi masih mengganggu. Misalnya, saat anda sakit gigi, jika
dipaksakan, anda masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari, tapi itu cukup
mengganggu.
Pada Skala 5 (Sangat Menyedihkan / Very Distressing)
34
Rasa nyeri yang kKuat, dalam, nyeri yang menusuk, seperti pergelangan kaki terkilir.
Rasa sakit nyerinya tidak dapat diabaikan selama lebih dari beberapa menit, tetapi
dengan usaha Anda masih dapat mengatur untuk bekerja atau berpartisipasi dalam
beberapa kegiatan sosial.
35
Sakit yang tak tergambarkan (Unimaginable/Unspeakable) merupakan nyeri begitu
kuat tak sadarkan diri. Terbaring di tempat tidur dan mungkin mengigau. Kebanyakan
orang tidak pernah mengalami sakala rasa sakit ini. Karena sudah keburu pingsan
seperti mengalami kecelakaan parah, tangan hancur, dan kesadaran akan hilang
sebagai akibat dari rasa sakit yang luar biasa parah.
36
b. Cefotaxim 2x1 gr
Efek samping :
- Bagian yang disuntik menjadi sakit, iritasi atau benjolan kers serta tuam kulit
- Sakit perut, mual dan muntah serta diare
- Sakit kepala bahkan kejang-kejang
c. Ketorolac 2x30 mg
Efek samping :
- Ulkus, perdarahan saluran cerna dan perforasi
- Gagal ginjal akut
- Reaksi anafilaktoid dan gagal hati
d. Ranitidine 2x60 mg
Efek samping :
- Sakit kepala (3%)
- Sulit BAB, diare, mual, nyeri perut dan gatal2-gatal pada kulit (1%)
37
- Kelelahan, megantuk, sakit kepala
- Muntah, mual, tidak nafsu makan
- Gangguan pencernaan dan nyeri pada ulu hati
38
- Sesekali tampak meringis dan NYERI
gelisah
- Skala nyeri 5
- Tampak verban di bokong
sebelah kanan, nyeri (+)
- Tanda-tanda vital
TD : 120/70 MmHg
T : 37 C
HR : 84x/I, RR : 22x/i
III.DIAGNOSA KEPERAWATAN
39
b. Resiko infeksi berhubungan dengan post operasi dan penanganan luka yang
tidak benar
40
IV. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnose keperawatan NOC NIC
1. Gangguan rasa nyaman : Setelah dilakukan tindakan Paint Manajement :
nyeri berhubungan keperawatan 2x24 jam 1. Kaji riwayat nyeri, lokasi, 1. Me
dengan terputusnya diharapkan masalah nyeri durasi dan intensitas nyeri dip
kontinuitas jaringan (luka dapat teratasi dengan KH: me
post operasi) - Pasien mengatakan nyeri 2. Berikan pengalihan seperti 2. Un
terkontrol/hilang reposisi dan aktivitas ken
- Melaporkan nyeri yg menyenangkan seperti me
dialaminya berbincang-bincang, membaca dar
- Mendemostrasikan buku ataupun mendengarkan
tekhnik relaksasi dan music
pengalihan rasa nyeri 3. Observasi relaksasi non verbal 3. Me
- Mengikuti atau dari ketidaknyamanan nye
berpartisipasi dalam 4. Ajarkan tentang teknik non
program pengobatan farmakologi (teknik relaksasi/ 4. Me
nafas dalam) 5. Me
5. Tingkatkan istirahat /m
6. Monitor vital sigh 6. Me
dan
Analgesic Administration
7. unt
7. Tentukan lokasi,
int
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
8. Be
oba
41
8. Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan 9. Me
frekuensi tid
9. Cek riwayat alergi Pilih
analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian 10. Me
lebih dari satu pas
10. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali 11. Me
11. Lakukan penanganan nyeri nye
farmakologi (pemberian
analgesic) terutama saat nyeri
42
- Tidak ada pembengkakan 5. Pertahankan lingkungan 5. Me
atau kemerahan diarea aseptik selama pemasangan ster
sekitar luka alat
- Suhu tubuh normal 6. Tingkatkan intake nutrisi 6. Me
- Jumlah leucosit dalam res
batas normal me
pen
b. Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
- Monitor tanda dan gejala - Men
infeksi sistemik dan lokal umu
- Monitor laboratorium - men
(leucosit) infe
- Monitor Suhu tubuh - Untu
pasien pasi
terhadap infeksi
- Berikan perawatan kulit - Men
43
44
V. CATATAN PERKEMBANGAN
No Dx Tanggal & Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
45
P:
- Kaji skala nyeri
- Monitor vital sign
- Anjurkan pasien melakukan tek
nafas dalam setiap nyeri dating
- Berikan posisi yang nyaman bag
pasien
46
- Melakukan perawatan kulit disekitar - Klien menghabiskan porsi maka
area luka dengan benar yang telah diberikan dari rumah
- Melakukan pemeriksaan sakit dengan diet TKTP
laboratorium (leucosit) sesuai order - Pengunjung klien tampak dibata
dokter oleh orang tua klien
- Injeksi cefotaxime 1 gr telah
diberikan jam 10.00 wib
47
- Menganjurkan pasien utk selalu - Klien mengatakan nyeri timbu
melakukan tekhnik nafas dalam setiap ia duduk saja (area luka tertekan
nyeri datang - Klien mengatakan sudah melak
- Memberikan posisi yang nyaman bagi teknik nafas dalam tiap nyeri da
pasien yang dapat meminimalkan nyeri
O:
yang dirasakan
- Keadaan umum pasien baik
- Mempertahankan istirahat yang cukup
- Skala nyeri 3
- Ekspresi wajah sudah tampak ri
dan hanya sesekali tampak meri
- Pasien tampak sudah tenang
- Klien dapat mempraktekkan car
tekhnik nafas dalam
- TTV
TD : 120/70 HR : 82x/i
RR : 22x/I T : 36,6 C
- Klien sudah tampak berjalan-jal
48
- Mencuci tangan sebelum dan dan - Keadaan umum klien baik,
sesudah melakukan - Klien tampak tenang
- Mempertahankan lingkungan aseptic - Kondisi luka baik (kering)
selama pemasangan alat - Area luka tidak merah (tidak ad
- Mengingatkan kembali kepada keluarga tanda-tanda infeksi)
dan pengunjung untuk selalu mencuci - Suhu tubuh normal 36.4 C
tangan pada saat berkunjung dan setelah - Pengunjung klien tampak dibata
berkunjung meninggalkan pasien oleh orang tua klien
- Memberikan antibiotic cefotaxime 1 gr - Injeksi cefotaxime 1 gr telah
diberikan jam 10.00 wib
49
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
Dalam pengkajian yang dilakukan tanggal 07 Juli 2017 penulis memperoleh data dari
pasien dan keluarga dengan melakukan wawancara langsung seta didapat dari catatan
medik klien. Pada dasarnya pengkajian secara teoritis maupun yang penulis lakukan
langsung ke pasien tidak memiliki perbedaan yang berarti. Hanya tidak semua teori
yang ada pada pengkaian secara teoritis yang ditemukan pada kasus Tn. Y secara
langsung.
B. Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pengamatan kasus Tn Y
dengan Post Eksisi Tumor adalah sebagai berikut :
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan (luka post operasi)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan post operasi dan penanganan luka yang
tidak benar
Dari pengamatan kasus ini tidak banyak mengalami perbedaan yang
membedakannya hanya situasi dan kondisi serta informasi yang kurang dari
50
keluarga dan tidak lengkapnya data penunjang. Dan tidak semua diagnosa
keperawatan secara teoritis yang didapat/muncul pada Tn Y.
C. Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan pada pasie Tn. Y didasarkan pada masalah yang
dihadapi yaitu menghilangkan/ mengontrol rasa nyeri yang mengganggu, dan
mencegah terjadinya infeksi. Dalam hal ini ternyata seluruh rencana tindakan
keperawatan yang dilakukan untuk dua diagnosa keperawatan berhasil.
51
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan kasus yang ada pada Tn. Y dengan post eksisi tumor jaringan
lunak di glutea kanan di ruang rawat inap RSUD Selasih, dari hasil analisa data yang
didapat dari pengkajian maka didapat 2 diagnosa yang muncul yaitu nyeri berhubungan
dengan terputusnya kontinuitas jaringan (luka post operasi) dan Resiko infeksi
berhubungan dengan post operasi dan penanganan luka yang tidak benar.
Implementasi dapat dikerjakan dengan baik sesuai dengan harapan dalam
dalam perencanaan tanpa ada kendala yang berarti, ini didukung oleh fasilitas yang
mencukupi di Rumah Sakit serta kerjasama dengan klien dan keluarga.
Hasil evaluasi dilakukan untuk mengetahui tercapainya pemecahan masalah
dan satu tindakan yang telah dilaksanakan. Dilakukan pengkajian ulang terhadap aspek
yang terkait masalah klien. Selama dalam perawatan yang penulis lakukan pada klien
post operasi tumor jaringan lunak di glutea berdasarkan hasil evaluasi maka dapat
disimpulkan bahwa semua masalah dapat teratasi.
B. SARAN
1. Dalam melakukan asuhan keperawatan diharapkan perawat harus memandang secara
menyeluruh sebagai makluk bio, psiko dan social
2. Dalam melakukan asuhan keperawatan diharapkan pada pasien agar lebih ikut
berpartisipasi dalam proses tindakan dan penyembuhan penyakit
3. Diharapkan kepada instalasi rumah sakit Umum Daerah Selasih untuk melengkapi
dan menyempurnakan sarana (fasilitas) sesuai kebutuhan termasuk juga membuka
52
perpustakan Rumah sakit guna meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang
handal terutama dalam peningkatan SDM khususnya di kabupaten pelalawan.
4. Bagi pihak institusi pendidikan, sebaiknya lebih banyak menyediakan buku-buku
perpustakan secara lengkap khususnya buku-buku yang berhubungan dengan medical
bedah, agar lebih meningkatkan kegiatan pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
53
Anonim, 2012. Tumor Gluteus-Ners.
http://www.scribd.com/mobile/document/338956804/ Tmor-Gluteus-Ners,
dikutip tanggal 10 Juli 2017
KATA PENGANTAR
Limpahan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala Rahmad dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN TN. Y DENGAN TUMOR JARINGAN LUNAK DI AREA GLUTEA
DEKSTRA” .
Kami selaku penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangannya dan jauh dari kesempurnaan yang disebabkan oleh
keterbatasan waktu dan kemampuan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan masukan dan kritikan dari semua pihak yang sifatnya
senantiasa membangun dan melengkapi kesempurnaan makalah ini.
Dengan selesainya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan dan partisipasi dari
semua pihak oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati kami selaku penulis
makalah menyampaikan ucapan terimah kasih dan penghargaan yang setinggi
tingginya Semoga segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada kami
54
selaku penulis bernilai ibadah dan mendapat imbalan serta limpahan rahmad dan
karuniah Tuhan Yang Maha Esa,Amin.
Akhir kata kiranya tersusunnya makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
para pembaca terutama dalam menambah wawasan dan pengetahuan serta
perkembangan ilmu keperawatan di masa mendatang.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
ISI
I. PENDAHULUAN
A. L
atar belakang 1
B. T
ujuan Penulisan 2
A. KONSEP DASAR
1. D
efenisi Tumor 3
2. Klasifikasi 4
55
3. Etiologi 6
4. P
atofisiologi (Pathway/WOC) 8
5. M
anifestasi Klinis 10
6. P
emeriksaan Diagnostik 10
7. K
ompliasi 10
8. Penatalaksanaan
11
1. P
engkajian 12
2. Diagnosa Keperawatan 12
3. Intervensi 13
I. Pengkajian 23
V. Catatan perkembangan 42
IV. PEMBAHASAN 48
V. PENUTUP
A. K
esimpulan 50
56
B. S
aran 50
DAFTAR PUSTAKA
57
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
58