Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

STT (SOFT TISSUE TUMOR) GANGLION

A. KONSEP TEORI
1. DEFINISI
Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh,
tetapi dalam artian khusus tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh
neoplasma. Secara klinis, tumor dibedakan atas golongan neoplasma dan
nonneoplasma misalnya kista, akibat reaksi radang atau hipertrofi.
Neoplasma dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasma ganas atau
kanker terjadi karena timbul dan berkembang biaknya sel secara tidak
terkendali sehingga sel-sel ini tumbuh terus merusak bentuk dan fungsi
organ tempat tumbuhnya. Kanker, karsinoma, atau sarkoma tumbuh
menyusup (infiltrative) ke jaringan sekitarnya sambil merusaknya
(destruktif), dapat menyebar ke bagian lain tubuh, dan umumnya fatal jika
dibiarkan.
Neoplasma jinak tumbuh dengan batas tegas  dan tidak menyusup,
tidak merusak, tetapi membesar dan menekan jaringan sekitarnya
(ekspansif), dan umumnya tidak bermetastasis, misalnya lipoma.
Klasifikasi patologik tumor dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan
mikroskopik pada jaringan dan sel tumor. Dari pemeriksaan mikroskopik
ini tampak gambaran keganasan yang sangat bervariasi, mulai dari yang
relatif jinak sampai ke yang paling ganas. Pada satu organ dapat timbul
satu atau lebih neoplasma yang sifatnya berlainan.
Sel tumor ialah sel tubuh yang mengalami transformasi dan
tumbuh secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal
sehingga sel ini berbeda dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya.
Perbedaan sifat sel tumor bergantung pada besarnya penyimpangan dalam
pertumbuhan, dan kemampuannya mengadakan infiltrasi danmenyebabkan
metastasis.
Bila kulit diatas benjolan masih baik dan tidak ada luka berupa
borok, kemungkinan benjolan tersebut berasal dari bawah kulit yaitu dari
jaringan lunak yang ada dibawah kulit atau bisa juga dari tulang iga,
namun kemungkinan paling besar adalah dari jaringan lunak bila
pembesarannya relatif cepat dalam waktu yang singkat. Jaringan lunak
adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ
tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah
otot, tendon, jaringan ikat, lemak dan jaringan synovial (jaringan di
sekitar persendian.
Tumor jaringan lunak dapat terjadi diseluruh bagian tubuh mulai
dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tumor jaringan lunak ini ada yang
jinak dan ada yang ganas. Tumor ganas atau kanker pada jaringan lunak
dikenal sebagai sarcoma jaringan lunak atau Soft Tissue Sarcoma (STS) .
Kanker jaringan lunak termasuk kanker yang jarang ditemukan,
insidensnya hanya sekitar 1% dari seluruh keganasan yang ditemukan
pada orang dewasa dan 7-15 % dari seluruh keganasan pada anak. Bisa
ditemukan pada semua kelompok umur. Pada anak-anak paling sering
pada umur sekitar 4 tahun dan pada orang dewasa paling banyak pada
umur 45-50 tahun.
Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada anggota gerak
bawah yaitu sebesar 46% dimana 75%-nya ada di atas lutut terutama di
daerah paha.
Di anggota gerak atas mulai dari lengan atas, lengan bawah hingga
telapak tangan sekitar 13%. 30% di tubuh bagian di bagian luar maupun
dalam, seperti pada dinding perut, dan juga pada jaringan lunak di dalam
perut maupun dekat ginjal atau yang disebut daerah retroperitoneum.
Pada daerah kepala dan leher sekitar 9% dan 1% di tempat lainnya, antara
lain di dada.
Penyebaran atau metastasis kanker ini paling sering melalui
pembuluh darah ke paru-paru (paling sering), ke liver, tulang. Jarang
menyebar melalui kelenjar getah bening.Gejala dan tanda kanker jaringan
lunak tidak spesifik, tergantung pada lokasi dimana tumor berada,
umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang
tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang
biasanya terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa
juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat
membesar, bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih
mudah digerakan dari jaringan disekitarnya dan tidak pernah menyebar ke
tempat jauh. Kanker jaringan lunak umumnya pertumbuhannya relatif
cepat membesar, berkembang menjadi benjolan yang keras, bila
digerakkan agak sukar bergerak dan dapat menyebar ke tempat jauh ke
paru-paru, liver maupun tulang. Kalau ukuran kanker sudah begitu besar,
dapat menyebabkan borok dan perdarahan pada kulit diatasnya.
Metode diagnosis yang paling umum selain pemeriksaan klinis,
adalah dengan pemeriksaan biopsi, bisa dapat dengan biopsi aspirasi
jarum halus (FNAB) atau biopsi dari jaringan tumor langsung berupa
biopsi insisi yaitu biopsi dengan mengambil jaringan tumor sebagian
sebagai contoh bila ukuran tumornya besar. Bila ukuran tumor kecil,
dapat dilakukan biopsi dengan pengangkatan seluruh tumor. Jaringan
hasil biopsi diperiksa oleh dokter patologi anatomi, dan dapat diketahui
apakah tumor jaringan lunak yang jinak atau ganas. Bila ganas, dapat juga
dilihat dan ditentukan jenis subtipe histologis tumor tersebut, yang sangat
berguna untuk menentukan tindakan selanjutnya.
Bila diagnosis sudah ditegakkan, maka penanganannya tergantung
pada jenis tumor jaringan lunak itu sendiri. Bila jinak, maka cukup hanya
benjolannnya saja yang diangkat dan tidak ada tindakan tambahan
lainnya. Bila tumor jaringan lunak hasilnya ganas atau kanker, maka
pengobatannya bukan hanya tumornya saja yang diangkat, namun juga
dengan jaringan sekitarnya sampai bebas tumor menurut kaidah yang
telah ditentukan, tergantung dimana letak kanker ini. Tindakan
pengobatannya adalah berupa operasi eksisi luas. Penggunaan radioterapi
dan kemoterapi hanyalah sebagai pelengkap, namun responsnya kurang
begitu baik, kecuali untuk jenis kanker jaringan lunak yang berasal dari
otot yang disebut embrional rhabdomyosarcoma. Untuk kanker yang
ukurannya besar, setelah operasi, ditambah dengan radioterapi. Pada
kanker jaringan lunak yang sudah lanjut, dengan ukuran yang besar,
resiko kekambuhan setelah dilakukan tindakan operasi masih dapat
terjadi. Oleh karena itu setelah operasi biasanya penderita harus sering
kontrol untuk memonitor ada tidaknya kekambuhan pada daerah operasi
ataupun kekambuhan ditempat jauh berupa metastasis di paru, liver atau
tulang.
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan
abnormal yang disebabkan oleh neoplasma dan nonneoplasma. (Brunner
and Suddart. 2001).
Soft Tissue Tumor (STT) adalah pertumbuhan sel baru, abnormal,
progresif, dimana sel-selnya tidak tumbuh seperti kanker. (Price, Sylvia
Anderson. 1995)Soft Tissue Tumor (STT) adalah pertumbuhan sel baru,
abnormal, progresif, dimana sel-selnya tidak tumbuh seperti kanker.
(http://www.dinkes.kalbar.go.id/).
Jadi kesimpulannya, Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu
benjolan atau pembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel
baru.
Kista ganglion merupakan tumor jaringan lunak yang paling sering
ditemukan pada tangan dan pergelangan tangan. Kista ini dapat terjadi
pada berbagai usia termasuk anak-anak; kurang lebih 15% terjadi pada
usia di bawah 21 tahun. Tujuh puluh persen terjadi pada dekade kedua
dan keempat kehidupan. Perempuan tiga kali lebih banyak menderita
dibandingkan laki-laki. Tidak ditemukan predileksi antara tangan kanan
dan kiri, dan tampaknya pekerjaan tidak meningkatkan resiko timbulnya
ganglion, namun referensi lain menyebutkan bahwa ganglion banyak
ditemukan pada pesenam dimana terjadi tekanan yang besar pada
pergelangan tangan.
2. ETIOLOGI
a. Kondisi genetik
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor
predisposisi untuk beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar
laporan gen yang abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam
diagnosis.
b. Radiasi
Mekanisme yang patogenic adalah munculnya mutasi gen radiasi-
induksi yang mendorong transformasi neoplastic.
c. Lingkungan carcinogens
Sebuah asosiasi antara eksposur ke berbagai carcinogens dan setelah
itu dilaporkan meningkatnya insiden tumor jaringan lunak.
d. Infeksi
Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah
juga akan meningkatkan kemungkinan tumor pembangunan jaringan
lunak.
e. Trauma
Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya
kebetulan. Trauma mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka
yang ada.

3. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala tumor jaringan lunak tidak spesifik, tergantung
pada lokasi dimana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya
suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit
penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi akibat perdarahan
atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada
saraf-saraf tepi.
Dalam tahap awal, jaringan lunak tumors biasanya tidak
menimbulkan gejala karena jaringan lunak yang relatif elastis, tumors
dapat tumbuh lebih besar, mendorong samping jaringan normal, sebelum
mereka merasa atau menyebabkan masalah. kadang gejala pertama
biasanya gumpalan rasa sakit atau bengkak. dan dapat menimbulkan
gejala lainnya, seperti sakit atau rasa nyeri, karena dekat dengan menekan
saraf dan otot. Jika di daerah perut dapat menyebabkan rasa sakit
abdominal umumnya menyebabkan sembelit

4. PATOFISIOLOGIS
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak Soft Tissue Tumors
(STT)adalah proliferasi masenkimal yang terjadi di jaringan nonepitelial
ekstraskeletal tubuh. Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-
kira 40% terjadi di ekstermitas bawah, terutama daerah paha, 20% di
ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan.
Tumors jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa
tumor jinak, seperti serabut luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis
dari tempatnya, maka tumor membesar melewati batas sampai ke struktur
neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul di lokasi seperti lekukan.
proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu :
 Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi.
 Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
 Invasi lokal.
 Metastasis jauh.
5. PATHWAY

6. PENATALAKSANAAN
Secara umum, pengobatan untuk jaringan lunak tumors tergantung
pada tahap dari tumor. Tahap tumor yang didasarkan pada ukuran dan
tingkatan dari tumor. Pengobatan  pilihan untuk jaringan lunak tumors
termasuk operasi, terapi radiasi, dan kemoterapi.
a. Bedah adalah yang paling umum untuk perawatan jaringan lunak
tumors. Jika memungkinkan, dokter akan menghapus kanker dan
margin yang aman dari jaringan sehat di sekitarnya. Penting untuk
mendapatkan margin bebas tumor untuk mengurangi kemungkinan
kambuh lokal dan memberikan yang terbaik bagi pembasmian dari
tumor. Tergantung pada ukuran dan lokasi dari tumor, mungkin,
jarang sekali, diperlukan untuk menghapus semua atau  bagian dari
lengan atau kaki.
b. Terapi radiasi dapat digunakan untuk operasi baik sebelum atau
setelah shrink Tumors operasi apapun untuk membunuh sel kanker
yang mungkin tertinggal. Dalam beberapa kasus, dapat digunakan
untuk merawat tumor yang tidak dapat dilakukan pembedahan.
Dalam  beberapa studi, terapi radiasi telah ditemukan untuk
memperbaiki tingkat lokal, tetapi belum ada yang berpengaruh pada
keseluruhan hidup.
c. Kemoterapi dapat digunakan dengan terapi radiasi, baik sebelum
atau sesudah operasi untuk mencoba bersembunyi di setiap tumor
atau membunuh sel kanker yang tersisa. Penggunaan kemoterapi
untuk mencegah penyebaran jaringan lunak tumors belum
membuktikan untuk lebih efektif. Jika kanker telah menyebar ke area
lain dari tubuh, kemoterapi dapat digunakan untuk Shrink Tumors
dan mengurangi rasa sakit dan menyebabkan kegelisahan mereka,
tetapi tidak mungkin untuk membasmi penyakit.

Penanganan pada Soft Tissue Tumor (STT) adalah sebagai berikut :


a. Terapi Medis Terapi medis termasuk eksisi endoskopik tumor di
traktus gastrointestinal bagian atas misalnya: esophagus, perut
(stomach), dan duodenum atau colon.
b. Terapi Pembedahan (Surgical Therapy) Pembedahan (complete
surgical excision)dengan kapsul sangatlah penting untuk mencegah
kekambuhan setempat (local recurrence). Terapi tergantung lokasi
tumor. Pada lokasi yang tidak biasanya, pemindahan lipoma
menyesuaikan tempatnya.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Status Perkawinan :
Agama :
Alamat :
No. Register :
Tanggal Pengkajian :
Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Hub. Dengan keluarga :
Alamat :
b. Riwayat Kesehatan
- Keluhan Utama: Adanya rasa nyeri ketika digerakan, namun
terkadang asimtomatis. Ada terlihat suatu benjolan yang letaknya
di dekat sendi.
- Riwayat kesehatan sekarang: Berisi tentang kapan terjadinya
benjolan, penyebab lain yang menyertai terjadinya ganglion serta
upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
- Riwayat kesehatan dahulu, Adanya riwayat ganglion sebelumnya.
Riwayat aktifitas dan pekerjaan klien yang mungkin berhubungan
dengan terjadinya ganglion.
- Riwayat kesehatan keluarga, adakah riwayat penyakit yang sama
pada keluarga dan penyakit keturunan ataupun penyakit menular.
c. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum :
TTV :
Tingkat kesadaran :
1. Kepala dan leher: Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah
pembesaran pada leher, adakah gangguan pendengaran, keadaan
lidah, gigi, gusi, dan indra penglihatan.
2. Sistem integumen, Turgor kulit, adanya benjolan pada area sendi
yang dapat dipegang dan digerakan, kelembaban dan suhu kulit,
tekstur rambut dan kuku.
3. Sistem pernafasan: Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri
dada.
4. Sistem kardiovaskuler: Perfusi jaringan, nadi perifer, adakah
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
5. Sistem gastrointestinal: apakah ada rasa mual, muntah, diare,
konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan
lingkar abdomen, obesitas.
6. Sistem urinary: keadaan umum sistem urinaria klien, adakah
keluhan pada sistem urinaria.
7. Sistem muskuloskeletal: Penyebaran lemak, penyebaran masa
otot, perubahn tinggi badan.
8. Sistem neurologis: apakag ada terjadi penurunan sensoris,
parasthesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental,
disorientasi
9. Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan adalah
pemeriksaan radiologi untuk menentukan sebesar apa ganglion
tersebut. Temuan radiografik biasanya normal.
d. Data psikososial, Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan
emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta
tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
e. Spiritual : keyakinan dan kebiasaan klien dalam melakukan ibadah dan
menanggapi keadaannya sekarang secara spiritualnya.
f. Analisa Data :
Pra Operasi
Data Etiologi Masalah
Ds: biasanya klien Kondisi genetik, radiasi, Cemas/ansietas
mengatakan takut infeksi, trauma-
dalam menghadapi terbentuknya benjolan
proses pembedahan (tumor) dibawah kulit-
adanya inflamasi–
Do: wajah klien perubahan fisik– anatomi
tampak cemas, klien kulit abnormal– prosedur
tampak tegang, klien pembedahan-kurang
banyak bertanya pengetahuan - cemas

Post Operasi
Data Etiologi Masalah
Ds: klien biasanya Kondisi genetik, Nyeri akut
mengatakan nyeri radiasi, infeksi, trauma-
pada luka bekas terbentuknya benjolan
operasi (tumor) dibawah kulit-
dilakukannya tindakan
Do: data yang pembedahan-
didapatkan biasanya terputusnya kontinuitas
terlihat ada luka pos jaringan-nyeri
operasi, tampak
ekspresi wajah klien
meringis, skala
nyeri (1-10)
Ds:biasanya data Adanya tumor-tindakan Kerusakan
yang didapat klien pembedahan-adanya integritas kulit
mengatakan ada luka pos operasi-
luka pos operasi kerusakan integritas
kulit
Do: data yang
didapat diantaranya
tampak ada luka pos
operasi pada klien,
klien tampak
meringis kesakitan
Ds: - Adanya tumor-tindakan Resiko infeksi
pembedahan-adanya
Do: data yang luka pos operasi-tempat
didapat terlihat masuknya
adanya luka post mikroorganisme-resiko
operasi tinggi infeksi

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pre Operatif
1) Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakit
b. Post Operatif
1) Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan.
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka post
operasi.
3) Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Pre Operatif
1. Diagnosa Keperawatan : Cemas/Ansietas
N DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
O KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
2. Ansietas NOC : NIC :
Factor yang o Anxiety self Anxiety
berhubungan control Reduction
o Perubahan dalam o Anxiety level (penurunan
(status ekonomi, o Coping kecemasan)
lingkungan, status Kriteria hasil : o Gunakan
kesehatan, pola o Klien mampu pendekatan
interaksi, fungsi mengidentifikasi yang
peran, status peran) dan menenangkan
o Pemajanan toksin mengungkapkan o Nyatakan
o Terkait keluarga gejala cemas dengan jelas
o Herediter o Mengidentifikasi, harapan
o Infeksi/kontaminan mengungkapkan terhadap
interpersonal dan menunjukan prilaku pasien
o Penularan penyakit tehnik untuk o Jelaskan semua
interpersonal mengontrol cemas prosedur dana
o Krisis maturase, o Vital sign dalam pa yang
krisis situasional batas normal dirasakan
o Stress, ancaman o Postur tubuh, selama
kematian ekspresi wajah, prosedur
o Penyalahgunaan zat Bahasa tubuh dan o Pahami
o Acaman pada tingkat aktivitas persepektif
( status ekonomi, menunjukan pasien
status peran, berkurangnya terhadap
lingkungan, status kecemasan situasi stress
kesehatan, pola o Temani pasien
interaksi, fungsi untuk
peran, konsep diri ) memberikan
o Konflik tidak keamanan dan
disadari mengenai mengurangi
tujuan penting takut
hidup o Dorong
o Konflik tidak keluarga untuk
disadari mengenai menemani
nilai yang anak
esensial/penting o Lakukan neck/
o Kebutuhan yang back rub
tidak dipenuhi o Dengarkan
dengan penuh
perhatian
o Identifikasi
tingkat
kecemasan
o Bantu pasien
untuk
mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
2. Post Operatif
1. Diagnosa Keperawatan : Nyeri Akut
Diagnosa Tujuan dan Kriteria IntervensiKeperawatan
Keperawatan Hasil
Definisi : Pengalaman NOC NIC
sensori dan emosional Pain Level, Pain Management
yang tidak Pain control Lakukan pengkajian nyeri
menyenangkan yang Comfort level secara komprehensif
muncul akibat termasuk lokasi,
kerusakan jaringan Kriteria Hasil : karakteristik, durasi
yang aktual atau Mampu mengontrol frekuensi, kualitas dan
potensial atau nyeri (tahu penyebab faktor presipitasi
digambarkan dalam hal nyeri, mampu Observasi reaksi
kerusakan sedemikian menggunakan tehnik nonverbal dan
rupa (International nonfarmakologi untuk ketidaknyamanan
Association for the mengurangi nyeri, Gunakan teknik
study of Pain): awitan mencari bantuan) komunikasi terapeutik
yang tiba-tiba atau Melaporkan bahwa untuk mengetahui
lambat dan intensitas nyeri berkurang pengalaman nyeri pasien
ringan hingga berat dengan menggunakan Kaji kultur yang
dengan akhir yang manajemen nyeri mempengaruhi respon
dapat diantisipasi atau Mampu mengenali nyeri
diprediksi dan nyeri (skala, intensitas, Evaluasi pengalaman
berlangsung 6 bulan nyeri masa lampau
frekuensi dan tanda
nyeri) Evaluasi bersama pasien
Batasan
Menyatakan rasa dan tim kesehatan lain
Karakteristik :
nyaman setelah nyeri tentang ketidakefektifan
Perubahan selera
berkurang kontrol nyeri masa Iampau
makan Bantu pasierl dan
Perubahan tekanan keluarga untuk mencari
darah dan menemukan dukungan
Perubahan frekwensi Kontrol lingkungan yang
jantung dapat mempengaruhi nyeri
Perubahan frekwensi seperti suhu ruangan,
pernapasan pencahayaan dan
Laporan isyarat kebisingan
Diaforesis Kurangi faktor presipitasi
Perilaku distraksi nyeri
(mis,berjaIan mondar- Pilih dan lakukan
mandir mencari orang penanganan nyeri
lain dan atau aktivitas (farmakologi, non
lain, aktivitas yang farmakologi dan inter
berulang) personal)
Mengekspresikan Kaji tipe dan sumber
perilaku (mis, gelisah, nyeri untuk menentukan
merengek, menangis) intervensi
Masker wajah (mis, Ajarkan tentang teknik
mata kurang bercahaya, non farmakologi
tampak kacau, gerakan Berikan anaIgetik untuk
mata berpencar atau mengurangi nyeri
tetap pada satu fokus Evaluasi keefektifan
meringis) kontrol nyeri
Sikap melindungi area Tingkatkan istirahat
nyeri Kolaborasikan dengan
Fokus menyempit dokter jika ada keluhan dan
(mis, gangguan persepsi tindakan nyeri tidak
nyeri, hambatan proses berhasil
berfikir, penurunan Monitor penerimaan
interaksi dengan orang pasien tentang manajemen
dan lingkungan) nyeri
Indikasi nyeri yang Analgesic
dapat diamati Administration
Perubahan posisi untuk o Tentukan lokasi,
menghindari nyeri karakteristik, kualitas, dan
Sikap tubuh derajat nyeri sebelum
melindungi pemberian obat
Dilatasi pupil o Cek instruksi dokter
Melaporkan nyeri tentang jenis obat, dosis,
secara verbal dan frekuensi
Gangguan tidur o Cek riwayat alergi
o Pilih analgesik yang
Faktor Yang diperlukan atau kombinasi
Berhubungan : dari analgesik ketika
Agen cedera (mis, pemberian lebih dari satu
biologis, zat kimia, o Tentukan pilihan
fisik, psikologis) analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
o Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
o Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
o Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
o Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
·         Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka post


operasi.
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Kerusakan integritas NOC NIC
kulit        Tissue Integrity : Skin Pressure Management
Definisi : Perubahan / and Mucous       Anjurkan pasien untuk
gangguan epidermis dan / Membranes menggunakan pakaian yang
atau dermis        Hemodyalis akses longgar
       Hindari kerutan pada tempat
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil : tidur
       Kerusakan lapisan kulit       Integritas kulit yang       Jaga kebersihan kulit agar
(dermis) baik bisa dipertahankan tetap bersih dan kering
       Gangguan permukaan (sensasi, elastisitas,       Mobilisasi pasien (ubah
kulit (epidermis) temperatur, hidrasi, posisi pasien) setiap dua jam
       Invasi struktur tubuh pigmentasi) sekali
       Tidak ada luka/lesi       Monitor kulit akan adanya
Faktor Yang pada kulit kemerahan
Berhubungan :        Perfusi jaringan baik        Oleskan lotion atau
Eksternal :        Menunjukkan minyak/baby oil pada daerah
       Zat kimia, Radiasi pemahaman dalam yang tertekan
       Usia yang ekstrim proses perbaikan kulit       Monitor aktivitas dan
       Kelembapan dan mencegah mobilisasi pasien
       Hipertermia, Hipotermia terjadinya cedera       Monitor status nutrisi pasien
       Faktor mekanik berulang        Memandikan pasien dengan
(mis..gaya gunting       Mampu melindungi sabun dan air hangat
[shearing forces]) kulit dan Insision site care
       Medikasi mempertahankan        Membersihkan, memantau
       Lembab kelembaban kulit dan dan meningkatkan proses
       Imobilitasi fisik perawatan alami penyembuhan pada luka
Internal: yang ditutup dengan jahitan,
       Perubahan status cairan klip atau straples
       Perubahan pigmentasi        Monitor proses kesembuhan
       Perubahan turgor area insisi
       Faktor perkembangan        Monitor tanda dan gejala
       Kondisi infeksi pada area insisi
ketidakseimbangan        Bersihkan area sekitar
nutrisi (mis.obesitas, jahitan atau staples,
emasiasi) menggunakan lidi kapas
       Penurunan imunologis steril
       Penurunan sirkulasi        Gunakan preparat antiseptic,
       Kondisi gangguan sesuai program
metabolik        Ganti
balutan pada interval
       Gangguan sensasi waktu yang sesuai atau
       Tonjolan tulang biarkan luka tetap terbuka
(tidak dibalut) sesuai
program
Dialysis Acces Mainten

3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi.


Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Hasil
Risiko Infeksi NOC NIC
Definisi : Mengalami       Immune Status Infection Control (Kontrol
peningkatan resiko       Knowledge : Infection infeksi)
terserang organisme control        Bersihkan lingkungan
patogenik        Risk control setelah dipakai pasien lain
       Pertahankan teknik isolasi
Faktor Resiko : Kriteria Hasil:        Batasi pengunjung bila perlu
Penyakit kronis.        Klien bebas dari tanda       Instruksikan pada
       Diabetes melitus dan gejala infeksi pengunjung untuk mencuci
       Obesitas        Mendeskripsikan tangan saat berkunjung dan
Pengetahuan yang tidak proses penularan setelah berkunjung
cukup untuk penyakit, faktor yang meninggalkan pasien
menghindari mempengaruhi        Gunakan sabun antimikrobia
pemanjanan patogen. penularan serta untuk cuci tangan
Pertahanan tubuh penatalaksanaannya        Cuci tangan setiap sebelum
primer yang tidak       Menunjukkan dan sesudah tindakan
adekuat. kemampuan untuk keperawatan
       Gangguan peritalsis mencegah timbulnya       Gunakan baju, sarung
       Kerusakan integritas kulit infeksi tangan sebagai alat
(pemasangan kateter       Jumlah leukosit dalam pelindung
intravena, prosedur batas normal        Pertahankan lingkungan
invasif)        Menunjukkan perilaku aseptik selama pemasangan
       Perubahan sekresi pH hidup sehat alat
       Penurunan kerja siliaris        Ganti letak IV perifer dan
       Pecah ketuban dini line central dan dressing
       Pecah ketuban lama sesuai dengan petunjuk
       Merokok umum
       Stasis cairan tubuh        Gunakan kateter intermiten
       Trauma jaringan (mis, untuk menurunkan infeksi
trauma destruksi kandung kencing
jaringan)        Tingktkan intake nutrisi
Ketidakadekuatan        Berikan terapi antibiotik bila
pertahanan sekunder perlu
       Penurunan hemoglobin        Infection Protection
       Imunosupresi (mis, (proteksi terhadap infeksi)
imunitas didapat tidak        Monitor tanda dan gejala
adekuat, agen infeksi sistemik dan lokal
farmaseutikal termasuk        Monitor hitung granulosit,
imunosupresan, steroid, WBC
antibodi monoklonal,        Monitor kerentangan
imunomudulator) terhadap infeksi
       Supresi respon inflamasi        Batasi pengunjung
Vaksinasi tidak adekuat        Sering pengunjung terhadap
Pemajanan terhadap penyakit menular
patogen lingkungan        Pertahankan teknik aspesis
meningkat pada pasien yang beresiko
       Wabah        Pertahankan teknik isolasi
Prosedur invasif k/p
Malnutrisi        Berikan perawatan kulit
pada area epidema
       Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
       Inspeksi kondisi luka / insisi
bedah
       Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
       Dorong masukan cairan
       Dorong istirahat
       Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
       Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
       Ajarkan cara menghindari
infeksi
       Laporkan kecurigaan infeksi
       Laporkan kultur positif
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Ed 8.. Jakarta :


EGC.
Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Price, Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Reeves, J. Charlene. Et al. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Ed. I.Jakarta :
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai