CA BULI-BULI
Disusun Oleh :
Chandyka Oprasetya S
P.17420113046
LAPORAN PENDAHULUAN
CA BULI-BULI
A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Kanker (karsinoma) kandung kemih (buli-buli / vesika urinaria) adalah suatu
kondisi medis yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal sel kanker atau tumor
pada kandung kemih.
Carcinoma buli adalah tumor yang didapatkan pada buli-buli atau kandung
kemih yang akan terjadi gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air kencing
warna merah terus.
Kanker kandung kemih (karsinoma buli-buli adalah kanker yang mengenai
kandung kemih dan kebanyakan menyerang laki-laki berusia di atas 50 tahun
(Nursalam, 2009).
Karsinoma buli-buli merupakan tumor superfisial. Tumor ini lama kelamaan
dapat mengadakan infiltrasi ke lamina phopria, otot & lemak perivesika yang
kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitar (Basuki B. Purnomo, 2000).
2.
Etiologi
Etiologi yang pasti dari kanker kandung kemih tidak diketahui. Akan tetapi
ada kanker ini memiliki beberapa faktor resiko (Menurut Nursalam, 2009) :
a. Para pekerja di pabrik kimia (terutama cat), laboratorium pabrik korek api, tekstil,
pabrik kulit, dan pekerja salon karena sering terpapar oleh bahan karsinogen
(senyawa air aromatik 2 naftilamin, bensidin, dan 4 aminobifamil).
b. Perokok aktif karena rokok mengandung bahan karsinogen berupa amin aromatic
dan nitrosamine
c. Infeksi saluran kemih seperti E. Coli dan proteus spp yang menghasilkan
nitrosamine sebagai zat karsinogen
d. Sering mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin dan
siklamat, serta pemakaian obat-obatan siklofosfamid melalui intravesika,
fenasetin, opium, dan antituberkulosis INH dalam jangka waktu lama.
e. Usia, resiko terjadinya kanker kandung kemih meningkat sejalan dengan
pertambahan usia.
f. Ras, orang kulit putih memiliki resiko 2 kali lebih besar, resiko terkecil terdapat
pada orang Asia.Pria, memiliki resiko 2-3 kali lebih besar.
Kode
Tis
Keterangan
Carcinoma insitu (pre invasive Ca)
Cara pemeriksaan untuk menetapkan
2.
Tx
3.
To
4.
T1
5.
T2
6.
T3
7.
8.
9.
T3a
T3b
T4
10.
T4a
diraba di buli-buli.
Invasi otot yang lebih dalam
Perluasan lewat dinding buli-buli
Tumor sudah melewati struktur sebelahnya
Tumor mengadakan invasi ke dalam prostate,
11.
T4b
uterus vagina
Tumor sudah melekat pada dinding pelvis
atau infiltrasi ke dalam abdomen
Kode
Nx
Keterangan
Minimal yang ditetapkan kel. Lymfe regional
No
N1
regional.
Pembesaran tunggal kelenjar lymfe regional
yang homolateral.
4.
N2
5.
N3
6.
N4
tumor
Pemebesaran kelenjar lymfe juxta regional
Kode
Mx
Keterangan
Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk
menetapkan adanya metastase jauh, tak dapat
2
3
M1
M1a
dilaksanakan.
Adanya metastase jauh.
Adanya metastase yang tersembunyi pada
M1b
test-test biokimia.
Metastase tunggal dalam satu organ yang
M1c
tunggal.
Metastase multiple dalam satu terdapat organ
M1d
yang multiple.
Metastase dalam organ yang multiple
4. Patofisiologi
Kanker kandung kemih lebih sering terjadi pada usia di atas 50 tahun dan
angka kejadian laki-laki lebih besar daripada perempuan. Karena usia yang semakin
tua, maka akan terjadi penurunan imunitas serta rentan terpapar radikal bebas
menyebabkan bahan karsinogen bersirkulasi dalam darah. Selanjutnya masuk ke
ginjal dan terfiltrasi di glomerulus. Radikal bebas bergabung dengan urin terus
menerus, masuk ke kandung kemih. Radikal bebas mengikat elektron DNA & RNA
sel transisional sehingga terjadi kerusakan DNA. Mutasi pada genom sel somatik
menyebabkan pengaktifan oonkogen pendorong pertumbuhan, perubahan gen yang
mengendalikan pertumbuhan, dan penonaktifan gen supresor kanker. Sehingga
produksi gen regulatorik hilang dan replikasi DNA berlebih. Akhirnya terjadi kanker
pada kandung kemih.
5. Pathways
6. Manifestasi Klinis
Gejalanya bisa berupa:
a. Hematuria (adanya darah dalam kencing).
b. Rasa terbakar atau nyeri ketika berkemin.
c.
d.
e.
f.
g.
7. Komplikasi Ca Buli-buli
a. Infeksi sekunder bila tumor mengalami ulserasi
b. Retensi urine bila tumor mengadakan invasi ke bladder neck
c. Hydronephrosis oleh karena ureter mengalami oklusi
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Tidak ada tes screening dini yang akurat untuk menemukan penyakit ini, namun
dapat dilakukan sitologi urine untuk melihat adanya sel kanker. Lavase kandung
kemih dengan salin mungkin akurat. Aliran sitometri dari urine untuk memeriksa
ploidi DNA. Pielogram IV untuk mengevaluasi traktus urinarius bagian atas dan
pengisian kandung kemih. Biopsy pada daerah yang dicurigai.
b. Pemeriksaan air kemih menunjukkan adanya darah dan sel-sel kanker.
c. Sistografi atau urografi intravena bisa menunjukkan adanya ketidakteraturan pada
garis luar dinding kandung kemih.
d. USG, CT scan atau MRI bisa menunjukkan adanya kelainan dalam kandung
kemih.
e. Sistoskopi dilakukan untuk melihat kandung kemih secara langsung dan
mengambil contoh jaringan untuk pemeriksaan mikroskopik.
f. Laboratorium
1) Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau micros
hematuria
2) Leukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri dalam
urine
g. Pemeriksaan IVP dapat mendeteksi adanya tumor kandung kemih berupa filling
defect/massa tumor , tumor sel transisional yang berada pada ureter atau pielum,
dan adanya hidroureter atau muara ureter.
h. Angography untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh lymphe
9. Penatalaksanaan
a. Kemoterapi
Kemoterapi
dengan
doxorubisin (adreamisin)
menggunakan
kombinasi
metotreksat,
vinblastin,
sebagian pasien. Kemoterapi intra vena dapat dapat dilakukan bersama dengan
terapi radiasi.
Kemoterapi topical (kemoterapi intravesikal atau terapi dengan memasukkan
larutan obat anti neoplastik kedalam kandung kemih yang membuat obat tersebut
mengenai dinding kandung kemih) dapat dipertimbangkan jika terdapat resiko
kekambuhan yang tinggi, jika terdapat kanker in situ atau jika resksi tumor tidak
tuntas.
b. Penyinaran
Radiasi tumor dapat dilakukan sebelum pembedahan untuk mengurangi
mikroekstensi neoplasma dan viabilitas sel-sel tumor sehingga kemungkinan
timbulnya kanker tersebut didaerah sekitarnya atau kemungkinan penyebaran selsel kanker lewat sirkulasi darah atau system infatik dapat dikurangi.
c. Pembedahan
Sistektomi sederhana (pengangakatan kandung kemih) atau sistektomi radikal
dilakukan pada kanker kandung kemih yang invasive atau multifocal.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA BULI BULI
1. Pengkajian
a) Biodata
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal
masuk, dan no register.
b) Keluhan utama
Keluhan utama adalah mengeluh kencing darah yang intermitten, merasa panas
waktu kencing. Merasa ingin kencing, sering kencing terutama malam hari dan
pada fase selanjutnya sukar kencing, nyeri suprapubik yang konstan, panas badan
dan merasa lemah, nyeri pinggang karena tekanan saraf, dan nyeri pada satu sisi
karena hydronephrosis.
c) Riwayat penyakit sekarang
Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas dan factor yang mempengaruhi
atau memperberat keluhan sehingga dibawa ke rumah sakit.
d) Riwayat penyakit masa lalu
Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien.
e) Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga ada yang menderita penyakit batu buli buli atau tidak, ada
penyakit menurun atau menular.
f) Pemeriksaan Fisik
1. (B1) Breath
Pada Inspeksi pernapasan berapa kali dalam satu menit, apa ada rektraksi otot
otot bantu pernapasan, pada Auskultasi adakah suara nafas tambahan ronchi atau
wheezing.
2. (B2) Blood
Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau micros
hematuria, Lukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri
dalam urine. Pada auskultrasi didapatkan suara S1 dan S2 tungggal, tidak ada
murmur.
3. (B3) Brain
a) Tingkat kesadaran biasanya compos mentis
b) Kepala, leher.
Pada post operasi batu buli buli tidak mengalami gangguan
c) Mata.
Pada post operasi batu buli buli tidak mengalami gangguan.
d) Telinga, hidung, mulut dan tenggorokan
Pada post operasi batu buli buli tidak mengalami gangguan.
e) Motorik.
Pada pergerakan terjadi pengurangan aktivitas karena sakitnya (nyeri).
f) Sensorik
Pada penglihatan tidak terjadi penurunan tajam penglihatan
4. (B4) Bladder
Sebelum operasi mengalami gangguan buang air kecil, kadang kadang
hematuri dan nyeri waktu buang air kecil. Setelah operasi mengalami gangguan
miksi spontan karena terpasang Dower Kateter.
5. (B5) Bowel
Biasanya tidak mengalami gangguan buang air besar.
6. (B6) Bone
Adanya keterbatasan aktivitas akibat nyeri yang timbul dan tidak mengalami
gangguan ekstremitas atas maupun ekstremitas bawah.
g) Riwayat psikologis.
Dalam hal ini yang perlu dikaji adalah tanggapan pasien mengenai penyakitnya
stelah dilakukan operasi dan bagaimana hubungan pasien dengan orang lain serta
semangat dan keyakinan pasien untuk sembuh.
h) Pemeriksaan fisik dan klinis
1. Inspeksi , tampak warna kencing campur darah, pemebesaran suprapubic bila
tumor sudah besar.
2. Palpasi, teraba tumor /msasa) suprapubic, pemeriksaan bimanual teraba tumor
pada dasar buli-buli dengan bantuan general anestesi baik waktu VT atau RT.
i) Pola fungsional
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Merasa lemah dan letih
e) Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak
f)
a)
b)
c)
3. Rencana Keperawatan
Pre Operasi :
a) Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan
syaraf, infiltrasi system suplai syaraf, obtruksi jalur syaraf, inflamasi).
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....x 24jam diharapkan
nyeri berkurang
Kriteria hasil :
1) Menyatakan nyeri berkurang atau terkontrol
2) Menunjukkan ekspresi wajah atau postur tubuh rileks
3) TTV dalam batas normal
4) Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tekhnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan )
Intervensi :
1) Kaji nyeri : karakteristik, intensitas, lamanya dan faktor yang mempengaruhi
nyeri.
2) Beri kompres hangat pada daerah yang nyeri.
3) Berikan terapi non farmakologis untuk menghilangkan nyeri seperti teknik
nafas dalam dan teknik distraksi.
4) Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti
mendengarkan musik atau nonton TV.
nutrisi
(kurang
dari
kebutuhan
tubuh)
berhubungan
dengan
klien.
3) Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake
cairan yang adekuat (porsi sedikit tapi sering). Anjurkan pula makanan kecil
untuk klien.
4) Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. hindarkan makanan
yang terlalu manis, lemak dan pedas untuk mencegah mual muntah, distensti
berlebihan
5) Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman
atau keluarga.
berpartisipasi
dalam pengobatan.
Intervensi :
1) Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.
2) Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut,
konfrontasi.
3) Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping.
4) Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system.
5) Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Intra Operasi :
a) Resiko tinggi infeksi b.d prosedur invasif: pembedahan, infus, DC
Tujuan : stelah dilakkukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam diharapkan
tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil :
1) Selama dilakukan tindakan operasi tidak terjadi transmisi agent infeksi.
2) Alat dan bahan yang dipakai tidak terkontaminasi
Intervensi :
1) Gunakan pakaian khusus ruang operasi
2) Pertahankan prinsip aseptic dan antiseptik
b) Resiko hipotermi b.d berada diruangan yang dingin
Tujuan : stelah dilakkukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam diharapkan
tidak terjadi hipotermi
Kriteria hasil :
1) Temperature ruangan nyaman
2) Tidak terjadi hipotermi.
Intervensi :
1) Atur suhu ruangan yang nyaman
2) Lindungi area diluar wilayah operasi
c) Resiko cedera b.d gangguan persepsi sensori karena anestesi
Tujuan : stelah dilakkukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam diharapkan
tidak terjadi cedera
Kriteria hasil : Tidak terjadi injuri
Intervensi :
1)
Tidurkan klien pada meja operasi dengan posisi sesuai kebutuhan
Post Operasi :
a) Gangguan pertukaran gas, berhubungan dengan efek sisa anesthesia, imobilisasi,
nyeri.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan
tidak terjadi gangguan pertukaran gas.
Kriteria hasil :
1) Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
2) Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan
3) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed lips)
4) Tanda tanda vital dalam rentang normal
Intervensi :
a. Airway Management
1) Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
4) Pasang mayo bila perlu
5) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
7) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
8) Lakukan suction pada mayo
9) Berikan bronkodilator bial perlu
10) Barikan pelembab udara
11) Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
12) Monitor respirasi dan status O2
b. Respiratory Monitoring
1) Monitor rata rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
2) Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
retraksi otot supraclavicular dan intercostal
3) Monitor suara nafas, seperti dengkur
4) Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne
stokes, biot
5) Catat lokasi trakea
6) Monitor kelelahan otot diagfragma ( gerakan paradoksis )
7) Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
8) Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi
pada jalan napas utama
darah ortostatik )
Monitor vital sign
Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
Lakukan terapi IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan IV
Dorong masukan oral
Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk
Atur kemungkinan tranfusi
C. DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta.
Doengoes, M.E., 2003. Rencana Asuhan Keperawatan: : Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC : Jakarta.
Gale, Danielle & Charette, Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi.
EGC. Jakarta.
Nanda NIC & NOC.2013. Aplikasi Asuhan Keperawtaan Berdasarkan Diagnosa Medis.
NANDA internasional.