Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI URINE


(INKONTINENSIA URINE)
DI RUANG ALPHA RS. PANTI WILASA Dr. CIPTO SEMARANG

Disusun oleh :
DELISA ALFRIANI
P 17420113047

PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
SEMARANG
2014

A.

INKONTINENSIA URINE
1.DEFINISI
Inkontinensia Urin adalah suatu kondisi medis yang ditandai
dengan hilanganya kendali pada kandung kemih yang berakibat pada
kebocoran urin/mengompol. Kondisi ini biasanya merupakan gejala
dari penyakit yang mendasari atau masalah fisik, seperti infeksi
saluran kemih, konstipasi, diabetes, infeksi prostat, dan penyakit
neurologi. Beratnya kebocoran urin bervariasi dari satu individu
dengan yang lainnya. Beberapa orang kadang-kadang hanya
mengalami gejala kebocoran kecil sedangkan pada yang lainnya
seringkali dapat membasahi pakaian mereka. Ada beberapa tipe dari
inkontinensia urin: Inkontinensia Stress (mengompol sewaktu ada
tekanan yang mendesak ketika batuk, bersin, tertawa, olahraga dan
mengangkat

beban

berat),

Inkontinensia

Urgensi

(umumnya

disebabkan oleh infeksi saluran kemih, masalah pencernaan, dan


penyakit neurologis dan ditandai dengan keinginan berkemih yang
tiba-tiba, terus menerus mendesak diikuti dengan berkemih secara
tidak sadar), Overflow Inkontinensia

(ketidakmampuan

untuk

mengosongkan kandung kemih dan umumnya ditemukan pada orangorang dengan kerusakan kandung kemih atau sumbatan pada uretra),
Inkontinensia Campuran (campuran dari dua atau lebih tipe
inkontinensia urin), Inkontinensia Fungsional (dialami oleh orang tua
di rumah jompo akibat gangguan fisik atau mental yang mencegah
mereka untuk berkemih ke toilet) dan Inkontinensia Total (kebocoran
berkelanjutan dari urin sepanjang hari). Selain berdampak negatif
kepada kehidupan sosial sehari-hari seseorang, inkontinensia urin
tidak mengancam jiwa.
Penyebab Inkontinensia Urin adalah:
Kerusakan pada syaraf yang mengendalikan kandung kemih dan

otot yang terlibat di dalam buang air kecil


Melemahnya otot-otot dasar panggul
Menderita Infeksi Saluran Kemih
Menderita Konstipasi
Peradangan vagina

Klasifikasi
Inkontinensia urine di klasifikasikan menjadi 3 ( Charlene J.Reeves at all )
1.
Inkontinensia Urgensi

Adalah pelepasan urine yang tidak terkontrol sebentar setelah ada


peringatan ingin melakukan urinasi. Disebabkan oleh aktivitas otot destrusor
yang berlebihan atau kontraksi kandung kemih yang tidak terkontrol.
2.
Inkontinensia Tekanan
Adalah pelepasan urine yang tidak terkontrol selama aktivitas yang
meningkatkan tekanan dalam lubang intra abdominal. Batuk, bersin, tertawa
dan mengangkat beban berat adalah aktivitas yang dapat menyebabkan
inkontinensia urine.
3. Inkontinensia Aliran Yang Berlebihan ( Over Flow Inkontinensia )
Terjadi jika retensi menyebabkan kandung kemih terlalu penuh dan
sebagian terlepas secara tidak terkontrol, hal ini pada umumnya disebabkan
oleh neurogenik bladder atau obstruksi bagian luar kandung kemih.
Risiko terjangkit Inkontinensia Urin meningkat bila Anda:

Adalah seorang pecandu alkohol

Adalah seorang perempuan

Adalah seorang perokok

Bertambah tua

Memiliki Tumor Otak

Mengkonsumsi kafein terlalu banyak

Sebelumnya pernah menderita Stroke

Sebelumnya pernah menjalani Histerektomi

Sedang hamil

Sedang menderita Jejas pada Sumsum Tulang Belakang

Sedang menderita Obesitas

Sedang menderita Penyakit Parkinson

Sedang menderita Sklerosis Multipel

Sedang menggunakan Obat Penenang

Sedang menggunakan Pelemas Otot

Sedang mengkonsumsi Antihipertensi

Telah didiagnosa mengidap Diabetes Mellitus

Telah didiagnosa mengidap Penyakit Ginjal

2. PATHWAYS INKONTINENSIA URIN

B. PENGKAJIAN
1. Riwayat Keperawatan
Riwayat keperawatan mencakup tinjauan ulang pola eliminasi dan gejalagejala perubahan urinarius, serta mengkaji faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi klien untuk berkemih secara normal.
2. Pengkajian fisik
a. Kulit : perawat mengkaji kondsi kulit klien. Masalah eliminasi urin
sering dikaitkan dengan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Perawat mengkaji status hidrasi klien dengan mengkaji turgor kulit
dan mukosa mulut.
b. Ginjal
Apabila ginjal terinfeksi atau mengalami peradangan biasanya timbul
nyeri di daerah inggul. Perawat dapat mengkaji nyeri tekan di daerah
pinggul

pada

awal

penyakit

pada

saat

memperkusi

sudut

kostavertebrata (sudut yang dibentuk oleh tulang belakang dan tulang


rusuk ke 12). Peradanga ginjal menimbulkan nyeri selama perkusi
dilakukan. Auskultasi juga dilakukan untuk mendeteksi adanya bunyi
bruit di arteri ginjal (bunyi yang dihasilkan dari perputaran aliran
darah yang melalui arteri yang sempit).
c. Kandung kemih
Pada inspeksi, perawat dapat melihat adanya pembengkakan atau
lekukan konveks pada abdomen bagian bawah. Dengan palpasi
abdomen bagian bawah, kandung kemih dalam keadaan normal teraba
lunak dan bundar. Saat perawat member tekanan ringan pada kandung

kemih, klien mungkin merasakan suatu nyeri tekan bahkan sakit.


Walaupun kandung kemih tidak terlihat, palpasi dapat menyebabkan
klien merasa ingin berkemih. Perkusi pada kandung kemih yang penuh
menimbulkan bunyi perkusi tumpul.
d. Meatus uretra
Perawat menginspeksi orifisum vagina

dengan

cermat

dan

mendeskripsikaan adanya rabas. Infeksi juga dapat diindikasikan oleh


adanya kemerahan dan peradangan pada mukosa vagina. Meatus
uretra pria dalam kondisi normal merupakan suatu lubang kecil di
ujung penis. Perawat menginspeksi meatus untuk melihat adanya
rabas, inflamasi, dan luka.
e. Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan urin meliputi asupan dan haluaran dan karakteristik
urine.
3. Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehtan
Menjelaskan tentang pola yang dipahami klien tentang kesehatan dan
bagaimana kesehatan dikelola.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Nutrisi yang meliputi keluhan dalam makan : adakah keluhan
anoreksia, adakah keluhan mual atau muntah (jika muntah berapa
jumlahnya), sakit saat menelan, makanan yang disukai klien, makanan
pantangan atau makanan tertentu yang mengakibatkan alergi, adakah
makanan yang dibatasi, adakah penurunan berat badan dalam 6 bulan
terakhir.
Pengkajian nutrisi yang meliputi :
Antopometri (A) :BB, TB, LILA (data dari pemeriksaan fisik)
Biochemical (B) : hasil pemeriksaan laboratorium (Hb,albumin)
Clinical (C) : konjungtiva anemis, rambut tipis kemerahan, dll
Diit (D) : kaji pola makan (frekuensi, porsi makan, jenis makanan
yang biasa dikonsumsi)
c. Pola eliminasi
Eliminasi feses : pola BAB (frekuensi, waktu. Warna, konsistensi,
penggunaan

pencahar

atau

enema,

adanya

keluhan

diare/obstipasi/konstipasi),adakah perubayhan dalam kebiasaan BAB


(penggunaan alat tertentu misal: kolostomi atau ileostomi)
Eliminasu urin : pola BAK (frekuensi, waktu, warnanya, jumlah),
penggunaan alat-alat misalnya: kateter, adanya keluhan (inkontinensia
urin, anuria, hematuria, disuria, retensi urin, dll), keluhan berhubungan
dengan kulit (kulit terasa panas atau dingin, kering atau gatal), keluhan
berhubungan dengan kulit (kulit terasa panas/dingin, kering atau gatal)

d. Pola Aktivitas Latihan


Kemampuan dalam menata diri, apabila tingkat kemampuannya :
0 : mandiri
1 : manggunakan alat bantu
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang dan peralatan
4 : katergantungan/tidak mampu
Aktivitas sehari hari antara lain : makan, mandi, berpakaian,
toileting, tingkat mobilitas tempat tidur, berpindah, berjalan, kekuatan
otot, dan range of motion, olahraga yang dilakukan, kesulitan/keluhan
dalam aktivitas : keluhan sesak napas setelah melakukan aktivitas,
merasa mudah kelelahan
e. Pola Istirahat Tidur
Kebiasaan tidur (waktu, lama, dan pengantar tidur), Kesulitan tidur
(mudah terbangun, sulit memulai tidur, terasa tidak puas setelah
bangun dll)
f. Pola Persepsi Sensori dan Kognitif
Keluhan yang berkenaan dengan kemampuan sensasi (penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecapan, dan peraba), Alat bantu yang
digunaan (kacamata, alat bantu dengar), Kemampuan kognitif
(kemampuan mengingat tempat, orang, waktu, memahami pesan yang
diterima,dan mengambil keputusan yang bersifat sederhana), Persepsi
terhadap nyeri dengan pendekatan P,Q,R,S,T
Palliative/Profokative (P) : penyebab nyeri, faktor yang meningkatkan
atau menurunkan nyeri
Qualitas/Quantitas (Q) : Frekuensi dan lamanya keluhan dirasakan
serta deskripsi sifat nyeri yang dirasakan
Regio/tempat (R) : Lokasi sumber nyeri dan penyebarannya
Skala (S) : Derajat nyeri dengan menggunakan rentang nilai
Time (T) : Kapan keluhan dirasakan dan lamanya keluhan berlangsung
Kesulitan yang dialami (sering pusing, menurunnya sensitifitas
terhadap nyeri, panas/dingin)
g. Pola Peran dan Hubungan
Mengkaji bagaimana hubungan klien dengan orang lain, meliputi :
keluarga, tenaga kesehatan danklien lain, apakah keadaan
penyakitnya mempengaruhi hubungan tersebut.
Kemampuan klien dalam berkomunikasi; jelas relevan, mampu
mengekspresikan, mampu mengerti orang lain.
Siapa orang terdekat dan lebih berpengaruh terhadap klien dan kepada
siapa klien meminta bantuan jika mengalami kesulitan.
h. Pola Seksual Reproduktif
Bagaimana pemahaman klien terhadap fungsi seksual, Adakah
gangguan hubungan seksual disebabkan oleh berbagai kondisi

(fertilitas, libido, ereksi, menstruasi, kehamilan, pemakaian alat


kontrasepsi), Adakah permasalahan selama malakukan aktivitas
seksual (ejakulasi dini, impoten, disparenuria, pendarahan, dll)
Pengkajian pada wanita : Riwayat menstruasi : Periode menstruasi
terakhir (PMT), keteraturan dan masalah menstruasi.
Riwayat kehamilan : Jumlah kelahiran, kehamilan, dan anak
Pemeriksaan ginekologi : pap smear, pemeriksaan payudara sendiri
tiap bulan.
i. Pola Persepsi dan konsep diri
Persepsi tentang dirinya : Hal yang dipikirkan saat ini, harapan setelah
menjalani perawatan, perubahan yang dirasa setelah sakit. Status
Emosi : Bagaimana perasaan klien saat ini (sedih, marah, gembira dll),
Apakah perilaku nonverbal klien sesuai dengan perilaku verbalnya.
Konsep diri :
Citra diri atau body image : Bagaimana persepsi klien terhadap
tubuhnya,

adakah

pengaruh

penyakit

yang

dialami

terhadap

persepsimklien tersebut.
Identitas : Bagaimana status dan posisi klien sebelum dirawat,
bagaimana kepuasan klien terhadap status danposisinya, bagaimana
kepuasan klien terhadap gender.
Peran : Tugas atau peran apa yang diemban klien dalam keluarga,
kelompok,

masyarakat,

bagaiman

kemampun

klien

dalam

melaksanakan peran tersebut, apakah selama dirawat klien mengalami


perubahan peran.
Ideal diri : Bagaimana harapan klien terhadap tubuh atau posisi atau
perannya, bagaiman harapan klien terhadap lingkungan dan dirinya.
Harga diri : Bagaimana penilaian atau penghargaan orang lain terhadap
dirinya, apakah klien merasa rendah diri daengan keadaanny.
j. Pola Toleransi Koping stres
Koping mekanisme yang digunakan pada saat terjadinya masalah atau
kebiasaan menggunakn koping mekanisme serta tingakt toleransi stres
yeng

pernah dimilikinya,

Bagaiman klien dalam mengambil

keputusan, yang dilakukan oleh klien jika menghadapi suatu masalah,


misalnya memecahkan masalah, mencari pertolongan atau berbicara
dengan orang lain, makan, tidur, minum obat obatan, marah, diam, dll.
k. Pola Nilai dan Keyakinan
Menurut klien siapa atau apa sumber kekuatan batinnya.Bagaimana
klien menjalankan kegiatan agam atau kepercayaan, attaukah klien
mengalami permasalahan berkaitan dengan aktivitas tersebut selama
dirawat.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan inkontinensia urine.

b. Gangguan rasa nyaman : Nyeri yang berhubungan dengan obstruksi pada


uretra.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan muntah.
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada perut.
e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
D.

RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa

Keperawatan
Gangguan

Tujuan
a. Klien dapat

pola

mengontrol

eliminasi

pengeluaran

urin

urin setiap 4

berhubungan
dengan
inkontinensia

jam.
b. Tidak ada
tanda-tanda
retensi dan
inkontinensia
urin.
c. Klien
berkemih
dalam
keadaan
rileks

Intervensi
1. Monitor keadaan
bladder setiap 2
jam
2. Tingkatkan
aktivitas dengan
kolaborasi
dokter/fisioterapi
3. Kolaborasi dalam
bladder training
4. Hindari factor

Rasional
1. Membantu
mencegah
distensi atau
komplikasi
2. Meningkatkan
kekuatan otot
ginjal dan
fungsi bladder
3. Menguatkan
otot dasar

pencetus

pelvis
inkontinensia urin 4. Mengurangi/
menghindari
seperti cemas.
5. Kolaborasi
inkontinensia
5. Mengatasi
dengan dokter
factor
dalam pengobatan
penyebab
dan katerisasi.
6. Meningkatkan
6. Jelaskan tentang :
a. Pengobatan
pengetahuan
b. Kateter
dan diharapkan
c. Penyebab
d. Tindakan
pasien lebih
lainnya.

kooperatif.

TINDAKAN KEPERAWATAN
Pengumpulan Urine untuk Bahan Pemeriksaan
Mengingat tujuan pemeriksaan berbeda-beda, maka pengambilan sampel

urine juga dibeda-bedakan sesuai dengan tujuannya. Cara pengambilan urine


tersebut antara lain : pengambilan urine biasa, pengambilan urine steril dan
pengumpulan selama 24 jam.

1. Pengambilan urine biasa merupakan pengambilan urine dengan cara


mengeluarkan urine seperti biasa, yaitu buang air kecil. Biasanya untuk
memeriksa gula atau kehamilan.
2. Pengambilan urine steril merupakan pengambilan urine dengan cara
dengan menggunakan alat steril, dilakukan dengan menggunakan alat
steril, dilakukan dengan keteterisasi atau pungsi supra pubis.
Pengambilan urine steril bertujuan mengetahui adanya infeksi pada
uretra, ginjal atau saluran kemih lainnya.
3. Pengambilan urine selama 24 jam merupakan pengambilan urine yang
dikumpulkan dalam 24 jam, bertujuan untuk mengeetahui jumlah urine
selama 24 jam dan mengukur berat jenis urine, asupan dan pengeluaran
serta mengetahui fungsi ginjal.
Alat :
Botol penampung beserta penutup
Etiket khusus
Prosedur Kerja :
a. Mencuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Bagi pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri, bantu
untuk BAK, keluarkan urine setelah itu tampung dengan
meggunakan botol
d. Bagi pasien yang mampu BAK sendiri, anjurkan pasien untuk
BAK dan anjurkan untuk menampung urine ke dalam botol
e. Catat nama dan tanggal pengambilan pemeriksaan
f. Cuci tangan
Menolong pasien untuk buang air kecil dengan menggunakan urinal
Menolong BAK dengan menggunakan urinal merupakan tindakan
keperawatan dengan membantu pasien yang tidak mampu BAK sendiri
di kamar kecil dengan menggunakan alat penampung dengan tujuan
menampung urine dan mengetahui kelainan urine (warna dan jumlah).
Alat dan bahan :
Urinal
Pengalas
Tisu
Prosedur Kerja :
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur pada pasien
c. Pasang alas urinal di bawah glutea
d. Lepas pakaian bawah pasien
e. Pasang urinal di bawah glutea/pinggul atau diantara kedua paha
f. Anjurkan pasien untuk berkemih
g. Setelah selesai, rapikan alat
h. Cuci tangan dan catat warna serta jumlah produksi urine

Melakukan kateterisasi
Indikasi :
1. Tipe Intermitten
Tidak mampu berkemih 8 12 jam setelah operasi
Retensi akut setelah trauma uretra
Tidak mampu berkemih akibat obat sedatif atau analgesic
Cedera pada tulang belakang
Degenerasi neuromuskular secara progresif
Pengeluaran urine residual
2. Tipe Indwelling
Obstruksi aliran urine
Pasca operasi saluran uretra dan struktur disekitarnya
Obstruksi uretra
Inkontinensia dan disorientasi berat
Alat dan bahan :
a. Sarung tangan steril
b. Kateter steril (sesuai dengan ukurannya dan jenis)
c. Duk steril
d. Minyak pelumas/ gel
e. Larutan pembersih antiseptic
f. Spuit yang berisi cairan
g. Perlak dan alasnya
h. Pinset anatomi
i. Bengkok
j. Urinal bag
k. Sampiran
Prosedur Kerja
Untuk pasien pria :
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur
c. Atur ruangan/pasang sampiran
d. Pasang perlak/alas
e. Gunakan sarung steril
f. Pasang duk steril
g. Pegang penis dengan tangan sebelah kiri, lalu preputium
ditarik sedikt ke pangkalnya dan bersihkan dengan kapas
savlon
h. Beri gel pada ujung kateter, lalu masukkan pelan-pelan
sambil anjurkan untuk tarik napas
i. Jika tertahan, jangan dipaksa
j. Setelah kateter masuk, isi balon dengan cairan aquades
k. Sambung kateter dengan urobag dan fiksasi ke arah paha
l. Rapikan alat
m. Cuci tangan
Untuk pasien wanita :
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur
c. Atur ruangan
d. Pasang perlak/alas
e. Gunakan sarung tangan steril
f. Pasang duk steril
g. Bersihkan vulva kapas savlon dari atas ke bawah

h. Buka labia mayor dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri
lalu bersihkan bagian dalam
i. Beri gel pada ujung kateter lalu masukkan pelan-pelan
sambil anjurkan tarik napas, hingga urine keluar
j. Setelah selesai, isi balon dengan cairan aquades atau
sejenisnya menggunakan spoit
k. Sambung kateter dengan urine bag dan fiksasi ke arah
samping
l. Rapikan alat
m. Cuci tangan
Menggunakan kondom kateter
Menggunakan kondom kateter merupakan tindakan keperawatan
dengan cara memberikan kondom kateter pada pasien yang tidak
mampu mengontrol berkemih.Cara ini bertujuan agar pasien dapat
berkemih dan mempertahankannya.
Alat dan bahan :
Sarung tangan
Air sabun
Pengalas
Kondom kateter
Urinal bag
Sampiran
Prosedur kerja
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur pada klien
c. Atur ruangan/pasang sampiran
d. Pasang perlak/alas
e. Gunakan sarung tangan
f. Atur posisi klien dengan terlentang
g. Bersihkan area genitalia dengan sabun dan bilas dengan air
hangat bersih kemudian keringkan
h. Lakukan pemasangan kondom dengan menyisakan 2,5 5
cm ruang antara glans penis dengan ujung kondom
i. Letakkan batang penis dengan perekat elastis, tapi jangan
terlalu ketat
j. Hubungkan ujung kondom kateter dengan saluran urobag
k. Rapikan alat
l. Cuci tangan
E. EVALUASI
Untuk mengukur hasil akhir dan respons klien terhadap asuhan keperawatan,
perawat mengukur keefektifan semua intervensi.
Tujuan optimal dari intervensi keperawatan yang dilakukan ialah :
1. Kemampuan klien untuk berkemih secara voluter tanpa mengalami gejalagejala (misal urgensi, disuria, atau sering berkemih).

2. Urin yang keluar harus berwarna kekuningan, jernih, tidak mengandung


unsur-unsur abnormal, dan memiliki Ph serta berat jenis dalam rentang
nilai yang normal.

F.

REFERENSI

Perry Potter. 1997. Fundamental Of Nursing : konsep, proses, dan praktek.


Jakarta. ECG.
Tarwoto-Wartonah. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta ; Salemba Medika
Uliyah Musrifatul, A. Aziz Alimul Hidayat. 2002. Buku Saku Praktikun
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta. ECG

Anda mungkin juga menyukai