LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS
Nama
: Tn Y
Usia
: 75 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Status
: menikah
Pendidikan
II.
: SD
Alamat
: cangakan baran
No. RM
: 58-81-81
ANAMNESIS
a. Keluhan utama: benjolan di dubur
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke RS dengan keluhan benjolan didalam dubur kurang lebih 6 bulan
sebelum masuk Rumah Sakit. Benjolan terasa keras. Awalnya pasien mengalami diare
kurang lebih 4 bulan dan 2 bulan terakir sebelum masuk Rumah Sakit BAB berubah
menjadi butiran-butiran kecil yang disertai darah. Perut bagian bawah sering merasa
panas. Pasien sering mengeluh lemas. Mual (-) mutah (-), nafsu makan menurun. Pasien
juga mengeluh ada penurunan berat badan. Pasien adalah perokok berat. Sejak masih
muda pasien suka makan makanan berlemak terutama yang bersantan, dan suka pedas.
b. Riwayat penyakit dahulu
Hemoroid post operasi 15 tahun yang lalu.
c. Riwaya penyakit keluarga
- Tidak ada keluarga yang mempunyai keluhan serupa
III.
ASSESMENT
Tumor Recti
IV.
PLANNING
a. Biopsi insisi
Hasil Pemeriksaan penunjang: tumor recti suspek ganas
b. Pemeriksaan dari patologi anatomi
Hasil pemeriksaan patologi anatomi : Ca Recti Grade III
1
V.
VI.
VII.
DIAGNOSIS KERJA
Ca Recti Grade III
TERAPI
- Ceftriaxon 2x1
- Ketorolac 3x1
PLANING
Pembedahan ( reseksi abdominoperineal-quenu miles)
Radiasi
Kemoterapi
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI KANKER REKTUM
Kanker yang berada didalam rectum yang awalnya berasal dari adenokarsinoma .
adenokarsinoma adalah neoplasma ganas epithelial dengan sel-sel penyusun identik
structural, bahkan kadang-kadang fungsional, dengan sel-sel epitel kelenjar normal
pasangannya apokrin, endokrin dan kelenjar parenkim.
B. ETIOLOGY
a. Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon
atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip
bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
b. Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi yang menyebabkan
peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama
bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar
c. Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal dapat
terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker
di indung telur, uterus (endometrium) atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih
tinggi untuk terkena kanker colorectal.
d. Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda mempunyai riwayat kanker
colorectal pada keluarga, maka kemungkinan Anda terkena penyakit ini lebih besar,
khususnya jika saudara Anda terkena kanker pada usia muda.
e. Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak
dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena
kanker colorectal.
f. Usia di atas 50: Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua. Lebih
dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke
atas.
C. PATOFISIOLOGI CA REKTUM
Mukosa rektum yang normal sel-sel epitelnya beregenerasi setiap 6 hari. Pada
adenoma terjadi perubahan genetik yang mengganggu proses diferensiasi dan maturasi
sel-sel tersebut, yang dimulai dengan inaktivasi gen adenomatous polyposis coli (APC)
yang menyebabkan replikasi yang tidak terkontrol. Dengan peningkatan jumlah sel
tersebut menyebabkan terjadi mutasi yang mengaktivasi K-ras onkogen dan mutasi gen
p53, hal ini akan mencegah apoptosis dan memperpanjang hidup sel.
D. FAKTOR RESIKO
Etiologi dari kanker rektum belum diketahui, tetapi beberapa faktor resiko
dapat menyebabkan terjadinya kanker rektum. Beberapa resiko yang dapat berperan dalam
terjadinya karsinoma rekti antara lain :
- Faktor genetik seperti familial adenomatous polyposis (FAP), hereditary
nonpolyposis colorectal cancer (HNPCC).
- Riwayat keluarga yang menderita kanker kolorektal.
- Riwayat polip rektum, kanker ovarium, endometriosis, dan kanker payudara.
- Umur di atas 40 tahun.
- Inflamatory bowel disease seperti penyakit crohn, kolitis ulseratifa.
- Diet tinggi lemak rendah serat.
E. KLASIFIKASI
Klasifikasi berdasarkan sistem Tumor- Node-Metastase (TNM).
Obstruksi
usus adalah
lengkap
dari
usus
yang
pertumbuhan primer dan sebagian lagi dari mobilitas dan fiksasi lesi
Adanya tumor rektum
Lokasi dan jarak dari anus
Posisi tumor, melingkar / menyumbat lumen
Perlengketan dgn jar.sekitar
Dapat dilakukan biopsi cubit
b). Pemeriksaan penunjang
Ada beberapa tes yang dapat dilakukan untuk mendeteksi kanker rektum, antara lain:
1. Biopsi
Konfirmasi adanya malignansi dengan pemeriksaan biopsi sangat penting. Jika
ditemukan tumor dari salah satu pemeriksaan diatas, biopsi harus dilakukan. Secara
patologi anatomi, adenocarcinoma merupakan jenis yang paling sering yaitu sekitar 90
sampai 95% dari kanker usus besar. Jenis lainnya ialah karsinoma sel skuamosa,
carcinoid tumors, adenosquamous carcinomas, dan undifferentiated tumors.
2. Pemeriksaan Tumor marker
6
CEA (Carcinoma Embryonic Antigen), uji FOBT (Faecal Occult Blood Test)
untuk melihat perdarahan di jaringan.
3. Digital rectal examination atau biasa disebut rectal touche (colok dubur)
Sekitar 75% karsinoma rekti dapat dipalpasi pada pemeriksaan rektal.
Pemeriksaan dengan rektal touche akan mengenali tumor yang terletak sekitar 10 cm dari
rektum, massa akan teraba keras dan menggaung.
4. Foto rontgen dengan barium enema yaitu cairan yang mengandung barium,
dimasukkan melalui rektum untuk kemudian dilakukan foro rontgen.
5. Endoskopi
a. Sigmoidoskopi
Yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum dan sigmoid apakah
terdapat polip kanker atau kelainan lainnya. Alat sigmoidoscope dimasukkan melalui
rektum sampai kolon sigmoid, polip atau sampel jaringan dapat diambil untuk biopsi.
b. Kolonoskopi
Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh mukosa kolon
dan rectum. Kolonoskopi merupakan cara yang paling akurat untuk dapat
menunjukkan polip dengan ukuran kurang dari 1 cm dan keakuratan dari pemeriksaan
kolonoskopi sebesar 94%.
Sebuah kolonoskopi juga dapat digunakan untuk biopsi, polipektomi, mengontrol
perdarahan dan dilatasi dari striktur. Kolonoskopi merupakan prosedur yang sangat
aman dimana komplikasi utama (perdarahan, komplikasi anestesi dan perforasi) hanya
muncul kurang dari 0,2% pada pasien. Kolonoskopi merupakan cara yang sangat
berguna untuk mendiagnosis dan manajemen dari inflammatory bowel disease, non
akut divertikulitis, sigmoid volvulus, gastrointestinal bleeding, megakolon non toksik,
striktur kolon dan neoplasma.
c. Endoskopi UltraSound (EUS)
EUS secara signifikan menguatkan penilaian preoperatif dari kedalaman invasi
tumor, terlebih untuk tumor rektal. Keakurasian dari EUS sebesar 95%, 70% untuk CT
dan 60% untuk digital rektal examination. Pada kanker rektal, kombinasi pemakaian EUS
untuk melihat adanya tumor dan digital rektal examination untuk menilai mobilitas tumor
seharusnya dapat meningkatkan ketepatan rencana dalam terapi pembedahan dan
7
kekambuhan lokal di pelvis sebesar 46% dan angka kematian sebesar 29%. Pada
penanganan metastasis jauh, radiasi telah berguna mengurangi efek lokal dari metastasis
tersebut, misalnya pada otak. Radioterapi umumnya digunakan sebagai terapi paliatif
pada pasien yang memiliki tumor lokal yang unresectable.
3) Kemoterapi
Adjuvant chemotherapy, (menengani pasien yang tidak terbukti memiliki penyakit
residual tapi beresiko tinggi mengalami kekambuhan), dipertimbangkan pada pasien
dimana tumornya menembus sangat dalam atau tumor lokal yang bergerombol
(Stadium II lanjut dan Stadium III).
Pengambilan Keputusan Legal Etis dan Fungsi Advokasi pada Kasus Gangguan Sistem
Digestiv Pada Pasien Dengan Kasus Ca Rekti.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN LEGAL ETIS
Keputusan Etis adalah : keputusan tentang apa yang benar dan apa yang salah, keputusan
yang sering sulit dan rumit. Sementara sikap dan keputusan etis mau tidak mau harus di
NURSING ADVOCACY
A. Definisi
Advocacy is at the heart of nursing professional
B. Tujuan Advokasi
Membantu agar klien diperlakukan secara manusiawi.
Perawat melindungi klien agar diperlakukan dg baik dan terpenuhi kebutuhan fisik,
(spokesperson)
Perawat tidak dapat bertindak secara efektif sebagai akvokat apabila tdk ada kerjasama
C. Peran Advokasi
The advocate as guardian terhadap hak pasien
The advocate as conservator of the patients best interests
The advocate as protector terhadap otonomi pasien
The advocate as a champion terhadap keadilan
D. Jenis kegiatan advokasi
Anticipatory guidance (panduan antisipatif)
a.
b.
c.
Role Modeling
Perawat menjadi role model dengan berperilaku yang benar : berbicara , senyum,
penanganan pasien secara professional.
Educational information
12
a.
b.
c.
E.
a.
b.
c.
lain terlibat.
Pendekatan interdisiplin pada semua anggota tim kesehatan.
Proses Advokasi
a.
b.
c.
d.
e.
F.
2. Perencanaan
3. Kapan masalah diidentifikasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
G. Peran advokasi
13
Mentor
penasehat)
mempertahankan
sebagai
model
perilaku
yang
mendorong
klien,
masalah.
H. Prinsip-prinsip advokasi
Advokasi ditujukan pada kebutuhan klien, hak klien dan perhatiannya terhadap masalah.
Advokasi merupakan nilai-nilai yang didasarkan pada etika
Advokasi bertujuan mempertahankan prinsip keadilan
I. Menjadi advokat yang baik bagi klien
a. Percaya terhadapd diri sendiri. Yakin bahwa banyak yang dapat dilakukan
b. Mengatur
c. Identifikasi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi atau hak-hak klien. Apa masalahnya,
dengarkan dengan seksama masalahnya dan bantu.
d. Pahami aturan-aturan yang ada dan dampaknya terhadap klien
e. Pendekatan secara sistematis :
Kenali masalahnya
Identifikasi semua faktor yangg berhubungan.
Perjelas masalahnya
Buat rencana
Laksanakan
Dokumentasikan
Dengarkan klien secara hati-hati
Hasil yang akan dicapai (apa yang dicapai dan tdk dicapai)
Identifikasi kebutuhan pengembangan dan masalah yang dihadapi.
Ketahui sumber-sumber yangg tersedia, kaji faktor penghambat dan bgm
meminimalkan
Terbuka dan berkomunikasi dengan baik.
Lakukan feedback
Respect terhadap klien : budaya yang berbeda, keyakinan-keyakinan dan ide-ide.
Apabila tidak mampu menyelesaikan sendiri libatkan yang lain.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunicardi FC et al. Schwartzs principles of surgery. 8th edition. United States America :
McGraw Hill, 2005.826-42.
2. Cuschieri, Alfred et.al. Clinical Surgery. Blackwell Publishing company. UK. Second edition:
2003
3. Doherty, Gerard M. Current Diagnosis and treatment: Surgery. McGraw-Hill Companies.
USA. 13th edition: 2010
4. Lesmana L. Batu Empedu dalam Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid 1. Edisi 3. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2000.380-4.
5. Naeem, muhammad., et.al., 2012. Assessment of Characteristics of Patient with
Cholelithiasis from Economically Deprived Rural Karachi, Pakistan. BMC Research Note 5:
334
6. Reshetnyak, Vasiliy Ivanovich. 2012. Concept of the Pathogenesis and Treatment of
Cholelithiasis. World J Hepatology 4(2): 18-34
7. Schwartz S, Shires G, Spencer F. Prinsip-prinsip Ilmu Bedah (Principles of Surgery. Edisi 6.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000.459-64.
8. Sjamsuhidayat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2005. 570-9.
9. Wang, Helen H. 2008. Effect of ezetimibe on the Prevention and Dissolution of Cholesterol
Gallstone. Gastroenterology 134 (7) 2101-2110.
15