Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

CA REKTI

1. PENGERTIAN
Ca. Recti adalah keganasan jaringan epitel pada daerah rektum. Karsinoma
Recti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang khusus
menyerang bagian Recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak
terkendali. Karsinoma rekti merupakan keganasan visera yang sering terjadi yang
biasanya berasal dari kelenjar sekretorik lapisan mukosa sebagian besar kanker
kolonrektal berawal dari polip yang sudah ada sebelumnya. Karsinoma Rektum
merupakan tumor ganas yang berupa massa polipoid besar, yang tumbuh ke dalam
lumen dan dapat dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai cincin anular (Price and
Wilson, 2006).
2. ETIOLOGI
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor
risiko telah teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip pada keluarga,
riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak protein dan daging serta
rendah serat (Brunner & Suddarth, 2001).
a. Polip di usus (Colorectal polyps)
Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon atau rektum, dan sering
terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak
(bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
b. Ulseratif Kolitis
Ulseratif kolitis merupakan faktor risiko yang jelas untuk kanker kolon sekitar
1% dari pasien yang memiliki riwayat kronik ulseratif kolitis. Resiko
perkembangan kanker pada pasien ini berbanding terbalik pada usia terkena
kolitis dan berbanding lurus dengan keterlibatan dan keaktifan dari ulseratif
kolitis.
c. Penyakit Crohn
Pasien dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada kolon
(misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun
memiliki risiko yang lebih besar. Pasien yang menderita penyakit crohn’s
mempunyai risiko tinggi untuk menderita kanker kolorektal tetapi masih kurang
jika dibandingkan dengan ulseratif kolitis. Keseluruhan insiden dari kanker yang
muncul pada penyakit crohn’s sekitar 20%. Pasien dengan struktur kolon
mempunyai insiden yang tinggi dari adenokarsinoma pada tempat yang terjadi
fibrosis. Adenokarsinoma meningkat pada tempat strikturoplasty menjadikan
sebuah biopsy dari dinding intestinal harus dilakukan pada saat melakukan
strikturoplasty. Telah dilaporkan juga bahwa squamous sel kanker dan
adenokarsinoma meningkat pada fistula kronik pasien dengan crohn’s disease.
d. Riwayat Kanker
Sekitar 15% dari seluruh kanker kolon muncul pada pasien dengan riwayat
kanker kolorektal pada keluarga terdekat. Seseorang dengan keluarga terdekat
yang mempunyai kanker kolorektal mempunyai kemungkinan untuk menderita
kanker kolorektal dua kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan seseorang yang
tidak memiliki riwayat kanker kolorektal pada keluarganya.
e. Faktor Gaya Hidup
Pria dan wanita yang merokok kurang dari 20 tahun mempunyai risiko tiga kali
untuk memiliki adenokarsinoma yang kecil, tapi tidak untuk yang besar.
Sedangkan merokok lebih dari 20 tahun berhubungan dengan risiko dua setengah
kali untuk menderita adenoma. Pada berbagai penelitian telah menunjukkan
hubungan antara aktifitas, obesitas dan asupan energi dengan kanker kolorektal.
The Nurses Health Study telah menunjukkan hubungan yang berkebalikan antara
aktifitas fisik dengan terjadinya adenoma, yang dapat diartikan bahwa penurunan
aktifitas fisik akan meningkatkan risiko terjadinya adenoma.
f. Diet atau Pola Makan
Masyarakat yang diet tinggi lemak, tinggi kalori, daging dan diet rendah serat
berkemungkinan besar untuk menderita kanker kolorektal pada kebanyakan
penelitian, meskipun terdapat juga penelitian yang tidak menunjukkan adanya
hubungan antara serat dan kanker kolorektal.
3. PATOFISIOLOGI
Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari
lapisan epitel usus) dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan
menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya.
Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke dalam tubuh yang lain
(paling sering ke hati). Tumor yang berupa massa polipoid besar, tumbuh ke dalam
lumen dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai cincin anular. Lesi anular
lebih sering terjadi pada bagian rektosigmoid, sedangkan polipoid atau lesi yang datar
lebih sering terdapat pada sekum dan kolon asendens.
Kanker kolorektal dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :
a. Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung
kemih.
b. Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon
c. Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke
system portal.
d. Penyebaran secara transperitoneal
e. Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain.
Adenokarsinoma secara jalur APC (adenomatous polyposis coli) melibatkan
beberapa mutasi genetik, dimulai dengan inaktivasi dari gen APC, yang
memungkinkan replikasi seluler di bawah permukaan dinding. Dengan peningkatan
pembelahan sel, terjadi mutasi lebih lanjut, mengkibatkan aktivitas dari onkogen K-
ras pada tahap awal dan mutasi pada tahap-tahap selanjutnya. Kerugian kumulatif ini
dalam fungsi gen supresor tumor mencegah apoptosis dan memperpanjang umur sel
tanpa batas. Jika mutasi APC diwariskan, akan berakibat pada sindrom poliposis
adenomatosa kekeluargaan (Leggett, 2001).
Secara histologis, adenoma diklasifikasikan dalam tiga kelompok : tubular,
tubulovillous, dan villous adenoma. Mutasi K-ras dan ketidak stabilan mikrosatelit
telah diidentifikasi dalam hiperplastik polip. Oleh karena itu, hiperplastik polip
mungkin juga memiliki potensi ganas dalam berbagai derajat (Leggett, 2001).

4. PATHWAYS

Ulcerasi
colitis

5. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada kanker rektal antara lain ialah :
a. Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu darah
segar maupun yang berwarna hitam.
b. Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut atau usus tidak benar - benar
kosong saat BAB
c. Feses yang lebih kecil dari biasanya
d. Keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh
pada perut atau nyeri
e. Penurunan berat badan
f. Mual dan muntah
g. Rasa letih dan lesu
h. Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri pada
daerah gluteus

6. KLASIFIKASI
The American Joint Committee on Cancer (AJCC) memperkenalkan TNM staging
system, yang menempatkan kanker menjadi satu dalam 4 stadium (Stadium I-IV)
antara lain :
a. Stadium 0
Pada stadium 0, kanker ditemukan hanya pada bagian paling dalam rektum.yaitu
pada mukosa saja. Disebut juga carcinoma in situ.
b. Stadium I
Pada stadium I, kanker telah menyebar menembus mukosa sampai lapisan
muskularis dan melibatkan bagian dalam dinding rektum tapi tidak menyebar
kebagian terluar dinding rektum ataupun keluar dari rektum. Disebut juga Dukes
A rectal cancer.
c. Stadium II
Pada stadium II, kanker telah menyebar keluar rektum kejaringan terdekat namun
tidak menyebar ke limfonodi. Disebut juga Dukes B rectal cancer.
d. Stadium III
Pada stadium III, kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat, tapi tidak
menyebar kebagian tubuh lainnya. Disebut juga Dukes C rectal cancer.
e. Stadium IV
Pada stadium IV, kanker telah menyebar kebagian lain tubuh seperti hati, paru,
atau ovarium. Disebut juga Dukes D rectal cancer.
Stadium Deskripsi Kanker
Stadium Deskripsi
T1 Massa polypoid Intraluminal; tidak ada penebalan pada dinding rectum
T2 Penebalan dinding rectum >6 mm; tidak ada perluasan ke perirectal
T3a Penebalan dinding rectum dan invasi ke otot dan organ yang berdekatan
T3b Penebalan dinding rectum dan invasi ke pelvic atau dinding abdominal
T4 Metastasis jauh, biasanya ke liver atau adrenal
(The American Joint Committee on Cancer 2006)
Stadium Modified Dukes (Stadium Deskripsi)
TNM Modifed Dukes
Stadium Stadium Deskripsi
T1 N0 M0 A Tumor terbatas pada submucosa
T2 N0 M0 B1 Tumor terbatas pada muscularis propria
T3 N0 M0 B2 Penyebaran transmural
T2 N1 M0 C1 T2, pembesaran kelenjar mesenteric
T3 N1 M0 C2 T3, pembesaran kelenjar mesenteric
T4 C2 Penyebaran ke organ yang berdekatan
Any T M1 D Metastasis jauh
(The American Joint Committee on Cancer 2006)

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Ada beberapa tes pada daerah rektum dan kolon untuk mendeteksi kanker rektal,
diantaranya ialah :
1. Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan CEA (Carcinoma Embrionik Antigen)
dan Uji faecal occult blood test (FOBT) untuk melihat perdarahan di jaringan
2. Digital rectal examination (DRE) dapat digunakan sebagai pemeriksaan skrining
awal. Kurang lebih 75 % karsinoma rektum dapat dipalpasi pada pemeriksaan
rektal, pemeriksaan digital akan mengenali tumor yang terletak sekitar 10 cm
dari rektum, tumor akan teraba keras dan menggaung.

Ada 2 gambaran khas dari pemeriksaan colok dubur, yaitu indurasi dan adanya
suatu penonjolan tepi, dapat berupa :
a. Suatu pertumbuhan awal yang teraba sebagai indurasi seperti cakram yaitu
suatu
plateau kecil dengan permukaan yang licin dan berbatas tegas.
b. Suatu pertumbuhan tonjolan yang rapuh, biasanya lebih lunak, tetapi
umumnya mempunyai beberapa daerah indurasi dan ulserasi
c. Suatu bentuk khas dari ulkus maligna dengan tepi noduler yang menonjol
dengan suatu kubah yang dalam (bentuk ini paling sering)
d. Suatu bentuk karsinoma anular yang teraba sebagai pertumbuhan bentuk
cincin
3. Barium Enema
yaitu Cairan yang mengandung barium dimasukkan melalui rektum kemudian
dilakukan seri foto x-rays pada traktus gastrointestinal bawah.
4. Sigmoidoscopy
yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum dan sigmoid apakah
terdapat polip kakner atau kelainan lainnya. Alat sigmoidoscope dimasukkan
melalui rektum sampai kolon sigmoid, polip atau sampel jaringan dapat diambil
untuk biopsi.
5. Colonoscopy
yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum dan sigmoid apakah
terdapat polip kanker atau kelainan lainnya. Alat colonoscope dimasukkan
melalui rektum sampai kolon sigmoid, polip atau sampel jaringan dapat diambil
untuk biopsi.
6. Biopsi
Jika ditemukan tumor dari salah satu pemeriksaan diatas, biopsi harus dilakukan.
Secara patologi anatomi, adenocarcinoma merupakan jenis yang paling sering
yaitu sekitar 90 sampai 95% dari kanker usus besar. Jenis lainnya ialah
karsinoma sel skuamosa, carcinoid tumors, adenosquamous carcinomas, dan
undifferentiated tumors
7. Foto sinar X Pemeriksaan radiologis dengan barium enema dianjurkan sebagai
pemeriksaan rutin sebelum dilakukan pemeriksaan lain. Pada pemeriksaan ini
akan tampak filling defect biasanya sepanjang 5 – 6 cm berbentuk anular atau
apple core. Dinding usus tampak rigid dan gambaran mukosa rusak.
F. PENATALAKSANAAN
Prinsip prosedur untuk karsinoma rektum menurut Mansjoer, et al, (2000) adalah :
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan terutama untuk
stadium I dan II kanker rektal, bahkan pada pasien suspek dalam stadium III
juga dilakukan pembedahan. Meskipun begitu, karena kemajuan ilmu dalam
metode penentuan stadium kanker, banyak pasien kanker rektal dilakukan
pre-surgical treatment dengan radiasi dan kemoterapi. Penggunaan
kemoterapi sebelum pembedahan dikenal sebagai neoadjuvant chemotherapy,
dan pada kanker rektal, neoadjuvant chemotherapy digunakan terutama pada
stadium II dan III. Pada pasien lainnya yang hanya dilakukan pembedahan,
meskipun sebagian besar jaringan kanker sudah diangkat saat operasi,
beberapa pasien masih membutuhkan kemoterapi atau radiasi setelah
pembedahan untuk membunuh sel kanker yang tertinggal.
Tipe pembedahan yang dipakai antara lain :
 Eksisi lokal : jika kanker ditemukan pada stadium paling dini, tumor
dapat dihilangkan tanpa tanpa melakukan pembedahan lewat abdomen.
Jika kanker ditemukan dalam bentuk polip, operasinya dinamakan
polypectomy.
 Reseksi: jika kanker lebih besar, dilakukan reseksi rektum lalu dilakukan
anastomosis juga dilakukan pengambilan limfonodi disekitar rektum lalu
diidentifikasi apakah limfonodi tersebut juga mengandung sel kanker.
2. Radiasi
Banyak kasus kanker stadium II dan III lanjut, radiasi dapat menyusutkan
ukuran tumor sebelum dilakukan pembedahan. Peran lain radioterapi adalah
sebagai sebagai terapi tambahan untuk pembedahan pada kasus tumor lokal
yang sudah diangkat melaui pembedahan, dan untuk penanganan kasus
metastasis jauh tertentu. Terutama ketika digunakan dalam kombinasi dengan
kemoterapi, radiasi yang digunakan setelah pembedahan menunjukkan telah
menurunkan resiko kekambuhan lokal di pelvis sebesar 46% dan angka
kematian sebesar 29%. Pada penanganan metastasis jauh, radiesi telah
berguna mengurangi efek lokal dari metastasis tersebut, misalnya pada otak.
Radioterapi umumnya digunakan sebagai terapi paliatif pada pasien yang
memiliki tumor lokal yang unresectable.
3. Kemoterapi
Adjuvant chemotherapy, (menengani pasien yang tidak terbukti memiliki
penyakit residual tapi beresiko tinggi mengalami kekambuhan),
dipertimbangkan pada pasien dimana tumornya menembus sangat dalam atau
tumor lokal yang bergerombol ( Stadium II lanjut dan Stadium III). Protopkol
ini menurunkan angka kekambuhan kira - kira 15% dan menurunkan angka
kematian kira - kira sebesar 10%
4. Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari
pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut),
stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen.

8. KOMPLIKASI
Komplikasi karsinoma rektum menurut Schrock (2001) adalah:
a. Obstruksi usus parsial
Obstruksi usus adalah penyumbatan parsial atau lengkap dari usus yang
menyebabkan kegagalan dari isi usus untuk melewati usus.
b. Perforasi atau perlobangan
c. Perdarahan
d. Syok
Syok merupakan keadaan gagalnya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat
gangguan peredaran darah atau hilangnya cairan tubuh secara berlebihan. 

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian
A. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, penanggung jawab dll
B. Riwayat kesehatan
Keluhan utama, riwayat perjalanan penyakit, riwayat kesehatan keluarga, riwayat
kesehatan masa lalu
Pengkajian Kebutuhan Dasar
1. Aktivitas dan istirahat
a. Data Subyektif:
 Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri pada abdomen)
b. Data obyektif:
 Kelemahan umum.
2. Sirkulasi
a. Data Subyektif : -
b. Data obyektif :
 Hipotensi
3. Integritas Ego
a. Data Subyektif :
Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
b. Data obyektif :
Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan,
kesulitan berekspresi diri.
4. Eliminasi
Data Subyektif :
Konstipasi, diare, adanya darah pada feses, kembung, rasa penuh pada perut atau
nyeri
5. Makan dan minum
a. Data Subyektif :
 Nafsu makan hilang
 Nausea / vomitus
b. Data obyektif :
 Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan faring)
 Obesitas (faktor resiko)
6. Sensori neural
a. Data Subyektif :
 Nyeri abdomen
 Kelemahan
b. Data obyektif :
 Perubahan status mental dan gangguan fungsi kognitif
 Ekstremitas : kelemahan dan kekakuan
7. Nyeri (kenyamanan)
a. Data Subyektif : Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya.
b. Data obyektif : Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
8. Respirasi
Data Subyektif : Perokok ( faktor resiko )
9. Keamanan
Data obyektif : Resiko jatuh
10. Interaksi social
Data obyektif : kepurtusasaan
11. Pengajaran pembelajaran
Data Subjektif : Riwayat kanker keluarga
12. Pertimbangan rencana pulang.
 Menentukan regimen medikasi / penanganan terapi
 Bantuan untuk transportasi, , menyiapkan makanan , perawatan diri dan
pekerjaan rumah.
(Doenges E, Marilynn,2000)
II. Diagnosa Dan Intervensi Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan
tubuh secara oral, pengeluaran integritas pembuluh darah, diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ,,, x 24 jam diharapkan
keseimbangan cairan tubuh adekuat
Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda dehidrasi (tanda-tanda vital stabil, kualitas
denyut nadi baik, turgor kulit normal, membrane mukosa lembab dan
pengeluaran urine yang sesuai 
Intervensi
- Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran. Tinjau ulang catatan intra
operasi.
R : dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi
pengeluaran cairan/kebutuhan penggantian dan pilihan yang mempengaruhi
intervensi
- Kaji pengeluaran urinarius, terutama untuk tipe prosedur operasi yang di
lakukan
R : mungkin akan terjadi penurunan ataupun penghilangan setelah prosedur
pada sistem genitourinarius dan struktur yang berdekatan mengindikasikan
malfungsi ataupun obstruksi sistem urinarius
- Pantau tanda-tanda vital
R : hipotensi, takikardi, peningkatan pernapasan mengindikasikan kekurangan
cairan
- Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer.
R : kulit yang dingin/lembab, denyut yang lemah mengindikasikan penurunan
sirkulasi perifer dan di butuhkan untuk penggantian cairan tumbuhan.
- Anjurkan klien untuk meningkatkan inteke oral
R/ memnuhi kebutuhan cairan klien
2. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan, trauma muskuloskletal,
kehancuran yang terus-menerus, metastase kanker
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan
pasien mengatakan bahwa rasa nyeri telah terkontrol atau hilang.
Kriteria hasil : pasien tampak rileks, dapat beristirahat / tidur dan melakukan
pergerakan yang berarti sesuai toleransi.
Intervensi
- Evaluasi rasa sakit secara reguler, catat karakteristik, lokasi dan intensiltas (0-
10)
R : sediakan informasi mengenai kebutuhan/efektivitas intervensi
- Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardi, hipertensi dan peningkatan
pernapasan
R : dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan keidaknyamanan
- Berikan informasikan mengenai sifat ketidaknyamanan, sesuai kebutuhan
R : pahami penyebab ketidaknyamanan , sedangkan jaminan emosional
- Ajarkan tekhnik relaksasi
R : mengurangi nyeri dengan teknik non farmakologi
- Observasi efek analgetik
R : respirasi mungkin menurun pada pemberian narkotik, dan mungkin
menimbulkan efek-efek sinergestik dengan zat-zat anastesi

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual /


muntah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan
klien mampu mempertahankan & meningkatkan intake nutrisi
Kriteria hasil :  klien akan memperlihatkan perilaku mempertahankan atau
meningkatkan berat badan dengan nilai laboratorium normal, klien mengrti dan
mengikuti anjuran diet, tidak ada mual / muntah.
Intervensi :
- Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi pasien
R : menganalisa penyebab melaksanakan intervensi.
- Timbang berat badan sesuai indikasi
R : mengawasi kefektifan secara diet
- Anjurkan makan sedikit tapi sering
R : tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat di tingkatkan
- Tawarkan minum saat makan bila toleran
R : dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas.
- Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian makanan yang bervariasi
R : Menstimulasi nafsu makan dan mempertahankan intake nutrisi yang
adekuat.
4. Konstipasi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat, kelemahan
otot abdomen sekunder akibat mekanisme kanker kolon.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan
pola eliminasi dalam rentang yang di harapkan : feses lembut dan berbentuk
Kriteria hasil :  klien akan menunjukkan pengetahuan akan program defekasi
yang di butuhkan, melaporkan keluarnya feses dengan berkurangnya nyeri dan
mengejan
Intervensi
- Kaji warna dan konsistensi feses, frekuensi, keluarnya flatus, bising usus dan
nyeri tekan abdomen
R : penting untuk menilai keefektifan intervensi, dan memudahkan rencana
selanjutnya.
- pantau tanda gejala rupture usus.
R : keadaan ini dapat menjadi penyebab kelemahan otot abdomen dan
penurunan peristaltik usus, yang dapat menebabkan konstipasi.
- Kaji faktor penyebab konstipasi
R : mengetahui dengan jelas faktor penyebab memudahkan pilihan intervensi
yang tepat
- Anjurkan klien makan makanan tinggi serat
R : membantu melancarkan BAB
5. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap
perubahan status kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi dengan orang yang
berarti, krisis stuasi atau krisis maturasi
Tujuan : ansietas berkurang atau terkontrol.
Kriteria hasil :
- klien mampu merencanakan stategi koping untuk situasi yang membuat
stress.
- Klien mampu mempertahankan penampilan peran
- Klien melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori
- Klien melaporkan tidak ada manisfestasi kecemasan secara fisik.
Intervensi ;
- Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien
R : memudahkan intervensi
- Kaji mekanisme koping yang di gunakan pasien untuk mengatasi ansietas di
masa lalu
R : mempertahankan mekanisme koping adaftif, meningkatkan kemampuan
mengontrol ansietas
- Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan.
R : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society, 2006. Cancer Facts and Figures 2006. American Cancer
Society Inc. Atlanta
Anonim, 2006. A Patient’s Guide to Rectal Cancer. MD Anderson Cancer Center,
University of Texas.
De Jong Wim, Samsuhidajat R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Mansjoer Arif et all, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Penerbit Buku Media
Aesculapius. Jakarta
Marijata, 2006. Pengantar Dasar Bedah klinis. Unit Pelayanan Kampus, FK UGM.
National Cancer Institute. 2006. SEER Cancer Statistics Review 1975-2003,
Available from http://seer.cancer.gov/statfacts/html/colorect.html.
(Download : 07 Januari 2013)
Soeripto et al. Gastro-intestinal Cancer in Indonesia. Asian Pacific Journal of Cancer
Prevention, (Online), 2003; Vol. 4, No. 4, Available from
http://www.apocp.org/ cancer_download/Vol4_No4/Soeripto.pdf,.
(Download : 07 Januari 2013)
Sylvia A. Price & Lorainne M. Wilson. 2006. Patofisiologi (Vol 1 & 2). Edisi 6. EGC
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai