S DENGAN
DIAGNOSA MEDIK ADENOCARCINOMA RECTI DI GEDUNG PROF.
SOELARTO LANTAI 3 RSUP FATMAWATI
Dosen Pembimbing :
Tarwoto, S.Kep., Ners., M.Kep
Disusun oleh:
Dwitya Chahya Putri (P17120018049)
B. Etiologi
Penyebab dari pada kanker kolon tidak diketahui. Faktor resiko yang telah
teridentifikasi adalah :
a. Usia lebih dari 40 tahun.
b. Darah dalam feses.
c. Riwayat polip rektal atau polip kolon.
d. Adanya polip adematosa atau adenoma villus.
e. Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga.
f. Riwayat penyakit usus inflamasi kronis.
g. Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.
Makanan-makanan yang pasti dicurigai mengandung zat-zat kimia yang
menyebabkan kanker pada usus besar. Makanan tersebut juga mengurangi waktu
peredaran pada perut, yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker.
Makanan yang harus dihindari :
a. Daging merah
b. Lemak hewan
c. Makanan berlemak
d. Daging dan ikan goreng atau panggang
e. Karbohidrat yang disaring (sari yang disaring)
Makanan yang harus dikonsumsi :
a. Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari
golongan kubis (seperti brokoli, brussels sprouts)
b. Butir padi yang utuh
c. Cairan yang cukup terutama air
Adapun etiologi lainnya adalah sebagai berikut :
a. Kontak dengan zat-zat kimia tertentu seperti logam berat, toksin, dan ototoksin
serta gelombang elektromagnetik.
b. Zat besi yang berlebihan diantaranya terdapat pada pigmen empedu, daging sapi
dan kambing serta tranfusi darah.
c. Minuman beralkohol, khususnya bir. Usus mengubah alkohol menjadi
asetilaldehida yang meningkatkan risiko menderita kanker kolon.
d. Obesitas.
e. Bekerja sambil duduk seharian, seperti para eksekutif, pegawai administrasi,
atau pengemudi kendaraan umum.
f. Polip di usus (colorectal polyps), polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam
kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas.
Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip
(adenoma) dapat menjadi kanker.
g. Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn, orang dengan kondisi yang
menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit
Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar.
C. Manifestasi Klinik
Kanker kolon pada stadium dini tidak menunjukkan gejala yang jelas, namun
setelah penyakit progresi ke tingkat tertentu baru muncul gejala klinis. Gambaran klinis
kanker kolon yang paling sering adalah perubahan berat badan. Tanda iritasi usus dan
perubahan defekasi diantaranya sering buang air besar, diare atau konstipasi,
kadangkala obstipasi dan diare silih berganti, tenesmus, sering muncul nyeri samar
abdomen. Gejala klinis hematokezia terjadi saat luka ulserasi berdarah, kadang darah
merah atau gelap, biasanya tidak banyak, intermiten. Pada posisi yang tinggi darah
dan feses bercampur akan menjadikan feses seperti selai hitam. Pembesaran massa
yang tumbuh di daerah abdomen dapat diraba adanya massa dan sering ditemukan pada
kolon belahan kanan. Gejala pengurusan, demam, astenia dan gejala toksik sistemik
lain dikarenakan oleh pertumbuhan tumor yang menghabiskan nutrisi tubuh,
perdarahan kronis jangka panjang dan infeksi sekunder tumor yang menyebabkan
demam dan gejala toksik (Black & Hawks, 2009; Price & Wilson, 2006).
D. Patofisiologi
Keberadaan sel kanker pada seseorang tidak hanya berasal dari efek karsinogen
seseorang, baik yang didapat dari luar ataupun dari dalam tubuh manusia itu sendiri.
Kanker kolorektal khususnya, memiliki hubungan terhadap kondisi feses dari individu,
serta riwayat penyakit yang diderita, dimana kondisi tersebut merupakan dampak dari
faktor resiko yang ada pada individu seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Kanker
pada kolon dan rektum dapat diawali dengan adanya riwayat polip pada individu. Polip
merupakan massa dari jaringan yang menonjol pada lumen usus (Smeltzer & Bare,
2002)
Adenomatus polip atau adenoma merupakan proses yang mengawali terjadinya
kanker kolorektal, lebih dari 95% kanker kolorektal disebabkan oleh adenomas.
Adenomas terdiri dari tiga jenis yaitu : tubular, tubulovillous dan villous. Jenis villous
yang mempunyai resiko tinggi terjadinya kanker. Polip tumbuh secara pelan-pelan
sekitar 5-10 tahun atau lebih untuk berubah menjadi maligna atau keganasan. Polip
yang mengalami keganasan akan terjadi peningkatan ukuran dalam lumen dan
selanjutnya akan menyerang dan merusak dinding kolon. Tumor dalam kolon yang
cenderung terus membesar dapat menyebabkan ulserasi, infeksi sekunder dan nekrosis.
Umumnya ini terjadi pada belahan kanan kolon dan ampula rekti (Black & Hawks,
2009).
Polip yang tidak diatasi atau dilakukan intervensi, dapat berubah menjadi maligna.
Polip yang telah berubah menjadi ganas tersebut akan menyerang dan menghancurkan
sel yang normal dan meluas di jaringan sekitarnya. Manusia pada dasarnya memiliki
zat karsinogen atau zat pemicu kanker pada tubuh. Efek karsinogen akan semakin
meningkat apabila mendapat penyebab kanker dari luar. Zat karsinogen juga berpotensi
untuk menyebabkan proliferasi sel kanker. Corwin (2009) menyatakan, kurangnya
asupan antioksidan dengan minimnya konsumsi buah dan sayuran yang mengandung
antioksidan (seperti vitamin E, vitamin C, dan beta karoten) dapat mengurangi
perlindungan sel terhadap efek karsinogen. Buah dan sayuran yang segar memiliki
enzim aktif yang dapat memelihara dan meningkatkan pertumbuhan sel yang
sehat. Kondisi feses yang kurang baik juga dapat memicu terjadinya kanker kolon.
Aktivitas atau olahraga yang kurang teratur dan terukur dapat mengakibatkan feses
menjadi lebih lama berada di kolon atau rektum, terlebih jika individu melakukan diet
rendah serat. Kondisi ini dapat mengakibatkan toksin yang terdapat dalam feses
mencetuskan pertumbuhan sel kanker (Corwin, 2009). Feses yang mengandung banyak
lemak juga dapat memicu sel kanker. Tingginya lemak dalam feses diakibatkan oleh
konsumsi tinggi lemak seperti daging. Feses yang mengandung banyak lemak dapat
mengubah flora dalam feses menjadi bakteri Clostrida & Bakteriodes yang mempunyai
enzim 7-alfa dehidrosilase yang mencerna asam menjadi asam Deoxycholi
dan Lithocholic (yang bersifat karsinogenik) meningkat dalam feses. Massa kanker
yang terdapat pada kolon ataupun rektum akan menyebabkan adanya sumbatan atau
obstruksi, yang mengakibatkan evakuasi feses yang terhambat atau tidak lengkap
setelah defekasi. Akibat lebih lanjutnya ialah konstipasi, distensi atau nyeri abdomen,
hingga feses berdarah. Apabila massa kanker ini tidak dideteksi sejak dini dan
dibiarkan, maka besar kemungkinan sel kanker akan melakukan metastasis. Metastasis
pada sel kanker kolorektal terdiri dari penyebaran langsung, penyebaran limfogen, dan
hematogen.
G. Penatalaksanaan
Bila sudah pasti kanker kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai
berikut :
a. Pembedahan (Operasi)
Operasi adalah penanganan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang
diketahui lebih awal dan masih belum metastasis, tetapi tidak menjamin semua
sel kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga
menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yang mengelilingi sekitar kanker.
b. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya
sinar X, atau sinar gamma, di fokuskan untuk merusak daerah yang di tumbuhi
tumor, merusak genetik sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak se-
sel yang pembelahan dirinya cepat, antara lain sel kanker, sel kulit, sel dinding
lambung dan usus, sel darah. Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas,
perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan.
c. Kemoterapi
Kemoterapi (Chemotherapy) memakai obat antikanker yang kuat, dapat masuk
ke dalam sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah
menyebar. Obat chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau
di makan, pada umumnya lebih dari satu macam obat, karena digabungkan akan
memberikan efek yang lebih bagus.
d. Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari
pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut),
stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen.
Penatalaksanaan keperawatan terhadap pasien kanker kolorektal meliputi
pemenuhan kebutuhan dasar pasien. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan
adalah (Smeltzer & Bare, 2002) :
a. Mempertahankan eliminasi pasien
b. Mempertahankan dan meningkatkan kenyamanan
c. Meningkatkan toleransi aktivitas
d. Membantu pemberian nutrisi optimal
e. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
f. Melakukan perawatan kulit, luka dan kolostomi (pasca bedah)
Penatalaksanaan diet terhadap pasien kanker kolorektal meliputi :
a. Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat
dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi
menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran yang
terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker.
b. Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari).
c. Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi
terutama yang terdapat pada daging hewan.
d. Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut
dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
e. Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
f. Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi perlu di lakukan baik sigmoidoskopi maupun
kolonoskopi.
b. Radiologis
Pemeriksaan radiologis yang dapat di lakukan antara lain adalah foto dada dan
foto kolon (barium enema). Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat
memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini
menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan
ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi
dengan tes ini. Enema barium secara umum di lakukan setelah sigmoidoscopy
dan colonoscopy.
c. Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya massa dan luas
penyakit. Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang
jauh yang sudah metastasis.
d. Histopatologi
Biopsy di gunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis
karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel.
e. Laboratorium
Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami
perdarahan. Nilai hemoglobin dan hematocrit biasanya turun dengan indikasi
anemia. Hasil tes Gualac positif untuk accult blood pada feces memperkuat
perdarahan pada GI Tract. Pasien harus menghindari daging, makanan yang
mengandung peroksidase (tanaman lobak dan gula bit) aspirin dan vitamin C
untuk 48 jam sebelum diberikan feces spesimen.
f. Ultrasonografi (USG)
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk
melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen
dan hati.
g. Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan Ultrasound
Dilakukan untuk tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respons
pada pengobatan.
h. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum)
Dilakukan untuk diagnostik banding dan menggambarkan pengobatan dan dapat
dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit, organ dan sebagainya.
i. Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit
Dapat menunjukkan anemia, perubahan pada sel darah merah dan sel darah
putih: trombosit meningkat atau berkurang.
j. Sinar X Dada
Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik,
mental, social dan lingkungan (Dermawan, 2012).
1. Pengumpulan data
a. Identitas pasien: Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, tempat
tinggal
b. Riwayat penyakit sekarang: Pada pengkajian ini yang perlu dikaji adanya keluhan
pada area abdomen terjadi pembesaran
c. Riwayat penyakit dahulu: Adakah riwayat penyakit dahulu yang diderita pasien
dengan timbulnya kanker rektum.
d. Riwayat penyakit keluarga: Adakah anggota keluarga yang mengalami penyakit
seperti yang dialami pasien, adakah anggota keluarga yang mengalami penyakit
kronis lainnya
e. Riwayat psikososial dan spiritual: Bagaimana hubungan pasien dengan anggota
keluarga yang lain dan lingkungan sekitar sebelum maupun saat sakit, apakah
pasien mengalami kecemasan, rasa sakit, karena penyakit yang dideritanya, dan
bagaimana pasien menggunakan koping mekanisme untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapinya
2. Riwayat bio-psiko-sosial-spiritual
a. Pola Nutrisi
Bagaimana kebiasaan makan, minum sehari- hari, jenis makanan apa saja yang
sering di konsumsi, makanan yang paling disukai, frekwensi makanannya.
b. Pola Eliminasi
Kebiasaan BAB, BAK, frekwensi, warna BAB, BAK, adakah keluar darah atau
tidak, keras, lembek, cair ?
c. Pola personal hygiene
Kebiasaan dalam pola hidup bersih, mandi, menggunakan sabun atau tidak,
menyikat gigi.
d. Pola istirahat dan tidur
Kebiasaan istirahat tidur berapa jam? Kebiasaan – kebiasaan sebelum tidur apa
saja yang dilakukan?
e. Pola aktivitas dan latihan
Kegiatan sehari-hari, olaraga yang sering dilakukan, aktivitas diluar kegiatan
olaraga, misalnya mengurusi urusan adat di kampung dan sekitarnya.
f. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Kebiasaan merokok, mengkonsumsi minum-minuman keras, ketergantungan
dengan obat-obatan (narkoba).
g. Hubungan peran
Hubungan dengan keluarga harmonis, dengan tetangga, teman-teman sekitar
lingkungan rumah, aktif dalam kegiatan adat?
h. Pola persepsi dan konsep diri
Pandangan terhadap image diri pribadi, kecintaan terhadap keluarga,
kebersamaan dengan keluarga.
i. Pola nilai kepercayaan
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, keyakinan terhadap agama yang
dianut, mengerjakan perintah agama yang di anut dan patuh terhadap perintah dan
larangan-Nya.
j. Pola reproduksi dan seksual
Hubungan dengan keluarga harmonis, bahagia, hubungan dengan keluarga
besarnya dan lingkungan sekitar
3. Riwayat pengkajian nyeri
P: Provokatus paliatif: Apa yang menyebabkan gejala? Apa yang bias memperberat?
apa yang bias mengurangi?
Q: QuaLity-quantity: Bagaimana gejala dirasakan, sejauh mana gejala dirasakan
R: Region – radiasi: Dimana gejala dirasakan ? apakah menyebar?
S: Skala – severity: Seberapah tingkat keparahan dirasakan? Pada skala berapah?
T: Time: Kapan gejala mulai timbul? Seberapa sering gejala dirasakan? tiba-tiba atau
bertahap? seberapa lama gejala dirasakan?
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum sakit sedang, kesadaran compos mentis, suhu 37,5 C, nadi 60
b. 100X/ menit, RR 16-20x / menit tensi 120/ 80 mmHg.
c. Pemeriksaan head totoe
Kepala dan leher: Dengan tehnik inspeksi dan palpasi:
Rambut dan kulit kepala: Pendarahan, pengelupasan, perlukaan, penekanan
Telinga: Perlukaan, darah, cairan, bauh ?
Mata: Perlukaan, pembengkakan, replek pupil, kondisi kelopak mata, adanya
benda asing, skelera putih ?
Hidung: Perlukaan, darah, cairan, nafas cuping, kelainan anatomi akibat trauma?
Mulut: Benda asing, gigi, sianosis, kering?
Bibir: Perlukaan, pendarahan, sianosis, kering?
Rahang: Perlukaan, stabilitas ?
Leher: Bendungan vena, deviasi trakea, pembesaran kelenjar tiroid
5. Pemeriksaan dada
a. Inspeksi: Bentuk simetris kanan kiri, inspirasi dan ekspirasi pernapasan, irama,
gerakkan cuping hidung, terdengar suara napas tambahan bentu dada?
b. Palpasi: Pergerakkan simetris kanan kiri, taktil premitus sama antara kanan kiri
dinding dada.
c. Perkusi: Adanya suara-suara sonor pada kedua paru, suara redup pada batas paru
dan hipar.
d. Auskultasi: Terdengar adanya suara visikoler di kedua lapisan paru, suara ronchi
dan wheezing
6. Kardiovaskuler
a. Inspeksi: Bentuk dada simetris
b. Palpasi: Frekuensi nadi,
c. Parkusi: Suara pekak
d. Auskultasi: Irama regular, systole/ murmur,
7. System pencernaan / abdomen
a. Inspeksi: Pada inspeksi perlu diperliatkan, apakah abdomen membuncit atau datar
, tapi perut menonjol atau tidak, lembilikus menonjol atau tidak, apakah ada
benjolanbenjolan / massa
b. Palpasi: Adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa ( tumor, teses) turgor kulit
perut untuk mengetahui derajat bildrasi pasien, apakah tupar teraba, apakah lien
teraba?
c. Perkusi: Abdomen normal tympanik, adanya massa padat atau cair akan
menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesika urinaria, tumor)
d. Auskultasi: Secara peristaltic usus dimana nilai normalnya 5- 35 kali permenit
8. Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah
a. Warna dan suhu kulit
b. Perabaan nadi distal
c. Depornitas extremitas alus
d. Gerakan extremitas secara aktif dan pasif
e. Gerakan extremitas yang tak wajar adanya krapitasi
f. Derajat nyeri bagian yang cidera
g. Edema tidak ada, jari-jari lengkap dan utuh
h. Reflek patella
9. Pemeriksaan pelvis/ genitalia
a. Kebersihan, pertumbuhan rambut
b. Kebersihan, pertumbuhan rambut pubis, terpasang kateter, terdapat lesi atau tidak
B. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan Pre Op :
a. Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruktif.
b. Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi.
c. Keletihan berhubungan dengan anemia dan anoreksia.
d. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
anoreksia.
e. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi.
f. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang diagnosis,rencana
pembedahan dan rencana perawatan di rumah.
C. Intervensi Keperawatan
I. Intervensi Keperawatan Praoperatif.
1. Mengatasi konstipasi :
a. Pantau frekuensi dan konsistensi defekasi.
b. Anjurkan hidrasi oral yang adekuat.
c. Kolaborasi pemberian laksatif dan enema.
d. Persiapkan pembedahan bila menunjukkan tanda perkembangan kearah
obstruksi total.
2. Menghilangkan nyeri :
a. Pantau respons pasien terhadap nyeri.
b. Ajarkan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan : perubahan posisi,
gosokan punggung dan teknik relaksasi.
c. Ciptakan lingkungan kondusif untuk relaksasi : meredupkan lampu,
mematikan televisi atau radio bila pasien menghendaki, membatasi
pengunjung atau telepon bila pasien menginginkan.
d. Kolaborasi pemberian analgetik.
6. Menurunkan ansietas:
a. Kaji tingkat ansietas pasien serta mekanisme koping yang digunakan untuk
menghadapi stres.
b. Tingkatkan privasi bila pasien menginginkan dan instruksikan pasien untuk
latihan relaksasi.
c. Tingkatkan perhatian dengan mendengarkan ungkapan, kesedihan, atau
pertanyaan yang diajukan pasien.
d. Atur pertemuan dengan rohaniawan bila pasien menginginkannya, dengan
dokter bila pasien mengharapkan diskusi pengobatan atau prognosis.
e. Pasien kolostomi lain dapat diminta berkunjung bila pasien mengungkapkan
minat untuk berbicara dengan mereka.
f. Tingkatkan perilaku empati : jawab pertanyaan dengan jujur, jelaskan
semua prosedur dengan bahasa yang mudah dipahami, setiap informasi
dokter dijelaskan jika perlu.
g. Kaji pengetahuan pasien tentang diagnosis, prognosis, prosedur bedah dan
tingkat fungsi yang diinginkan pascaoperatif.
h. Jelaskan persiapan fisik sebelum pembedahan, penampilan dan perawatan
yang diharapkan dari luka pascaoperatif, teknik perawatan ostomi,
pembatasan diet, kontrol nyeri dan penatalaksanaan obat.
7. Mencegah infeksi:
a. Pantau tanda-tanda infeksi bila ada.
b. Berikan antibiotik sesuai resep seperti kanamisin sulfat, eritromisin, dan
neomisin untuk mengurangi bakteri usus dalam rangka persiapan
pembedahan usus.
c. Berikan laksatif, enema atau irigasi kolonis untuk membersihkan usus.
2. Mengurangi nyeri :
a. Kaji tingkat toleransi pasien terhadap nyeri.
b. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
c. Bantu pasien untuk membebat insisi abdomen, selama batuk dan napas
dalam untuk mengurangi tegangan pada tepi insisi.
d. Kolaborasi pemberian analgetik.
D. Evaluasi Keperawatan
Kriteria hasil yang diharapkan :
a. Pra bedah
1. Mempertahankan eliminasi usus adekuat.
2. Mengalami sedikit nyeri.
3. Meningkatkan toleransi aktifitas.
4. Mencapai tingkat nutrisi optimal (diet rendah residu,tinggi kalori dan
protein).
5. Keseimbangan cairan tercapai (membatasi masukan cairan dan makanan
oral bila mual, berkemih sedikitnya 1,5 liter / 24 jam).
6. Mengalami penurunan ansietas ( mengungkapkan masalah dan rasa takut
dengan bebas, menggunakan tindakan koping dalam menghadapi stres)
7. Tidak ada tanda-tanda infeksi.
b. Post bedah
1. Nyeri dapat terkontrol.
2. Integritas kulit terjaga.
3. Infeksi post operasi tidak terjadi.
4. Memiliki citra tubuh yang positif.
5. Tidak mengalami komplikasi pasca bedah usus :
Daftar Pustaka
Black J.M., Hawks J.H. 2009. Medical Surgical Nursing. Ed. 8 Sauder Elsevier.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa : Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa. Jakarta : EGC.
Corwin, E.J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku. Jakarta : EGC.
Dermawan, D. (2012). Proses Keperawatan Penerapan Konsep & Kerangka Kerja (1st ed.).
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan untuk
perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3, Alih bahasa;
Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M. Jakarta : EGC.
Price S.A., Wilson L.M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit. Jakarta
: EGC.
Smeltzer S.C. & Bare B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart.
Ed. 8 Vol. 3. Jakarta : EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
A. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 43 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Betawi
Pendidikan : tamat SLTA
Bahasa Yang Digunakan : Bahasa Indonesia
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : JL. Puring, Depok
Sumber biaya (Pribadi, Perusahaan, lain-lain) : BPJS
Sumber Informasi (Pasien/Keluarga) : Pasien dan Keluarga
B. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat kesehatan sekarang
a. Keluhan utama : Sulit BAB sejak kurang lebih 8 bulan, feses berbentuk seperti kotoran
kambing
b. Kronologis keluhan : Klien mengatakan sulit BAB sejak kurang lebih 8 bulan yang lalu,
saat diraba sendiri oleh klien seperti terdapat benjolan pada anus dan BAB berdarah. Setiap BAB
bentuk feses seperti kotoran kambing
▪ Faktor pencetus :
▪ Timbul keluhan : ( ) Mendadak, ( v ) Bertahap
▪ Lamanya : 8 bulan
▪ Upaya mengatasi : Klien mengatakan minum obat pencahar
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal 1 rumah
d. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor resiko
Klien mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit kanker
Kebiasaan Yang
Mempengaruhi Kesehatan
▪ Merokok tidak tidak
▪ Minuman keras/NAPZA tidak tidak
C. PENGKAJIAN FISIK
a. Pemeriksaan Fisik Umum :
a. Berat badan : 65 kg Tinggi badan : 155 Cm
b. IMT : 27,1 Berat badan ideal : 47-53 Kg
c. TTV : Tekanan darah : 122/76 mmHg Nadi : 80 x/menit
Frekuensi nafas : 18 x/menit Suhu tubuh : 36,6 oC
d. Lingkar lengan : 27 cm
e. TSF : 18 cm
f. Keadaan umum : Ringan
g. Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak ada
b. Sistem Penglihatan :
a. Posisi mata : (✓) Simetris ( ) Asimetris
b. Kelopak mata : (✓) Normal ( ) Ptosis
c. Pergerakan bola mata : (✓) Normal ( ) Abnomal
d. Konjungtiva : (✓) Merah muda ( ) Anemis
( ) Sangat merah
e. Kornea : (✓) Normal ( ) Keruh/berkabut
f. Sklera :( ) Ikterik (✓) Anikterik
g. Pupil : (✓) Isokor ( ) Anisokor
h. Otot-otot mata : (✓) Tidak ada kelainan ( ) Juling keluar
( ) Juling ke dalam ( ) berada diatas
i. Fungsi penglihatan : (✓) Baik ( ) Kabur
( ) Dua bentuk/diplopia
j. Tanda-tanda radang : Tidak ada
k. Pemakaian kaca mata : (✓) Tidak ( ) Ya
l. Pemakaian lensa kontak : Tidak
m. Reaksi terhadap cahaya : Normal
c. Sistem Pendengaran
a. Daun telinga : (✓) Normal ( ) Tidak
b. Karakteristik serumen :Warna kuning, konsistensi cair
c. Kondisi telinga tengah : (✓) Normal ( ) Kemerahan
( ) Bengkak ( ) Terdapat lesi
d. Cairan dari telinga : (✓) Tidak ( ) Ada
e. Perasaan penuh di telinga : ( ) Ya (✓) Tidak
f. Tinitus :( ) Ya (✓) Tidak
g. Fungsi pendengaran : (✓) Normal ( ) Kurang ( ) Tuli
h. Gangguan keseimbangan : (✓) Tidak ( ) Ya
i. Pemakaian alat bantu :( ) Ya (✓) Tidak
d. Sistem Wicara
System wicara : (✓) Normal ( ) Tidak
( ) Aphasia ( ) Aphonia
( ) Dysartria ( ) Dysphasia
( ) Anarthia
e. Sistem Pernafasan :
a. Jalan nafas : (✓) Bersih ( ) Ada sumbatan
b. Pernafasan : (✓) Tidak sesak ( ) Sesak
c. Menggunakan otot bantu pernafasan : ( ) Ya (✓) Tidak
d. Frekuensi : 18 x/menit
e. Irama : (✓) Teratur ( ) Tidak teratur
f. Jenis pernafasan : Spontan
g. Kedalaman : (✓) Dalam ( ) Dangkal
h. Batuk : (✓) Tidak ( ) Ya
i. Sputum : (✓) Tidak ( ) Ya
j. Konsistensi :( ) Kental ( ) Encer
k. Terdapat darah :( ) Ya ( ) Tidak
l. Palpasi dada : Taktil fremitus paru-paru kanan dan kiri sama
m. Perkusi dada : Bunyi sonor
n. Suara nafas : (✓) Vesikuler ( ) Ronkhi
( ) Wheezing ( ) Rales
o. Nyeri saat bernafas :( ) Ya (✓) Tidak
p. Penggunaan alat bantu nafas : (✓) Tidak ( ) Ya
f. Sistem Kardiovaskuler
a. Sirkulasi perifer
• Nadi : 80 x/menit
• Irama : (✓) Teratur ( ) Tidak teratur
• Denyut :( ) Lemah (✓) Kuat
• Distensi vena jugularis :( ) Ya (✓) Tidak
• Temperatur kulit : (✓) Hangat ( ) Dingin
• Warna kulit : ( ) Pucat ( ) Cyanosis
( ) Kemerahan
• Pengisian kapiler : < 3 detik
• Edema : ( ) Ya, tidak ada (✓) Tidak
( ) Tungkai atas ( ) Tungkai bawah
( ) Periorbital ( ) Muka
( ) Skrotalis ( ) Anasarka
b. Sirkulasi jantung
• Kecepatan denyut apical : 88 x/menit
• Irama : (✓) Teratur ( ) Tidak teratur
• Kelainan bunyi jantung :( ) Murmur ( ) Gallop
• Sakit dada :( ) Ya (✓) Tidak
• Timbulnya :( ) Saat beraktivitas ( ) Tanpa aktivitas
( ) Seperti ditusuk-tusuk ( ) Seperti terbakar
( ) Seperti tertimpa benda berat
• Skala nyeri : Tidak ada
g. Sistem Hematologi
a. Pucat : (✓) Tidak ( ) Ya
b. Perdarahan : (✓) Tidak ( ) Ya
( ) Ptechie ( ) purpura ( ) Mimisan
( ) Echimosis ( ) Perdarahan gusi
i. Sistem Pencernaan
a. Keadaan mulut :
• Gigi :( ) Caries (✓) Tidak
• Penggunaan gigi palsu :( ) Ya (✓) Tidak
• Stomatis :( ) Ya (✓) Tidak
• Lidah kotor : ( ) Ya (✓) Tidak
• Salifa : (✓) Normal ( ) Abnormal
b. Muntah : (✓) Tidak, ( ) Ya
• Isi :( ) Makanan ( ) Cairan ( ) Hitam
• Warna :( ) Sesuai warna makanan ( ) Kehijauan
( ) Coklat ( ) Kuning ( ) Hitam
• Frekuensi : Tidak ada
• Jumlah : Tidak ada
c. Nyeri daerah perut :( ) Ya (✓) Tidak
d. Skala nyeri : Tidak ada
e. Lokasi & karakter nyeri : ( ) Seperti ditusuk-tusuk ( ) Melilit-lilit
( ) Cramp ( ) Panas/seperti terbakar
( ) Setempat ( ) Menyebar
( ) Berpindah-pindah ( ) Kanan atas
( ) Kanan bawah ( ) Kiri atas
( ) Kiri bawah
f. Bising usus : 8 x/menit
g. Diare : (✓) Tidak ( ) Ya
h. Warna feaces : ( ) Kuning kecoklatan ( ) Putih seperti air cucian beras
(✓) Coklat ( ) Hitam ( ) Dempul
i. Konsistensi faeces : (✓) Setengah padat ( ) Cair ( ) Berdarah
( ) terdapat lendir ( ) Tidak ada kelainan
j. Konstipasi : ( ) Tidak (✓) Ya
k. Hepar :( ) Teraba (✓) Tak teraba
l. Abdomen : (✓) Kembung ( ) Acities ( ) Distensi
m. Pemeriksaan rectal toucher: TSA kuat, ampula tidak kebas, massa sirkuler 3 cm
dari anal verge, rapuh, mudah berdarah
j. Sistem Endokrin
a. Perbesaran kelenjar tiroid: (✓) Tidak ( ) Ya
( ) Exoptalmus ( ) Tremor
( ) Diaporesis
b. Nafas berbau keton :( ) Ya (✓) Tidak
( ) Poliuri ( ) Polidipsi ( ) Poliphagi
c. Luka gangren : (✓) Tidak ( ) Ya
d. Kondisi luka : Tidak ada
k. Sistem Urogenital
a. Balance cairan : Intake – Output= 1325 – 1150= +175
b. Perubahan pola kemih :( ) Retensi ( ) Urgency ( ) Disuria
( ) Tidak lampias ( ) Nokturia ( ) Anuria
( ) Inkotinensia
c. Distensi/ketegangan kandung kemih : ( ) Ya (✓) Tidak
d. Keluhan sakit pinggang : ( ) Ya (✓) Tidak
e. Skala nyeri : Tidak ada
l. Sistem Integumen
a. Turgor kulit : (✓) Baik ( ) Buruk
b. Temperatur kulit : Akral hangat
c. Warna kulit :( ) Pucat ( ) Sianosis (✓) Kemerahan
d. Keadaan kulit : (✓) Baik ( ) Lesi ( ) Ulkus
( ) Luka,
Lokasi : tidak ada
( ) Insisi operasi
Lokasi :
( ) Gatal-gatal
( ) Memar/lebam
( ) Kelainan pigmen
( ) Luka bakar
Grade : tidak, Persentase : tidak
( ) Dekubitus
Lokasi : tidak ada
e. Kelainan kulit : (✓) Tidak ( ) Ya
f. Sistem Muskoloskeletal
a. Kesulitan dalam pergerakan :( ) Ya (✓) Tidak
b. Sakit pada tulang, sendi, kulit :( ) Ya (✓) Tidak
c. Fraktur :( ) Ya (✓) Tidak
Lokasi, tidak ada
Kondisi, tidak ada
d. Kelainan bentuk tulang sendi :( ) Kontraktur ( ) Bengkak
(✓) Lain-lain, sebutkan : tidak ada
e. Kelainan struktur tulang belakang :( ) Skoliosis ( ) Lordosis
( ) Kiposis
f. Keadaan tonus otot : (✓) Baik ( ) Hipotoni
( ) Hipertoni ( ) Atoni
g. Kekuatan otot : 5555 5555
5555 5555
DATA TAMBAHAN :
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Radiologi
Foto Toraks (15/3/2021)
Trakea di tengah
Mediastinum superior tidak melebar
Cor : Ukuran dan bentuk normal
CTR < 50% aorta baik
Pulmo : Kedua hilus tidak menebal
Corakan bronkhovaskuler dan parenkhim baik
Kedua sinus dan diafragma baik
Tulang-tulang iga dan soft tissue baik
Kesan : Cor / pulmo dalam batas normal
2. CT-Scan Abdomen
Tanggal 26/2/2021
Kesan:
- Penebalan dinding anal canal hingga distal rectum sepanjang sekitar 3,9 cm yang
menyempitkan lumen pada segmen tersebut dengan karakteristik dan perluasan
seperti tersebut di atas, DD/ massa maligna
- Multiple KGB regio perirektum dan inguinal bilateral dengan ukuran short axis < 1,0
cm
- Tidak tampak gambaran metastasis pada organ-organ intraabdominal saat ini
- Tidak tampak kelainan pada organ-organ intraabdomen lainnya
3. Pemeriksaan Hispopatologi
Tanggal periksa (12/3/2021)
Mikroskopik :
Sediaan dengan keterangan asal biopsy rectum berupa keping – keping jaringan
menunjukkan adanya sarang – sarang villotubular, infiltrative diantara stroma jaringan ikat
bersebukan sel radang mononuklear.
Sel tumor dilapisi beberapa lapis sel epitel kolumnar, berinti pleomorfik dan hiperkromatik
dengan mitosis atipik.
Kesimpulan :
Adenokarsinoma berdifferensiasi baik, rectum
4. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal/Jam
Nilai Rujukan Satuan
5/4 6/4
HEMATOLOGI
Hb 9,0 10,3 13,2 – 17,3 g/dl
Hematokrit 27,4 31,4 33,0 – 45,0 %
Leukosit 8,1 17,0 5,00 – 10,00 ribu/ul
Trombosit 348 333 150 – 440 ribu/ul
Eritrosit 3,79 4,25 3,80 – 5,20 ribu/uL
Indeks Eritrosit
MCV 72,4 73,7 80,0 – 100,0 fL
MCH 23,8 24,3 26,0 – 34,0 pg
MCHC 32,8 33,0 32,0 – 36,0 g/dL
RDW-CV 20,1 19,7 11,5 – 14,5 %
HITUNG JENIS
Basofil 0 0 0–1 %
Eosinofil 6 0 1–3 %
Netrofil 68 94 50 – 70 %
Limfosit 20 3 20 – 40 %
Monosit 6 3 2–8 %
Luc 1 0 <5 %
Jumlah limfosit 1570 425 > 1500 /uL
absulut
Rasio neutrofil 3,5 37,6
limfosit
D. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Cairan :
b. Diet :
c. Obat :
Obat Non Parenteral
- Concor 1,25 mg / 24 jam
Obat Parenteral
- Clanexi 2,4 gr / 24 jam (profilaksis) sudah dihentikan
- Kabiven / 24 jam
- Asering / 24 jam
- Movibet 400 mg / 24 jam
- Esomeprazole 40 mg / 12 jam
- Ketorolac 30 mg / 8 jam
Pre Operasi
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 Data Subjektif : Adenocarcinoma Konstipasi
- Klien mengatakan sulit BAB Recti
sejak kurang lebih 8 bulan yang
lalu
- Klien mengatakan setiap BAB,
feses berbentuk seperti kotoran
kambing, konsistensi setengah
padat, berwarna kuning
- Klien mengatakan semenjak di
RS belum BAB dan perut terasa
begah
Data Objektif :
- Keadaan umum baik
- Kesadaran composmentis
- Tekanan darah : 122/76
mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- Frekuensi nafas : 18 x/menit
- Suhu tubuh : 36,6 oC
- Hasil pemeriksaan CT Scan:
• Penebalan dinding anal
canal hingga distal rectum
sepanjang sekitar 3,9 cm
yang menyempitkan lumen
pada segmen tersebut
dengan karakteristik dan
perluasan seperti tersebut di
atas, DD/ massa maligna
• Multiple KGB regio
perirektum dan inguinal
bilateral dengan ukuran
short axis < 1,0 cm
• Tidak tampak gambaran
metastasis pada organ-organ
intraabdominal saat ini
• Tidak tampak kelainan pada
organ-organ intraabdomen
lainnya
- Hasil pemeriksaan
hispopatologi: Adenokarsinoma
berdifferensiasi baik, rectum
- Pemeriksaan rectal toucher: TSA
kuat, ampula tidak kebas, massa
sirkuler 3 cm dari anal verge,
rapuh, mudah berdarah
2 Data Subjektif : Ancaman Terhadap Ansietas
- Klien mengatakan khawatir Kematian
dengan operasi yang akan
dilakukan
- Klien mengeluh tiap malam
tidak bisa tidur
Data Objektif :
- Keadaan umum baik
- Kesadaran composmentis
- Tekanan darah : 122/76
mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- Frekuensi nafas : 18 x/menit
- Suhu tubuh : 36,6 oC
- Klien tampak gelisah
3 Data Subjektif: Hambatan Gangguan Pola
- Klien mengatakan tiap malam lingkungan (suhu Tidur
tidak bisa tidur lingkungan rumah
- Klien mengatakan selalu sakit dan cemas akan
memikirkan operasi yang akan operasi)
dilakukan
- Klien mengeluh selalu
kedinginan saat malam hari
Data Objektif:
- Keadaan umum baik
- Kesadaran composmentis
- Tekanan darah : 122/76
mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- Frekuensi nafas : 18 x/menit
- Suhu tubuh : 36,6 oC
Post Operasi
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 Data Subjektif : Kehilangan fungsi Inkontinensia fekal
- pengendalian
Data Objektif : sfingter rektum
- Klien post operasi laparoskopi
miles procedure
- Terdapat stoma kolostomi pada
hemiabdomen dextra (left lower
quadrant)
2 Data Subjektif : Agen pencedera Nyeri akut
- Klien mengeluh nyeri pada fisik (prosedur
perutnya, skala nyeri 5 operasi)
- Klien mengatakan perut terasa
ingin pecah jika dibuat untuk
berjalan
Data Objektif :
- Keadaan umum baik
- Kesadaran composmentis
- Klien tampak meringis
- Pengkajian nyeri PQRST:
P: post operasi laparoskopi
miles procedure
Q: abdomen terasa seperti
ditusuk- tusuk dan ingin pecah
R: seluruh abdomen
T: nyeri hilang timbul namun
semakin terasa saat klien
mobilisasi
- Tekanan darah : 135/97
mmHg
- Nadi : 96 x/menit
- Frekuensi nafas : 18 x/menit
- Suhu tubuh : 36,6 oC
Data Subjektif : Efek prosedur Risiko infeksi
Data Objektif : invasif
- Telah dilakukan operasi
laparoskopi miles procedure
pada tanggal 6/4/2021
- Tidak terdapat rembesan pada
balutan luka
- Luka post operasi baik, tidak
ada pus, tidak ada perdarahan
- Terdapat stoma kolostomi pada
abdomen sinistra
- Kondisi stoma baik
- Produksi feses ada, warna
coklat, konsistensi cair
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operasi
TGL TGL
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF
DITEMUKAN TERATASI
1 Konstipasi berbubungan dengan 5 April 2021 6 April 2021 Dwitya
adenocarcinoma recti
2 Ansietas berhubungan dengan ancaman 5 April 2020 Dwitya
terhadap kematian
3 Gangguan pola tidur berhubungan 5 April 2020 Dwitya
dengan hambatan lingkungan (suhu
lingkungan rumah sakit dan cemas akan
operasi)
Post Operasi
TGL TGL
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF
DITEMUKAN TERATASI
1 Inkontinensia fekal berhubungan 9 April 2021 Dwitya
dengan kehilangan fungsi pengendalian
sfingter rektum
2 Nyeri akut berhubungan dengan agen 9 April 2021 Dwitya
pencedera fisik (prosedur operasi)
3 Risiko infeksi berhubungan dengan efek 9 April 2021 Dwitya
prosedur invasif
INTERVENSI KEPERAWATAN
TUJUAN DAN
NO INTERVENSI KEPERAWATAN
KRITERIA HASIL
Pre Operasi
1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Konstipasi (I.04155)
3x 24 jam diharapkan Observasi
eliminasi fekal membaik - Periksa tanda dan gejala konstipasi
dengan kriteria hasil : - Periksa pergerakan usus, karakteristik feses
- Keluhan defekasi sulit (konsistensi, bentuk, volume, dan warna)
menurun - Identifikasi faktor risiko konstipasi
- Konsistensi feses Terapeutik
membaik - Anjurkan diet tinggi serat
Edukasi
- Anjurkan peningkatan asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi penggunaan obat pencahar
2 Setelah dilakukan tindakan Reduksi Anxietas (I.09314)
3x 24 jam diharapkan Observasi
tingkat ansietas menurun - Identifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis.
dengan kriteria hasil : Kondisi, waktu, stressor)
- Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
- Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)
Terapeutik
- Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
- Temani pasien untuk mengurangi kecemasan ,
jika memungkinkan
- Pahami situasi yang membuat anxietas
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Gunakan pedekatan yang tenang dan
meyakinkan
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
kecemasan
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
- Informasikan secara factual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien,
jika perlu
- Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi
ketegangan
- Latih teknik relaksasi nafas dalam
3 Setelah dilakukan tindakan Dukungan Tidur (I.05174)
3x 24 jam diharapkan pola Observasi
tidur membaik dengan - Identifikasi pola aktivitas dan tidur
kriteria hasil : - Identifiksi faktor pengganggu tidur
- Keluhan sulit tidur Terapeutik
menurun - Modifikasi lingkungan (kecilkan AC pada saat
- Keluhan istirahat malam hari atau menganjurkan untuk memakai
tidak cukup menurun dua selimut)
Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur cukup sselama sakit
- Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur
Post Operasi
1 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24
jam diharapkan eliminasi
fekal membaik dengan
kriteria hasil:
- Kontrol pengeluaran
feses meningkat
2 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08238)
keperawatan selama 3 x 24 Observasi
jam diharapkan nyeri - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
menurun dengan kriteria frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
hasil: - Identifikasi skala nyeri
- Keluhan nyeri Terapeutik
menurun - Berikan teknik non farmakologis teknik napas
- Meringis menurun dalam untuk mengurangi rasa nyeri
- Tingkat nyeri - Memberikan posisi nyaman
menurun Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
3 Setelah dilakukan tindakan Perawatan Luka (I.14564)
keperawatan selama 3 x 24 Observasi:
jam diharapkan tingkat - Monitor karakteristik luka (warna, ukuran, bau)
infeksi menurun dengan - Monitor tanda-tanda infeksi
kriteria hasil: Terapeutik
- Nyeri menurun - Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
- Tidak terdapat pus - Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
pada luka non toksik, sesuai kebutuhan
- Bersihkan jaringan nekrotik
- Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- Pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
- Ganti balutan sesuai jenis luka (2 hari sekali)
Edukasi
- Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Terapeutik
- Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu