Anda di halaman 1dari 44

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Tanaman Jahe (Zingiber officinale)

Jahe memiliki nama latin (Zingiber officinale), merupakan tanaman

rimpang yang cukup populer sebagai tanaman rempah serta bahan obat.

Rimpang jahe berbentuk seperti jari yang menggembung diruas tengah. Rasa

yang dominan pada jahe yaitu pedas disebabkan karean senyawa keton bernama

zingeron.

Jahe termasuk dalam suku Zingiberaceae (temu-temuan). Awalnaya

nama ilmiah jahe diberikan oleh seseorang bernama William Roxburgh dari

kata Yunani zingiberi, Bahasa Sanskerta.

Jahe termasuk dalam tanaman herba yang tumbuh tegak, tingginya

dapat mencapai 40 – 100 cm dan dapat tumbuh sampai berumur tahunan.

Batang jahe berupa batang semu yang tersusun dari helai daun pipih

memanjang dengan ujung lancip.

2.1.1 Morfologi Tanaman Jahe (Zingiber officinale)

Jahe termasuk tanaman tahunan. Berbatang semu, berdiri tegak

dan tingginya berkisar antara 0,3-0,75 meter. Warna batang hijau,


9
sedang warna pangkal batang putih sampai kemerahan. Bentuk batang

silindris dan halus. Rimpang jahe tumbuh mendatar dekat permukaan

tanah dan bercabang. Daunnya berselang-seling teratur, dengan ukuran

panjang 15-23 cm dan lebar 0,8-2,5 cm. Panjang tangkai daun 2-4 meter

dan berbulu. Lidah daun (ligule) memanjang 0,75-1 cm namun tidak

berbulu. Sedangkan warna perpukaan daun bagian atas lebih tua

daripada daun bagan bawah (Rismunandar, 1988: 14).

2.1.1.1 Batang Tanaman Jahe (Zingiber officinale)

Jahe tumbuh merumpun, berupa tanaman tahunan

berbatang semu. Tanaman tumbuh tegak setinggi 30-75 cm.

Batang semu jahe merah berbentuk bulat kecil, berwarna hijau

kemerahan dan agak keras karena diselubungi oleh pelepah

daun. Batang semu jahe merah berbentuk bulat kecil, berwarna

hijau kemerahan, dan agak keras karena diselubungi oleh

pelepah daun. Tinggi tanaman mencapai 34,18 – 62,28 cm.

Batang tanaman jahe memiliki warna hijau, tidak

berkayu serta berair dan merupakan batang semu tumbuh tegak

lurus. Batang jahe terdiri dari seludang daun tanaman serta

pelepah daun yang menutupi daun. Bentuk batang jahe bulat

10
serta permukaan dilapisi oleh bulu halus tetapi tidak memiliki

percabangan.

Gambar 2.1 Batang Tanaman Jahe (Zingiber officinale)

2.1.1.2 Daun Tanaman Jahe (Zingiber officinale)

Jahe tumbuh merumpun, berupa tanaman tahunan

berbatang semu. Tanaman tumbuh tegak setinggi 30-75 cm.

Batang semu jahe merah berbentuk bulat kecil, berwarna hijau

kemerahan dan agak keras karena diselubungi oleh pelepah

daun. Batang semu jahe merah berbentuk bulat kecil, berwarna

hijau kemerahan, dan agak keras karena diselubungi oleh

pelepah daun. Tinggi tanaman mencapai 34,18 – 62,28 cm.

Daun pada tanaman jahe berwarna hijau berbentuk

lonjong lancip menyerupai dengan daun rumput besar. Daun

11
jahe berselang seling dengan tulang daun serta sejajar. Daun

tanaman jahe termasuk daun tunggal dengan ujung daun

berbentuk runcing, tepinya rata dan pangkal daun tumpul,

sedangkan permukaan daun halus serta licin. Daun tanaman

jahe termasuk daun lengkap karena terdapat helaian daun,

tangkai, serta upih daun.

Gambar 2.2 Daun Tanaman Jahe (Zingiber officinale)

2.1.1.3 Bunga Tanaman Jahe (Zingiber officinale)

Bunga tanaman jahe berupa malai yang tumbuh dari

dalam tanah berbentuk bulat telur. Bunga jahe termasuk dalam

golongan bunga majemuk tunggal. Mahkota bunga jahe

berbentuk tabung, berwarna hijau kekuningan serta jumlah

daun mahkota ada tiga buah yang saling berlekatan pada bagian

12
bawah helaian yang agak sempit. Kelopak bunga berjumlah

tiga buah, bunga jahe termasuk bunga sempurna karena

mempunyai 2 kelamin.

Bunga jahe terangkai dalam spika yang muncul

secara langsung dari rhizome. Spika terdiri atas braktea yang

saling tersusun, braktea tersebut menghasilkan bunga tunggal

yang muncul melalui sebuah axil. Setiap bunga memiliki petal

7 berbentuk tabung kecil yang melebar ke atas menjadi tiga

cuping. Pembungaan tidak sering terjadi, pembungaan mungkin

terjadi karena faktor iklim dan panjang hari.

Bunga jahe berupa bulir yang berbentuk kincir, tidak

berbulu, dengan panjang 5-7 cm dan bergaris tengah 2-2,5 cm.

Bulir itu menempel pada tangkai bulir yang keluar dari akar

rimpang dengan panjang 15-25 cm. Tangkai bulir dikelilingi

daun pelindung yang berbentuk lonjong, runcing, dengan tepi

berwarna merah, ungu, atau hijau kekuningan. Bunga terletak

pada ketiak daun pelindung dengan beberapa bentuk, yakni

panjang, bulat telur, runcing. Kelopak dan daun bunga masing-

masing tiga buah yang sebagian bertautan.

13
Gambar 2.3 Bunga Tanaman Jahe (Zingiber officinale)

2.1.1.4 Akar Tanaman Jahe (Zingiber officinale)

Akar pada tanaman jahe merupakan akar serabut yang

tumbuh pada rimpang serta termasuk modifikasi dari batang.

Akar tersebut memiliki bagian berupa leher akar, tudung akar

dan batang akar.

Akar merupakan bagian terpenting dari tanaman jahe.

Pada bagian ini tumbuh tunas-tunas baru yang kelak akan

menjadi tanaman. Akar tunggal (rimpang) tertanam kuat

didalam tanah dan makin membesar dengan pertambahan usia

serta membentuk rhizoma-rhizoma baru.

Gambar 2.4 Akar Tanaman Jahe (Zingiber officinale)

14
2.1.1 5 Rimpang Tanaman Jahe (Zingiber officinale)

Rimpang yang akan digunakan untuk bibit harus sudah

tua minimal berumur 10 bulan. Ciri-ciri rimpang tua antara lain

kandungan serat tinggi dan kasar, kulit licin dan keras tidak

mudah mengelupas, warna kulit mengkilat menampakkan tanda

bernas. Rimpang yang terpilih untuk dijadikan benih, sebaiknya

mempunyai 2 - 3 bakal mata tunas yang baik dengan bobot

sekitar 25 - 60 g untuk jahe putih besar, 20 - 40 g untuk jahe

putih kecil dan jahe merah.

Kebutuhan bibit per ha untuk jahe merah dan jahe

emprit 1-1,5 ton, sedangkan 11 jahe putih besar yang dipanen

tua membutuhkan bibit 2-3 ton/ha dan 5 ton/ha untuk jahe putih

besar yang dipanen muda.

Gambar 2.5 Rimpang Tanaman Jahe (Zingiber officinale)

15
2.1.2 Klasifikasi Tanaman Jahe (Zingiber officinale)

Jahe (Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang yang

sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya

berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa

dominan pedas disebabkan senyawa keton bernama zingeron (Tata

Gunawan, 2013).

Divisi : Spermatophyta.

Sub-divisi : Angiospermae.

Kelas : Monocotyledoneae.

Ordo : Zingiberales.

Famili : Zingiberaceae.

Genus : Zingiber.

Species : Zingiber officinale

2.1.3 Habitat Tanaman Jahe (Zingiber officinale)

Tanaman jahe terdapat di seluruh Indonesia, ditanam di kebun

dan pekarangan. Tumbuh di tempat terbuka sampai di tempat yang

agak kenaungan, pada tanah latosal atapun andosal terutama

mengandung bahan organic tinggi. Umumnya ditanam di tanah ringan

atau tanah yang mudah diolah seperti tanah lempung berdebu, lempung

berliat, dan liat berpasir.

16
Tumbuh pada ketinggian tempat sampai 900 meter atau lebih di

atas permukaan laut, umumnya ditanam pada ketinggian tempat antara

200 meter sampai dengan 600 mete di atas permukaan laut (Depkes RI,

1978).

2.1.4 Daerah Penyebaran Tanaman Jahe (Zingiber officinale)

Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India

sampai Cina. Oleh karena itu kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai

bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan

minuman, bumbu masak dan obat-obatan tradisional.

Daerah yang menghasilkan kunyit, lengkuas, kencur dan

temulawak terbesar di Indonesia adalah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan

Kalimantan Selatan. Nama daerah jahe antara lain halia (Aceh),

beeuing (Gayo), bahing (Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi

(Lampung), jahe (Sunda), jae (Jawa dan Bali), jhai (Madura), melito

(Gorontalo), geraka (Ternate).

2.1.5 Syarat Tumbuh Tanaman Jahe (Zingiber officinale)

a. Tumbuh dengan baik di daerah tropis, pada ketinggian 0-1.700 m

dpl, tumbuh optimum 200-600 m dpl.

b. Curah hujan 2.500-4.000 mm, suhu sedang-panas

17
c. Memerlukan sinar matahari yang banyak (> 8 jam)

d. Tumbuh pada tanah yang subur, gembur, banyak bahan organik

atau humus

e. pH tanah 6,8 - 7,0

f. Jenis tanah andosol, latosol merah coklat, terutama pada lahan

hutan yang baru dibuka

2.2 Potensi dan Pemanfaatan Jahe (Zingiber officinale)

Di pasar ekspor, permintaan jahe datang dari negara-negara di Asia,

Eropa dan Amerika, diantaranya.Singapura, Jepang, Hong Kong, Malaysia,

Pakistan, Belanda, Jerman, Amerika Serikat, dan Perancis.

Di sejumlah negara Eropa, jahe gajah untuk kebutuhan industri

minuman seperti bir, produsen kue, dan bumbu masak membutuhkan rimpang

jahe untuk bahan campuran.

Tahun 2018 lalu, dari catatan Badan Pusat Statistik, ekspor tertinggi

tanaman biofarmaka di Indonesia ialah Jahe. Volume ekspor jahe sebesar

23.551,9 ton senilai 13,53 juta dollar AS. Untuk produksinya sebesar 216.587

ton.

Jahe dapat merangsang kelenjar pencernaan, membangkitkan nafsu

makan sehingga bagus untuk pencernaan. Rasa dan aromanya yang pedas dapat

menghangatkan tubuh dan mengeluarkan keringat. Minyak atsiri jahe

18
bermanfaat untuk menghilangkan nyeri, anti inflamasi dan anti bakteri. Selain

digunakan untuk masakan, jahe juga dapat dimanfaatkan untuk kesehatan.

2.2.1 Budidaya Tanaman Jahe (Zingiber officinale)

2.2.1.1 Penyiapan Benih

Benih yang digunakan merupakan benih bermutu atau

bersertifikat. Jahe dapat dikembangbiakan dari rimpang yang

memiliki tunas atau dengan anakan. Rimpang yang akan

digunakan sebagai benih memiliki ciri-ciri yakni sehat,

berumur lebih dari 9 BST, memiliki 2-3 mata tunas, kulit

rimpang tidak kisut, tidak terkelupas, mengkilat dan bernas.

Pemilihan sumber benih dimulai dari pertanaman sampai di

gudang. Rimpang untuk benih dipotong-potong dengan ukuran

untuk jahe putih besar 30-60 g, jahe putih kecil/jahe merah 20-

40 g. Potongan rimpang dicelupkan ke dalam larutan

desinfektan lalu dikeringanginkan atau ditaburi abu dapur atau

sekam padi di bagian atas media semai. Bagian rimpang yang

terbaik dijadikan benih adalah ruas kedua dan ketiga.

Sebelum ditanam rimpang ditunaskan terlebih dahulu

dengan cara menyemaikan, yaitu dengan cara menghamparkan

rimpang diatas jerami atau alang-alang tipis, ditempat teduh,

19
atau di dalam gudang dan tidak ditumpuk. Selama penyemaian

dilakukan penyiraman sesuai kebutuhan dengan cara disemprot

(jangan disiram). Benih yang telah bertunas dengan tinggi tunas

1-2 cm siap ditanam di lapang. Kebutuhan benih: 1-1,5 ton/ha

(jahe merah/emprit), 2 - 2,5 ton/ha (jahe gajah). Populasi :

40.000 tanaman/haPotensi hasil : 16 ton/ha (jahe putih kecil/

jahe merah), 37 ton/ha (jahe putih besar)

a) Persyaratan Bibit

Bibit berkualitas adalah bibit yang memenuhi

syarat mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh

yang tinggi), dan mutu fisik. Yang dimaksud dengan

mutu fisik adalah bibit yang bebas hama dan penyakit.

Oleh karena itu kriteria yang harus dipenuhi antara lain :

1. Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari

pasar).

2. Dipilih bahan bibit dari tanaman yang sudah tua

(berumur 9-10 bulan).

3. Dipilih pula dari tanaman yang sehat dan kulit rimpang

tidak terluka atau lecet.

20
b) Teknik Penyemaian Bibit

Untuk pertumbuhan tanaman yang serentak atau

seragam, bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih

dahulu dikecambahkan. Penyemaian bibit dapat dilakukan

dengan :

1. Penyemaian pada Peti Kayu

Rimpang jahe yang baru dipanen dijemur

sementara (tidak sampai kering), kemudian disimpan

sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan rimpang tersebut dengan

tangan dimana setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas

dan dijemur ulang 1/2-1 hari.

Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut dikemas

ke dalam karung beranyaman jarang, lalu dicelupkan

dalam larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar

1 menit kemudian keringkan.

Setelah itu dimasukkan kedalam peti kayu.

Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu sebagai

berikut: pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal

bibit selapis, kemudian di atasnya diberi abu gosok atau

sekam padi, demikian seterusnya sehingga yang paling

21
atas adalah abu gosok atau sekam padi tersebut. Setelah

2-4 minggu lagi, bibit jahe tersebut sudah disemai.

2. Penyemaian pada Bedengan

Buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x

8 m untuk menanam bibit 1 ton (kebutuhan jahe gajah

seluas 1 ha). Di dalam rumah penyemaian tersebut

dibuat bedengan dari tumpukan jerami setebal 10 cm.

Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan

jerami lalu ditutup jerami, dan di atasnya diberi rimpang

lalu diberi jerami pula, demikian seterusnya, sehingga

didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian atas

berupa jerami.

Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan

dengan penyiraman setiap hari dan sesekali disemprot

dengan fungisida. Setelah 2 minggu, biasanya rimpang

sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidak

terbawa bibit berkualitas rendah. Bibit hasil seleksi itu

dipatah-patahkan dengan tangan dan setiap potongan

memiliki 3-5 mata tunas dan beratnya 40-60 gram

22
c) Penyiapan Bibit

Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari

ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan

ke dalam karung dan dicelupkan ke dalam larutan

fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam,

barulah ditanam.

2.2.1.2 Pengolahan Media Tanam

a) Persiapan Lahan

Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal harus

diperhatikan syaratsyarat tumbuh yang dibutuhkan

tanaman jahe. Bila keasaman tanah yang ada tidak sesuai

dengan keasaman tanah yang dibutuhkan tanaman jahe,

maka harus ditambah atau dikurangi keasaman dengan

kapur.

b) Pembukaan Lahan

Pengolahan tanah diawali dengan dibajak sedalam

kurang lebih dari 30 cm dengan tujuan untuk mendapatkan

kondisi tanah yang gembur atau remah dan membersihkan

tanaman pengganggu. Setelah itu tanah dibiarkan 2-4

23
minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit

dan hama akan mati terkena sinar matahari. Apabila pada

pengolahan tanah pertama dirasakan belum juga gembur,

maka dapat dilakukan pengolahan tanah yang kedua sekitar

2- 3 minggu sebelum tanam dan sekaligus diberikan pupuk

kandang dengan dosis 1.500-2.500 kg.

c) Pembentukan Bedengan

Pada daerah-daerah yang kondisi air tanahnya

jelek dan sekaligus untuk encegah terjadinya genangan air,

sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan engan

ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan

anjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.

d) Pengapuran

Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar

unsur-unsur hara didalamnya, Terutama fosfor (p) dan

calcium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit

diserap. Kondisi tanah yang masam ini dapat menjadi

media perkembangan beberapa cendawan penyebab

penyakit fusarium sp dan pythium sp.

24
Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium

yang sangat diperlukan tanaman untuk mengeraskan

bagian tanaman yang berkayu, merangsang pembentukan

bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah dan

merangsang pembentukan biji.

a. Derajat keasaman <> 10 ton/ha.

b. Derajat keasaman 5 (asam): kebutuhan dolomit 5.5

ton/ha.

c. Derajat keasaman 6 (agak asam): kebutuhan dolomit 0.8

ton/ha.

2.2.1.3 Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola

Tanaman pembudidayaan jahe secara monokultur

pada suatu daerah tertentu memang dinilai cukup rasional,

karena mampu memberikan produksi dan produksi tinggi.

Namun di daerah, pembudidayaan tanaman jahe secara

monokultur kurang dapat diterima karena selalu

menimbulkan kerugian.

25
Penanaman jahe secara tumpangsari dengan

tanaman lain mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai

berikut :

a. Mengurangi kerugian yang disebabkan naik turunnya

harga.

b. Menekan biaya kerja, seperti: tenaga kerja pemeliharaan

tanaman.

c. Meningkatkan produktivitas lahan.

d. Memperbaiki sifat fisik dan mengawetkan tanah akibat

rendahnya pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu).

2) Pembuatan Lubang Tanam

Untuk menghindari pertumbuhan jahe yang jelek,

karena kondisi air tanah yang buruk, maka sebaiknya tanah

diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat

lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5 cm untuk

menanam bibit.

26
3) Cara Penanaman

Cara penanaman dilakukan dengan cara melekatkan

bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau

alur yang sudah disiapkan.

4) Perioda Tanam

Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal

musim hujan sekitar bulan September dan Oktober. Hal ini

dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan

air cukup banyak untuk pertumbuhannya.

2.2.1.4 Pemeliharaan Tanaman

1) Penyulaman

Sekitar 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya

diadakan untuk melihat rimpang yang mati. Bila demikian

harus segera dilaksanakan penyulaman gar pertumbuhan

bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan tanaman lain,

maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yang baik serta

pemeliharaan yang benar.

27
2) Penyiangan

Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe

berumur 2-4 minggu kemudian dilanjutkan 3-6 minggu

sekali. Tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yang

tumbuh. Namun setelah jahe berumur 6-7 bulan, sebaiknya

tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur

tersebut rimpangnya mulai besar.

3) Pembubunan

Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran

udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus

digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan untuk

menimbun rimpang jahe yang kadang-kadang muncul ke

atas permukaan tanah.

Apabila tanaman jahe masih muda, cukup tanah

dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang

lebih 30 cm. Pada bulan berikutnya dapat diperdalam dan

diperlebar setiap kali pembubunan akan berbentuk gubidan

dan sekaligus terbentuk sistem pengairan yang berfungsi

untuk menyalurkan kelebihan air. Pertama kali dilakukan

pembumbunan pada waktu tanaman jahe berbentuk

28
rumpun yang terdiri atas 3-4 batang semu, umumnya

pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman

jahe. Namun tergantung kepada kondisi tanah dan

banyaknya hujan.

4) Pemupukan

1. Pemupukan Organik

Pada pertanian organik yang tidak

menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan dan

obat-obatan, maka pemupukan secara organik yaitu

dengan menggunakan pupuk kompos organik atau

pupuk kandang dilakukan lebih sering disbanding kalau

kita menggunakan pupuk buatan.

Adapun pemberian pupuk kompos organik ini

dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan

guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 60 – 80 ton per

hektar yang ditebar dan dicampur tanah olahan. Untuk

menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga

dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam

di awal pertanaman sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman.

29
Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 – 3

bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10 bulan.

Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 – 3

kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya

dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan bersamaan

dengan kegiatan pembubunan.

2. Pemupukan Konvensional

Selain pupuk dasar (pada awal penanaman),

tanaman jahe perlu diberi pupuk susulan kedua (pada

saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yang

digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha.

Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan

pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10

gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112

kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan.

Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk

nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75

kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N

dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan

sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman

30
berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk diberikan dengan

ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam

bentuk alur dan ditanam di sela-sela tanaman

5) Pengairan dan Penyiraman

Tanaman Jahe tidak memerlukan air yang terlalu

banyak untuk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa

tanam diusahakan penanaman pada awal musim hujan

sekitar bulan September

6) Waktu Penyemprotan Pestisida

Penyemprotan pestisida sebaiknya dilakukan

mulai dari saat penyimpanan bibit yang untuk disemai dan

pada saat pemeliharaan. Penyemprotan pestisida pada fase

pemeliharaan biasanya dicampur dengan pupuk organik

cair atau vitamin-vitamin yang mendorong pertumbuhan

jahe.

2.2.1.5 Panen

1) Ciri dan Umur Panen

31
Pemanenan dilakukan tergantung dari penggunaan

jahe itu sendiri. Bila kebutuhan untuk bumbu penyedap

masakan, maka tanaman jahe sudah bisa ditanam pada

umur kurang lebih 4 bulan dengan cara mematahkan

sebagian rimpang dan sisanya dibiarkan sampai tua.

Apabila jahe untuk dipasarkan maka jahe dipanen

setelah cukup tua. Umur tanaman jahe yang sudah bisa

dipanen antara 10-12 bulan, dengan ciri-ciri warna daun

berubah dari hijau menjadi kuning dan batang semua

mengering. Misal tanaman jahe gajah akan mengering pada

umur 8 bulan dan akan berlangsung selama 15 hari atau

lebih.

2) Cara Panen

Cara panen yang baik, tanah dibongkar dengan

hati-hati menggunakan alat garpu atau cangkul, diusahakan

jangan sampai rimpang jahe terluka. Selanjutnya tanah dan

kotoran lainnya yang menempel pada rimpang dibersihkan

dan bila perlu dicuci. Sesudah itu jahe dijemur di atas

papan atau daun pisang kira-kira selama 1 minggu. Tempat

penyimpanan harus terbuka, tidak lembab dan

32
penumpukannya jangan terlalu tinggi melainkan agak

disebar.

3) Periode Panen

Waktu panen sebaiknya dilakukan sebelum musim

hujan, yaitu diantara bulan Juni – Agustus. Saat panen

biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian atas tanah.

Namun demikian apabila tidak sempat dipanen pada

musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan

pada musim kemarau tahun berikutnya.

Pemanenan pada musim hujan menyebabkan

rusaknya rimpang dan menurunkan kualitas rimpang

sehubungan dengan rendahnya bahan aktif karena lebih

banyak kadar airnya.

4) Perkiraan Hasil Panen

Produksi rimpang segar untuk klon jahe gajah

berkisar antara 15-25 ton/hektar, sedangkan untuk klon jahe

emprit atau jahe sunti berkisar antara 10-15 ton/hektar.

33
2.2.1.6 Pasca Panen

1) Penyortiran Basah dan Pencucian

Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk

memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa

tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang jumlah

bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah

plastik untuk pencucian.

Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu

disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air

bilasannya dan jika masih terlihat kotor lakukan

pembilasan sekali atau dua kali lagi.

Hindari pencucian yang terlalu lama agar kualitas

dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut

dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena

dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak

mengandung bakteri/penyakit.

Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam

tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang

tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam

wadah plastik/ember.

34
2) Perajangan

Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan

pisau stainless steel dan alasi bahan yang akan dirajang

dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang

dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah

perajangan, timbang hasilnya dan taruh dalam wadah

plastik/ember. Perajangan dapat dilakukan secara manual

atau dengan mesin pemotong.

3) Pengeringan

Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu

dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan

rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar

airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari

dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan

rimpang tidak saling menumpuk.

Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira

setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi

rimpang tersebut dari air, udara yang lembab dan dari

bahanbahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi.

35
Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu

50oC - 60oC. Rimpang yang akan dikeringkan ditaruh di

atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak saling

menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang

yang dihasilkan

4) Penyortiran Kering

Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang

telah dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan

dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-

kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini

(untuk menghitung rendemennya).

5) Pengemasan

Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan

dalam wadah kantong plastik atau karung yang bersih dan

kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya). Berikan

label yang jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan

nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode

produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode

penyimpanannya.

36
6) Penyimpanan

Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan

suhu tidak melebihi 30oC dan gudang harus memiliki

ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari

kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan

yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup

(hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih dan

terbebas dari hama gudang.

2.2.2 Jenis-Jenis Tanaman Jahe (Zingiber officinale)

Di Indonesia dikenal 3 varietas jahe yakni jahe merah (Zingiber

officinale var. rubrum), jahe putih kecil (Zingiber officinale var.

amarum) dan jahe putih besar (Zingiber officinale var. officinale).

Ketiga jenis jahe tersebut memiliki perbedaan morfologi pada ukuran

dan warna kulit rimpang (Rostiana et.al., 1991 dalam Supriadi et.al.,

2011).

Gambar 2.6 Jahe Emprit, Jahe Merah, Jahe Jahe Gajah ( baca :

kiri-kanan )

37
a. Jahe Emprit

Jahe emprit atau yang sering disebut sebagai jahe putih,

merupakan jahe yang paling sering kita jumpai di pasaran. Bentuk

dari jahe emprit ini kecil dan sedikit pipih dengan serat yang

lembut. Bagian dagingnya berwarna putih. Meskipun aroma dari

jahe emprit ini kurang tajam, tapi rasanya pedas.

Hal tersebut dikarenakan kandungan minyak atsirinya yang

tinggi, yaitu sekitar 1,7-8% berat kering. Minyak atsiri juga biasa

kita kenal dengan minyak esensial atau aromatik yang sangat

mudah menguap. Jahe emprit ini paling sering digunakan sebagai

rempah untuk memasak dan juga jamu (kering maupun segar).

Gambar 2.7 Jahe Emprit / Jahe Putih

b. Jahe Merah

Jahe ini hanya tumbuh pada bulan-bulan tertentu saja, jahe

merah ini termasuk cukup langka, itu sebabnya harganya pun jauh

lebih mahal jika dibandingkan jahe emprit dan jahe gajah. Meski

38
begitu, jahe merah tetap banyak dicari. Ciri dari jahe merah ini

adalah warna rimpangnya yang kemerahan, berserat kasar, dengan

ukuran yang jauh lebih kecil dibanding dua jenis jahe lainnya.

Kandungan minyak atsiri dari jahe merah ini sangat tinggi,

yaitu sekitar 2,58-90% dari berat kering, sehingga rasanya sangat

pedas. Itu sebabnya jahe merah ini lebih sering digunakan sebagai

bahan utama pembuatan minyak jahe dan obat-obatan oleh para

produsen.

Gambar 2.8 Jahe Merah

c. Jahe Gajah

Jenis jahe yang kedua adalah jahe gajah, atau sering juga

disebut sebagai jahe badag. Sesuai namanya, jahe gajah ini

memiliki ukuran yang besar dan gemuk. Ruas rimpangnya pun jauh

lebih menggembung dibanding jenis jahe lainnya. Warna dagingnya

39
cenderung putih kekuningan, sehingga tak jarang orang menyebut

jahe gajah sebagai kuning.

Karena hanya mengandung minyak atsiri sekitar 0,18-

1,66% dari berat kering, maka rasanya pun tak sepedas jahe emprit.

Untuk pengolahannya, jahe gajah ini paling cocok dimanfaatkaan

sebagai bahan utama pembuatan permen atau minuman karena

dagingnya yang tebal. Tapi banyak juga yang menggunakannya

sebagai rempah pada masakan

Gambar 2.9 Jahe Gajah

Perbedaan Jahe Merah dengan jenis Jahe lainnya antara lain :

1) Memiliki rasa pedas, yang dihasilkan dari zat keton zingeron, yang

lebih banyak dari jahe putih atau jahe gajah.

40
2) Memiliki kandungan serat yang lebih kecil, mirip jahe putih,

ketimbang jahe gajah.

3) Mengandung minyak atsiri dengan kandungan paling besar, yaitu

hampir 4% dari total berat kering.

2.2.3 Kandungan Nutrisi Tanaman Jahe (Zingiber officinale)

Gingerol pada jahe bersifat antikoagulan, yaitu mencegah

penggumpalan darah. Jadi mencegah tersumbatnya pembuluh darah,

penyebab utama stroke, dan serangan jantung.

Gingerol juga membantu menurunkan kadar kolesterol,

mencegah dan mengobati mual. Shogaol memiliki kemampuan

sebagai antioksidan yang mencegah penyakit jantung dan kanker

(Hernani dan Hayani, 2001).

Jahe segar mengandung 4-7,5% oleoresin yang banyak

dimanfaatkan dalam industri farmasi dan makanan. Oleoresin jahe

terdiri dari komponen gingerol, shogaol, zingerone, resin, dan

minyak atsiri. Oleoresin jahe mengandung lemak, lilin, karbohidrat,

vitamin dan mineral. Oleoresin memberikan kepedasan aroma yang

berkisar antara 4-7% dan sangat berpotensi sebagai

antioksidan.

41
Tabel 1 Kandungan Vitamin Jahe per Berat Kering

Vitamin Persentase dalam


Berat Kering
Thiamin 0,035 %
Riboflavin 0,015 %
Niasin 0,045 %
Piridoksin 0,056 %
Vitamin C 44,0 %
Vitamin A sedikit
Vitamin B sedikit
Total 44,15 %

2.2.4 Kandungan Kimia Tanaman Jahe (Zingiber officinale)

Senyawa kimia rimpang jahe menentukan aroma dan tingkat

kepedasan jahe. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi komposisi

kimia rimpang jahe adalah antara lain: jenis jahe, tanah sewaktu jahe

ditanam, umur rimpang saat dipanen, pengolahan rimpang

jahe(dijadikan bubuk, manisan, atau kristal jahe), dan ekosistem tempat

jahe berada (Rismunandar, 1988). Redgrove (1933), Guenther (1952),

dan Masada (1976) berpendapat bahwa komponen cita rasa yang utama

dalam jahe adalah minyak volatil yang terdiri dari zingiberen (C15H24),

zingiberol (seskuiterpen alkohol), D-β-feladren, dan kamfen (terpen);

sineol (turunan alkohol); metil heptenon, d-borneol, graniol, linalaol,

dan kavikol (fenol).

42
Jahe memiliki beberapa kandungan kimia yang berbeda. Faktor

yang dapat mempengaruhi kandungan kimia jahe yaitu jenis jahe, unsur

tanah, umur panen, dan pengolahan rimpang jahe. Komponen yang

terkandung dalam jahe yaitu air 80,9%, protein 2,3%, lemak 0,9%,

mineral 1-2%, serat 2-4%, dan karbohidrat 12,3%.

Tabel 2. Komposisi Kimia Jahe dalam 100 gram

Komponen Jumlah
Jahe Segar
Kalori (kal) 51
Protein (g) 1,5
Lemak (g) 1,0
Karbohidrat (g) 10,1
Kalsium (mg) 21
Fosfor (mg) 39
Besi (mg) 4,3
Vitamin A (SI) 30
Thiamin (mg) 0,02
Niasin (mg) 0,8
Vitamin C (mg) 4
Serat kasar (g) 7,53
Total abu (g) 3,70
Kalum (mg) 57,0
Air (g) 86,2
Sumber: Departemen kesehatan RI, 2000

Diantara ketiga jenis jahe, jahe merah lebih banyak digunakan

sebagai obat karena kandungan minyak atsiri dan oleoresinnya paling

tinggi sehingga lebih ampuh menyembuhkan berbagai macam jenis

penyakit. Kandungan minyak atsiri jahe merah berkisar antara 2.58-

3.72% (bobot kering), sedangkan jahe gajah 0.82-1.68% dan jahe emprit
43
1.5-3.3%. Selain itu, kandungan oleoresin jahe merah juga lebih tinggi

dibandingkan jahe lainnya, yaitu 3% dari bobot kering (Herlina et al.,

2002).

Tabel 3. Karakteristik Tiga Jenis Utama Jahe

Bagian Tanaman Jahe Emprit Jahe Merah Jahe Gajah

Struktur Rimpang Kecil berlapis Kecil berlapis Besar berbuku


Warna Irisan Putih kekuningan Jingga muda Putih kekuningan
sampai merah
Berat per Rimpang 0,10-1,58 0,20-1,40 0,18-2,08
(kg)
Diameter Rimpang 3,27-4,05 4,20-4,26 8,47-8,50
(cm)
Kadar Minyak 1,50-3,50 2,58-3,90 0,82-1,66
Atsiri (%)
Kadar Pati (%) 54,70 44,99 55,10
Kadar Serat (%) 6,59 - 6,89
Kadar Abu (%) 7,39-8,90 7,46 6,60-7,57

2.2.5 Potensi Tanaman Jahe (Zingiber officinale) di Indonesia

Indonesia yang beriklim tropis memberikan keuntungan bagi

pertumbuhan tanaman herbal Jahe Merah. Pulau Jawa, Sumatera, dan

Kalimantan. Masa tanam tanaman herbal Jahe Merah hingga dapat

dipanen berkisar antara 10-12 bulan. Meskipun termasuk tanaman yang

mudah dibudidayakan, tanaman Jahe Merah masih belum banyak

dilakukan di Indonesia, padahal kebutuhan Jahe Merah cukup tinggi,

hingga sekarang masih dipenuhi dengan mengimpor Jahe Merah dari

Thailand, Vietnam, hingga China. Kebutuhan industry makanan dan

44
minuman berbahan dasar Jahe Merah juga tinggi. Jepang dan Singapur

adalah dua negara dari sekian banyak negara yang membutuhkan Jahe

Merah dalam jumlah besar, untuk bahan baku industri di negaranya

masing-masing, yang hingga kini,

Indonesia belum bisa memanfaatkan peluang untuk

mengekspor Jahe Merah ke negara-negara tersebut. Salah satu produsen

makanan, minuman, juga produk-produk herbal di Indonesia, PT

Bintang Toedjoe, membutuhkan hingga 2 ton ekstrak (simplisia) Jahe

Merah atau sekitar 10 ton Jahe Merah basah. Hingga saat ini kebutuhan

PT Bintang Toedjoe masih bisa dipasok oleh mitra petani Jahe Merah.

Namun begitu, kebutuhan Jehe Nasional belum bisa terpenuhi, masih

terdapat peluang besar bagi petani Jahe Merah untuk berbisnis di

komoditas pertanian ini.

2.2.6 Pemanfaatan Tanaman Jahe (Zingiber officinale)

Berdasarkan sebuah studi (https://doktersehat.com/ manfaat-

super-jahe-merah/, banyak manfaat yang diperoleh tubuh jika

mengkonsumsi Jahe Merah, diantaranya :

a. Memiliki efek laksatif atau pencahar yang baik untuk pencernaan.

b. Mengurangi gejala demam dan flu.

45
c. Memiliki sifat antiemetik yang kuat, yaitu efektif mengurangi rasa

mual, muntah dan mengatasi mabuk perjalanan.

d. Mengurangi gejala rematik dan sakit pinggang.

e. Mengurangi radang pada tenggorokan dan bisa menjadi pelega

tenggorokan.

f. Mulai diteliti manfaat jahe merah untuk mendukung optimalisasi

fungsi paru-paru.

g. Mencegah hipertensi dan penyakit kardiovaskular.

h. Mencegah penyakit degeneratif pada saraf dan otak.

i. Mengatasi pusing yang disertai mual.

Membicarakan jahe merah, rempah yang digunakan sebagai

campuran minuman karena memiliki rasa pedas yang lebih kuat,

sehingga manfaatnya untuk menghangatkan tubuh menjadi lebih terasa.

Ternyata, jahe merah adalah jahe yang paling unggul dari jenis jahe

lainnya yang tumbuh di Indonesia.

Tidak heran, karena jahe merah mengandung minyak atsiri

yang lebih banyak, begitu pula kandungan zat oleoresin, gingerol, dan

zingeron. Kandungan minyak atsiri pada jahe merah efektif untuk

meredakan batuk yang aman untuk dikonsumsi siapa saja, termasuk

anak-anak. Lalu, zat zingeron pada rempah ini efektif untuk mencegah

46
peradangan pada usus dengan bekerja secara aktif dalam menghambat

enzim pemicu inflamasi.

Tidak hanya itu, jahe merah aman dikonsumsi untuk ibu hamil.

Manfaat jahe satu ini membantu meredakan mual dan muntah yang

biasa dialami ibu hamil di trimester pertama. Namun, supaya tidak

terlalu panas di perut, jahe bisa dicampurkan dengan teh dan tambahan

madu. Jahe merah juga baik untuk menjaga kesehatan jantung dengan

menurunkan trigliserida dan kadar kolesterol di dalam darah.

Meskipun tidak seterkenal jahe merah, jahe putih memiliki

banyak manfaat untuk kesehatan. Kandungan gingerol pada jahe putih

diyakini mampu membantu mencegah infeksi, terutama infeksi bakteri

pada mulut seperti pada radang gusi, juga infeksi pada saluran

pernapasan. Jahe putih pun diyakini mampu meningkatkan fungsi otak

dan mencegah terjadinya penyakit alzheimer..

Jika kamu mengalami nyeri otot setelah berolahraga, jahe juga

bisa membantu menenangkannya. Memang tidak menyembuhkan, tetapi

setidaknya rasa nyeri yang dirasakan bisa sedikit berkurang. Tidak

ketinggalan, jahe putih juga memiliki kandungan zat yang efektif untuk

memerangi kanker.

47
Penelitian modern telah membuktikan secara ilmiah berbagai

manfaat jahe, antara lain :

1) Menurunkan tekanan darah. Hal ini karena jahe merangsang

pelepasan hormon adrenalin dan memperlebar pembuluh darah,

akibatnya darah mengalir lebih cepat dan lancar dan memperingan

kerja jantung memompa darah.

2) Membantu pencernaan, karena jahe mengandung enzim

pencernaan yaitu protease dan lipase, yang masing-masing

mencerna protein dan lemak.

3) Gingerol pada jahe bersifat antikoagulan, yaitu mencegah

penggumpalan darah. Jadi mencegah tersumbatnya pembuluh

darah, penyebab utama stroke, dan serangan jantung. Gingerol

juga diduga membantu menurunkan kadar kolesterol.

4) Mencegah mual, karena jahe mampu memblok serotonin, yaitu

senyawa kimia yang dapat menyebabkan perut berkontraksi,

sehingga timbul rasa mual. Termasuk mual akibat mabok

perjalanan.

5) Membuat lambung menjadi nyaman, meringankan kram perut dan

membantu mengeluarkan angin.

6) Jahe juga mengandung antioksidan yang membantu menetralkan

efek merusak yang disebabkan oleh radikal bebas di dalam tubuh

48
2.3 Jahe (Zingiber officinale) Menjadi Pangan Kreatif di Era Pandemi Covid-19

Dimasa pandemi covid-19 ini pola hidup sehat menjadi salah satu

ukuran standar kualitas bagi masyarakat. Pola hidup sehat salah satunya bisa

dimulai dari mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat yang terbuat dari

bahan-bahan herbal. Akhir-akhir ini ada kecenderungan masyarakat untuk beralih

mengonsumsi makanan dan minuman herbal yang berbahan dasar jahe dengan

tujuan untuk menjaga imun dimasa pandemi.

2.3.1 Manfaat Jahe Menjadi Pangan Kreatif Untuk Kesehatan

Tanaman obat seperti jahe mengandung senyawa-senyawa yang

berfungsi sebagai antioksidasi dan bermanfaat untuk kesehatan manusia

dalam meningkatkan daya tahan tubuh, pencegahan serta penyembuhan

penyakit dan pemulihan kesehatan.(Sembiring,2014).

Pada masa pandemi covid-19 ini dapat di prediksi bahwa

permintaan jahe mengalami peningkatan yang disebabkan oleh

banyaknya orang percaya bahwa komoditi jahe dapat bermanfaat untuk

mencegah terinfeksi virus corona dengan mengolah jahe menjadi

makanan dan minuman herbal yang memilki rasa yang khas dan enak

untuk dikonsumsi dan juga baik untuk kesehatan.

49
2.3.2 Keuntungan Produksi Jahe di Era Pandemi Covid-19

Hal ini memunculkan pemikiran untuk membuat bentuk produk

baru yang lebih optimal dan mempunyai nilai keuntungan yaitu :

a. Meningkatkan nilai tambah produk,

b. Memperkecil ketergantungan terhadap pembeli (biasanya petani

menanam sesuai pesanan),

c. Meningkatkan kapasitas produksi,

d. Memperluas peluang pasar,

e. Meningkatkan mutu produk,

f. Mempunyai daya saing lebih tinggi.

2.3.3 Contoh Produk Olahan Jahe Menjadi Pangan Kreatif di Era

Pandemi Covid-19

Seiring tren produk herbal yang semakin banyak diminati

konsumen, peluang olahan jahe pun semakin terbuka lebar, salah satunya

adalah jahe yang bisa diolah menjadi permen dan manisan.

Manisan jahe ada yang diolah kering dan basah. Permintaan di

pasar lebih banyak untuk manisan basah, namun bukan berarti manisan

kering tidak ada permintaannya.

50
2.3.4 Langkah - Langkah Proses Jahe Menjadi Pangan Kreatif

Berikut langkah pengolahan jahe menjadi manisan jahe sebagai

berikut :

1) Siapkan alat yang akan digunakan seperti wajan, talenan, pisau,

kompor dan tentu saja bahan yang akan dibuat manisan basah, yaitu

jahe, gula pasir dan air bersih;

2) Kemudian iris jahe yang akan digunakan, bisa setipis mungkin

sesuai dengan selera permintaan konsumen. Dianjurkan sebaiknya

menggunakan jahe gajah untuk menghasilkan jahe yang bersih,

ukuran besar dan jumlahnya banyak;

3) Lalu masukkan irisan jahe tersebut kedalam wajan dan ditambah air

secukupnya;

4) Setelah itu tambahkan gula pasir sebanyak yang diinginkan;

5) Selanjutnya panaskan bahan tersebut sambil diaduk-aduk sesekali

agar tidak hangus;

6) Setelah matang, jahe melunak dan air gula menyusut;

7) Setelah jahe dingin, dilakukan pengemasan manisan jahe dalam

wadah toples kaca atau dipacking dalam plastik dan diberi label

sehingga menarik konsumen yang menyukai manisan jahe tersebut;

8) Kemudian manisan jahe siap dipasarkan dengan harga yang dapat

bersaing dengan makanan lainnya.

51
2.3.5 Manfaat Konsumsi Manisan Jahe

1) Mengonsumsi manisan jahe ini mampu menghangatkan tenggorokan,

2) Menghilangkan bau nafas tidak sedap,

3) Mencegah penyakit batuk dan lain-lainnya.

4) Secara farmakologis, rimpang jahe memiliki sebagai karminatif

(peluruh kentut)

5) Anti muntah,

6) Pereda kejang,

7) Anti pengerasan pembuluh darah,

8) Peluruh keringat,

9) Anti inflamasi,

10) Anti mikroba dan parasit,

11) Anti piretik,

12) Anti rematik,

13) Serta merangsang pengeluaran getah lambung dan getah empedu.

52

Anda mungkin juga menyukai