Dosen Pembimbing :
Ns. Tarwoto, S.Kep, M.Kep
Disusun oleh:
Qorina Meilani Putri P17120018065
1. Definisi
Kanker kolon merupakan kanker yang menyerang bagian usus besar, yakni bagian
akhir dari sistem pencernaan. Sebagian besar kasus kanker kolorektal dimulai dari
sebuah benjolan/polip kecil, dan kemudian membesar menjadi tumor (Yayasan Kanker
Indonesia, 2018).
Kanker kolorektal adalah suatu tumor maligna yang muncul dari jaringan epitel
dari kolon atau rektum. Kanker kolorektal ditujukan pada tumor ganas yang ditemukan
di kolon dan rektum. Kolon dan rektum adalah bagian dari usus besar pada sistem
pencernaan yang disebut juga traktus gastrointestinal (Muhammad Sayuti, 2019).
2. Etiologi
Etiologi kanker kolorektal hingga saat ini masih belum diketahui. Penelitian saat
ini menunjukkan bahwa faktor genetik memiliki korelasi terbesar untuk kanker
kolorektal. Mutasi dari gen Adenomatous Polyposis Coli (APC) adalah penyebab
Familial Adenomatous polyposis (FAP), yang mempengaruhi individu membawa
resiko hampir 100% mengembangkan kanker usus besar pada usia 40 tahun. Banyak
faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker kolorektal, diantaranya
adalah:
a. Diet tinggi lemak, rendah serat.
Salah satu faktor risiko meningkatnya angka kejadian karsinoma kolorektal adalah
perubahan diet pada masyarakat. Diet rendah serat dan tinggi lemak diduga
meningkatkan risiko karsinoma kolorektal. Sejumlah penelitian epidemiologi
menunjukkan diet tinggi serat berkolerasi negatif dengan risiko kanker kolorektal.
Seseorang dengan asupan rendah serat mempunyai risiko 11 kali lebih besar
terkena karsinoma kolorektal dibandingkan dengan tinggi serat. Sedangkan asupan
serat harian rata-rata orang Indonesia masih rendah sebesar 10,5 g/hari. Serat
memberikan efek protektif dari sel kanker dengan mempercepat waktu kontak
antara karsinogen dan usus besar saat penggumpalan feses, sehingga menipiskan
dan menonaktifkan karsinogen. Efek protektif juga diperoleh dari antioksidan
-
pada sayur dan buah. Selain itu, asam lemak rantai pendek hasil fermentasi serat
meningkatkan diferensiasi sel atau menginduksi apoptosis.
b. Usia lebih dari 50 tahun.
c. Makanan berlemak
b. Zat besi yang berlebihan diantaranya terdapat pada pigmen empedu, daging sapi
dan kambing serta tranfusi darah.
c. Minuman beralkohol, khususnya bir. Usus mengubah alkohol menjadi
asetilaldehida yang meningkatkan risiko menderita kanker kolon.
d. Obesitas.
e. Bekerja sambil duduk seharian, seperti para eksekutif, pegawai administrasi, atau
pengemudi kendaraan umum.
f. Polip di usus (colorectal polyps), polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam
kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas.
Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma)
dapat menjadi kanker.
g. Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn, orang dengan kondisi yang menyebabkan
peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama
bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar.
3. Manifestasi Klinik
Kanker usus sering kali tidak menimbulkan manifestasi hingga mencapai kondisi
lanjut. Karena tumbuh secara lambat, pertumbuhan selama 5-15 tahun dapat terjadi
sebelum memunculkan manifestasi. Manifestasi bergantung pada lokasi, jenis, dan
luasnya, serta komplikasinya. Perdarahan rektal sering kali merupakan manifestasi
awal yang membuat pasien mencari perawatan medis. Manifestasi awal lain yang
sering terjadi mencakup perubahan kebiasaan defekasi, baik berupa diare maupun
konstipasi. Nyeri, anoreksia, dan penurunan berat badan adalah karakteristik dari tahap
lanjut penyakit. Massa rektal atau abdominal yang teraba dapat ditemukan.
Biasanya pasien teridentifikasi mengalami anemia akibat perdarahan samar.
-
4. Patofisiologi
d. C1: Kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak satu
sampai empat buah.
e. C2: Kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari lima
buah.
f. D: Kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang
luas dan tidak dapat di operasi lagi.
6. Komplikasi
a. Obstruksi usus yang disebabkan oleh penyempitan lumen usus oleh lesi.
Kekambuhan kanker kolorektal paling sering terjadi dalam 4 tahun pertama setelah
pengangkatan tumor. Ukuran tumor primer tidak terlalu berkaitan dengan
kelangsungan hidup jangka panjang. Jumlah nodus limfe yang terlibat, penetrasi tumor
melalui dinding usus, dan penempelan tumor ke organ yang berdekatan merupakan
prediktr yang lebih baik terkait prognsis penyakit.
7. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi Radiasi
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Endoskopi
Pemeriksaan radiologis yang dapat di lakukan antara lain adalah foto dada dan foto
kolon (barium enema). Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat
memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini
menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan
ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi
dengan tes ini. Enema barium secara umum di lakukan setelah sigmoidoscopy dan
colonoscopy.
c. Computer Tomografi (CT)
CT membantu memperjelas adanya massa dan luas penyakit. Chest X-ray dan liver
scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis.
d. Histopatologi
Biopsy di gunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis karsinoma
kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel.
e. Laboratorium
Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami
perdarahan. Nilai hemoglobin dan hematocrit biasanya turun dengan indikasi
anemia. Hasil tes Gualac positif untuk accult blood pada feces memperkuat
perdarahan pada GI Tract. Pasien harus menghindari daging, makanan yang
mengandung peroksidase (tanaman lobak dan gula bit) aspirin dan vitamin C untuk
48 jam sebelum diberikan feces spesimen.
f. Ultrasonografi (USG)
-
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk
melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan
hati.
g. Scan (misalnya, MRI) dan Ultrasonografi.
Dilakukan untuk tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respons
pada pengobatan.
h. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum)
Dilakukan untuk diagnostik banding dan menggambarkan pengobatan dan dapat
dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit, organ dan sebagainya.
i. Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit
Dapat menunjukkan anemia, perubahan pada sel darah merah dan sel darah putih:
trombosit meningkat atau berkurang.
j. Sinar X Dada
Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.
9. Prognosis
I. Pengkajian
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Status perkawinan :
Tanggal masuk RS :
Tanggal Pengkajian :
2. Riwayat Penyakit
4. Pemeriksaan fisik
a. Aktifitas/Istirahat
Gejala:
1. Kelemahan dan atau keletihan
2. Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari;
adanyafaktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas,
berkeringat malam.
3. Keterbatasan partisipasi dalam hobi, latihan.
3. Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak
bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda: Menyangkal, menarik diri, marah.
d. Eliminasi
Warna, bau, konsistensi feses, mencakup adanya darah atau mukus; riwayat
penyakit inflamasi kronis atau polip rektal, darah dalam feses Gejala:
1. Perubahan pola defekasi, seperti darah pada feses, nyeri saat defekasi.
e. Makanan/Cairan
-
Kebiasaan diit, masukan lemak dan atau serat, penurunan BB, konsumsi alkohol,
bising usus, nyeri tekan, distensi dan massa padat.
Gejala:
1. Kebiasaan diet buruk, seperti rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan
pengawet.
2. Anoreksia, mual/muntah.
3. Intoleransi makanan
f. Neurosensori
g. Nyeri/Kenyamanan
h. Pernafasan
i. Keamanan
Gejala: Masalah seksual; Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun; Multigravida,
pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini.
k. Interaksi Sosial
a. Palpasi Abdomen. Tumor kecil pada tahap dini tidak teraba pada palpasi perut, bila
teraba menunjukkan keadaan sudah lanjut. Apabila ada massa, massa di dalam
sigmoid lebih jelas teraba daripada massa di bagian lain kolon.
b. Fecal occult blood test, pemeriksaan darah samar feses di bawah mikroskop
Tumor dapat teraba atau tidak, mudah berdarah atau tidak, jarak dari garis
anorektal sampai tumor, lokasi, pergerakan dari dasar, permukaan, lumen yang
dapat ditembus jari, batas atas, dan jaringan sekitarnya
d. Barium enema, pemeriksaan serial sinar x pada saluran cerna bagian bawah,
sebelumnya pasien diberikan cairan barium ke dalam rektum
e. Endoskopi (sigmoidoscopy atau colonoscopy), dengan menggunakan teropong,
melihat gambaran rektum dan sigmoid adanya polip atau daerah abnormal lainnya
dalam layar monitor.Sigmoidoskopi atau kolonoskopi adalah test diagnostik utama
digunakan untuk mendeteksi dan melihat tumor. Sekalian dilakukan biopsy
jaringan. Sigmoidoskopi fleksibel dapat mendeteksi 50 % sampai 65 % dari kanker
kolorektal. Pemeriksaan enndoskopi dari kolonoskopi direkomendasikan untuk
mengetahui lokasi dan biopsy lesi pada klien dengan perdarahan rektum. Bila
kolonoskopi dilakukan dan visualisasi sekum, barium enema mungkin tidak
dibutuhkan. Tumor dapat tampak membesar, merah,
ulseratif sentral, seperti penyakit divertikula, ulseratif kolitis
f. Biopsi, tindakan pengambilan sel atau jaringan abnormal dan dilakukan
pemeriksaan di bawah mikroskop.
-
g. Jumlah sel-sel darah untuk evaluasi anemia. Anemia mikrositik, ditandai dengan
sel-sel darah merah yang kecil, tanpa terlihat penyebab adalah indikasi umum
untuk test diagnostik selanjutnya untuk menemukan kepastian kanker kolorektal.
h. Test Guaiac pada feces untuk mendeteksi bekuan darah di dalam feces, karena
semua kanker kolorektal mengalami perdarahan intermitten.
i. CEA (carcinoembryogenic antigen) adalah ditemukannya glikoprotein di membran
sel pada banyak jaringan, termasuk kanker kolorektal. Antigen ini dapat dideteksi
oleh radioimmunoassay dari serum atau cairan tubuh lainnya dan sekresi. Karena
test ini tidak spesifik bagi kanker kolorektal dan positif pada lebih dari separuh
klien dengan lokalisasi penyakit, ini tidak termasuk dalam skreening atau test
diagnostik dalam pengobatan penyakit. Ini terutama digunakan sebagai prediktor
pada prognsis postoperative dan untuk deteksi kekambuhan mengikuti pemotongan
pembedahan (Way, 1994).
j. Pemeriksaan kimia darah alkaline phosphatase dan kadar bilirubin dapat meninggi,
indikasi telah mengenai hepar. Test laboratorium lainnya meliputi serum protein,
kalsium, dan kreatinin.
k. Barium enema sering digunakan untuk deteksi atau konfirmasi ada tidaknya dan
lokasi tumor. Bila medium kontras seperti barium dimasukkan kedalam usus
bagian bawah, kanker tampak sebagai massa mengisi lumen usus, konstriksi, atau
gangguan pengisian. Dinding usus terfiksir oleh tumor, dan pola mukosa normal
hilang. Meskipun pemeriksaan ini berguna untuk tumor kolon, sinar-X tidak nyata
dalam mendeteksi rektum
l. X-ray dada untuk deteksi metastase tumor ke paru-paru
d. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
anoreksia.
e. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi.
B. Menghilangkan nyeri:
- Berikan diet tinggi kalori, protein dan karbohidrat serta rendah residu selama
beberapa hari sebelum operasi.
- Catat intake dan output untuk menyediakan data akurat tentang keseimbangan
cairan.
- Batasi masukan cairan oral untuk mencegah muntah.
F. Menurunkan ansietas:
- Kaji tingkat ansietas pasien serta mekanisme koping yang digunakan untuk
menghadapi stres.
- Tingkatkan privasi bila pasien menginginkan dan instruksikan pasien untuk
latihan relaksasi.
- Tingkatkan perhatian dengan mendengarkan ungkapan, kesedihan, atau
pertanyaan yang diajukan pasien.
- Atur pertemuan dengan rohaniawan bila pasien menginginkannya, dengan
dokter bila pasien mengharapkan diskusi pengobatan atau prognosis.
- Pasien kolostomi lain dapat diminta berkunjung bila pasien mengungkapkan
minat untuk berbicara dengan mereka.
G. Mencegah infeksi:
B. Mengurangi nyeri:
- Bantu pasien untuk membebat insisi abdomen, selama batuk dan napas dalam
untuk mengurangi tegangan pada tepi insisi.
- Kolaborasi pemberian analgetik.
- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan masalah yang dialami dan
mendiskusikan tentang pembedahan.
-
1. Ileus paralitik:
- Pantau nyeri abdomen konstan atau umum nadi cepat dan peningkatan
suhu.
- Siapkan untuk selang dekompresi usus.
3. Peritonitis:
4. Pembentukan abses:
4. Mencapai tingkat nutrisi optimal (diet rendah residu,tinggi kalori dan protein).
5. Keseimbangan cairan tercapai (membatasi masukan cairan dan makanan oral bila
mual, berkemih sedikitnya 1,5 liter / 24 jam).
6. Mengalami penurunan ansietas ( mengungkapkan masalah dan rasa takut dengan
bebas, menggunakan tindakan koping dalam menghadapi stres)
7. Tidak ada tanda-tanda infeksi.
b. Post bedah
DAFTAR PUSTAKA
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba
Medika.
Indonesia, Y. K. (2018). Harapan Terpadu World Cancer Day. Buletin YKI , 1-54.
LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC.
A. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki laki
Usia : 62 th 3 bln
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SLTP
Bahasa Yang Digunakan : Indonesia
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Jl. Kemang no.33 Rt. 14/5 Bangka, mampang prapatan Jakarta Selatan
Sumber biaya (Pribadi, Perusahaan, lain-lain) : JKN
Sumber Informasi (Pasien/Keluarga) : Pasien , keluarga pasien dan Status Pasien
B. RIWAYAT KESEHATAN
- Riwayat kesehatan sekarang
a. Keluhan utama : Klien mengeluh nyeri skala 3 seperti cekat cekit dan ngilu di
daerah pembedahan . nyeri terus menerus dirasakan, diperberat ketika ketika beraktifitas atau
ada pergerakkan aktif, klien belum bisa mengurangi rasa nyeri.
b. Kronologis keluhan : Pada tahun 2020 klien mengeluh nyeri hebat yang
dirasakannya pada perutnya tidak dapat bab secara normal dan mual muntah lalu klien ke RS dan
di diagnose adeno ca recti. Kemudian dioperasi dengan dengan dx medis adeno ca recti pada
-
oktober 2020 kemudian pada bulan maret terdapat rembesan kotoran dari luka bekas operasi
(abdomen kuadran kiri bawah region lumbalis sinister).Kemudian operasi lagi pada 30 maret 2021
dan masih keluar rembesan kemudian operasi pada 3 April 2021. Hipertensi(-) Asma(-) DM(-)
anemia(-)
Faktor pencetus : Merokok sejak umur 20 tahun, sering makan instan
Timbul keluhan : ( ) Mendadak, ( ) Bertahap
Lamanya : kurang lebih 3 hari
Upaya mengatasi : Pergi ke IGD RSUP Fatmawati
X X X X
Tn.S tb
Ket :
Laki laki
Perempuan
Garis Keturunan
Tingal satu rumah
-
- Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor resiko
Tidak ada
- Riwayat Psikososial dan Spiritual
a. Siapakah orang terdekat dengan pasien ? Istri
b. Interaksi dalam keluarga
Pola Komunikasi : baik
Pembuat Keputusan : Tn. S
Kegiatan Kemasyarakatan : pengajian
c. Apakah dampak sakit pasien terhadap keluarga ? tidak bisa bekerja lagi untuk menambah
pemasukkan keluarga
d. Apakah masalah yang mempengaruhi pasien ? Ya
Data Tambahan
- istri klien mengatakan saat klien menjalankan rawat inap selama 4 hari di RSUPF
setelah dilakukan pembuatan kolostomi keluarga telah mendapatkan pemberian edukasi
tentang perawatan kolostomi secara mandiri dengan tujuan menghindari terjadinya
peradangan infeksi. Namun , keluarga lupa menerapkan kebersihan ketika
membersihkan kantong kolostomi seperti menerapkan cuci tangan dan membiarkan
stoma dalam keadaan terbuka terlalu lama
- Ibu klien mengatakan keluarga jarang membersihkan kantong kolostomi saat dirumah,
keluarga hanya membersihkan kolostomi 1x /hari sehinngga telah timbul infeksi pada
area pemasangan kolostomi
- Istri mengatakan pengetahuan keluarga tentang perawatan kolostomi dan bahaya infeksi
masih kurang
- Klien tampak banyak bintik-bintik kecil berwarna merah pada area pemasangan
kolostomi
- Klien tampak ada beberapa bekas lesi pada kulit di area pemasangan kolostomi
- Keluarga jarang menggunakan APD di sekitar area klien
- Keluarga jarang menerapkan cuci tangan saat akan berkontak dengan klien
- Klien terkadang menggaruk lukanya
-
Pola nutrisi
3 x/hari 6x200
• Frekuensi makan
Baik Baik
• Nafsu makan
Selalu habis Selalu habis
• Porsi makan yang dihabiskan
Tidak ada Tidak ada
• Makanan yang tidak disukai
Tidak ada Tidak ada
• Makanan yang membuat alergi
Tidak ada Tidak ada
• Makanan pantangan
Tidak ada Tidak ada
• Makanan diet
Tidak ada Tidak ada
• Penggunaan obat-obatan
sebelum makan Tidak ada Tidak ada
• Penggunaan alat bantu
• Frekuensi mandi
2 x/hari 1 x/hari
• Frekuensi oral Hygiene
2 x/hari
1 x/hari
• Frekuensi cuci rambut
2 x/minggu
Klien belum
pernah mencuci
rambutnya selama
Pola Istirahat dan Tidur di RS
• Waktu bekerja :
Apakah perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit ? aktivitas dikurangi dan butuh
bantuan untuk melakukan aktivitas
g. Sistem nilai kepercayaan
Apakah nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan ? tidak ada
Apakah aktivitas agama/kepercayaan yang dilakukan ? pengajian jika rt mengadakan
Bagaimanakah kondisi Lingkungan Rumah? Baik
C. PENGKAJIAN FISIK
- Pemeriksaan Fisik Umum :
a. Berat badan : sebelum sakit 79kg
Setelah sakit 60kg Tinggi badan : 170 cm
b. IMT : 20.76 Berat badan ideal : 63 kg
c. TTV : Tekanan darah : 104/78 mmHg Nadi : 78 x/menit
Frekuensi nafas 22 x/menit Suhu tubuh 36 oC
d. Keadaan umum : ( ) Ringan ( ) Sedang ( ) Berat
e. Pembesaran kelenjar getah bening : ( ) Tidak ( ) Ya, lokasi : Tidak ada
- Sistem Penglihatan :
a. Posisi mata : ( ) Simetris ( ) Asimetris
b. Kelopak mata : ( ) Normal ( ) Ptosis
c. Pergerakan bola mata : ( ) Normal ( ) Abnomal
d. Konjungtiva : ( ) Merah muda ( ) Anemis ( ) Sangat merah
e. Kornea : ( ) Normal ( ) Keruh/berkabut
f. Sklera : ( ) Ikterik ( ) Anikterik
g. Pupil : ( ) Isokor ( ) Anisokor
h. Otot-otot mata : ( ) Tidak ada kelainan ( ) Juling keluar
( ) Juling ke dalam ( ) berada diatas
i. Fungsi penglihatan : ( ) Baik ( ) Kabur
( ) Dua bentuk/diplopia
- Sistem Pendengaran
a. Daun telinga : ( ) Normal ( ) Tidak, kanan/kiri : Tidak ada
b. Karakteristik serumen (warna, konsistensi, bau) :
c. Kondisi telinga tengah : ( ) Normal ( ) Kemerahan
( ) Bengkak ( ) Terdapat lesi
d. Cairan dari telinga : ( ) Tidak ( ) Ada, ............................
e. Perasaan penuh di telinga : ( ) Ya ( ) Tidak
f. Tintus : ( ) Ya ( ) Tidak
g. Fungsi pendengaran : ( ) Normal ( ) Kurang ( ) Tuli
h. Gangguan keseimbangan : ( ) Tidak ( ) Ya
i. Pemakaian alat bantu : ( ) Ya ( ) Tidak
- Sistem Pernafasan :
a. Jalan nafas : ( ) Bersih () Ada sumbatan : Sekret yang agak kental
b. Pernafasan : ( ) Tidak sesak ( ) Sesak
c. Menggunakan otot bantu pernafasan : ( ) Ya ( ) Tidak
d. Frekuensi : 22 x/menit
e. Irama : ( ) Teratur ( ) Tidak teratur
f. Jenis pernafasan : spontan
g. Kedalaman : ( ) Dalam ( ) Dangkal
h. Batuk : ( ) Tidak () Ya : tidak produktif
i. Sputum : ( ) Tidak ( ) Ya : kuning
j. Konsistensi : ( ) Kental ( ) Encer
k. Terdapat darah : ( ) Ya ( ) Tidak
l. Palpasi dada : vokal fremitus (+)
-
b. Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut apical : 78 x/menit
Irama : ( ) Teratur ( ) Tidak teratur
Kelainan bunyi jantung : ( ) Murmur ( ) Gallop
Sakit dada : ( ) Ya ( ) Tidak
Timbulnya : ( ) Saat beraktivitas ( ) Tanpa aktivitas
( ) Seperti ditusuk-tusuk
( ) Seperti terbakar ( ) Seperti tertimpa benda berat
Skala nyeri : Tidak ada
-
- Sistem Hematologi
Gangguan Hematologi :
Pucat : ( ) Tidak ( ) Ya
Perdarahan : ( ) Tidak ( ) Ya, tidak ada
( ) Ptechie ( ) purpura ( ) Mimisan
( ) perdarahan gusi ( ) Echimosis
- Sistem Pencernaan
a. Keadaan mulut : Gigi : ( ) Caries ( ) Tidak
1) Penggunaan gigi palsu : ( ) Ya ( ) Tidak
2) Stomatis : ( ) Ya ( ) Tidak
3) Lidah kotor : ( ) Ya ( ) Tidak
4) Salifa : ( ) Normal ( ) Abnormal
-
- Sistem Endokrin
Perbesaran kelenjar tiroid : ( ) Tidak ( ) Ya
( ) Exoptalmus
( ) Tremor
( ) Diaporesis
Nafas berbau keton ( ) Ya ( ) Tidak
( ) Poliuri ( ) Polidipsi ( ) Poliphagi
-
- Sistem Urogenital
Balance cairan :
Perubahan pola kemih : ( ) Retensi ( ) Urgency ( ) Disuria
( ) Tidak lampias ( ) Nokturia ( ) Inkontinensia
( ) Anuria
Distensi/ketegangan kandung kemih : ( ) Ya ( ) Tidak
Keluhan sakit pinggang : ( ) Ya ( ) Tidak
Skala nyeri : Tidak ada
- Sistem Integumen
Turgor kulit : ( ) Baik ( ) Buruk
Temperatur kulit : Akral hangat
Warna kulit : ( ) Pucat ( ) Sianosis ( ) Kemerahan
Keadaan kulit : ( ) Baik ( ) Lesi ( ) Ulkus
( ) Luka, lokasi : tidak ada
( ) Insisi operasi, lokasi : abdomen
( ) Gatal-gatal daerah operasi ( ) kemerahan daerah sistos
( x ) Kelainan pigmen
( x ) Luka bakar, Grade : tidak, Porsentase : tidak
( x ) dekubitus, lokasi : tidak ada
Kelainan kulit : ( ) Tidak ( ) Ya, jenis : tidak ada
Lain lain : klien mengeluh sedih harus menggunakan kolostomi karena biaya
perawatannya yg mahal dan merasa itu kolostominya menggangu
aktivitasnya
- Sistem Muskoloskeletal
Kesulitan dalam pergerakan : ( ) Ya ( ) Tidak
Sakit pada tulang, sendi, kulit : ( ) Ya ( ) Tidak
Fraktur : ( ) Ya ( ) Tidak
-
55555 55555
Kekuatan otot : 55555 55555
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Pemeriksaan Laboratorium : terlampir
- Rontgen Thorax foto dewasa : terlampir
- CT scan Whole abdomen : terlampir
D. PENATALAKSANAAN MEDIS
- Cairan :
clinimix+ivelip/24 jam
presofol 1% iv
Fentanyl 300mcg + ondan 8g
ANALISA DATA
DO:
- Terpasang O2 nasal kanul
3lpm
- RR 22x/menit
- Klien tampak meringis
- Drain (+), kolostomi (+)
-
DO :
- Riwayat pemasangan kolostomi di
RSUPF pada Oktober 2020 dan
Maret 2021
- Klien tampak banyak bintik-bintik
kecil berwarna merah pada area
pemasangan kolostomi
- Klien tampak ada beberapa bekas
lesi pada kulit di area pemasangan
kolostomi
- Keluarga jarang menggunakan
APD di sekitar area klien
- Keluarga jarang menerapkan cuci
tangan saat akan berkontak dengan
klien
- Klien terkadang menggaruk lukanya
-
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
luka.
6. Sepsis karna IV line
diakibatkan dari
entrimikroorganisme
pathogen melalui saluran
pemasangan kulit atau
kontaminasi sentuhan
7. Untuk pencegahan
infeksi anaerob sebelum
dan sesudah operasi.
8. Untuk mencegah infeksi
jamur pada orang-orang
dengan neutropenia
akibat kemoterapi
kanker. orang-orang
dengan infeksi HIV
lanjut, dan klien
transplantasi.
9. Untuk pengobatan
infeksi yaitu infeksi
saluran napas, infeksi
saluran kemih,
peritonitis, kolsngitis,
kolesistitis, dan infeksi
intra abdominal.
3 Setelah dilakukan 1. Observasi
intervensi selama a. Monitor tanda dan a. Deteksi dini adanya
3x24 jam tingkat gejala infeksi lokal infeksi menyebar Qorina Meilani P
infeksi dapat dan sitemik keseluruh tubuh
menurun dengan b. Observasi b. Keluarga berpartisipasi
kriteria hasil: pengetahuan dalam pencegahan
-
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien / Umur : Tn.S / 62 th No. RM : 01765808
Ruangan / No. Kamar: GPS lt. 3 / 311
udara.
09:45 - Menghitung dan mencatat bising usus, palpasi abdomen
tentang ada/ tidak skibala. Hasil : Inspeksi : bentuk Qorina
abdomen bulat dan simetris. Auskultasi : bising usus
9x/menit. Perkusi : dullness di kuadran kanan dan kiri
atas, kuadran kanan dan kiri bawah. Palpasi : terdapat
nyeri tekan di kuadran 4 kiri bawah. Terdapat stoma dan
fistel.
10:00 - Mengkaji nyeri. Hasil : P : nyeri saat ditekan dan
tibatiba tanpa aktivitas ; Q : rasa nyeri seperti cekat cekit Qorina
R: nyeri tekan di kuadran kiri bawah ; S : skala
nyeri 2 ; T : hilang timbul, ± 5 menit
10:10 - Mengidentifikasi faktor yang memperberat rasa nyeri
Hasil : klien mengatakan nyeri sangat terasa bila ia batuk Qorina
atau mengejan.
11:10 - Mengajarkan klien teknik relaksasi napas dalam
Hasil: klien dapat mengikuti intruksi dengan baik, klien Qorina
Hari,
No. Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf
Tanggal,
Dx dan
Jam
Nama
S:
Selasa, 6 1
- Klien mengatakan pemasangan kolostomi tepatnya pada area stoma
April 2021
membuat sering merasa tidak nyaman
Qorina
- Klien mengatakan nyeri masih sering dirasakan
Meilani
P: terasa sakit jika sedang diam dan diperberat dengan banyak
Putri
beraktifitas
Q: terasa seperti cekat cekit
R: hanya terasa pada bagian operasi
S: skala 3
T: munculnya terus menerus
O:
- Riwayat pemasangan kolostomi di RSUPF pada bulan oktober 2020
dan maret 2021
- Klien tampak sering meringis dan merasa gelisah, berpindah-pindah
posisi tidak dapat tidur tenang
- Klien tampak bak dengan posisi supine/telentang karna jika kantong
kolostominya tertekan klien langsung merasa tidak nyaman dan takut
terjadi apa apa pada kolostominya jika dia banyak bergerak
- Kien telah diberikan obat Paracetamol 2 x 120 mg pada jam 06:00
dan 12.00 respon klien menangis ketika diberikan obat, tidak ada
tanda-tanda alergi, Obat sudah masuk CDL
- Tindakan kolaborasi dengan dokter Pemberian Atibiotik Cefotaxime
1 x 50 mg melalui IV
-
Obat sudah masuk melalui CDL klien, respon mual muntah (-), alergi
(-), klien menangis ketika di berikan obat
A : Masalah Nyeri Akut Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Ukur intensitas nyeri
- Menjaga posisi dalam keadaan yang tidak menimbulkan rasa nyeri
muncul
- Lakukan perawatan kolostomi
- Tidakan kolaborasi dengan dokter : memberikan obat Ketotolac 300
mg IV
- Monitor pergerakan klien sampai klien terbiasa dengan kondisinya
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa tidak nyaman
- Periksa kenyamanan dengan pemakaian kantong kolostomi\
- Tindakan kolaborasi dengan dokter Pemberian Atibiotik ketorolac
30mg melalui IV
S : Klien mengatakan setelah area luka dibersihkan terasa lebih
2
nyaman
O:
Qorina
- Tanda-tanda Vital :
Meilani
TD : 110/ 80mmHg
Putri
N : 92 x/menit
RR : 15 x/menit
S : 36,3 oC
- Perawat telah melakukan 5 moment, cuci tangan 6 langkah
menggunakan alat-alat steril (dressing set, handscoon steril)
- Tidak ada tanda infeksi di area penusukan infus, tidak ada
rembesan infuse, tidak ada bengkak, dan tidak ada udara di
selang IV line.
- Kondisi insisi bedah
dolor : nyeri pada area luka skala 3
-
O:
- Keluarga tampak jarang menerapkan cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan klien
- Saat dilakukan perawatan pada stoma, tampak pada stoma klien
tanda-tanda infeksi berkurang, tidak ada pendarahan, tidak ada nanah
yang keluar, stoma tampak menonjol, tidak ada edema pada stoma,
stoma berfungsi dengan baik
- Klien tampak masih mencoba menggaruk pada area pemasangan
kolostomi
P : Lanjutkan Intervensi
- Bersama keluarga cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien
- Bersama keluarga pertahankan teknik aseptik pada pasien yang
beresiko tinggi terkena infeksi saat akan melakukan tindakan
perawatan kolostomi
- Evaluasi keluarga tentang cara mencuci tangan yang benar
- Bersama keluarga lakukan pemeriksaan kantong kolostomi
- Lakukan perawatan kantong kolostomi dan perawatan pada Stoma
Rabu, 07 1 S:
April 2021 - Klien mengatakan sudah mulai terbiasa dengan kolostomi
- Klien mengatakan nyeri masih sering dirasakan namun tidak seperti
Qorina
setelah operasi
Meilani
P: beberapa kali ketika bergerak
Putri
Q: terasa seperti cekat cekit
R: hanya terasa pada bagian operasi
S: skala 1
-
T: hilang timbul
O : Klien telah diberikan obat ketorolac pada jam 06:00 dan 12.00
respon klien merasa perih ketika obat dimasukkan ke cdl
P : Lanjutkan Intervensi
- Ukur intensitas nyeri dengan menggunakan skala
- Menjaga posisi dalam keadaan yang tidak menimbulkan rasa nyeri
muncul
- Lakukan perawatan kolostomi
- Tidakan kolaborasi dengan dokter : memberikan obat Paracetamol
120 mg IV
- Monitor pergerakan klien sampai klien terbiasa dengan kondisinya
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa tidak nyaman
- Monitor intake output
- Fasilitasi untuk tidur dengan nyaman
- Tindakan kolaborasi dengan dokter Pemberian
S : Klien mengatakan setelah area luka dibersihkan
2
terasa lebih nyaman
Qorina
O:
Meilani
Tanda- tanda vital :
Putri
TD : 110/ 80 mmHg N : 90 x/menit
RR : 16 x/menit S :36,4oC
- tidak ada tanda infeksi di area penusukan infus,
- tidak ada rembesan infuse, tidak ada bengkak, dan tidak ada udara
di selang IV line.
- Perawat telah melakukan 5 moment, cuci tangan 6 langkah,
menggunakan alat-alat steril (dressing set, handscoon steril)
-
P : Lanjutkan Intervensi :
S:
3
- Keluarga dapat menyebutkan langkah-langkah cuci tangan dengan
benar secara berurutan
Qorina
- klien dapat menyebutkan tanda dan gejala infeksi
Meilani
Putri
O:
- Keluarga mengatakan mulai memahami langkah-langkah merawat
kantong kolostomi dengan benar
- Keluarga dapat menyebutkan beberapa langkah- langkah
melakukan perwatan kolostomi secara benar dan lengkap
- Klien dapat melakukan perawatan kolostomi dengan baik dan benar
P = Lanjutkan Intervensi
- Anjurkan keluarga cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
-
pasien
- Anjurkan pertahankan teknik aseptik pada pasien yang beresiko
tinggi terkena infeksi saat akan melakukan tindakan perawatan
kolostomi