Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Usus besar adalah usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus

halus. Memiliki panjang 1.5 m dan berbentuk seperti huruf U terbalik. Usus besar

dibagi menjadi 3 daerah yaitu: kolon asenden, kolon transversum, dan kolon

desenden. Fungsi kolon adalah membentuk massa feses, mendorong sisa

makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh. Kanker usus besar atau

kanker kolorektal, termasuk pertumbuhan sel kanker pada usus, anal dan usus

buntu. Kanker ini adalah salah satu dari bentuk kanker yang paling umum dan

penyebab kedua kematian yang disebabkan oleh kanker di Dunia Barat. Kanker

usus besar menyebabkan 655.000 kematian diseluruh dunia setiap tahun. Banyak

kanker usus besar yang diketahui berasal dari polip adenoma pada usus dan

penumpukan tinja akibat konstipasi yang terlalu lama. Perkembangan polip

tersebut kadang- kadang berkembang menjadi kanker (Smeltzer, 2012).

Di Indonesia menempati posisi ketiga penderita kanker kolon, rata rata

penderita kanker mencapai 19,1 per 100.000 populasi laki laki di indonesia dan

15,6 per 100.000 populasi perempuan di Indonesia. Dan yang paling rentan

mengidap penyakit usus besar adalah masyarakat yang tinggal di kota. Hal ini

disebabkan oleh tekanan hidup di perkotaan yang semakin tinggi. Bahkan

menurut WHO pada tahun 2030 akan terjadi lonjakan penderita kanker di

1
Indonesia sampai tujuh kali lipat. Jumlah penderita kanker yang meninggal juga

kian memprihatinkan.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Agar mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien Ca Colon

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui konsep dasar Ca Colon

b. Mengetahui tindakan kolonoskopi pada pasien Ca Colon

c. Mengetahui pengkajian pada pasien Ca Colon

d. Mengetahui diagnosa pada pasien Ca Colon

e. Mengetahui intervensi pada pasien Ca Colon

f. Mengetahui implementasi pada pasien Ca Colon

g. Mengetahui evaluasi pada pasien Ca Colon

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan mulai dari masa abnormal

neoplasma yang muncul di jaringan epithel dari kolon menurut (Haryono 2010).

Kanke korektal di temukan di kolon dan rectum. Rectum dan kolon adalah

bagian dari usus besar dalam system pencernaan di sebut traktus gastrointestinal

(Smeltzer, 2012).

Kolon berada di bagian proksimal usus besar dan rectum di bagian distal

5-7 cm di atas anus. Rectum dan kolon merupakan bagian dari system

pencernaan, dimana fungsinya adalah menghasilkan energi untuk tubuh dan

megeluarkan zat zat hasil metabolism tubuh (Penzzoli Dkk, 2017).

Sedangkan menurut (Wijaya dan Putri tahun 2013) kanker kolorektal

adalah suatu tumor malignant yang muncul pada jaringan ephitelial dari kolon/

rectum pada umum nya kanker kolorektal adalah adenokarsinoma yang

berkembang dari polip adenoma.

Fungsi utama kolon adalah menyerap air dari veses dan pada mamalia

kolon itu terdiri dari ;

1. Kolon menanjak (ascending)

2. Kolon melintang (transverse)

3. Kolon menurun (descending

3
4. Kolon sigmoid & rectum

Sedangkan kolon mulai dari bagian usus buntu sering di sebut juga

dengan kolon kanan dan bagian sisi kiri nya di sebut kolon kiri.

B. Etiologi

Menurut (Soebachman, 2011) ada beberapa factor yang mempengaruhi

kanker korektal antara lain sebagai berikut;

1. Usia

Resiko terkena penyakit kanker korektal dengan bertambahnya usia, dan

kebanyakan penderita kanker kolon itu berkisar usia nya antara 60-70 tahun.

Dan sangat di temui penderita kanker kolon yang umurnya di bawah 50 taun.

2. Polip

Dengan adanya polip kususnya polip adenomatosa akan sangat mempengaruhi

terkenanya penyakit kanker kolorektal dan apabila polip ini langsung di

hilangkan saat pertama kali diketahui maka tindakan tersebut akan

mengurangi resiko terkena penyakit kanker korektal.

3. Riwayat kanker

Orang yang sudah pernah terdiagnosis mengindap penyakt kanker kolon akan

beresiko sangat tinggi akna terkena penyakit kanker kolon itu lagi di

kemudian hari. Orang yang pernah menderita kanker ovarium,kanker uterus

dan kanker payudara memiliki resiko yang lebih besar akan terkena penyakit

kanker kolorektal.

4
4. Genetic/ factor keturunan

Dalam sejarah adanya kanker kolon dalam keluarga, khususnya itu keluarga

yang mempunyai riwayat penyakit FAP (familial adenomatous polyposis),

atau penyakit polip adenomatosa familial itu memiliki 100% resiko terkena

penyakit kaker kolorektal sebelum usia 40 tahun apabila FAP nya tidak di

obati sesegera munkin.

5. Radang kolon atau penyakit colitis ulseratif yang tidak di obati

6. Kebiasaan makan

Ada beberap penelitian menunjukan bahwa kebiasaan makan bisa

mempengaruhi resiko terkena penyakit kanker kolorektal bagi orang yang

suka makan danging merah dan sangat sedikit makan buah dan sayur akan

meningkat terkena resiko kanker koloretal.

7. Kebiasaan merokok

Orang yang merokok cenderung memiliki resiko jauh lebih besar terkena

penyakit kanker kolon ketimbang orang yang tidak merokok.

8. Terlalu banyak mengkonsumsi makan yang mengandung pewarna

9. Aktivitas fisiknya kurang

10. Obesitas

11. Terinfeksi oleh virus seperti HPV (human papiloma virus)

12. Terkena zat zat kimia seperti mercury, toksin and ototoksin dan gelombang

elektromagnetik

13. Kebiasaan mengkomsumsi alcohol

5
14. Berkerja sambil duduk.

C. Patofisiologi

Kanker kolorektal (95%) muncul dari lapisan epitel usus dan di mulai dari

polip jinak tetapi berubah menjadi tidak terkendalikan dan merusak fungsi usus

dan meluas kedalam struktur sekitarnya, sel kanker dapat terlepas dai tumor

primer dan menyebar kebagian tubuh yang lain dan umunya menyebar ke hati

(Japaris, 2013).

Tingkatan kanker kolon menurut Diyono 2013, adalah sebagai berikut ;

1. Stadium satu yaitu ; terbatas hanya pada mukosa kolon

2. Stadium 2 yaitu ; sudah menembus dinding otot dan belum metastasi

3. Stadium 3 yaitu ; sudah melibatkan kelenjar limfe

4. Stadium 4 yaitu ; sudah metastase ke kelenjar limfe yang berjauhan dan ke

organ organ yang lain.

Kanker kolorektal merupakan salah satu kanker usus yang tumbuh secara

local dan bermetastase secara luas. Cara penyebaran kanker kolorektal ini ada

beberapa cara sebagai berikut ;

1. Penyebaran secara local

Penyebaran cara ini biasaanya masuk kedalam lapisan dinding usus sampai

keserosa dan lemak mesentrik dan setelah itu sel kanker tersebut akan

mengenai organ sekitar nya.

6
2. Penyebaran yang lebih luas

Adapun penyebaran yang lebih luas di dalam lumen usus yaitu melalui

limfatik dan system sirkulasi. Apabila sel tersebut masuk keorgan hati

kemudin metastase ke organ paru paru, penyebaran lain dapat ke adrenal,

ginjal, kulit, tulang dan otak. Sel kankerpun dapat menyebar ke daerah

peritoneal pada saat akan di lakukan reseksi tumor (Diyono, 2013).

Hampir semua kanker kolon ini berkembang dari polip adenoma jenis

villous dan tubular dan vilautubular. yang perkirakan akan menjadi

premaligna, tapi dari ketiga jenis polip tersebut hanya jenis villous dan

tubular yang akan menjadi premaligna.

3. Jenis polip tubular itu berstuktur seperti bola dan bertangkai,

4. Jenis villous berstuktur tonjolan seperti jari jari tangan tangan dan tidak

bertagkai. Kedua jenis polip tersebut tumbuh seperti bunga kol didalam kolon

sehingga beratnya tersebut akan menekan dinding mukosa kolon. Peneknan

yang terus menerus akan mengaalmi lesi lesi ulserasi yang pada akhirnya

akan menajdi pendarahan kolon.

Secara genetic kanker kolorektal merupakan penyakit yang kompleks.

Perubahan genetic sering kali dikaitkan dengan perkembangan dari lesi lesi

permalignan (adenoma), untuk adenokarsinoma invasive, rankaian peristiwa

molekuler dan genetic yang menyebabkan transformasi dari keganasana

adenomatosa. Proses awalnya adalah mutasi Adenomatous Poliposis Gen

(APC) yang pertama kali di temukan pada adenomatosa poliposis (Familial

7
Adenomatous Polyposis=FAP). Protein yang di kodekan AOC sangat penting

dalam pantogen c-myc dan siklin D1 yang mendirong pertumbuhan menjadi

fenotipe ganas (Muttaqin, 2013).

D. Tanda Dan Gejala

Tanda tanda dan gejala kanker kolerektal itu sangatlah bervariasi dan

tidak spisifik,dan yang sering jadi keluhan utama dari pasien adalah hal yang

berhubugan dengan buang air besar dan lokasi dari tumor. Tumor yang berada

pada sisi kolon kanan yang mana isinya itu berupa cairan cenderung tersamar

hingga lanjut sedikit sekali cenderung menyebabkan abstruksi karena lumen usus

besar dari fese masih encer .

Gejala klinis nya yaitu ;

1. Sering merasa penuh

2. Nyeri abdomen,

3. Pendarahan

4. Symptomatic anemia yang menyebabkan lemah, pusing,dan penurunan berat

badan.

5. Perubahan pola difekasi sebagai akibat iritasi

6. Mengecilnya ukuran feses

7. Komplikasi karena lesi kolon kiri yang cenderung melingkar mengakibatkan

abstruksi

8
8. Sedangkan tumor pada rectum bersifat lebih infiltrative saat diagnosis dari

lesi proksimal maka prognosisnya lebih jelek (Kumar dkk 2010)

Kanker usus besar di bagi menjadi dua stadium menurut (Japiries, 2013)

sebagai berikut ;

1. Stadium Dini

a. Tanda iritasi usus dan perubhan kebiasaan difekasi;

b. Sering buang air besar

c. Diare atau obtipasi

d. Terkadang obtipasi dan diare silih berganti

e. Tenesmus

f. Anus turun tegang

g. Sering terjadi nyeri samar ada abdomen

h. Pada pasien lansia bereaksi tumpul dan lambat, tidak peka nyeri,

terkadang setelah perforasi tumor, periotanitis baru merasakan nyeri dam

berobat

i. Hematokezia Tumor luka ulserasi berdarah

j. Terkadang merah segar dan bisa jadi merah gelap

k. Biasanya tida banyak

2. Stadium lanjut

Selain gejala local yang terjadi di atas dokter harus memperhatikan

tumor adalah penyakit yang sistemik, pada fase akhir progresi kanker kolon

timbulnya stadium lanjut misalnya invasi area tumor dalam kavum pelvis

9
menimbulkan nyeri daah lumbosakra, iskialgia dan neuralgia obturatoria

keanterior menginvasi vagina dan visika urinaria dan menimbulkan

pendarahan pada pervaginam atau hematuria,bila parah dapat timbul fistel

rektovaginal, fistel rektovisikel.

a. Obstruksi ureter bilateral menimbulkan anuria, uremia, tekanan pada

ureter menimbulkan resitensi urin.

b. Asites adalah hambatan saluran limfatik atau tekanan pada vena iliaka

menimbulkan udem tungkai, scrotal

c. Labial perforasi menimbulkan peritonitis akut, abses abdomen

d. Metastasis keparu menimbulkan batuk, nafas buru buru, hemoptisis

e. Metastasis keotak menyebabkan koma

f. Metastasis ke tulag menyebabkan nyeri, pincaang dan lain lain.

g. Dan pada akhirnya akan menimbulkan kakeksia, kegagalan sistemik

(Japaries 2013)

E. Pemeriksaan Penunjang

Ada beberapa macam pemeriksaan penunjang menurut Casciato 2014 yang dapat

dilakukan untuk mendeteksi kanker kolorektal

1. Biopsi

Konfirmasi segara adanya malignasi dengan pemeriksaan biopsy sangat

penting jika terdapat sebuah abstruksi yang tidak dapat di lakukannya biopsy

maka sikat sitologi akan sangat berguna.

10
2. Carsinoembrionik antigen (CEA) screening

CEA adalah glikoprotein yang terdapat di permukaan kulit sel yang masuk

kedalam peredaran darah dan di gunkan sebagai marker serologi untuk

memonitor status kanker kolon dan untuk mendeteksi status rekurensi dini

dan metastase ke hepar.

3. Digital rectal examination

Pada pemeriksaan yang ini dapat di lapisi dinding lateral, posterior dan

anterior serta spina iskiadika, sacrum dan coccygeus dapat diraba dengan

mudah.

4. Barium anema

Cara yang sering digunakan adalah dengan memaikai double kontras varium

anema yang sesitifitasnya 90% dalam mendeteksi polip ukuran >1 cm. cara

ini jika di gunakan bersama sama fleksibel sigmoidoskopi merupakan cara

yang hemat biaya sebagai alternative peganti kolonoskopi untuk pasien yang

tidak dapat mentoleransi kolonoskopi.

5. Endoskopi

Tes ini di indikasikan untuk menilai seluuh mukosa kolon kerna 3% dari

pasien synchronous kanker dan mempunyai kemungkinan untuk memiliki

polip premaligna.

11
F. Penatalaksanaan Umum

1. Kolonoskopi

Ini dapat di gunakan untuk menampilkan gambaran seluruh mukosa kolon

dan rectum. Standar kolonoskopi panjangnya 160 cm. kolonoskopi adalah

cara yang paling akurat untuk dapat menunjukkan polip yang berukuran

kurang dari 1 cm.

2. Pembedahan

Ini adalah salah satu cara yag telah diterima oleh masyarakat luas sebagai

penaganan kuratif untuk kanker kolorektal. Pembedahan ini seharusnya

mengeksi dengan batas yang luas dan maksismal regional lymphadenektomi

sementara mempertahankan fungsi dari kolon sebisa mungkinn. Untuk lesi di

atas rectum, untuk tumor dengan reseksi minimum margin 5 cm bebas tumor

3. Terapi radiasi

Tindakan ini merupakan penanganan kanker menggunakan sinar x-ray

berenergi tinggi guna untuk membunuh sel kanker. ada dua cara memberikan

terapi radiasi;

4. Dengan eksternal radiasi

5. Internal radiasi

Pemilihan terapi ini berdasarkan tipe dan stadium kanker (henry ford 2006)

12
6. Kemoterapi

chemotherapy merupakan penggunaan zat kimia untuk perawatan penyakit.

dalam peggunaan moderya, istilah ini hampir merujuk secara eksklusif

kepada obat sitostatik yang di gunakan untuk merawat kanker.

13
BAB III

PROSEDUR TINDAKAN KOLONOSKOPI

A. Pengertian

Kolonoskopi merupakan pemeriksaan melalui peneropongan dengan

menggunakan alat (skup) untuk melihat langsung keadaan sebenarnya bagian

dalam saluran cerna bagian bawah (SCBB).

B. Indikasi

1. Perdarahan per anum, baik yang tersamar maupun nyata

2. Penyakit peradangan kolon seperti colitis ulseratif

3. Dugaan terdapat keganasan kolon

4. Kolonoskopi diagnostic

5. Kolonoskopi diagnostic terapetik

C. Kontraindikasi

1. Peradangan kolon fase akut dan berat dimana resiko perforasi meningkat

2. Dugaan adanya perforasi kolon dank lien yang baru saja menjalani operasi

abdomen

3. Gangguan kardiovulmoner berat

4. Kehamilan trimester pertama

5. Aneurisma aorta abdomen

14
D. Persiapan tindakan kolonoskopi

1. Persiapan alat

a. Endoskop skup kolon

b. Xylocain jel 2%

c. Sarung tangan, masker

d. Apron, underpad

e. Baju pasien

f. IV cath no 18, 20, 22

g. Cairan infuse, RL, Nacl 0,9%, asering dan D5

h. Blood set/ infuse set

i. Syringe 50 cc, 2.5 cc dan 10 cc

j. Air matang dalam teko dan dua buah gelas

k. Dua buah ember kecil, ember pertama berisi air bersih, ember kedua

berisi cairan pembersih

l. Botol PA (terisi dengan cairan formalin 10%), kertas saring, dan tusuk

gigi

m. Plaster

n. Selang O2 nasal

o. Oksigen dan oxymetri

p. Computer dan monitor TV

q. Biopsy forsep

r. Suction kateter

15
s. Water jet bila perlu

t. Obar-obat emergency, obat premedikasi (sedasi)

u. Kassa steril

v. Objek glass

w. Alcohol 96%

x. Tensi meter dan stetoskop, set intubasi

y. ETT berbagi ukuran

z. Handscoon steril berbagai ukuran dan ambubag

2. Persiapan pasien untuk tindakan kolonoskopi

a. Pasien puasa 6-8 jam

b. Sebelumnya sudah dilakukan kolon cleansing dengan pencahar

c. Hasil laboratorium dalam batas normal

d. BT, CT normal

e. PT dan APTT normal

f. Umur diatas 40 tahun sebagian dilakukan rekam jantung

g. Informant consent

E. Asuhan keperawatan

1. Perawat sebelum melakukan tindakan kolonoskopi

a. Bina hubungan terapetik untuk mengkaji kesiapan pasien dalam

menjalani prosedur endoskopi dalam hal ini memberi dukungan,

mendidik dan konseling

b. Identifikasi informasi yang dibutuhkan

16
c. Rawat I memastikan adanya surat persetujuan tindakan pada rekam medic

pasien. Perawat juga perlu mengecek hasil laboratorium, radiologi, rekam

jantung dan kelengkapan obat

d. Lakukan pengkajian ulang check list SIGN IN tentang kepatuhan pasien

untuk prosedur endoskopi menanyai pasien tentang adanya alergi

obat,riwayat penyakit pasien dan ada atau tidaknya gigi palsu,

melepaskan kaca mata dan hapus liptik serta cat kuku bila ada

e. Menganjurkan kepada pasien untuk menganti pakaian serta berbaring

ditempat tidur tindakan

f. Memasang monitor EKG, TD, saturasi oksigen, memberikan oksigen dan

memasang IV line

g. Melakukan observasi TTV pasien lalu kolaborasikan dengan dpkter

h. Perawat II menyiapkan perlengkapan alat seperti:

1) Skup kolonoskopi

2) Xylocain jelly 3%, xylocain spey 10%

3) Syringe 50 cc, 5 cc, 20 cc dan 3 cc

4) Oksigen

5) Monitor EKG, oximetri, TD

6) Sumber cahaya

7) Aksesoris biopsy forsep

8) Suction

9) Botol berisi cairan formalin 10%

17
10) Obat-obatan emergency dan sedasi

11) Water jel bila perlu

i. Perawat dan dokter mencuci tangan sebelum menggunakan pelindung diri

seperti sarung tangan, apron, masker dan kaca mata

j. Perawat dua melakukan pengecekan ulang pada alat endoskopi berfungsi

baik atau tidak

k. Lakukan TIME OUT sebelum tindakan

2. Peran perawat selama melakukan tindakan kolonoskopi

a. Perawat I memberikan penjelasan ulang kpada pasien tentang tindakan

yang akan dilakukan

b. Perawat I memonitor TTV pasien dan tingkat kesadaran selama prosedur

berlangsung bila terjadi perubahan kolaborasikan dengan dokter

c. Mencatat dan mendokumentasikan obat-obatan yang diberikan kepada

pasien selama berlagsungnya tindakan endoskopi

d. Perawat II berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian sedasi

e. Perawat II mengatur posisi pasien, tubuh miring sebelah kiri, tangan

kanan berada dibawah bantal, kaki kanan lurus dan kaki kiri ditekuk

seperti memeluk guling

f. Perawat II berkolaborasi dengan dokter dalam memasukan alat endoskopi

g. Perawat I melakukan pengambilan gambar yang diperlukan untuk

pendokumentasian

18
h. Perawat II menyiapkan hasil pemeriksaan seperti jaringan yang telah

dibiopsi bila ada kemudian diberikan nama, umur, tanggal pemeriksaan,

registrasi dan lokasi pengambilan

3. Peran perawat setelah melakukan tindakan kolonoskopi

a. Perawat I merapikan pasien, membersihkan area sekitaran anus,

fungsinya untuk mengikat kenyamanan pasien setelah tindakan

b. Menemani pasien keruang pemulihan bertanggung jawab untuk fase

pemulihan

c. Mengukur ulang TTV pasien

d. Memeriksa keadaan umum pasien dan tingkat kesadaran pasien dengan

cara memanggil nama pasien

e. Mencatat nama obat dan dosis pemberian serta cairan infuse yang

diberikan bila ada

f. Mendokumendasikan prosedur endoskopi mulai dari awal hingga dengan

selesai dan melakukan serah terima kepada;

1) Perawat ruang bila pasien dirawat

2) Keluarga bila pasien rawat jalan

g. Perawat II membersihkan alat mulai dari proses pencucian, pensterilan

sampai dengan dipakai kembali

h. Mencuci tangan

19
F. Komplikasi

1. Perdarahan

2. Komplikasi anastesi

3. Perforasi

20
BAB IV

PENGKAJIAN KASUS

A. Pengkajian

1. Identitas Klien

Nama : Ny. A

Umur : 46 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku/Bangsa : Aceh

Agama : Islam

Status : Menikah

Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SMA

Alamat : Lamtemen Barat

2. Riwayat kesehatan sekarang

Pasien mengeluh nyeri abdomen, kembung dan lemah, pasien dengan

keluhan perubahan pada defekasi dan pasien mengalami anoreksia, mual,

muntah dan penurunan berat badan

3. Riawayat kesehatan dahulu

Pernah menderita polip kolon, radang kronik kolon dan kolotis ulseratif yang

tidak teratasi, adaya infeksi dan obstruksi pada usus besar dan DIET atau

konsumsi diet yang tidak baik,tinggi protein,tinggi lemak dan rendah serat.

21
4. Riwayat kesehatan keluarga

Orangtua pasien pernah menderita carcinoma colon

5. Pemeriksaa fisik

a. Mata: konjungtiva subanemis

b. Leher ; JVP (distensi vena jungularis

c. Mulut; mukosa mulut kering dan pucat ,bau mulut yag tidak enak dan

lidah pecah pecah.

d. Abdomen ; adanya tersa massa ,distensi abdomen,penurunan bunyi bising

usus dan kembung

e. Kulit ; turgor kulit buruk,dehidrasi

f. Aktivitas dan istirahat: cepat lelah,sering merasa gelisah,tidak bisa tidur

karena diare semalaman,pembatasan activtas karea berhubung degan efek

prses penyakit

g. Pernafasan ; nafasnya pendek, respon tubuh terhadap nyeri yag

dirasakan(dispnea) yang di tandai dengan takipnea dan frekuensi

menurun.

h. Sirkulasi ; TD: 100/ 70 mmHg, RR: 25x/menit, HR: 70x/menit, T: 37,2

C.

i. integritas ego ; ketakutan,ansietas,emosi kesal,

j. Eliminasi ; gejalanya adalah riwayat deare berdarah tak dapat di hitung,

tekstur feses bervariasi dan bentuk lunak dan bau,hilang dan timbul,

keseringan tidak dapat di kontrol sampai 20-30 kali /hari. rasa perasaan

22
yang tidak nyaman, mukosa berdarah dengan atau tidak keluar feses,

bising usus 12x/ menit.

k. Hygine ; ketidak mampuan melakukan perawatan diri

l. Kenyamanan: nyeri ketika di teka di quadran kiri bawah.

m. Keamanan : adanya riwayat polip, radang kronik viseratif

n. Muskulskeletal: penurunan kekuatan otot, kelamahan dan malaise

B. Diagnosa Keperawatan selama tindakan

1. Nyeri akut yang berhubungan dengan agen Injuri fisik

2. Resiko kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan tindakan endoskopi

3. Resiko perdarahan berhubungan dengan cedera seluler efek dari prosedur

tindakan endoskopi

C. Intervensi keperawatan

1. Kaji neyri secra komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, frekuaensi dan

faktor pendukung

2. Observasi non verbal dari ketidaknyamanan

3. Monitor vital sign

4. Arahkan untuk istirahat

5. Kolaborasi medis dalam pemberian analgetik

6. Pantau tanda-tanda perdarahan

23
7. Kolaborasi dalam pemberian trombosit dan monitoring jumlah trombosit

sesuai kebutuhan

8. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

9. Monitor status hidrasi

10. Kolaborasikan pemberikan cairan IV

24
BAB V

LANGKAH PEMBERSIHAN SCOPE

A. Precleaning

Gunakan APD minimal sarung tangan, pelindung wajah, apron, plastic dan

masker. Siapkan wadah berisi larutan enzymatic dan lap atau busa segera setelah

dipakai pasien, swab scoupe dengan busa/ lap yang telah dibasahi dengan larutan

enzymatic. Pindahkan rendaman scoupe kewadah tertutup keruang cuci, wadah

diberi label biohazard

B. Tes Kebocoran

Lakukan test kebocoran sesuai petunjuk pabrik baik manual atau dengan mesin

C. Pembersihan Manual

Gunakan sikat khusus untuk masing-masing scoupe dalam posisi scoupe

terendam. Lanjutkan penyikatan hingga tidak tampak adanya kotoran dibulu

sikat. Sikat dispossible, jika digunakan kembali untuk scoupe yang lain maka

harus di DTT

D. Pembilasan Setelah Pembersihan Manual

Bilas seluruh bagian scoupe dengan air bersih untuk menghilangkan kotoran dan

cairan enzymatic termasuk lumen. Ulang pembersihan scoupe hingga benar-

benar bersih. Keringkan bagian luar scoupe dengan lap lembut dan lumen dengan

mengalirkan udara tekan kedalamnya.

25
E. Inspeksi Visual

Tahap ini memastikan kalau scope tampak benar-benar bersih serta menentukan

kondisi seperti pecah, adanya sisa debris

F. Desinfeksi Tingkat Tinggi Bisa Manual Atau Automatic

Rendam dengan desinfektan yang mengandung zat aktif glutaradelhid 2%, OPA

0, 55%, hydrogen peroksida 7,5% atau paracetic acid 0,2%. Lakukan pengecekan

konsentrasi dengan test strip. Jika dilakukan dengan manual pastikan probe

scoupe terendam sempurna. Flush bagian lumen dengan cairan DTT

G. Pembilasan sesudah DTT

Bilas sscoupe dengan air bersih hingga benar-benar bersih dari sisa-sisa

desinfektan

H. Pengeringan

Bilas lumen dengan alcohol 70% hingga tampak keluar dari sisi sebelahnya.

Keringkan scope bagian luar dengan lap lembut bersih atau steril dan dorong sisa

alcohol dengan udara tekan yang sudah disaring dengan filter

I. Pelabelan

Label scope (No seri probe, tanggal DTT, expired date 7 hari dan petugas DTT).

Tempelkan label dalam laporan tindakan pasien dan logbook sesudah pemakaian

J. Penyimpanan

Simpan scope bersih dilemari bersih, ventilasi bagus dan bebas debu, lemari

penyimpanan terbuat dari material yang bisa didesinfeksi. Simpan scope

menggantung bebas.

26
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kanker kolon yaitu tumbunhya sel-sel ganas di permukaan dalam usus

besar (kolon) atau rektum. Lokasi yang sering timbulnya kanker kolon

adalah di bagian sekum, asendens, dan kolon sigmoid. Kanker kolon adalah

suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan

jaringan sehat disekitar kolon (usus besar). Kanker kolon bukan merupakan

penyakit yang sembarangan namun bukan pula penyakit yang tidak bisa

disembuhkan.

Kanker kolon adalah penyebab kematian ketiga di Indonesia. Penyakit

ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering tidak

diketahui sampai tingkat yang lebih parah. Kanker usus bila dideteksi dan

ditangani dengan cepat maka peluang untuk sembuh total pun akan semakin

besar peluangnya. Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengubah

kanker kolon. Asuhan keperawatan yang tepat akan menentukan

keberhasilan perawatan klien dengan colorectal cancer.

B. Saran

Mulai dari sekarang ubahlah pola hidup menjadi pola hidup

sehat,dengan mengatur pola makan mengkonsumsi pola makan makanan

yang berserat, serta jangan terlalu banyak makan makanan yang

27
mengandung bahan zat kimia atau pengawet karena dapat membahyakan

tubuh kita (usus).

28
DAFTAR PUSTAKA

Penzzoli A, Matarese V, Rubini M. (2017). Colorectal Cancer Screening :


Result Of 5-Years Program In Asymptomatic Subjects At Increased
Risk. Difestive and liver disease
Potter dan Perry. (2013). Fundamental of Nursing.ed 8th . Kanada. Elsevier
Smeltzer. (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Soebachman .(2011). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

29

Anda mungkin juga menyukai