Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PENYAKIT JANTUNG BAWAAN DI RUANG ASTER


RSD. Dr. SOEBANDI JEMBER

Di Susun Oleh :
ANISA LAILATUS SARIFAH
14.401.20.006

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RUSTIDA


DIII KEPERAWATAN
KRIKILAN – GLENMORE – BANYUWANGI
2022 - 2023
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit jantung yang dibawa
sejak lahir, dan terjadi ketika bayi masih berada dalam kandungan. Kelainan
pembentukan jantung terjadi pada awal kehamilan karena saat usia kandungan
7 minggu, pembentukan jantung sudah lengkap.
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah
sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah
ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan
pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal
waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa,
hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau
telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda.

B. Jenis Penyakit Jantung Kongenital


1. Penyakit Jantung Bawaan Non Sianotik
Penyakit jantung bawaan (PJB) non sianotik adalah kelainan
struktur dan fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan
sianosis; misalnya lubang di sekat jantung sehingga terjadi pirau dari kiri
ke kanan, kelainan salah satu katup jantung dan penyempitan alur keluar
ventrikel atau pembuluh darah besar tanpa adanya lubang di sekat jantung.
Masing-masing mempunyai spektrum presentasi klinis yang bervariasi
dari ringan sampai berat tergantung pada jenis dan beratnya kelainan serta
tahanan vaskuler paru. Yang akan dibicarakan disini hanya 2 kelompok
besar PJB non sianotik; yaitu (1) PJB non sianotik dengar, lesi atau lubang
di jantung sehingga terdapat aliran pirau dari kiri ke kanan,misalnya
ventricular septal defect (VSD), atrial septal defect (ASD) dan patent
ductus arteriosus (PDA), dan (2) PJB non sianotik dengan lesi obstruktif
di jantung bagian kiri atau kanan tanpa aliran pirau melalui sekat di

2
jantung, misalnya, aorticstenosis (AS), coarctatio aorta (CoA) dan
pulmonary stenosis (PS).
2. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik
Pada PJB sianotikdidapatkan kelainan struktur danfungsi jantung
sedemikian rupasehingga sebagian atau seluruhdarah balik vena sistemik
yangmengandung darah rendah oksigenkembali beredar ke
sirkulasisistemik. Terdapat aliran pirau darikanan ke kiri atau
terdapatpercampuran darah balik venasistemik dan vena
pulmonalis.Sianosis pada mukosa bibir danmulut serta kuku jari tangan
dan kakidalah penampilan utama padagolongan PJB ini dan akan
terlihatbila reduce haemoglobin yangberedar dalam darah lebih dari 5gram
%. Bila dilihat dari penampilanklinisnya, secara garis besarterdapat 2
golongan PJB sianotik,yaitu (1) dengan gejala aliran darahke paru yang
berkurang, misalnyaTetralogi of Fallot (TF) dan PulmonalAtresia (PA)
dengan VSD, dan (2)dengan gejala aliran darah ke paruyang bertambah.
MisalnyaTransposition of the Great Arteries(TGA) dan Common Mixing.
C. Etiologi
Penyebab PJB belum pasti, meskipun beberapa faktor dianggap
berpotensi sebagai penyebab. Faktor-faktor yang berpotensi antara lain infeksi
virus pada ibu hamil (misalnya campak Jerman atau rubella), obat-obatan atau
jamu-jamuan, alkohol. Faktor keturunan atau kelainan genetik dapat juga
menjadi penyebab meskipun jarang, dan belum banyak diketahui. Misalnya
SindromaDown (Mongolism) yang sering disertai dengan berbagai macam
kelainan, dimana salah satunya PJB.
Menurut (Rilantono, 2013). Etiologi penyakit jantung bawaan bisa
ditimbulkan oleh beberapa faktor. Salah satunya disebabkan oleh faktor
genetik dan maternal dimana saat ini sebagai faktor-faktor yang paling
berperan. Selain itu infeksi virus, paparan radisasi, alkohol dan obat-obatan
yang diminum pada ibu hamil juga di duga sebagai penyebab penyakit jantung
bawaan.

3
D. Manifestasi Klinis
1. Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru
a. Ventricular Septal Defect (VSD)
VSD terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna.
Akibatnya darah dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada
systole.Manifestasi klinis : Pada pemeriksaan selain didapat
pertumbuhan terhambat, anak terlihat pucat, banyak keringat
bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik, diameter dada bertambah,
sering terlihat pembenjolan dada kiri. Tanda yang menonjol adalah
nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakostal dan region
epigastrium.Pada anak yang kurus terlihat implus jantung yang
hiperdinamik.
b. Atrial Septal Defect (ASD)
Kelainan septum atrium disebabkan dari suatu lubang pada foramen
ovale atau pada septum atrium.Tekanan pada foramen oval atau
septum atrium, tekanan pada sisi kanan jantung meningkat.
Manifestasi klinis: Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan
infeksi saluran pernafasan atas. Mungkin ditemukan adanya murmur
jantung. Pada foto rontgen ditemukan adanya pembesaran jantung dan
diagnosa dipastikan dengan katerisasi jantung.
c. Patent Ductus Arteriosus (PDA)
DAP terjadi bila duktus tidak menutup bila bayi lahir. Penyebab DAP
bermacam-macam, bisa karena infeksi rubela pada ibu dan
prematuritas
Manifestasi klinis :Neonatus menunjukkan tanda-tanda respiratori
distres seperti mendengkur tacipnea dan retraksi. Sejalan dengan
pertumbuhan anak maka anak akan mengalami dyspnea, kardio
megali, hipertrofi ventrikuler kiri akibat penyesuaian jantung terhadap
peningkatan volume darah, adanya tanda ‘machinery type’. Murmur
jantung akibat aliran darah turbulen dari aorta melewati duktus

4
menetap. Tekanan darah sistolik mungkin tinggikarena pembesaran
ventrikel kiri.
2. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru normal
a. Stenosis Aorta (SA)
Pada kelainan ini striktura terjadi diatas atau dibawah katup aorta.
Katupnya sendiri mungkin terkena atau retriksi atau tersumbat secara
total aliran darah.Manifestasi Klinis : Anak menjadi kelelahan dan
pusing sewaktu cardiac output menurun, tanda-tanda ini lebih nampak
apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi, hal ini
menjadi serius dapat rnenyebabkan kematian, ini juga ditandai dengan
adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum,
diagnosa ditegakan berdasarkan gambaran ECG yang menunjukan
adanya hipertropi ventrikel kiri, dan dari kateterisasi jantung yang
menunjukan striktura.
b. Stenosis Pulmonal (SP)
Kelainan pada stenosis pulmonik, dijumpai adanya striktura pada
katup, normal tetapi puncaknya menyatu.Manifestasi klinis
:Tergantung pada kondisis stenosis. Anak dapat mengalami dyspne
dan kelelahan, karena aliran darah ke paru-paru tidak adekuat untuk
mencukupi kebutuhan O2 dari cardiac output yang meingkat.Dalam
keadaan stenosis yang berat, darah kembali ke atrium kanan yang
dapat rnenyebabkan kegagalan jantung kongesti. Stenosis ini
didiagnosis berdasarkan murmur jantung sistolik, ECG dan kateterisai
jantung.
c. Koarktasio Aorta
Kelaianan pada koartasi aorta, aorta berkontriksi dengan beberapa
cara. Kontriksi mungkin proksimal atau distal terhadap duktus
arteiosus.Kelaianan ini biasanya tidak segera diketahui, kecuali pada
kontriksi berat.Untuk itu penting melakukan skrening anak saat
memeriksa kesehatannya, khususnya bila anak mengikuti kegiatan-
kegiatan olah raga.

5
Manifestasi klinis :Ditandai dengan adanya kenaikan tekanan darah,
searah proksimal pada kelainan dan penurunan secara distal.
Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada kaki.Denyut nadi
pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal dan femoral.
Kadang-kadang dijumpai adanya murmur jantung lemah dengan
frekuensi tinggi. Diagnosa ditegakkan dengan cartography.
3. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang
a. Tetralogi Of Fallot (TOF)
Tetralogi of fallot merupakan penyakit jantung yang umum, dan
terdiri dari 4 kelainan yaitu:
1) Stenosis pulmonal,
2) Hipertropi ventrikel kanan,
3) Kelainan septum ventrikuler, dan
4) Kelainan aorta yang menerima darajh dari ventrikel dan aliran
darah kanan ke kiri melalui kelainan septum ventrikel.
Manifestasi klinis :Bayi baru lahir dengan TF menampakan gejala
yang nayata yaitu adanya cianosis, letargi dan lemah. Setain itu juga
tampak tanda-tanda dyspnea yang kemudian disertai jari-jari
clubbing, bayi berukuran kecil dan berat badan kurang. Bersamaan
dengan pertambahan usia, bayi diobservasi secara teratur, serta
diusahakan untuk mencegah terjadinya dyspne. Bayi mudah
mengalami infeksi saluran pernafasan atas.Diagnosa berdasarkan
pada gejala-gejala klinis, mur-murjaniung, EKG foto rongent dan
kateterisai jantung.
4. PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah
a. Transposisi arteri besar (TAB)/ Transpotition Great artery (TGA)
Apabila pembuluh pembuluh darah besar mengalami transposisi
aorta, arteri aorta dan pulmonal secara anatomis akan terpengaruh.
Anak tidak akan hidup kecuali ada suatu duktus ariosus menetap atau
kelainan septum ventrikuler atau atrium, yang menyebabkan
bercampurnya darah arteri-vena. Pada TGA terjadi perubahan tempat

6
kelurnya posisi aorta dan a.pulmonalis yakni aorta keluar dari
ventrikel kanan dan terletak di sebelah anterior a.pulmonalis,
sedangkan a.pulmonalis keluar dari ventrikel kiri terletak posterior
terhadap aorta.Akibatnya aorta menerima darah v. Sistemik dari vena
kava, atriumkanan, ventrikel kanan dan darah diteruskan ke sirkulasi
sistemik.Sedang darah dari vena pulmonalis dialirkan ke atrium kiri,
ventrikel kiri dan diteruskan ke a. Pulmonalis dan seterusnya ke
paru.Dengan demikian maka kedua sirkulasi sistemik dan paru
tersebut terpisah dan kehidupan hanya dapat berlangsung apabila ada
komunikasi antara 2 sirkulasi ini.Pada neonatus percampuran darah
terjadi melalui duktus arteriosus dan foramen ovale keatrium
kanan.Pada umumnya percampuran melalui duktus dan foramen ovale
ini tidak adekuat, dan bila duktus arteriosus menutup maka tidak
terdapat percampuran lagi di tempat tersebut, keadaan ini sangat
mengancam jiwa penderita.
Manifesfasi klinis :Transposisi pembuluh-pembuluh darah ini
tergantung pada adanya kelainan atau stenosis. Stenosis kurang
tampak apabila kelainan merupakan PDA atau ASD atau VSD, tetapi
kegagalan jantung akan terjadi.
E. Patofisiologi
Penyakit Jantung Bawaan dipengaruhi oleh faktor yaitu faktor genetik
dan maternal. Pada kelainan struktur jantung digolongkan menjadi penyakit
jantung bawaan asianotik dan penyakit jantung bawaan sianotik. Penyakit
jantung bawaan asianotik; kondisi ini disebabkan oleh lesi yang
memungkinkan darah shunt dari kiri ke sisi kanan sirkulasi atau yang
menghalangi aliran darah dengan penyempitan katup serta pencampuran darah
dari arteri (Padila, 2013).
Terdapat lubang antara atrium kanan dan kiri menimbulkan tekanan
atrium kiri lebih besar ketimbang atrium kanan, sehingga darah akan mengalir
dari atrium kiri ke kanan. Darah yang mengalir dari atrium kiri ke kanan
menimbulkan volume atrium kanan meningkat menyebabkan hipertropi atrium

7
kanan dan selain itu meningkatnya volume dan tekanan atrium kanan maka
darah akan mengalir ke ventrikel kanan dan paru-paru juga meningkat. Hal ini
menyebabkan penumpukan darah dan oksigen di paru sehingga alveoli
membesar dan terjadi pola nafasnya tidak efektif.
Volume di ventrikel kiri menurun disebabkan darah mengalir dari
atrium kanan ke atrium kiri. Hal ini akan menyebabkan kontraktilitasventrikel
kiri menurun sehingga terjadi penurunan curah jantung. Penurunan curah
jantung menjadikan tubuh akan kurang oksigen dan kurang nafsu makan.
Kurangnya suplai oksigen ke tubuh membuat tubuh akan terasa lemas dan
pusing. Kurangnya nafsu makan menjadikan nutrisi tidak adekuat sehingga
pertumbuhan akan terhambat dan menyebabkan gangguan pertumbuhan
perkembangan (Irnizarifka, 2011).

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto thoraks : Melihat atau evaluasi adanya atrium dan ventrikel kiri
membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler paru
meningkat.
2. Echokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1
pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan
oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke
kanan).
3. Pemeriksaan laboratorium : Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin
dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya
hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %.
Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida
(PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.
4. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi
aliran darah dan arahnya.
5. Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, adanya
hipertropi ventrikel kiri, kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.

8
6. Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil
ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek
tambahan lainnya.
7. Diagnosa ditegakkan dengan cartography & Cardiac iso enzim
(CK,CKMB) meningkat.

G. Komplikasi
Pasien dengan penyakit jantung congenital teramcam mengalami
berbagai komplikasi antara lain:
1. Gagal jantung kongestif
2. Renjatan kardiogenik, Henti Jantung
3. Aritmia
4. Endokarditis bakterialistis
5. Hipertensi
6. Hipertensi pulmonal
7. Tromboemboli dan abses otak

H. Penatalaksanaan
1. Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru
a. Ventricular Septal Defect (VSD)
Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan utuk
mengatasi gagal jantung.Biasanya diberikan digoksin dan diuretic,
misalnya lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat
dengan membaiknya pernafasan dan bertambahnya berat badan, rnaka
operasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun. Tindakan bedah sangat
menolong karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup berkurang.
b. Atrial Septal Defect (ASD)
Kelainan tersebut dapat ditutup dengan dijahit atau dipasang suatu
graft pembedahan jantung terbuka, dengan prognosis baik.
c. Patent Ductus Arteriosus (PDA)

9
Karena neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan, kelainan
biasanya diobati dengan aspirin atau idomethacin yang menyebabkan
kontraksi otot lunak pada duktus arteriosus.Ketika anak berusia 1-5
tahun, cukup kuat untuk dilakukan operasi.
2. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru normal
a. Stenosis Aorta (SA)
Stenosis dihilangkan dengan insisi pada katup yang dilakukan pada
saat anak mampu dilakukan pembedahan toraks.
b. Stenosis Pulmonal (SP)
Stenosis dikoreksi dengan pembedahan pada katup yang dilakukan
pada saat anak berusia 2-3 tahun.
c. Koarktasio Aorta
Kelainan dapat dikoreksi dengan Balloon Angioplasty, pengangkatan
bagian aorta yang berkontriksi atau anastomi bagian akhir, atau
dengan cara memasukkan suatu graf.
3. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang
a. Tetralogi Of Fallot (TOF)
Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal anak-anak, untuk
mernenuhi peningkatan kebutuhan oksigen dalam masa pertumbuhan.
Pembedahan berikutnya pada masa usia sekolah, bertujuan untuk
koreksi secara permanent. Dua pendekatan paliatif adalah dengan cara
Blalock-Tausing, dilakukan pada ananostomi ujung ke sisi sub
ciavikula kanan atau arteri karotis menuju arteri pulmonalis kanan.
Secara Waterson dikerjakan pada sisi ke sisi anastonosis dari aorta
assenden, menuju arteri pulmonalis kanan, tindakan ini
meningkatakan darah yang teroksigenasi dan membebaskan gejala-
gejala penyakit jantung sianosis.
4. PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah
a. Transposisi arteri besar (TAB)/ Transpotition Great artery (TGA)
Pembedahan paliatif dilakukan agar terjadi percampuran darah.Pada
saat prosedur, suatu kateter balon dimasukan ketika kateterisasi

10
jantung, untuk memperbesar kelainanseptum intra arterial. Pada cara
Blalock Halen dibuat suatu kelainan septum atrium. Pada Edward
vena pulmonale kanan.Cara Mustard digunakan untuk koreksi yang
permanent.Septum dihilangkan dibuatkan sambungan sehingga darah
yang teroksigenisasi dari vena pulmonale kembali ke ventrikel kanan
untuk sirkulasi tubuh dan darah tidak teroksigenisasi kembali dari
vena cava ke arteri pulmonale untuk keperluan sirkulasi paru-
paru.Kemudian akibat kelaianan ini telah berkurang secara nyata
dengan adanya koreksi dan paliatif.

11
Pathway

Faktor eksogen Faktor eksogen

Ventrikel Septal Defek

Pirau ventrikel kiri ke ventrikel kanan

Volume ke paru-paru meningkat

Volume sekuncup turun Tekanan ventrikel kanan meningkat

COP menurun
Hipertensi pulmonal Aliran darah ke paru Hipertropi otot ventrikel
meningkat kanan
Kebutuhan O² dan zat
nutrisi untuk metabolisme Takipnoe, sesak nafas
pada saat aktivitas atau Fibrotic katup arteri Workblood
tubuh tidak seimbang
bermain pulmonal

Berat badan sukar naik Atrium kanan tidak dapat


Aliran darah balik ke mengimbangi peningkatan
ventrikel kiri workblood
Gangguan tumbang Intoleransi Aktivitas
Darah CO² dan O² Pembesaran atrium kanan
bercampur

Gejala CHF : mur-mur,


Mengalir ke seluruh tubuh
distensi vena jugularis,
edema, hepatomegali
Sesak nafas pada saat makan
dan minum
Penurunan Curah Jantung

Nutrisi Kurang Terpenuhi

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Klien : sering terjadi pada anak baru lahir
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen
penyebab lain adalah rubella, influenza atau chicken pox.
b. Riwayat prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan
ketergantungan pada insulin.
c. Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga
gizi ibu, dan tidak kecanduan obat-obatan dan alcohol, tidak merokok.
d. Proses kelahiran atau secara alami ataua adanya factor-faktor
memperlama proses persalinan, penggunaan alat seperti vakum untuk
membantu kelahiran atau ibu harus dilakukan SC.
e. Riwayat keturunan, dengan rnemperhatikan adanya anggota keluarga
lain yang juga mengalami kelainan jantung, untuk mengkaji adanya
factor genetic yang menunjang.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik
yang dilakukan terhadap pasien yang menderita penyakit jantung pada
umumnya. Secara spesifik data yang dapat ditemukan dari hasil
pengkajian fisik pada penyakit jantung congenital ini adalah:
a. Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang. Anak terlihat
pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.
b. Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri.
c. Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum,
sela intrakostal dan region epigastrium.
d. Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik.
e. Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran
pernafasan atas.

13
f. Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti
mendengkur, tacipnea dan retraksi.
g. Anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan
kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi ditandai dengan adanya
murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum.
h. Adanya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada
lengan daripada kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi
lemah pada popliteal dan temoral.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan preload
3. Resiko cidera dibuktikan dengan hipoksia jaringan : kejang

C. Intervensi
1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
Definisi : Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau eleminasi
karbondioksida pada membran alveolus-kapiler.
Penyebab :
a. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
b. Perubahan membran alveolus-kapiler.
Gejalan dan Tanda Mayor – Subjektif :
a. Dispnea.
Gejalan dan Tanda Mayor – Objektif :
a. PCO2 meningkat / menurun.
b. PO2 menurun.
c. Takikardia
d. pH arteri meningkat/menurun.
e. Bunyi napas tambahan.

14
Intervensi
Observasi
a. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas
b. Monitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne -stokes, ataksisk)
c. Monitor hasil x-ray thoraks
d. Monitor nilai AGD
e. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
f. Auskultasi bunyi nafas
g. Monitor saturasi oksigen
Terapeutik
a. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
b. Jelaskan tujuan dan prosedur
Edukasi
a. pemantauan Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

2. Penurunan curah jantung b.d perubahan preload


Definisi
Ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh.
Penyebab :
a. Perubahan irama jantung.
b. Perubahan frekuensi jantung.
c. Perubahan kontraktilitas.
d. Perubahan preload.
e. Perubahan afterload.
Gejalan dan Tanda Mayor Subjektif :
a. Perubahan irama jantung : Palpitasi.
b. Perubahan preload : lelah.
c. Perubahan afterload : Dispnea.

15
d. Perubahan kontraktilitas : Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND);
Ortopnea; Batuk.
Intervensi
Observasi
a. Identifikasi tanda/gejala primer Penurunan curah jantung (meliputi
dispenea, kelelahan, adema ortopnea paroxysmal nocturnal
dyspenea, peningkatan CPV)
b. Identifikasi tanda /gejala sekunder penurunan curah jantung
(meliputi peningkatan berat badan, hepatomegali ditensi vena
jugularis, palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
c. Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika
perlu)
d. Monitor intake dan output cairan
e. Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
f. Monitor saturasi oksigen
g. Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas, lokasi, radiasi, durasi,
presivitasi yang mengurangi nyeri)
h. Monitor EKG 12 sadapoan
i. Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
Terapeutik
a. Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki kebawah atau
posisi nyaman
b. Berikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi asupan kafein,
natrium, kolestrol, dan makanan tinggi lemak)
c. Gunakan stocking elastis atau pneumatik intermiten, sesuai indikasi
d. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi hidup sehat
e. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu
f. Berikan dukungan emosional dan spiritual
g. Berikan oksigen untuk memepertahankan saturasi oksigen >94%
Edukasi
a. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi

16
b. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
c. Anjurkan berhenti merokok
d. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
e. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan
harian
f. Kolaborasi
g. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
h. Rujuk ke program rehabilitasi jantung

17
DATAR PUSTIKA

Jurnal Penyakit Jantung Bawaan di unduh di


http://ZUMROTUS_SAADAH_G2A009149_BAB_1_KTI.pdf pada tanggal
08/11/2017 pukul 19:01 WITA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Edisi 1. Jakarta: PPNI
Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS
KEPERAWATAN Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC
Edisi 9. Alih Bahasa Ns. Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti,
S,Kep. EGC. Jakarta.
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi
2012-2014/Editor, T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Sumarwati, Dan
Nike Budhi Subekti ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Barrah Bariid, Monica
Ester, Dan Wuri Praptiani. Jakarta; EGC.
Alfyana Nadya Rahwamati. 2015. Jurnal Hubungan Penyakit Jantung Bawaan
dengan Perkembangan Anak usia 0-5 tahun di Unit Perawatan Jantung RS
Dr.Kariadi Semarang diunduh di
http://jurnal.stikeskusumahusada.ac.id/index.php/JK/article/view/12 pada
tanggal 08/11/2017 pukul 20:10 WITA.

18

Anda mungkin juga menyukai