Anda di halaman 1dari 22

ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN

“Menyatakan Pendapat dalam Menghadapi


Masalah Etik”
Dosen Pembimbing:
Sri Aningsih, S.Pd.,SST.,M.Kes

 DISUSUN OLEH:
ISABELLA FARONA (15.401.20.003)
LUTFI NURAINI (15.401.20.004)
 
 
PENDAHULUAN
Etika di mulai pada abad kelima sebelum masehi. Berbagai mazhab di
yunani yang ditandai dengan kehadiran Socrates, yang mengatakan
bahwa kebaikan itu adalah pengetahuan. Kemudian Plato,
menurutnya baik itu apabila ia dikuasai oleh akal budi dan buruk itu
apabila dikuasai oleh hawa nafsu. (Franz Magnis Suseno, 1997:19)
Etika merupakan filsafat praktis, artinya filsafat yang ingin
memberikan penyuluhan kepada tingkah laku manusia dengan
memperlihatkan apa yang harus kita lakukan. Sifat praktis itu
bertahan sepanjang sejarah filsafat.S
 
A. Masalah Etik Moral yang Mungkin
Terjadi dalam Praktek Bidan
Masalah Etik Moral yang Mungkin Terjadi Bidan sebagai petugas kesehatan sering berhadapan dengan
masalah etik yang berhubungan dengan hukum. Sering masalah dapat diselesaikan dengan hukum, tetapi
belum tentu dapat diselesaikan berdasarkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai etik.
Masalah etik moral yang mungkin terjadi dalam praktek kebidanan:
1. Tuntutan bahwa etik adalah hal penting dalam kebidanan karena:
- Bertanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat
- Bertanggungjawab terhadap keputusan yang diambil
2. Untuk dapat menjalankan praktik kebidanan dengan baik dibutuhkan:
- Pengetahuan klinik yang baik
- Pengetahuan yang Up to date
- Memahami isu etik dalam pelayanan kebidanan
A. Masalah Etik Moral yang Mungkin Terjadi dalam
Praktek Bidan
3. Harapan bidan di masa depan:
- Bidan dikatakan profesional, apabila menerapkan etika dalam menjalankan
praktik kebidanan (Daryl Koehn. Ground of Profesional Ethis. 1991)
- Dengan memahami peran bidan adalah tanggung jawab profesionalisme
terhadap pasien atau klien akanmeningkat
- Bidan berada dalam posisi baik adalah memfasilitasi klien dan membutuhkan
peningkatan pengetahuan tentang etika untuk menerapkan dalam strategi
praktik kebidanan
Contoh kasus
Di sebuah desa terpencil seorang ibu mengalami pendarahan postpartum
setelah melahirkan bayinya yang pertama di rumah. Ibu tersebut menolak untuk
diberikan suntikkan uterotonika. Bila ditinjau dari hak pasien atas keputusan
yang menyangkut dirinya maka bidan bisa saja tidak memberikan suntikan
karena kemauan pasien. Akan tetapi bidan akan berhadapan dengan masalah
yang lebih rumit bila terjadi pendarahan hebat dan harus diupayakan
pertolongan untuk merujuk pasien, dan yang lebih fatal lagi bila pasien akhirnya
meninggal karena pendarahan. Dalam hal ini bisa dikatakan tidak melaksanakan
tugasnya dengan baik. Walapun bidan harus memaksa pasiennya untuk disuntik.
Mungkin itulah keputusan yang terbaik yang harus ia lakukan (dentology).
B. Langkah - langkah Penyelesaian Masalah

a. Pendekatan Penyelesaian Masalah


Pendekatan penyelesaian masalah teknik perlu dilakukan dengan cara yang
bertahap dan berurutan. Langkah-langkah awal bersifat kualitatif dan umum,
dan langkah-langkah berikutnya lebih bersifat kuantitatif dan spesifik. Langkah-
langkah penyelesaian masalah adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi masalah
2. Sintesis
3. Analisis
4. Aplikasi
5. Komprehensif
B. Langkah - langkah Penyelesaian Masalah

b. Langkah Penyelesaian masalah menurut G. Polya


George Polva dalam bukunya How To Solve It. memberikan saran untuk mengajar
mahasiswa matematika dan mini ensiklopedia istilah heuristik. Buku yang telah
diterjemahkan dalam 17 bahasa dan telah terjual lebih dari satu juta eksemplar ini.
memperkenalkan 4 (empat) langkah dalam penyelesaian masalah yang disebut
Heuristik. Sebagai berikut:
1. Memahami masalah
2. Merencanakan Pemecahan
3. Melaksanakan Rencana
4. Melihat Kembali
B. Langkah - langkah Penyelesaian Masalah

c. Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah Secara Umum


Langkah-langkah penyelesaian masalah secara umum dapat dilakukan dengan
cara sebagaimana berikut ini:
1. Melakukan penyelidikan yang memadai
2. Menggunakan sarana ilmiah dan keterangan para ahli
3. Memperluas pandangan tentang situasi
4. Kepekaan terhadap pekerjaan
5. Kepekaan terhadap kebutuhan orang lain
C. Informed Choice dan Informed
Consent

Pilihan (choice) berbeda dengan persetujuan (consent). perbedaan tersebut dapat


diketahui melalui dua hal berikut ini. yaitu:
1. Persetujuan atau consent penting dari sudut pandang bidan, karena berkaitan
dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang akan
dilakukan bidan
2. Pilihan atau choice penting dari sudut pandang klien sebagai penerima jasa asuhan
kebidanan, yang memberikan gambaran pemahaman masalah yang sesungguhnya dan
merupakan aspek otonomi pribadi menentukan pilihannya sendiri
3. Choice berarti ada alternatif lain, ada lebih dari satu pilihan dan klien mengerti
perbedaannya sehinggga dia dapat menentukan mana yang disukai atau sesuai
dengan kebutuhannya.
Informed choice
Pengertian informed choice
adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentang alternatif
asuhan yang akan dialaminya. Menurut kode etik internasional bidan yang
dinyatakan oleh ICM tahun 1993 bahwa bidan harus menghormati hak wanita
setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima
tanggung jawab terhadap hasil dari pilihannya. Definisi informasi dalam konteks
ini adalah meliputi: informasi yang lengkap sudah diberikan dan dipahami ibu.
tentang pemahaman risiko, manfaat, keuntungan dan kemungkinan hasil dari
tiap pilihannya. Hak dan keinginan wanita harus dihormati, tujuannya adalah
untuk mendorong wanita memilih asuhannya.
Informed choice
Sebagai seorang bidan dalam memberikan informed choice kepada klien harus:
◦ Memperlakukan klien dengan baik,
◦ Berinteraksi dengan nyaman,
◦ Memberikan informasi objektif
◦ mudah dimengerti dan diingat serta tidak berlebihan. Membantu klien
mengenali kebutuhannya dan membuat pilihan yang sesuai dengan
kondisinya.
Tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya. Peran bidan
tidak hanya membuat asuhan dalam manajemen asuhan kebidanan tetapi juga
menjamin bahwa hak wanita untuk memilih asuhan dan keinginannya
terpenuhi.
Informed choice
o Metode monitor denyut jantung
Bentuk Pilihan (Choice) yang Ada dalam Asuhan Kebidanan Berikut ini
merupakan contoh dari jenis-jenis pelayanan kebidanan yang dapat dipilih janin
oleh pasien. antara lain: o Percepatan persalinan
◦ Argumentasi. stimulasi, induksi o Diet selama proses persalinan
◦ Mobilisasi atau posisi saat persalinan o Pemakaian obat pengurang rasa sakit
◦ Metode kontrasepsi
o Pemecahan ketuban secara rutin
o Posisi ketika bersalin
◦ Gaya. bentuk pemeriksaan antenatal dan pemeriksaan laboratorium
o Episiotomi
◦ Tempat bersalin (rumah. polindes, RB, RSB. atau RS) dan kelas perawatan
o Penolong persalinan
di RS
o Keterlibatan suami waktu bersalin
◦ Masuk kamar bersalin pada tahap awal persalinan
o Cara memberikan minuman bayi
◦ Pendampingan waktu bersalin
◦ Cukur daerah pubis
Informed choice
Informasi atau keterangan yang wajib diberikan sebelum suatu tindakan medis (kedokteran. kebidanan.
keperawatan) dilaksanakan menurut PerMenKes no 290/Menkes/Per/III/2008 adalah:
1. Diagnosis yang telah ditegakkan.
2. Sifat dan luasnya tindakan yang akan dilakukan.
3. Manfaat dan urgensinya dilakukan tindakan tersebut.
4. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi daripada tindakan kedokteran tersebut.
5. Konsekuensinya bila tidak dilakukan tindakan tersebut dan adakah alternatif cara pengobatan yang lain.
6. Biaya yang menyangkut tindakan kedokteran tersebut. Risiko yang harus diinformasikan kepada pasien yang
dimintakan persetujuan tindakan kedokteran:
◦ Risiko yang melekat pada tindakan kedokteran tersebut.
◦ Risiko yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya.
Informed choice
Dalam hal terdapat indikasi kemungkinan perluasan tindakan kedokteran. dokter
yang akan melakukan tindakan juga harus memberikan penjelasan (Pasal 11
Ayat I Permenkes No 290/Menkes/PER/111/2008). Penjelasan kemungkinan
perluasan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud dalam Ayat 1 merupakan
dasar daripada persetujuan (Ayat 2).
Pengecualian terhadap keharusan pemberian informasi sebelum dimintakan
persetujuan tindakan kedokteran adalah:
1. Dalam keadaan gawat darurat (emergensi), di mana dokter harus segera
bertindak untuk menyelamatkan jiwa.
2. Keadaan emosi pasien yang sangat labil sehingga ia tidak bisa menghadapi
situasi dirinya.
Informed choice
Agar pilihan atau choice dapat diperluas. sehingga dapat pula menghindari konflik, maka ada beberapa hal yang harus
dilakukan, di antaranya adalah:
1. Memberi informasi lengkap kepada ibu, informasi yang jujur,tidak bias, dan dapat dipahami oleh ibu,menggunakan media
alternatif apapun lainnya. Sebaiknya tatap muka.
2. Bidan dan tenaga kesehatan lain yang perlu belajar untuk membantu ibu menggunakan haknya dan menerima tanggung
jawab keputusan yang diambil . Hal ini dapat diterima secara etika dan menjamin bahwa tenaga kesehatan sudah memberikan
asuhan yang terbaik dan memastikan ibu sudah memberikan informasi yang lengkap tentang dampak dari keputusan mereka .
3. Hal ini dapat diterima secara etis dan menjamin bahwa tenaga kesehatan sudah memberikan asuhan yang terbaik dan
memastikan ibu sudah memberikan informasi yang lengkap tentang dampak dari keputusan mereka.
4. Untuk pemegang kebijakan pelayanan kesehatan perlu merencanakan, mengembangkan sumber daya, memantau
perkembangan protokol dan petunjuk teknis baik di tingkat daerah , provinsi , untuk semua kelompok tenaga pem beri
pelayanan bagi ibu .
5. Menjaga fokus asuhan pada ibu dan berbasis bukti , diharapkan konflik dapat ditekan serendah mungkin .
6. Tidak perlu takut akan konflik tetapi menganggapnya sebagai sesuatu kesempatan untuk saling memberi, suatu penilaian
wanita yang objektif, beban dengan sistem asuhan dan beban positif pada perusahan.
INFORMED CONSENT
Pengertian Informed consent
Informed konsen berasalah dari dua kata yaitu (telah mendapat
penjelasan/keterangan/ informasi) dan concent (memberikan
persetujuan/mengizinkan). Informed concent adalah suatu persetujuan yang
diberikan setelah mendapatkan informasi .
Menurut Veronika Komalawati pengertian Informed concent adalah suatu
kesepakatan atau persetujuan pasien atas upaya medis yang akan dilakukan
dokter terhadap dirinya setelah pasien mendapatkan informasi dari dokter
mengenai upaya medis yang dapat dilakukan untuk menolong dirinya disertai
infor masi mengenai segala risiko yang mungkin terjadi .
INFORMED CONSENT
Tujuan Informed Consent : Dalam hubungan antara pelaksana (dokter) dengan pengguna jasa tindakan medis
(pasien), maka pelaksanaan "informed consent" bertujuan :
1. Melindungi pengguna jasa tindakan medis (pasien) secara hukum dari segala tindakan medis yang
dilakukan tanpa sepengetahuannya, maupun tindakan pelaksana jasa tin dakan medis yang sewenang-
wenang, tindakan malpraktik yang bertentangan dengan hak asasi pasien dan standar profesi medis, serta
penyalahgunaan alat canggih yang memerlukan biaya tinggi atau "over utilization" yang sebe narnya tidak
perlu dan tidak ada alasan medisnya
2. Memberikan perlindungan hukum terhadap pelaksana tin dakan medis dari tuntutan-tuntutan pihak
pasien yang tidak wajar , serta akibat tindakan medis yang tak terduga dan bersifat negatif, misalnya
terhadap " risk of treatment " yang tak mungkin dihindarkan walaupun dokter telah bertindak hati-hati
dan teliti serta sesuai dengan standar profesi medis. Sepanjang hal itu terjadi dalam batas-batas tertentu,
maka tidak dapat dipersalahkan, kecuali jika melakukan kesalahan besar karena kelalaian (negligence)
atau karena ketidaktahuan (ignorancy) yang sebenarnya tidak akan dilakukan demikian oleh teman
sejawat lainnya
Manfaat Informed consent
Membantu kelancaran tindakan medis . Melalui informed consent , secara tidak langsung
terjalin kerja sama antara bidan dan klien sehingga memperlancar tindakan yang akan dilakukan.
Keadaan ini dapat meningkatkan efisiensi waktu dalam upaya tindakan kedaruratan .
Mengurangi efek samping dan komplikasi yang mungkin terjadi . Tindakan bidan yang tepat dan
segera , akan menu runkan risiko terjadinya efek samping dan komplikasi .
Mempercepat proses pemulihan dan penyembuhan penyakit , karena si ibu memiliki
pemahaman yang cukup terhadap tindakan yang dilakukan .
Meningkatkan mutu pelayanan . Peningkatan mutu di tunjang oleh tindakan yang lancar , efek
samping dan kom plikasi yang minim , dan proses pemulihan yang cepat.
Melindungi bidan dari kemungkinan tuntutan hukum . Jika tindakan medis menimbulkan
masalah , bidan memi liki bukti tertulis tentang persetujuan pasien .
Komponen Informed Consent Menurut Culver and
Gert ada 4 ( empat ) komponen yang harus
dipahami pada suatu persetujuan :
1. Sukarela (voluntariness) Sukarela mengandung makna bahwa pilihan yang dibuat adalah
dasar sukarela tanpa ada unsur paksaan didasari informasi dan kompetensi. Sehingga
pelaksanaan sukarela diberikan sejelas harus memenuhi unsur informasi jelasnya.
2. Informasi (information) Jika pasien tidak tahu atau sulit untuk dapat mendeskripsikan
keputusan.
3. Kompetensi (competence) Dalam konteks consent kompetensi bermakna suatu
pemahaman bahwa seseorang membutuhkan sesuatu hal untuk mampu membuat
keputusan dengan tepat, juga banyak informasi.
4. Keputusan (Decision) Pengambilan keputusan merupakan suatu proses, di mana hal itu
merupakan persetujuan tanpa refleksi. Pembuatan keputusan merupakan tahap terakhir
proses pemberian persetujuan.
e. Bentuk-bentuk Informed Consent Informed consent harus dilakukan
setiap kali akan melakukan tindakan medis, sekecil apa pun tindakan
tersebut. Menurut departemen kesehatan ( 2002 ), informed consent dibagi
men jadi 2 (dua) bentuk :
1. Implied Consent
Implied consent yaitu persetujuan yang dinyatakan tidak langsung. Contohnya: saat bidan akan
mengukur tekanan darah ibu. hanya mendekati si ibu dengan membawa sfingmomanometer
tanpa mengatakan apa pun dan si ibu langsung menggulung lengan bajunya ( meskipun tidak
mengatakan apa pun , sikap ibu menunjukkan bahwa ia tidak keberatan terhadap tindakan
yang akan dilakukan bidan.
2. Express Consent
Express consent yaitu persetujuan yang dinyatakan dalam bentuk tulisan atau secara verbal.
Sekalipun persetujuan secara tersirat dapat diberikan , namun sangat bijaksana bila
persetujuan pasien dinyatakan dalam bentuk tertulis karena hal ini dapat menjadi bukti yang
lebih kuat di masa mendatang. Contoh , persetujuan untuk pelaksanaan sesar.
Persetujuan pada informed consent dapat
dibedakan menjadi tiga bentuk , yaitu :
1. Persetujuan tertulis, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang mengandung risiko
besar, sebagaimana ditegaskan dalam PerMen Kes No. 585/MenKes/Per/IX/1989 Pasal 3
ayat (1) dan SK PB - IDI No. 319/PB/A.4/88 butir 3, yaitu intinya setiap tindakan medis
yang mengandung risiko cukup besar, mengharuskan adanya persetujuan tertulis ,
setelah sebelumnya pihak pasien memperoleh informasi yang adekuat tentang perlunya
tindakan medis Serta risiko yang berkaitan dengannya (telah terjadi infomed consent)
2. Persetujuan lisan, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang bersifat non-invasif
dan tidak mengandung risiko tinggi, yang diberikan oleh pihak pasien.
3. Persetujuan dengan isyarat, dilakukan pasien melalui isyarat, misalnya pasien yang akan
disuntik atau diperiksa tekanan darahnya, langsung menyodorkan lengannya sebagai
tanda menyetujui tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya .
Terima kasih…….

Anda mungkin juga menyukai