Anda di halaman 1dari 7

D3 Keperawatan

DEWAN PENGURUS PUSAT


PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
TAHUN 2020
Graha DPP PPNI: Jl. Lenteng Agung Raya No 64 RT 006/RW 008 Kec.
Jagakarsa Jakarta Selatan 12610;
Telp: +6221 2271 0272 www.inna-ppni.or. id;dppppni@gmail.com; Badan
Hukum: AHU-93.AH.01.07 Tahun 2012 AHU-133.AH.01.08 Tahun 2015
tentang Perubahan Pengawas dan Pengurus

KEPERAWATAN MATERNITAS
Kegiatan Belajar 7

ASUHAN KEPERAWATAN POSTPARTUM


DAN MASALAH MENYUSUI

DESKRIPSI

Modul ini berisi materi tentang materi asuhan keperawatan pada post partum. Periode masa
pospartum dimulai dari persalinan berakhir sampai 6 minggu setelah melahirkan, yang
merupakan waktu penyembuhan dan kembalinya semua sistem tubuh terutama organ
reproduksi seperti keadaan sebelum hamil (Astuti, 2015). Selama masa pemulihan tersebut
berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun psikologis yang
memerlukan proses adaptasi atau penyesuaian. Sedangkan proses adaptasi psikologis ibu akan
mengalami perubahan peran dan tanggung jawab untuk menjadi seorang ibu. Masalah yang
sering terjadi pada masa post partum adalah menyusui, seperti kurang pengetahuan tentang
reflek, dan teknik menyusui. Modul ini digunakan untuk mendukung kemampuan saudara
dalam memahami asuhan keperawatan pada ibu post partum, yang terdiri dari pengertian post
partum dan asuhan keperawatan post partum dari pengkajian sampai dengan evaluasi.

Kompetensi/Capaian Pembelajaran

Setelah menyelesaikan modul ini, peserta mampu:


a. Menjelaskan pengertian postpartum
b. Menjelaskan adaptasi psikologis pada ibu post partum
c. Mengidentifikasi refleks menyusui pada bayi
d. Menguraikan tindakan keperawatan pada ibu postpartum
e. Menjelaskan asuhan pada masa posrpartum dan menyusui
URAIAN MATERI

Konsep Postpartum

1. Pengertian
Postpartum adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan seperti keadaan sebelum hamil yang lamanya 6 minggu
(Bobak, 2010). Selama periode postpartum terjadi perubahan fisik dan
psikologis.

2. Adaptasi Psikologis pada Ibu Postpartum


Perubahan psikologis yang akan dialami oleh ibu pada masa postpartum adalah,
sebagai berikut:
a. Fase Taking In
Merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari ke-1 sampai hari ke-
2 setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri sehingga cenderung pasif
terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan yang dialami ibu lebih disebabkan
karena proses persalinan yang baru saja dilaluinya. Rasa mules, nyeri pada jalan
lahir, kurang tidur atau kelelahan, merupakan hal yang sering dikeluhkan ibu.
Pada fase ini kebutuhan istirahat, asupan nutrisi dan komunikasi yang baik harus
dapat terpenuhi.

b. Fase Taking Hold


Merupakan fase yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu
mulai memperhatikan bayi dan ingin tau cara perawatan bayi dan postpartum.
Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan
pemberian penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan
bayinya. Penuhi kebutuhan ibu tentang cara perawatan bayi, cara menyusui yang
baik dan benar, cara perawatan luka jalan lahir, mobilisasi postpartum, senam
nifas, nutrisi, istirahat, kebersihan diri dan lain-lain.
c. Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya sebagi
seorang ibu. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai
dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya dan siap menjadi
pelindung bagi bayinya.

Pengkajian pada Ibu postpartum

Data Subyektif: nyeri (after pain), ibu merasa kelelahan, cemas, kurang
pengetahuan
Data Obyektif: produksi kolostrum 48 jam pertama, tinggi fundus uteri 24 jam
pertama sepusat, kemudian turun 1-2 cm per hari, konsistensi keras. Pola
berkemih berubah, lochea rubra, jumlah normal bau khas dan ada gumpalan,
perdarahan. Episiotomi (laserasi dan hemoroid, memar, hematoma, edema,
pengeluaran cairan dari luka dan kerapatan jaringan luka), adanya kemerahan
menandakan infeksi, uretra dan kandung kemih mengalami hiperemi (redness)
dan edema dan mengakibatkan menurunkan refleks berkemih pada masa pasca
partum. Penilaian Homan sign untuk mengetahui sirkulasi darah di kaki, edema
dan varises.

Psikologis: ibu mulai menerima kondisinya, kondisi bayi, faktor sosial-


ekonomi, baby blues: mulai terjadi, adanya ansietas, marah, respon depresi dan
psikosis.

Mengkaji reflek menyusui pada bayi:


REFLEKS RESPON YANG DINILAI
Bayi menoleh ke arah stimulus, kadang
Rooting (reflex
membuka mulutnya.
mencari)
Bayi mengisap sebagian besar payudara
Sucking
ibu)
(menghisap)
Menelan biasanya terjadi setelah mengisap
Swalowing
dan biasanya terjadi tanpa tersedak, batuk
(Menelan)
atau muntah.
Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan pada masa periode postpartum adalah
a. Ketidaknyamanan pasca partum disebabkan involusi uteri, trauma pada
perineum, pembengkakan payudara.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh disebabkan
kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi postpartum.
c. Perubahan pola eliminasi urin: retensi urin dikarenakan trauma persalinan.
d. Risiko infeksi disebabkan kondisi trauma pada jalan lahir, luka episiotomi.
e. Menyusui tidak efektif disebabkan kurang pengetahuan ibu, kurangnya
refleks menghisap

Perencanaan
1. Intervensi pada masalah keperawatan menyusui tidak efektif memiliki tujuan
menyusui efektif, dengan kriteria hasil yaitu
1) Bayi mendapat asupan ASI sesuai kebutuhan (on demand)
2) Menunjukkan penurunan berat badan sama dengan atau kurang dari 10%
berat badan lahir pada hari ketujuh
3) Tanda kecukupan ASI (BAK lebih dari 6 kali pada hari ke-6, tidak
berwarna kuning pekat)
Rencana tindakan:
1) Kaji berat badan bayi, frekuensi BAK dan jumlah popok basah per hari
2) Pantau dan bandingkan berat badan saat ini dengan berat badan lahir
3) Penilaian payudara ibu
4) Nilai pelekatan dan posisi menyusui
5) Ajarkan teknik menyusui yang benar
6) Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya semau bayi
7) Ajarkan pijat oksitosin

2. Intervensi pada pasalah keperawatan ketidaknyamanan pasca partum


meliputi
- Kaji ketidaknyamanan (mulainya, lokasi, intensitas, dan lamanya)
- Ajarkan tehnik relaksasi
- Bersihkan vulva dengan air hangat.
- Hindari penggunaaan pakaian dalam yang ketat, tidak menyerap
keringat dan mengiritasi kemaluan
- Kolaborasi pemberian analgetik

3. Prinsip Etik pada Keperawatan Maternitas


Autonomy
Prinsip autonomy menegaskan bahwa seseorang memiliki kemerdekaan
dalam menentukan keputusan dirinya menurut rencana pilihannya sendiri.
Perawat menerima pilihan individu tanpa memperhatikan apakah pilihan
tersebut merupakan kepentingan perseorangan atau bukan. Permasalahan
dalam penerapan prinsip ini adalah adanya keterbatasan dari otonomi pasien
yang dipengaruhi oleh banyak hal seperti tingkat kesadaran, usia, penyakit,
lingkungan rumah sakit, ekonomi, dan ketersediaan informasi (Potter &
Perry, 2017).

Freedom
Perilaku tanpa tekanan dari luar, memutuskan sesuatu tanpa tekanan atau
paksaan dari orang lain. Siapapun bebas menentukan pilihannya tanpa
mendapatkan paksaan dari pihak lain. Pasien atau keluarga mempunyai
kebebasan dalam menerima atau menolak asuhan keperawatan yang
diberikan (Potter & Perry, 2017).
Veracity
Melakukan kegiatan atau tindakan sesuai dengan nilai-nilai moral. Suatu
kewajiban mengatakan hal yang sebernarnya tanpa membohongi orang lain.
Perawat dituntut untuk menyampaikan kondisi perawatan pasien tanpa harus
membohongi pasien. Selanjutnya perawat dalam melakukan tindakan kepada
pasien harus berdasarkan SOP yang berlaku (Potter & Perry, 2017).
Justice
Pada prinsip ini, setiap orang harus diperlakukan sama, tanpa membedakan
satu sama lain. Prinsip dari keadilan adalah setiap orang diperlakukan sama
tanpa memandang perbedaan agama, ras, suku, bangsa, kelompok maupun
keluarga. (Potter & Perry, 2017).
Non-maleficence
Prinsip etik ini menganut tindakan yang dilakukan kepada pasien adalah
aman dan tidak membahayakan pasien. Misalnya jika merawat pasien dengan
kondisi tidak sadar maka wajib memakai penghalang/pengaman tempat tidur
(Potter & Perry, 2017).
Beneficence
Prinsip etik ini menekankan perawat dalam melakukan tindakan kepada
pasien memberikan manfaat melebihi dari standar. Oleh karena itu, perawat
dituntut untuk melakukan tindakan keperawatan dengan baik dan benar
(Potter & Perry, 2017).
Fidelity
Prinsip etik ini menerapkan kewajiban dalam menjalankan tugas dengan
penuh kepercayaan dan tanggung jawab dan memenuhi janji. Tanggung
jawab dalam konteks hubungan perawat pasien meliputi, menjalankan tugas
dengan penuh tanggung jawab, menepati janji, dan memberikan perhatian
(Potter & Perry, 2017). Contoh, seorang perawat berjanji setelah melakukan
tindakan pemberian obat intravena akan kembali 30 menit kemudian untuk
mengecek reaksi efek samping obat, dan perawat tersebut menepati janji
dengan hadir di samping tempat tidur pasien.

REFERENSI

Lowdermilk, Perry, dan Cashion. (2013). Keperawatan Maternitas. edisi 8.


Alih bahasa: Felicia Sidarta dan Anesia Tania. Salemba Medika. Jakarta.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2016). Standar Diagnosis


Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2018). Standar Intervensi


Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai