Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN POSTNATAL CARE (PNC)

SEPTIYANA INDAH PRAPTIWI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
JAKARTA, 2024
A. KONSEP DASAR
1. Definisi Perawatan Postnatal
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas

(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya

kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6

minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke

keadaan normal sebelum hamil ( Bobak, 2010). Partus di anggap spontan atau

normal jika wanita berada dalam masa aterm, tidak terjadi komplikasi, terdapat

satu janin presentasi puncak kepala dan persalinana selesai dalam 24 jam (Bobak,

2005).

Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau obatobatan

(prawiroharjo, 2000). Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada

perineum sewaktu persalinan (Mohtar, 1998).

2. Tujuan Perawatan Postnatal


Melaksanakan skrining yang komprehensif dengan mendeteksi masalah,
mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3. Peran Keperawatan Maternitas Dalam Perawatan Postnatal
Memfokuskan nutrisi ibu dan pemberian ASI dengan memberikan penjelasan
kepada ibu dan keluarga tentang : cara pemberian ASI, memotivasi ibu untuk
memberikan ASI secara eksklusif, peran perawat meluruskan, kepercayaan yang
kurang benar dengan pendekatan khusus. Pendekatan: pendidikan, berupaya
penyuluhan kepada ibu-ibu setelah melahirkan dengan waktu yang tepat dengan
memperhatikan proses adaptasi ibu.
4. Pemeriksaan Fisik pada Postnatal
a. Infolusi uterus

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,

proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot

polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis

tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus

bersandar pada promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi

fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-

kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca partum keenam fundus

normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis.

b. Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil,

berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350

gr 2 minggu setelah lahir. Satu minggu setelah melahirkan uterus berada di

dalam panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr.

Peningkatan esterogen dan progesteron bertabggung jawab untuk

pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada masa pasca partum

penurunan kadar hormon menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan

secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan

yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran

uterus sedikit lebih besar setelah hamil.

c. Kontraksi intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera

setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan

volume intrauterin yang sangat besar. homeostasis pasca partum dicapai


terutama akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh

agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormon oksigen yang

dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,

mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam

pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan

menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan

oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah

plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan

membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi

pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.

5. Pemeriksaan Psikologis pada Postnatal


Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum dibagi menjadi 3

fase yaitu :

a. Fase taking in / ketergantungan

Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana ibu

membutuhkan perlindungandan pelayanan.

b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan Fase ini dimulai pada

hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu keempat sampai

kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima peran barunya dan belajar

tentang semua hal-hal baru. Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat

bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan sumber informasi dan

penyembuhan fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik

c. Fase letting go / saling ketergantungan


Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem
keluarga telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh
pasian telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan hubungan
seksualnya telah dilakukan kembali
6. Dukungan Psikososial
a. Evaluasi Kesejahteraan Emosional Ibu
Evaluasi efektifitas asuhan didasarkan pada harapan pasien yang
diidentifikasi saat merencanakan asuhan keperawaan. Perawat dapat
merasa
cukup yakin bahawa asuhan yang diberikan cukup efektif, jika hasil akhir
berikut ini dapat dicapai, diantaranya adalah:
a. Ibu postpartum mengalami pemulihan fisiologis tanpa komplikasi
b. Ibu postpartum menyebutkan pengetahuan dasar yang akurat mengenai
cara menyusui
c. Ibu postpartum mendemonstrasikan perawatan yang tepat untuk diri dan
bayinya
d. Ibu berinteraksi positif terhadap satu sama lain (bayi dan anggota
keluarga yang lain
b. Konseling Pasca Persalinan
Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan KB dan
kesehatan reproduksi. Konseling yang baik dapat membuat klien puas,
membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan dapat
meningkatkaan keberhasilan KB. Dengan memberikan informasi yang
lengkap dan cukup maka akan memberikan keleluasaan kepada klien
untuk memilih kontrasepsi (informed choice) yang akan digunakannya
c. Postpartum Blues dan Depresi Postnatal
Baby bluespasca salin, karena perubahan yang tiba-tiba dalam kehidupan,
merasa cemas dan takut dengan ketidakmampuan merawat bayinya dan
merasa bersalah. Perubahan emosi ini dapat membaik dalam beberapa hari
setelah ibu dapat merawat diri dan bayinya serta mendapat dukungan dari
keluarga. Depresi post partum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke
hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu
makan depresi post partum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari
dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah,gangguan nafsu makan,
dan kehilangan libido (kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan
suami). Kriteria untuk mengklasifikasi depresi post partum bervariasi
tetapi sering pada sindrom afektif/emosi yang terjadi selama enam bulan
setelah melahirkan. Namun pengalaman depresi yang dialami juga
menunjukkan konsentrasi buruk, perasaan bersalah, kehilangan energy dan
aktivitas sehari-hari
d. Perubahan Peran dan identitas
Perubahan yang mendadak pada ibu post partum penyebab utamanya
adalah kekecewaan emosional, rasa sakit pada masa nifas awal, kelelahan
karena kurang tidur selama persalinan dan kecemasan pada
kemampuannya untuk merawat bayinya, rasa takut tidak menarik lagi bagi
suaminya, terutama emosi selama minggu pertama menjadi ibu
7. Dukungan Keluarga Dan Pendamping
Selain kondisi klinis dan psikologi ibu berbagai hal lain juga perlu diperhatikan
seperti kebersihan diri, istirahat yang cukup, latihan atau olah raga khususnya
pada bagian otot perut, asupan gizi, dan juga cara menyusui serta merawat
payudara selama masa nifas. Dukungan keluarga adalah sikap, Tindakan
memberikan sebuah dukungan kepada anggota keluarga lainnya dan jenis
dukungan bervariasi
pada berbagai tahap siklus hidup (Friedman, 2010). Dukungan keluarga dapat
bersifat eksternal atau internal. Perawatan ibu dan anak merupakan proses
dan perawatan yang sangat penting bagi orang tua dan anggota keluarga, termasuk
perawatan ibu dan anak, seperti proses menyusui dan cara menyusui yang benar
untuk bayi, kebersihan diri, perawatan luka perineum, teknik dan ketrampilan
memandikan bayi, dll. diperlukan. Perawatan tali pusat, deteksi dini
masalah/komplikasi BBL. Pentingnya merawat ibu dan bayi, mengangkut
aktor, dan mencuci tangan sebelum dan sesudah jarak sosial dan fisik. Kebutuhan
untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi pada masa nifas memerlukan keterlibatan
keluarga untuk mendukung peran barunya sebagai seorang ibu dan
keberhasilannya dalam proses pemberian ASI Eksklusif kepada bayinya. Peran
seorang suami dan juga dukungan keluarga perlu dikoordinasikan dan dikoordinir
oleh ibu agar ibu
dapat menghabiskan waktunya dengan nyaman terutama pada masa nifas dari
awal nifas sampai bulan pertama
8. Perencanaan Kebutuhan Ibu Pasca Persalinan
a. Rencana Konsultasi Pasca Persalinan
Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada masa yang sudah
ditentukan. Terdapat 4 kali kunjungan masanifas:
1) Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan) tujuanya untuk mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri, mendeteksi dan merawat
penyebab lain perdarahan.
2) Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan) tujuanya untuk memastikan
involusio uterus berjalan normal, memastikan ibu mendapat cukup
makanan, cairan, dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit, memberikan konseling.
3) Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan) disesuaikan berdasarkan
perubahan fisik, fisiologis, dan psikologis yang diharapkan dalam dua
minggu pasca partum. Pada kunjungan nifas ini juga adalah kesempatan
terbaik untuk meninjau pilihan kontrasepsi yang ada. Banyak pasangan
memilih memulai hubungan seksual segera setelah lokhia ibu menghilang.
4) Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan) Menanyakan pada ibu
tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami, memberikan konseling
untuk keluarga berencana secara dini, imunisasi, senam, nifas, dan tanda –
tanda bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi
b. Rencana Nutrisi Dan Gizi
Nutrisi yang Harus Dipenuhi Setelah Melahirkan

1) Karbohidrat.
2) Protein.
3) Lemak.
4) Vitamin dan Mineral.
5) Omega-3.
6) Zat Besi.
7) Kalsium.
c. Rencana Kebugaran Fisik
Olahraga setelah melahirkan merupakan salah satu cara untuk menjaga
kesehatan tubuh dan mengembalikan berat badan ideal yang umumnya
naik selama kehamilan. Tak hanya itu, berolahraga secara rutin setelah
melahirkan juga baik untuk kesehatan mental. Setelah melahirkan,
anatomi dan bentuk tubuh wanita umumnya akan kembali seperti semula
dalam waktu 6–8 minggu. Salah satu cara untuk mengembalikan berat
badan yang ideal dan bentuk tubuh yang diinginkan adalah olahraga.
Beberapa olahraga yangdianjurkan adalah : angkat beban ringan, jalan
kaki, senam kegel,squad ringan, latihan di gym
B. KONSEP KEPERAWATAN SESUAI TEORI
1. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Biodata pasien terdiri dari nama, umur, agama, pendidikan,
suku/bangsa,pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan terdiri dari tempat pemeriksaan kehamilan, frekuensi,
imunisasi, keluhan selama kehamilan, pendidikan kesehatan yang diperoleh.
3. Riwayat Persalinan
Riwayat persalinan terdiri dari tempat persalinan, penolong persalinan, jalannya
persalinan
4. Pemeriksaan Fisik
a. Vital sign
Dalam vital sign yang perlu di cek yaitu : suhu, nadi, pernapasan dan juga tekanan
darah. Suhu tubuh diukur setiap 4 sampai 8 jam selama beberapa hari post partum
karena demam biasanya merupakan gejala awal infeksi. Suhu tubuh 38 ºC
mungkin disebabkan oleh dehidrasi pada 24 jam pertama setelah persalinan atau
karena awitan laktasi dalam 2 sampai 4 hari. Demam yang menetap atau berulang
di atas 24 jam pertama dapat menandakan adanya infeksi. Bradikardi merupakan
perubahan fisiologis normal selama 6 sampai 10 hari post partum dengan
frekuensi nadi 40 sampai 70 kali/menit. Frekuensi di atas 100 kali/menit dapat
menunjukan adanya infeksi, hemoragi, nyeri,atau kecemasan, nadi yang cepat,
dan dangkal, yang dihubungkan, dengan hipotensi, menunjukan hemoragi, syok,
atau emboli.
Tekanan darah umumnya tetap dalam batasan normal selama kehamilan.Wanita
post partum dapat mengalami hipotensi ortostatik karena dieresis dan diaphoresis,
yang menyebabkan pergeseran volume cairan kardiovaskuler. Hipotensi menetap
atau berat dapat merupakan tanda syok atau emboli. Peningkatan tekanan darah
menunjukan hipertensi akibat kehamilan, yang dapat muncul pertama kali pada
masa post partum. Kejang eklamsia di laporkan terjadi sampai lebih dari 10 hari
post partum.
b. Kepala dan Wajah Inspeksi kebersihan dan kerontokan rambut (normalnya
rambut bersih, tidak terdapat lesi pada kulit kepala dan rambut tidak rontok),
cloasma gravidarum, keadaan sklera (normalnya sklera berwarna putih),
conjungtiva (normalnya conjungtiva berwarna merah muda, kalau pucat berarti
anemis), kebersihan gigi dan mulut (normalnya mulut dan gigi bersih, tidak
berbau, bibir mer), caries. Palpasi palpebra, oedema pada mata dan wajah. Palpasi
pembesaran getah bening (normalnya tidak ada pembengkakan), JVP kelenjar
tiroid.
c. Dada : Inspeksi irama nafas, dengarkan bunyi nafas dan bunyi jantung, hitung
frekuensi. Payudara : pengkajian payudara pada ibu post partum meliputi inspeksi
ukuran, bentuk, warna, dan kesimetrisan dan palpasi konsisten dan apakah ada
nyeri tekan guna menentukan status laktasi. Normalnya puting susu menonjol,
tidak ada bekas luka, aerola berwarna kecoklatan, tidak ada nyeri tekan, payudara
simetris dan tidak ada benjolan atau masa pada saat di palpasi.
Abdomen : menginspeksi adanya striae atau tidak, adanya luka / insisi, adanya
linea atau tidak.
d. Involution uteri : Kemajuan involusi yaitu proses uterus kembali ke ukuran dan
kondisinya sebelum kehamilan, di ukur dengan mengkaji tinggi dan konsistensi
fundus uterus, masase dan peremasan fundus dan karakter serta jumlah lokia
4 sampai 8 jam. Tinggi fundus uteri (TFU) pada hari pertama setinggi pusat, pada
hari kedua 1 jari di bawah pusat, pada hari ke tiga 2 jari di bawah pusat, pada hari
ke empat 2 jari di atas simpisis, pada hari ke tujuh 1 jari di atas simpisis, pada
hari kesepuluh setinggi simpisis. Konsistensi fundus harus keras dengan bentuk
bundar mulus. Fundus yang lembek atau kendor menunjukan atonia atau
subinvolusi. kandung kemih harus kosong agar pengukuran fundus akurat,
kandung kemih yang penuh menggeser uterus dan meningkatkan tinggi
fundus.Vulva dan vagina : melihat apakah vulva bersih atau tidak, adanya tanda
tanda infeksi atau tidak Lochea : Karakter dan jumlah lochea secara tidak
langsung menggambarkan
kemajuan penyembuhan endometrium. Pada proses penyembuhan normal, jumlah
lochea perlahan-lahan berkurang dengan perubahan warna yang khas yang
menunjukan penurunan komponen darah dalam aliran lochea. Jumlah lokia sangat
sedikit noda darah berukuran 2,5-5 cm = 10 ml, sedikit noda darah berukuran ≤
10 cm = 10-25 ml, sedang noda darah berukuran < 15 cm = 25 ml, banyak
pembalut penuh = 50-80 ml. Karakteristik lochea rubra (merah terang,
mengandung darah, bau amis yang khas, hari ke 1 sampai ke 3 post partum),
serosa (merah muda sampai
cokelat merah muda, tidak ada bekuan, tidak berbau, hari ke 4 sampai hari ke 7),
alba (krem ampai kekuningan, mungkinkecokelatan, tidak berbau, minggu ke 1
sampai ke 3 post partum). Perineum : pengkajian daerah perinium dan
perianal dengan sering untuk mengidentifikasi karakteristik normal atau deviasi
dari normal seperti hematoma, memar, edema, kemerahan dan nyeri tekan. Jika
ada jahitan luka, kaji keutuhan, hematoma, perdarahan dan tanda-tanda infeksi
(kemerahan, bengkak, dan nyeri tekan). Daerah anus dikaji apakah ada hemoroid,
dan fisura. Wanita dengan persalinan spontan per vagina tanpa laserasi sering
mengalami nyeri perinium yang lebih ringan. Hemoroid tampak seperti
tonjolan buah anggur pada anus dan merupakan sumber yang paling sering
menimbulkan nyeri perianal. Hemoroid disebabkan oleh tekanan otot-otot dasar
panggul oleh bagian terendah janin selama kehamilan akhir dan persalinan akibat
mengejan selama fase ekspulsi
2. Diagnosa
a. Nyeri b/d kontraksi uterus, episiotomi, laserasi, hemaroid,
pembengkakan payudara, insisi bedah
b. Resiko infeksi b/d kurang pengetahuan tentang cara perawatan
vulva.
c. Gangguan pola eliminasi bowel b/d adanya konstipasi.
d. Gangguan pola tidur b/d respon hormonal psikososial, proses persalinan
dan proses melahirkan
3. Intervensi dan rasional
a. Nyeri b/d kontraksi uterus, episiotomi, laserasi, hemaroid, pembengkakan
payudara, insisi bedah.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri dapat berkurang
dengan kriteria hasil : klien mengatakan nyeri berkurang dengan
skala nyeri 2-3, klien terlihat rileks, ekspresi wajah tidak tegang,
klien bisa tidur nyaman, tanda-tanda vital dalam batas normal :
suhu 36-37oC, nadi 60-100x/m, RR 16-20x/m, TD 100/70 mmHg.
Intervensi :
pengkajian komprehensif (lokasi, durasi, kualitas, karakteristik,berat nyeri
dan faktor pencetus) untuk mengurangi nyeri, pilih dan implementasikan
tindakan yang beragam (farmakologi dan nonfarmakologi) untuk
penurunan nyeri sesuai dengan kebutuhan, ajarkan teknik non
farmakologis untuk pengurangan nyeri, kolaborasi untuk memberikan obat
sesuai dengan kebutuhan pasien.
b. Risiko infeksi b/d kurang pengetahuan tentang cara perawatan vulva
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi infeksi,
pengetahuan bertambah dengan kriteria hasil : klien
menyertakan perawatan bagi dirinya, klien bisa membersihkan
vagina dan pereniumnya secara mandiri. Perawatan pervagina
berkurang, vulva bersih dan tidak infeksi, tidak ada perawatan,
vital sign dalam batas normal.
Intervensi :
ajarkan cara cuci tangan untuk mencegah terjadi infeksi, bersihkan daerah
genetalia untuk tidak terjadinya infeksi pada daerah genetalia, ganti
pakaian dalam dan pembalut jika sudah kotor dan penuh agar tidak
ternyadinya penyakit kulit.

3. Gangguan pola eliminasi bowel b/d adanya konstipasi


Tujuan : kebutuhan eliminasi pasien terpenuhi dengan kriteria hasil : pasien
mengatakan sudah buang air besar (BAB), pasien mengatakan tidak konstipasi,
pasien mengatakan perasaan nyaman.
Intervensi :
Auskultasi bising usus untuk penurunan peristaltik usus menyebabkan konstipasi,
observasi adanya nyeri abdomen karena nyeri abdomen menimbulkan rasa takut
untuk BAB, anjurkan pasien makan makanan tinggi serat karena makanan tinggi
serat melancarkan BAB, anjurkan pasien banyak minum terutama air putih hangat
karena mengkonsumsi air hangat melancarkan BAB, kolaborasi pemberian
laksatif (pelunak feses)untuk merangsang peristaltik usus dengan perlahan atau
evakuasi Feses.
4. Gangguan pola tidur b/d respon hormonal psikososial, proses persalinan dan
proses melahirkan
Tujuan : istirahat tidak terpenuhi dengan kriteria hasil : mengidentifikasikan
penilaian untuk mengakomodasi perubahan yang diperlukan terhadap anggota
keluarga baru.
Intervensi :
Ciptakan lingkungan yang tenang untuk mendorong istirahat dan tidur, dorong
klien untuk mengambil posisi yang nyaman, gunakan teknik relaksasi untuk bisa
dapat membantu mempermudah tidur.
5. Defisiensi Pengetahuan b/d kurang informasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat meningkatkan
pemeliharaan kesehatan dengan kriteria hasil : pasien dapat memahami dan
mengerti tentang pentingnya kesehatan dan perawatan.
Intervensi
Tumbuhkan sikap saling percaya dan perhatian, pilih strategi pengajaran
(diskusi,demonstrasi) yang tepat untuk gaya pembelajaran secara individual,
ajarkan ketrampilan yang dipelajari pasien harus masukkan ke dalam gaya hidup
sehari hari

Daftar Pustaka

Hacker Moore. 2022. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC Hanifa Wikyasastro. 2019. Ilmu Kebidanan, Perawatan Pasien Edisi 3.Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC Carpenito, L.J. 2018.
Nursing Diagnosis : Application to Clinical Practice. Edisi VIII, Philadelphia, Lippincot
Company, USA Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2021.
Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan
Klien, Edisi II, EGC, Jakarta. Gordon et.al,2001,Nursing Diagnoses : Definition and
Clasification 2021-2022,Philadelphia,USA. Mc Closky & Bulechek. (2019).
Nursing Intervention Classification (NIC). United States of America: Mosby. Meidian, JM.
(2022).
Nursing Outcomes Classification (NOC).United States of America: Mosby. Mitayani. (2019).
Asuhan Keperawatan Maternitas.. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai